Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia dibutuhkan keadaan yang seimbang (homeostasis) yang dilakukan oleh organ tubuh kita, salah satunya adalah ginjal. Ginjal merupakan organ vital yang berperan dalam mempertahankan volume dan komposisi cairan ekstrasel dalam batas-batas normal. Bila fungsi ginjal terganggu, maka akan timbul ketidakseimbangan yang salah satu akibatnya akan timbul batu. Batu perkemihan dapat timbul pada berbagai tingkat dari sistem perkemihan (ginjal, ureter dan kandung kemih). Bila terjadi pada kandung kemih dapat menyebabkan penyumbatan dan pengosongan kandung kemih tidak sempurna, sehingga dapat menyebabkan terjadinya kerusakan pada ginjal. Gejala awal terbentuknya batu jarang dirasakan oleh penderita, mungkin hanya perubahan dalam pola perkemihan, namun bila tidak ditindaklanjuti maka dapat menimbulkan keadaan yang parah, seperti nyeri yang hebat, terjadi penyumbatan saluran kemih bahkan terjadi kerusakan ginjal. Batu saluran kemih tidak hanya terjadi di Negara berkembang, fakta membuktikan bahwa banyak Negara-negara maju melaporkan banyak kasus batu saluran kemih atau urolithiasis seperti; Amerika sebanyak 905 orang, Jerman sebanyak 1000 orang, Inggris sebanyak 609 orang, Belanda 701 orang dan dataran skandinavia sebanyak 1410 orang. (Ljunghell & Hedtstrand, 2009) Pada penelitian di Indonesia yang dilakukan pada penderita ISK (Infeksi Saluran Kemih) sebesar 47 % klien dengan batu ginjal atau saluran kemih, 41 % klien dengan obstruksi saluran kemih dan sebesar 22 % klien dengan retensio urin tanpa sebab spesifik. Dari seluruh klien 40 % penderita terpasang kateter dan 12 % mendapat infeksi nasokomial dan bakteriuria sebanyak 26 %. Kejadian BSK di Indonesia dilaporkan 0,1-0,3 per tahun dan sekitar 5-10 % penduduknya sekali dalam hidupnya pernah menderita penyakit ini, untuk setiap daerah di Indonesia (termasuk Aceh) sampai saat ini angka kejadian BSK yang sesungguhnya belum diketahui, diperkirakan 520 kasus per tahun. Penatalaksanaan yang tidak baik pada klien dengan Uroltiasis akan mengarah pada Hidronefrosis, yaitu dilatasi piala dan kaliks ginjal pada salah satu atau kedua ginjal akibat adanya obstruksi, jika tidak segera ditangani akan menyebabkan sepsis yang berujung pada kematian. (Smeltzer, 2002).
1
Peran perawat dalam hal ini adalah memberikan penyuluhan tentang: pencegahan terjadinya batu, seperti mengkonsumsi cairan dalam jumlah banyak (3 4 liter/hari), diit yang seimbang/sesuai dengan jenis batu yang ditemukan, aktivitas yang cukup serta segera memeriksakan diri bila timbul keluhan pada saluran kemih agar dapat segera ditangani. Bagi penderita yang mengalami batu pada kandung kemih agar selalu menjaga kesehatannya agar tidak terjadi pembentukan batu yang baru pada kandung kemih. B. Rumusan Masalah Fokus dalam penulisan asuhan keperawatan (askep) ini adalah untuk menjelaskan suatu konsep dasar dari penyakit Batu Saluran Kemih (BSK) yaitu: mulai dari apa definisi dari BSK, etiologi, bagaimana patofisiologinya, manifestasi klinis, komplikasi, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan dan bagaimana asuhan keperawatan pada penyakit BSK ini. C. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Setelah mengikuti diskusi ini, mahasiswa mampu memahami dan mengerti asuhan keperawatan pada pasien yang menderita Batu Saluran Kemih. 2. Tujuan Khusus Setelah mengikuti diskusi ini, ditujukan agar mahasiswa mampu : a. Menjelaskan pengertian dari batu saluran kemih. b. Menyebutkan dan menjelaskan etiologi dari batu saluran kemih. c. Menyebutkan manifestasi klinis dari batu saluran kemih. d. Menjelaskan patofisiologi dari batu saluran kemih. e. Menyebutkan dan menjelaskan penatalaksanaan dari batu saluran kemih. f. Menyebutkan komplikasi dari batu saluran kemih. g. Membuat dan melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien penderita batu saluran kemih.
A. Pengertian Batu saluran kemih adalah adanya batu di traktus urinarius. (ginjal, ureter, atau kandung kemih, uretra) yang membentuk kristal; kalsium, oksalat, fosfat, kalsium urat, asam urat dan magnesium.(Brunner & Suddath,2002). Batu saluran kemih atau Urolithiasis adalah adanya batu di dalam saluran kemih. (Luckman dan Sorensen) Batu saluran kemih adalah benda padat yang dibentuk oleh presipitasi berbagai zat terlarut dalam urin pada saluran kemih (Pierce A Grace, 2006) dan dapat ditemukan disetiap bagian ginjal sampai dengan kandung kemih dan ukurannnya bervariasi dari deposit granuler yang kecil disebut pasir atau kerikil sampai dengan batu sebesar kandung kemih yang berwarna orange (Suzzane C Smeltzer, 2002). Berdasarkan beberapa pendapat diatas maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa batu saluran kemih adalah massa keras seperti batu yang dipresipitasi dari berbagai zat terlarut yang terbentuk disetiap bagian ginjal sampai kandung kemih dan ukurannya dapat beravariasi dari yang kecil seperti pasir sampai dengan sebesar kandung kemih. B. Klasifikasi Klasifikasi batu saluran kemih menurut Joyce M Black dalam buku Medical Surgical Nursing, 2001 hal 822-824 dan Basuki B Purnomo, 2000 hal 64-66 adalah: 1. Batu Kalsium Batu kalsium merupakan jenis batu terbanyak, batu kalsium biasanya terdiri dari fosfat atau kalsium oksalat. Dari bentuk partikel yang terkecil disebut pasir atau kerikil sampai ke ukuran yang sangat besar staghorn yang berada di pelvis dan dapat masuk ke kaliks. Faktor penyebab terjadinya batu kalsium adalah: a. Hypercalsuria (peningkatan jumlah kalsium dalam urin) biasanya disebabkan oleh komponen: 1) Peningkatan resopsi kalsium tulang, yang banyak terjadi pada hiperparatiroid primer atau pada tumor paratiroid 2) Peningkatan absorbs kalsium pada usus yang biasanya dinamakan susu-alkali syndrome, sarcoidosis
3
3) Gangguan kemampuan renal mereabsorbsi kalsium melalui tubulus ginjal 4) Abnormalitas struktur biasanya pada daerah pelvikalises ginjal b. Hiperoksaluri: eksresi oksalat urine melebihi 45 gram perhari. Keadaan ini banyak dijumpai pada pasien yang mengalami gangguan pada usus sehabis menjalani pembedahan usus dan pasien yang banyak
mengkonsumsi makanan yang kaya oksalat seperti teh, kopi instan, soft drink, jeruk sitrun, sayuran berdaun hijan banyak terutama bayam c. Hipositraturi: di dalam urin sitrat akan bereaksi menghalangi ikatan kalsium dengan oksalat atau fosfat. Karena sitrat dapat bertindak sebagai penghambat pembentukan batu kalsium. Hal ini dapat terjadi karena penyakit asidosis tubuli ginjal, sindrom malabsorbsi atau pemakaian diuretic golongan thiazid dalam jangka waktu yang lama. d. Hipomagnesuri: magnesium bertindak sebagai penghambat timbulnya batu kalsium, karena didalam urin magnesium akan bereaksi dengan oksalat menjadi magnesium oksalat sehingga mencegah ikatan kalsium oksalat 2. Batu struvit Batu struvit dikenal juga dengan batu infeksi karena terbentuknya batu ini disebabkan oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi ini adalah kuman golongan pemecah urea atau urea spilitter yang dapat menghasilkan enzim urease dan merubah urine menjadi basa melalui hidrolisis urea menjadi amoniak. Suasana ini memudahkan garam-garam magnesium, ammonium fosfat, dan karbonat membentuk batu magnesium ammonium fosfat (MAP). Kuman-kuman pemecah urea adalah proteus spp, klabsiella, serratia, enterobakter, pseudomonas, dan stapillokokus 3. Batu asam urat Faktor yang menyebabkan terbentuknya batu asam urat adalah: a. Urin yang terlalu asam yang dapat disebabkan oleh makanan yang banyak mengandung purine, peminum alcohol. b. Volume urin yang jumlahnya sedikit (<2 liter perhari) atau dehidrasi. c. Hiperurikosuri: kadar asam urat melebihi 850 mg/ 24jam. Asam urat yang berlebih dalam urin bertindak sebagai inti batu untuk terbentuknya batu kalsium oksalat.
