Anda di halaman 1dari 5

Modul 02 Statistika Radioaktivitas Ezra Nabila, Praba Fitra Perdana, Mohamad Yusup,Almas 10210029,10211108,10211077,10211050 Program Studi Fisika, Institut

Teknologi Bandung, Indonesia E-mail: ezranabila@hotmail.co.id Asisten: (Dwi Wahyudi) Tanggal Praktikum : (23-09-2013)

Abstrak Percobaan statistika radioaktivitas ini membahas, tentang peristiwa radioaktivitas, dimana inti atom yang tidak stabil akan meluruh menjadi inti lain yang lebih stabil dengan memancarkan partikel-partikel radioaktif, seperti partikel ! (partikel alpha), partikel " (partikel beta), partikel # (partikel gamma). Peristiwa ini disebut gejala radioaktivitas. Dalam praktikum kali ini kita akan menghitung gejala radiasi dengan detektor geiger muller.dimana peristiwa radioaktivitas ini di konversi menjadi pulsa listrik. Dan dicari tegangan kerja efektifnya, yaitu sebesar 515 V, Setelah itu kita akan mengukur statistika radioaktivitas dengan menggunakan distribusi normal dan poisson. Dari data yang telah diolah dan dibandingkan, distribusi untuk pulsa lebih baik digunakan distribusi poisson, tetapi jika data yang diambil banyak, distribusi normal bisa juga dijadikan alat untuk melihat statistika radioaktifitas. Untuk statistika kali ini lebih baik digunakan distribusi poisson, karena pulsa yang terbaca adalah data diskrit, jika ingin mengunakan distribusi normal, maka disarankan agar mengambil data yang sangat banyak. Kata Kunci : detektor Geiger Muller , radiasi, radioktivitas

I. Pendahuluan Tujuan dari percobaan ini adalah untuk Menentukan tegangan kerja dari detektor Geiger-Muller,Mengukur aktivitas suatu bahan radioaktif dengan detektor dan pencacah Geiger-Muller,Menentukan distribusi probabilitas dari hasil pencacahan radioaktivitas, dan Menjelaskan prinsip kerja Detektor Geiger-Muller Gejala Radiasi Ketika suatu zat menjadi radioaktif, dapat dikatakan zat itu tidak stabil, dan akan meluruh menjadi zat lain yang lebih stabil, dan melepaskan sebagian dari energi intinya (energi nuklir) berupa radiasi, partikel radiasi yang dipancarkan berupa partikel radiasi alfa, beta, gamma dan partikel lainnya. partikel alfa berbentuk ion positif, beta berbentuk elektron, dan gamma berbentuk foton.

Gambar 1: peluruhan atom akibat radiasi!

!! !

Gejala radiasi tidak dapat dilihat oleh kasat mata, maka dibutuhkan alat pendeteksi untuk melihat gejala radiasi ini. Detektor Isian Gas Sebenarnya terdapat banyak jenis detektor radiasi, seperti detektor isian gas, detektor sintilasi, dan lain lain, namun yang akan dibahas pada laporan ini adalah detektor isian

gas.

listrik yang besar, elektron di daerah sekitar anoda akan mendapat cukup energi untuk mengionisasi gas lain, dan menciptakan banyak pasangan ion-elektron sekunder, elektron sekunder tersebut menyebar disekitar anoda , akibat peristiwa ini,tabung dapat menghasilkan output berupa pulsa listrik yang signifikan dari sebuah peristiwa ionisasi!!!! . Distribusi Normal Distribusi normal adalah distribusi probabilitas untuk nilai random yang kontinu yang memodelkan fenomena kuantitatif. Terdapat 2 parameter utama, yaitu rata-rata (!) dan simpangan baku (!). Distribusi Poisson Distribusi Poisson adalah distribusi probabilitas untuk nilai random diskrit yang menyatakan peluang jumlah peristiwa yang terjadi pada periode waktu tertentu.

Gambar 2: Skema detektor isian gas (Geiger!! ! Muller)!!

