Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN SGD 5 BLOK 17 LBM 2 Kegagalan Perawatan Saluran Akar

Disusun Oleh, 1. Aria Rahmadani 2. Alifatul Rahmafitri 3. Karunia Budi H 4. Lola Carola 5. Nifarea Anlila V 6. Rizki Widya P 7. Shita Mahanani 8. Soraya Dewi I 9. Syarifah Nur L 10. Taufiah Resa A 11. Winda Puspitasari 12. Yoga Rizki Ramadhani 112080006 112110176 112110 112110208 112110213 112110224 112110225 112110226 112110227 112110 110110235 112110237

KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami bisa menyelesaikan laporan hasil SGD Gangren Pulpa. Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas SGD yang telah dilaksanakan. Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah membantu kami dalam mengerjakan laporan ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman mahasiswa yang juga sudah bersusah payah membantu baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan laporan ini. Keberadaan laporan ini sungguh sangat membahagiakan, karena selama ini mahasiswa kedokteran gigi dapat belajar mengenai topik atau subjek yang memang harus dipelajari. Kegagalan perawatan saluran akar yang dapat berpengaruh besar terhadap kesehatan gigi dan mulut pasien.. Tentunya ada hal-hal yang ingin kami berikan kepada masyarakat dari hasil laporan ini. Karena itu kami berharap semoga laporan ini dapat menjadi sesuatu yang berguna bagi kita bersama. Semoga laporan yang kami buat ini dapat membuat kita mencapai kehidupan yang lebih baik lagi. Amin. Jazakumullhahi khoiro jaza

Semarang, 17 Desember 2013 Penyusun

SKENARIO
Pasien perempuan, usia 52 tahun datang ke RSGM Unissula dengan keluhan gigi belakang bawah kanannya terasa nyeri, bengkak hilang timbul, goyang, dan tidak bisa dipakai untuk mengunyah makanan sejak 2 bulang yang lalu. Keluhan ini disertai rasa bau yang tidak enak yang keluar dari gigi tersebut. Kondisi ini menyebabkan pasien mengunyah dengan sisi sebelah kiri. Riwayat perawatan gigi tersebut pernah dirawat saraf di puskesmas sekitar 2 tahun yang lalu. OS memiliki riwayat DM terkontrol. Pasien ini mempertahankan giginya karena ingin bisa dipakai mengunyah kembali. Pada pemeriksaan objektif didapatkan : Ektra Oral (E/O) : - Tidak ditemukan kelainan Intra Oral (I/O) - Oral hygiene sedang. Kalkulus kelas 2 diregio kanan RA dan RB. - Gigi 46 : terdapat tambalan komposit besar (MOD). Perkusi dan tekan sakit. Pada gingival bagian bukal terdapat fistula. Tambalan bocor dan berubah warna. - Gigi terasa goyang derajat satu Pada pemeriksaan rontgen (RO) didapatkan : - Gigi 46 : terdapat gambaran radiopaque pada daerah atap pulpa dan koronal serta gambaran pengisisan saluran akar yang tidak hermetis dan tidak sepanjang kerja. Terdapat gambaran diffuse radiolusen pada derah apikal gigi. Terdapat pelebaran ligamen periodontal pada bagian mesial distal.

Dokter gigi menyarankan untuk dilakukan perawatan kembali pada gigi tersebut, tetapi pasien ingin dicabut saja. Kemudian dokter gigi menjelaskan indikasi dan kontraindikasi perawatan ulang pada gigi pasien. Keyword : Tambalan lepas, fistula, pengisian tidak hermetis dan tidak sepanjang kerja, pelebaran ligamen periodontal, diffuse radiolusen pada apikal gigi. Masalah : Kegagalan perawatan saluran akar

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belakangan ini diketahui bahwa banyaknya mahasiswa yang belum memahami mengenai Kegagalan Perawatan Saluran Akar dan kesulitan dalam mencari sumber belajar yang tepat dan dapat dipercaya. Dalam kenyataannya menunjukkan bahwa tidak banyak mahasiswa yang mau bersusah payah untuk mencari jawaban ataupun sumber-sumber belajar secara terperinci dan jelas. Oleh karena itu perlu diupayakan suatu pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam memahami dan mendapatkan sumber belajar mengenai Kegagalan Perawatan Saluran Akar yang baik agar dapat menyelesaikan soal pembelajaran. Upaya dalam meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menemukan sumber belajar merupakan suatu upaya yang paling logis dan realistis. Dosen ataupun Tutor sebagai salah satu faktor penting dalam upaya peningkatan keberhasilan pendidikan di Universitas, khususnya dalam peningkatan aktivitas dan hasil belajar, harus berperan aktif serta dapat memilih strategi pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan hasil belajar mahasiswa..