4
4. Batu sistin Cystunuria mengakibatkan kerusakan metabolic secara congetinal yang mewarisi pengahambat atosomonal. Batu sistin merupakan jenis yang timbul biasanya pada anak kecil dan orang tua, jarang ditemukan pada usia dewasa. 5. Batu xanthine Batu xanthine terjadi karena kondisi hederiter hal ini terjadi karena defisiensi oksidasi xathine. C. Etiologi Penyebab terbentuknya batu saluran kemih sampai saat ini belum diketahui pasti, tetapi ada beberapa faktor predisposisi terjadinya batu pada saluran kemih yaitu: 1. Infeksi Infeksi saluran kencing dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan akan menjadi inti pembentukan batu saluran kemih . Infeksi bakteri akan memecah ureum dan membentuk amonium yang akan mengubah pH urine menjadi alkali. 2. Stasis dan Obstruksi urine Adanya obstruksi dan stasis urine akan mempermudah pembentukan batu saluran kemih. 3. Keturunan 4. Air minum Memperbanyak diuresis dengan cara banyak minum air akan mengurangi kemungkinan terbentuknya batu ,sedangkan kurang minum menyebabkan kadar semua substansi dalam urine meningkat 5. Pekerjaan Pekerja keras yang banyak bergerak mengurangi kemungkinan terbentuknya batu daripada pekerja yang lebih banyak duduk. 6. Suhu Tempat yang bersuhu panas menyebabkan banyak mengeluarkan keringat sedangkan asupan air kurang dan tingginya kadar mineral dalam air minum meningkatkan insiden batu saluran kemih 7. Makanan Masyarakat yang banyak mengkonsumsi protein hewani angka morbiditasbatu saluran kemih berkurang. Penduduk yang vegetarian yang kurang makan putih telur lebih sering menderita batu saluran kemih ( buli-buli dan Urethra ).
D. Manifestasi Klinis Manifestasi klinis adanya batu dalam traktus urinarius tergantung pada adanya obstruksi, infeksi dan edema. 1. Ketika batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi piala ginjal serta ureter proksimal. a) Infeksi pielonefritis dan sintesis disertai menggigil, demam dan disuria, dapat terjadi iritasi batu yang terus menerus. Beberapa batu menyebabkan sedikit gejala, namun secara perlahan merusak unit fungsional (nefron) ginjal. b) Nyeri hebat dan ketidaknyamanan. 2. Batu di ginjal a) Nyeri dalam dan terus menerus di area kontovertebral. b) Hematuri. c) Nyeri berasal dari area renal menyebar secara anterior dan pada wanita nyeri kebawah mendekati kandung kemih sedangkan pada pria mendekati testis. d) Mual dan muntah. e) Diare. 3. Batu di ureter a) Nyeri menyebar kepaha dan genitalia. b) Rasa ingin berkemih namun hanya sedikit urin yang keluar. c) Hematuri akibat abrasi batu. d) Biasanya batu keluar secara spontan dengan diameter batu 0,5 1 cm. 4. Batu di kandung kemih a) Biasanya menimbulkan gejala iritasi dan berhubungan dengan infeksi traktus urinarius dan hematuri. b) Jika batu menimbulkan obstruksi pada leher kandung kemih akan terjadi retensi urin. Menurut Smeltzer (2000) menjelaskan beberapa gambaran klinis batu saluran kencing : a. Batu, terutama yang kecil (ureter), bisa tidak menimbulkan gejala. b. Batu di dalam kandung kemih bisa menyebabkan nyeri di perut bagian bawah. Batu yang menyumbat ureter, pelvis renalis maupun tubulus renalis bisa menyebabkan nyeri punggung atau kolik renalis (nyeri kolik yang hebat). Kolik renalis ditandai dengan nyeri hebat yang hilang-timbul, biasanya di daerah antara
tulang rusuk dan tulang pinggang, yang menjalar ke perut, daerah kemaluan dan paha sebelah dalam. c. Gejala lainnya adalah retensi urine akibat obstruksi saluran kemih yang
meyebabkan penimbunan cairan urin atau tertekanya saraf perkemihan sehingga terjadi retensi urine, oligouria, anuria dan inkontenensia urine.
E. Patofisisiologi Mekanisme terbentuknya batu pada saluran kemih atau dikenal dengan urolithiasis belum diketahui secara pasti. Namun demikian ada beberapa faktor predisposisi terjadinya batu antara lain: peningkatan konsentrasi larutan urin akibat dari intake cairan yang kurang serta peningkatan bahan-bahan organik akibat infeksi saluran kemih atau statis urin menjadikan sarang untuk pembentukan batu. Supersaturasi elemen urin seperti kalsium, fosfat dan faktor lain yang mendukung terjadinya batu meliputi: pH urin yang berubah menjadi asam, jumlah casiran urin. Masalah-masalah dengan metabolisme purin mempengaruhi pembentukan batu asam urat. pH urin juga mendukung pembentukan batu. Batu asam urat dan cyscine dapat mengendap dalam urin yang alkalin, sedangkan batu oxalat tidak dipengaruhi oleh pH urin. Imobilisasi yang lama akan menyebabkan gerakan kalsium menuju tulang akan terhambat. Peningkatan serum kalsium akan menambah cairan yang akan diekskresikan. Jika cairan masuk tidak adekuat maka penumpukan atau pengendapan semakin bertambah dan pengendapan ini makin kompleks sehingga terjadi batu. Batu yang terbentuk dalam saluran kemih sangat bervariasi. Ada batu yang kecil, ada yang besar. Batu yang kecil dapat lekuar lewat urin dan akan menimbulkan rasa nyeri, trauma pada saluran kemih dan akan tampak darah dalam urin; sedangkan batu yang besar dapat menyebabkan obstruksi saluran kemih yang menimbulkan dilatasi struktur, akibat dari dilatasi akan terjadi refluks urin dan akan menimbulkan terjadinya hidronefrosis karena dilatasi ginjal. Kerusakan pada srtuktur ginjal yang lama akan mengakibatkan kerusakan-kerusakan pada organ dalam ginjal sehingga terjadi gagal ginjal kronis karena ginjal tidak mampu melakukan fungsinya secara normal, yang mengakibatkan terjadinya penyakit gagal ginjal kronik yang dapat menyebabkan kematian.