Detektor isian gas merupakan detektor yang paling sering digunakan untuk mengukur radiasi. Detektor ini terdiri dari dua elektroda , positif (anoda) dan negatif (katoda), serta berisi gas diantara kedua elektrodanya. Kebanyakan detektor ini berbentuk silinder dengan sumbu yang berfungsi sebagai anoda dan dinding silindernya sebagai katoda!!!! . Detektor isian gas terbagi menjadi tiga jenis, yaitu Detektor Geiger-Muller, Proporsional, dan Kamar Ionisasi. Detektor Geiger-Muller Detektor Geiger-Muller adalah salah satu jenis detektor isian gas, yang memanfaatkan fenomena Townsend avalanche untuk menghasilkan pulsa listrik dengan peristiwa ionisasi sekecil mungkin yang dihasilkan oleh radiasi partikel. Prinsip kerja detektor Geiger-Muller Tabung yang berisi gas inert bertekanan rendah, didalamnya terdapat 2 elektroda, dengan dinding tabung berupa logam atau dilapisi konduktor sebagai katoda, dan anodanya berupa kawat didalam tabung. Kedua elektroda ini memiliki beda potensial yang cukup besar (ratusan volt). Saat radiasi mengenai tabung, beberapa gas terionisasi, ada yang terionisasi langsung oleh radiasi, ada pula yang terionisasi secara tidak langsung oleh elektron sekunder yang terbentuk pada dinding tabung. peristiwa ini menyebabkan pasangan ion positif dan elektron terbentuk. Ion positif akan bergerak ke katoda dan elektron ke anoda, yang menghasilkan medan

II. Metode Percobaan Menentukan Tegangan Kerja Geiger-Muller Counter. Pertama tegangan Geiger muller di set sebesar 350 V 600 V, dengan selang 10 V per data yang diambil, setelah itu radiasi dicacah menjadi pulsa pada setiap tegangan dari rentang 350 V -600 Vdengan selang waktu pengambilan setiap datanya selama 10 detik. Dari data yang ada diambil data pada selang tegangan yang stabil, data itu yang diambil sebagai tegangan kerja geiger muller counter. Menentukan Radioaktif. Distribusi dari Statistik

Tegangan kerja geiger muller counter yang sudah didapat dari percobaan sebelumnya lalu di cacah dengan selang waktu pencacahan 10 detik lalu diambil datanya sebanyak 50, dan 100 data.setelah itu diambil data pencacahan sebanyak 25 buah dengan selang waktu pencacahan 1 detik. Data lalu di distribusi normal dan poisson. Lalu diambil nilai ratarata dan variansinya.

III. Data dan Pengolahan Menentukan Tegangan Kerja

b. Sebaran Data dengan : m = 100 , t = 10 s

Gambar 3: grafik jumlah cacahan terhadap tegangan kerja

Gambar 5: Kurva distribusi normal dan poisson untuk 100 buah cacahan dengan selang waktu 10 detik

Menentukan distribusi dari Statistik Radioaktif a. Sebaran Data dengan : m = 50 , t = 10 s

Distribusi Normal : Rata-rata =!132.4300 Variansi = 122.51 Distribusi Poisson: Rata-rata =132.43 Variansi =132.43

c. Sebaran Data dengan : m = 25 , t = 10 s

Gambar 4: Kurva distribusi normal dan poisson untuk 50 buah cacahan dengan selang waktu 10 detik

Distribusi Normal : Rata-rata =!132.62 Variansi = 130.567 Distribusi Poisson: Rata-rata =132.62 Variansi =132.62

Gambar 6: Kurva distribusi normal dan poisson untuk 25 buah cacahan dengan selang waktu 10 detik

Distribusi Normal : Rata-rata =!134.4800 Variansi = 148.5108 Distribusi Poisson: Rata-rata =134.48 Variansi =134.48

d. Sebaran Data dengan : m = 25 , t = 1 s

Variansi

=6.04

Gambar 7: Kurva distribusi normal dan poisson untuk 25 buah cacahan dengan selang waktu 1 detik

Distribusi Normal : Rata-rata =!12.6400 Variansi = 15.99 Distribusi Poisson: Rata-rata =12.64 Variansi =12.64

e. Sebaran data tanpa Bahan Radioaktif dengan : m = 25 , t = 10 s

IV. Pembahasan Semakin banyak data yang diambil, jika datanya bagus, maka seharusnya akan mendekati fungsi yang kontinu, Dengan distribusi normal, rata rata nilai dengan jumlah cacahan m=25, 50, 100, adalah 134.48 , 132.62 , 132.43 dan untuk nilai variansi yang didapat adalah 148.51 , 137.57 , 122.51, jika dilihat dari variansinya, semakin besar data cacahannya semakin kecil variansinya.dimana semakin kecil nilai variansinya, semakin dekat persebaran datanya dengan rata-rata dan variansi terkecil ada saat nilai yang diambil lebih banyak. Sementara untuk distribusi poisson rata rata nilai dengan jumlah cacahan m=25, 50, 100, adalah 134.48 , 132.62 , 132.43 dan untuk nilai variansi yang didapat adalah 134.48 , 132.62 , 132.43 dengan data sedikit, variansi distribusi poissonya akan lebih begus, tetapi dengan data yang lebih banyak, variansi distribusi normalnya lebih baik. karena itu distribusi poisson dipakai untuk pendekatan data data diskrit maupun distribusi dengan jumlah data yang sedikit. Untuk pendistribusian data pada percobaan ini lebih baik di dekatkan dengan distribusi poisson, karena pulsa yang terbaca sifatnya diskrit, dan jika ingin menggunakan distribusi normal, maka data yang diambil harus sangat banyak agar mendekati kontinu. Untuk percobaan dengan nilai m=25 dengan variasi selang waktu sebesar 1 detik dan 10 detik. Distribusi normalnya lebih baik digunakan untuk selang waktu yang lebih kecil, karena datanya lebih bersifat kontinu dibanding 10 detik. Untuk waktu yang lebih besar lebih baik digunakan distribusi poisson. Untuk percobaan dengan dan tanpa bahan radioaktif, pada percobaan dengan bahan radioaktif didapatkan nilai pencacahan sangat besar dibanding tanpa bahan radioaktifitas, hal ini menandakan adanya radioaktifitas pada tabung, dan diubah menjadi pulsa listrik yang terbaca, namun seharusnya tanpa bahan radioaktifitas nilai cacahan yang terbaca =0, tetapi di percobaan ini cacahan yang terbaca sebesar rata-rata 6.04, hal ini disebabkan adanya radiasi alam yang masuk kedalam tabung. Dapat disimpulkan untuk menghitung radiasi yang dihasilkan bahan secara lebih

Gambar 7: Kurva distribusi normal dan poisson untuk 25 buah cacahan dengan selang waktu 10 detik tanpa bahan radioaktif

Distribusi Normal : Rata-rata =!6.0400 Variansi = 6.6233 Distribusi Poisson: Rata-rata =6.04

presisi maka harus dikurangi jumlah cacahan oleh radiasi alam. V. Simpulan Prinsip kerja dari detektor Geiger Muller adalah sebagai berikut, ketika gas di dalam tabung berinteraksi dengan foton radiasi menyebabkan terjadinya pasangan ion. Ion positif menumbuk ion negatif yang kemudian ion negatif tersebut menumbuk kawat dan mengakibatkan gas menjadi konduktif. Foton radiasi yang menumbuk kawat tersebut menyebabkan terjadinya perbedaan tegangan di antara kedua elektrodanya. Hasil interaksi (keluaran) tersebut yang berupa pulsa akan dilipatgandakan kemudian dibaca oleh sebuah alat dan ditampilkan pada indikator yang dimana satu bunyi klik menandakan satu partikel tercacah Jika dilihat dari gambar 3 tabel menunjukan nilai tengangan dan jumlah cacahan, dan diambil nilai yang cukup stabil untuk dijadikan tegangan kerja dari geiger muller yang digunakan, yaitu sebesar 515 V. Detektor geiger muller mengkonversi radioaktivitas menjadi pulsa listrik yang bersifat diskrit, maka untuk melihat distribusi nilai cacahan lebih baik digunakan distribusi poisson, jika ingin menggunakan distribusi normal disarankan untuk mengambil data yang sangat banyak. VI. Pustaka [1]http://molaire1.perso.sfr.fr/e_radioactiv.htm l tanggal akses 24/09/2013 [2]! http://www.daviddarling.info/encyclopedia /G/Geiger-Muller_counter.html tanggal akses 10/20/2012 [3]http://www.batan.go.id/pusdiklat/elearning/ Pengukuran_Radiasi/Dasar_04%20Materi.h tm tanggal akses 24/09/2013 [4] Glenn F Knoll. Radiation Detection and Measurement, third edition 2000. John Wiley and sons, ISBN 0-471-07338-5

Anda mungkin juga menyukai