B. Learning Issues
1. 2. 3. 4. 5. Bedanya Gangren dan nekrosis Mekanisme fistul Indikasi dan kontraindikasi PSA ulang Tanda dan gejala kegagalan PSA Mengetahui perawatan dalam kegagalan PSA 1.

PEMBAHASAN
Perawatan saluran akar merupakan prosedur perawatan gigi yang bertujuan untuk mempertahankan gigi selama mungkin di dalam rongga mulut agar gigi tersebut dapat berfungsi kembali. Tidak semua perawatan saluran akar berhasil dengan baik, kegagalan perawatan mungkin saja terjadi. Kegagalan perawatan saluran akar bisa disebabkan oleh berbagai faktor, misalnya kondisi gigi, faktor penderita, serta faktor perawatan yang dilakukan. Kegagalan juga bisa disebabkan karena faktor non gigi, misalnya adanya penyakit pada jaringan penyangga gigi. Apabila terjadi rasa sakit/ bengkak setelah dilakukan perawatan saluran akar, mungkin saja rasa sakit dan bengkak yang terjadi itu karena kegagalan dari perawatan saluran akar yang sudah dilakukan. Kegagalan perawatan saluran akar memang bisa ditandai dengan adanya rasa sakit dan pembengkakan pada gusi. Rasa sakit dan pembengkakan mungkin bisa saja terjadi setelah beberapa waktu dilakukannya perawatan saluran akar. Biasanya rasa sakit tersebut tidak bisa hilang hanya dengan minum obat penghilang nyeri/sakit. Keberhasilan perawatan saluran akar itu sendiri tidak bisa ditentukan dengan pasti, biasanya keberhasilan dilihat mulai 6 bulan sampai 4 tahun setelah perawatan. Sebaiknya segera memeriksakan gigi yang sakit tersebut ke dokter gigi. Dokter gigi akan melakukan pemeriksaan yang seksama baik pemeriksaan secara langsung pada gigi yang bermasalah atau dengan pemeriksaan melalui foto ronsen gigi. Dari kedua jenis pemeriksaan ini, nantinya akan dapat ditentukan apakah memang gigi anda mengalami kegagalan perawatan saluran akar atau tidak. Apabila memang terjadi kegagalan perawatan saluran akar dan kondisi gigi masih memungkinkan, dokter gigi biasanya akan melakukan perawatan saluran akar ulang. Pada skenario diatas didapatkan diagnosa mengalami PSA yang gagal karena didapatkan pengisian saluran akar yang tidak hermetis sehingga menyebabkan rasa sakit giginya bau, nyeri bengkak hilang timbul dan diduga gangren pulpa/nekrosis pulpa disertai pus (abses periapikal), karena tambalan bocor, menyebabkan gigi mengeluarkan bau. Perbedaan antara Gangren pulpa dan Nekrosis pulpa : Gangren pulpa Adalah keadaan gigi dimana jaringan pulpa sudah mati sebagai sistem pertahanan pulpa sudah tidak dapat menahan rangsangan sehingga jumlah sel pulpa yang rusak menjadi semakin banyak dan menempati sebagian besar ruang pulpa. Sel-sel rusak tersebut akan mati dan menjadi antigen sel-sel sebagian besar pulpa yang masih hidup . proses terjadinya gangren pulpa diawali oleh proses karies. Karies dentin adalah suatu penghancuran struktur gigi (email, dentin dan cementum) oleh aktivitas sel jasad renik (mikro-organisme) dalam dental plak. Jadi proses karies hanya dapat terbentuk apabila terdapat 4 faktor yang saling tumpang tindih. Adapun faktor tersebut adalah bakteri, karbohidrat makanan, kerentanan permukaan gigi serta waktu. Perjalanan gangren pulpa dimulai dengan adanya karies yang mengenai email (karies superfisialis), dimana terdapat lubang dangkal, tidak lebih dari 1mm. Selanjutnya proses berlanjut menjadi karies pada dentin (karies media) yang disertai dengan rasa nyeri yang spontan saat pulpa terangsang oleh suhu dingin atau makanan yang manis dan segera hilang jika rangsangan dihilangkan. Karies dentin kemudian berlanjut menjadi karies pada pulpa yang didiagnosa sebagai pulpitis. Pada pulpitis terdapat lubang lebih daro 1mm. Pada pulpitis terdapat peradangan kamar pulpa yang berisi saraf, pembulug darah, dan pembuluh limfe, sehingga timbul rasa nyeri yang hebat, jika proses karies berlanjut dan mencapai bagian yang lebih dalam (karies profunda). Maka akan menyebabkan terjadinya gangren