Teori pembentukan batu Menurut Mansjoer Arief dkk, dalam buku Kapita Kedokteran edisi 3 jilid 2, 2000 hal 334, dan Basuki B Purnomo dalam buku Dasar-dasar Urologi tahun 2000 hal 63 teori pembentukan batu saluran kemih adalah : 1. Teori inti (nucleus) : batu terbentuk dalam urine karena adanya inti batu (nucleus). Partikel-partikel yang berada dalam larutan yang kelewat jauh (supersatured) akan berada di dalam nucleus sehingga membentuk batu. Inti batu dapat berupa Kristal atau benda asing disaluran kemih. 2. Teori matriks : matriks organic yang berasal dari serum atau protein-protein urine (albumin, globulin dan makroprotein) memberikan kemungkinan pengendapan Kristal. 3. Teori inhibitor : urine mengandung zat penghambat kristalisasi antara lain: magnesium sitrat, pirokostrat, mukoprotein dan beberapa peptide. Jika kadar salah satu atau beberapa zat berkurang memudahkan terbentuknya batu saluran kemih. F. Komplikasi Kompikasi yang sering timbul pada klien dengan batu saluran kemih adalah: 1. Hidronefrosis 2. Hidroureter 3. Pielonefritis 4. Ureteritis 5. Sistisis 6. Gagal ginjal
G. Pemeriksaan Diagnostik Adapun pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada klien batu kandung kemih adalah: 1. Urinalisa : Warna kuning, coklat atau gelap 2. Foto Kidney Ureter Bladder (KUB) : Menunjukkan ukuran ginjal ureter dan ureter, menunjukan adanya batu. 3. Endoskopi ginjal : Menentukan pelvis ginjal, mengeluarkan batu yang kecil. 4. Foto Rontgen : Menunjukan adanya di dalam kandung kemih yang abnormal. 5. IVP ( intra venous pylografi ) : Menunjukan perlambatan pengosongan kandung kemih,membedakan derajat obstruksi kandung kemih divertikuli kandung kemih dan penebalan abnormal otot kandung kemih.
8
6. Vesikolitektomi ( sectio alta ) : Mengangkat batu vesika urinari atau kandung kemih. 7. Litotripsi bergelombang kejut ekstra corporeal : Prosedur menghancurkan batu ginjal dengan gelombang kejut. 8. Pielogram retrograde : Menunjukan abnormalitas pelvis saluran ureter dan kandung kemih. 9. Sistoureteroskopi : visualisasi langsung kandung kemih dan ureter dapat menunjukan batu dan atau efek obstruksi 10. Computed Thomography scan (CT scan) : mengidentifikasi kalkuli dan massa lain : ginjal, ureter dan distensi kandung kemih 11. Ultrasound ginjal : untuk mengetahui perubahan obstruksi, lokasi batu
Diagnosis ditegakan dengan studi ginjal, ureter, kandung kemih, urografi intravena atau pielografi retrograde. Uji kimia darah dengan urine dalam 24 jam untuk mengukur kalsium, asam urat, kreatinin, natrium, dan volume total merupakan upaya dari diagnostik. Riwayat diet dan medikasi serta adanya riwayat batu ginjal, ureter, dan kandung kemih dalam keluarga di dapatkan untuk mengidentifikasi faktor yang mencetuskan terbentuknya batu kandung kemih pada klien. ( Tjokro, N.A, et al. 2001 ).
H. Penatalaksanaan Tujuan dari penatalaksanaan pada batu saluran kencing adalah: a. Menghilangkan obstruksi b. Mengobati infeksi. c. Mencegah terjadinya gagal ginjal. d. Mengurangi kemungkinan terjadinya rekurensi (terulang kembali). 1. Medikamantosa Terapi medikamantosa ditunjukan untuk batu dengan ukuran kurang dari 5mm, karena diharapkan dapat keluar dengan spontan. Terapi yang diberikan bertujuan untuk mengurangi nyeri, memperlancar urine dengan memberi diuretic dan minum banyak agar dapat mendorong batu keluar. Penghilang nyeri kolik ureter : penitidin, diklofenak, morfin, meperiden. Peningkatan asupan cairan untuk meningkatkan aliran urin sebagai usaha untuk mendorong. Asupan cairan dalam
jumlah besar pada orang-orang yang rentan terhadap batu saluran kemih dapat mencegah pembentukan batu. 2. Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL) Prosedur non invasive yang digunakan untuk menghancurkan batu di kaliks ginjal, dilakukan dengan gelombang kejut dibangkitkan melalui pelepasan energy yang kemudian di salurkan ke air dan jaringan lunak. Ketika gelombang kejut menyentuh substansi yang intensitasnya berbada (batu renal), tekanan gelombang mengakibatkan permukaan batu pecah dan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan di eksresikan ke dalam urine. 3. Endourologi Tindakan ini merupakan tindakan invasive minimal untuk mengeluarkan batu saluran kemih yang terdiri atas pemecah batu dan kemudian dikeluarkan dari saluran kemih. a. Percutaneous Nephro Litholapaxy (PNL) : yaitu mengeluarkan batu yang ada di saluran ginjal dengan cara memasukan alat endoskopi ke system kaliks melalui insisi pada kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu. b. Litotripsi : yaitu memecah batu bulu-buli atau batu uretra dengan memasukan alat pemecah batu (litotripto) ke dalam buli-buli, pemecah batu dikeluarkan dengan evakuator Ellik c. Ureteroskopi atau uretero-renoskopi : yaitu memasukan alat ureteroskopi per-uretram guna melihat keadaan ureter atau system pielokaliks ginjal. Dengan memakai energy tertentu, batu yang berada didalam ureter maupun system pelvikalises dapat dipecah melalui tuntutan
ureteroskopi/ureteronoskopi ini. d. Ekstrasi Dormia : yaitu mengeluarkan batu ureter dengan menjaring melalui alat keranjang Dormia. 4. Pelarutan Batu Infus cairan kemolitik missal agens pembuat basa (alkylating) dan pembuatan asam (acidifying) untuk melarutkan batu dapat dilakukan sebagai alternative penanganan untuk pasien kurang beresiko terhadap terapi lain dan menolak metode lain atau mereka yang memiliki batu yang mudah larut (struvit) nefrostomi perkutan dilakukan dan cairan pengirigasi yang hangat dialirkan secara terus menerus ke batu. Cairan pengirigasian memasuki duktus kolektikus ginjal
10
melalui ureter atau selang nefrostomi. Tekanan di dalam piala ginjal dipantau selama prosedur. 5. Bedah Terbuka Di klinik-klinik yang belum mempunyai fasilitas yang memadai untuk tindakan-tindakan endourologi, laparaskopi, maupun ESWL, pengambilan batu masih dilakukan melalui pembedahan terbuka. Pembedahan terbuka itu antara lain adalah : pielolitotomi atau nefrolitotomi untuk mengambil batu di saluran ginjal, ureterolitotomi untuk batu di ureter, vesikolitotomi untuk batu buli-buli dan ureterolitotomi untuk batu uretra. Tidak jarang pasien harus menjalani tindakan nefrektomi atau pengambilan ginjal karena ginjalnya sudah tidak berfungsi dan berisi nanah (pionefrosis) akibat dari batu saluran kemih yang menimbulkan obstruksi dan infeksi yang menahun. Diet atau pengaturan makanan sesuai jenis batu yang ditemukan. 1. Batu kalsium oksalat Makanan yang harus dikurangi adalah jenis makanan yang mengandung kalsium oksalat seperti: bayam, daun sledri, kacangkacang-kacangan, kopi, coklat; sedangkan untuk kalsium fosfat mengurangi makanan yang mengandung tinggi kalsium seperti ikan laut, kerang, daging, sarden, keju dan sari buah. Diit rendah kalsium, thiazide : mengurangi kalsium dalam urine dan menurunkan kadar parathormon 2. Batu struvite; makanan yang perlu dikurangi adalah keju, telur, susu dan daging. 3. Batu cystin; diit rendah protein, penisilin untuk mengurangi sistin dalam urine. Makanan yang perlu dikurangi antara lain sari buah, susu, kentang. 4. Batu asam urat : diit rendah purine, allopurinol (zyloprim) untuk mengurangi asam urat serum dan eksresi asam urat kedalam urine 5. Anjurkan konsumsi air putih kurang lebih 3 -4 liter/hari serta olah raga secara teratur.
11
I. Diagnosa Keperawatan NO. Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri Tujuan dan Kriteria Intervensi Hasil akut Setelah dilakukan 1. Catat keperawatan lokasi,lamanya 1. Evaluasi tempat obstruksi dan kemajuan gerakan Rasional
intensitas,penyebaran,pe rhatikan tanda-tanda non verbal,misalnya merintih,mengaduh dan gelisahansietas. 2. Jelaskan penyebab nyeri
peningkatan frekuensi pada klien X di ruang /dorongan kontraksi melati jam, selama masalah 3x24 nyeri
ureteral,trauma
jaringan,pembentukan hilang atau berkurang edema,iskemia seluler. Kriteria Hasil: Pasien rileks. Pasien mampu tampak
pasien serta menurunkan ansietas 3. Meningkatkan relaksasi,menurunkan tegangan otot, 4. Mengarahkan perhatiandan kembali membantu
dan
perubahan
tidur/istirahat dengan tenang Tidak gelisah, tidak merintih Pasien melaporkan nyeri berkurang dari skala 6 menjadi 4
penggunaan berfokus
5. Bantu dengan ambulasi sering indikasi pemasukan sedikitnya atau 3-4 sesuai dengan
batu
sesuai
indikasi. 6. Perhatikan keluhanpeningkatan/me netapnya abdomen. 7. Berikan kompres hangat pada punggung nyeri
12
dilakukan 1. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah berhubungan dengan tindakan keperawatan melakukan tindakan keperawatan. stasis urine dan pada klien X di ruang 2. Instruksikan pada adanya batu pada melati selama 3x24 pengunjung untuk mencuci tangan sebelum ureter. jam, masalah resiko dan sesudah berkunjung infeksi dapat berkurang pada pasien. 3. Tingkatkan intake atau teratasi. nutrisi. Kriteria hasil: 4. Observasi tanda dan gejala infeksi klien bebas dari Kolaborasi tanda dan gejala 5. Berikan antibiotic bila perlu. infeksi 6. Monitor nilai leukosit Leukosit dalam Risiko tinggi infeksi Setelah batas normal <
1. Mencegah terjadi infeksi nosokomial. 2. Mencegah infeksi. 3. Nutrisi yang baik dapat meningkatkan imun 4. Mengidentifikasi infeksi dan dini
mencegah
infeksi berlanjut. 5. Untuk mencegah terjadi infeksi 6. Nilai leukosit merupakan indicator adanya infeksi.
yang adekuat
13
3.
eliminasi Setelah
dilakukan 1. Awasi pemasukan dan 1. Evaluasi keperawatan pengeluaran karakteristik urine serta dengan
fungsi
ginjal
berhubungan tindakan
batu,iritasi ginjal,atau jam, masalah gangguan ureter,obstruksi mekanik inflamsi. Kriteria : Haematuria ada. Poliuria terjadi Rasa terbakar tidak ada. Dorongan berkemih berkurang tidak
dapat
eksitabilitas saraf, yang menyebabkan kebutuhan sensasi berkemih .segera. 3. Membilas bakteri, darah
tidak 5. Observasi
keluhan
dan
debris,
membantu
lewatnya batu.
mental.,perilaku
jaringan, potensial resiko infeksi dan GGK. 6. Ketidakseimbangan elektrolit dapat menjadi toksik pada SSP.
Kolaborasi ; 1. Monitoring pemeriksaan 1. Peninggian BUN,indikasi lab, BUN, kreatinin 2. Ambil urine disfungsi ginjal.
kultur dan sensitivitas 3. Berikan obat sesuai dgn 3. program; a. diamox, alupurinol b. Esidrix, Higroton c. Amonium
produksi
14
e. Antibiotik
f. Nabic
g. Asam Askorbat
patensi
Asam
pembentukan
4.
dilakukan 1. Catat insiden muntah, 1. Mengesampingkan keperawatan diare, karakteristik, frekuensi. perhatikan kejadian abdominal lain.
cairan 3-4 lt / hari dalam 3. Penurunan toleransi jantung. 3. Awasi tanda nadi, dan vital, turgor merangasang renin, yang
evaluasi kulit
membran 4. Peningkatan
mukosa.
cepat,waspada retensi
Tanda vital stabil 4. Timbang berat badan (TD 120/80 mmHg. tiap hari
Nadi 60-100, RR16- Kolaborasi: 20, 37C) suhu 36.5- 1. Awasi Hb,Ht,elektrolit, 1. Mengkaji 2. Berikan cairan IV hidrasi,
kebutuhan intervensi.
15
Membran lembab
mukosa
jernih,makanan
lembut
antiemetik,(misal compazin ) 5. Kurang pengetahuan Setelah tentang kebutuhan pengobatan diet, dan tindakan dilakukan 1. Kaji keperawatan ulang
3x24 2. Kaji ulang program diet, 2. Pemahaman dapat sesuai dengan indikasi
tentang 3. Diskusikan tentang: program Pemberian diet rendah purin, (membatasi daging berlemak, kalkun, tumbuhan
informasi,
pengobatan
mencegah kekambuhan. 3. Menurunkan pemasukan oral terhadap prekursor asam urat 4. Menurunkan pembentukan kalsium. resiko batu
program 4. Pemberian diet rendah Ca keju, yogurt) 5. Pemberian diet rendah oksalat konsumsi minuman bayam. 6. Diskusikan obat-obatan program ,hindari (membatasi sayur susu,
menghindari kontraindikasi.
16
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8, volume 2, EGC: Jakarta. Carpenito, Linda Juall. 1995. Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan ( terjemahan). EGC: Jakarta. Doenges,et al. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan ( terjemahan). EGC: Jakarta Digiulio Mary, dkk. 2007. Medical Surgical Nursing Demystified. New York Chicago San Fransisco Lisbon London, Mexico City Milan New Delhi San Juan Seoul, Singapore Sydney Toronto. Soeparman. 1990. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, Balai Penerbit FKUI, Jakarta. Sylvia dan Lorraine. 1999. Konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi empat, buku kedua. EGC: Jakarta.
