Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENGARUH PEMBERIAN DOSIS UREA TERHADAP KESUBURAN TANAH MASAM Studi Kasus di Desa Gading Kulon Kecamatan Dau Kabupaten Malang
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara yang dikenal sebagai Zamrud Khatulistiwa. Hal ini dikarenakan kondisi wilayah Indonesia yang sangat subur. Indonesia merupakan Negara yang dapat ditanami berbagai macam jenis tanaman. Ratusan jenis tanaman dapat tumbuh di Indonesia dengan baik. Banyaknya tanaman yang tumbuh di Indonesia dengan baik tidak terlepas dari peran tanah yang mendukung pertumbuhan tanaman. Kesuburan tanah di Indonesia disebabkan karena Indonesia dikelilingi oleh gunung berapi. Di lain pihak, jumlah penduduk Indonesia semakin bertambah. Indonesia merupakan salah datu Negara yang mempunyai jumlah penduduk tertinggi di dunia. Menurut data BPS jumlah penduduk pada tahun 2012 Indonesia sebanyak 244.775.796 jiwa. Setiap tahun jumlah penduduk Indonesia semakin bertambah. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia sebesar 1,49 persen pertahun. Sebagian besar masyarakat Indonesia bermata pencaharian sebagai petani. Indonesia pernah dikenal sebagai Negara Agraris yang juga pernah dikenal sebagai Lumbung padi pada tahun 1998 oleh karena swasembada pangan karena produksi padi yang berlebih. Dari produksi padi Indonesia sebesar 54.060.817 ton naik sekitar 8,9% (4.824.125 ton). Prestasi tersebut tidak luput dari peran Pemerintah Indonesia dalam mengembangkan sektor pertania pada saat itu. Salah satu upaya pemerintah dalam mengembangkan sektor pertanian yaitu Revolusi Hijau. Revolusi hijau merupakan kebijakan ini mencakup perbaikan teknologi. Revolisi Hijau merupakan upaya untuk meningkatkan produksi biji-bijian dari hasi penemuan ilmiahberupa benih unggul baru dari beragam varietas gandum, padi dan jagung yang membuat hasi panen komoditas tersebut meningkat di negara-negara berkembang. Sebagian besar kondisi sosial-ekonomi mayarakat Indonesia berciri agraris. Oleh karena itu pembangunan pertanian menjadi sektor yang sangat penting dalam upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Namun, program Revolusi hijau mempunyai dampak yang sangat buruk yang saat ini sedang dirasakan oleh masyarakat Indonesia. Dampak tersebut yaitu
menurunnya daya dukung lahan dan juga tingkat kesuburan lahan. Salah satu wilayah yang juga mengalami dampak tersebut adalah di Desa Gading Kulon Kecamatan Dau Kabupaten Malang yang dikenal sebagai desa Petik Jeruk. Desa Gading Kulon Kecamatan Dau Kabupaten Malang mempunyai pH tanah asam, yaitu pH antara 4,8 sampai 6. Kondisi ini sangat tidak mendukung dalam perkembangan tanaman jeruk manis Baby. Keadaan ini disebabkan oleh pemakaian pupuk urea dengan jumlah yang berlebihan pada lahan. Akibatnya tanah menjadi asam dan tidak mendukung pertumbuhan tanaman yang hidup pada daerah tersebut. Oleh karena itu, perlu adanya penelitian yang membahas mengenai Pengaruh Pemberian Dosis Urea Terhadap Kesuburan Tanah Masam di Desa Gading Kulon Kecamatan Dau Kabupaten Malang.
1.2 Tujuan Tujuan dari penelitian Kesuburan Tanah ini adalah untuk mengetahui: 1. Pengaruh pemberian pupuk urea dengan berbagai dosis yaitu dosis 1,4 gram; 2,9 gram; dan 0,2 gram terhadap pertumbuhan tanaman. 2. Perubahan fisika tanah masam yang telah diberikan berbagai dosis pupuk urea.
1.3 Hipotesis 1. Pemberian dosis pupuk dengan dosis pemakaian dengan jumlah banyak tidak dapat merubah pH tanah menjadi asam.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Kesuburan Tanah Penaksiran kesuburan tanah dapat dilakukan berdasarkan atas sifat dan
perilaku fisik, kima dan biologi tanah yang terukur, yang terkorelasikan dengan kemampuan tanaman menurut pengalaman atau hasil pengamatan sebelumnya. Kesuburan tanah dapat ditaksir juga secara langsung berdasarkan keadaan tanaman yang teramati (bioassay). Dengan pengunaan cara penaksiran pertama dapat diketahui sebab-sebab yang menentukan kesuburan tanah, sedangkan dengan penggunaan cara yang kedua dapat diketahui respon tanaman terhadap keadaan tanah yang ada. (Notohadiprawiro, T., dkk., 2006) Sejalan dengan Sutanto (2005), yang menyatakan bahwa kesuburan tanah diukur berdasarkan hasil tanaman (berat kering ton.ha-1) dan kualitas (kandungan gula, pati, protein, dan vitamin), yang variasinya direkam dari tahun ke tahun. Pada prinsipnya tanah yang subur adalah tanah yang secara konsisten memberikan hasil yang baik tanpa penambahan pupuk. Ada tanah yang mempunyai kesuburan asli yang tinggi, tetapi hasil produksinya rendah karena faktor produksi lainnya menghambat pertumbuhan tanaman. Ada dua kesuburan tanah yaitu kesuburan tanah potensial dan aktual. Kesuburan tanah potensial adalah maksimum hasil yang diperoleh dengan cara mengoptimalisasi semua faktor produksi. Kesuburan tanah aktual adalah status kesuburan asli tanah tanpa dilakukan usaha perbaikan atau peningkatan produksi.
