Materi : IODO-IODIMETRI DAN PERMANGANOMETRI Oleh : DIDIT FERNANDI HANSEN HARTANTO LUH ASTLA DIVA SAVITRI NIM : 21030112130059 NIM : 21030112130065 NIM : 21030112140183
LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA I JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2012 LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA 1
i
IodimetridanPermanganometri ini telah disahkan , Desember 2012. Nama / NIM : 1. DiditFernandi 2. Hansen Hartanto 3. LuhAstla Diva Savitri / 21030112130059 /21030112130065 / 21030112140183
ii
PRAKATA
Segala puji mari kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan Laporan Resmi Praktikum Dasar Teknik Kimia I dengan materi Iodo-IodimetridanPermanganometri dengan lancar dan sesuai harapan kami. Penyusunan Laporan Resmi ini ditujukan untuk melaksanakan tugasakhir PDTK I. Ucapan terima kasih kami ucapkan kepadaorang tua yang telah memberikan
dukungan baik materil maupun spiritual, asisten LaelaKhaerunnisa sebagai asisten
laboratorium
kami laporan
asisten iodotelah
AlvianoFatuchrohman
iodimetridanpermanganometri,
laboratorium
membimbing kami. Terima kasih pula kami ucapkan kepada teman-teman 2012 yang telah memberikan kami motivasi dalam menyelesaikan laporan resmi ini. Laporan resmi ini berisi tentang materi praktikum Iodoyang
IodimetridanPermanganometri.IodoIodimetridanPermanganometrmerupakanpraktikum berdasarkanpadareaksreduksidanoksidasi.Reaksioksidasidanreduksiadalahreaksi yang terjadiketikasuatu atom, ion, ataumolekulmelepaskanataumenerimasejumlahelektron. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak. Semarang, Desember 2012
DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ PRAKATA .............................................................................................................. DAFTAR ISI ......................................................................................................... DAFTAR TABEL ................................................................................................. DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. REDOKS INTISARI ............................................................................................................... BAB I ............................................................................................................ PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang ........................................................................ 1.2. Tujuan Percobaan ................................................................. 1.3. Manfaat Percobaan ................................................................. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Materi Penunjang ................................................................... BAB III METODOLOGI PERCOBAAN 3.1. Alat dan Bahan ......................................................................... 3.2. Cara Kerja .............................................................................. BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Percobaan ...................................................................... 4.2. Pembahasan ........................................................................... BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan ............................................................................. 5.2. Saran ...................................................................................... DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA 1 13 13 14
iv
i ii iii v vi
2 2 2
8 9
11 11
BAB II
3.1. Alat dan Bahan ........................................................................................ 3.2. Cara Kerja .............................................................................. BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Percobaan ...................................................................... 4.2. Pembahasan ........................................................................... BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan ............................................................................ 5.2. Saran ...................................................................................... DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ LAMPIRAN ...........................................................................................................
22 22
24 24 25 26
DAFTAR TABEL
vi
Gambar Alat Metode Redoks Gambar 1. Buret, Statif, Klem ................................................................................. Gambar 2. Erlenmeyer ............................................................................................8 Gambar 3. Gelas ukur.............................................................................................. Gambar 4. Beaker Glass........................................................................................... Gambar 5. Pipet........................................................................................................ Gambar 6. Indikator pH........................................................................................... 8 8 8 8 8
20
vii
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang Reaksi-reaksi kimiatitrimetrik yang melibatkan oksidasi reduksi dipergunakan secara luas oleh analisis titrimetik ion-ion dari berbagai unsur dapat hadirdalam kondisi oksidasi yang berbeda-beda, menghasilkan kemungkinan banyak reaksi redoks. Banyak dari reaksi-reaksi ini memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam analisis titrimetrik dan penerapan-penerapannya cukup banyak.
