Anda di halaman 1dari 4

DEFINISI -Avulsi merupakan kondisi lepasnya gigi dari soket alveolar akibat adanya cedera gigi.

Dalam klasifikasi Ellis dan Davey avulsi gigi termasuk dalam klasifikasi trauma kelas lima. Secara klinis dan foto ronsen, gigi tidak ada di dalam soket. Tulang alveolar, sementum, ligament periodontal, gingiva, dan pulpa , akan mengalami kerusakan pada saat gigi secara total keluar dari socketnya.1,2,3 ETIOLOGI -Penyebab gigi avulsi adalah (1) kecelakaan lalu lintas; (2) perkelahian; (3) jatuh; (4) kecelakaan olahraga; (5) kerusakan jaringan periodontal; dan (6) penyakit sistemik, seperti diabetes mellitus.5 EPIDEMIOLOGI -Berdasarkan beberapa penelitian prevalensi avulsi yaitu 0,5-16% dari kasus trauma injuri terutama pada anak usia 7-9 tahun, karena daya tahan tulang alveolar masih kurang. Lebih banyak terjadi pada pria daripada wanita, dan sering terjadi pada gigi insisif sentral gigi permanen. Pada kasus gigi permanen terjadi 1%-16% sedangkan pada gigi sulung terjadi 7%-13%.6,7 DIAGNOSA 1. Anamnesa Dalam melakukan anamnesa terhadap pasien yang mengalami traumatic injuri, pertama kali yang harus diketahui adalah waktu, dan bagaimana terjadinya injuri tersebut. Apabila traumatik injuri menyebabkan gigi avulsi, tanyakan pada orang tua pasien atau kepada pasien bagaimana ia menangani gigi yang terlepas itu agar kita dapat menentukan prognosis. Perhatikan pula apakah pasie saat datang ke klinik dalam keadaan sadar atau tidak. Pastikan seluruh data meliputi nama, usia, beserta alamat dan menentukan detail kejadian serta perawatan yang diberikan.4 2. Pemeriksaan klinis 3,4 a. Ekstra oral - Inspeksi dan catat keseluruhan injuri, dan laserasi pada bagian wajah. - Palpasi pada bagian mandibular, zigomatikus, TMJ, dan regiomastoideus untuk melihat ada tidaknya pembengkakan, kliking, krepitasi, dan fraktur. b. Intra Oral - Inspeksi laserasi pada mukosa, bibir, gingiva dan lidah harus diperiksa apakah terdapat benda asing - Palpasi alveolus untuk mendeteksi terjadinya fraktur alveolus - Cek oklusi pasien - Periksa juga gigi yang berdekatan dengan gigi yang mengalami avulsi dan gigi atagonis harus diperiksa apakah ikut terlibat masing-masing yang juga harus dilihat apakah ada fraktur maupun dislokasi. 3. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan rontgen dapat dilakukan dengan pengambilan foto panoramic, periapikal, bite wing atau oklusal. Jika dicurigai adanya fraktur rahang, diperlukan radiograf yang lain, seperti lateral oblik, lateral skull, dan antero posterior skull. 7 PENATALAKSANAAN Penangan pertama yang dilakukan pada gigi avulsi yaitu:2,3 1. Bilas gigi dengan air keran yang mengalir, jangan pegang bagian akar saat mencuci tapi pegang pada bagian mahkota gigi secara hati-hati untuk menjaga vitalitas sel-sel permukaan akar. 2. Jangan mengelap gigi 3. Kembalikan gigi ke dalam soket dengan tekanan jariringan, apabila pasien tidak bias mengembalikan giginya sendiri ke dalam soketnya gigi dapat disimpan ke dalam media penyimpanan (saliva, larutan salin, susu) 4. Letakkan sesuatu yang lembut di bagian oklusal/insisal gigi supaya gigi tetap pada soketnya 5. Segera pergi ke dokter gigi

