Anda adalah dokter lulusan FK UPN yang diterima sebagai PNS dan ditugaskan sebagai kepala puskesmas Ngaglik dikecamatan Ngaglik, Kabupaten sleman, Propinsi DIY. Kecamatan Ngaglik adalah daerah dilereng Gunung Merapi yang merupakan salah satu gunung berapi teraktif di dunia ibu kota kecamatan adalah Ngaglik yang berjarak sekitar 20 Km dari puncak merapi. Data wilayah kecamatan anda sebagai berikut ; Jumlah dusun / kelurahan : 18 pedukuhan Jumlah penduduk : 4322 jiwa Puskesmas anda berada didekat lapangan sepak bola dengan jumlah personil : Dr.umum 2 orang termasuk anda, dr gigi 1 orang. Perawat 15 orang. Tenaga administrasi 4 orang dan laborat 1 orang. Lokasi Ngaglik berjaraK 12 Km dari kota sleman ( ibukota kabupaten ), mempunyai jalur pendekat ( jalan kabupaten ) yang menghubungkan dengan kaliurang, pakem, dan cangkringan yang merupakan desa dan kota kecamatan yang lebih dekat dengan puncak merapi. Kaliurang berjarak 5 Km , pakem 12 Km, Cangkringan 12 Km dari uncak merapi. Ketiga nya merupakan daerah ancaman awan panas merapi ( wedus gembel ) pakem dan cangkringan mempunyai puskesmas. Pakem dipimpin oleh dokter baru dan cangkringan dipimpin oleh sarjana kesmas. Fasilitas kedua puskesmas belum selengkap puskesmas ngaglik. Pada tanggal 2 januari 20XY anda diundang ke sleman untuk rapat koordinsi BPBD Sleman. Rapat dipimpin oleh sekda selaku ketua BPBD Sleman dan dalam rapat tersebut beradasarkan surat keputusan Bupati Sleman anda ditunjuk sebagai koordinator bidang kesehatan wilayah I BPBD Sleman. Wilayah I yang meliputi daerah kecamatan pakem, Ngemplak, Cangkringan dan ngaglik. Camat Ngaglik ditunjuk sebagai korwil I. Meskipun merapi dalam kondisi aktif normal, tetapi anda segera mengadakan rapat koordinasi pelaksana penanggulangan bencana wilayah I.
Dalam rapat koordinasi tersebut : 1. Siapa saja yang anda undang ? 2. Materi rapat/ koordinasi apa yang dikemukakan ? 3. Setelah rapat, kegiatan apa yang anda lakukan ?
PAGE 2
Pada tanggal 14 Januari 20xy Kepala poliklinik puskesmas anda melaporkan bahwa ada pasien pemuda berumur18 tahun warga dukuh ngemplak dengan luka memear paa kepala , bibir luka robek akibat dipukuli sekelompok pemuda kec. Ngaglik karena mengendarai sepeda motor di daerah Ngaglik dengan kencang dan menyerempet seorang pejalan kaki. Beberapa waktu yang lalu pernah terjadi perkelahian massal antara kedua kelompok pemuda dari kedua daerah tersebut. Menanggapi laporan tersebut apa yang anda akan lakukan ? Dalam perjalanan waktu kondisi merapi dipantau makin ada peningkatan aktifitas. Pada tanggal 5 maret 20XY jam 8. 45 WIB, pusat vukanologi dan mitigasi bencana geologi, kem. ESDM menginformasikan kepada ketua BPBD Sleman, Magelang dan sekitarnya bahwa aktifitas gunung merapi meningkat, beberapa kali gempa vukanik disertai getaran tremo yang tercatat di seismograf Pos pengamatan gunung merapi Kaliurang.Ketua BPBD Sleman segera mengumumunkan status merapi menjadi siaga. Pada tanggal 7 maret 20XY jam 11.15 WIB. Terdengar dentuman keras dari puncak merapi diikuti dengan keluarnya gumpalan awan panas dari kawah yang mengalir kearah selatan puncak merapi. Segera diumumkan perubahan status menjadi awas merapi dan diperintahkan penduduk diradius 15 KM dari puncak merapi untuk mengungsi. Selaku kepala puskesma Ngaglik, atas perintah ketua BNPB Sleman melalui kepala dinas kesehatan sleman anda segera memberlakukan organisasi penanggulangan bencana. Pukul 18.00 datang Tim evakuasi untuk membawa 8 Orang korban letusan, dari daerah pakem. Anda beserta tim segera melakukan triage. Ternyata semua mengalami luka bakar dengan berbagai derajat dan dengan primary survey satu diantara korban selain luka bakar juga mengalami patah tulang terbuka dipaha. 3 orang diantaranya harus dievakuasi ke RS dokter sarjito Yogyakarta. ( Ngaglik -> jogja 30 menit )
PAGE 3
Dari ketua BPBD didapat informasi bahwa kondisi merapi masih dalam status awas karena masih ada kemungkinan terjadi erupsi lagi. Karena fasilitas puskesmas Ngaglik cukup untuk kegiatan bedah anda memohon bantuan ke kepala dinas kesehatan. Bantuan apa yang anda minta ?
16 Maret 20XY terjadi keributan ditempat pengungsian, di tempat bapak sono 31 tahun mengamuk dari alloanamnesa, diperoleh keterangan bahwa bapak sono asal kaliurang dari awal ditempat pengungsi sudah kelihatan murung karena istrinya mengalami luka bakar yang cukup parah dan dirawat di RSU sleman dan anak nya 3 orang, Anak bungsunya yang berumur 3 tahun selalu rewel menanyakan ibunya, rumahnya rusak berat dan 3 ekor sapinya mati terkena awan panas.
Selain itu ada 5 orang pengungsi yang menderita batuk-batuk dan gatal-gatal. Kegiatan apa yang anda lakukan?
Setelah terjadi 2 erupsi lagi ternyata aktifitas G. Merapi mulai terlihat menurun dan tiga minggu pasca letusan dinas vulkanologi, mitigasi bencan, geologi, memberikan informasi bahwa status bencana sudah dapat diturunkan kembali menjadi siaga masa tanggap darurat dinyatakan selesai dan memasuki tahapan berikutnya. Padatahap berikutnya, anda melaksanakan kegiatan apa saja?