pulpa yang ditandai dengan perubahan warna gigi terlihat berwarna kecoklatan atau keabu-abuan. Dan pada lubang perforasi tercium bau busuk akibat dari proses pembusukan dari toksin kuman. Gangren pulpa juga merupakan keadaan gigi dimana jaringan pulpa sudah mati sebagai sistem pertahanan, pulpa sudah tidak dapat menahan rangsangan sehingga jumlah sel pulpa yang rusak menjadi semakin banyak, dan menempati sebagian besar ruang pulpa. Gangren pulpa ditandai dengan perubahan warna gigi menjadi kecoklatan/keabuabuan dan pada lubang tercium bau busuk akibat proses pembusukan dari toksin kuman.

Nekrosis Pulpa Merupakan proses lanjut dari radang pulpa akut maupun kronis atauterhentinya darah secara tiba-tiba karena trauma. Nekrosi pulpa dapat terjadi parsial maupun full. Ada 2 macam nekrosis : a. Tipe koagulasi terjadi karena jaringan yang larut mengendap dan berubah menjadi bahan yang padat. b. Tipe liquefaction terjadi karena enzim proteolitik mengubah jaringan pulpa menjadi bahanyang lunak dan cair.Penyebabnya : 1. Microbakterial 2. Trauma fisik (benturan, radiasi). 3.Bahan-bahan kimia (tumpatan gigi, bahan korosif) 4. Reaksi hipersensitivitas

Umumnnya nekrosis pulpa disebabkan karena pulpitis reversible dan irreversible yang tidak ditangani dengan baik/benar (kegagalan perawatan). Nekrosis pulpa ditandai dengan hasil akhir berupa H2S, amoniak, bahan yang bersifat lemak,indikan, protamine, CO2 selain itu Indole, Skatol, Putresin dan kadaverin yang menimbulkan bau busuk. Ditemukan juga kuman saprofit anaerob MekanismeMeknisme terjadinya nekrosis pulpa merupakan penjalaran yang membutuhkan waktu yanglama. Proses terjadi nekrosis dimulai dari : Karies superfacial (karies email).Dimana terjadi pembentukan plak dan penguraian karbohidrat oleh bakteri dengan menggunakanenzim Ftase dan Gtase. Bakteri yang mengurai karbohidrat (sukrosa) akan menghasilkan asamsebagai hasil akhir yang meng-etsa email gigi hingga tebentuk kavitas. Karies dentinMerupakan kelanjutan invasi bakteri setelah terbentuk kavitas superfacial. Peradangan pulpa (infeksi pulpa)Merupakan reaksi terhadap invasi bakteri yang telah mengenai pulpa.Ditandai dengan terjadinya dilatasi pembuluh darah, peningkatan volume darah dalam ruangan pulpa (kongesti). Pulpitis Dibedakan menjadi 2 : - ReversibleInflamasi pulpa yang masih ringan yang disebabkan oleh stimuli tapi pulpa dapat kembali kekeadaan tidak terinflamasi bila stimuli dihilangkan. a. Kronik (tanpa gejala)/asimtomatik b. Akut (dengan gejala)/symtomatik - IreversibelInflamasi pulpa yang persisten yang dapat simtomatik ataupun asimtomatik yang menyebabkan pulpa menjadi nekrosis (mati).