I.2. Tujuan Percobaan Praktikan dapat menentukan kadar Cu2+ di dalam sampel. I.3. Manfaat Percobaan Sebagai alat bantu dalam penemuan kadar Cu
2+
dimana red menunjukkan bentuk tereduksi (disebut juga reduktan atau zat pereduksi), oks adalah bentuk teroksidasi (oksidan atau zat pengoksidasi), n adalah jumlah elektron yang di transfer adalah elektron. Reaksi redoks secara luas digunakan digunakan dalam analisa titrimetrik dari zat zat anorganik maupun organik. Untuk menetapkan titik akhir pada titrasi redoks dapat dilakukan secara potensiometrik atau dengan bantuan indikator. LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA 1
3 3
Cara PembuatanIndikatorAmylum 3 gram kanji dimasukkan kedalam beaker glass 250 ml, lalu ditetesi Aquadest sampai terbentuk pasta. Masukkan air yang telah dipanaskan pada suhu 60-65oC sebanyak 100cc kedalam beaker glass yang berisi pasta amylum tersebut kemudian diaduk amylumtersebut hingga benar-benar larut. Bila perlu ditambahkan dengan 3 tetes KI sebagai pelindung dari peruraian bakteri. Diamkan sampai mengendap, setelah dingin ambil bagian tengah larutan sebagai indikator. Mekanisme reaksi : Mekanisme reaksi adalah tahapan-tahapan yang menggambarkan seluruh rangkaian suatu reaksi kimia. Mekanisme reaksi Iodo-iodimetri : 2Cu2+ + 4 I- 2CuI + I2 I2 +2 S2O3- 2 I- + S4O62I2 + I- I3Amylum + I3- Amylum I3- (biru)
Hal-hal yang perlu diperhatikan : 1. Titrasi lebih baik dilakukan dalam keadaan dingin, didalam erlenmeyer tanpa katalis agar mengurangi oksidasi I- dan O2 dari udara menjadi I2. 2. Na2S2O3 adalah laruten standar sekunder yang harus distandarisasi terlebih dahulu.
Kelarutan dalam air pada suhu 6oC : 128gr/100ml Chemist : Ion H iodidia merupakan reducing agent, sehingga mudah teroksidasi manjadi I2 oleh oxidisingagent kuat seperti Cl2 2 KI(aq) + Cl2(aq) 2 KCI + l2(aq) KI membentuk I3-ketika direaksikan dengan iodine KI(aq) + l2(aq) Kl3(aq)
(2)
(3)
(4)
(7)
(8)
Keterangan dan fungsi : 1. Buret titrasi 2. Erlenmeyer 3. Gelas ukur 4. Beaker glass 5. Statif 6. Klem 7. Pipet : tempat untuk menempatkan zat atau larutan : mengukur volume cair : wadah untuk zat cair atau menampung filtrat : untuk menjepit buret : untuk tempat klem : mengambil zat cair dalam jumlah sedikit : tempat menempatkan zat cair untukmelakukan
8. Indikator pH : mengukur pH III.3. Cara Kerja a. Standarisasi Na2S2O3 dengan K2Cr2O7 0,01 N Ambil 10 ml K2Cr2O7 , encerkan dengan aquadest sampai 40 ml. Tambahkan 2,4 HCl pekat. Tambahkan 12 ml KI 0,1 N. Titrasi campuran tersebut dengan larutan Na2S2O3 sampai warna kuning hampir hilang kemudian tambahkan 3-4 tetes amylum sampai warna biru. LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA 1
9
Ambil 10 ml sampel Test sampel, jika terlalu asam tambahkan dan NH 4OH sampai pH 3-5 dan jika terlalu basa tambahkan dan H2SO4 sampai ph 3-5.
Masukkan 12 ml KI KI 0,1 N Titrasi dengan larutan Na2S2O3 sampai warna kuning hampir hilang. Tambahkan 3-4 tetes amylum sampai warna biru. Lanjutkan titrasi sampai warna biru hilang. Catat kebutuhan Na2S2O3 seluruhnya.