Problem 1. Siapa saja yang terlibat dalam persiapan pengangan bencana alam ? 2. Apa saja yang perlu dipersiapkan dalam persiapan penanganan bencana alam? 3. Bagaimana koordinasi lapangan dan aspek lainnya pada penanganan bencana alam? 4. Apa saja tugas pokok ketua puskesmas? 5. Apa tugas koordinator kesehatan ? 6. Peraturan perundangan apasaja yang mengatur penanganan bencan alam ? 7. Apa saja jenis-jenis bencana? I Dont Know 1. PP bencana 2. Struktur organisasi penanganan bencana 3. Tahapan penanggulangan bencana : prabencana, tanggap bencana, pasca bencana 4. Tingkatan bencana 5. Triage 6. Masalah pengungsian
Dasar Hukum : Undang-undang Dasar RI Tahun 1945 Undang-undang RI No 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana PP RI No 21 Tahun 2008 Tentang Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan Bencana PP RI No 22 Tahun 2008 Tentang Pendanaan Dan Pengelolaan Bantuan Bencana PP RI No 23 Tahun 2008 Tentang Peran Serta Lembaga Asing Non Pemerintah Dalam Penanggulangan Bencana Peraturan Presiden RI No 8 Tahun 2008 Tentang BNPB
Undang-undang Dasar RI 1945 Negara Kesatuan Republik Indonesia bertanggung jawab melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dengan tujuan untuk memberikan termasuk pelindungan atas terhadap bencana, kehidupan dalam dan
penghidupan
pelindungan
rangka
TANGGUNG JAWAB DAN WEWENANG Diatur pada pasal 5 pasal 9 Pasal 5 Pemerintah dan pemerintah daerah menjadi penanggung jawab dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana.
Pasal 11 1. Badan Nasional Penanggulangan Bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) terdiri atas unsur: 1. pengarah penanggulangan bencana; dan 2. pelaksana penanggulangan bencana. Tentang Badan Penanggulangan Bencana Daerah pada pasal 18 pasal 25 Pasal 19 1. Badan penanggulangan bencana daerah terdiri atas unsur: a) pengarah penanggulangan bencana; dan b) pelaksana penanggulangan bencana. 2. Pembentukan badan penanggulangan bencana daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui koordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana.
HAK DAN KEWAJIBAN MASYARAKAT Hak Masyarakat Pasal 26 (1) Setiap orang berhak: a. mendapatkan pelindungan sosial dan rasa aman, khususnya bagi kelompok masyarakat rentan bencana; b. mendapatkan pendidikan, pelatihan, dan ketrampilan dalam
penyelenggaraan penanggulangan bencana. c. mendapatkan informasi secara tertulis dan/atau lisan tentang kebijakan penanggulangan bencana. d. berperan serta dalam perencanaan, pengoperasian, dan pemeliharaan program penyediaan bantuan pelayanan kesehatan termasuk dukungan psikososial; e. berpartisipasi dalam pengambilan keputusan terhadap kegiatan
penanggulangan bencana, khususnya yang berkaitan dengan diri dan komunitasnya; dan f. melakukan pengawasan sesuai dengan mekanisme yang diatur atas
(2) Setiap orang yang terkena bencana berhak mendapatkan bantuan pemenuhan kebutuhan dasar. (3) Setiap orang berhak untuk memperoleh ganti kerugian karena terkena bencana yang disebabkan oleh kegagalan konstruksi.
Kewajiban Masyarakat Pasal 27 Setiap orang berkewajiban: a. menjaga kehidupan sosial masyarakat yang harmonis, memelihara
keseimbangan, keserasian, keselarasan, dan kelestarian fungsi lingkungan hidup; b. melakukan kegiatan penanggulangan bencana; dan c. memberikan informasi yang benar kepada publik tentang penanggulangan bencana.
PERAN LEMBAGA USAHA DAN LEMBAGA INTERNASIONAL Peran Lembaga Usaha Pasal 28 Lembaga usaha mendapatkan kesempatan dalam penyelenggaraan
penanggulangan bencana, baik secara tersendiri maupun secara bersama dengan pihak lain.
penyelenggaraan penanggulangan bencana. (2) Lembaga usaha berkewajiban menyampaikan laporan kepada pemerintah dan/atau badan yang diberi tugas melakukan penanggulangan bencana serta menginformasikannya kepada publik secara transparan. (3) Lembaga usaha berkewajiban mengindahkan prinsip kemanusiaan dalam melaksanakan fungsi ekonominya dalam penanggulangan bencana.
Peran Lembaga Internasional Pasal 30 (1) Lembaga internasional dan lembaga asing nonpemerintah dapat ikut serta dalam kegiatan penanggulangan bencana dan mendapat jaminan pelindungan dari Pemerintah terhadap para pekerjanya. (2) Lembaga internasional dan lembaga asing nonpemerintah dalam
melaksanakan kegiatan penanggulangan bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat melakukan secara sendiri-sendiri, bersama-sama, dan/atau bersama dengan mitra kerja dari Indonesia dengan memperhatikan latar belakang sosial, budaya, dan agama masyarakat setempat. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana oleh lembaga internasional dan lembaga asing nonpemerintah diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Umum Pasal 31 Penyelenggaraan penanggulangan bencana dilaksanakan berdasarkan 4 (empat) aspek meliputi: a. sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat; b. kelestarian lingkungan hidup; c. kemanfaatan dan efektivitas; dan d. lingkup luas wilayah.
Pasal 32 (1) Dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana, Pemerintah dapat: a. menetapkan daerah rawan bencana menjadi daerah terlarang untuk permukiman; dan/atau b. mencabut atau mengurangi sebagian atau seluruh hak kepemilikan setiap orang atas suatu benda sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(2) Setiap orang yang hak kepemilikannya dicabut atau dikurangi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b berhak mendapat ganti rugi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Tahapan Pengatur pembagian tahapan dalam penanggulangan bencana. Pasal 33 Penyelenggaraan penanggulangan bencana terdiri atas 3 (tiga) tahap meliputi: a. prabencana; b. saat tanggap darurat; dan c. pascabencana.
Prabencana Pegaturan tentang tahap prabencana pada pasal 34 pasal 47. Pasal 34 Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada tahapan prabencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 huruf a meliputi: a. dalam situasi tidak terjadi bencana; dan b. dalam situasi terdapat potensi terjadinya bencana.
Tanggap Darurat Pengaturan tahap tanggap darurat pada pasal 48 pasal 56 Pasal 48 Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 huruf b meliputi: a. pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, dan sumber daya; b. penentuan status keadaan darurat bencana; c. penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana; d. pemenuhan kebutuhan dasar; e. pelindungan terhadap kelompok rentan; dan f. pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital.
10
Pascabencana Pengaturan tentang tahap pascabencana pada pasal 57 pasal 59 Pasal 57 Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada tahap pascabencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 huruf c meliputi: a. rehabilitasi; dan b. rekonstruksi.
PENDANAAN DAN PENGELOLAAN BANTUAN BENCANA Pendanaan Tentang hal-hal yang berhubungan dengan pendanaan pada pasal 60 pasal 64 Pasal 60 (1) Dana penanggulangan bencana menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah dan pemerintah daerah. (2) Pemerintah dan pemerintah daerah mendorong partisipasi masyarakat dalam penyediaan dana yang bersumber dari masyarakat.
Pengelolaan Bantuan Bencana Tentang pengelolaan bantuan bencana pada pasal 65 pasal 70 Pasal 65 Pengelolaan sumber daya bantuan bencana meliputi perencanaan, penggunaan, pemeliharaan, pemantauan, dan pengevaluasian terhadap barang, jasa, dan/atau uang bantuan nasional maupun internasional. Undang undang no 24 tahun 2007 ini kemudan diperjelas pengaturannya dalam : PP RI No 21 Tahun 2008 Tentang Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan Bencana PP RI No 22 Tahun 2008 Tentang Pendanaan Dan Pengelolaan Bantuan Bencana PP RI No 23 Tahun 2008 Tentang Peran Serta Lembaga Asing Non Pemerintah Dalam Penanggulangan Bencana Peraturan Presiden RI No 8 Tahun 2008 Tentang BNPB
11
MANAJEMEN BENCANA
Tahapan dalam penanggulangan bencana : 1. Pra bencana Situasi tidak terjadi bencana Situasi terdapat potensi bencana
2. Situasi terdapat potensi bencana Kesiapsiagaan Seksi siaga Kegiatan-kegiatan Peringatan dini Pengamatan gejala bencana Analisis hasil pengamatan gejala bencana Pengambilan keputusan oleh pihak yang berwenang Penyebarluasan informasi tentang peringatan bencana Pengambilan tindakan oleh masyarakat
12
Mitigasi bencana Tujuan Dilakukan melalui Pelaksanaan penataan ruang Pengaturan pembangunan,infrastruktur,tata bangunan Penyelanggaraan pendidikan,penyuluhan dan pelatihan baik secara konvensional ataupun modern Tindakan pasif aktif
a. Tindakan pasif Penyusunan UU Pembuatan peta rawan bencana Pembuatan standar prosedur Pembuatan brosur Pengkajian/analisis resiko bencana
b. Tindakan aktif Pembuatan dan penempatan tanda-tanda peringatan,bahaya,larangan memasuki daerah rawan bencana Pelatihan dasar kebencanaan bagi aparat dan masyarakat Pemindahan penduduk dari daerah rawan bencana Penyuluhan dan peningkatan kewaspadaan masyarakat Perencanaan daerah penampungan dan jalur evakuasi
13
Tanggap darurat bencana Adalah upaya yang dilakukan segera setelah bencana terjadi untuk mengurangi dampak bencana, seperti penyelamatan jiwa dan harta benda. Pada saat tanggap darurat dukungan yang diberikan dalam kegiatan
penyelamatan/evakuasi korban bencana adalah penyediaan dan pengoperasian peralatan yang diperlukan untuk mendukung dan memberikan akses bagi pelaksanaan kegiatan pencarian dan penyelamatan/evakuasi korban bencana beserta harta bendanya dan keluar dari lokasi bencana. Pada tahap tanggap darurat, dilakukan upaya penyelamatan, pencarian dan evakuasi serta pemberian bantuan darurat berupa tempat penampungan sementara, bantuan pangan dan pelayanan medis bagi korban bencana. Pelaksana kegiatan tanggap darurat utamanya dilakukan untuk
memulihkan kondisi dan fungsi sarana dan prasarana, khususnya bidang ke-PU-an yang rusak akibat bencana, yang bersifat darurat atau sementara namun harus mampu mencapai tingkat pelayanan minimal yang dibutuhkan dan menyediakan berbagai sarana yang diperlukan bagi perawatan dan penampungan sementara para pengungsi atau masyarakat korban bencana.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat : 1) Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, kerugian, dan sumber daya tugas Tim Reaksi Cepat (TRC) Tanggap Darurat Bencana Untuk mengidentifikasi: cakupan lokasi bencana, jumlah korban, kerusakan prasarana dan sarana, gangguan terhadap fungsi pelayanan umum serta pemerintahan, dan kemampuan sumber daya alam maupun buatan.
14
Memuat rumusan pertanyaan 5 W+1 H : 1. What = APA : macam/ jenis bencana 2. When = KAPAN : tanggal/waktu terjadinya bencana 3. Where = DIMANA : tempat/lokasi/daerah bencana 4. Who = SIAPA/BERAPA : siapa korban dan berapa jumlah korban manusia (meninggal dunia, luka berat, luka ringan, sakit), dan pengungsi, kerusakan bangunan, sarana dan prasarana umum. 5. Why = MENGAPA TERJADI : analisis singkat penyebab
terjadinya bencana. 6. HOW = Bagaimana yang tersedia Menangani di daerah Bencana dan : analisis bantuan
kebutuhan
2) Penentuan status keadaan darurat bencana Didasarkan atas : Jumlah korban jiwa Kerugian harta benda Kerusakan sarana dan prasarana
Status dan tingkatan bencana daerah kabupaten / kota o Jumlah korban < 100 orang o Kerugian harta benda < 1 M rupiah o Kerusakan sarana dan prasarana ringan o Cakupan wilayah yang terkena < 10 o Dampak sosial ekonomi yang timbul terbatas o Pemerintah kabupaten / kota mempu menangani dari SDM, sumber daya finansial dan segi teknologinya
15
Status dan tingkatan bencana daerah provinsi o Jumlah korban < 500 orang o Kerugian harta benda < 1 T rupiah o Kerugian sarana dan prasarana menengah o Cakupan luas wilayah yang terkena cukup luas, mencakup sebagian dari beberapa wilayah kabupaten dalam satu provinsi o Dampak sosial ekonomi yang timbul menengah o Pemerintah provinsi bersama pemerintah kabupaten / kota mampu menangani bencana
16
Status dan tingkatan bencana nasional o Jumlah korban 500 orang o Kerugian harta benda sangat besar > 1 T rupiah o Kerusakan sarana dan prasarana sangat besar o Cakupan wilayah sangat luas, mencakup sebagian wilayah kabupaten di lebih dari satu wilayah provinsi
3) Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana Melalui upaya: pencarian dan penyelamatan korban, pertolongan darurat, dan/atau evakuasi korban. Evakuasi merupakan upaya pemindahan korban dari lokasi kejadian yang berbahaya ke tempat yang memadai untuk diberi pertolongan untuk kelangsungan hidupnya.