Nekrosis pulpa juga merupakan kematian yang merupakan proses lanjutan dari radang pulpa akut maupun kronis atau terhentinya sirkulasi darah tiba-tiba akibat trauma. Pada setiap proses kematian pulpa selalu terbentuk hasil akhir berupa H2S, amoniak, dan juga indol,skatol, putresin, kadaverin yang menyebabkan bau busuk. Jika pada nekrosis ikut juga masuk kuman safrofit anaerob maka kematian pulpa ini disebut gangren pulpa

Mekanisme terjadinya kelainan periapikal Penyebab penyakit pulpa dan kelainan periapikal sangat berhubungan dengan bakteri. Bakteri yang terdapat pada jaringan pulpa akan mengakibatkan peradangan dan berlanjut kejaringan periapikal. Sumber utama bakteri dalam pulpa adalah karies. Bakteri pada karies akan memproduksi toksin yang akan berpenetrasi ke dalam pulpa melalui tubulus. Akibatnya, jaringan pulpa akan terinflamasi secara lokal pada basis tubulus yang terkena karies terutama oleh sel-sel inflamasi kronik seperti makrofag, limfosit, dan sel plasma. Jika pulpa terbuka, jaringan pulpa akan terinfiltrasi secara lokal oleh leukosit polimorfonukleus untuk membentuk suatu daerah nekrosis pada lokasi terbukanya pulpa. Jaringan pulpa bisa tetap terinflamasi untuk waktu yang lama sampai akhirnya menjadi nekrosis atau bisa dengan cepat menjadi nekrosis. Hal ini bergantung pada virulensi bakteri, kemampuan untuk mengeluarkan cairan inflamasi guna mencegah peningkatan tekanan intrapulpa yang besar, ketahanan host, jumlah sirkulasi, dan drainase limfe. Setelah nekrosis pulpa, reaksi inflamasi dari jaringan pulpa akan berlanjut kejaringan periapikal. Jaringan pulpa yang mengandung bateri serta toksinnya akan keluar melalui foramen apikal, yang mana foramen apikal ini merupakan penghubung pulpa dan jaringan peridonsium. Bakteri serta toksinnya dan mediator inflamasi dalam pulpa yang terinflamsi dapat keluar dengan mudah melalui foramen apikal sehingga menyebabkan kerusakan periapikal, hal ini dikarnakan dibagian foramen apikal terdapat bagian yang lunak untuk tempat keluarnya bakteri dan produknya. Peradangan yang meluas ke jaringan periapikal menyebabkan respon inflamasi lokal sehingga akan mengakibatkan kerusakan tulang dan resorpsi akar. Mekanisme terjadinya fistula dimulai dari adanya tambalan yang bocor dan kalkulus supragingiva pada poket periodontal menyebabkan bakteri masuk. Bila invasi bakteri dibiarkan maka akan masuk ke pembuluh darah menuju jaringan periapikal melalui apeks. Sel-sel darah putih yang merupakan pertahanan tubuh dalam melawan infeksi, bergerak ke dalam rongga tersebut dan setelah memfagosit bakteri, sel darah putih akan mati. Sel darah putih yang mati inilah yang membentuk nanah yang mengisi rongga tersebut. Akibat penimbunan nanah ini maka jaringan sekitarnya akan terdorong dan nanah akan mengisi ruangan yg kosong seperti saluran fistel. Hal ini merupakan mekanisme pertahanan tubuh untuk mencegah penyebaran infeksi lebih lanjut. Jika suatu abses pecah maka infeksi bisa menyebar tergantung kepada lokasi abses. Sehingga Abses Periapikal dapat didefinisikan sebagai suatu proses supuratif disekitar ujung akar gigi yang terjadi karena hancurnya jaringan dan merupakan respon inflamasi berlanjut dari jaringan periapikal terhadap iritasi pulpa.Perawatannya dengan: o Fistulotomi: Fistel di insisi dari lubang asalnya sehingga nanah bisa keluar dan dibiarkan terbukakarena bisa sembuh sendiri o Fistulektomi:Jaringan nanah harus di eksisi keseluruhannya untuk menyembuhkan fistula. Terapi terbaik pada fistula ani adalah membiarkannya terbuka.