Cu2+ (ppm) = (V.N) Na2S2O3 . BM Cu .1000. V. sampel yang di titrasi atau Cu2+ (ppm) = (V.N) Na2S2O3 . BM Cu . 1000mgr/ L
10
IV.2. PEMBAHASAN 1. Kadar Cu2+ lebih kecil daripada kadar asli dikarenakan : a. Menguapnya I2 Pada penambahan KI dalam sampel terbentuknya I2 Reaksi : 2Cu2+ + 4I- 2CuI+ I2 Iodium akan mudah menguap jika terkena cahaya matahari. Penguapan sebagian I2 menyebabkan volume Na2S2O3 berkurang untuk titrasi dan akibatnya kadar Cu yang ditemukan lebih kecil (Elisabeth Deta L, M.Si, 2012) Perhitungan I2 yang menguap : Reaksi : 2Cu2+ + 4I- 2CuI+ I2 Dalam percobaan sampel 1 Cu2+ percobaan = 279,4 ppm = 279,4 mgr/L . 1/1000. L/mL. 1/63,5 mol/gr = 4,4 x 10-3 mmol/mL Jumlah mol = 4,4 x 10-3 mmol/mL . 10 mL = 4,4 x 10-2 mmol Dalam sampel asli (sampel 1) LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA 1
11 11
b. Terbentuknya sulfur akibat penumpukan tiosulfat Kurangnya pengocokan pada saat melakukan titrasi menyebabkan penumpukan tiosulfat pada area tertentu.Penumpukan konsentrasi tiosulfat dapat menyebabkan terjadinya dekomposisi tiosulfat untuk menghasilkan belerang. Reaksi : S2O32- + 2H+ H2SO3 + S Terbentuknya reaksi ini dapat diamati dengan adanya belerang dan larutan menjadi bersifat koloid (tampak keruh).Hal ini menyebabkan pengamatan perubahan warna sulit dan hasil titrasi tidak akurat. Penetapan titik akhir titrasi yang terlalu dini dikarenakan oleh hal ini menyebabkan olume titran (Na2S2O3) yang dibutuhkan menjadi lebih sedikit dibandingkan dari yang seharusnya sehingga kadar Cu2+ yang ditemukan lebih kecil dari kadar asli yang menyebabkan percobaan yang kami lakukan kurang akurat. (Mona Fitria, S.TP, 2012)
c. Penambahan amilum terlalu dini Penambahan amilum terlalu dini menyebabkan banyak I2yang akan terabsorbsi oleh amilum karena kompleks amilum I2 terdisosiasi sangat lambat. Penambahan amilum sebaiknya dilakukan saat menjelang akhir titrasi, hal ini ditandai dengan warna larutan kuning muda (dari orange sampai coklat akibat terdapatnya I2 dalam jumlah yang banyak). Alasannya kompleks amilum I-, terdisosiasi sangat lambat akibatnya banyak I2yang akan terabsorbsi oleh amilum yang ditambahkan pada awal titrasi, alsan kedua adalah biasanya iodimetri dilakukan pada media asam kuat sehingga akan menghindar terjadinya hidrolisis amilum. Selain itu, terdapat sifat-sifat umum yang menyebabkan amilum tidak dilakukan sejak awal titrasi, yaitu : LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA 1
14
16
17
Adela, Dea, P.dkk. 2011. Iodo-iodimetri.http://marikasyafri.blogspot.com. 1 Desember 2012. Pukul 10;39 Elisabeth Deta L, M. Si. 2012. Iodometri. http://aaknasional.wordpress.com/2012/06/23/metode-iodometri. 1 Desember 2012. Pukul 09:17 Mona Fitria. S.T.P. 2012. Penentuan kadar CuSO4 dengan metode iodometri. http;//www.scribd.com/doc/92506089/Penentuan-kadar-CuSO4-denganmetode-iodometri. 1 Desember pukul 11:12 Nurirjawati.2012.iodo-iodimetri. http://nurirjawati.wordpress.com/2012/02/06/iodo-iodimetri. 1 Desembaer 2012 pukul 15:13 R.A. Day, Jr. A.L Underwood,1986. Analysis Kimia Kuantitatif,edisi 5, Erlangga : Jakarta Vogel A.I.1989. The Text of Quantitative Chemical Analysis, 5th edition. Longman.
18
19
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Reaksi redoks secara luas digunakan dalam analisa titrimetrik dari zatzat anorganik maupun organik. Untuk menetapkan titik akhir pada titrasi redoks dapat dilakukan secara potensiometrik atau dengan bantuan indikator. Analisis volumetri yang berdasarkan redoks salah satu diantaranya adalah permanganometri 1.2. Tujuan percobaan Praktikan dapat menentukan kadar Fe yang terdapat dalam sampel. 1.3. Manfaat percobaan Praktikan dapat mengetahui besarnya kadar Fe di dalam sampel dan dapat menerapkan analisa ini dalam kehidupan sehari-hari.
20
II.1.Pengertian Permanganometri Permanganometri adalah salah satu analisa kuantitatif volumetrik yang didasarkan pada reaksi oksidasi ion permanganat. II.2.Larutan standar yang digunakan Larutan standar yang digunakan adalah KMnO4. Sebelum digunakan untuk titrasi, larutan KMnO4 harus distandarisasi terlebih dahulu karena bukan merupakan larutan primer. Selain itu KMnO4 mempunyai karakteristik sebagai berikut : 1. Tidak dapat diperoleh secara murni 2. Mengandung oksida MnO dan Mn2O3 3. Larutannya tidak stabil ( jika ada zat organik ) Reaksi :4 MnO4- + 2H2O4 MnO4 + 3 O2 + 4 OH4.Tidak boleh disaring dengan kertas saring ( zatorganik ) dengan glass wool 5. Sebaiknya disimpan di dalam botol coklat 6. Distandarisasi dengan larutan primer Zat standar primer yang digunakan antara lain : As 2O3, Na2C2O4, H2C2O4, Fe(NH4)2(SO4), K4Fe(CN)6, logam Fe, KHC2O4H2C2O4.2H2O.