Kerusakan pada daerah ligament periodontal ketika terjadinya injuri dapat dihindari atau dapat diminimalkan. Salah satu faktor yang penting untuk memastikan keberhasilan replantasi adalah cepat atau tidaknya gigi dilakukan replantasi. Sangat penting untuk mencegah kekeringan, yang dapat mengurangi morfologi dan fisiologis normal dari sel ligament periodontal. Secepat mungkin lakukan replantasi di tempat kejadian apabila gigi dalam keadaan bersih tanpa ada kerusakan pada bagian akar dan segera dibawa ke tempat praktek dokter gigi. Jika ragu atau takut melakukan replantasi, gigi sebaiknya disimpan di dalam media penyimpanan hingga pasien ke tempat praktek dokter gigi untuk dilakukannya replantasi.8 Media Penyimpanan Pada saat keadaan darurat dimana orangtua atau orang sekitar tidak dapat mengembalikan gigi avulsi ke dalam soket sendiri, maka gigi harus disimpan dalam larutan fisiologis sampai mendapat pertolongan langsung dari dokter. Larutan fisiologis tersebut antara lain: 1,9,10 1. Saliva. Gigi yang direndam dalam saliva sebaiknya hanya selama 30 menit. Ini dikarenakan bila lebih dari waktu tersebut maka akan merusak sel ligamen periodontal. Bahkan ada jurnal yang menyebutkan bahwa kondisi sel ligamen periodontal dalam keadaan yang sama buruknya bila terpapar udara. 2. Saline Dapat menjadi media perendaman gigi yang lepas karena tekanan osmolalitas sesuai untuk sel ligamen periodontal tetapi tidak baik bila gigi direndam lebih dari 2 jam, karena dapat merusak sel ligamen periodontal. 3. Susu Susu sangat bagus dijadikan larutan fisiologis karena tidak mungkin terdapat bakteri dimana susu sudah melewati proses pasteurisasi dan mengandung nutrisi untuk sel ligamen periodontal. Sebaiknya tidak digunakan lebih dari 6 jam. 4. Air kelapa Dapat dijadikan media penyimpanan gigi yang avulsi karena mengandung kalium, kalsium, magnesium, natrium, klorida, dan fosfat. 5. Hanks Balances Salt Solution (HBSS) Hanks balances salt solution merupakan sebuah larutan salin standar yang digunakan dalam penelitian biomedical untuk mendukung pertumbuhan sel. Larutan ini tidak toksik, biokompatibel untuk sel ligament periodontal dengan pH 7.2 dan osmolitas 320 mosm/kg. HBSS mengandung glukosa, kalsium, dan magnesium yang dapat mempertahankan dan membentuk kembali komponen sel ligament periodontal. 6. Propolis Ozan et al melaporkan, propolis sebagai media penyimpanan untuk menjaga agar ligament periodontal pada gigi avulsi tidak nekrosis karena propolis mengantuk anti-mikroba. Sehingga selain menjaga ligament periodontal, juga dapat menjadi anti-mikroba, anti-inflamasi, dan anti-oksidan. PROSEDUR REPLANTASI a. Indikasi dan kontraindikasi replantasi - Indikasi: 12 Tidak ada penyakit periodontal Waktu lamanya gigi avulsi tidak lebih dari 2 jam karena mempengaruhi prognosis - Kontraindikasi: 12 1. Gigi sulung 2. Adanya fraktur akar b. Syarat-syarat replantasi: 4,7 1. Gigi yang avulsi sebaiknya sehat dan tidak terdapat karies yang luas. 2. Tulang alveolar harus tetap utuh agar dapat menahan gigi,tidak ada fraktur atau penyakit periodontal. 3. Gigi yang avulsi sebaiknya berada pada posisi yang baik dalam lengkungnya tanpa kelainan ortodonsi 4. Ligamen periodontal tidak tergores

c. Teknik-teknik Replantasi dibagi menjadi 3, yaitu:11 1. Autoplastik Gigi dengan foramen apikal > 1,3 mm, vitalitas pulpa & desmodon (daya tahan menerima tekanan) masih dapat dipertahankan. 2. Auto-alloplastik Gigi dengan foramen apikal <1,3 mm, dengan akar yang telah menutup sempurna. Supaya tidak perlu dilakukan perawatan endodontik dikemudian hari sehingga waktu terapi dipersingkat. 3. Alloplastik Gigi avulsi dengan pulpa & desmodon yang tidak vital perlu endodontik. Endodontik dapat dilakukan pada saat yang bersamaan saat dilakukannya replantasi atau 1-2 minggu setelah replantasi. TAHAPAN REPLANTASI 13 1. Lakukan anestesi local 2. Bilas gigi perlahan-lahan dengan NaCl fisiologis menggunakan syringe 3. Soket diirigasi menggunakan NaCl fisiologis 4. Letakkan gigi perlahan-lahan dengan tekanan jari 5. Apabila fragmen tulang alveolar menghalangi replantasi maka lepaskan kembali gigi dan tempatkan pada NaCl fisiologis. Kembalikan tulang pada posisinya dan ulangi kembali replantasi. 6. Pembuatan foto rontgen dilakukan untuk memeriksa apakah posisi sudah benar. 7. Stabilisasi gigi dengan menggunakan splint. 8. Berikan antibiotika selama 4-5 hari. 9. Berikan profilaksis tetanus bla gigi yang avulsi telah berkontak dengan sesuatu. 10. Lepaskan splint setelah 1-2 minggu 11. Perawatan saluran akar dipertimbangkan bila tampaknya ada kelainan pada pulpa MEDIKAMENTOSA Antibiotik sistemik diberikan pada saat replantasi dan sebelum perawatan endodontik untuk mencegah terjadinya invasi bakteri pada pulpa nekrosis yang dapat menyebabkan inflamasi. Tetrasiklin dapat dipilih karena mampu mengurangi terjadinya resorbsi akar. Apabila pasien tidak sensitif terhadap golongan tetrasiklin, berikan Doksisiklin 2x sehari selama 7 hari dengan dosis yang disesuaikan dengan umur dan berat badan pasien atau Penisilin V 1000mg atau 500mg 4x sehari selama 7 hari, diberikan dari kunjungan pertama dan berlanjut hingga splin dilepas setelah 7-10 hari. Bakteri di sulkus sebaiknya dikontrol selama masa penyembuhan dengan menjada kebersihan mulut pasien, dianjurkan menggunakan obat kumur klorheksidin selama 7-10 hari. 8 INSTRUKSI KEPADA PASIEN 7 1. Pasien dianjurkan menghindari gigitan pada gigi yang di splin 2. Konsumsi makanan yang lunak 3. Menjaga oral hygiene dengan menyikat gigi atau menggunakan obat kumur klorhexidin selama pemakaian splint 4. Pasien harus menghindari kumur-kumur, meludah, selama 24 jam setelah replantasi 5. Setelah 24 jam pemakaian splint pasien harus berkumur-kumur dengan air garam hangat tidap dua jam untuk mencegah pembengkakan pada jaringan di sekitar gigi dengan tujuan melancarkan vaskularisasi. PROGNOSIS Replantasi yang dilakukan sesudah 2 jam akan lebih memungkinkan terjadi resopsi akar dikemudian hari. Karena, itu makin cepat gigi dikembalikan ke dalam soket makin baik prongnosisnya. Prognosis baik bila perawatan dilakukan kurang 20 menit, dan prognosis buruk apabila lepasnya gigi sudah lebih dari 60 menit. 6,7

