JURUSAN KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MALANG 2010
KARAKTERISASI LEMPUNG DARI DAERAH PAGEDANGAN KEC TUREN KAB MALANG DAN DAERAH GETAAN KEC PAGELARAN KAB MALANG
SKRIPSI
Diajukan Kepada: Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Sains (S.Si)
Oleh MOH TAMAM QODARI NIM 03530021
JURUSAN KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MALANG 2010 SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS PENELITIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Moh Tamam Qodari NIM : 03530021 Fakultas/ Jurusan : Sains dan Teknologi/ Kimia Jurul Peneitian : Karakterisasi lempung dari daerah Pagedangan Kec. Turen Kab. Malang dan daerah Getaan Kec. Pagelaran Kab. Malang
Menyatakan dengan sebenar- benarnya bahwa hasil penelitian saya ini tidak terdapat unsur-unsur plagiat karya penelitian atau karya ilmiah yang pernah dilakukan atau dibuat oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.
Apabila ternyata hasil penelitian ini terbukti terdapat unsur-unsur plagiat, maka saya bersedia untuk mempertanggung jawabkan, serta diproses sesuai peraturan yang berlaku
Malang, 05 Juli 2010 Yang membuat pernyataan,
Moh Tamam Qodari NIM 03530021
KARAKTERISASI LEMPUNG DARI DAERAH PAGEDANGAN KEC TUREN KAB MALANG DAN DAERAH GETAAN KEC PAGELARAN KAB MALANG
SKRIPSI
Oleh : MOH TAMAM QODARI NIM 03530021
Pembimbing Utama
Anton Prasetyo, MSi NIP 19770925200604 1 003 Pembimbing Agama
Ach Nashihuddin, MA NIP 197307052000031002
Mengetahui, Ketua Jurusan Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
Diana Candra Dewi, MSi NIP 19770720 200312 2 001
KARAKTERISASI LEMPUNG DARI DAERAH PAGEDANGAN KEC TUREN KAB MALANG DAN DAERAH GETAAN KEC PAGELARAN KAB MALANG
SKRIPSI
Oleh : MOH TAMAM QODARI NIM 03530021
Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji Skripsi dan Dinyatakan Diterima Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains (SSi)
Tanggal, 28 Juni 2010
Susunan Dewan Penguji Tanda Tangan
1 Penguji Utama Elok Kamilah Hayati, MSi NIP 197906202006042002 ( ) 2 Ketua Penguji Akyunul Jannah, SSi, MP NIP 197504102005012009 ( ) 3 Sekretaris penguji Anton Prasetyo, MSi NIP 19770925200604 1003 ( ) 4 Anggota Penguji Ach Nashihuddin, MA NIP 197307052000031002 ( )
Mengetahui dan Mengesahkan Ketua Jurusan Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
Diana Candra Dewi, MSi NIP 19770720 200312 2 001
PERSEMBAHAN
Karya tulis yang sederhana dan semoga dapat memberikan manfaat ini, penulis dedikasikan kepada beliau- beliau yang telah banyak memberikan dukungan, cinta dan kasih sayang kepada penulis :
Bapak/ Ibu Penulis (Bapak Sukardjito dan Ibu Rumiyati). Doa beliau selalu menyertai putra- putrinya, beliau selalu mengajarkan kepada putra-putrinya untuk bersabar dalam menjalani hidup Emosi tidak akan pernah menyelesaikan masalah, hanya akan memperuncing masalah begitu kata beliau dan yang paling penting dalam menjalani hidup ini adalah proses bukan hasil akhir.
Saudara- saudaraku Mbak Mujid Ratna Wati, S. Hum., Mas Ruri Khoirul Anam, Lilik Tafsirul Anam dan tak lupa si mungil Iib (Abdulloh Ibnu Fajar al Majid). Terima kasih atas keceriaan, dukungan dan doa yang diberikan.
Sahabat- sahabati PM11, teman-teman seperjuangan di HMJ Kimia 2005-2006 dan Sedulur TK2 (teater komedi Kontemporer), Bersama kalian semua penulis telah banyak belajar bermasyarakat, berorganisasi dan belajar memaknai arti Social Human
Teman- teman yang masih exsis di Malang, Kang Aliful-Maarif (ketum PMII Kota Malang), Makmun (S2), Hamdani (S2, Ketum Griya Baca anak- anak Jalanan), Kholid (S2, staf Fak. Tarbiyah), mas Topan (Penulis), Taufiq (Laboran Kim), Abi (Laboran kim), Hamdiyah, Cicik, Mami, Hafidatul hasanah (S2) dll, Semoga proses karir yang kalian jalani segera berakhir (pensiun dini) dan mendapatkan hasil yang memuaskan sesuai dengan cita-cita
Untuk semua rekan yang tidak mungkin penulis sebut satu persatu yang telah sudi meluangkan waktunya, sehingga penulisan karya ilmiah ini dapat terselesaikan. Penulis hanya bisa mengucapkan terima kasih dan berdoa Jaza kumullah khoiro jaza
KATA PENGANTAR Alhamdulilahirobbilalamin, berkat ridho, rahmat dan hidayah Allah, penulis dapat menyelesaikan tugas akhir Sholawat serta salam penulis persembahkan kepada sang revolusioner sejati yang telah mengantarkan kita semua menjadi manusia yang beradab dan berpendidikan melalui ajaran dan keilmuwan yang disampaikanya dalam Al-Quran dan Al- Hadist. Penulis menyadari secara penuh bahwa hadirnya karya tulis ilmiah berupa tugas akhir (skripsi) ini tidak akan berjalan secara tuntas tanpa adanya motivasi, arahan dan bimbingan dari banyak pihak, oleh karena itu dengan segenap kerendahan hati dan iringan doa Jazakumullah khoiru Jazza penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Prof Dr H Imam Suprayogo, selaku Rektor Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. 2. Prof Drs Sutiman B SUMITRO, SU, DSc, selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi UIN MALIKI Malang. 3. Diana Candra Dewi, MSi selaku Ketua Jurusan Kimia Fakultas Sains dan Teknologi UIN MALIKI Malang. 4. Akyunul Jannah, SSi, MP Selaku dosen wali yang telah sabar dan telaten memberikan arahan dan motivasi untuk segera menyesaikan studi. 5. Anton Prasetyo, MSi, selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan motivasi, arahan dan bimbingan yang penuh semangat sehingga tugas akhir ini dapat terselesaikan. 6. Tri Kustono Adi, MSc selaku dosen konsultan yang telah banyak memberikan pemikiran dan wawasannya kepada penulis. 7. Ach Nashihuddin, MAg selaku dosen pembimbing agama yang telah mengarahkan penulis dalam mengintegrasikan sains dan Al-Quran. i 8. Elok Kamilah Hayati, MSi selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan masukan dan kritikan pengetahuan kepada penulis 9. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Kimia yang telah ikhlas dan tulus mentranfer pengetahuanya kepada penulis. 10. Kedua orang tua penulis (Bapak Sukardjito dan Ibu Rumiyati) yang telah banyak memberikan arti sebuah kesabaran dalam menjalani kehidupan serta membimbing dan mengarahkan putra dan putrinya untuk tidak mudah terbawa emosi Kasih, sayang dan ridho beliau sangat penulis harapkan hingga akhir hayat. 11. Mbak Mujid Ratna Wati, Shum, Mas Masruri Khoirul Anam, Lilik Tafsirul Anam dan tak lupa si kecil iib kalian semua tidak hanya saudara namun lebih dari itu kalian adalah teman bermain yang selalu memberikan semangat penulis. 12. Vina, Iza, Zahro, Cicik, Mami, Hamdiyah, mbak Ana Admin terima kasih atas segala infomasi yang disampaikan serta semua pihak yang tidak mungkin penulis sebut satu persatu, atas bantuan moril dan spiritual penulis ucapkan terima kasih.
Akhir kata, penulis hanya dapat berdoa semoga karya tulis yang dengan tulus dan ikhlas penulis susun serta jauh dari kesempurnaan ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan keimuwan Kritik dan saran yang sifatnya membangun terhadap tugas akhir ini sangat penulis harapkan sehingga akan muncul yang lebih sempurna
Malang, 28 Juni 2010
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................... i DAFTAR ISI.................................................................................................... ii DAFTAR TABEL............................................................................................ iv DAFTAR GAMBAR....................................................................................... v DAFTAR LAMPIRAN ... vi ABSTRAK ... vii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang................................................................................ 1 1.2 Rumusan Masalah........................................................................... 5 1.3 Tujuan............................................................................................. 5 1.4 Batasan Masalah............................................................................. 6 1.5 Manfaat........................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lempung.......................................................................................... 7 2.1.1. Pengertian lempung .... 7 2.1.2. Struktur atom mineral lempung... 8 2.1.3. Komposisi mineral lempung ... 10 2.1.4. Penggunaan lempung dalam kehidupan manusia ... 11 2.1.5. Asal- usul terbentuknya manusia 12 2.1.6. Jenis- jenis lempung 14 2.1.7. Lempung sebagai bahan penciptaan manusia . 17 2.2 Keramik ... 24 2.3 Teori Plastisitas ... 25 2.3.1 Plastisitas lempung........................................................................... 28 2.3.2 Metode penentuan plastisitas .......................................................... 31 2.3.2.1 Metode cincin plastis ...................................................................... 31 2.3.2.2 Metode atterberg atau casagrande ................................................... 31 2.3.2.3 Metode cone penetrometer ...................................................... 35 2.3.3 Faktor faktor yang mempengaruhi plastisitas ................................. 35 2.4 XRD (X-Ray Difraction) ........ 36 2.5 XRF (X-Ray Fluorescence) ............................................................ 39 2.6 SEM (Scanning Electron Microscop) ............................................ 46
BAB III BAB III METODOLOGI 4.1. Waktu dan tempat penelitian............................................................ 48 4.2. Alat dan bahan................................................................................. 48 3.2.1 Alat................................................................................................... 48 3.2.2 Bahan............................................................................................... 48 4.3. Rancangan penelitian....................................................................... 48 3.3.1 Benefisiasi........................................ ............................................... 49 3.3.2 Preparasi sampel.............................................................................. 49 3.3.3 Penentuan indeks plastisitas metode atteberg.................................. 50 iii 3.3.3.1 Penentuan batas cair........................................ ................................ 50 3.3.3.2 Penentuan batas plastis..................................................................... 51 3.3.3.3 Penentuan kadar air.......................................................................... 52 3.3.3.4 Penentuan indeks plastisitas............................................................. 52 3.3.4 Karakterisasi dengan XRD............................................................... 52 3.3.5 Karakterisasi dengan XRF............................................................... 53 3.3.6 Karakterisasi dengan SEM............................................................... 53 3.4 Analisis data..... 54 3.4.1 Analisis morfologi permukaan..... 54 3.4.2 Analisis komposisi kimiadan fisika lempung . 54
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Benefisiasi Lempung........................................................................ 55 4.2. Karakterisasi Lempung 57 4.2.1. Plastisitas.. 57 4.2.2.1. Penentuan Batas Plastis........ 59 4.2.2.2. Penentuan Batas Cair... 59 4.2.2.3. Penentuan Indeks Plastisitas 62 4.2.2. Karakterisasi dengan SEM (scanning electron microscopy)... 63 4.2.3. Karakterisasi dengan XRD (X-Ray Difraction)... 66 4.2.4. Karakterisasi dengan XRF (X-Ray Fluorescent). 68 4.3. Integrasi penciptaan manusia dengan komponen lempung . 70
BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan . 72 5.2. Saran 73
DAFTAR PUSTAKA... 74 LAMPIRAN- LAMPIRAN.............................................................................. 77
DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Kelompok dan komposisi mineral lempung ... 10 Tabel 2.2 Komposisi kimia dalam lempung ... 11 Tabel 2.3 Deskripsi Indeks Plastisitas. 34 Tabel 2.4 Energi Sinar X Karakteristik garis K pada unsur-unsur yang umumnya terdapat pada lempung/ clay .. 45 Tabel 4.1. Pengklasifikasian tanah berdasarkan ukuran .. 56 Tabel 4.2. Kadar air sampel saat mencapai batas plastis . 59 Tabel 4.3. Batas cair sampel Pagedangan ... 60 Tabel 4.4. Batas cair sampel lempung Getaan 61 Tabel 4.5. Komposisi Unsur-unsur dalam Lempung Hasil XRF 69
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Struktur Kristas Silica .. . 9 Gambar 2.2 Struktur Aluminium Oktahedral . 9 Gambar 2.3 Batuan lempung karbonat 12 Gambar 2.4 Batuan lempung laminasi 13 Gambar 2.5 Struktur molekul kandite. 14 Gambar 2.6 Struktur molekul smectite 15 Gambar 2.7 Struktur molekul illite. 16 Gambar 2.8 Variasi volume dan kadar air pada kedudukan batas cair, batas plastis dan batas susut ... 28 Gambar 2.9 Diagram hubungan antara plasticity index dengan plastic limit untuk mengidentifikasikan kesesuaian lempung sebagai bahan baku batu bara dan Keramik .. 30 Gambar 2.10 Alat Atterberg . 35 Gambar 2.11 Rangkaian sinar x pada instrument X-Ray Difraction 37 Gambar 2.12 Mesin X ray flourescence tipe PW1606 Philips 42 Gambar 4.1. Grafik hubungan antara kadar air dan jumlah pukulan Pada penentuan batas cair lempung pagedangan. 61 Gambar 4.2. Grafik hubungan antara kadar air dan jumlah pukulan pada penentuan batas cair lempung Getaan 62 Gambar 4.3. Pengamatan Lempung Daerah Getaan dengan SEM ... 64 Gambar 4.4. Foto SEM dari Lempung Perbesaran 15.007 X . 64 Gambar 4.5. Pengamatan Lempung Daerah Pagedangan dengan SEM . 65 Gambar 4.6. Hasil SEM Lempung Pagedangan Perbesaran 15.007 X 65 Gambar 4.7. Difraktogram Sampel Lempung Getaan 67 Gambar 4.8. Difaktogram sampel Lempung Pagedangan . 68
v DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN I. SKEMA KERJA lampiran 1.1. Rancangan Penelitian 77 lampiran 1.2. Cara Kerja... 77 lampiran 1.2.1. Benefisiasi.. 77 lampiran 1.2.2. Preparasi sampel 78 lampiran 1.2.3. Penentuan indeks Plastisitas metode atteberg 78 lampiran 1.2.4. Karakteriasi dengan XRD... 80 lampiran 1.2.5. Karakterisasi dengan XRF.. 80 lampiran 1.2.6. Karakterisasi dengan SEM 80
LAMPIRAN III. DOKUMENTASI PENELITIAN lampiran 3.1. Alat atteberg digunakan untuk mengukur Batas cair dalam penentuan indeks plastisitas... 85 lampiran 3.2. X-Ray Difraction spectroscopy digunakan dalam penentuan jenis mineral lempung 85 lampiran 3.3. X-Ray Flourocence (XRF) digunakan untuk menentukan komponen senyawa dalam lempung.. 86 lampiran 3.4. Scanning Electron Microscopy, digunakan untuk melihat morfologi muka lempung... 86
vii
ABSTRAK
Tamam, Q.M, 2010, Karakterisasi Lempung dari Daerah Pagedangan Kec. Turen Kab. Malang dan Daerah Getaan Kec. Pagelaran Kab. Malang. Pembimbing: Anton Prasetyo, M.Si
Kata Kunci : Lempung, Indeks Plastisitas, X-Ray DIfraction, X- Ray Flourocense , Scanning Electron Microscopy
Potensi lempung di Indonesia sangatlah besar namun pemanfaatanya hingga kini belum optimal. Untuk mengoptimasi potensi lempung ini dibutuhkan karakterisasi lempung, sehingga dapat dimanfaatkan secara maksimal. Daerah Pagedangan dan daerah Getaan merupakan daerah yang berada di kota Malang bagian selatan, mayoritas masyarakat memanfaatkan lempung sebagai bahan baku pembuatan batu bata dan Genteng. Penelitian ini bertujuan (a) Mengetahui Indeks Plastisitas lempung di daerah Pagedangan Kec. Turen Kab. Malang dan Lempung daerah Getaan Kec. Pagelaran Kab. Malang. (B) Mengetahui komposisi, mineral dan ukuran lempung daerah Pagedangan Kec. Turen Kab. Malang dan lempung daerah Getaan Kec. Pagelaran Kab. Malang. Metode karaktersasi yang digunakan dalam menentukan indeks plastisitas adalah metode atteberg, untuk penentuan komposisi senyawa lempung digunakan X-Ray Flourocence spectroscopy (XRF), untuk penentuan mineral lempung digunakan X-Ray Difraction spectroscopy (XRD) sedangkan untuk mengetahui morfologi luar lempung digunakan Scanning Electron Microscopy (SEM) Hasil Penelitian menunjukkan bahwa Lempung daerah Pagedangan memiliki nilai batas plastis 33,13 batas cair 60,33 dan indeks plastisitas 27,22. Sedangkan lempung daerah Getaan memliki nilai batas plastis 17,05 batas cair 46,60 dan indeks plastisitas 29,55. Karakterisasi SEM menunjukkan bahwa lempung Getaan berwarna hitam disertai partikel- partikel berbentuk kristas berwarna putih sedangkan lempung Pagedangan terlihat berwarna hitam kekuningan disertai partikel- partikel berbentuk Kristal berwarna putih. Karakterisasi XRD menunjukkan bahwa lempung daerah Getaan mengandung mineral SiO 2 (cristobalite) dan (Ca,Na)(Si,Al) 4 O 8 (anorthite, sodian, disordered) sedangkan daerah Pagedangan mengandung mineral kaolinite (Al 2 Si 2 O 5 (OH) 4 ) dan (Ca,Na)(Si,Al) 4 O 8 (anothite, sodian, disordered). Karakterisasi dengan XRF menunjukkan bahwa lempung daerah Getaan didominasi unsur Si sebesar 40,00 % kemudian Fe (33,28 %), Al (14,00%), Ca (8,88%) Ti (1,84%). Pada lempung daerah Pagedangan, Si juga menjadi unsur yang mendominasi yaitu sebesar 36,0 % kemudian Al (14%), Ca (10,8%), Ti (1,99%) dan K (0,84%).
viii
ABSTRACT
Tamam, Q.M, 2010, Characterization of clay from the Regional Pagedangan Turen Malang and Regional Getaan Pagelaran Malang. Advisors : Anton Prasetyo, M.Si
Potential clay in Indonesia is very large but the benefits of clay until now not been optimal. To optimize the potential of clay is needed to characterize the clay, that can be utilized effectively. The regional Pagedangan and Getaan is an area in city of Malang, a majority of people use clay as raw material for making bricks and tiles. This study aimed, (a) Determine the plasticity index of clay in the regional Pagedangan Turen Malang and regional Getaan Pagelaran Malang. (B) Determine the composition, clay minerals and the size of the regional Pagedangan Turen Malang and regional Getaan Pagelaran Malang. Characterize method used in determining the plasticity index is atteberg method, for determining the composition of compounds are used clay Flourocence X-ray spectroscopy (XRF), for determination of clay minerals used in X-Ray Difraction spectroscopy (XRD) to determine morphology, while outside the clay used Scanning Electron Microscopy (SEM). Research results showed that the clay areas have a value of plastic limit Pagedangan 33.13, liquid limit 60.33 and plasticity index of 27.22. While the Regional clay plastic limit values possess Getaan 17.05, liquid limit 46.60 and plasticity index of 29.55. SEM characterization showed that the clay Getaan of black accompanied kristas shaped particles of clay is white while the black looks yellowish Pagedangan particles accompanied by the shape of white crystals. XRD characterization showed that the clay minerals containing regional Getaan SiO 2
(cristobalite) and (Ca, Na) (Si, Al) 4 O 8 (anorthite, sodian, disordered) while Regional Pagedangan containing mineral kaolinite (Al 2 Si 2 O 5 (OH) 4 ) and (Ca, Na ) (Si, Al) 4 O 8 (anothite, sodian, disordered). Characterization by XRF indicated that clay-dominated areas Getaan elements Si and Fe 40.00% (33.28%), Al (14.00%), Ca (8.88%) Ti (1.84%). At the local clay Pagedangan, Si also becomes the dominating element that is equal to 36.0% and Al (14%), Ca (10.8%), Ti (1.99%) and K (0.84%).
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Potensi cadangan lempung di Indonesia sangatlah besar dan tersebar hampir di seluruh daerah terutama di pulau Jawa, Sumatera dan Kalimantan, namun pemanfaatannya belum optimal. Sebagian orang baik perorangan maupun industri memanfaatkan lempung sebagai bahan dasar dalam pembuatan batu bata, marmer, keramik, perabot rumah atau hanya sekedar digunakan untuk menghilangkan rasa pahit pada daun ketela maupun daun papaya. Salah satu kota di Jawa Timur yang memiliki hasil kerajinan dari bahan baku lempung adalah kota Malang. Sebagai kota pendidikan dan wisata, Malang memiliki banyak sekali kerajinan tangan yang terbuat dari lempung, salah satunya adalah industri keramik dan gerabah di daerah Pagedangan dan daerah Getaan. Secara geografis daerah Pagedangan dan daerah Getaan berada di wilayah Kota Malang sebelah selatan atau lebih dikenal dengan Malang Selatan. Sebagai besar masyarakat di kedua daerah tersebut memanfaatkan tanah lempung sebagai bahan baku dalam pembuatan batu bata dan genteng. Meskipun kedua daerah berada di wilayah Malang Selatan serta memproduksi batu bata dan genteng, ternyata produk yang dihasilkan memiliki kualitas yang berbeda, hal ini kemungkinan disebabkan oleh karakteristik tanah lempung yang berbeda. Secara fisik, tanah lempung dari daerah Pagedangan merupakan tanah merah sedangkan tanah 1 lempung dari daerah Getaan merupakan tanah hitam sehingga ada kemungkinan adanya perbedaan struktur dan karakteristik lempung yang berbeda. Lempung dapat didefinisikan sebagai campuran partikel-partikel pasir, debu dan bagian-bagian tanah liat yang mempunyai sifat-sifat karakteristik yang berlainan dalam ukuran yang kira- kira sama. Salah satu ciri partikel-partikel tanah liat adalah mempunyai muatan ion positif yang dapat dipertukarkan. Material ini mempunyai daya serap dengan berubahnya kadar kelembapan. Tanah liat mempunyai luas permukaan yang sangat besar (Mahida, 1984). Mineral lempung (clay) sangat umum digunakan dalam industri keramik. Mineral lempung merupakan penyusun batuan sedimen dan penyusun utama dari tanah (Nelson, 2001). Lempung adalah material yang memiliki ukuran diameter partikel < 2 m dan dapat ditemukan dekat permukaan bumi. Karakteristik umum dari lempung mencakup komposisi kimia, struktur lapisan kristal dan ukurannya. Semua mineral lempung memiliki daya tarik terhadap air. Sebagian mudah untuk membesar dan dapat memiliki volume 2 kali lebih besar dalam keadaan basah. Sebagian besar lempung terbentuk ketika batu berkontak dengan air, udara atau gas. Contohnya adalah batu yang mengalami kontak dengan air yang dipanaskan oleh magma (lelehan batu), batuan sedimen di laut atau di dasar danau. Semua kondisi alam diatas akan membentuk mineral lempung dari mineral sebelumnya (Grim, 1962). Mineral lempung terdiri atas berbagai jenis, antara lain : kaolinit, monmorilonit, illit atau mika, dan antapulgit (Nurahmi, 2001). Struktur kristal lempung terbentuk dari dua struktur lapisan dasar yaitu silika dan alumina (Grim, 1962). Lapisan silika memiliki rumus molekul (Si 4 O 10 ) 4- . Lapisan ini terbentuk dari satu atom silikon (Si) yang membentuk struktur tetrahedral dengan empat atom oksigen (O 2- ) atau hidroksi (OH - ). Atom silikon berada di pusat tetrahedral. Jarak antara atom-atom oksigen adalah sama. Lempung biasanya muncul dari daerah dengan kondisi geologis tertentu dan bisa terbentuk di laut (marine clay) atau di darat (terrestrial clay), dengan proses pembentukan bisa secara allogenic clay (dari luar cekungan sedimentasi) atau secara authigenic clay (terbentuk di dalam lingkungan sedimentasi, misalnya perubahan atau proses alterasi dari mineral feldspar menjadi mineral lempung) dan juga dapat terbetuk di daerah vulkanik, daerah geotermal dan sebagainya. Pada saat karakterisasi lempung, secara umum tidak memerlukan spesifikasi proses laboratorium yang kaku, tetapi analisa laboratorium ini tetap diperlukan untuk dapat membedakan mutu dari lempung itu sendiri dan untuk dapat diarahkan terhadap penggunaannya. Secara umum untuk mengidentifikasi mineral lempung dilakukan dengan metode difraksi sinar-X atau XRD, untuk mengidentifikasi unsur-unsur yang berada pada lempung digunakan metode XRF sedangkan untuk mengetahui morfologi dari lempung digunakan metode SEM. Kesulitan dalam intepretasi difraktogram yang sering timbul dalam teknik identifikasi ini adalah terjadinya pola difraksi yang kompleks akibat adanya interstratifikasi berbagai jenis mineral lempung dan mineral non lempung dalam lempung alam, dan terbentuknya pita difraksi yang lebar yang disebabkan oleh adanya cacat kristal dan keteraturan kristal lempung yang rendah. Kesulitan-kesulitan tersebut dapat diatasi dengan menggunakan mineral lempung standar yaitu berupa kaolinit dan monmorilonit murni sebagai pembanding. Tetapi pada kenyataannya lempung murni sangat jarang ditemukan. Namun sesungguhnya mineral lempung murni dapat diperoleh dengan cara sintesis ataupun pemisahan mineral lempung utama dalam lempung alam. Pemurnian lempung untuk mendapatkan kaolinit dan monmorilonit murni dapat dilakukan dengan cara pemisahan fraksinasi berat jenis, proses ini dikenal dengan nama benefisiasi. Lempung juga termasuk salah satu material yang ditulis dalam Al-Quran dan disebut sebagai bahan dasar diciptakanya nabi Adam, Hal ini dijelaskan oleh Allah dalam surat al-hijr ayat 26: )9 $)=z }# = *q `` Dan sesungguhnya kami telah menciptakan manusia (adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. (Q.S. al- hijr: 26)
Lempung dalam kehidupan sehari- hari banyak memberikan manfaat dalam kehidupan manusia, hal ini dikarenakan lempung merupakan bagian dari tanah yang merupakan salah satu dari empat unsur kehidupan yaitu tanah, air, udara, api. Dalam industri bahan alam, lempung banyak digunakan untuk industri keramik, bahan baku pembuatan portland cement, bahan baku pembuatan genteng, untuk batu bata, pipa-pipa saluran air, perabot rumah tangga dan tungku (Anonymous, 2010) Salah satu hambatan dalam pengembangan industri keramik di Indonesia adalah penyediaan bahan baku yang belum dapat dipertahankan mutunya. Kandungan mineral bahan baku yang tidak konsisten menyebabkan kualitas produk keramik menjadi tidak standar, sehingga mengakibatkan produk keramik Indonesia menjadi kurang memiliki daya saing. Hambatan ini disebabkan oleh tidak adanya industri pemurnian bahan dan minimnya institusi penelitian bidang keramik di Indonesia yang memiliki peralatan penelitian yang memadai, oleh karena itu diperlukan karakterisasi bahan baku keramik dalam hal ini adalah lempung, karena dengan melakukan karakterisasi akan didapatkan data-data sifat kimia dan fisika lempung meliputi komposisi kimia, Mineral lempung dan ukuran lempung.
1.2 Rumusan Masalah a. Bagaimana Indeks Plastisitas lempung di daerah Pagedangan Kec. Turen Kab. Malang dan lempung daerah Getaan Kec. Pagelaran Kab. Malang ? b. Bagaimana komposisi, mineral dan ukuran lempung daerah Pagedangan Kec. Turen Kab. Malang dan lempung daerah Getaan Kec. Pagelaran Kab. Malang?
1.3 Tujuan a. Mengetahui Indeks Plastisitas lempung di daerah Pagedangan Kec. Turen Kab. Malang dan Lempung daerah Getaan Kec. Pagelaran Kab. Malang. b. Mengetahui komposisi, mineral dan ukuran lempung daerah Pagedangan Kec. Turen Kab. Malang dan lempung daerah Getaan Kec. Pagelaran Kab. Malang.
1.4 Batasan Masalah a. Sampel lempung berasal dari daerah Pagedangan Kec. Turen Kab. Malang dan daerah Getaan Kec. Pagelaran Kab. Malang. b. Instrumen yang digunakan untuk karakterisasi meliputi XRD, XRF dan SEM. c. Pengukuran Indeks Plastisitas menggunakan metode Atterberg
1.5 Manfaat Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang komposisi, mineral, ukuran dan indeks plastisitas lempung daerah Pagedangan dan daerah Getaan sehingga dapat digunakan sebagai bahan baku secara tepat.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Lempung 2.1.1. Pengertian Lempung Lempung merupakan mineral sekunder dan tergolong aluminium filosilikat terhidrasi (Barroroh, 2007). Mineral lempung (clay) sangat umum digunakan dalam industri keramik. Mineral lempung merupakan penyusun batuan sedimen dan penyusun utama dari tanah (Nelson, 2001). Lempung adalah material yang memiliki ukuran diameter partikel < 2 m dan dapat ditemukan dekat permukaan bumi. Karakteristik umum dari lempung mencakup komposisi kimia, struktur lapisan kristal dan ukurannya. Semua mineral lempung memiliki daya tarik terhadap air. Sebagian mudah untuk membesar dan dapat memiliki volume 2 kali lebih besar dalam keadaan basah. Sebagian besar lempung terbentuk ketika batu berkontak dengan air, udara atau gas. Contohnya adalah batu yang mengalami kontak dengan air yang dipanaskan oleh magma (lelehan batu), batuan sedimen di laut atau di dasar danau. Semua kondisi alam diatas akan membentuk mineral lempung dari mineral sebelumnya (Grim, 1962). Mineral lempung terdiri atas berbagai jenis, antara lain : kaolinit, monmorilonit, illit atau mika, dan antapulgit (Nurahmi, 2001). Mineral lempung yang terbentuk dari erosi benua, tanah dan batuan-batuan laut adalah bagian yang penting untuk lingkaran yang membentuk batuan sedimen. Batuan sedimen dilaporkan mengandung 70 % batuan lumpur (terkandung 50 % pecahan lempung) dan shale (batuan yang mudah pecah, seperti 7 batuan lumpur mengandung partikel lempung). Karakteristik fisik lempung adalah lengket dan mudah dibentuk saat lembab, tetapi keras dan kohesif saat kering (Nagendrappa, 2002). Sebagian besar lempung memiliki kemampuan untuk menyerap ion dari suatu larutan dan melepaskan ion tersebut bila kondisinya berubah. Molekul air sangat tertarik pada permukaan mineral lempung, oleh karena itu ketika sedikit lempung ditambahkan ke dalam air maka akan terbentuk slurry karena lempung mendistribusikan dirinya sendiri ke dalam air. Campuran lempung dalam jumlah besar dan sedikit air akan menghasilkan lumpur yang dapat dibentuk dan dikeringkan untuk menghasilkan bahan yang keras dan padat. Lempung juga termasuk salah satu material yang ditulis dalam Al-Quran dan disebut sebagai bahan dasar diciptakanya nabi Adam, Hal ini dijelaskan oleh Allah dalam surat Al-Hijr ayat 26: ) )) ) 9 99 9 $ $$ $ ) )) ) = == = z zz z } }} } # ## # = == = * ** * q qq q ` `` ` ` `` ` Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. (Q.S. al- hijr: 26)
2.1.2. Struktur Atom Mineral Lempung Struktur atom mineral lempung terdiri dari dua unit struktural, yaitu (Das, 1998): a. Silika tetrahedral, yang terdiri dari empat atom oksigen mengelilingi satu atom silicon, kombinasi ini membentuk lempeng silica (shilica sheet).
Gambar 2.1. Struktur Kristas Silica (Das, 1998)
b. Aluminium oktahedral, yang terdiri dari enam gugus hidroksil yang mengelilingi sebuah atom aluminium. Kombinasi ini membentuk lempeng gibbsite (gibbsite sheet) atau dapat juga disebut lempeng brucite (brucite sheet) bila atom Al digantikan oleh Mg.
Gambar 2.2. Struktur Aluminium Oktahedral
Jaringan tetrahedral memiliki dua struktur, yaitu dioktahedral dan trioktahedral. Struktur dioktahedral memiliki dua kation oktahedral per unit sel karena Al 3+ lebih dominan dan hanya menempati 2/3 kisi oktahedral sedangkan struktur triokthedral memiliki 3 kation oktahedral tiap setengah unit sel (Abdulloh, 2004). Umumnya skema struktural mineral lempung dihasilkan oleh kombinasi lempeng unit tetrahedral dan unit oktahedral. Dua pertiga hidroksil pada salah satu bidang pada lapisan oktahedral diganti oleh oksigen apical dari lapisan tetrahedral. Ion-ion OH - pada pusat heksagonal dibentuk oleh oksigen dari lapisan tetrahedral. Kombinasi satu lapisan oktahedral dan satu lapisan tetrahedral dengan cara ini menghasilkan struktur lapisan 1:1. Tetapi bila dua lapisan silica ditambahkan dengan menempatkan lagi hidroksil berlawanan dengan kation oktahedral akan menghasilkan jenis srtuktur 2:1. (Abdulloh, 2004).
2.1.3. Komposisi Mineral Lempung Berdasarkan komposisinya mineral lempung dibedakan menjadi beberapa kelompok seperti ditampilkan pada tabel 2.1, sedangkan komposisi kimia yang terdapat dalam lempung menurut metode NLCE (National Laboratory for Civil Engeneering) terlihat pada table 2.2
Tabel 2.1 Kelompok dan komposisi mineral lempung Kelompok Struktur Lapisan Komposisi Kaolinite 1:1 dioktahedral Al 2 Si 2 O 5 (OH) 4
Serpentine 1:1 trioktahedral Mg 6 Si 4 O 10 (OH) 8
Montmorillonite atau smectite 2:1 dioktahedral atau trioktahedral (Na,Ca) 0,3 (Al,Mg) 2 Si 4 O 10 (OH) 2 . nH 2 O Pyrohyllite 2:1 dioktahedral Al 2 Si 4 O 10 (OH) 2
Mika 2:1 dioktahedral atau trioktahedral KAl 2 (AlSi 3 )O 10 (OH) Sumber : Abdulloh (2004) dan Barroroh (2007)
Lapisan alumina memiliki rumus molekul Al 2 (OH) 6 dan ini biasa disebut gibbsite. Struktur ini tersusun satu atom alumunium dan enam atom oksigen yang membentuk struktur oktahedral. Atom alumunium dapat digantikan oleh atom magnesium membentuk struktur dengan nama brucite, Mg 3 (OH) 6 .
Tabel 2.2 Komposisi kimia dalam lempung Senyawa Jumlah (%) Silika (SiO 2 ) 61,43 Alumina (Al 2 O 3 ) 18,99 Besi Oksida (Fe 2 O 3 ) 1,22 Kalsium Oksida (CaO) 0,84 Magnesium Oksida (MgO) 0,91 Sulfur Trioksida (SO 3 ) 0,01 Potasium Oksida (K 2 O) 3,21 Sodium Oksida (Na 2 O) 0,15 H2O hilang pada suhu 105 0 C 0,6 H2O hilang pada pembakaran diatas 105 0 C 12,65 Sumber : Kurniasari (2008)
2.1.4. Penggunaan Lempung dalam Kehidupan Manusia Lempung merupakan mineral yang mempunyai banyak kegunaan dan aplikasi, tidak hanya sebagai bahan keramik, bahan bangunan, bahan pelapisan kertas, atau bahan farmasi saja namun penggunaan lempung telah mengalami pengembangan. Saat ini lempung juga banyak digunakan sebagai adsorben, penyangga katalis, penukar ion, dll, bergantung pada sifat fisik lempung tersebut (Vaccari, 1999). Dalam bidang katalis, lempung telah lama dikenal sebagai katalis perengkahan dan merupakan katalis perengkahan komersial pertama (USA, 1936) yang digunakan dalam perengkahan minyak bumi. Walaupun sudah tidak digunakan lagi sebagai sebuah katalis komersial (hanya sebagai komponen penyangga), namun penelitian dan pengembangan terhadap lempung sebagai komponen katalis perengkahan masih terus dilakukan hingga sekarang. Hal ini disebabkan oleh keistimewaan struktur lempung, yaitu ukuran porinya yang besar.
2.1.5. Asal Usul Terbentuknya Lempung Batu lempung adalah merupakan kumpulan dari mineral lempung yang termasuk jenis batuan sedimen yang mempunyai ukuran butir < 1/256 mm (skala wentworth), lempung ini tersusun atas kelompok alumina silicates (alumina silika, seperti Al, Fe, Mg, Si), lempung biasanya muncul dari daerah dengan kondisi geologis tertentu dan bisa terbentuk di laut (marine clay) atau di darat (terrestrial clay), dengan proses pembentukan bisa secara allogenic clay (dari luar cekungan sedimentasi) atau secara authigenic clay (terbentuk di dalam lingkungan sedimentasi, misalnya perubahan atau proses alterasi dari mineral feldspar menjadi mineral lempung) dan juga dapat terbetuk di daerah vulkanik, daerah geotermal dan sebagainya. Jadi ditinjau dari ukuran butir dalam urutan batuan sedimen, batu lempung ini mempunyai ukuran yang paling halus. Salah satu contoh dari batu lempung diantaranya adalah batu lempung karbonat dan batu lempung laminasi.
Gambar 2.3. Batuan lempung karbonat
Gambar 2.4 Batuan lempung laminasi
Batu lempung karbonat mengandung material karbon / bersifat karbonan material ini umumnya berwarna gelap. Proses terbentuknya material karbonat ini berhubungan dengan tanaman darat (land plants/terrestrial higher plants), yang tertimbun dalam proses sedimentasi dalam kondisi reduksi (an-oxidized), sehingga menjadikan pengkayaan material organik. Umumnya batu lempung karbonat jarang yang berfungsi sebagai reservoir melainkan bisa sebagai batuan penutup. Justru kalau organik materialnya berlebih/ kandungan TOC (total organic content) tinggi maka dapat berfungsi sebagai source rock (batuan induk, batuan yang menghasilkan hydrocarbon), atau sering disebut sebagai oil shale, bisa black shale (umumnya di laut) atau brown shale (terrestrial). Batu lempung laminasi ini terbentuk dari batuan asal (batuan induk) akibat dari proses pelapukan dan tertransportasinya batuan induk tersebut menuju suatu cekungan atau daratan, di mana jarak yang ditempuh sangat jauh di bawa oleh media air yang sangat deras sampai mengakibatkan butiran sangat halus. Butiran yang halus tersebut terus terbawa sampai ke daerah cekungan berarus tenang dan butiran yang halus tersebut terendapkan secara perlahan-lahan dan terjadi proses yang disebut lithifikasi atau sedimentasi sehingga terjadilah pembatuan yang akhirnya terbentuk batu lempung laminasi.
2.1.6. Jenis-Jenis Lempung Berdasarkan struktur dan komposisi kimia, lempung dapat dibagi menjadi tiga kelas utama, yaitu kandite, smectite dan illite (Nelson, 2001). a. Kandite Kandite adalah jenis mineral lempung yang mempunyai struktur susunan lapisan kristal T-O (tetrahedral oktahedral) dengan lapisan oktaheral seperti struktur gibbsite. Lapisan tersebut bermuatan netral, oleh karena itu ikatan antar lapisannya merupakan ikatan van der Waals yang lemah. Jenis lempung yang terkenal dari golongan kandite adalah kaolinite yang mempunyai rumus molekul Al 2 Si 2 O 5 (OH) 4 . Jenis lainnya adalah Anauxite, Dickite, dan Nacrite.
Gambar 2.5. Struktur molekul kandite
Kaolinite terbentuk dari perubahan hidrotermal dari mineralmineral aluminosilikat. Batuan granit merupakan sumber terbesar penghasil kaolinite. Dalam pembentukannya ion ion seperti Na + , K + , Mg 2+ , dan Ca 2+ harus disingkirkan terlebih dahulu melalui proses pertukaran ion dengan kondisi pH yang rendah. Sifat dari kaolinite adalah tidak dapat mengadsorpi air, sehingga kaolinite tidak dapat mengembang pada saat kontak dengan air. Oleh karena itu kaolinite banyak digunakan dalam industri keramik. Jenis lempung lain yang masuk dalam kelas kandite adalah halloysite dengan rumus molekul Al 2 Si 2 O 5 (OH) 4 .4H 2 O, strukturnya mirip dengan kaolinite namun diantara lapisan T-O terdapat lapisan molekul air. b. Smectite Smectite adalah lempung dengan struktur T-O-T. Smectite dapat berstruktur dioktahedral atau trioktahedral. Sifat smectite yang paling penting adalah kemampuannya untuk menyerap molekul H 2 O di antara lapisan T-O-T, sehingga volumenya akan meningkat jika dikontakkan dengan air. Contoh lempung smectite yang paling terkenal adalah montmorillonite yang mempunyai rumus molekul (Ca,Na)(Al,Mg,Fe) 4 (Si,Al) 8 O 20 (OH) 4 .nH 2 O.
Gambar 2.6. Struktur molekul smectite
Montmorillonite merupakan unsur utama dari bentonite. Montmorillonite terbentuk karena adanya perubahan bentuk dari abu vulkanik yang disebabkan oleh perubahan cuaca. Montmorillonite dapat mengembang sampai beberapa kali dari volume awalnya ketika kontak dengan air (Nelson, 2001). Lapisan dalam montmorillonite biasanya mengandung ion Na+, Ca2+ dan Mg2+. ketika lempung ini kering kation kation ini berada dalam struktur heksagonal pada unit silika. Namun bila dikontakkan dengan air ion ion tersebut dapat tergantikan oleh ion ion baik logam maupun nonlogam seperti H 3 O + , HN 4+, Al 3+, Fe 3+, R 4 N + , R 4 P + dsb. (Nagendrappa, 2002). Sifat inilah yang sangat berguna dari mineral lempung sebagai katalis. c. Illite Illite mempunyai rumus molekul (Si 8-y ,Al y ) O 20 (OH) 4 dengan harga y antara 1-1,5. Illite mempunyai struktur dasar yang mirip dengan batuan pembentuk mineral mika. Illite merupakan lapisan silikat 2:1 dengan lapisan dasarnya terdiri dari dua lapisan silikat dengan alumina yang membentuk oktahedral.
Gambar 2.7. Struktur molekul illite
Untuk menjaga keseimbangan struktur, ion Ca 2+ dan Mg 2+ dapat menggantikan ion K. Lapisan dalam kation K, Ca dan Mg dapat mencegah air masuk ke dalam struktur. Oleh karena itu illite merupakan jenis lempung yang tidak mengembang (non-expanding clay). Illite terbentuk dari perubahan dari batuan kaya K dan Al. Illite merupakan unsur utama pembentuk batuan mudrock dan shale.
2.1.7. Lempung Sebagai Bahan Penciptaan Manusia. Tanah lempung merupakan agregat partikel-partikel berukuran mikroskopik dan submikroskopik yang berasal dari pembusukan kimia unsur- unsur penyusun batuan, dan bersifat plastis dalam selang kadar air sedang sampai luas. Lempung dalam keadaan kering bersifat sangat keras dan tak mudah terkelupas hanya dengan jari tangan. Permeabilitas lempung sangat rendah (Terzaghi dan Reck, 1987 dalam Usman, 2008) sifat yang khas dari tanah lempung adalah dalam keadaan kering bersifat keras dan jika basah akan bersifat lunak plastis dan kohesif, mengembang dan menyusut dengan cepat, sehingga mempunyai perubahan volume yang besar dan itu terjadi karena pengaruh air. Sifat keras lempung ini juga di ungkapkan oleh Allah dalam surat Ar- Rohman ayat 14 Y={ }# = $9%.
Dia menciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar (QS. ar- rohman : 14)
Dalam tafsir Al-Quran Al-Aisar (Al-Jazairi, 2009) kata Ash-shalshalu artinya tanah kering, dan kata Al Fakkharu artinya tanah yang terbakar yang disebut dengan terbikar. Kata Al-Fahkkharu bisa dibaca berkharokat fat-hah Al-Fahkkhara berkedudukan sebagai kata penjelas (keterangan) dari kata Al- Insanu artinya Allah telah menciptakan manusia dari tanah kering, lalu manusia tersebut menjadi seperti tembikar, dalam warna dan kekuatanya. Adapun proses kejadian manusia dari bentukan unsur-unsur yang terkandung dalam tanah di ungkapkan dalam Al-Quran sebagai berikut : <) O %{& $s= $% ) #6# !# $ /39 9) .'& {# `.G`# $ `F`$ O #/? 9) ) 1 '=% '=g
Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka shaleh. Shaleh berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. dia Telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya[726], Karena itu mohonlah ampunan- Nya, Kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya)." (Q.S Huud : 61)
Secara tegas ayat tersebut menyatakan bahwa manusia terbuat dari unsur bahan-bahan yang ada di Bumi. G# & 3)={ >#? O #) F& "0 F?
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan kamu dari tanah gemuk/ soil (Thurab), Kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang berkembang biak. (Q.S Ar-Ruum : 20)
Pengertian Thurab di atas menunjuk pada bagian tanah gembur di Bumi yang mana merupakan hasil proses pengikisan dari lapisan-lapisan batuan yang keras. `9& %!# #`. & N9# {# $F%2 $)? $)F $=_ $9# . ` r & ``
Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, Kemudian kami pisahkan antara keduanya. dan dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman? (Q.S. Al Anbiyaa: 30)
Dan Allah Telah menciptakan semua jenis hewan dari air, Maka sebagian dari hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu (Q.S. An Nuur:45)
%!# ,={ $9# #0 `&#f $7 # %. 7/ #% Dan dia (pula) yang menciptakan manusia dari air lalu dia jadikan manusia itu (punya) keturunan dan mushaharah[1070] dan adalah Tuhanmu Maha Kuasa.(Q.S. Al-Furqaan : 54)
%!# m& . ` )=z &/ ,=z }# Yang membuat segala sesuatu yang dia ciptakan sebaik-baiknya dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah. (Q.S. As-Sajdah : 7)
%!# 3)=z O % _& _& O `F& I?
Dialah yang menciptakan kamu dari tanah, sesudah itu ditentukannya ajal (kematianmu), dan ada lagi suatu ajal yang ada pada sisi-Nya (yang dia sendirilah mengetahuinya), Kemudian kamu masih ragu-ragu (tentang berbangkit itu). (Q.S. Al-Anaam : 2)
JF`$ & & $)=z & $)=z $) )={ _> Maka tanyakanlah kepada mereka (musyrik Mekah): "Apakah mereka yang lebih kukuh kejadiannya ataukah apa[1273] yang Telah kami ciptakan itu?" Sesungguhnya kami Telah menciptakan mereka dari tanah liat.( Q.S. Ash Shaaffaat: 11)
)9 $)=z }# '#= Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. (Q.S. Al Muminuun :12)
Pengertian Thin (lempung) menunjuk pada lapisan tanah (Thurab) yang telah bercampur dengan air (Maa), hal ini diperkuat dengan adanya unsur kepekatan pada Thin itu sendiri. Dari adanya Thin inilah maka dimulainya penciptaan manusia. Lebih spesifik lagi Allah menyebutkan bahwa hanya beberapa komponen unsure saja/ saripati (Sulalat) yang berperan penting dalam penciptaan tersebut. Penyelidikan sains menyebutkan unsur-unsur tersebut diantaranya adalah C + O 2 + Ni + H 2 + Fe + K + Si + Mn Y={ }# = $9%. Dia menciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar, (Q.S. Ar- Rohman:14)
)9 $)=z }# = *q `` Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.
Shal-shal atau protein merupakan senyawa hasil reaksi dari beberapa macam unsur tersebut di atas, dan merupakan substansi dasar makhluk hidup. Ayat-ayat di atas menegaskan adanya gagasan pencetakan dalam penciptaan manusia. Bagaimana unsur-unsur tanah tersebut bisa merancang sedemikian rupa sehingga membentuk rupa manusia sesuai dengan kehendak-Nya. Penemuan sains akan DNA dan Kromosom telah memungkinkan terbukanya misteri tersebut. DNA adalah suatu makromolekul protein yang sangat kompleks dan merupakan materi kimia dasar atau sarana bagi terjadinya transfer informasi biologis. DNA mempunyai struktur spiral dalam bentuk heliks ganda, satu pita dibelitkan ke sekeliling pita lain (mungkin ini yang dimaksud Q.S. 55.Ar Rahmaan, ayat 14 di atas). $' '$9# #)?# `3/ %!# /3)={ n ,=z $] $_ ]/ $] %` #W. $ #)?# !# %!# 9$? / %n{# ) !# %. 3= $6%
Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang Telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya[263] Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain[264], dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan Mengawasi kamu.( Q.S. Ar Rahmaan:14)
Maksud dari padanya menurut Jumhur Mufassirin ialah dari bagian tubuh (tulang rusuk) Adam A.S. berdasarkan hadis riwayat Bukhari dan Muslim. di samping itu ada pula yang menafsirkan dari padanya ialah dari unsur yang serupa yakni tanah yang dari padanya Adam A.S. diciptakan. Menurut kebiasaan orang Arab, apabila mereka menanyakan sesuatu atau memintanya kepada orang lain mereka mengucapkan nama Allah seperti :As aluka billah artinya saya bertanya atau meminta kepadamu dengan nama Allah. Bentuk kehidupan pertama kali adalah makhluk Bersel Satu. Makhluk ini terjadi akibat proses substitusi dari protein (Shal-shal) yang mendapat gempuran sinar kosmis dari langit. Seperti diketahui bumi pada saat mula terbentuknya dahulu kaya akan sinar kosmis akibat masih labilnya lapisan Atmosfir. Makhluk Bersel Satu ini berkembang biak dengan cara membelah diri. Karena itu pada ayat tersebut disebutkan untuk jenis wanita juga diciptakan berasal dari bagian yang membelah diri dari makhluk tersebut. Setelah mengalami evolusi menjadi makhluk yang lebih kompleks, baru kemudian perkembangbiakkannya dengan cara perkawinan antara jenis laki-laki dan perempuan. Kata saripati berasl dari bahasa arab yaitu sulalat yang berarti sesuatu yang disarikan dari sesuatu yang lain. Kata tersebut muncul di bagian al-quran, yang di dalamnya dinyatakan bahwa asal usul manusia adalah sesuatu yang disarikan dari cairan mani (pada masa kini diketahui bahwa komponen aktif cairan mani adalah organisme sel tunggal yang disebut 'spermatozoon' ). 'saripati lempung' pasti merujuk pada berbagai komponen kimiawi yang menyusun lempung yang disarikan dari air yang dalam hal bobotnya merupakan unsur utama. Air yang di dalam Al-Quran dianggap sebagai asal-usul seluruh kehidupan, disebutkan sebagai unsur penting dalam ayat berikut : %!# ,={ $9# #0 `&#f $7 # %. 7/ #% Dan dia (pula) yang menciptakan manusia dari air lalu dia jadikan manusia itu (punya) keturunan dan mushaharah[1070] dan adalah Tuhanmu Maha Kuasa. (Q.S. Al-Furqaan:54)
Sebagaimana di tempat lain dalam Al-Quran, 'manusia' yang dirujuk di sini adalah Adam. Tak akan timbul keraguan bahwa di dalam kedua belas perujukan di atas banyak ruang diberikan kepada perenungan simbolis tentang asal-usul manusia, termasuk suatu isyarat yang jelas tentang apa yang akan terjadi atasnya setelah kematiannya, dan mengandung penunjukan-penunjukan kepada fakta bahwa manusia akan kembali ke bumi demi dimunculkan kembali pada Hari Pengadilan. Meskipun demikian, di sana juga tampak adanya perujukan kepada komposisi kimiawi tubuh manusia. Komposisi tersebut merupakan unsur unsur tanah. Kita tahu bahwa tanah liat bersifat menempel dan melekat bagai lem bisa di bentuk seperti apa yang kita inginkan. Al-Qurtubiyy menguraikan bahwa pada dasarnya tanah liat ini tanah yang melekat atau menempel diantara satu sama lain, sehingga apabila menyatu tanah ini akan menjadi tanah yang keras. Al-Qurtubiyy juga menerangkan di dalam tafsirnya bahwa manusia pertama yaitu yang dikaitkan dengan Adam, Dikatakan kekal sebagai satu komponen yang berbentuk tanah liat dan menempuh waktu selama 40 tahun sehinga sifat fisiknya berubah menjadi kering dan keras. Dalam artian ini jelas kelihatan tanah yang di bentuk sudah keras sehingga bisa berdenting dan dapat menimbulkan suara yang bergemerincing ini menunjukkan bahwa saat nya Adam menjadi manusia yang lengkap sudah tiba. Dan ini dapat di katakan fase terakhir proses peciptaan adam sebagai manusia pertama setelaah mengalami fase2 sebelumnya,disamping fase berikutnya adalah peniupan ruh. Ini adalah fase terakhir proses penciptaan manusia pertama(Adam) dari aspek spiritual, setelah aspek fisiknya telah lengkap hingga ke tahap menjadi satu komponen wujud manusia. . Ruh mulanya masuk melalui hidung pada masa 40 th kemudian naik ke otak, kemudian mengisi kepala dan leher, kemudian turun ke dada dan pusat, kedua tangan dan kaki sampai tersebar keseluruh tubuh membentuk darah. Allah menciptakan manusia dengan sempurna yaitu diberikannya bentuk tubuh yang baik, akal pikiran dan nafsu, kemudian manusia itu sendiri yang menentukan mampu atau tidaknya menggunakan pemberian Allah dengan baik (QS. Attin: 4-5). Ruh sebagai power untuk menghidupkan seluruh anggota badan, Akal sebagai alat untuk menerima ilmu pengetahuan atau untuk mengetahui hakikat sesuatu secara logis tanpa mempertimbangkan hal-hal yang irasional, anggota tubuh seperti panca indra yang hanya dapat merealisasikan secara indrawi tanpa mempertimbangkan pernghalangnya. Dari semua anggota tubuh manusia hanya Hati yang dapat menerima sesuatu yang mutlak dari Allah yang maha kuasa karena hati adalah sebagai bagian utama dari anggota tubuh, semua aktivitas anggota tubuh.
2.2 Keramik. Keramik berasal dari bahasa yunani keromos yang berarti periuk atau belanga yang dibuat dari tanah (Astute, 1997 dalam Kurniasari, 2008), sedangkan menurut Dirjen Industri Agro dan Kimia (2009), keramik adalah berbagai produk industri kimia yang dihasilkan dari pengolahan tambang seperti lempung, feldspar, pasir silica dan kaolin melalui tahap pembakaran dengan suhu tinggi. Adapun sifat keramik adalah tidak korosif, ringan, keras dan stabil pada suhu tinggi (Baraba, 1998 dalam Kurniasari, 2008) Hadi (2005) membagi mineral lempung (aluminium Silika anhidrat) untuk pembuatan keramik menjadi tiga kelompok, yaitu : a. Kaolin untuk memproduksi keramik putih, misalkan cangkir, piring dan alat- alat laboratorium. Kaolin disebut juga China Clay adalah tanah liat primer yang berfungsi sebagai komponen utama dalam pembuatan campuran porselin dan digunakan dalam keramik stoneware dan earthenware. Kaolin memiliki plastisitas yang rendah (Anonymous, 2009). b. Illil sebagai bahan dasar keramik untuk bangunan (batubata, genteng) (Hadi, 2005) dengan sifatnya memiliki plastisitas sedang. c. Montmorilonit yang merupakan lempung dengan plastisitas tinggi. Bentonit dengan mineral utama montmorilonit berupa senyawa alumino-silikat hidrous memiliki sifat plastisitas yang tinggi dibandingkan kaolin. Menurut Aziz dkk (2005), bentonit dapat menggantikan kaolin untuk memberikan sifat plastisitas yang lebih baik.
2.3 Teori Plastisitas Beberapa teori yang membahas plastisitas lempung adalah teori air kristal atau kimiawi, teori kehalusan butir, teori lempengan atau teori lapis tipis, teori kunci mengunci atau pegang memegang, teori koloid atau teori molekul (Prasetyo, 2007) : a. Teori air kristal atau kimiawi Air yang terikat secara kimiawi menyebabkan keplastisan lempung. Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa bila lempung dibakar yang berarti kehilangan air kristal, menyebabkan hilangnya daya plastis. b. Teori kehalusan butir Keplastisan suatu lempung di tentukan oleh derajat kehalusan butir. Teori ini didasarkan atas kenyataan bahwa bahan-bahan non plastis seperti kuarsa atau feldspar dapat memperlihatkan daya keplastisan (sekalipun kecil), jika bahan tersebut sebelumnya telah digiling halus. c. Teori lempengan atau lapis tipis. Pada pengujian suatu lempung dibawah mikroskop, mineral lempung terdiri dari sejumlah lempengan-lempengan kecil. Lempengan- lempengan ini dimisalkan sebagai dua lempengan kaca. Dalam keadaan basah menyebabkan lempengan satu mudah meluncur atau bergeser dai lempengan yng lainya dan hamper tidak mungkin lempengan- lempengan tersebut dapat dipisahkan satu sama lain, keadaan inilah yang mendorong keplastisan. d. Teori kunci mengunci teori koloid Keplastisan suatu lempung disebabkan oleh susunan butir-butir yang tidak teratur sehingga dapat saling mengunci atau pegang memegang satu sama lain. Butir- butir yang saling mengunci tersebut dapat memberikan sifat kohesif terhadap lempung selanjutnya menyebabkan keplastisan.
e. Teori koloid Zat-zat koloid pada lempung yang sangat halus dan berbagi merata sebagai agregat ini mempunyai kemampuan untuk menyerap air yang selanjutnya dapat mengembang seperti bunga karang (sponge). lempung dapat dikatakan bahwa bersifat plastis dikarenakan adanya butiran partikel koloid seperti bunga karang itu dapat melicinkan butiran non plastis untuk menambah sifat mudah di bentuk. Sifat koloid yang terjadi dalam lempung disebabkan adanya lapisan air yag mengelilingi butiran silica dan alumina. Jika terdapat lempung yang plastis ditambahkan air, maka lempung tersebut akan mengembang dan jika airnya dihilangkan lagi atau dengan kata lain lempung menjadi kering maka lempung akan menyusut lagi, sehingga lempung menunjukkan daya adsorpsi yang kuat terhadap air. Hasil adsorpsi ini menimbulkan plastis yang permanen, tetapi lempung ini kemudian akan pecah jika lempung dipanaskan di atas suhu tertentu. f. Teori tarikan molekul Partikel- partikel lempung memiliki muatan listrik. Jika muatan partikel partikel di dalam lempung berbeda, maka partikel-partikel akan tarik menarik secara kuat satu sama lain dan akan saling pegang memegang seperti halnya serbuk besi yang tertarik oleh suatu magnet, sedangkan jika muatan-muatan dari dua partike tersebut sama, mereka akan tolak-menolak satu sama lain. Air dapat tertarik secara kuat pada partikel-partikel lempung sedemikian kuatnya sehingga dapat membentuk suatu mantel air dikelilingi partikel-partikel lempung yang dapat menjadikan sistem ini pejal dan kental. Dengan adanya bentuk mantel- mantel itu memungkinkan partikel- partikel jika diberikan suatu gaya akan mudah bergeser satu sama lainya tanpa ikatannya pecah, sekalipun gaya tersebut telah hilang.
2.3.1. Plastisitas Lempung Tanah berbutir halus yang mengandung mineral lempung atau bahan organik dapat berubah bentuk menyesuaikan dengan kadar air tanpa mengalami retak- retak. Kondisi ini dikenal dengan plastisitas, yaitu kemampuan tanah dalam menyesuaikan perubahan bentuk atau volume tanpa terjadi retak-retak yang disebabkan oleh penyerapan air di sekeliling permukaan partikel lempung. Pada kadar air yang sangat rendah, tanah menjadi padat, sedangkan pada kadar air yang sangat tinggi, tanah dan air mengalir seperti cairan. Oleh karena itu, berdasarkan kadar air yang dikandung, perilaku tanah dibagi dalam 4 keadaan yaitu padat, agak padat, plastis, dan cair.
Gambar 2.8.Variasi volume dan kadar air pada kedudukan batas cair, batas plastis dan batas susut (Muntohar, 2007)
Muntohar (2007) mengemukakan, bila pada tanah yang berada pada kondisi cair (titik p) kemudian kadar airnya berkurang hingga titik Q, maka tanah menjadi lebih kaku dan tidak lagi mengalir seperti cairan. Kadar air pada titik Q ini disebut dengan batas cair (liquid limit) yang disimbulkan dengan LL. Bila tanah menjadi kering hinga titik R, tanah yg terbentuk mulai mengalami retak- retak dan kadar air pada batas ini disebut dengan batas plastis (plastis limit) atau PL. Rentang kadar air dimana tanah berada dalam kondisi plastis, antara titik Q dan R disebut dengan indeks plastisitas (Plasticity index) atau PI. Jika kadar air tanah terus menerus berkurang hingga ke titik S, tanah menjadi kering dan berada dalam kondisi padat. Berkurangnya kadar air tidak menyebabkan terjadinya perubahan volume. Kadar air ketika tanah berubah dari kondisi agak padat menjadi padat dinamakan dengan batas susut (shrinkage limit), SL. Batas susut ini merupakan salah satu parameter yang dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan kembang susut tanah. Batas kadar air yang mengakibatkan perubahan kondisi dan bentuk tanah dikenal pula sebagai batas batas konsistensi atau batas-batas Atterberg (Muntohar, 2007). Kebanyakan tanah di alam berbeda dalam kondisi plastis. Kadar air yang terkandung dalam tanah berbeda- beda pada setiap kondisi tersebut, bergantung pada interaksi antara partikel mineral lempung. Bila kandungan air berkurang maka kekebalan lapisan kation akan berkurang pula yang mengakibatkan bertambahnya gaya-gaya tarik antara partikel-partikel. Untuk suatu tanah yang berada dalam kondisi plastis, besarnya gaya- gaya antar partikel harus sedemikian rupa sehingga partikel- partikel tidak mengalami pergeseran satu dengan lainya yang tahan oleh kohesi dari masing- masing partikel. Perubahan kadar air disamping menyebabkan perubahan volume tanah juga mempengaruhi kekuatan tanah yang berbeda- beda pada setiap kondisi tanahnya. Pada kondisi cair, tanah memiliki kekuatan yang sangat rendah dan terjadi deformasi yang sangat besar. Sebaliknya, kekuatan tanah menjadi besar dan mengalami deformasi yang sangat kecil dalam kondisi padat (Muntohar, 2007). Sementara itu, Atterberg (1973) dalam Wahyudi, dkk (1998) membuat suatu diagram hubungan antara plasticity index dengan plastic limit untuk mengidentifikasi kesesuaian lempung sebagai bahan baku untuk batu bara dan Keramik. Index plastisitas lempung yang memenuhi kriteria sebagai bahan pembuatan keramik berada pada rentang 20-30 dengan batas plastis 15-25.
Gambar 2.9 Diagram hubungan antara plasticity index dengan plastic limit untuk mengidentifikasikan kesesuaian lempung sebagai bahan baku batu bara dan Keramik (Atterberg, 1973 dalam Wahyudi dkk, 1998)
2.3.2. Metode Penentuan Plastisitas. Beberapa metode dalam penentuan besarnya plastisitas tanah secara kualitatif adalah metode cincin plastis, metode atterberg dan metode cone penetrometer.
2.3.2.1 Metode Cincin Plastis. Metode ini dilakukan dengan menambahkan sejumlah air kedalam lempung, kemudian membuat silinder atau cincin berdiameter kurang lebih 15 mm. Jika tidak terjadi retak-retak maka lempung tersebut non plastis (Paristiowati, 2000 dalam Prasetyo, 2004).
2.3.2.2 Metode Atterberg atau Casagrande. a. Batas Plastis/ Plastic Limit (PL) Batas Plastis adalah kadar air minimum dimana suatu tanah masih dalam keadaan plastis. Cara pengujian batas plastis ini sangat sederhana, yaitu dengan cara menggulung tanah diatas pelat kaca sampai berdiameter 1/8 inci (3,2 mm) Jika menjadi retak artinya tanah mengalami retak ketika diameter gulungan sekitar 3 mm. Hasil dari percobaan ini digabung dengan hasil pemeriksaan batas cair untuk menghitung Indeks Plastisitasnya (PI). PI merupakan selisih antara batas cair dan batas plastis suatu tanah Batas plastis merupakan kadar air dimana suatu tanah berubah sifatnya dari keadaan plastis menjadi semi padat. Besaran batas plastis biasanya digunakan untuk menentukan jenis, sifat dan klasifikasi tanah. Batas plastis dihitung berdasarkan persentasi berat air terhadap berat tanah kering pada benda uji. Pada cara uji ini material tanah diambil untuk dijadikan benda uji kemudian dicampur dengan air suling atau air mineral hingga menjadi cukup plastis untuk digeleng / dibentuk bulat panjang hingga berbentuk seperti cacing dengan diameter 3 mm. metode pengelengan dapat dilakukan dengan anggota tubuh kita yaitu tangan untuk mengeleng diatas permukaan yang datar (kaca, keramik, dsb) adapun benda uji yang retak ketika mencapai diameter 3 mm diambil untuk diukur kadar airnya . kadar air yang dihasilkan dari 8 pengujian tersebut merupakan batas plastis tanah tersebut. b. Batas Cair / Liquid Limit (LL) Batas cair adalah kadar air tanah pada batas antara keadaan cair dan keadaan plastis. Contoh tanah dikeringkan di bawah terik matahari, kemudian diremah dengan martil karet agar tidak merusak partikel tanahnya sendiri. Tanah yang dipakai pada percobaan ini adalah yang lolos saringan no.40. Tanah tersebut kemudian diaduk dengan air hingga membentuk adonan atau pasta. Lalu diletakkan di dalam alat ujinya. Alat uji batas cair yang dipakai pada percobaan ini dikenal dengan nama Casagrande yang merupakan sebuah mangkuk kuningan yang mempunyai engsel disalah satu tepinya sehingga dapat bergerak naik turun. Posisi awal mangkuk tertumpu pada dasar karet yang keras. Mangkuk dapat bergerak naik turun dengan pengungkit eksentris (Cam) yang dijalankan oleh suatu alat pemutar. Naik turunnya mangkuk ini diatas dasar karet tersebut menimbulkan ketukan. Jumlah ketukan ini yang akan menjadi standar hitungan, dimana uji batas cair ini dikerjakan pada tanah yang sama dengan jumlah ketukan berbeda. Kadar air yang diperoleh dan banyaknya ketukan diplot ke grafik semilog. Sebaran titik-titiknya dihubungkan dengan garis regresi linear. Nilai kadar air yang ditunjukkan pada ketukan 25 adalah batas cair tanah yang diuji. Batas cair tanah adalah kadar air minimum dimana sifat suatu tanah berubah dari kedaan cair manjadi plastis. Berdasarkan batas cair yang digunakan untuk menentukan sifat dan plastisitas tanah. 1. Kadar air ketika sifat tanah pada batas dari kadar cair menjadi plastis 2. batas plastis tanah yaitu batas terendah kadar air ketika tanah masih dalam keadaan platis. 3. Jumlah pukulan (m) yaitu perbandinagn antara berat air dalkam tanah terhadap berat burtiran tanah yang dinyatakan dalam persen. 4. Konsistensi tanah yaitu kadar relative tanah ketika tanah masih mudah untuk dibentuk. kegunaan batas cair ini dapat diterapkan atau diaplikasikan terhadap konsistensi prilaku material dan sifatnya pada tanah yang bersifat kohesif, konsistensi tanah tergantung dari nilai batas cairnya. c. Indeks Plastisitas (IP) Tanah plastisitas indeks yang disingkat dengan PI adalah selisih antara batas cair dengan batas plastis tanah. Pengukuran plastisitas menggunakan alat yang dinamakan atterberg ini digunakan untuk menentukan kadar air yang ada dalam tanah pada saat tanah mengalami perubahan dari kondisi fisik yang satu ke yang lainya. Nilai plastisitas tanah menurut metode ini didasarkan pada besarnya indeks plastisitas yang nilainya sangat tergantung pada kadar air pada batas cair sesuai persamaan (2.1) (Abdulloh, 2004). PI = LL LP..(2.1) Dimana : PI (Plasticity Index) : Indek Plastisitas. LL (Liquid Limit) : Batas Cair. PL (Plastic Limit) : Batas Plastis. Pengklasifikasian tingkat plastisitas menurut Burmater (1949) dalam Prasetyo (2004) berdasarkan indeks plastisitas terlihat pada table 2.3
Tabel 2.3 Deskripsi Indeks Plastisitas. Indeks Plastisitas Deskripsi 0 Non-plastis 1-5 Agak plastis 5-10 Rendah 10-20 Sedang 20-40 Tinggi >40 Sangat Tinggi Sumber : Burmaster (1949) dalam Prasetyo (2000).
Gambar 2.10 Alat Atterberg
2.3.2.3 Metode Cone Penetrometer. Dalam metode cone penetrometer atau fall cone, kerucut dengan kemiringan sudut 30 o dan total massa 80 g dijatuhkan secara bebas, kerucut pada awalnya menyentuh permukaan tanah dalam cawan, hingga menembus tanah dalam selang waktu 5 detik. Kadar air contoh tanah yang menunjukkan pembacaan kedalaman kerucut yang masuk ke tanah sebesar 20 mm didefinisikan sebagai batas cair (Muntohar, 2007).
2.3.3. Faktor- Faktor yang Memperngaruhi Plastisitas. Plastisitas dipengaruhi beberapa faktor, yaitu (Abdulloh, 2004): a. Pengaruh air dan gejala koloid yang menyertai. Plastisitas lempung maksimum terbentuk pada kadar air yang spesifik, yaitu pada saat ketebalan lapisan air yang menyelimuti setiap partikel lempung 2000 .
b. Pengaruh ukuran butir dan luas permukaan. Semakin kecil ukuran partikel, plasisitasnya akan semakin bertambah. c. Pengaruh komposisi partikel. Curie menemukan bahwa mineral yang berbeda menunjukkan sifat yang berbeda. Hal ini memberikan kemungkinan bahwa jika suatu zat ditambah dengan zat lainnya akan mempengaruhi plastisitasnya. d. Pengaruh agregasi. Pengaruh agregasi ini berpengaruh pada plastisitas yang menurut Schureht dalam Abdulloh (2004) : i. Agregat butiran lempung yang susunanya longgar lebih plastis daripada butiran lempung yang tertutup kompak dan padat. ii. Agregat berbutir halus lebih plastis dari pada butiran kasar. iii. Agregat terfokulasi lebih plastis dari pada agregat yang terdeflokulasi. iv. Agregat yang terfokulasi lebih plastis dari pada yang terikat. e. Pengaruh elektrolit dan frokulan Penambahan natrium karbonat dan natrium silikat ke dalam beberapa jenis lempung asam dapat menyebabkan seluruh massa lempung menjadi padat. Hal ini berarti bahwa air yang terikat pada permukaan lempung dipengaruhi oleh kation- kation terasosiasi.
2.4 XRD (X-Ray Diffraction) Salah satu metode penentuan mineral lempung secara kualitatif dan kuantitatif berdasarkan sifat fisik adalah dengan sinar X (Sastiono, 1997 dan Sjarif, 1991 dalam Sirappa dan Sastiono, 2002). Sinar X adalah gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang 0,5- 2,0 mikron yang dihasilkan dari penembakan logam dengan elektron berenergi tinggi. Elektron itu mengalami perlambatan saat masuk ke dalam logam dan menyebabkan elektron pada kulit atom logam tersebut terpental membentuk kekosongan. Elektron dengan energi yang lebih tinggi masuk ke tempat kosong dengan memancarkan kelebihan energinya sebagai foton sinar X (Aji dkk, 2009).
Gambar 2.11 Rangkaian sinar x pada instrument X-Ray Difraction (aji dkk, 2009)
Spektroskopi XRD digunakan untuk mengidentifitasi fasa kristalin dalam material dengan cara menentukan parameter struktur kisi serta untuk mendapatkan ukuran partikel. Dasar dari penggunaan XRD untuk mempelajari kisi kristal adalah berdasarkan persamaan bragg (Aji dkk, 2009). n. = 2.d.sin .(2.2) dengan : : Panjang gelombang sinar X yang digunakan. : Sudut antara sinar datang dengan bidang normal d : Jarak antara dua bidang kisi. n : Bilangan bulat yang disebut sebagai orde pembiasan.
Pembangkit sinar-X menghasilkkan radiasi elektromagnetik, yang setelah dikendalikan oleh celah penyimpangan selanjutnya jatuh pada kristal cuplikan (Ginting dkk, 2005). Bidang kristal itu akan membiaskan sinar-X yang memiliki panjang gelombang sama dengan jarak antara kisi dalam kristal tersebut (Aji dkk, 2009). Sinar-X yang di biaskan oleh cuplikan dipusatkan pada celah penerima dan jatuh pada detector yang sekaligus mengubahnya menjadi bentuk cahaya tampak (foton) (Ginting dkk, 2005), Kemudian diterjemahkan sebagai sebuah puncak difraksi. Makin banyak bidang kristal yang terdapat dalam sampel, makin kuat intensitas pembiasan yang dihasilkanya. Tiap puncak yang muncul pada pola XRD mewakili satu bidang kristal yang memiliki orientasi tertentu dalam sumbu tiga dimensi (Aji dkk, 2009) dan grafik puncak difraksi yang didapat kemudian dianalisis, terdiri atas mineral liat apa saja dan komposisi utamanya (Badan Litbang Pertanian, 2005). Puncak- puncak yang didapatkan dari data pengukuran ini kemudian dicocokkan dengan standar XRD untuk hampir semua jenis material. Standar ini disebut JCPDS (Joint Committee on Powder Diffraction Standards). Keuntungan utama pengunaan sinar X dalam karakterisasi material adalah kemampuan penetrasinya, sebab sinar-X memiliki energi sangat tinggi akibat panjang gelombang yang pendek. (Aji dkk,2009). Beberapa informasi yang dapat diperoleh dari XRD adalah sebagai berikut (Ginting dkk, 2005) : a. Posisi puncak difraksi memberikan gambaran tentang parameter kisi (a), jarak antar bidang (d hkI ), struktur kristal dan orientasi dari sel satuan. b. Intensitas relative puncak difraksi memberikan gambaran tentang posisi atom dalam satuan. c. Bentuk puncak difraksi memberikan gambaran tentang ukuran kristalis dan ketidak sempurnaan kisi.
2.5 XRF (X-Ray Fluorescence) Spektroskopi XRF adalah teknik analisis unsure yang membentuk suatu material dengan dasar interaksi sinar-X dengan material analit. Teknik ini banyak digunakan dalam analisis batuan karena membutuhkan jumlah sampel yang relative kecil (sekitar 1 gram). Teknik ini dapat digunakan untuk mengukur unsur- unsur yang terutama banyak terdapat dalam batuan atau mineral. Sampel yang digunakan biasanya berupa serbuk hasil penggilingan atau pengepressan manjadi film. Prinsip dasar dari analisis ini adalah apabila electron dari suatu kulit atom bagian dalam dilepaskan maka electron yang terdapay pada bagian luar akan berpindah pada kulit yang ditinggalkan tadi menghasilkan sinar-X dengan panjang gelombang yang karakteristik bagi unsur tersebut. Pada teknik difraksi sinar-X suatu berkas electron digunakan, sinar-X dihasilkan dari tembakan berkas electron terhadap suatu unsure di anoda untuk menghasilkan sinar-X dengan panjang gelombang yang diketahui. Peristiwa ini terjadi pada tabung sinar-X. Pada teknik XRF, kita menggunakan sinar-X dari tabung pembangkit sinar X dari tabung pembangkit sinar X untuk mengeluarkan electron dari kulit bagian dalam untuk menghasilkan sinar-X baru dari sampel yang dianalisis. Seperti pada tabung pembangkit sinar-X, electron dari kulit bagian dalam suatu atom pada sampel analit menghasilkan sinar-X dengan panjang gelombang karakteristik dari setiap atom didalam sampel. Untuk setiap atom didalam sampel, interaksi dari sinar X karakteristik tersebut sebanding dengan jumlah (konsentrasi) atom didalam sampel. Dengan demikian, jika kita dapat mengukur intensitas sinar-X karakteristiknya dengan suatu standar yang diketahui konsentrasinya, sehigga konsentrasi unsure dalam sampel bias ditentukan. Instrumen yang digunakan untuk melakukan pengukuran tersebut dinamakan X-Ray Flouroscence Spektrometer. X- Ray Fluorescent Spectroscocy (XRF) mempunyai banyak keuntungannya yaitu analisis tidak merusak, cepat, multi elemen dan murah. Penggunaan sinar x untuk mengalirkan radiasi flourocent dari sample pertama kali diusulkan oleh Glocker dan Schreiber pada tahun 1928. Metode ini telah banyak digunakan dalam teknik analitis non destruktif dan sebagai alat control dalam industri pengolahan. Peralatan ini terdiri dari tabung pembangkit sinar-X yang mampu mengeluarkan electron dari semua jenis unsure yang telah diteliti. Sinar-X ini yang dihasilkan harus berenergi sangat tinggi, sehingga anoda target dalam tabung pembangkit harus berupa unsure Cr, Mo, W atau Au. Sinar-X yang dihasilkan ini, kemudian dilewatkan melalui suatu kalimator untuk menghasilkan berkas sinar yang koheren. Berkas sinar ini kemudian didifraksikan oleh kisi Kristal yang sudah diketahui nilai d-nya. Dengan persamaan bragg (n=2dsin)..(2.3) kita dapat menentukan sudut dari sinar-X yang telah diketahui panjang gelombangnya. Kemudian Kristal dan detector diatur untuk mendifraksikan hanya panjang gelombang tertentu. Intensitas sinar-X karakteristik untuk setiap unsure yang sedang diselidiki ditentukan dengan cara merotasikan Kristal dan detector pada sudut yang dibutuhkan untuk mendifraksi panjang gelombang karakteristik tersebut. Intensitas sinar-X kemudian diukur untuk setiap unsure dan setiap unsure pada standar yang telah diketahui konsentrasinya. Persamaan berikut digunakan untuk menentukan konsentrasi unsure dalam analit. Ci std =kI i std Ci an =kI i an Dimana : Ci std = konsentrasi suatu unsure dalam standar I i std = Intensitas sinar-X unsure I dalam standar Ci an = konsentrasi suatu unsure dalam analit I i an = Intensitas sinar-X unsure I dalam analit K = konstanta kesebandingan
Gambar 2.12 Mesin X ray flourescence tipe PW1606 Philips (anonymouse, 2010)
Detektor yang digunakan adalah Si (Li) yang merupakan detektor semikonduktor untuk jenis radiasi sinar X dan bekerja optimum pada suhu 196 o C. Detektor ini lebih effesien dibandingkan dengan detektor isian gas, karena terbuat dari zat padat serta mempunyai resolusi yang lebih baik dari pada detektor scintilasi ( Sumantry, 2010). Menurut Sumantry (2010) ada beberapa komponen penting dalam instrument XRF, yaitu: a. Catu daya tegangan tinggi (HV) dimana rangkaian ini berfungsi untuk mencatu tegangan detektor, tetapi untuk detektor Si (Li) hanya dengan tegangan minus () 450 volt. b. Preamplifier (penguat awal) diletakkan dekat bahan ada yang ditempelkan langsung ke detektor agar menangkap sinyal secepatnya sebelum sinyal itu terpengaruh oleh faktor lingkungan. Untuk spektroskopi sinar x ini dibutuhkan resolusi yang sangat tinggi, sehingga dipergunakan jenis penguat awal optical reset feedback. c. Amplifier (penguat) mempunyai fungsi utama rangkaian penguat ini adalah membentuk pulsa (pulsa shaping) yang meliputi fasilitas : pole zero cancellation dan pengatur lebar pulsa (gain control, shaping time dan fasilitas base line restorer). d. ADC (Analog to digital converter) merupakan rangkaian kunci dari sistim ini karena rangkaian inilah yang berfungsi untuk mengukur tinggi pulsa yang memasukunya, berarti energi dari sinar x yang masuk. e. MCA merupakan rangkaian yang berfungsi untuk menyimpan dan menampil- kan hasil pengukuran ADC. Osloscop merupakan rangkaian elektronik yang berfungsi menggambarkan pulsa yang tebentuk. f. Detektor Si(Li) adalah detektor semi konduktor yang mempunyai resolusi yang baik dan juga mengacu pada sertifikat yang dikeluarkan oleh Canberra untuk detektor Si(Li) model SL80190 menggunakan sumber Fe-55 dengan energi 5.9 keV. Resolusinya (FWHM ) 190 eV pada peak 5.9 keV.Setelah dikalibrasi Instrumen XRF ini telah siap untuk menganalisis unsur yang mungkin terdapat dalam batuan lempung/ clay yang mempunyai energi dari 4.5 KeV sampai dengan unsur yang mempunyai energi 17.5 keV, sedangkan untuk energi yang lebih rendah dari 4.5 keV dapat dikalibrasi lagi dengan unsur lain agar dapat menjangkau energi yang lebih rendah seperti unsur Magnesium (Mg) yang mempunyai energi K1 = 1.254 keV dengan sumber eksitasi Radio isotop Fe-55. Batuan lempung umumnya mempunyai tiga mineral utama, yakni monthmorillonite/ Al 2 O 3 4SiO 2 H 2 O, illite/ H 2 KAl 3 O 12 , dan kaolinite/ [Al 2 (OH) 4
(Si 2 O 3 )] 2 . Dengan menggunakan sumber eksitasi radioisotop Amerisium -241 unsur yang dapat dianalisis meliputi Z= 22 (Ti), Z=23 (V), Z=24 (Cr), Z=25 (Mn), Z=26 (Fe), Z=27 (Co), Z=28 (Ni), Z=29 (Cu), Z=30 (Zn), Z= 33 (As), Z=38 (Sr), Z=42 (Mo), Z=79 (Au), Z=80 (Hg), Z=82 (Pb). Dan menurut keterangan CT Yap (7) dengan menggunakan sumber eksitasi radioisotop Fe-55, unsur yang dapat dianalisis meliputi unsur dari Magnesium (Z= 12) sampai unsur kromium (Z = 24), yaitu termasuk unsur Z= 12 (Mg), Z= 13 (Al), Z= 14 (Si), Z= 20 (Ca) ( Sumantry, 2010). Dasar analisis alat X-Ray Fluorescent ini adalah pencacahan sinar x yang dipancarkan oleh suatu unsur akibat pengisian kembali kekosongan elektron pada orbital yang lebih dekat dengan inti (karena terjadinya eksitasi elektron) oleh elektron yang terletak pada orbital yang lebih luar. Ketika sinar x yang berasal dari radioisotop sumber eksitasi menabrak elektron dan akan mengeluarkan elektron kulit dalam, maka akan terjadi kekosongan pada kulit itu. Elektron dari kulit yang lebih tinggi akan mengisi kekosongan itu. Perbedaan energi dari dua kulit itu akan tampil sebagai sinar X yang dipancarkan oleh atom. Spektrum sinar x selama proses tersebut menunjukan peak/puncak yang karakteristik.dimana setiap unsur akan menunjukkan peak yang karakteristik yang merupakan landasan dari uji kualitatif untuk unsur-unsur yang ada dalam contoh lempung/ clay. Sinar x karakteristik diberi tanda sebagai K, L, M atau N untuk menunjukkan dari kulit mana dia berasal. Penunjukan lain adalah apha (a) dan beta (b) atau gamma (g) dibuat untuk memberi tanda sinar x itu berasal dari transisi elektron dari kulit yang lebih tinggi. Oleh karena itu K alpha adalah sinar x yang dihasilkan dari transisi elektron kulit L ke kulit K, dan K beta adalah sinar x yang dihasilkan dari transisi elektron dari kulit M ke kulit K. Jadi setiap unsur mempunyai Kalpha atau K beta yang karakteristik sebagai dasar uji kualitatif unsur yang ada pada lempung itu(Anonymous, 2010).
Tabel 2.4 Energi Sinar X Karakteristik garis K pada unsur-unsur yang umumnya terdapat pada lempung/ clay No Unsur Nomor atom (Z) K K 1 Mg 12 1,253 - 2 Al 13 1,487 1,556 3 Si 14 1,740 1,836 4 Ca 20 3,691 4,013 5 Ti 22 4,509 4,932 6 Fe 26 6,399 7,059 Sumber : Sumantry (2010)
Pada uji kualitatif setiap unsur biasanya akan muncul dua peak untuk meyakinkan keberadaan unsur itu dalam sampel clay seperti K 1 = 6.399 keV dan K1 = 7.059 keV adalah energi karakteristik sinar X untuk unsur Fe begitupun dengan yang lainya, kecuali untuk unsur magnesium yang dapat terlihat hanya energi karakteristik sinar K 1 nya saja. Untuk uji kuantitatif, dibuat standard unsur yang ada dalam lempung yang diketahui kadarnya dan dibuat agar mempunyai maktrik yang sama dengan sampel lempung yang dianalisis. Contoh : untuk unsur Fe yang disetarakan /dihitung sebagai Fe 2 O 3 dalam clay ini peak area yang dihasilkan dibandingkan dengan peak area standar Fe 2 O 3 dan dikalikan dengan kadarnya sehingga akan diperoleh kadar Fe 2 O 3 dalam sampel Lempung/ i ( Sumantry, 2010).
2.6 SEM (Scanning Elektron Microscop) Scanning Elektron Microscop atau SEM adalah sebuah mikroskop yang mampu melakukan pembesaran objek sampai 2 juta kali, yang menggunakan elektro statik dan elektro magnetik untuk mengontrol pencahayaan dan tampilan gambar serta memiliki kemampuan pembesaran objek serta resolusi yang jauh lebih bagus daripada mikroskop cahaya. Mikroskop elektron ini menggunakan jauh lebih banyak energi dan radiasi elektro magnetik yang lebih pendek dibandingkan mikroskop cahaya. Prinsip dasar dari Elektron microscopy ini yaitu memfokuskan sinar elektron (Elektron Beam) di permukaan obyek dan mengambil gambarnya dengan mendeteksi elektron yang muncul dari permukaan obyek (Anonymous, 2010). Prosedur kerja analisis SEM yaitu pertama-tama dilakukan suatu upaya untuk menghilangkan penumpukan elektron (charging) di permukaan obyek, dengan membuat suasana dalam ruang sampel tidak vakum tetapi diisi dengan sedikit gas yang akan mengantarkan muatan positif ke permukaan obyek, sehingga penumpukan elektron dapat dihindari. Pengkodisian menimbulkan masalah karena kolom tempat elektron dipercepat dan ruang filamen elektron yang dihasilkan memerlukan tingkat vakum yang tinggi (Anonymous, 2010). Permasalahan ini dapat diselesaikan dengan memisahkan sistem pompa vakum ruang obyek dan ruang kolom serta filamen, dengan menggunakan sistem pompa untuk masing-masing ruang. Kemudian dipasang satu atau lebih piringan logam platina yang biasa disebut (aperture) berlubang dengan diameter antara 200 hingga 500 mikrometer yang digunakan hanya untuk melewatkan elektron, sementara tingkat kevakuman yang berbeda dari tiap ruangan tetap terjaga (Anonymous, 2010).
BAB III METODOLOGI
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei- Juni 2010 di Laboratorium Mekanika Tanah Fakultas Teknik Sipil Politeknik Negeri Malang (POLINEMA), Central Labolatorium Universitas Negeri Malang (UM) dan Laboratorium Fisika Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya.
3.2. Alat dan Bahan 3.2.1 Alat Alat yang digunakan meliputi XRD, XRF dan SEM, neraca digital, beaker glass, ayakan ukuran 40 dan 60 mesh, mortal, desikator, oven, cawan, spatula, seperangkat alat pembuat pellet, alat atterberg, plat kaca, batang pembanding (d=3 mm, p=10 cm). 3.2.3 Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah lempung dan aquadest.
3.3. Rancangan Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam empat tahap . yaitu : a. Benefisiasi lempung untuk memperoleh fasa lempung dari tanah.
48 b. Preparasi sampel dengan membuat ukuran partikel lempung sebesar 40- 60 mesh. c. Penentuan index plastisitas dengan metode atterberg yang memenuhi kriteria pembuatan keramik (yakni berada pada rentang indeks plastisitas 20-30 dan batas plastisitas 15-25). d. Karakterisasi komposisi kimia pada lempung dengan indeks plastisitas terbesar dengan XRD, XRF dan SEM.
3.3.1. Benefisiasi (Abdulloh, 2004) Lempung alam terlebih dahulu dikeringkan pada suhu kamar, kemudian di tumbuk dan dilarutkan dengan akuades, campuran diaduk sampai semua lempung larut, selanjutnya dibiarkan beberapa hari sampai terjadi pemisahan. Bagian paling atas adalah senyawa organik dan garam- garam terlarut, sedangkan pada bagian paling bawah adalah kerikil dan pasir yang merupakan tailing lempung dipisahkan. Adapun lempung berada diantara keduanya. Untuk memastikan semua garam terlarut, pengotor organik, kerikil dan pasirnya telah terpisah dengan sempurna, langkah tersebut dilakukan dua kali. Lempung hasil benefisiasi kemudian dikeringkan dibawah sinar matahari.
3.3.2. Preparasi Sampel Fraksi lempung yang sudah dikeringkan ditumbuk sampai menjadi serbuk, kemudian diayak dengan ayakan 40 mesh. Lempung yang lolos diayak kembali dengan ayakan 60 mesh. Kemudian diambil lempung yang tertahan sebagai sampel.
3.3.3. Penentuan Indeks Plastisitas dengan Metode Atterberg. Plastisitas ditentukan berdasarkan indeks plastisitas (plasticity index) yang besarnya sama dengan selisih antara kadar air pada batas cair (liquid limit) dengan kadar air pada batas platis (plastic limits).
3.3.3.1 Penentuan Batas Cair. a. Sebagai blangko, lempung kering ukuran 40- 60 mesh sebanyak 40 gr ditambahkan aquades hingga membentuk pasta. b. Lempung diaduk hingga homogen supaya kadar air dalam pasta memiliki kadar air homogen. c. Pasta lempung diambil sebagian dan dimasukkan dalam mangkok ( 8 mm tegak lurus dari dasar mankuk) pada alat atterberg hingga merata. d. Pasta lempung pada mangkok dibelah menjadi dua bagian dengan alat pengalur (grooving tool). e. Engkol diputar (dengan Kecepatan 1 pukulan/ menit) sampai kedua bagian lempung menyatu ( sebanyak 12,7 mm) jumlah pukulan dicatat. f. Diambil contoh tersebut sebagian untuk ditentukan kadar airnya, dengan langkah seperti sub- bab 3.3.3.3. g. Batas cari terjadi pada pasta lempung yang memiliki kadar air dengan jumlah pukulan sama dengan 25, namun karena hal ini sulit dilakukan maka di tentukan melalui hubungan linear antara jumlah pukulan terhadap kadar air pada kertas semi-logaritma. Untuk mendapatkan hasil akurat, percobaan dilakukan minimal 3 kali dengan kadar air pada pukulan 20-30. h. Langkah a-g diterapkan untuk kedua jenis lempung dari Daerah Pagedangan Kec. Turen kab. Malang dan Daerah Getaan Kec. Pagelaran kab. Malang i. Hubungan antara kadar air dan jumlah pukulan ini selanjutnya digambarkan dengan grafik semi logaritma. j. Dari pasangan data tersebut ditarik suatu hubungan linear yang terbaik (best fit straight line) yang disebut dengan flow curve. Kadar air pada jumlah pukulan 25 yang dihasilkan dari flow curve ini selanjutnya diterapkan sebagai batas cair tanah.
3.3.3.2 Penentuan Batas Plastisitas. a. Pasta lempung diambil 8 gr dan digulung perlahan dengan telapak tangan di atas plat kaca membentuk silinder (d= 3 mm) hingga timbul retak. Proses ini dilakukan minimal 3 buah untuk mendapatkan rerata yang lebih akurat. b. Jika belum mencapai diameter 3 mm sudah retak maka harus diulang dengan menambahkan air. Jika sudah mencapai diameter 3 mm belum retak maka diaduk-aduk dengan cawan hingga airnya berkurang. c. Ditentukan kadar airnya sesuai sub-bab 3.3.3.3 sebagai batas plastis. d. Langkah a-c diterapkan untuk kedua jenis lempung dari Daerah Pagedangan Kec. Turen Kab. Malang dan Daerah Getaan Kec. Pagelaran kab. Malang
3.3.3.3 Penentuan Kadar Air. a. Cawan yang telah tutupnya. b. Sampel yang telah ditentukan kadar c. Cawan beserta isinya ditutup kemudian ditimbang. d. Cawan beserta isinya tanpa tutup dikeringkan dalam oven sampai berat konstan. e. Cawan dan isinya ditutup lalu didinginkan dalam desikator hingga berat konstan. f. Setelah dingin ditimbang dan beratnya dicatat dimana : w1 = berat cawan dan tutup + sampel basah (g). w2 = berat cawan dan tutup + sampel kering (g). w3 = Berat cawan kosong dan tutup (g)
3.3.3.4 Penentuan Indeks Plastisitas. Indeks plastisitas sama dengan nilai kadar air pada batas cair dikurangi kadar air pada batas plastis : PI = LL- PL(
3.3.4. Karakterisasi dengan XRD Karakterisasi dengan XRD dilakukan terhadap sampel lempung yang memiliki indeks plastisitas te Kadar Air. Cawan yang telah dibersihkan dan dikeringkan lalu ditimbang, begitu pula Sampel yang telah ditentukan kadar airnya ditempatkan dalam cawan. Cawan beserta isinya ditutup kemudian ditimbang. Cawan beserta isinya tanpa tutup dikeringkan dalam oven sampai berat Cawan dan isinya ditutup lalu didinginkan dalam desikator hingga berat itimbang dan beratnya dicatat .(3.1) w1 = berat cawan dan tutup + sampel basah (g). w2 = berat cawan dan tutup + sampel kering (g). w3 = Berat cawan kosong dan tutup (g) Indeks Plastisitas. plastisitas sama dengan nilai kadar air pada batas cair dikurangi kadar air pada batas plastis : ( Karakterisasi dengan XRD Karakterisasi dengan XRD dilakukan terhadap sampel lempung yang memiliki indeks plastisitas terbesar. Mula mula cuplikan ditempatkan pada ditimbang, begitu pula airnya ditempatkan dalam cawan. Cawan beserta isinya tanpa tutup dikeringkan dalam oven sampai berat Cawan dan isinya ditutup lalu didinginkan dalam desikator hingga berat .(3.1) plastisitas sama dengan nilai kadar air pada batas cair dikurangi (3.2) Karakterisasi dengan XRD dilakukan terhadap sampel lempung yang rbesar. Mula mula cuplikan ditempatkan pada preparat. Preparat kemudian ditempatkan pada sample holder dan disinari dengan sinar-X.
3.3.5. Karakterisasi dengan XRF Dalam karakterisasi ini digunakan sistem spektroskopi sinar pendar (XRF) dengan menggunakan detektor SiLi yang didinginkan dalam nitrogen cair untuk mengukur sinar pendar yang dihasilkan dari interaksi antara sampel yang dieksitasi oleh sumber Am-241, Fe-55 dan Cd-109. Setelah dikalibrasi energi sistemnya dengan sumber standard seperti : Titan, Besi dan Molidenum yang mempunyai kemurnian 99.99%. sampel diletakkan diatas sumber pengeksitasi kemudian muncul spektrum radiasi sinar X karakteristik dari sampel tersebut. Metode ini merupakan sistem analisis non destruktif yang sangat praktis dan cepat.
3.3.6. Karakterisasi dengan SEM Karakterisas dengan SEM dengan cara melakukan pelapisan/pewarnaan pada sampel, bertujuan untuk memperbesar kontras antara preparat yang akan diamati dengan lingkungan sekitarnya. Pelapisan/pewarnaan dapat menggunakan unsur-unsur yang bersifat konduktor misakan logam mulia seperti emas dan platina. Sampel yang telah dilapisi kemudian dimasukkan dalam instrument SEM untuk dilakukan scanning elektron.
3.4 Analisis Data 3.4.1 Analisis Morfologi Permukaan. Analisis morfologi permukaan secara sederhana dilakukan dengan Scanning electron microscop atau SEM, kedua sampel lempung dari dua Daerah yang berbeda yaitu Daerah Pagedangan dan Daerah Getaan di lakukan karakterisasi untuk mengetahui morfologi permukaan lempung.
3.4.2 Analisis Komposisi Kimia dan Fisika Lempung Analisis komposisi kimia dan fisika dilakukan dengan XRD dan XRF. Analisis dengan XRD dengan cara membandingkan data XRD kedua sampel lempung dari Daerah Pagedangan dan Daerah Getaan dengan data XRD standari dari JCPDS. Analisis ini digunakan untuk mengkarakterisas jenis mineral yang ada pada sampel dan juga pengotor yang ada dalam sampel lempung. Analisis dengan menggunakan XRF dengan cara membaca spectrum radiasi sinar x yang dihasilkan. Analisis ini digunakan untuk mengkarakterisasi jenis dan kandangan bahan radioaktif yang terdapat pada sampel lempung
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Benefisiasi Lempung Langkah awal dalam penelitian ini adalah proses benefisiasi yaitu proses fisika yang bertujuan untuk memperoleh fase lempung dari tanah. Sampel tanah yang di dapat dari daerah Pagedangan dan Getaan tentunya bukanlah sampel lempung murni namun masih terdapat beberapa pengotor atau partikel-partikel lain yang tercampur di dalam tanah. Ukuran partikel tanah sangat beragam, ukuran partikel ini menjadi tolak ukur dalam penyebutan pengklasifikasian jenis tanah, berdasarkan ukurannya tanah diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok, yaitu : 1. Kerikil (gravel), yaitu kepingan batuan yang kadang juga partikel mineral quartz dan feldspar. 2. Pasir (sand), sebagai besar mineral quartz dan feldspar. 3. Lanau (silt), sebagain besar fraksi mikroskopis (yang berukuran sangat kecil) dari tanah yang terdiri dari butiran-butiran quartz yang sangat halus dan dari pecahan- pecahan mika. 4. Lempung (clay), yaitu sebagaian besar terdiri dari partikel mikroskopis (berukuran sangat kecil) dan sub mikroskopis (tak dapat dilihat, hanya dengan mikroskop) Rentang ukuran tanah berdasarkan pengklasifikasian diatas dapat dilihat pada Tabel 4.1 55 Tabel 4.1 Pengklasifikasian tanah berdasarkan ukuran Lempung Lanau Pasir Kerikil Halus medium kasar halus medium kasar halus medium kasar 0,002 0,006 0,02 0,06 0,2 0,6 2 6 20 60
Lempung merupakan tanah yang memiliki ukuran lebih kecil dari 0,002 mm atau 2 micron yang memiliki mineral tertentu dan memiliki sifat plastis bila dicampur dengan air. Proses benefisiasi diawali dengan mengeringkan sampel lempung yang di dapat dari daerah Pagedangan dan daerah Getaan, sampel diletakkan pada wadah yang berlainan kemudian dihaluskan hingga diperoleh lempung kering dan halus. Sampel yang sudah halus kemudian dilarutkan dalam air hingga seluruh lempung tersuspensi secara homogen dengan air dan dibiarkan beberapa hari hingga terjadi pengendapan. Proses benefisiasi merupakan proses pemisahan larutan suspensi berdasarkan berat jenis, partikel yang memiliki berat jenis tinggi akan mudah mengendap dibandingkan dengan partikel dengan yang memiliki berat jenis lebih rendah. Peck, et.al (1973) menyatakan bahwa pasir mengendap dalam waktu 30- 60 detik, material berukuran lanau mengendap dalam waktu 15-60 menit, sedangkan yang berukuran lempung tetap dalam larutan paling tidak selama beberapa jam sampai beberapa hari. Hasil dari proses benefisiasi ini adalah terjadi pemisahan partikel menjadi 3 bagian, fase paling atas merupakan senyawa organik dan garam-garam terlarut dalam air terlihat lebih bening, fase tengah merupakan lempung yeng terlihat hitam ke kuning- kuningan sedangkan fase paling bawah merupakan pasir dan pengotor- pengotor lempung lainya. Proses pemisahanya sangat sederhana, fase paling atas dibuang dengan menggunakan selang kecil yang dialirkan ke pembuangan, proses ini sangat mudah karena perbedaan fisik antara fase atas dan fase tengah sangatlah besar, sehingga mudah dilihat perbedaanya oleh penglihatan. Selanjutnya pemisahan fase kedua dan fase ketiga, pada pemisahan ini tergolong rumit, hal ini dikarenakan jenis fisik dari kedua fisik hampir sama yang membedakan adalah ukuran dan warna, pada fase kedua yang merupakan fase lempung memiliki ukuran lebih kecil sehingga terasa lebih halus dipegang tangan dan berwarna agak kecolkatan. Pemisahan di lakukan dengan mengambil fase kedua menggunakan sendok makan. Fase lempung yang didapat kemudian di keringkan dibawah sinar matahari hingga keras dan kemudian ditumbuk hingga halus. Untuk mendapatkan fase lempung yang murni proses benefisiasi ini dilakukan 2 kali sehingga didapatkan lempung kering dan halus. Proses benefisiasi diatas diterapkan untuk kedua lempung asal daerah pagedangan dan daerah Getaan secara terpisah.
4.2 Karakterisasi Lempung 4.2.1 Plastisitas Plastisitas merupakan kemampuan lempung dalam menyesuaikan perubahan bentuk dan volume tanpa terjadi retakan yang sebabkan oleh penyerapan air disekeliling permukaan partikel lempung. Hal ini sangat penting dalam proses pembuatan keramik karena dalam pembuatan keramik dibutuhkan lempung yang memiliki daya tahan akibat perubahan bentuk dan volume sehingga hasil keramik akan lebih bagus dan berkualitas.
Indeks plastisitas menjadi acuan awal dalam penentuan apakah lempung yang berasal dari daerah tertentu dapat atau tidak dapat digunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan keramik. Hal ini dikarenakan setiap daerah memiliki kandungan platisitas yang berbeda- beda, bergantung pada interaksi antara partikel- partikel mineral lempung. Bila kandungan air berkurang maka kekebalan lapisan kation akan berkurang pula yang mengakibatkan bertambahnya gaya-gaya tarik antara partikel- partikel sehingga menyebabkan lempung retak. Untuk lempung yang berada dalam kondisi plastis, besarnya gaya- gaya antar partikel harus sedemikian rupa sehingga partikel- partikel tidak mengalami pergeseran satu dengan lainya yang tahan oleh kohesi dari masing- masing partikel. Perubahan kadar air disamping menyebabkan perubahan volume tanah juga mempengaruhi kekuatan tanah yang berbeda- beda pada setiap kondisi tanahnya. Pada kondisi cair, tanah memiliki kekuatan yang sangat rendah dan terjadi deformasi yang sangat besar. Sebaliknya, kekuatan tanah menjadi besar dan mengalami deformasi yang sangat kecil dalam kondisi padat Tidak semua lempung yang bersifat plastis dapat digunakan sebagai bahan pembuatan keramik, menurut Wahyudi, dkk, (1998) indeks plastisitas lempung yang memenuhi kriteria sebagai bahan pembuatan keramik berada pada rentang 20-30 dengan batas plastis 15-25 dalam pengklasifikasian indeks platisitas menurut Burmater (1949) rentang indeks plastisitas 20-30 tergolong lempung yang memiliki indeks plastisitas tinggi.
4.2.1.1 Penentuan Batas Plastis Batas Plastis adalah kadar air minimum dimana suatu tanah masih dalam keadaan plastis. Untuk menentukan batas plastis ini, mula- mula sampel diambil 8 gr kemudian sampel digulung membentuk silinder dengan diameter 18 inchi atau 3,2 mm. batas plastis ditandai dengan munculnya retakan saat gulungan lempung mencapai diameter 3,2 mm. Retakan yang muncul pada lempung disebabkan karena pada saat itu lempung mengalami transisi dari padat ke plastis. Penentuan batas plastis dilakukan 3 kali untuk tiap-tiap sampel lempung Pagedangan dan sampel lempung Getaan, Tabel 4.2 menampilkan data kadar air saat lempung mencapai batas plastis.
Tabel 4.2 Kadar air sampel saat mencapai batas plastis Ulangan Sampel Lempung Kadar air Pagedangan Getaan 1 15,57 31,33 2 16,45 35,21 3 19,13 32,82 Rerata 17,05 33.13
4.2.1.2 Penentuan Batas Cair Batas cair adalah kadar air tanah pada batas antara keadaan cair dan keadaan plastis. Penentuanya dengan mengunakan mangkok kuningan (Casagrade). Sampel lempung diaduk rata dengan air dalam mangkok, kemudian pada bagian tengah dialur dengan coret sehingga menjadi 2 bagian dengan alur selebar 2mm, kemudian engkol di putar maka mangkok akan terangkat 1 cm dan jatuh bebas pada landasan. Pemutaran dilakukan beberapa kali hingga bagian tanah dalam mangkok tertaut setelah lempung tertaut, dicatat jumlah pukulan dan dihitung kadar airnya. Secara teoritis, batas cair lempung terjadi pada saat pukulan ke-25 namun ternyata hal ini tidak mudah, sehingga diperlukan suatu grafik hubungan antara jumlah pukulan dengan kadar air, interpolasi pada pukulan ke 25 merupakan perpotongan pada garis vertical N= 25 kemudian ditarik garis horizontal akan didapatkan nilai kadar air pada pukulan ke-25. Batas cair untuk sampel lempung daerah Pagedangan ditunjukkan pada Tabel 4.3
Tabel 4.3 Batas cair sampel Pagedangan Jumlah Pukulan Kadar Air 17 54.01 21 48.89 26 40.26 30 37.23
Sedangkan diagram hubungan antara jumlah pukulan dan kadar air ditunjukkan pada Gambar 4.1. Pada Gambar 4.1 telihat bahwa interpolasi pada pukulan ke-25 di dapatkan nilai kadar air 46,60 % sehingga ditetapkan batas cair sampel lempung pagedangan sebesar 46, 60.
Gambar 4.1 Grafik hubungan antara kadar air dan jumlah pukulan pada penentuan batas cair lempung pagedangan
Batas cair untuk sampel lempung daerah Getaan lebih tinggi dari pada lempung daerah Pagedangan ditunjukkan pada Tabel 4.4
Tabel 4.4 Batas cair sampel lempung Getaan Jumlah Pukulan Kadar Air 15 70.05 18 68.02 20 64.02 23 62.00 25 60.35
Sedangkan diagram hubungan antara jumlah pukulan dan kadar air ditunjukkan pada Gambar 4.2
Gambar 4.2. Grafik Hubungan antara kadar air da jumlah pukulan pada penentuan batas cari lempung Getaan
Pada Gambar 4.2 terlihat bahwa interpolasi pada pukulan ke-25 didapatkan nilai kadar air 60,35 % sehingga ditetapkan batas cari sampel lempung pagedangan sebesar 60,35 4.2.1.3 Penentuan Indeks Plastisitas Indeks plastisitas didapat berdasarkan selisih antara batas cair dikurangi dengan batas plastis. Data plastisitas yang di dapat dari hasil karakterisasi lempung daerah Getaan adalah batas cair 60,35 dan batas plastis sebesar 33,13, sehingga indeks plastisitasnya sebesar 27,22. Berdasarkan penggolongan plastisitas menurut Atterberg, lempung asal desa Getaan bersifat plastis namun lempung daerah getaan tidak memiliki potensi untuk digunakan sebagai bahan baku pembuatan keramik, hal ini disebabkan karena tingginya batas plastis lempung. Semakin tinggi batas plastis yang diperoleh maka semakin besar air yang dikandung (pada saat lempung mencapai batas plastis) sehingga menyebabkan kekuatan lempung lemah dan mudah terjadi reformasi. Dalam realita sosial, penduduk daerah Getaan memang tidak memanfaatkan lempung sebagai bahan pembuatan keramik bermutu tinggi namun lebih banyak dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan keramik sederhana yaitu genteng dan batu bata yang dalam pembuatanya tidak membutuhkan sifat plastisitas yang baik. Hasil karakterisasi plastisitas lempung daerah Pagedangan menunjukkan bahwa lempung daerah ini sangat berpotensi dijadikan sebagai bahan dasar pembuatan keramik bermutu tinggi. Batas cair sebesar 46,60 dan batas plastis sebesar 17,05, sehingga indeks plastisitas sebesar 29,55. Dari data batas plastis dan indeks plastisitas yang diperoleh memungkinkan untuk memanfaatkan lempung daerah Pagedangan untuk dijadikan bahan baku pembuatan keramik, namun dalam realita sosial, potensi ini belum tersentuh oleh penduduk daerah Pagedangan.
4.2.2 Karakterisasi dengan SEM (Scanning Electron Microscopy) Karakterisasi lempung dengan menggunakan SEM (scanning electron microscopy) digunakan untuk mengetahui morfologi permukaan lempung. Lempung asal desa Getaan dalam keadaan basah berwarna coklat kehitaman, sedangkan pada pengamatan dengan SEM berwarna hitam disertai partikel berbentuk Kristal berwarna putih (Gambar 4.3).
Gambar 4.3 Pengamatan Lempung Daerah Getaan dengan SEM (Perbesaran 15.000 x)
Hasil micrograph dengan scanning electron microscopy (SEM) pada sampel lempung asal desa Getaan dengan perbesaran 15.000 x diperlihatkan pada Gambar 4.2. Hasil identifikasi dengan SEM menunjukkan bahwa partikel lempung berupa lempengan kristal dengan ukuran yang tergolong kecil, yakni 1 m 6 m.
Gambar 4.4 Foto SEM dari Lempung
Sedangkan lempung daerah Pegedangan dalam keadaan basah berwarna coklat kemerahan dalam pengamatan dengan SEM dapat dilihat pada Gambar 4.5
Hasil micrograph dengan scanning electron microscopy (SEM) pada sampel lempung asal desa Pagedangan dengan perbesaran 15.007 x diperlihatkan pada Gambar 4.6. Hasil identifikasi dengan SEM menunjukkan bahwa partikel lempung berupa lempengan kristal dengan ukuran yang tergolong kecil, yakni 952,3 nm 3 m.
Gambar 4.6 Hasil SEM Lempung Pagedangan Perbesaran 15.007 X Gambar 4.5 Pengamatan Lempung Daerah Pagedangan dengan SEM (Perbesaran 15.000 x)
Menurut Abdulloh (2004), ukuran partikel lempung berpengaruh pada plastisitas lempung, dimana semakin kecil partikel maka semakin besar indeks plastisitas yang dihasilkan, sehingga lempung daerah Pagedangan memiliki PI yang lebih besar. Hal ini disebabkan karena semakin halus partikel lempung maka permukaan efektifnya lebih lebar dan akan membutuhkan volume air yang lebih besar. Distribusi pori yang longgar juga meningkatkan keplastisan lempung, karena molekul air semakin banyak yang terjerap dalam ruang kosong tersebut.
4.2.3 Karakterisasi dengan XRD (X-Ray Difraction) Analisis XRD pada penelitian ini digunakan untuk mengkarakterisasi jenis mineral yang ada pada sampel lempung pagedangan dan sampel lempung Gataan. Prinsip kerja X-RD adalah sebagai berikut, pembangkit sinar-x menghasilkan radiasi ektromagnetik, yang setelah dikendalikan oleh celah penyimpang S1 selanjutnya jatuh pada cuplikan. Sinar yang dihamburkan oleh cuplikan dipusatkan pada celah penerima S2 dan jatuh pada detektor yang sekaligus mengubahnya menjadi bentuk cahaya tampak (foton). Komposisi kimia dari lempung dapat teramati pada difraktogram (Gambar 4.3) dari hasil karakterisasi dengan XRD. Komposisi kimia lempung asal desa Getaan adalah SiO2 (cristobalite) dan (Ca,Na)(Si,Al)4O8 (anorthite, sodian, disordered).
Gambar 4.7 Difraktogram Sampel lempung Getaan
Dari hasil analisis didapatkan komposisi kimia lempung asal daerah Pagedangan adalah kaolinite (Al 2 Si 2 O 5 (OH) 4 ) dan (Ca,Na)(Si,Al) 4 O 8 (anothite, sodian, disordered). Kaolinite terbentuk dari perubahan hidrotermal dari mineralmineral aluminosilikat. Batuan granit merupakan sumber terbesar penghasil kaolinite. Sifat dari kaolinite adalah tidak dapat mengadsorpi air, kaolinite tidak dapat mengembang pada saat kontak dengan air. Sehingga lempung Pagedangan berpotensi dijadikan bahan baku pembuatan keramik bermutu tinggi
Gambar 4.8 Difaktogram sampel lempung Pagedangan
4.2.4 Karakterisasi dengan XRF Pada dasarnya analisis dengan X-Ray Fluorescent digunakan untuk mengkarakterisasi komponen- komponen yang menyusun atau berada dalam sampel lempung baik lempung daerah Pagedangan atau lempung daerah Getaan. Metode yang digunakan X-Ray Fluorescent ini adalah pencacahan sinar x yang dipancarkan oleh suatu unsur akibat pengisian kembali kekosongan elektron pada orbital yang lebih dekat dengan inti (karena terjadinya eksitasi elektron) oleh elektron yang terletak pada orbital yang lebih luar. Ketika sinar x yang berasal dari radioisotop sumber eksitasi menabrak elektron dan akan mengeluarkan elektron kulit dalam, maka akan terjadi kekosongan pada kulit itu. Elektron dari kulit yang lebih tinggi akan mengisi kekosongan itu. Perbedaan energi dari dua kulit itu akan tampil sebagai sinar X yang dipancarkan oleh atom. Spektrum sinar x selama proses tersebut menunjukan peak/puncak yang karakteristik, dimana setiap unsur akan menunjukkan peak yang merupakan landasan dari uji kualitatif untuk unsur-unsur yang ada dalam contoh lempung/clay. Pada Gambar 4.4 dan Gambar 4.5 ditunjukkan hasil spectra dari sampel lempung pagedangan dan sampel lempung Getaan. Berdasarkan hasil karakterisasi dengan XRF menunjukkan bahwa pada sampel lempung daerah Getaan unsur Si mendominasi sebesar 40,00 % kemudian Fe (33,28 %), Al (14,00%), Ca (8,88%) Ti (1,84%). Pada sampel lempung daerah Pagedangan, Si juga menjadi unsure yang mendominasi yaitu sebesar 36,0 % kemudian Al (14%), Ca (10,8%), Ti (1,99%) dan K (0,84%).
Tabel 4.5 Komposisi Unsur-unsur dalam Lempung Hasil XRF Unsur Lempung Getaan Unsur Lempung Pagedangan Si 40,00 % Si 36,0 % Fe 33,28 % Al 14% Al 14,00 % Ca 10,8% Ca 8,88 % Ti 1,99% Ti 1,84 % K 0,84%
Adanya mineral silika (Si) yang menjadi unsur mayor dalam lempung pagedangan dan lempung Getaan, menyebabkan semakin banyak lapisan air yang mengelilingi butiran silika. Dalam hal ini silika bertindak sebagai partikel koloid seperti bunga karang yang dapat melicinkan butiran non plastis untuk menambah sifat mudah dibentuk (Prasetyo, 2004), sehingga keplastisan lempung asal Getaan lebih besar dari pada lempung daerah Pagedangan.
4.3 Integrasi Penciptaan Manusia dengan Komponen Lempung Dalam Al-Quran surat Ar Rahman ayat 14 Y={ }# = $9%.
Dia menciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar (Q.S. Ar-Rahman: 14)
Pada ayat diatas ada 2 perumpamaan dalam pembentukan manusia yaitu Shalshaalin dan Kalfakhkhaar. Secara kimiawi tanah kering adalah zat pembakar: Oxygenium : O 2 (Dry ringin clay)= Shalshaalin. Sedangkan tembikar adalah zat arang: Carbonium: C (Earthenware)= Kalfakhkhaar Pada ayat lain yakni Al-Quran surat Al- Hijr ayat 28, Allah berfirman: ) $% 7/ 3==9 ) ,=z #0 = *m ``
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk , ( Q.S. Al Hijr : 28)
Adapun yang dikehendaki dengan Tanah liat kering dari lumpur hitam adalah zat lemas : Nitrogenium : Ni ( Wrought from black mud )= Min hamaimmasnuun Pada surat As-Sajdah ayat 7 Allah juga menyebutkan bahwa manusia tercipta dari tanah : %!# m& . ` )=z &/ ,=z }#
Yang membuat segala sesuatu yang dia ciptakan sebaik-baiknya dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah. (Q.S. As-Sajdah : 7) Namun yang dikehandaki dengan Tanah pada ayat diatas adalah atom zat air : Hydrogenium : H 2 ( Clay )= Thiin Demikian juga pada surat Al-Saffat ayat 11 JF`$ & & $)=z & $)=z $) )={ _>
Maka tanyakanlah kepada mereka (musyrik Mekah): "Apakah mereka yang lebih kukuh kejadiannya ataukah apa[1273] yang Telah kami ciptakan itu?" Sesungguhnya kami Telah menciptakan mereka dari tanah liat. (Q.S. Al-Saffat : 11)
Yang dimaksud Tanah liat diatas adalah Zat besi: Ferrum : Fe ( Cohesive clay )= thiinillazib. Sedangkan dalam Alquran surat Ali- Imron ayat 39 79 =G = M# .%!# 3s9#
Demikianlah (kisah 'Isa), kami membacakannya kepada kamu sebagian dari bukti-bukti (kerasulannya) dan (membacakan) Al Quran yang penuh hikmah. (Q.S Ali- Imron : 39)
yang dikehendaki dengan tanah adalah Zat an-organic =Unsur-unsur asli dalam tanah ( Dust )=minturaab C + O 2 + Ni + H 2 + Fe + K + Si + Mn Dari beberapa ayat diatas dijelaskan bahwa Pengertian Thin (lempung) menunjuk pada lapisan tanah (Thurab) yang telah bercampur dengan air (Maa), hal ini diperkuat dengan adanya unsur kepekatan pada Thin itu sendiri. Dari adanya Thin inilah maka dimulainya penciptaan manusia. Lebih spesifik lagi Allah menyebutkan bahwa hanya beberapa komponen unsur saja/ saripati (Sulalat) yang berperan penting dalam penciptaan tersebut. Penyelidikan sains menyebutkan unsur-unsur tersebut diantaranya adalah C + O 2 + Ni + H 2 + Fe + K + Si + Mn BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah didapat, maka dapat disimpulkan bahwa : a. Lempung daerah Pagedangan memiliki nilai batas plastis 33,13 batas cair 60,33 dan indeks plastisitas 27,22. Sedangkan lempung daerah Getaan memliki nilai batas plastis 17,05 batas cair 46,60 dan indeks plastisitas 29,55. b. Karakterisasi SEM menunjukkan bahwa lempung Getaan berwarna hitam disertai partikel- partikel berbentuk kristas berwarna putih sedangkan lempung Pagedangan terlihat berwarna hitam kekuningan disertai partikel- partikel berbentuk Kristal berwarna putih. Karakterisasi XRD menunjukkan bahwa lempung daerah Getaan mengandung mineral SiO 2 (cristobalite) dan (Ca,Na)(Si,Al) 4 O 8 (anorthite, sodian, disordered) sedangkan daerah Pagedangan mengandung mineral kaolinite (Al 2 Si 2 O 5 (OH) 4 ) dan (Ca,Na)(Si,Al) 4 O 8 (anothite, sodian, disordered). karakterisasi dengan XRF menunjukkan bahwa lempung daerah Getaan didominasi unsur Si sebesar 40,00 % kemudian Fe (33,28 %), Al (14,00%), Ca (8,88%) Ti (1,84%). Pada lempung daerah Pagedangan, Si juga menjadi unsur yang mendominasi yaitu sebesar 36,0 % kemudian Al (14%), Ca (10,8%), Ti (1,99%) dan K (0,84%).
72 5.2 Saran Saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalah : a. Perlu adanya karakterisasi lempung daerah lain sehingga dapat menambah pasokan bahan baku pembuatan keramik. b. Perlu adanya penelitian lebih lanjut terhadap pengaplikasian lempung dari daerah Getaan dan daerah Pagedangan dalam pembuatan keramik.
DAFTAR PUSTAKA
Abdulloh. 2004. Evaluasi Teknik Uji Geser dan Uji Tekan dalam Kajian Pengaruh Kadar Air dan Penambahan Zat Limbun terhadap karakteristik Plastisitas lempung asal Dsn. Pandisari Ds. Sawoo Kec. Kutorejo Kab. Mojokerto, Thesis tidak diterbitkan. Bandung: Departemen Kimia Fakultas MIPA ITB.
Aji, Setyo.B dan Anjar. 2009. The Role Of a Coal Gasification Fly Ash as Clay Addive in Building Ceramic. Journal of the European Ceramic Sosiety 26 (2006) 3783-3787.
Al-Jazairi dan Al-Jabir, B. A. 2009.Tafsir Al-Quran Al AIsyar (jilid 7) Penerjemah Amaliy, F dan Suwanto,E. Jakarta : Darus Sunnah.
Anonymous a . 2010. X-Ray Crystallography. http://en.wikipedia.org/wiki/X- ray_Diffraction.htm. Diakses tanggal 10 Februari 2010.
Anonymous b . 2010. X-ray Fluorescence. http://en.wikipedia.org/wiki/X- ray_fluorescence.htm. Diakses tanggal 10 Februari 2010.
Anonymous c . 2009. Proses Pembentukan Tanah Liat Secara Alami. http://axzx.blogspot.com/2008/12/proses-pembentukan-tanah-liat- secara.html. diakses tanggal 4 november 2009.
Anonymous d . 2010. Lempung Kita yang Terlupakan. http://ppsdms.org/article/Lempung Kita yang Terlupakan PPSDMS - Creates Future Leaders.htm. Diakses tanggal 10 Februari 2010.
Aziz dan Gunawan, O. 2005. Homogenisasi Ukuran Partikel Bentonit Sebagai Bahan Baku Keramik Dengan Menggunakan Hidrosiklon. Jurnal bahan galian industry, volume 1 nomer 3, Desember 2005.
Barroroh, H. 2007. Debu, Semesta Rahmat: Interaksi Fisikokimia Debu Dan Air Liur Anjing. Malang: UIN_Malang Press.
Direktorat Jenderal Industri Agro dan Kimia, 2009. Roadmap Industry Keramik. Jakarta: Departemen Perindustrian.
Ginting, I, Gugun dan Yayan . 2005. Pembuatan Perangkat Lunak Analisis Kualitatif Difraksi Sinar X Dengan Metode Hanawalt. Prosiding seminar Nasional Sains dan Teknik Nuklir P3TkN-BATAN,14-15 Juni 2005.
Grim, R. E. 1962. Applied Clay Minerology. McGraw Hill Book Company. New York.. Hal. 1 51. 74
Hadi, W. 2005. Ceramic Filter For Purifying Saline Water And Concentrating Heavy Metals In The Electroplating Wastewater For Material Reuse.
Kurniasari, H.D. 2008. Solidifikasi Limbah Alumina dan Sand Blasting PT. Pertamina UP IV Cilacap Sebagai Campuran Bahan Pembuatan Keramik. Tugas Akhir jurusan teknik lingkunagn fakultas teknik sipil dan perencanaan. Yogjakarta: Universitas islam Indonesia.
Mahida, U. N. 1984. Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri. Jakarta : CV Rajawali, hal.l 4 6.
Muntohar, A. S. 2007. Pengantar Rekayasa Geoteknik. http://Muntohar.files.wordpress.com/2007/04/sample-bab3.pdf. Diakses tanggal 27 Februari 2010.
Nagendrapa, G.Organic Syntesis using Clay Catalyst. J. Resonance. 2002. Hal 64 77.
Nelson, S. A. Clay Minerals. Tulane University. 2001.
Nurahmi, E. 2001. Uji Stabilitas Struktur Bentonit Terhadap Perlakuan Asam Sulfat dan Pemanasan. Skripsi. Yogyakarta : FMIPA UGM, hal. 1 2.
Prasetyo, A. 2004. Kajian Mekanika dalam Penentuan plastisitas lempung secara uji geser dan tekan-tidak-terkungkung. Thesis tidak diterbitkan. Bandung: Departemen Kimia ITB.
Sirappa dan sastiono, A. 2002. Analisis Mineral Lempung Tanah Regosol Lombok dengan Menggunakan SInar X dalam kaitanya dengan penentuan sifat dan cara pengelolaan tanah. Jurnal Ilmu tanah dan Lingkungan Vol.3 (2) pp 1- 6.
Sumantry, T. 2010. Aplikasi Xrf Untuk Identifikasi Lempung Pada Kegiatan Penyimpanan Lestari Limbah Radioaktif. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah VII Pusat Teknologi Limbah Radioaktif- BATAN ISSN 1410-6086 Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi-RISTEK
Usman, T. 2008. Pengaruh Stabilisasi Tanah Berbutir Halus yang Distabilisasi Mengunakan Abu Merapi Pada Batas Konsistensi dan CBR Rendaman. Tugas Akhir. Yogjakarta: Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan perencanaan Universitas Islam Indonesia.
Vaccari, A. 1999. Clays and Catalystis: A Promising Future. J. Applied Clay Sciences.. Vol. 14. Hal. 161 198.
Wahyudi, Asman dan Rusdy, A.Y.1998. Laporan Praktikum Bahan Baku Keramik. Badan penelitian dan pengembangan industry; Balai besar Industri Keramik. Cimahi- Bandung: Teknik Kimia Keramik D III Universitas Jendral Ahmad Yani