21
23
BAB III METODE PERCOBAAN III.1Alat dan bahan a. Bahan : 1. Sampel 2. KMnO4 3. H2SO4 encer b. Alat : 1. Erlenmeyer 2. Beaker glass 3. Gelas ukur 4. Kompor listrik 5. Bunsen 6. Buret 7. Kertas saring 8. Corong c. Gambar dan keterangan
24
(1)
(2)
(3)
(4)
24
(6)
(7)
(8)
a. Standarisasi KMnO4 dengan Na2C2O4 Ambil 10 ml Na2C2O4 0,1 N kemudian masukkan ke dalam erlenmeyer Tambahkan 6 ml larutan H2SO4 6 N Panaskan 70-80 oC Titrasi dalm keadaan panas dengan menggunakan KMnO 4 Hentikan titrasi jika muncul warna merah jambu yang tidak hilang dengan pengocokan. Catat kebutuhan KMnO4 N KMnO4 = (V.N) Na2C2O4 V KMnO4 b. Menentukan kadar Fe dalam sampel Persiapkan sampel serta alat dan bahan LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA 1
25
26
IV. 1. HASIL PERCOBAAN Tabel 2. Hasil Percobaan Metode Permanganometri Kadar Fe yang ditemukan 0,65% Kadar Fe asli 0,03% % eror 2066%
IV. 2. PEMBAHASAN 1. Kadar Fe yang kami temukan lebih besar daripada kadar aslinya.Hal ini disebabkan karena : a. Kesalahan titrasi permanganometri yang terletak pada KMnO4 dalam buret (saat pemanasan). Pemberian KMnO 4 yang terlalu lambat pada larutan Na2C2O4 yang telah ditambahkan H2SO4 dan telah diapanaskan akan terjadi kehilangan oksalat karena membentuk peroksida yang kemudian terurai menjadi air . H2C2O4 + O2 H2O2 + 2CO2 H2O2 H2O + O2 Hal ini dapat menyebabkan volume titran yang digunakan menjadi lebih besar. b. Factor suhu Suhu berfungsi mempercepat reaksi dan mencegah pengendapan pada ssatandarisasi KMnO4 dengan menggunakan larutan standar LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA 1
27
28
BAB V PENUTUP V.1. Kesimpulan Kadar Fe lebih besat dari kadar asli yaitu 0,81% sedangkan kadar asli sampel 0,041% b/b dengan persen error 18 75,6 %. Ini karena pemanasan yang dilakukan <70oC , maka reaksi lambat, larutan KMnO4 yang digunakan tercemar karena sinar matahari membuat TAT membentuk endapan MnO 2. V. 2. Saran a. Saat melakukan titrasi, KMnO4 ditempatkanpada buret yang gelap dan hindari dari sinar supaya KMnO4 tidak rusak. b. Perhatikan suhu pada saat melakukan titrasi karena suhu sangat berpengaruh pada hasil titrasi. c. Lakukan titrasi dengan hati hati agar volume yang didapatkan tetap.
29
Hendrayana Taufik.2009. Laporan Permanganometri. http://www.x3prima.com/2009/09/laporan-permanganometri.html. 10 Oktober 2009. 07:49 R.A. Day. Jr, A.L , Underwood, 1986. Analysis Kimia Kuantitatif ,edisi 5, Erlangga : Jakarta Syarif Hamdani.2012. diktat Praktikum Kimia Analisis. http://www.stfi.ac.id/wp.comtemt/uploads/2012/03/diktat-praktikumkimia-analisi.pdf 03 Maret 2012. Pukul 08:15 Vogel A.I.1989. The Text of Quantitative Chemical Analysis, 5th edition. Longman.
30
LAMPIRAN A
31
LEMBAR PERHITUNGAN
a. Redoks 1. Standarisasi Na2S2O3dengan K2Cr2O7 V Na2S2O3 = 9,5ml N K2Cr2O7 = 0,01 N Na 2S2O3 = = ( . )2 27 Na 2S2O3
10.0,01 9,5
= 0,0105 N
= (4,4 . 0,0105) . 63,5 . 100 = 279,4 ppm 2. V Na2S2O3 =: 4,5 ml Cu2+ = (V.N)Na2S2O3 .BMCu .
1000 10
= (4,5 . 0,0105) . 63,5 . 100 = 285,75 ppm 3. V Na2S2O3 = 2 ml Cu2+ = (V.N)Na2S2O3 .BMCu .
1000 10
32
.100%
. 100% = 61%
.100%
. 100% = 68%
.100%
. 100% = 76%
b. Permanganometri 1. Standarisasi KMnO4dengan Na2C2O4 N Na2C2O4 = 0,1 N V Na2C2O4 = 10 ml KMnO 4 = = . Na 2C2O4 KMnO 4
10.0,01 6,9
V KMnO4 = 6,9 ml
= 0,14492
56 1
= 56 /
mgzat = ml titran . N titran . BE zat = 2,8 . 0,14492 . 56 = 22,72 mg LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA 1
33
. 100%
22,72 3450
. 100% = 0,03%
.100%
. 100% = 2066%
34
LAMPIRAN B
35
KELOMPOK : VI(enam) / KamisPagi ANGGOTA : 1. DIDIT FERNANDI 2. HANSEN HARTANTO 3. LUH ASTLA DIVA SAVITRI 21030112130059 21030112130065 21030112140183
LABORATORIUM DASAR PRAKTIKUM TEKNIK KIMIA I TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA 1
36
b.
2. Menentukankadar Cu2+dalamsampel - Ambil 10ml sampel - Test sampel, jikaterlaluasamtambah NH4OH sampai pH 3-5 danjikaterlalubasatambah H2SO4sampai pH 3-5 - Masukkan KI 0,1N - TitrasidenganNa2S2O3sampaiwarnakuninghampirhilang LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA 1
38
2. Menentukankadar FE dlamSampel - Persiapkansampelsertaalatdanbahan - Ambilsampeldantambahkan 20ml asamsulfatencer - Titrasidengankalium permanganate 0,1N hinggatimbulwarnamerahjambu yang tidakhilangdenganpengocokan Reaksi : MnO4- + 8H+ + 5Fe2+ Mn2+ + 4H2O + 5Fe3+ Mg zat = ml titran . N titran . BE zat BEzat=
39
( . )2 27 Na 2S2O3
= 0,0105N
= (4,4 . 0,0105) . 63,5 . 100 = 279,4 ppm 5. V Na2S2O3 : 4,5 ml Cu2+= (V.N)Na2S2O3 .BMCu .
1000 10
= (4,5 . 0,0105) . 63,5 . 100 = 285,75 ppm 6. V Na2S2O3 : 2 ml Cu2+= (V.N)Na2S2O3 .BMCu .
1000 10
.100%
. 100% = 61%
.100%
. 100% = 68%
.100%
. 100% = 76%
= 0,14492
4. Kadar Fe dalamsampel
BEzat= =
56 1
= 56 /
Mg zat = ml titran . N titran . BE zat = 2,8 . 0,14492 . 56 = 22,72 mg Mgsampel = 3,45 gr = 3450 mg Kadar = =
. 100%
22,72 3450
. 100% = 0,03%
.100%
. 100% = 2066%
42
LAMPIRAN C
43
http://dc306.4shared.com/doc/EKG15Wog/preview.html
44
BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Teori Singkat Indikator kanji merupakan indikator yang sangat lazim digunakan, namun indikator kanji yang digunakan harus selalu dalam keadaan segar dan baru karena larutan kanji mudah terurai oleh bakteri sehingga untuk membuat larutan indikator yang tahan lama hendaknya dilakukan sterilisasi atau penambahan suatu pengawet. Pengawet yang biasa digunakan adalah merkurium (II) iodida, asam borat atau asam formiat. Kepekatan indikator juga berkurang dengan naiknya temperatur dan oleh beberapa bahan organik seperti metil dan etil alkohol. (3) Iodium hanya sedikit sekali larut dalam air (0,00134 mol/liter pada 25 oC), namun sangat mudah larut dalam larutan yang mengandung ion iodida. Iodium membentuk kompleks triiodida dengan iodida, dengan tetapan keseimbangan 710 pada 25oC. Penambahan KI untuk menurunkan keatsirian dari iod, dan biasanya ditambahkan KI 3-4 % dalam larutan 0,1 N dan kemudian wadahnya disumbat baik-baik dan menggunakan botol yang berwarna gelap untuk menghindari penguraian HIO oleh cahaya matahari. (3) Pada proses iodometri atau titrasi tidak langsung banyak zat pengoksid kuat yang dapat dianalisis dengan menambahkan KI berlebihan dan mentitrasi iodium yang dibebaskan. Karena banyak zat pengoksid yang menuntut larutan asam untuk bereaksi dengan iodida, natrium tiosulfat lazim digunakan sebagai titran. Beberapa tindakan pencegahan perlu diambil untuk menangani KI untuk menghindari galat. Misalnya ion iodida dioksidai oleh oksigen di udara : 4 H+ + 4 I- + O2 2 I2 + 2 H2O