2.2
Prinsip Pengelolaan Tanah Notohadiprawiro, T., dkk (2006) menyatakan bahwa kriteria optimum
didasarkan atas sejumlah variable tanah yang menentukan produktivitas tanaman. Kesuburan tanah bukan ditentukan oleh sejumlah pengaruh tiap variable secara individu, melainkan oleh daya pengaruh yang timbuk dari hubungan interaktif atau kompensatif antar variable. Misalnya, bahan peracunan Al bukan ditentukan oelh kadar Al tertukar, akan tetapi oleh nisbah antar kadar Al tertukar dan kadar basa-basa tertukar yang lain (Ca, Mg, K, Na). Mesikpun Al cukup tinggi, namun bahaya
peracunan Al tidak sebesar ketika nisbah kadarnya terhadap kadar basa-basa tertukarkan yang lain kecil. Pengelolaan tanah yang baik akan mengacu pada efisiensi pemupukan yang dilakukan. Efisiensi pemupukan dapat dapat ditaksir (Assessed) menurut kenaikan bobot kering biomassa berguna oleh pemberian tiap satuan bobot unsure hara dalam bahan pupuk. Efisiensi dapat pula ditaksir berdasarkan jumlah unsure hara yang diserap oleh tanaman dari setiap satuan jumlah unsur hara itu yang ditambahkan. Oleh karena fungsi fisiologis dan kelakuan kimiawi tiap unsure hara berbeda maka ukuran efisiensinya berbeda pula. Efisiensi pemupukan suatu unsur hara akan berubah menurut umur tanaman (kelakuan fisiologi). (Rosmarkam, 2002)
2.4 Kendala dan Masalah Tanah Masam Penyebab utama keberadaan sifat kimia dan fisik yang tidak menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman pada tanah masam adalah karena erat hubungannya dengan ion H+ . Sifat inilah yang semulanya dipandang sebagai gambaran suatu reaksi kimia yang terjadi dalam tanah, yang umumnya disebut ke dalam reaksi tanah masam, netral dan alkalin. Pada tanah masam, jumlah ion H+ dan Al3+ yang dapat dipertukarkan, merupakan ion yang saling berhubungan erat. Kedua jenis ion ini dianggap sebagai pengendali kemasaman tanah yang berada dalam larutan sistem tanah dan kompleks jerapan. (Poerwowidodo, 1992) Namun menurut Kamprath dan Foy (1997), konsep-konsep mengenai tanah masam telah berubah. Kation Al3+, dan bukannya H+ yang dapat dipertukarkan, sekarang dikenal sebagai suatu kation dapat dipertukarkan yang penting pada tanah masam. 1.5 Pupuk Urea Pupuk adalah suatu bahan yang mengandung satu atau lebih unsur hara bagi tanaman. Bahan tersebut berupa mineral atau organik, dihasilkan oleh kegiatan alam atau diolah oleh manusia di pabrik. Unsur hara yang diperlukan oleh tanaman adalah C, H, O (ketersediaan di alam masih melimpah), N, P, K, Ca, Mg, S (hara makro, kadar dalam tanaman > 100 ppm), Fe, Mn, Cu, Zn, Cl, Mo, B (hara mikro, kadar
dalam tanaman < 100 ppm). Ke-13 unsur hara tersebut sangat terbatas jumlahnya dan cenderung asupannya kurang di dalam tanah. Hal ini dapat diakibatkan karena sudah habis tersedot oleh tanaman saat diberlakukannya proses cocok tanam tanpa diimbangi dengan pemupukan (Lingga dan Marsono, 2004). Pupuk Urea adalah pupuk kimia yang mengandung Nitrogen (N) berkadar tinggi. Unsur nitrogen merupakan zat hara yang sangat diperlukan tanaman. Pupuk urea berbentuk butir-butir kristal berwarna putih, dengan rumus kimia NH2 CONH2, merupakan pupuk yang mudah larut dalam air dan sifatnya sangat mudah menghisap air (higroskopis), karena itu sebaiknya disimpan di tempat kering dan tertutup rapat dengan suhu ruangan. Pupuk urea mengandung unsur hara N sebesar 46% dengan pengertian setiap 100 kg urea mengandung 46 kg Nitrogen.
(www.pusri.wordpress.com, 2011).
2.6 Reaksi Pupuk Urea Pada Tanah Sifat Urea yang lain yang tidak menguntungkan adalah Urea tidak bersifat mengionisir dalam larutan tanah sehingga mudah mengalami pencucian., karena tidak dapat terjerap oleh koloid tanah. Untuk dapat diserap tanaman Urea harus mengalami proses amonifikasi dan nitrifikasi terlebih dahulu. Cepat dan lambatnya perubahan bentuk amide dari Urea ke bentuk senyawa N yang dapat diserap tanaman sangat tergantung pada beberapa faktor antara lain populasi, aktifitas mikroorganisme, kadar air dari tanah, temperatur tanah dan banyaknya pupuk Urea yang diberikan. Proses perubahan tersebut terlihat dalam reaksi berikut :
hidrolisis enzimatik
4+
Allison (1939) dalam Hasibuan (2008) mendapatkan bahwa pupuk urea mengalami pencucian dari tanah selama 4 hari dari pemupukan, berarti perubahan seluruh amida ke ammonia membutuhkan waktu 4 hari.
2.8 Kebutuhan Unsur Hara Tanaman Jagung (Tanaman Indikator) Tanaman jagung akan tumbuh baik pada tanah yang subur, gembur, kaya humus. Kemasaman tanahyang baik bagi pertumbuhan tanaman jagung antara 5.67.5. Pada pH <5.5 tanaman jagung tidak bisa tumbuh maksimum karena keracunan Al. tanaman jagung juga membutuhkan tanah dengan aerasi dan ketersediaan air dalam kondisi baik (Purwono dan Hartono, 2005). Menurut Margaretha, dkk (2004), tanaman jagung untuk dapat tumbuh dan berproduksi secara optimal memerlukan cukup hara utamanya N, P, dan K. Jagung membutuhkan pupuk nitrogen terbanyak setelah padi. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa tanpa pemberian pupuk nitrogen, tanaman jagung tidak akan mendapatkan hasil sesuai yang diharapkan. Untuk mempertahankan kesuburan tanah yang cukup dan berimbang, diperlukan pemberian pupuk. Tanaman jagung mengadsorbsi P dalam jumlah relatif sedikit daripada absorbsi hara N dan K. Pola akumulasi P tanaman jagung hampir sama dengan akumulasi hara N. Pada fase ini pertumbuhan akumulasi P sangat lambat, namun setelah 4 minggu meningkat dengan cepat. Konsentrasi P dalam daun terus menurun dengan waktu, konsentrasi P dalam batang cukup besar dan hara P terdapat dalam biji (Fathan, dkk, 1988). Kalium dibutuhkan oleh tanaman jagung dalam jumlah yang paling banyak dibandingkan dengan N dan P. Pada fase pembungaan akumulasi hara K telah mencapai 60-75% dari seluruh kebutuhannya (Sutoro, dkk, 1988). III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Waktu : Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober sampai bulan Desember. Tempat : Untuk tempat pengambilan sampel di lakukan di Desa Gading
kulon, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang. Untuk tempat pengamatan penelitian dilaksanakan di plot erosi Fakultas Pertanian, Laboratorium Kimia dan
Laboratorium Fisika Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang.