Tanda dan Gejala Kegagalan PSA : Penentuan berhasil atau tidaknya suatu perawatan diambil dari pemeriksaan klinis dan radigrafis dan histologis (mikroskopis). Hanya temuan klinis dan radiografis yang dapat dievaluasi dengan mudah oleh dokter gigi, pemeriksaan histologis pada umumnya digunakan sebagai alat penelitian . Periode yang dianjurkan berkisar 6 bulan sampai 4 tahun. Keberhasilan yang nyata dalam kurun waktu satu tahun bukan keberhasilan yang langgeng karena kegagalan mungkin terjadi setiap saat (Walton & Torabinejad, 1996; Mardewi, 2003). Tanda-tanda Kegagalan secara Klinis Kegagalan perawatan saluran akar yang dilihat secara klinis yang lazim dinilai adalah tanda gejala klinis, yaitu : (Walton & Torabinejad, 1996; Mardewi, 2003) : - Rasa nyeri, baik secara spontan maupun bila kena rangsang. - Perkusi dan tekanan terasa peka. - Palpasi mukosa sekitar gigi terasa peka. - Pembengkakan pada mukosa sekitar gigi dan nyeri bila ditekan. - Adanya fistula pada daerah apical. Tanda-tanda Kegagalan secara Radiografis Kemungkinan kesalahan dalam interprestasi radiografis adalah faktor penting yang dapat merumitkan keadaan. Konsistensi dalam jenis film dan waktu pengambilan, angulasi tabung sinar dan film, kondisi penilaian radiograf yang sama merupakan hal-hal yang penting untuk diperhatikan. Tanda-tanda kegagalan perawatan saluran akar secara radiografis adalah adanya (Walton & Torabinejad, 1996; Mardewi, 2003) : - Perluasan daerah radiolusen di dalam ruang pulpa (internal resorption) - Pelebaran jaringan periodontium. - Perluasan gambaran radiolusen di daerah periapikal Tanda-tanda Kegagalan secara Histologis (Mikroskopis) - Adanya sel-sel radang akut dan kronik di dalam jaringan pulpa dan periapikal. - Ada mikro abses.

Indikasi dan Kontraindikasi PSA ulang : Indikasi : 1. Terdapat kelainan apical periodontitis. 2. Pasien dengan riwayat perawatan saluran akar dan keadaan jaringan periodontal di apical gigi normal. 3. Keputusan untuk merawat ulang saluran akar didasarkan pada perkiraan keberhasilan dan kegagalan perawatan endodontik awal. 4. Kriteria keberhasilan : radiograf menunjukkan radiolusensi terhenti atau menghilang, tidak terdapat rasa nyeri dan pembengkakan, fistula menghilang, tidak kehilangan fungsi dan tidak terjadi kerusakan jaringan. 5. Kualitas perawatan saluran akar sebelumnya harus dimasukkan dalam proses pembuatan keputusan perawatan ulang. 6. Gigi dengan kelainan yang telah mengenai jaringan pulpa dan periapikal 7. Sebagai pencegahan untuk menghindari infeksi jaringan periapikal

8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.

Terjadi coronal leakage Jika pasien masih merasa sakit setelah perawatan Kesehatan umum pasien baik Oral hygiene pasien baik Masih didukung jaringan penyangga gigi yang baik Pasien bersedia untuk dilakukan perawatan ulang Operator mampu.