45
dalam keadaan alkali ion-ion ini akan mengoksidasi sebagian tiosulfat menjadi ion sulfat sehingga titik kesetarannya tidak tepat lagi. Namun pada proses iodometri juga perlu dihindari konsentrasi asam yang tinggi karena asam tiosulfat yang dibebaskan akan mengendap dengan pemisahan belerang, sesuai dengan reaksi berikut : S2O3= + 2 H+ 8 H2S2O3 H2S2O3 8 H2O + 8 SO2 + 8 S
Larutan tiosulfat tidak stabil dalam waktu lama. Bakteri yang memakan belerang akan masuk ke dalam larutan ini dan proses metaboliknya akan mengakibatkan pembentukan SO3=, SO4= dan belerang koloidal. (3) Tiosulfat diuraikan dalam bentuk belerang dalam suasana asam sehingga endapan mirip susu. Tetapi reaksi tersebut lambat dan tak terjadi jika larutan dititrasikan ke dalam larutan iodium yang asam dan dilakukan pengadukan yang baik. Iodium mengoksidasi tiosulfat menjadi ion tetraionat I2 + 2 S2O32- 2 I- + S4O62-
46
47
METODE IODOMETRI (Elisabeth Deta L, M.Si) Iodometri merupakan titrasi tidak langsung dan digunakan untuk menetapkan senyawa-senyawa yang mempunyai potensial oksidasi lebih besar dari sistem iodiumiodida atau senyawa-senyawa yang bersifat oksidator seperti CuSO4.5H2O. Pada iodometri, sampel bersifat oksidator direduksi dengan kalium iodida berlebih dan akan menghasilkan iodium yang selanjutnya dititrasi dengan larutan baku tiosulfat. Banyaknya volume tiosulfat yang digunakan sebagai titran setara dengan iod yang dihasilkan dan setara dengan banyaknya sampel. Melalui titrasi tak langsung ini, semua oksidator yang akan ditetapkan kadarnya direaksikan terlebih dahulu dengan ion iodide berlebih (I -) sehingga I2 dapat dibebaskan. Selanjutnya I2 yang dibebaskan ini dititrasi dengan larutan baku sekunder Na2S2O3 dengan indikator amilum. Pada metode iodimetri dan iodometri larutan harus dijaga supaya pH < 8, karena dalam larutan alkali iodium bereaksi dengan hidroksida (OH -) menghasilkan ion hipoiodit yang akhirnya menghasilkan ion iodat menurut, reaksi : I2 + OH- HI + IO3IO- IO3- + 2ISehingga apabila ini terjadi maka potensial oksidasinya lebih besar daripada iodium akibatnya akan mengoksidasi tiosulfat (S2O32-) yang tidak hanya menghasilkan ion tetrationat (S4O62-) tapi juga menghasilkan sulfat (SO42-) sehingga menyulitkan perhitungan stokiometri. Oleh karena itu, pada metode iodometri tidak pernah dilakukan dalam larutan basa kuat. Larutan natrium tiosulfat biasanya digunakan sebagai larutan standar dalam reaksi iodometri. Larutan ini tidak stabil dalam jangka waktu lama disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut : 1. Keasaman, larutan ini mudah terurai menjadi ion hydrogen sulfit (HSO 3-) dan secara perlahan-lahan terurai membentuk pentationat (S5O6-). 2. Oksidasi oleh udara, larutan ini mudah teroksidasi membentuk sulfur. 3. Mikroorganisme, terdapat bakteri dari udara yang menggunakan larutan natrium tiosulfat sebagai sumber sulfur dalam metabolismenya dan mengoksidasinya menjadi sulfat. LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA 1
48
49
50