17
Berdasarkan UU no. 24 th 2007 pasal 5 penyelamatan dan evakuasi korban dilaksanakan oleh tenaga terlatih dalam bidang SAR dan kesehatan (TNI, POLRI, BASARNAS, DEPKES, dan relawan yang tergabung dalam tim reaksi cepat dalam komando penanganan darurat bencana). Lokasi pengungsian di sebuah lapangan olahraga untuk meminimalisasi korban akibat gempa bumi susulan 3 tenda pengungsi dengan kapasitas maksimal masing-masing 75 orang Tempat pengungsi berjarak 4 km dari puskesmas
4) Pemenuhan kebutuhan dasar Meliputi : kebutuhan air bersih dan sanitasi, pangan, sandang, pelayanan kesehatan, pelayanan psikososial, dan penampungan dan tempat hunian.
5) Perlindungan terhadap kelompok rentan Yaitu dengan memberikan prioritas kepada kelompok rentan (bayi, balita, dan anak-anak, ibu yang sedang mengandung atau menyusui, penyandang cacat, dan orang lanjut usia) berupa penyelamatan, evakuasi, pengamanan, pelayanan kesehatan, dan psikososial.
6) Pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital Dilakukan dengan memperbaiki dan/atau mengganti kerusakan akibat bencana.
Peran dan Fungsi Instansi Pemerintahan Terkait : 1. Sektor Pemerintahan Kegiatan pembinaan pembangunan daerah. 2. Sektor Kesehatan Pelayanan kesehatan dan medik termasuk obat-obatan dan para medis. 3. Sektor Sosial Kebutuhan pangan, sandang, dan kebutuhan dasar lainnya untuk para pengungsi.
18
4. Sektor Pekerjaan Umum Tata ruang daerah, penyiapan lokasi dan jalur evakuasi, dan kebutuhan pemulihan sarana dan prasarana. 5. Sektor Perhubungan Deteksi dini dan informasi cuaca/meteorologi dan merencanakan kebutuhan transportasi dan komunikasi. 6. Sektor Energi dan Sumber Daya Mineral Upaya mitigatif di bidang bencana geologi dan bencana akibat ulah manusia yang terkait dengan bencana geologi sebelumnya. 7. Sektor Tenaga Kerja dan Transmigrasi Pengerahan dan pemindahan korban bencana ke daerah yang aman bencana. 8. Sektor Keuangan Anggaran biaya kegiatan penyelenggaraan penanggulangan bencana pada masa prabencana. 9. Sektor Kehutanan Upaya mitigatif khususnya kebakaran hutan/lahan. 10. Sektor Lingkungan Hidup Upaya yang bersifat preventif, advokasi, dan deteksi dini dalam pencegahan bencana. 11. Sektor Kelautan Upaya mitigatif di bidang bencana tsunami dan abrasi pantai. 12. Sektor Lembaga Penelitian dan Pendidikan Tinggi Merencanakan penyelenggaraan penanggulangan bencana pada masa pra bencana, tanggap darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi. 13. TNI/POLRI Membantu dalam kegiatan SAR, dan pengamanan saat darurat termasuk mengamankan lokasi yang ditinggalkan karena penghuninya mengungsi.
19
CAKUPAN PEMULIHAN 1. Proses pengembalian kondisi masyarakat yang terkena bencana 2. Mengfungsikan kembali sarana dan prasarana dengan memperbaiki prasarana dan pelayanan dasar
secara minimal sarana dan prasarana dan fasilitas umum yang rusak akibat bencana 1. Perbaikan sarana dan prasarana sosial/ekonomi 2. Penanggulangan kejiwaan pasca bencana melalui : penyuluhan,konseling, terapi kelompok dan perawatan. 3. Pemulihan gizi/ kesehatan 4. Pemulihan sosio-ekonomi : penciptaan lapangan kerja, pemberian modal usaha Rekontruksi segala upaya pembangunan kembali secara terencana, terpadu dan terkendali sarana dan prasarana dan fasilitas umum yang rusak akibat bencana dengan dukungan pendanaan yang berkesinambungan 1. Melakukan kajian dan intervetasisasi berbgai kerusakan 2. Menyusun rencana pembangunan kembali secara konseptual, agar hasilnya lebih baik dari kondisi semula 3. Melakukan penelitian sebab kerusakan 4. Menentukan prioritas pelaksanaan pembangunan 5. Melakukan monitoring dan evaluasi
20
MEKANISME UNTUK PENDANAAN 1. Usulan pemulihan fisik yang rusak akibat bencana, diajukan oleh
Bupati/Walikota selaku Ketua SATLAK PBP kepada Gubernur selaku Ketua SATKORLAK PBP 2. Gubernur selaku Ketua SATKORLAK PBP berkewajiban untuk segera
meneruskan usulan pemulihan fisik yang rusak akibat bencana kepada Ketua BAKORNAS PBP 3. BAKORNAS PBP menerima permohonan usulan pemulihan fisik yang rusak akibat bencana yang diusulkan oleh Gubernur selaku Ketua SATKORLAK PBP 4. BAKORNAS PBP bersama Departemen/Instansi terkait, melakukan kaji kebutuhan rahabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana dilengkapi dengan hasil oebservasi lapangan atas usulan permohonan bantuan pemulihan fisik yang rusak akibat bencana, didampingi SATKORLAK PBP dan SATLAK PBP daerah terkait. 5. Permohonan bantuan yang sudah diseleksi berdasarkan hasil kaji kebutuhan disusun dalam daftar (list) sebagai bahan pembahasan bersama
Kementerian/Lembaga/Instansi terkait dalam suatu rapat koordinasi. 6. Progam pemulihan fisik yang rusak akibat bencana, disusun oleh Sekretariat BAKORNAS PBP berdasarkan rapat anggota BAKORNAS PBP bersama Departemen/Instansi terkait. Selanjutnya usulan tersebut disampaikan kepada Menteri Keuangan untuk diteruskan kepada Pimpinan DPR RI .
PERENCANAAN 1. Perencanaan pemulihan fisik penanganan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana disusun oleh Sekretariat BAKORNAS PBP berdasarkan hasil rapat koordinasi dengan instansi terkait untuk disampaikan kepada Menteri Keuangan. 2. Menteri Keuangan bertanggungjawab mengusulkan alokasi anggaran penanganan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana kepada Pimpinan DPR RI. 3. Pimpinan DPR RI menetapkan alokasi anggaran penanganan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana.
21
GUNUNG BERAPI Tingkatan Status Gunung berapi : a. Awas Peningkatan kegiatan gunung berapi mendekati/menjelang letusan utama yang diawali oleh letusan abu/asap. Berdasarkan analisis data pengamatan, segera akan diikuti letusan utama. Tingkatan ini memiliki makna : Menandakan gunung berapi yang segera atau sedang meletus atau ada keadaan kritis yang menimbulkan bencana Letusan pembukaan dimulai dengan abu dan asap Letusan berpeluang terjadi dalam waktu 24 jam
Tindakan yang dapat dilakukan : Wilayah yang terancam bahaya direkomendasikan untuk dikosongkan Koordinasi dilakukan secara harian Piket penuh
Kegiatan bidang kesehatan : Mengaktifkan sistem penanggulangan gawat darurat terpadu Melakukan pelayanan kesehatan lapangan Melakukan evakuasi medik 22
Melakukan surveilans kedaruratan Berkoordinasi dengan sektor terkait dalam penanggulangan krisis kesehatan
b. Siaga Peningkatan kegiatan semakin nyata, yang teramati secara visual dan atau secara instrumental serta berdasarkan analisis perubahan kegiatan tersebut cenderung diikuti letusan/erupsi. Tingkatan ini memiliki makna : Menandakan gunung berapi yang sedang bergerak ke arah letusan atau menimbulkan bencana Peningkatan intensif kegiatan seismik Semua data menunjukkan bahwa aktivitas dapat segera berlanjut ke letusan atau menuju pada keadaan yang dapat menimbulkan bencana Jika terus terjadi peningkatan, letusan dapat terjadi dalam waktu 2 minggu. Tindakan yang dapat dilakukan : Sosialisasi di wilayah terancam Penyiapan sarana darurat Koordinasi harian Piket penuh
Kegiatan bidang kesehatan : Menyiagakan sarana kesehatan seperti membuka pelayanan kesehatan di puskesmas selama 24 jam Mendirikan pos kesehatan di tempat-tempat penampungan Melakukan surveilans kedaruratan Melakukan evakuasi medik Berkoordinasi dengan sektor terkait dalam memantau perkembangan aktivitas gunung berapi c. Waspada Terjadi peningkatan kegiatan berupa kelainan yang teramati secara visual dan atau secara instrumental.
23
Tingkatan ini memiliki makna : Ada aktivitas apapun bentuknya Terdapat kenaikan di atas level normal Peningkatan aktivitas seismik dan kejadian vulkanis lainnya Sedikit perubahan aktivitas yang diakibatkan oleh aktivitas magma, tektonik dan hidrotermal Tindakan yang dapat dilakukan : Penyuluhan/sosialisasi Penilaian bahaya Pengecekan sarana Pelaksanaan piket terbatas
Kegiatan bidang kesehatan : Berkoordinasi dengan sektor terkait Menyiagakan sarana kesehatan Mempersiapkan logistik kesehatan Melakukan supervisi tempat penampungan Memperhatikan sistem peringatan dini yang sudah terbentuk
d. Normal Kegiatan gunung api dalam keadaan normal dan tidak memperlihatkan adanya peningkatan kegiatan berdasarkan hasil pengamatan secara visual, maupun hasil penelitian secara instrumental. Tingkatan ini memiliki makna : Tidak ada gejala aktivitas tekanan magma Level aktivitas dasar
Kegiatan bidang kesehatan : Melaksanakan dan mengikuti pelatihan penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana Menyusun jalur evakuasi bidang kesehatan
24
Berperan serta dalam gladi penanggulangan bencana gunung api di daerahnya Melakukan surveilans kesehatan terhadap penduduk rentan Melakukan koordinasi dengan lintas sektor.
BANJIR Gejala dan Peringatan Dini Banjir 1. Curah hujan yang tinggi dalam waktu yg lama merupakan peringatan dini banjir di daerah rawan banjir 2. Tingginya pasang laut yang disertai badai mengindikasikan datangnya bencana banjir beberapa jam kemudian, terutama pd daerah yang dipengaruhi pasang surut. 3. Upaya evakuasi dpt dimulai dengan telah disamai atau dilampauinya ketinggian muka banjir yg disebut muka banjir/air siaga Dengan adanya gejala dan peringatan dini ini, maka dibutuhkan suatu koordinasi pemerintah setempat dalam penyebar luasan berita peringatan dini kepada masyarakat setempat.
Status siaga banjir Penentuan siaga banjir tergantung dari hasil pemantauan petugas di lapangan terkait dengan jumlah intensitas air hujan yang turun serta terjadinya peningkatan jumlah debit air di masing-masing pintu air yang ada. a. Siaga IV Bila kondisi air masih dalam keadaan normal, artinya tidak ada peningkatan jumlah debit air secara mencolok. b. Siaga III Hujan yang terjadi menyebabkan terjadinya genangan air di lokasi-lokasi tertentu tetapi kondisinya masih belum kritis dan membahayakan. Meski demikian bila status siaga III sudah ditetapkan, masyarakat sebaiknya mulai berhati-hati dan mempersiapkan segala sesuatunya dari berbagai kemungkinan bencana banjir.
25
Penanganan siaga III diserahkan pada masing-masing suku dinas pembinaan mental dan kesejahteraan sosial (Bintal Kesos) di masing-masing wilayah. c. Siaga II Bila wilayah genangan air mulai meluas, maka akan ditetapkan Siaga II, penanggung jawab untuk siaga II ini adalah Ketua Harian Satkorlak Penanggulangan Bencana Provinsi (PBP) yaitu Sekretaris Daerah. d. Siaga I Bila dalam enam jam genangan air tersebut tidak surut dan kritis maka ditetapkan Siaga I. Penanggung jawab penanganan status siaga I langsung ditangan Gubernur.
TSUNAMI a. Gempa Gempa pembangkit tsunami biasanya memiliki ciri-ciri sebagai berikut: Lokasi episenter terletak di laut. Kedalaman pusat gempa relatif dangkal, kurang dari 70 km. Memiliki magnitudo besar M > 7.0 SR Mekanisme pensesarannya adalah sesar naik (thrusting fault) dan sesar turun (normal fault) b. Waspada (Advisory) ketinggian gekombang tsunami di laut <0.5cm Saat status tersebut keluar, Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota yang berada pada status 'Waspada', diharap segera mengarahkan masyarakat untuk menjauhi pantai dan tepian sungai.
c. Siaga (Warning) gelombang tsunami pada tingkatan tersebut berada di ketinggian 0.53meter
26
Pemerintah setempat yang berada pada status Siaga diharapkan segera mengarahkan masyarakat untuk melakukan evakuasi.
d. Awas (Major Warning) gelombang tsunami pada tingkatan tersebut berada di ketinggian >3meter Pemerintah setempat diharapkan segera mengarahkan masyarakat untuk melakukan evakuasi secara menyeluruh.
SARAN dan ARAHAN UNTUK PEMDA TINGKAT SARAN DARI BMKG KEPADA PEMDA SARAN DARI PEMDA KEPADA MASYARAKAT Awas Pemerintah Propinsi/Kab/Kota yang berada pada tingkat AWAS diharap memperhatikan dan segera Pusat Peringatan Tsunami Nasional di BMKG Jakarta Siaga mengarahkan masyarakat untuk melakukan evakuasi menyeluruh Pemerintah Propinsi/Kab/Kota yang berada pada tingkat SIAGA diharap memperhatikan dan segera mengarahkan masyarakat untuk melakukan evakuasi Waspada Pemerintah Propinsi/Kab/Kota ang berada pada tingkat WASPADA diharap memperhatikan dan segera Menjauhi Pantai dan Sungai Segera melakukan evakuasi
27
mengarahkan masyarakat untuk menjauhi pantai dan tepian sungai Info Gempa Gempa di darat, gempa dengan magnitudo kecil atau gempa dalam tidak ada ancaman tsunami Tidak perlu melakukan evakuasai Tsunami I
GEMPA BUMI Intensitas Gempa pada Skala Richter : O Skala Richter 1tidak terasa, radius pengaruh gempa 25 km. O Skala Richter 2terasa oleh orang dalam keadaan istirahat, terutama jika berada di tingkat atas atau tempat tinggi, radius pengaruh gempa 50 km.. O Skala Richter 3terasa di dalam rumah, tetapi banyak yang tidak menyangka kalau ada gempa bumi. Getaran terasa seperti ada truk kecil lewat, radius pengaruh gempa 100 km. O Skala Richter 4terasa di dalam rumah seperti ada truk berat lewat atau terasa seperti ada barang berat menabrak dinding rumah. Barang-barang yang tergantung bergoyang-goyang dan barang-barang yang berdiri bergerak. Pintu-pintu berderak dan gelas-gelas gemerincing. Dindingdinding rumah dan rangka rumah berbunyi, radius pengaruh gempa 200 km. O Skala Richter 5 dapat dirasakan di luar rumah. Orang tidur terbangun. cairan tampak bergoyang-goyang dan dapat tumpah sedikit. Barang perhiasan rumah yang kecil bergerak atau jatuh. Pintu-pintu terbukatertutup. Pigura-pigura dan dinding bergerak. Jarum jam ( jam bandul ) ukuran besar akan mati atau tidak cocok lagi, radius pengaruh gempa 400 km. O Skala Richter 6terasa oleh semua orang. Banyak yang lari keluar karena terkejut dan takut. Pejalan kaki terganggu. Kaca jendela, barang pecahbelah akan pecah. Barang-barang kecil dan buku-buku jatuh dari
28
tempatnya. Gambar-gambar jatuh dari dinding. Mebel-mebel bergerak dan berputar. Plesteran dinding yang lemah akan pecah atau retak, radius pengaruh gempa 700 km. O Skala Richter 7dapat dirasakan oleh supir yang sedang mengendarai kendaraan. Orang-orang yang berjalan kaki susah untuk berjalan dengan baik. Cerobong asap atau menara yang lemah akan runtuh. Terjadi pergeseran dan lekukan pada tumpukan pasir dan kerikil. Air jadi keruh dan saluran air rusak. O Skala Richter 8pengemudi mobil terganggu. bangunan-bangunan yang kuat menderita kerusakan dan ada bagian-bagian yang runtuh. Terjadi kerusakan pada dinding yang dibuat tahan terhadap getaran-getaran horisontal. Beberapa bagian dari dinding runtuh. cerobong asap, menara, dan tangki air berputar atau jatuh. Cabang-cabang pohon patah dan tanah basah juga lereng-lereng yang curam terbelah O Skala Richter 9terjadi kepanikan umum. Bangunan-bangunan yang tidak kuat hancur dan mengalami kerusakan berat. terjadi kerusakan pada pondasi dan rangka-rangka rumah. Pipa-pipa di dalam tanah putus dan lumpur serta pasir keluar dari tanah. O Skala Richter 10pada umumnya semua tembok dan rangka rumah rusak, bangunan kayu dan jembatan-jembatan yang kuat rusak, tanggul dan bendungan juga tambak jebol, terjadi tanah longsong yang besar. Air kolam, danau dan sungai meluap. jalan-jalan dan rel kereta api bengkok. O Skala Richter 11pipa-pipa di dalam tanah rusak total.Rel kereta api bengkok. O Skala Richter 12Seluruh bangunan mengalami kehancuran. Batu-batu, barang-barang besar berpindah. Barang-barang terlempar ke udara.
Pengaruh radius gempa dengan skala richter : Skala richter 1 radius pengaruh gempa 25 km. Skala richter 2 radius pengaruh gempa 50 km. Skala richter 3 radius pengaruh gempa 100 km. Skala richter 4 radius pengaruh gempa 200 km.
29
Skala richter 5 radius pengaruh gempa 400 km. Skala richter 6 radius pengaruh gempa 700 km.
Berdasarkan kedalaman fokus suatu gempa bumi dapat diklasifikasikan menjadi : gempa dangkal (kedalaman fokus <60-70 km), gempa menengah (70-300 km), dan gempa dalam (>300 km).
KONFLIK Tingkatan dalam konflik terdiri dari : o Konflik Intra Individu o Konflik Antar Individu o Konflik Antar Kelompok o Konflik Antar Organisasi
30
TRIAGE
Definisi Triase berasal dari bahasa Perancis,trier yang berarti menseleksi, yaitu teknik untuk menentukan prioritas penatalaksanaan pasien atau korban,saat sumber daya terbatas. Merupakan suatu metode yang dikembangkan untuk memungkinkan paramedic memilah korban dalam waktu yang singkat kira kira 30 detik. Triage adalah proses khusus memilah pasien berdasar beratnya cedera atau penyakit untuk menentukan jenis perawatan gawat darurat serta transportasi selanjutnya. Tindakan ini merupakan proses yang berkesinambungan sepanjang pengelolaan musibah terutama musibah yang melibatkan massa.
Tujuan Untuk menentukan prioritas pelayanan sesuai dengan tingkat kegawatannya sesuai dengan tingkat sumber daya yang terbatas
Prinsip Melakukan yang terbaik untuk sebanyak-banyaknya korban. Pasien dengan kondisi urgent dan paling besar kemungkinan untuk diselamatkan
Proses triage meliputi tahap pre-hospital / lapangan dan hospital atau pusat pelayanan kesehatan lainnya. Triage lapangan harus dilakukan oleh petugas pertama yang tiba ditempat kejadian dan tindakan ini harus dinilai ulang terus menerus karena status triase pasien dapat berubah. Metode yang digunakan bisa secara METTAG (Triage tagging system) atau sistem triage Penuntun Lapangan START (Simple Triage And Rapid Transportation).
Petugas lapangan memberikan penilaian pasien untuk memastikan kelompok korban seperti yang memerlukan transport segera atau tidak, atau yang tidak mungkin diselamatkan, atau mati. Ini memungkinkan penolong secara cepat
31
mengidentifikasikan korban dengan risiko besar akan kematian segera atau apakah memerlukan transport segera, serta melakukan tindakan pertolongan primer dan stabilisasi_darurat.
Pada tahap rumah sakit, triage dapat juga dilakukan walaupun agak berbeda dengan triage lapangan. Dengan tenaga dan peralatan yang lebih memadai, tenaga medis dapat melakukan tindakan sesuai dengan kedaruratan penderita dan berdasarkan etika profesi. Saat menilai pasien, secara bersamaan juga dilakukan tindakan diagnostik, hingga waktu yang diperlukan untuk menilai dan menstabilkan pasien berkurang.
START, sebagai cara triage lapangan yang berprinsip pada sederhana dan kecepatan, dapat dilakukan oleh tenaga medis atau tenaga awam terlatih. Dalam memilah pasien, petugas melakukan penilaian kesadaran, ventilasi, dan perfusi selama kurang dari 60 detik lalu memberikan tanda dengan menggunakan berbagai alat berwarna, seperti bendera, kain, atau isolasi. Membagi korban menjadi 4 kategori : a. Merah (kasus berat) kondisi mengancam nyawa, memerlukan evaluasi dan intervensi
segera, perdarahan berat, pasien dibawa ke ruang resusitasi segera, waktu tunggu 0 Beberapa contoh kasus lainnya : Merah (Immidiate) O Tension pneumothoraxO Distress pernafasan (RR lebih dari 30x/menit) O Perdarahan internal vasa besar O Perdarahan hebat O Cedera jalan nafas O Cardiac arrest
32
O Shock O Nadi radial tidak teraba, akral dingin, pengisian kapiler lebih dari 2 detik O Luka terbuka di abdomen atau thorax O Trauma kepala berat O Komplikasi diabetes O Keracunan O Persalinan patologis, misal malpresentasi janin O Tidak sadar O Luka bakar, termasuk luka bakar inhalasi O Fraktur terbuka
b. Kuning (kasus sedang) Pasien dengan penyakit yang akut, mungkin membutuhkan trolley, kursi roda atau jalan kaki, waktu tunggu 30 menit, area critical care. Beberapa contoh kasus lainnya : Kuning (Delayed) O Fraktur tertutup pada ekstremitas (perdarahan terkontrol) O Perdarahan laserasi terkontrol O Luka bakar <25% luas permukaan tubuh O Trauma tulang belakang (dapat dilakukan imobilisasi dan proteksi dari trauma lebih lanjut) O Perdarahan sedang O Trauma kepala tanpa gangguan kesadaran
minimal, luka lama, kondisi yang timbul sudah lama, area ambulatory. Cedera ringan yang tidak memerlukan stabilisasi segera. Beberapa kasus contoh : Hijau (Minimal) Laserasi minor Memar dan lecet
33
d. Hitam (kasus meninggal) Pasien meninggal atau cedera fatal yang tidak memungkinkan untuk resusitasi. Tidak memerlukan perhatian. Cedera kepala berat Luka bakar derajat III hampir di seluruh tubuh Kerusakan organ vital
Pasien dengan harapan hidup yang kecil dengan tersedianya peralatan dan tenaga medis yang lebih lengkap diharapkan dapat ditingkatkan harapan hidupnya. Namun apabila tenaga medis dan perlengkapan tidak dapat memenuhi kebutuhan dari pasien, misalnya pada bencana yang melibatkan banyak korban, tenaga medis dapat memutuskan untuk lebih memberikan perhatian pada pasien dengan cedera berat yang harapan hidupnya lebih besar sesuai dengan etika profesional. Hal inilah yang menjadi tujuan dari triage lanjutan. Pemantauan pada triage lanjutan dapat menggunakan Revised Trauma Score (RVT) atau Injury Severity Score (ISS).
RVT menggunakan parameter kesadaran (GCS), tekanan darah sistolik (dapat menggunakan per palpasi untuk mempercepat pantauan), dan frekuensi pernapasan. Skor 12 : delayed 11 : urgent, dapat ditunda 4 10 : immediate, memerlukan penatalaksanaan sesegera mungkin 0 3 : morgue, cedera serius yang tidak lagi memerlukan tindakan darurat
34
Coded Value
4 3 2 1 0
ISS menggunakan parameter 3 bagian tubuh. A : wajah, leher, kepala B : toraks, abdomen C : ekstremitas, jaringan lunak, kulit tiap parameter diberi skor 0 5 yaitu : 1. cedera ringan 2. cedera sedang 3. cedera serius 4. cedera berat 5. kritis
Hasil lebih dari 15 dianggap sebagai politrauma. Hasil dari perhitungan ISS ini digunakan sebagai perbandingan dalam penentuan prioritas penatalaksanaan pasien massal.
Ada beberapa variasi dari penggunaan triage seperti di atas, pada beberapa kondisi atau di beberapa negara. Misalnya di medan perang, seringkali dilakukan reversed triage, dimana yang diprioritaskan adalah korban dengan luka paling ringan yang membutuhkan pertolongan sehingga korban dapat segera kembali ke medan perang. 35
Di beberapa negara terdapat pedoman lain dalam penentuan triage, namun intinya tetap sama. Misalnya di Jerman, tidak seluruh trauma amputasi mayor dianggap ditandai dengan kartu merah. Trauma amputasi lengan bawah, setelah ditangani pendarahannya, dapat dianggap sebagai kartu kuning dan kemudian ditransfer ke rumah sakit. Kadang kala pembagian triage pun menggunakan 5 macam warna.
Kategori
T1 (I)
penanganan Trauma amputasi minor, cedera sedapat jaringan dislokasi Laserasi minor, abrasi jaringan lunak, cedera otot lunak, fraktur dan
T2 (II)
Cedera berat
secepatnya, mungkin
transport
Cedera minor Ditangani bila memungkinkan, T3 (III) atau cedera Harapan T4 (IV) hidup tidak transport dan evakuasi bila
Menjaga jenazah, identifikasi bila Dead on arrival, perburukan dari memungkinkan T1-4, tidak ada napas spontan
Hasil Triage
Evakuasi Simple triage mengidentifikasi pasien mana yang memerlukan tindakan secepatnya. Di lapangan, triage juga melakukan penilaian prioritas untuk evakuasi ke rumah sakit. Pada sistem START, pasien dievakuasi sebagai berikut : pasien meninggal ditinggalkan di posisi dimana mereka ditemukan, sebaiknya ditutup. Pada pemantauan START, seseorang dianggap meninggal bila tidak bernapas setelah dilakukan pembersihan jalan napas dan percobaan napas
36
buatan. Immediate atau prioritas 1 (merah), dievakuasi dengan menggunakan ambulance dimana mereka memerlukan penanganan medis dalam waktu kurang dari 1 jam. Pasien ini dalam keadaan kritis dan akan meninggal bila tidak ditangani segera. Delayed atau prioritas 2 (kuning), evakuasinya dapat ditunda hingga seluruh prioritas 1 sudah dievakuasi. Pasien ini dalam kondisi stabil namun memerlukan penanganan medis lebih lanjut. Minor atau prioritas 3 (hijau), tidak dievakuasi sampai prioritas 1 dan 2 seluruhnya telah dievakuasi. Pasien ini biasanya tidak memerlukan penanganan medis lebih lanjut setidaknya selama beberapa jam. Lanjutkan re-triage untuk mencegah terlewatnya perburukan kondisi. Pasien ini dapat berjalan, dan umumnya hanya memerlukan perawatan luka dan antiseptik.
Triage Sekunder (dalam rumah sakit) Pada sistem triage lanjutan, triage sekunder dilakukan oleh paramedis atau perawat terlatih di Instalasi Gawat Darurat rumah sakit selama terjadinya bencana. Pasien dipilah menjadi 5 kelompok. hitam / expectant : pasien dengan cedera berat yang dapat meninggal karena cederanya, mungkin dalam beberapa jam atau hari selanjutnya. (luka bakar luas, trauma berat, radiasi dosis letal), atau kemungkinan tidak dapat bertahan hidup karena dalam krisis yang mengancam nyawa walaupun diberikan penanganan medis (cardiac arrest, syok septik, cedera berat kepala atau dada). Pasien ini sebaiknya dimasukkan dalam ruangan rawat dengan pemberian analgetik untuk mengurangi penderitaan. merah / immediate : pasien yang memerlukan tindakan bedah segera atau tatalaksana lain untuk menyelamatkan nyawa, dan sebagai prioritas utama untuk tim bedah atau ditransport ke rumah sakit yang lebih lengkap. Pasien ini dapat bertahan hidup bila ditangani sesegera mungkin. kuning / observation : kondisi pasien ini stabil sementara waktu namun memerlukan pengawasan dari tenaga medis terlatih dan re-triage berkala
37
serta perawatan rumah sakit hijau / wait (walking wounded) : pasien ini memerlukan perhatian dokter dalam beberapa jam atau hari kemudian namun tidak darurat, dapat menunggu hingga beberapa jam atau dianjurkan untuk pulang dan kembali ke rumah sakit keesokan harinya (misal pada patah tulang sederhana, luka jaringan lunak multipel) putih / dimiss (walking wounded) : pasien ini mengalami cedera ringan, pengobatan P3K dan berobat jalan sudah cukup, peranan dokter disini tidak mutlak diperlukan. Contoh cedera pasien ini seperti luka robek, lecet, atau luka bakar ringan.
Penderita yang mengalami kelumpuhan, walaupun tidak mengancam nyawa, dapat menjadi prioritas pada keadaan IGD yang sudah tenang. Selama masa ini juga, kebanyakan trauma amputasi dapat dianggap sebagai merah karena tindakan bedah perlu dilakukan dalam beberapa menit walaupun luka amputasi ini tidak mengancam nyawa.
Pada sistem rumah sakit, langkah pertama yang harus dilewati saat masuk rumah sakit adalah penilaian oleh perawat triage. Perawat ini kemudian melakukan evaluasi kondisi pasien, perubahan-perubahan yang terjadi, dan menentukan prioritas giliran untuk masuk ke IGD dan prioritas dalam mendapatkan penanganan. Setelah pemeriksaan dan penanganan darurat selesai, pasien dapat masuk ke dalam sistem triage rumah sakit.
Pada beberapa rumah sakit yang sudah menggunakan dokter triage, dokter tersebut dapat menganjurkan seorang pasien untuk masuk dan menerima penanganan dari dokter IGD atau dirawat langsung oleh dokter yang merawat di ruangan. Hal ini untuk meningkatkan efektivitas dimana pasien dapat sesegera mungkin mendapat perawatan lebih lanjut.
38
Pemilahan dalam rumah sakit ini juga memerlukan pengetahuan akan bed control dan tenaga bantuan, bed mana yang dapat digunakan dan fasilitas apa saja yang diperlukan selama dalam penanganan di IGD dan dalam perawatan di ruang rawat inap.
39
PENANGANAN PTSD
Farmakoterapi Antipsikotik untuk meredakan kecemasan yang parah dan masalah yang terkait, seperti sulit tidur atau ledakan emosional. Antidepresan Obat-obat ini dapat membantu gejala depresi dan kecemasan, juga dapat membantu membantu mengatasi masalah tidur dan meningkatkan konsentrasi. Contoh : Selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI) obat sertraline (Zoloft) dan paroxetine (Paxil) Psikoterapi 1. Anxiety Management Relaxation Training belajar untuk mengontrol ketakutan dan kecemasan secara sistematis dan merelaksasikan kelompok otot-otot utamamu. Breathing Training belajar bernafas dengan perut secara perlahanlahan, santai dan menghindari bernafas dengan tergesa-gesa yang menimbulkan perasaan tidak nyaman, bahkan reaksi fisik yang tidak baik seperti jantung berdebar dan sakit kepala. Positive thinking dan self- talk belajar untuk menghilangkan pikiran negatif dan mengganti dengan pikiran positif ketika menghadapi hal-hal yang membuat stress (stresor). Assertivenes Training belajar bagaimana mengekspresikan harapan, opini dan emosi tanpa menyalahkan atau menyakiti orang lain. Thought stopping belajar bagaimana mengalihkan pikiran ketika kita sedang memikirkan hal-hal yang membuat kita stress. 2. Cognitive theraphy Terapis membantu untuk merubah kepercayaan yang tidak rasional yang mengganggu emosi dan mengganggu kegiatan-kegiatan kita.
3. Exposure theraphy
40
Exposure in the imagination Terapis bertanya kepada penderita untuk mengulang-ulang cerita secara detail kenangan-kenangan traumatis sampai mereka tidak mengalami hambatan untuk menceritakannya. Exposure in reality Terapis membantu untuk menghadapi situasi yang sekarang aman tetapi ingin dihindari karena menyebabkan ketakutan yang sangat kuat
4. Play theraphy Terapi bermain digunakan untuk menerapi anak-anak dengan PTSD. Terapis menggunakan permainan untuk memulai topik yang tidak dapat dimulai secara langsung. Hal ini dapat membantu anak-anak untuk lebih merasa nyaman dalam berproses dengan pengalaman traumatiknya.
41
DAFTAR PUSTAKA
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (Bnpb), Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Tentang Penanggulangan Bencana Pedoman Komando Tanggap Darurat Bencana Pedoman Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana http://p2mb.geografi.upi.edu/Tentang_Bencana.html http://pustaka.pu.go.id/uploads/resensi/pedoman_penyelenggaraan_penang gulangan_bencana.pdf http://www.bnpb.go.id/website/file/publikasi/380.pdf
42