Gigi tetap utuh saat avulsi Pada usia 7-10 tahun, akar pada gigi permanen belum sepenuhnya matur, struktur jaringan periodontal masih longgar dan hubungan akar dengan tulang alveolar masih lemah, serta tulang alveolar relatif lunak, sehingga apabila terjadi trauma yang cukup keras pada gigi bisa menyebabkan avulsi. Berbeda dengan orang dewasa yang memiliki akar yang sudah matur, jaringan periodontal yang kuat, serta tulang alveolar yang kuat sehingga lebih cenderung mengalami fraktur gigi daripada avulsi. 14 Keadaan ligament periodontal saat gigi avulsi Ketika gigi mengalami avulsi, perlekatan rusak dan nekrosis pulpa dapat terjadi. Gigi yang terlepas dari soket secara tiba-tiba akan merobek ligament periodontal dan banyak meninggalkan ligamen periodontal di sepanjang akar. Pada saat itu pula terjadi kerusakan sementum lokal. Akan terjadi inflamasi yang distimulasi oleh jaringan yang rusak. Penyembuhan dengan sementum baru terjadi setelah fase inflamasi berakhir.8 DAFTAR PUSTAKA 1. Arriza, AM, Amatul FR. Coconut Water (Cocos nucifera) as Storage Media for the Avulsed Tooth. Journal of Dentistry Indonesia, 2010; 17 (3); 74-79 2. Walton, Richard. Principles and Practice of Endodontic. Amerika Serikat: W.B Saunder Company. P, 2002; 461 3. Lubis, Indri. Penatalaksanaan Gigi Insisivus Satu Tetap Atas yang Avulsi. Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara. 2005 4. Naomi, Eva. Perawatan Avulsi pada Gigi Anterior Tetap Dengan Akar yang Sudah Terbentuk Sempurna. Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara, 2004. 5. Anonymous. Panduan Skill Lab Blok Medical Emergency Dislokasi TMJ dan Avulsi. Purwokerto: Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Jendderal Soedirman. 2012 6. Sundoro, EH. Serba-serbi Ilmu Konservasi Gigi. Jakarta : UIP. 2005: 223-224 7. Nia, kurniawati. Penatalaksanaan relantasi Gigi Anterior Permanen pada Anak. USU. 2010 8. Trope M. clinical management of the avulsed tooth: present strategies and future directions. Dental Traumatology 2002:18:1-11. 9. Gomes MCB, et all. Study of storage media for avulsed teeth. Brazilian Journal of Dental Traumatology 2009;1(2):69-76 10. Singla, Anshu. Reimplation: clinical implications and outcome of dry storage of avulsed teeth. 2010 11. Budihardja AS, Rahmat M. Trauma Oral & Maksilofasial. 2012 12. Riyanti, Eriska. Penatalaksaan Trauma Gigi pada Anak. UNPAD. 2010 13. Bakar, Abu. Kedokteran Gigi Klinis. Yogyakarta: Quantum,2012. 14. King C, Henretig FM, eds. Textbook of pediatric emergency procedures, 2nd ed. Philadelphia, PA: Lippincott Williams & Wilkins 2008:515521

Anda mungkin juga menyukai