3.2 Kondisi Umum Wilayah Kecamatan Dau merupakan salah satu Kecamatan di Wilayah Kabupaten Malang yang berjarak +- 9 km dari pusat pemerintah Kabupaten Malang yang terletak di ketinggian antara 600-2.100 meter dari permukaan laut dengan curah hujan rata 2000-3000 mm/tahun. Batas-batas wilayah tersebut yaitu: bagian utara : Kecamatan Karangploso, Selatan: Kecamatan Wagir, Timur: Kota Malang, dan bagian Barat : Kota Batu. Sedangkan luas wilayah Kecamatan Dau adalah 5.602,671 Ha dengan distribusi peruntukan tanah pemukiman 952.000 ha, sawah 745.000 ha, tanah kering 3.164.056 ha, Lapangan olah raga 17.405 ha, dan lain-lain 742.210. Secara administratif Wilayah Kecamatan Dau terdiri dari 10 Desa yakni, Mulyoagung, Landungsari, Kalisongo, Sumbersekar, Karangwidoro, Petungsewu, Tegalweru, Selorejo, Gading kulon, dan Kucur dengan jumlah dusun sebanyak 39 dusun, 77 RW, 310 RT. Sedangkan secara topografi dikelompokkan dalam dua bagian wilayah, yakni dua bagian bawah dan dua bagian atas. Pada dua bagian bawah, terdiri dari Mulyoagung, Landungsari, Sumbersekar, Karangwidoro, dan Kalisongo. Secara topografi, daerah ini cocok untuk pengembangan industry dan perdagangan, perumahan, dan pertanian tanaman pangan. Pada dua bagian atas, terdiri dari Desa Tegalweru, Petungsewu, Selorejo, Gading kulon, dan Kucur. Secara topografis wilayah tersebut memiliki potensi pengembangan usaha pertanian agrobis (sayur dan buah) dan peternakan. Pengambilan sampel tanah yang kelompok kami ambil yaitu khususnya di Desa Gading kulon, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, tepatnya di lahan bapak Puji. Pada lahan tersebut mempunyai luas sebesar 0,14 ha, yang ditanamani tanaman jeruk dengan jarak tanam 2 x 2 m.
3.3 Metode penelitian Berdasarkan sifat masalahnya penelitian ini termasuk dalam penelitian kuantilatif karena penelitian ini menggunakan metode gabungan antara penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif, yang mana dalam penelitian ini memiliki tujuan untuk mendapatkan informasi tentang sesuatu hal dan juga untuk mencari kemungkinan hubungan sebab akibat dengan cara mengenakan pada satu atau lebih suatu kondisi perlakuan dan membandingkan hasilnya dengan satu atau lebih kelompok kontrol yang telah dikenai kondisi perlakuan. Dalam metode kuantitatif ini peneliti juga melakukan pelitian secara eksperimen. Penelitian eksperimen merupakan penelitian yang menggunakan variabel dengan memberikan perlakuan dan bertujuan untuk mencari hubungan kausal antar variabel yang diteliti. Dalam eksperimen ini peneliti memberikan perlakuan (treatment) terhadap tanah masam dengan berbagai dosis urea. Sesuai dengan pendapat dari Sarwono, 2006 bahwa: Penelitian ini merupakan penelitian perpaduan antara pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif dimana metode penelitian ini pada tahap awal melakukan penelitian kualitatif dengan mencari sumber informasi yang berhubungan dengan rumusan masalah yang dikaji peneliti, dari hasil kualitatif tersebut maka selanjutnya masalah akan diteliti secara kuantitatif, yang mana obyek penelitian dan variabel-variabel tersebut harus didefinisikan dalam bentuk operasionalisasi variabel masing-masing.
3.3.1
Rancangan Percobaan yang Digunakan dan Parameter Pengamatan Dalam peneltian yang kami lakukan, rancangan percobaan yang digunakan
adalah rancangan acak kelompok. Hal ini dikarenakan penelitian kami yang lebih menekankan pada pengamatan di lapang dimana terdapat faktor lingkungan/alam yang mempengaruhi. Penelitian kami menggunakan 3 perlakuan, yakni dosis urea 1,4 g, 2,9 g dan 0,2 g, dengan 3 kali ulangan pada masing-masing perlakuan. Adapun parameter pengamatan kami antara lain jumlah daun dari tanaman, pertumbuhan ketinggian tanaman, pH tanah, kandungan N total, dan kandungan Corganik pada masing-masing perlakuan.
3.3.2
Variabel Penelitian Variabel Bebas Variabel bebas merupakan variabel stimulus atau variabel yang mempengaruhi variabel lain. Variabel bebas merupakan variabel yang variabelnya diukur, dimanipulasi atau dipilih oleh peneliti untuk menentukan hubungannya dengan suatu gejala yang diobservasi. (Sarwono, 2006). Adapun variabel bebas dari penelitian ini adalah urea dengan dosis 1,4 gram; 2,9 gram dan 0,2 gram sebagai perlakuan.
Variabel Tergantung Variabel tergantung adalah variabel yang memberikan reaksi / respon jika dihubungkan dengan variabel bebas. Variabel tergantung merupakan variabel yang diamati dan diukur untuk menentukan pengaruh yang disebabkan oleh variabel bebas (Sarwono, 2006). Variabel tergantung dari penelitian ini adalah kadar kesuburan tanah yang meliputi kadar N total, Phospor tanah, Kalium tanah, pH tanah, dan C-Organik tanah dalam berbagai dosis urea yang berbeda
Variabel Kontrol Variabel kontrol didefinisikan sebagai variabel yang variabelnya dikontrol oleh peneliti untuk menetralsiasi pengaruhnya (Sarwono, 2006). Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah tanah yang diambil di desa Gading Kulon Kecamatan Dau Kabupaten Malang.
Menentukan perlakuan Perlakuan 1 : Dosis Urea 1,4 gram Perlakuan 2 : Dosis Urea 2,9 gram Perlakuan 3 : Dosis Urea 0,2 Gram
Pengamatan
Berikut adalah Tabel alat dan Bahan yang digunakan dalam metodologi penelitian tahap awal: Alat Alat tulis Ring sampel Ayakan 0,5 mm dan 2 mm Karung 4 buah Cangkul Polybag ukuran 25 x 50 sebanyak 9 buah Kegunaan Untuk menulis hasil wawancara Mengambil sampel tanah Menghaluskan sampel tanah Sebagai wadah tanah yang diambil dari lahan Untuk mengambil tanah Sebagai tempat media tanam
Bahan Tanah 70 kg Benih jagung 45 benih 36 benih di tanam di polybag 9 benih sulam Urea 13,5 gram Za sebayak 37,8 gram SP 36 sebanyak 6,3 gram Kcl sebanyak 12,6 gram
Kegunaan Sebagai media tanam Sebagai bahan pengamatan Indikator perlakuan Untuk memenuhi kebutuhan unsure hara tanaman Untuk memenuhi kebutuhan unsure hara tanaman akan kebutuhan phospor Untuk memenuhi kebutuhan unsure hara tanaman akan kebutuhan kalium
3.3.3 Metode Penelitian (Analisa Dasar ) a. Mengukur N-Total Timbang tanah 0,5 g masukkan ke dalam fial film Tambahkan Sellen
Tambahkan 5 ml H2SO4
Di Distruksi
Tambahkan 30 ml NaOH
Catat hasil
Tabel alat dan bahan yang digunakan pada saat pengukuran N total : Alat Pisau Fial film Timbangan analitik Bahan Tanah Selen H2SO4 NaOH Asam Borat Kegunaan Mengambil sampel tanah yang akan ditimbang Tempat sampel tanah Menimbang sampel tanah Kegunaan Bahan pengamatan Untuk memudahkan pembakaran Untuk distruksi Untuk distilasi dan titrasi Untuk titrasi
Tambah 20 ml NH4O
Di Kocok 20 menit
Catat Hasilnya
Tabel alat dan bahan yang digunakan pada saat pengukuran Kalium Tanah Alat Pisau Fial film Timbangananaltik Kertassaring Spektrofotometri Kegunaan Untuk mengambil sampel tanah yag dibutuhkan Tempat sampel tanah Menimbang sampel tanah Menyaring tanah dengan NH4OAC Menghitung nilai K pada tanah
c. Mengukur Ph Tanah Timbang tanah seberat 10 gram yang telah melalui ayakan 2 m Masukkan ke dalam fial film
Tambah Aquades 10 ml
Ukur PH dan catat Hasilnya Tabel alat dan bahan yang digunakan pada saat pengujiaan atau pengukuran pH : Alat Ayakan 0,5 mm Pisau Timbangananalitik Fial film Gelasukur Kertas pH meter Kegunaan Untuk menghaluskan tanah Untuk mengambil tanah yang diperlukan Untuk menimbang sampel tanah Sebagai wadah tanah Untuk mengukur larutan Sebagai wadah sampel saat ditimbang Untuk mengukur pH tanah
d. Mengukur C-Organik Timbang tanah 0,5 gram dari hasil ayakan 0,5 mm masukkan dalam fial film
Tambahkan K2CrO7 10 ml
Catat Hasilnya
Tabel alat dan bahan yang digunakaan pada saat pengukuran C-Organik : Alat Kegunaan Mengambil sampel tanah yang akan Pisau ditimbang Tempat sampel tanah Fial film Menimbang sampel tanah Timbangan analitik Bahan Tanah K2Cr2O7 H2SO4 Kegunaan Bahan pengamatan Mengikat rantai karbon Melepas rantai karbon
Menghentikan titrasi Untuk menghilangkan pengaruh Fe3+ pada tanah Sebagai indikator warna Untuk mentitrasi
Pengukuran kandungan P total pada sampel tanah Ambil sampel 2 ml masukkan dalam fial film Tambahkan lagi aquades 20 ml
Tambahkan aquades 20 ml
Diamkan 30 menit
Reagent P 8 ml
Dikocok 1 jam
Catat hasilnya
Table alat dan bahan yang digunakaan pada saat pengukuran Phospor tanah: Alat Kegunaan Untuk mengambil sampel tanah yag Pisau dibutuhkan Tempat sampel tanah Fial film Menimbang sampel tanah Timbangananaltik Mengukur nilai P Photometer Bahan Tanah Aquades Reagent P Kegunaan Sampel pengamatan Mengencerkan sampel Memisahkan P dengan tanah
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Hasil Pengamatan Tinggi Tanaman
100 90 80 70 Tinggi (cm) 60 50 40 30 20 10 0 0 hst 7 hst 14 hst 21 hst 28 hst 35 hst 42 hst
awal akhir
4.2 Pembahasan 4.2.1 Pengamatan Tinggi Tanaman Dari hasil pengamatan terlihat bahwa parameter tinggi tanaman Jagung (Zea mays) hingga pada usia 42 hari setelah tanam (HST) yang dilakukan dengan interval waktu pengamatan 1 minggu sekali menunjukkan adanya peningkatan pada pertumbuhan tinggi tanaman. Dari beberapa tahap pengamatan tinggi tanaman menunjukkan perbedaan yang nyata, terutama pada umur 14 HST, 28 HST, 35 HST, dan 42 HST (terlampir). Tanaman dengan nilai rata-rata pertumbuhan tertinggi terdapat pada perlakuan P1 pemberian pupuk urea dengan jumlah pupuk 2,9 gram (P2) yakni 55 cm, dan tanaman dengan nilai rata-rata pertumbuhan terendah terdapat pada perlakuan P3 dengan jumlah pupuk urea sebanyak 0,2 gram (P3) yakni 52 cm. Setelah diuji lanjutan mengenai perbedaan yang terjadi pada beberapa minggu pengamatan maka dapat diketahui bahwa perlakuan P1 dan P2 adalah perlakuan terbaik. Perlakuan P1 dan P2 memiliki notasi yang sama yaitu a. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan pemberian dosis urea mempengaruhi pertumbuhan tinggi tanaman jagung. Penambahan N pada tanaman akan membantu dalam
pembentukan klorofil sehingga dengan meningkatnya klorofil juga akan berpengaruh pada meningkatnya proses fotosintesis. Peningkatan fotosintesis juga akan menghasilkan lebih banyak makanan bagi tanaman sehingga tanaman akan lebih cepat tumbuh, apalagi dalam masa vegetatif dimana belum ada makanan yang akan disimpan dalam bentuk buah/biji. Nitrogen yang tersedia bagi tanaman dapat mempengaruhi pembentukan protein, disamping itu unsur ini juga merupakan bagian yang integral dari klorofil. (Nyakpa dkk, 1988) Pemberian pupuk urea dalam tanah mempengaruhi sifat kimia dan hayati (biologi) tanah. Fungsi kimia dan hayati yang penting diantaranya adalah selaku penukar ion dan penyangga kimia, sebagai gudang hara N, P, dan S, pelarutan fosfat dengan jalan kompleksasi ion Fe dan Al dalam tanah dan sebagai sumber energi mikroorganisme tanah (Notohadiprawiro, 1998).
4.2.2 Pengamatan Jumlah Daun Dari hasil pengamatan terlihat bahwa jumlah daun tanaman hingga Jagung (Zea mays) pada usia 42 hari setelah tanam (HST) yang dilakukan dengan interval waktu pengamatan 1 minggu sekali menunjukkan adanya peningkatan dan perkembangan serta juga adanya pengurangan pada jumlah daun;. Pada pengamatan jumlah daun dapat diketahui bahwa hampir setiap minggu tidak ada perbedaan yang nyata. Hal ini dikarenakan tanaman masih dalam masa vegetatif sehingga jumlah daunpun tidak jauh berbeda. Kemungkinan pemberian dosis urea pada masa vegetatif hanya mempengaruhi lebar daun dan peningkatan klorofil. Adapun tanaman yang memiliki jumlah daun terbanyak terdapat pada perlakuan pemberian pupuk urea dengan jumlah pupuk 2,9 gram (P2) 11 helai daun, dan tanaman terendah terdapat pada perlakuan dengan jumlah pupuk urea sebanyak 0,2 gram (P3) 7 helai daun. Peningkatan dosis urea sebagai sumber N dapat meningkatkan hasil tanaman. Hal ini disebabkan karena fungsi N secara langsung berperandalam pembentukan protein dan memperbaiki pertumbuhan vegetatif tanaman, dimana tanaman yang tumbuh pada tanah yang cukup N, berwarna lebih hijau. (Dian, 2012)
4.2.3 Pengamatan pH Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan pH aktual yang didapatkan di awal dan pH tanah yang diamati setelah dilakukan perlakuan pada masing masing polibag didapatkan angka yang tidak berbeda nyata. Pada perngukuran pertama pH yang didapatkan yaitu 5,37 sebelum diberi perlakuan. Setelah diberi perlakuan, pH yang didapatkan adalah 5.3 yang mana tidak berbeda jauh dari pH awal. Pada perlakuan kedua terjadi penurunan dari ph awal 5.37 menjadi 5.1 sedangkan untuk perlakuan ketiga justru terjadi kenaikan pH dari 5.37 menjadi 5.5. Kenaikan pH pada perlakuan P3 ini kemungkinan dipengaruhi oleh pemberian urea yang sedikit sehingga mikroorganisme tanah masih dapat hidup dan dapat mengembalikan pH tanah menjadi normal. Pemberian pupuk yang mengandung ion H, seperti urea dan ZA dapat menyumbang penurunan pH tanah atau meningkatkan keasaman tanah. Pelepasan ion H selain melalui pemberian pupuk juga dapat disebabkan adanya pelepasan ion H oleh akar tanaman itu sendiri. Seperti kita ketahui, bahwa reaksi yang menghasilkan ion H adalah reaksi yang dapat menurunkan pH tanah. Adapun hasil ini dipengaruhi oleh jenis perlakuan yang diberikan yaitu
jumlah pemberian pupuk pada masing masing polibag. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin banyak pemberian pupuk urea pada tanaman semakin tinggi tingkat keasaman tanahnya. Hal ini sejalan dengan pernyataan Halvin et al (1999) bahwa pemberian pupuk urea dapat menurunkan pH tanah. Eghball (2002) juga mendapatkan bahwa pemberian pupuk N dalam bentuk NH4NO3 dapat menurunkan pH tanah secara nyata, tetapi penurunan pH tersebut semakin berkurang dengan semakin meningkatnya dosis pupuk kandang yang diberikan.
4.2.4 Pengamatan N Total Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan N total yang didapatkan di awal dan N total tanah yang didapat setelah dilakukan perlakuan pada masing masing polibag didapatkan adanya perbedaan yang nyata antara masing-masing perlakuan.
Pada pengukuran N total awal didapatkan 0,0269 sebelum dilakukan perlakuan. Setelah melalui perlakuan N total pada perlakuan pemberian urea sebanyak 1,4 gram (P1) yang didapatkan adalah 0,03227. Pada perlakuan kedua pada perlakuan dengan pemberian urea 2,9 gram (P2) hasil pengukuran N total akhir menjadi 0,031 dan untuk perlakuan ketiga dengan pemberian urea sebanyak 0,2 gram (P3) menjadi 0,0340. Hal ini dipengaruhi oleh jenis perlakuan yang diberikan yaitu jumlah
pemberian pupuk pada masing masing polibag. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin sedikit pemberian pupuk urea pada tanaman semakin tinggi tingkat kandungan N total dalam tanah. Dari ketiga jenis perlakuan, didapatkan perolehan N total tertinggi yaitu pada perlakuan ketiga (P3) dengan jumlah pemberian urea sebanyak 0,2 gram. Hal ini dikarenakan pada pemberian urea kandungan N tersedia kemungkinan lebih banyak sehingga tanaman lebih mudah untuk menyerap N dalam tanah untuk memenuhi kebutuhan hara pada masa vegetatifnya dimana seperti diketahui bahwa pada masa vegetatif tanaman lebih banyak membutuhkan unsur N untuk pertumbuhannya. Secara tidak langsung, peningkatan dosis urea akan menyebabkan peningkatan aktivitas dari mikroorganisme dalam merombak pupuk organik yang diberikan, sehingga dengan demikian semakin banyak N-organik yang termineralisasi dari pupuk organik yang diberikan.(Dian, 2012)
4.2.5 Pengamatan Phospor Dari hasil yang didapatkan dari masing masing perlakuan yang dilakukan didapatkan data yang fluktuatif namun tidak terjadi adanya perbedaan yang nyata. Untuk perlakuan pertama nilai P tanah diawal adalah 0.26 kemudian untuk hasil akhirnya adalah 0.25. Pada perlakuan yang kedua pengamatan awal adalah 0.26 sedangkan untuk pengamatan akhir adalah 0.27. Untuk perlakuan ketiga dimana nilai awalnya 0.26 menjadi 0.22. Tidak berbeda nyatanya hasil ini dikarenakan perlakuan menggunakan urea dimana kandungannya lebih besar N sehingga phospor dalam tanah juga tidak
mengalami peningkatan bahkan akan semakin sedikit karena sudah diserap oleh tanaman untuk memenuhi kebutuhannya. 4.2.6 Pengamatan Kalium Tanah Dari hasil yang didapatkan dari masing masing perlakuan yang dilakukan didapatkan data yang fluktuatif namun perbedaannya tidak terlalu nyata. Untuk nilai K tanah diawal adalah 9,7 kemudian untuk hasil pengamata akhir pada perlakuan pemberian pupuk urea 1,4 gram (P1) yaitu 16.4. Pada pemberian urea 2,9 gram (P2) yaitu hasil pengamatan K total akhir yaitu 23,6. Pada pemberian urea 0,2 gram (P 3) hasil pengamatan akhir K total yaitu 29,3. Peningkatan kalium tanah ini dikarenakan pada masa vegetatif tanaman tidak terlalu membutuhkan kalium sehingga kalium yang terkandung dalam tanah cenderung tidak berkurang dan bahkan bisa naik karena adanya perombakan bahan organik oleh mikroorganisme tanah.
4.2.7 Pengamatan C Organik Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan pengukuran karbon organic (C-organik) yang didapatkan di awal dan di akhir yang diamati setelah dilakukan perlakuan pada masing masing polibag. Pada pengamatan pertama C organik yang didapatkan yaitu 3,2% sebelum dilakukan perlakuan. Setelah melalui perlakuan pemberian pupuk urea N total yang didapatkan berbeda. Pada perlakuan dengan pemberian urea 1,4 gram (P1) didapatkan pengukuran C organic akhir yaitu 2,66%. Pada perlakuan kedua dengan pemberian urea sebanyak 2,9 (P2) didapatkan pengukuran C organic akhir yaitu 2,4%. Pada perlakuan ketiga dengan pemberian urea sebanyak 0,2 gram1 (P3) didapatkan pengukuran C organic akhir yaitu 3,06%. Jadi hasil ini menunjukkan bahwa pemberian urea berpengaruh pada kandungan c-organik dalam tanah. Kandungan C-organik yang terdapat dalam tanah sendiri dipengaruhi oleh aktivitas mikroorganisme yang berperan sebagai perombak. Semakin banyak mikroorganismenya maka semakin banyak pula bahan organik yang akan dirombak. Dengan demikian, penambahan urea apalagi yang berlebihan, akan mengganggu kehidupan mikroorganisme tanah dan akhirnya hal ini kan berdampak
pada tidak adanya yang merombk bahan organik sehingga kandungan c-organik tanah pun juga akan menurun.
V. KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan Pemberian urea berpengaruh pada pertumbuhan tinggi tanaman dan penurunan pH tanah. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang nyata pada tinggi tanaman jagung yakni pada perlakuan P1 memiliki rata-rata tinggi 53cm, perlakuan P2 dengan rata-rata tinggi 55cm dan perlakuan P3 memiliki rata-rata tinggi 52cm. Setelah diuji lanjutan diketahui bahwa perlakuan P1 dan P2 adalah perlakuan terbaik. Penambahan urea akan berpengaruh pada penurunan pH tanah dan kandungan N totalnya. Untuk analisis C-organik pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa kandungan C-organik tertinggi terdapat pada perlakuan P3 dengan dosis paling sedikit yakni 0,2 g.
5.2 Saran Pemberian pupuk urea sesuai dengan dosis pemakaian akan dapat meningkatkan produktivitas tanaman. Namun jika penggunaan pupuk urea melebihi dosis pemakaian maka akan mengurangi produktifitas tanaman. Sebaiknya penggunaan pupuk urea terhadap kebutuhan tanaman sesuai dengan dosis dan kebutuhan unsur hara tanaman.
DAFTAR PUSTAKA
Basuki, Tony. 2007. Pengaruh Kompos, Pupuk Fosfat dan Kapur terhadap Perbaikan Sifat Kimia Tanah Podzolik Merah Kuning, Serapan Fosfat dan Kalsium serta Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung. IPB. Bogor. Dian, Eka. 2012. Pengaruh Pupuk Urea Terhadap Pertumbuhan Tanaman Sayuran. PROGRAM STUDI HORTIKULTURA JURUSAN BUDIDAYA
TANAMAN PANGAN, politeknik negeri lampung. Bandar lampung. Eghball, B. 2002. Soil properties as influenced by phosphorus and nitrogen-based manure and compost application. Agron J. 94: 128-135. Fathan, R.M, M. Raharjo dan A.K Makarim. 1988. Hara Tanaman Jagung. Dalam Jagung. Bdan Litbang Pertanian, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor Halvin, J.L. , S.M. Tisdale., W.L. Nelson, and J.D. Beaton. 1999. Soil Fertility and Fertilizer. An Introduction to Nutrient Management. Prentice Hall, Inc. 499 p Hasibuan, Malayu S. P. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia.Jakarta: PT. Bumi Aksara Kamprath, E.J. and C.D. Foy. 1997. Interaksi Pupuk-Tanaman pada Tanah-Tanah Masam (dalam Engelstad O.P Terjemahan Didiek Hadjar Goenadi. 1997. Teknologi dan Penggunaan Pupuk). Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Halaman: 132-227. Lingga, P, dan Marsono, 2004. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta. Notohadiprawiro, T., dkk. 2006. Pengelolaan Kesuburan Tanah dan Peningkatan Efisiensi Pemupukan. Nyakpa, M. Yusuf, dkk. 1988. Kesuburan Tanah. Penerbit Universitas Lampung. Lampung. Poerwowidodo, 1992. Telaah Kesuburan Tanah, Penerbit Angkasa Persada Jl. Kronolodong No. 37, Cetakan keempat Bandung Purwono dan Hartono. 2005. Bertanam Jagung Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta. Puslitbang Hortikultura, 2003. Pedoman umum penelitian dan pengkajian penerapan perbaikan pengelolaan tanaman (PTT) jeruk. 11 hlm.
Republika.co.id, Edisi 26 Mei 2012. Kritis, Jumlah Lahan Pertanian di Indonesia (Online) ttp://www.republika.co.id/berita/ekonomi/makro/12/05/26/m4mavrkritis-jumlah-lahan-pertanian-di-indonesia. Diakses pada 24 Desember 2013 Rosmarkam, A., dan N. W. Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius, Jakarta. Sarwono, Jonathan. 2006. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Graha Ilmu. Suharta, Nata. 2010. Karakteristik dan Permasalahan Tanah Marginal dari Batuan Sedimen Masam di Kalimantan. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor. Sutanto, Rachman. 2005. Dasar-dasar ilmu tanah (konsep dan kenyataan). Kanisus: Yogyakarta Sutopo, Ir, Msi. 2011. Rekomendasi Pemupukan Unruk Tanaman Jeruk (Online). http://kpricitrus.wordpress.com/2011/06/14/rekomendasi-pemupukan-untuktanaman-jeruk/. Diakses pada 24 Desember 2013 Sutoro, Yoyo S, dan Iskandar. 1988. Budidaya Tanaman Jagung. Balai Penerbit ......Tanaman Pangan. Bogor Wikipedia.org, 2013. Sensus Penduduk Indonesia Tahun 2010. (Online). http://id.wikipedia.org/wiki/Sensus_Penduduk_Indonesia_2010. Diakses pada 24 Desember 2013 Yuwono, Nasih Widya. 2009. Membangun Kesuburan Tanah di Lahan Marginal. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol. 9 No. 2 (2009) p: 137-141. Ilmu Kesuburan Tanah, Fakultas Pertanian UGM
Tinggi Tanaman 14 HST Perlakuan P1 P2 P3 TOTAL 1 24 24 24 72 Ulangan 2 32 34 43 109 TOTAL 3 35 41 35 111 91 99 102 292
Jumlah Daun 14 HST Perlakuan Ulangan 1 2 P1 4 10 P2 8 8 P3 6 8 Total 18 26 Jumlah Daun 21 HST Perlakuan Ulangan 1 2 P1 6 4 P2 6 8 P3 3 5 Total 15 17 Jumlah Daun 28 HST
TOTAL 3 10 9 5 24
24 25 19 68
Tinggi Tanaman 21 HST Perlakuan Ulangan 1 2 P1 38 48 P2 46 41 P3 30 48 TOTAL 114 137 Tinggi Tanaman 28 HST Perlakuan Ulangan 1 2 P1 62 64 P2 58 62 P3 45 52 TOTAL 165 178 Tinggi Tanaman 35 HST Perlakuan Ulangan 1 2 P1 72 75
TOTAL 3 7 5 6 18 17 19 14 50
Perlakuan P1 P2 P3 Total 1 6 6 4 16
Ulangan 2 6 5 7 18
TOTAL 3 5 7 7 19 17 18 18 53
TOTAL 3 69 216
Ulangan 2 9
TOTAL 3 6 23
P2 P3 TOTAL
86 87 245
84 86 245
67 79 215
P2 P3 Total
9 10 27
9 10 28
7 9 22
25 29 77
Ulangan 2 9 11 8 28
TOTAL 3 10 10 7 27 26 33 21 80
2.
Table ANOVA
Tabel Anova Tinggi Tanaman Jagung 7 HST SK DB JK Ulangan 2 72 Perlakuan 2 4.7 Galat 6 46.3 Total 8 123 FK = 17336.11 Kesimpulan : F hit < f tab 5%dan 1 % Tidak berbeda nyata
KT 36 2.35 11.575
Tabel Anova JumLah Daun Tanaman Jagung 7 HST SK DB JK KT Ulangan 2 0.2 0.1 Perlakuan 2 0.2 0.1 Galat 6 0.5 0.125 Total 8 0.9 FK = 277.7 Kesimpulan : F hit < F tab 5% dan < 1% Tidak berbeda nyata Tabel Anova Tinggi Tanaman Jagung 14 HST SK DB JK KT Ulangan 2 12076.220 6038.110 Perlakuan 2 11698.220 5849.110 Galat 6 378 63 Total 8
FK = 9473,778 Kesimpulan : Perlakuan = F hit perlakuan < f tab 5% dan < f tab 1% --> berbeda nyata Ulangan = f hit ulangan > f tab 5% dan < f tab 1 % --> berbeda sangat nyata PERLU UJI LANJUTAN Tabel Anova JumLah Daun Tanaman Jagung 14 HST SK DB JK KT F hit F tab 5% F tab 1% Ulangan 2 807.55 403.78 1.190705 5.14 10.92 Perlakuan 2 678.22 339.11 15.73596 5.14 10.92 Galat 6 129.33 21.55 Total 8 36.22 FK = 513,7778 Kesimpulan : perlakuan = F hit perlakuan < f tab 5% dan < f tab 1% --> berbeda nyata Ulangan = f hit ulangan > f tab 5% dan < f tab 1 % --> berbeda sangat nyata PERLU UJI LANJUTAN
Tabel Anova Tinggi Tanaman Jagung 21 HST SK DB JK KT Ulangan 2 163.8 81.9 Perlakuan 2 30.89 15.4 Galat 6 138.2 23.0 Total 8 332.89 FK = 17336.11 Kesimpulan : F hit < f tab 5%dan 1 % Tidak berbeda nyata Tabel Anova Jumah Daun Tanaman Jagung 21 HST SK DB JK KT Ulangan 2 1.63 0.81 Perlakuan 2 4.3 2.15 Galat 6 12.37 2.06 Total 8 FK = 277.7 Kesimpulan : F hit < F tab 5% dan < 1% Tidak berbeda nyata
F tab 5% 5.14
F tab 1% 10.92
F tab 5% 5.14
F tab 1% 10.92
Tabel Anova Tinggi Tanaman Jagung 28 HST SK DB JK KT Ulangan 2 104.22 52.11 Perlakuan 2 184.88 92.44 Galat 6 60.44 10.07 Total 8 349.55 FK = 31565,44 Kesimpulan : F tab 5 % < f hit < F tab 1% berbeda nyata, perlu uji lanjut
Tabel Anova Jumlah Daun Tanaman Jagung 28 HST SK DB JK KT F hit Ulangan 2 1.56 0.78 0.656 Perlakuan 2 0.22 0.11 0.093 Galat 6 7.11 1.18 Total 8 8.89 FK = 312,11 Kesimpulan : F hit < F tab 5% dan < 1% Tidak berbeda nyata, tidak perlu uji lanjut Tabel Anova Tinggi Tanaman Jagung 35 HST SK DB JK KT F hit Ulangan 2 104.22 52.11 5.17 Perlakuan 2 184.88 92.44 9.17 Galat 6 60.44 10.07 Total 8 349.55 FK = 31565,44 Kesimpulan : F tab 5 % < f hit < F tab 1% berbeda nyata, perlu uji lanjut Tabel Anova Jumlah Daun Tanaman Jagung 35 HST SK DB JK KT F hit Ulangan 2 1.56 0.78 0.656 Perlakuan 2 0.22 0.11 0.093 Galat 6 7.11 1.18 Total 8 8.89 FK = 312,11 Kesimpulan : F hit < F tab 5% dan < 1% Tidak berbeda nyata, tidak perlu uji lanjut Tabel Anova Tinggi Tanaman Jagung 42 HST
DB 2 2 6 8
FK = 77098.78 Kesimpulan : F tab 5 % < f hit < F tab 1% berbeda nyata, perlu uji lanjut Tabel Anova Jumah Daun Tanaman Jagung Minggu ke 6 SK DB JK KT F hit Ulangan 2 1.56 0.78 0.656 Perlakuan 2 0.22 0.11 0.093 Galat 6 7.11 1.18 Total 8 8.89 FK = 312,11 Kesimpulan : F hit < F tab 5% dan < 1% Tidak berbeda nyata, tidak perlu uji lanjut
3.
Uji Lanjut BNT BNT Tinggi Tanaman BNT Tinggi Tanaman 14 HST = 12.57 Perlakuan Rata-rata Notasi P1 30,33 a P2 33 a P3 34 a BNT Tinggi Tanaman 21 HST = 7.60 Perlakuan Rata-rata Notasi P3 41,33 a P2 45,667 a P1 44,667 a BNT Tinggi Tanaman 28 HST = 5.026 Perlakuan Rata-rata Notasi P3 53 a P2 61 b P1 63,667 b
BNT Tinggi Tanaman 35 HST = 5.026 Perlakuan Rata-rata Notasi P1 72 a P2 79 a P3 84 b BNT jumlah daun BNT Jumlah Daun 14 HST= 7.201 Perlakuan Rata-rata Notasi P3 6.33 a P2 8 a P1 8.33 a
4.
Perlakuan
Q2P1U2 Q2P1U3
Q2 P2U1
Q2 P2U2
Q2 P2U3
Q2 P3U1
Q2 P3U1
Q2 P3U3
2.
14 HST
Q2P1U1
Q2P1U2
Q2P1U3
Q2 P2U1
Q2 P2U2
Q2 P2U3
Q2 P3U1
Q2 P3U1
Q2 P3U3
3.
21 HST
Q2P1U1
Q2P1U2
Q2P1U3
Q2 P2U1
Q2 P2U2
Q2 P2U3
Q2 P3U1
Q2 P3U1
Q2 P3U3
4.
28 HST
Q2P1U1
Q2P1U2
Q2P1U3
Q2 P2U1
Q2 P2U2
Q2 P2U3
Q2 P3U1
Q2 P3U1
Q2 P3U3
5.
35 HST
Q2P1U1
Q2P1U2
Q2P1U3
Q2 P2U1
Q2 P2U2
Q2 P2U3
Q2 P3U1
Q2 P3U1
Q2 P3U3
6.
42 HST
Q2P1U1
Q2P1U2
Q2P1U3
Q2 P2U1
Q2 P2U2
Q2 P2U3
Q2 P3U1
Q2 P3U1
Q2 P3U3
Pengujian K Total