17
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
A. Identitas Pasien 1. Nama 2. Umur 3. Jenis Kelamin 4. Agama 5. Suku/Bangsa 6. Pendidikan 7. Pekerjaan 8. Alamat 9. Penanggung Jawab 10. Hubungan dengan pasien : Tn.D : 48 Tahun : Laki-Laki : Islam : WNI : SMP : Petani : Condong Catur,Depok,Sleman Yogyakarta : Ny.D : Istri
B. Riwayat Kesehatan 1. Keluhan Utama kanan. 2. Riwayat Penyakit Sekarang : Biasanya klien mengalami nyeri pada sudut : Klien mengatakan nyeri pinggang sebelah
kostovertebralis, dan didapatkan nyeri tekan dan nyeri ketok, biasanya klien mengalami mual, muntah, hematuri, Buang Air Kecil (BAK) menetes, BAK tidak tampias, rasa terbakar, penurunan haluaran urin, dorongan berkemih. 3. Riwayat Penyakit Dahulu dahulu yang serupa. 4. Riwayat Alergi alergi 5. Riwayat Kesehatan Keluarga menderita penyakit serupa. : Keluarga klien tidak ada yang pernah : Klien mengatakan tidak mempunyai riwayat : Klien mengatakan tidak ada riwayat penyakit
18
KETERANGAN:
WANITA
PRIA
PRIA SAKIT
C. Pola Fungsi Kesehatan 1. Pola Nutrisi a. Makan Pengkajian Jenis Porsi Frekuensi Sebelum Sakit Nasi, sayuran & lauk-pauk Satu porsi 3xsehari malam) Diet Khusus Tidak ada diet khusus (pagi, siang Saat Sakit Bubur Setengah porsi & 3xsehari siang,&malam) Tidak bayam Makanan yang disukai Mie Ayam Tidak ada makanan boleh makan (pagi,
sayur bayam Nafsu makan Kesulitan menelan Dalam batas normal Kurang ada kesulitan
tambahan lain
19
b. Minum Pengkajian Frekuensi Jumlah (cc) Jenis Data Tambahan lain Sebelum Sakit 7-8 xsehari 1200 cc/hari Air putih, susu Tidak ada data tambahan lain Saat Sakit 4-5xsehari 650 cc/hari Air putih, susu Tidak ada data
tambahan lain c. Antropometri Berat Badan Sebelum sakit Saat sakit Tinggi Badan Pemeriksaan Hasil Keterangan : 60 kg : 55 kg : 160cm BB Ideal 91,6 % Normal IMT 21,48 kg Normal Presentase Penurunan BB
Keterangan: BB Ideal = BB/TB 100 x 100% >120 % obesitas 110-120% overweigth 80-109% normal <80% underweigth Indeks Masa Tubuh (IMT)= BB(kg)/TB (m)2 <20 under W 20-24 Normal 25-30 Overweight >30 Obesitas Persentase penurunan BB = BB sblm skt-BB saat ini x 100% BB sblm skt
Masalah Keperawatan:
d.
Tidak Ada Masalah Keperawatan
Klien mengatakan tidak mengerti tentang penyakitnya dan klien langsung memeriksakannya ke rumah sakit.
Masalah Keperawatan: Kurang Pengetahuan
3.Pola Istirahat/Tidur Pemeriksaan Jml jam tidur siang Jml jam tidur malam Pengantar tidur Gangguan tidur Perasaan waktu bangun Sebelum Sakit 2 jam 8 jam Suasana tenang Tidak ada Segar bugar Saat Sakit 1 jam 7 jam Suasana tenang Tidak ada Lelah
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan dengan pola istirahat klien.
4.Pola aktivitas latihan Pemeriksaan Alat Bantu Mandi Gosok Gigi Keramas Potong Kuku Berpakaian Eliminasi Mobilisasi Ambulasi Naik/Turun Tangga Rekreasi Sebelum Sakit 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Saat Sakit 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0
Skor 0 : Mandiri
21
1 : Dibantu sebagian 2 : Perlu bantuan orang lain 3 : Perlu bantuan orang lain dan alat 4 : Tergantung/tidak mampu
Masalah Keperawatan:
5. Pola Konsep Diri a. Body image b. Ideal diri c. Harga diri d. Peran e. Identitas diri : Klien menyukai tahi lalat yang ada di pipi kanannya : Klien berharap bias sembuh dengan penyakitnya : Klien merasa sedih dengan penyakitnya. : Klien mengatakan dirinya sebagai kepala keluarga : Klien seorang laki-laki (48 Tahun)
Masalah Keperawatan:
6.Pola Eliminasi
Saat Sakit
(Kuat,
22
Nyaman
Nyaman 600 cc
Tidak ada
Saat Sakit
Balance Cairan
Pemeriksaan Intake
Total
890
Output
1250cc
Balance Cairan
-360 cc
Masalah Keperawatan:
23
8. Pola Kognitif perceptual a.Bicara b.Bahasa : berbicara dengan jelas : menggunakan bahasa jawa
c. Kemampuan membaca : baik, klien mampu membaca dengan baik dan benar d.Tingkat ansietas e.Perubahan sensori : Klien mengatakan tidak cemas. : Tidak ada
9. Pola Koping a. Pola koping : mengatasi masalah dengan memeriksakan ke rumah sakit. b. Pola peran dan berhubungan
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah dengan pola koping klien.
10. Pola Peran - Hubungan a. Pekerjaan b.Hub. Dengan orang lain c.Kualitas bekerja d. System pendukung : tidak bekerja semenjak sakit : baik : tidak ada : keluarga
24
11.Pola Seksual Reproduksi a. Status perkawinan b. Pola seksual reproduksi : Menikah : tidak ada masalah
c. Masalah yang terkait dengan kesehatan reproduksi : tidak ada masalah dan tidak ada kelainan pada alat reproduksi
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah dengan pola seksual reprodeksi
c. Pemeriksaan Fisik 1. Tingkat Kesadaran : CM 2. Tanda Vital dan Respon Nyeri a. Nadi b. Suhu c. RR d. Tekanan Darah e. Nyeri : -Palliative/Profokatif :Batu Saluran Kemih - Quality :Seperti tertusuk-tusuk - Region : : 90x/mnt (normal 60-100x/mnt) : 37,6oC (normal 36o-37,5oC) : 24x/mnt (normal 16-24x/mnit) : 140/90 mmHg
Depan Belakang
25
3. Kepala : Kulit Rambut Muka : Tidak ada lesi, Teraba kasar menebal : Tidak ada kotoran, hitam tebal :simetris, tidak ada lesi dan warna kulit muka sawo matang.
4. Sistem Sensori Persepsi Mata Inspeksi Konjungtiva Sklera Pupil Palpebra Lensa Palpasi Tekanan intra Okular : tidak ada masalah dengan TIO, tidak terdapat nyeri tekan saat dipalpasi, tekanan terasa halus Hidung : simetris, tidak terdapat epistaksis, dapat bernapas dengan : warna merah muda dan tidak terdapat lesi : tidak terdapat lesi dan berwarna putih : isokor : simetris, menutup sempurna dan tidak ada lesi : warna bening, dapat melihat dengan jelas
sempurna, lubang hidung tidak terdapat sumbatan Gigi Bibir Leher Telinga Lubang Telinga : lengkap, tidak ada sumbatan dan bersih : Tumbuh dengan sempurna : berwarna merah muda da tidak kering : tidak nyeri saat dipalpasi, kasar dan tidak ada lesi
Membran Tympani : lengkap dan dapat mendengar dengan sempurna Gangguan Pendengaran
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah sensori persepsi
26
5. Sistem Respirasi a. Inspeksi Bentuk b. Palpasi Tractil Fremitus c. Perkusi d. Auskultasi Suara Nafas : vesikuler : tidak ada nyeri tekan : resonan : simetris, tidak terdapat lesi, warna kulit sawo matang
6. Sistem Kardiovaskuler a. Inspeksi Bentuk b. Palpasi Iktus Cordis c. Perkusi Batas Jantung sampai V sinistra Pembesaran Jantung d. Auskultasi Bunyi normal Bunyi tambahan e. Cappilary Refill : lup dan dup : tidak terdapat bising pada SI dan tidak terdapat murmur : < 2 detik : tidak ada pembesaran pada jantung : terletak di Intercostal I sampai III dextra dan intercosta III : teraba pada intercosta ke V : simetris, tidak terdapat lesi dan warna sawo matang
27
b. Sistem sensorik Tajam Tumpul Halus Kasar : dapat merasakan ketajaman dengan baik pada suatu respon : mampu membedakan repon tumpul dan tajam dengan baik : mampu merasakan respon halus terhadap suatu benda : dapat merasakan respon kasar terhadap suatu benda
c. Sistem motorik Keseimbangan Koordinasi gerak : Dapat menahan keseimbangan tubuh secara menyeluruh : gerakan tidak terkoordinasi dengan baik
d. Reflek Bisep Trisep Patella Meningeal Babinsky Chaddock : dapat berespon dengan sempurna dan gerakan refleks baik : dapat berespon dengan sempurna dan gerakan refleks baik : dapat berespon dengan sempurna dan gerakan refleks baik : dapat berespon dengan sempurna dan gerakan refleks baik : dapat berespon dengan sempurna dan gerakan refleks baik : dapat berespon dengan sempurna dan gerakan refleks baik
6. Sistem Gastrointestinal a. Inspeksi Bentuk Tepi Perut : simetris dan tidak ada lesi : semetris, tidak terdapat lesi
: tidak ada
Peristaltik c. Palpasi Nyeri Massa Benjolan Pembesaran hepar Pembesaran Lien Titik Mc. Burney d. Perkusi e. Rektum
: 20 x/mnt
: tidak ada nyeri saat dipalpasi : tidak terdapat massa saat dipalpasi : tidak terdapat benjolan : tidak ada pembesaran hepar : tidak ada pembesaran lien : tidak nyeri saat dipalpasi
: suara pekak dan tidak terdapat hepatomegali dan splenomegali : tidak terdapat hemoroid, tidak nyeri dan mengejan dengan baik
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah 7. Sistem Musculoskeletal a. ROM b. Keseimbangan c. Kekuatan otot Ekstremitas superior dextra : 5/5, eketremitas kanan atas bisa bergerak melawan tahanan pemeriksa Ekstremitas superior sinistra : 5/5, Ekstremitas kiri atas bisa bergerak melawan tahanan pemeriksa Ekstremitas inferior dextra : 5/5, Ekstremitas kanan bawah bisa bergerak melawan tahanan pemeriksa Ekstremitas inferior sinistra : 5/5, Ektremitas kiri bawah bias bergerak melawan tahanan pemeriksa Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan : Gerakan otot aktif : mampu melakukan gerakan dengan seimbang
8. S i s t em Integument a. Inspeksi b. Palpasi : kulit kering : tidak ada masa atau benjolan.
c. Pitting Oedem : tidak terdapat pitting oedem (turgor kulit lebih dari 2 detik)
29
d. Akral
: teraba hangat
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan 9. Sistem Reproduksi a. Pria Inspeksi Palpasi : bentuk normal, tidakada lesi dan tidak ada nyeri tekan, : tidak ada nyeri tekan, tidak ada lesi dan kulit terasa halus
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan 12. Pemeriksaan penunjang a. Laboratorium Hari/Tgl/ Jam Sabtu, febuari 2014 08.00 WIB 1 Jenis Pemeriksaan 1. Ureum 2. Kreatinin 3. Kalsium 4. Leukosit 15 ribu 202,32 mg/dl 3,93 mg/dl 450 mg Hasil Nilai Normal Keterangan
b. USG/EKG/EEG/MRI/Pemeriksaan lain Hari/Tgl/Jam Kesan Sabtu, febuari 2014 13.00 WIB 1 Terdapat gambaran hidrinefrosis pada ginjal sebelah kanan dan tampak ada batu urine.
30
ANALISA DATA
No Data Fokus
Etiologi
Problem
Kode Nanda
Paraf
1.
DS :
00132
Ners N
tertusuk-tusuk - R :
2.
DS
00126
Ners D
mengatakan mengerti
penyakit yang sedang dialaminya sekarang DO : wajah klien tampak kebingungan saat di Tanya tentang penyakitnya.
31
3.
DS
Klien stasis
urine batu
00004
Ners T
mengatakan nyeri dan adanya panas saat berkemih. DO : - Wajah tampak klien tegang ureter.
menahan kesakitan - S : 37,6 C - Leukosit : 15 ribu 4. DS : Klien mual,muntah,diuresis Resiko kekurangan volume cairan 00028 Ners B
mengatakan mual dan pascaobstruksi. disertai muntah. DO : - Turgor kurang elastis - Kulit klien tampak kering 5. DS : Obstruksi kulit
00016
Ners R
- Klien mengatakan Stimulasi sering berkemih DO : - Klien sering kemih iritasi tampak ureter, mondar-
oleh ginjal,
32
IMPLEMENTASI HARI PERTAMA No. Hari/Tgl/Jam 1. Jumat 28 feb 2014 O9.00 wib Diagnosa Keperawatan Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan frekuensi /dorongan kontraksi ureteral,traum a jaringan,pemb entukan edema,iskemi a seluler. Respon Klien (Evaluasi Formatif) S:- klien mengatakan nyeri pada 1. Mencatat daerah pinggang atas. Pada saat lokasi,lamanya mengangkat beban. -rasa nyeri seperti di tusukintensitas,penyebar tusuk skala nyeri 5. an,perhatikan O:-Klien tampak merintih, tanda-tanda non menyeringai. -dan klien menahan sakit dan verbal,misalnya bingung. merintih,mengaduh dan gelisahansietas. S:O: Di beri penjelasan tentang penyebab nyeri dan penyebab nyeri karena adanya sumbatan pada saaluran perubahan kemih(ureter). karakteristik nyeri. -dan karakteristik nyeri pada daerah saluran kemih. 3. Memberikan 2. Menjelaskan tindakan nyaman,misalnya pijatan punggung,ciptakan lingkungan tenang. 4. Membantu atau S:Klien mengatakan masih merasakan nyeri dorong O:Klien tampak menahan nyeri penggunaan nafas berfokus 5. Membantu dengan S:O: ambulasi sering sesuai dengan yang S: klien mengatakan masih merasakan nyeri . O:Klien tampak menyeringai saat dilakukan pemijitan Implementasi Paraf Ners B
sedikitnya
3-4
lt/hari atau sesuai dengan indikasi. 6. Memperhatikan keluhan peningkatan/menet apnya abdomen. 7. meberikan kompres hangat S:O: Klien tampak menahan nyeri. nyeri S: Klien mengatakan masih merasakan nyeri O: klien tampak ada peningkatan nyeri pada daerah abdomen
pada punggung MENGKOLABORASI: 3. Berikan obat sesuai S:O:Memberikan masing-masing dengan indikasi obat yang di butuhkan sesuai dosis yang telah di anjurkan. d. Narkotik e. Antispasmodik f. Kortikosteroid
2.
Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan stasis urine dan adanya batu pada ureter.
1. Mencuci tangan setiap sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan. 2. Meinstruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah berkunjung pada pasien. 3. Meningkatkan intake nutrisi. 4. Mengobservasi tanda dan gejala infeksi Mengolaborasi :
Ners B
34
3.
Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan stimulasi kandung kemih oleh batu,iritasi ginjal,atau ureter,obstruk si mekanik atau inflamsi.
Ners B
pengeluaran dalam S:O:urinek/p kirim ke lab untuk dianalisa. 5. Mengobservasi S :keluhan kandung O : tampak tidak seimbang antara output dan input klien kemih,palpasi dan Sedikit urin yang dikeluarkan. perhatikan output,dan edema. 6. Mengobservasi perubahan status S:O:-
mental.,perilaku atau kesadaran. 7. mengkolaborasi: 8. Memonitoring pemeriksaan BUN, kreatinin 9. Mengambil S:untuk kultur dan O: sensitivitas 10. Memberikan sesuai program; obat dgn S:O: dengan dosis yang telah di tentukan. urine lab, S :O :tingkat
35
-diamox, alupurinol -Esidrix, Higroton -Amonium Klorida,Kalium,,atau Natrium,fosfat,. -Agen (Ziloprim) antigon,
-Antibiotik
-Nabic
-Asam Askorbat
11. Mempertahankan patensi Mengirigasi dengan Asam atau larutan alkalin. 4. Jumat 28 feb 2014 10.30 wib Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan 03 e dengan i mual,muntah, diuresis 2 pascaobstruksi 0 . 1 3 1. mencatat insiden S: klien mengatakan nyeri perut dan mula dan muntah . muntah, diare, O: klien tampak mual dan muntah saat makan. perhatikan karakteristik, frekuensi. 2. Meningkatkan S: pemasukan cairan O: klien tampak sedikit minum air.2 lt/hari 3-4 lt / hari dalam toleransi jantung. 3. Mengawasi S: vital, evaluasi nadi, O:TD:140/90 mmhg N: 90x/menit turgor kulit dan RR:24x/menit membran mukosa. -Membran mukosa tampak kering 4. Menimbang berat -Turgor kulit kering.
36
kateter
S: O:-
Ners B
dan
tanda
badan tiap hari Mengkolaborasi: 1. Mengawasi Hb,Ht,elektrolit, 2. Memberikan cairan IV S: O: klien tampak di berikan cairan RL diet S:O: Memberikan makanan rendah lemak dan tinggi protein. S: O:-
sesuai
dengan toleransi 4. Memberikan obat sesuai dengan indikasi antiemetik,(misal compazin ) 5. Jumat 28 feb 2014 11.00 wib Kurang pengetahuan tentang diet, dan kebutuhan pengobatan 1. Mengkaji proses ulang S: O: penyakit Ners B S: O: sesuai dengan dosis yang di berikan .
dan harapan masa datang 2. Mengkaji program sesuai indikasi 3. Mendiskusikan tentang: Pemberian rendah S:O: klien tampak mengkonsumsi diet rendah purin . purin, ulang S:O:diet, dengan
37
diet
keju, sayur hijau, yogurt) 5. Memberikan rendah membatasi konsumsi minuman bir, bayam. 6. Mendiskusikan program obatan obat bebas obat,hindari yang dijual dan baca S: O:coklat, kafein, diet S:O:klien tampak menglakukan diit yang sudah di tentukan
oksalat
labelnya.
HARI KE DUA No. Hari/Tgl/Jam 1. Jumat 28 feb 2014 O9.00 wib Diagnosa Keperawatan Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan frekuensi /dorongan kontraksi ureteral,traum a jaringan,pemb entukan edema,iskemi a seluler. Implementasi 8. Mencatat lokasi,lamanya intensitas,penyebar an,perhatikan tanda-tanda verbal,misalnya Respon Klien (Evaluasi Formatif) S: :- klien mengatakan masih nyeri pada daerah pinggang atas. Pada saat mengangkat beban. -rasa nyeri seperti di tusuktusuk skala nyeri 3. Paraf Ners B
merintih,mengaduh dan gelisahansietas. 9. Menjelaskan S : Di beri penjelasan tentang penyebab nyeri karena adanya penyebab nyeri dan sumbatan pada saaluran
38
perubahan karakteristik nyeri. 10. Memberikan tindakan nyaman,misalnya pijatan punggung,ciptakan lingkungan tenang. 11. Membantu dorong atau yang
S: klien mengatakan masih merasakan nyeri . O:Klien tampak masih menyeringai saat dilakukan pemijitan
S:Klien mengatakan masih merasakan nyeri penggunaan nafas O:Klien tampak menahan nyeri berfokus 12. Membantu dengan ambulasi sesuai sering S:O:dengan
lt/hari atau sesuai dengan indikasi. 13. Memperhatikan keluhan peningkatan/menet apnya abdomen. 14. Memberikan kompres hangat S: klien mengatakan masih merasa nyeri pada punggungnya O: Klien tampak menahan nyeri. nyeri S: Klien mengatakan masih merasakan nyeri O: klien tampak masih merasa nyeri pada daerah abdomen
4. Berikan obat sesuai S:dengan indikasi g. Narkotik O:Memberikan masing-masing obat yang di butuhkan sesuai dosis yang telah di anjurkan.
39
h. Antispasmodik i. Kortikosteroid Pertahankan patensi kateter bila digunakan. 1. Mencuci tangan setiap sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan. 2. Meinstruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah berkunjung pada pasien. 3. Meningkatkan intake nutrisi.
2.
Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan stasis urine dan adanya batu pada ureter.
Ners B
S: O: leukosit 15 rb S:O:Klien tampak masih dan mengalami penurunan urine saat serta berkemih. Ners B
3.
Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan stimulasi kandung kemih oleh batu,iritasi ginjal,atau ureter,obstruk si mekanik atau inflamsi.
karakteristik urine 13. Menentukan pola S:O:S:- klien mengatakan jarang minum air putih O:Klien tampak minum air mineral kurang dari 6 gelas
berkemih normal. 14. Mendorong meningkatkan pemasukan cairan 15. Mencatat adanya
urinek/p kirim ke lab untuk dianalisa. 16. Mengobservasi S :O : tampak tidak seimbang kemih,palpasi dan antara output dan input klien Urin yang dikeluarkan tampak perhatikan Sedikit output,dan edema. keluhan kandung 17. Mengobservasi perubahan S:status O:- klien tamapak masih lemas
mental.,perilaku atau kesadaran. 18. Memonitoring pemeriksaan BUN, kreatinin 19. Mengambil urine lab, S :O :-kreatinin : 3,93 mg/dl tingkat
untuk kultur dan S: klien mengatakan merasa nyeri dan panas saat berkemih sensitivitas O: klien tampak masih merasa 20. Memberikan obat sakit saat berkemih sesuai program; -diamox, alupurinol -Esidrix, Higroton -Amonium Klorida,Kalium,,atau Natrium,fosfat,. -Agen (Ziloprim) antigon, S:O: memberikan dengan dosis yang telah di tentukan. dgn
-Antibiotik
-Nabic
41
-Asam Askorbat
21. Mempertahankan patensi Mengirigasi dengan Asam atau larutan alkalin. S: O:kateter
4.
Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan 04 e dengan i mual,muntah, diuresis 2 pascaobstruksi 0 . 1 3
insiden S: klien mengatakan nyeri perut, mual disertai muntah . diare, O: klien tampak mual muntah dan
Ners B
S: pemasukan cairan O: klien tampak masih sedikit minum air.2 lt/hari 3-4 lt / hari dalam toleransi jantung.
7. Mengawasi
S: vital, evaluasi nadi, O:TD:140/90 mmhg N: 90x/menit turgor kulit dan RR:24x/menit membran mukosa. -Membran mukosa klien masih tampak kering -Turgor kulit kering. 8. Menimbang berat S: badan tiap hari O:-
tanda
dengan toleransi 8. Memberikan obat sesuai dengan indikasi antiemetik,(misal compazin ) 5. Jumat 28 feb 2014 11.00 wib Kurang pengetahuan tentang diet, dan kebutuhan pengobatan 7. Mengkaji proses ulang S: O: penyakit Ners B S: O: sesuai dengan dosis yang di indikasikan
dan harapan masa datang 8. Mengkaji program sesuai indikasi 9. Mendiskusikan tentang: Pemberian rendah S:O: klien tampak mengkonsumsi diet rendah purin . purin, ulang S:O:diet, dengan
(membatasi daging berlemak, kalkun, tumbuhan polong, gandum, alkohol) 10. Memberikan rendah (membatasi diet S:O:klien tampak melakukan diet Ca yang di anjurkan. susu,
keju, sayur hijau, yogurt) 11. Memberikan rendah membatasi S:oksalat O:klien tampak menglakukan diet yang sudah di tentukan diet
43
12. Mendiskusikan program obatan obat bebas obat,hindari yang dijual dan baca
labelnya.
HARI KE TIGA No. Hari/Tgl/Jam 1. Jumat 28 feb 2014 O9.00 wib Diagnosa Keperawatan Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan frekuensi /dorongan kontraksi ureteral,traum a jaringan,pemb entukan edema,iskemi a seluler. Implementasi 15. Mencatat lokasi,lamanya intensitas,penyebar an,perhatikan tanda-tanda verbal,misalnya merintih,mengaduh dan gelisahansietas. 16. Menjelaskan S: klien mengatakan sudah penyebab nyeri dan mengerti apa yang di jelaskan O: Di beri penjelasan tentang perubahan penyebab nyeri karena adanya karakteristik nyeri. sumbatan pada saaluran kemih(ureter). 17. Memberikan -dan karakteristik nyeri yang di rasakan pada daerah saluran tindakan kemih berkurang. nyaman,misalnya S: klien mengatakan sudah tidak merasakan nyeri . punggung,ciptakan O:Klien tampak rileks saat lingkungan yang dilakukan pemijitan pijatan tenang.
44
Respon Klien (Evaluasi Formatif) S:- klien mengatakan nyeri pada daerah pinggang berkurang. O:-Klien tampak tidak merasa nyeri -dan klien tampak tidak non menahan rasa nyeri
Paraf Ners B
atau
S:Klien mengatakan sudah tidak merasakan nyeri penggunaan nafas O:Klien tampak tenang berfokus 19. Membantu dengan ambulasi sesuai sering dengan S:O:
lt/hari atau sesuai dengan indikasi. 20. Memperhatikan keluhan peningkatan/menet apnya abdomen. 21. meberikan kompres S:- klien mengatakan tidak hangat merasa nyeri O: wajah Klien tampak tenang nyeri S: Klien mengatakan sudah tidak merasakan nyeri O: klien tampak rileks
pada punggung MENGKOLABORASI: 5. Berikan obat sesuai dengan indikasi j. Narkotik k. Antispasmodik l. Kortikosteroid Pertahankan patensi kateter bila digunakan. 1. Mencuci tangan setiap sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan. 2. Meinstruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah
S:O:Memberikan masing-masing obat yang di butuhkan sesuai dosis yang telah di anjurkan
2.
Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan stasis urine dan adanya batu pada ureter.
Ners B
berkunjung pada pasien. 3. Meningkatkan intake nutrisi. 4. Mengobservasi tanda dan gejala infeksi Mengolaborasi :
S:O: Memberikan makanan sedikit tapi sering -porsi yang diberikan habis
S:5. Memberikan antibiotic O:bila perlu. Monitor nilai leukosit S:O:memberikan dengan dosis yang di tentukan.
3.
Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan stimulasi kandung kemih oleh batu,iritasi ginjal,atau ureter,obstruk si mekanik atau inflamsi.
Ners B
karakteristik urine 23. Menentukan pola S:O:berkemih normal. S:- klien mengatakan sudah banyak minum air putih O:Klien tampak minum air mineral 3-4 lt/hr sesuai yang diindikasikan
pengeluaran dalam S:O:urinek/p kirim ke lab untuk dianalisa. 26. Mengobservasi kandung S :O : tampak seimbang antara kemih,palpasi dan output dan input klien Urin yang dikeluarkan tampak perhatikan sesuai yang diharapkan output,dan edema. keluhan 27. Mengobservasi perubahan status S:O:- klien tampak rileks
kesadaran. 28. mengkolaborasi: 29. Memonitoring pemeriksaan BUN, kreatinin 30. Mengambil urine lab, S :O :-
untuk kultur dan S: klien mengatakan sudah tidak merasa nyeri dan panas saat sensitivitas berkemih 31. Memberikan obat O: klien tampak tidak merasa nyeri saat berkemih sesuai dgn program; -diamox, alupurinol -Esidrix, Higroton -Amonium Klorida,Kalium,,atau Natrium,fosfat,. -Agen (Ziloprim) antigon, S:O: memberikan dengan dosis yang telah di tentukan.
-Antibiotik
-Nabic
-Asam Askorbat
47
4.
Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan 05 e dengan i mual,muntah, diuresis 2 pascaobstruksi 0 . 1 3
insiden S: klien mengatakan sudah tidak mual muntah diare, O: klien terlihat nyaman dan
Ners B
S: pemasukan cairan O: klien tampak minum 3-4 lt/hr sesuai yang di anjurkan 3-4 lt / hari dalam toleransi jantung.
11. Mengawasi
S: vital, evaluasi nadi, O:TD:130/90 mmhg N: 92x/menit turgor kulit dan RR:24x/menit membran mukosa. -Membran mukosa klien tampak lembab 12. Menimbang berat badan tiap hari Mengkolaborasi: 9. Mengawasi Hb,Ht,elektrolit, 10. Memberikan cairan IV 11. Memberikan tepat,cairan jernih,makanan lembut sesuai diet S:O: Memberikan makanan rendah lemak dan tinggi protein. S: O: klien tampak masih berikan cairan RL S: O:-
tanda
dengan toleransi 12. Membeerikan obat sesuai dengan indikasi antiemetik,(misal compazin ) 5. Jumat 28 feb 2014 11.00 wib Kurang pengetahuan 13. Mengkaji proses ulang S: O: penyakit
48
Ners B
dan harapan masa datang 14. Mengkaji program sesuai indikasi 15. Mendiskusikan tentang: Pemberian rendah S:O: klien tampak mengkonsumsi diet rendah purin . purin, ulang S:O:diet, dengan
(membatasi daging berlemak, kalkun, tumbuhan polong, gandum, alkohol) 16. Memberikan rendah (membatasi diet S:O:klien tampak melakukan diet Ca yang di anjurkan. susu,
keju, sayur hijau, yogurt) 17. Memberikan rendah membatasi konsumsi minuman bir, bayam. 18. Mendiskusikan program obatan obat bebas S: obat- O:S:oksalat O:klien tampak melakukan diet yang sudah di tentukan coklat, kafein, diet
labelnya.
49
EVALUASI No 1. Hari/tgl/jam Jumat 28 feb 2014 O9.00 wib Diagnosa Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan frekuensi /dorongan kontraksi ureteral,trauma jaringan,pembentukan edema,iskemia seluler. A : Masalah dapat teratasi O:-Klien tampak mampu melakukan teknik relaksasi -klien tampak lebih rileks Evaluasi sumatif Paraf
S:- klien mengatakan sudah tidak Ners merasa nyeri pada daerah pinggang B
P : Intervensi di hentikan
2.
infeksi S: klien mengatakan sudah tidak merasa panas dan nyeri saat berhubungan dengan stasis berkemih urine dan adanya batu pada Risiko tinggi ureter. O : klien tampak rileks
Ners B
P : Intervensi dihentikan
3.
Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan stimulasi kandung kemih oleh batu,iritasi ginjal,atau ureter,obstruksi mekanik atau inflamsi.
S: klien mengatakan sudah tidak merasa nyeri dan panas saat berkemih -klien mengatakan sudah banyak minum air putih O :Klien tampak berkemih dengan normal. -Klien tampak minum air mineral 3-4 lt/hr sesuai yang diindikasikan -tampak seimbang antara output dan input klien
50
Ners B
- klien tampak tidak merasa nyeri saat berkemih - klien tampak lebih rileks
A : Masalah Gangguan eliminasi urine dapat teratasi P : Intervensi di hentikan 4. Jumat 28 feb 2014 10.30 wib ei 201 Resiko tinggi kekurangan S: klien mengatakan sudah tidak mual muntah volume cairan berhubungan dengan mual,muntah,diuresis pascaobstruksi. O: klien tampak minum 3-4 lt/hr sesuai yang di anjurkan TD:130/90 mmhg N: 92x/menit RR:24x/menit -Membran mukosa klien tampak lembab. A: Masalah Resiko tinggi kekurangan volume cairan dapat teratasi Ners B
P : Intervensi dihentikan
5.
S: Klien mengatakan sudah paham tentang diet yang baik bagi kesehatannya
Ners B
O: klien tampak mengkonsumsi rendah purin . -klien tampak melakukan diet yang di anjurkan. A : Masalah Kurang pengetahuan tentang diet, dan kebutuhan pengobatan dapat teratasi P : Intervensi di hentikan
51
52