Kontraindikasi : Bentuk anatomi akar yang tidak baik (lancip, tapper, terdapat sisa dentin yang tebal). Adanya resorbsi akar yang tidak dapat dirawat dan adanya perforasi. Adanya bifurcation caries. Mahkota yang tidak mencukupi (rusak). Gigi yang tidak dapat direstorasi lagi Tidak didukung jaringan penyangga gigi yang cukup Gigi yang tidak strategis, tidak mempunyai nilai estetik dan fungsional. Terjadi fraktur vertical Resorpsi yang luas baik internal maupun eksternal Gigi dengan saluran akar yang tidak dapat dipreparasi; akar terlalu bengkok, saluran akar banyak dan berbelit-belit. 11. Kesehatan umum pasien buruk 12. Pasien tidak bersedia untuk dilakukan perawatan ulang 13. Operator tidak mampu. Mengetahui perawatan dalam kegagalan PSA Penatalaksanaan pada kasus ini meliputi 1. PSA ulang a. pembukaan akses korona kembali b. pengeluaran guta-perca c. preparasi ulang saluran akar d. pengisian saluran akar e. preparasi dan pemasangan pasak saluran akar f. dan restorasi akhir berupa mahkota selubung. Evaluasi 2 bulan pasca perawatan ulang saluran akar menunjukkan perbaikan pada lesi periapikal dan keluhan tidak nyaman pada gigi telah hilang. 2. Perawatan Endodontic Orthograde Perawatan endodontik orthograde adalah pengisian saluran akar yang dilaksanakan secara normal melalui akses dari mahkota karena kegagalan perawatan saluaran akar dan membutuhkan perawatan ulang. Kanal dibuat dari mahkota ke puncaknya. Tujuan: mempertahankan gigi dengan perawatan saluran akar.

Indikasi : a. Perawatan endodontik yang gagal

b. Waktu terbatas dari penderita c. Crown yang pecah sehingga mengharuskan restorasi untuk dibongkar Perawatan endodontik retrograde merupakan perawatan endodontik retrograde, apexectomi yaitu pengangkatan periapikal patologi karena kegagalan perawatan saluran akar dan membutuhkan perawatan ulang. Filling yang ditempatkan dibagian apikal dari akar gigi untuk menutup bagian dari saluran akar segera setelah apikotomi. Juga disebut prostresection filling. Perawatan ini menjadi pilihan jika retreatment sebelumnay tidak memungkinkan. Penanggulangan kegagalan perawatan saluran akar juga dapat dilakukan dengan dua cara yaitu perawatan ulang secara konvensional atau ortograd dan bedah atau retrograd.Perawatan ulang saluran akar dilakukan dengan mengulang perawatan melalui akses mahkota dengan tujuan untuk membuang iritan pada saluran akar yang sebagian besar terdiri atas mikroorganisme yang tinggal atau berkembang setelah perawatan. Penanggulangan dengan bedah apeks (retrograd) dimaksudkan untuk menutup rapat saluran akar pada apeksnya dan merupakan pilihan kedua jika pada perawatan ulang saluran akar tidak dapat dilakukan. Untuk melakukan perawatan ulang saluran perlu kerja sama yang baik dengan pasien. Ketrampilan operator dan tersedianya alat-alat untuk perawatan ulang merupakan persyaratan utama ,karena pengalaman operator sangat menunjang keberhasilan perawatan ulang saluran akar. Persyaratan restorasi akhir pada gigi setelah perawatan saluran akar yaitu memberikan penutupan korona yang baik, melindungi struktur gigi yang tersisa ,mengurangi kelenturan cusp dan mengembalikan fungsi pengunyahan dan estetis Metode bedah endodontic adalah: Insisi jika ada abses submukosa dapat dilakukan insisi untuk mendapatkan drainase dan menghilangkan rasa sakit Apikoektomi pembedahan akar karena pemblokiran saluran akar atau akar sangat melengkung sehingga tidak mungkin mengisi saluran akar sampai ke apeks

DAFTAR PUSTAKA Walton and Torabinejad. 2008. Prinsip dan Praktek Ilmu Endodonsia (terjemahan), ed. 3. Jakarta: EGC Grossman, Louis I. 1995. Ilmu Endodontik Dalam Praktek. Jakarta : EGC Walton, Richard E and Torabinejad. 1998. Prinsip dan Praktek Ilmu Endodonsia. Jakarta: EGC. Harty, FJ. 1993 Endodonti Klinis. Edisi 3. Alih bahasa : Lilian Yuwono. Jakarta : Hipokrates Bence, R. 1990. Buku Pedoman Endodontik Klinik, terjemahan Sundoro. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai