Anda di halaman 1dari 3

TUGAS EBM

Skenario Nn. Lusi, 30 tahun seorang ibu rumah tangga. Beliau datang ke Rumah Sakit dengan keluhan penglihatannya yang mulai berkurang (buram). Nn. Lusi telah memakai kacamata sejak usia 12 tahun. Akan tetapi, sudah seminggu lamanya pemakaian kacamata tidak dapat memperbaiki penglihatannya. Dokter pun melakukan pemeriksaaan terhadap Nn. Lusi guna menegakkan Diagnosis. Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan didapatkan bahwa Nn. Lusi menderita keratokonus. Dokter menyarankan agar dilakukan tindakan Penetrating Keratoplasty (PT) untuk memperbaiki fungsi penglihatan Nn. Lusi. Akan tetapi, Nn. Lusi pernah membaca dan mendengar bahwa tindakan Deep Anterior Lamellar Keratoplasty (DALK) lebih baik dibandingkan dengan Penetrating Keratoplasty (PT). Hal tersebut dikarenakan tindakan DALK dapat meminimalisir komplikasi yang jamak terjadi pasca tindakan PT. Background 1. 2. 3. 4. Apa yang menyebabkan keluhan penglihatan buram? Apa tindakan yang dapat mempengaruhi fungsi penglihatan? Bagaimanakah mekanisme Penetrating Keratoplasty (PT) ? Bagaimanakah mekanisme Deep Anterior Lamellar Keratoplasty (DALK) ?

Foreground Apakah tindakan Deep Anterior Lamellar Keratoplasty (DALK) lebih efektif dalam mengurangi komplikasi pasca tindakan pada penderita keratokonus dibandingkan dengan Penetrating Keratoplasty (PT) ? PICO P I C O : Perempuan penderita keratokonus : Deep Anterior Lamellar Keratoplasty (DALK) : Penetrating Keratoplasty (PT) : Meminimalisir komplikasi pasca tindakan pada penderita keratokonus

Keyword Woman AND Keratoconus AND Penetrating Keratoplasty AND Deep Anterior Lamellar Keratoplasty Type of question Harm Type of Study Retrospective Cohort Source/database http://www.ebscohost.com/ehost

Limitation November 2010- November 2013 Result 9 Articles Results 1. CL Funnell et al. Comparative Cohort Study of The Outcomes of Deep Lamellar Keratoplasty and Penetrating Keratoplasty for Keratoconus. Eye (2006) ;20: 527-532. 2. C kaufmann. Layer by layer - component surgery in corneal transplantation. Therapeutische Umschau 2009; 66: 163166. 3. CNJ McGhee et al. Quantitativeanalysis of corneal m icrostructure in keratoconus utilising in vivoconfocal microscopy. Eye (2007) 21, 614623. 4. D Epstein. Refractive surgery. Therapeutische Umschau 2009; 66: 207210. 5. Dr Jorge L Alio, Avda de Denia . Intracorneal ring segments in ectatic corneal disease.Clinical and Experimental Ophthalmology 2010; 38: 154167. 6. MD Huang et al .Clinical and research applications of anterior segment optical coherence tomography. Clinical and Experimental Ophthalmology 2009; 37: 8189. 7. Michael W Belin MD and Stephen S Khachikian MD. An introduction to understanding elevation-based topography: how elevation data are displayed a review. Clinical and Experimental Ophthalmology 2009; 37: 1429 8. N Efron et al.New perspectives on keratoconus as revealed by corneal confocal microscopy. Clin Exp Optom 2008; 91: 1: 3455. 9. Steinberg Johannes. Traumatic wound dehiscence after penetrating keratoplasty: case series and literature review. Eur J Ophthalmol 2012; 22 (3):335-341.

Selected Articles CL Funnell et al. Comparative Cohort Study of The Outcomes of Deep Lamellar Keratoplasty and Penetrating Keratoplasty for Keratoconus. Eye (2006) ;20: 527-532.

Anda mungkin juga menyukai