Anda di halaman 1dari 49

KAJIAN IMPLEMENTASI DIKLAT CALON KEPALA SEKOLAH DALAM PENYIAPAN KEPALA SEKOLAH DI JAWA BARAT

Disusun Oleh :

AMIRUL ADLI HIDAYATULLAH ARIF NUR ABDILLAH HARIS ISMAIL SANI

PROGRAM LATIHAN PROFESI JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis akhirnya dapat menyelesaikan penyusunan kajian dengan judul Implementasi Diklat Calon Kepala Sekolah dalam Penyiapan
Kepala Sekolah di Jawa Barat.

Kajian Sederhana ini disusun sebagai salah satu tugas program yang dikerjakan selama mengikuti Program Latihan Profesi (PLP) di Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Jawa Barat. Mengingat keterbatasan wawasan, kemampuan, dan pengalaman penulis baik dari segi penyusunan maupun dari segi pembahasannya, disadari bahwa masih banyak kekurangan dan kelemahannya. Namun, penulis menilai bahwa hal ini merupakan proses usaha menuju kearah yang lebih baik. Selain itu, penulis berharap semoga hasil dari kajian ini dapat dikembangkan lagi menjadi kajian yang lebih lengkap dan lebih baik. Sehingga nantinya dapat bermanfaat dan dapat memberikan wawasan berpikir bagi pembacanya, terutama dalam dunia pendidikan.

Bandung, Maret 2014

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................. i DAFTAR ISI........................................................................................................................................... ii BAB I : PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1 A. B. C. Latar belakang ............................................................................................................................. 1 Rumusan Masalah ....................................................................................................................... 2 Tujuan ......................................................................................................................................... 3

BAB II : URGENSI DIKLAT CALON KEPALA SEKOLAH ............................................................. 4 A. B. Kedudukan Diklat Calon Kepala Sekolah dalam Permendiknas Nomor 28 Tahun 2010 ........... 4 Kondisi Ideal ............................................................................................................................... 5

BAB III : KONDISI AKTUAL DIKLAT CALON KEPALA SEKOLAH.......................................... 22 A. B. C. Keadaan dan Potensi Diklat ...................................................................................................... 22 Struktur dan Muatan Kurikulum ............................................................................................... 23 Kegiatan Pembelajaran In-Servis 1 ........................................................................................... 29

BAB IV : HASIL ANALISIS ............................................................................................................... 31 A. B. C. D. Analisis dari Aspek Tujuan ....................................................................................................... 31 Analisis dari Aspek Konten Mata Latih .................................................................................... 32 Analisis dari Aspek Strategi ...................................................................................................... 38 Analisis dari Aspek Evaluasi .................................................................................................... 41

BAB V : SIMPULAN DAN REKOMENDASI ................................................................................... 43 A. B. Simpulan ................................................................................................................................... 43 Rekomendasi ............................................................................................................................. 44

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 46

ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang Pendidikan dan pelatihan dapat membantu untuk menjamin bahwa anggota organisasi memiliki pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk menjalankan pekerjaan secara efektif, mengambil satu tanggung jawab baru, dan beradaptasi dengan perubahan kondisi. Pendidikan dan Pelatihan ini terfokus pada bagaimana peserta diklat dapat menjalankan pekerjaan dan membantu mereka mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk kinerja yang efektif. Pengembangan terfokus pada membangun pengetahuan dan keterampilan kepada anggota (SDM) organisasi sehingga mereka dapat dipersiapkan untuk mengambil tanggung jawab dan tantangan baru. Tujuan utama dari pendidikan dan pelatihan adalah untuk mengatasi kekurangan-kekurangan SDM dalam bekerja yang disebabkan oleh kemungkinan ketidakmampuan dalam pelaksanaan pekerjaan dan sekaligus berupaya membina mereka agar menjadi lebih produktif. Sekolah merupakan salah satu perangkat pendidikan yang memiliki peran dalam pemenuhan kualitas sumber daya manusia yang lebih unggul. Seyogyanya, sekolah harus menjadi lembaga pendidikan yang berupaya untuk memanusiakan manusia. Dalam upaya menciptakan pemenuhan tujuan pendidikan yang memanusiakan manusia tersebut, sosok dari kepala sekolah merupakan salah satu perangkat pendidikan yang berperan besar dalam keberhasilan pemenuhan tujuan pendidikan. Dalam upaya mewujudkan cita-cita pendidikan yaitu membentuk insan Indonesia yang cerdas dan kompetitif, kepala sekolah sebagai pemimpin di sekolah berperan besar dalam keberhasilan upaya penguatan tata sekolah, akuntabilitas dan pencitraan publik. Keberhasilan kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah tidak dapat dilepaskan dari kompetensi dan kemampuan untuk memainkan tugas, peran, fungsi, dan tanggung jawabnya.

Adanya

permendiknas

No.

13

tahun

2007

tentang

standar

Kepala

Sekolah/Madrasah dan lahirnya Permendiknas Nomor 28 Tahun 2010 tentang Penugasan Guru sebagai Kepala Sekolah merupakan salah satu upaya pemerintah untuk menstandarkan sistem rekrutmen dan seleksi kepala sekolah/madrasah. Di dalamnya secara jelas dijabarkan tentang program penyiapan kepala sekolah yang terdiri dari rekrutmen serta pendidikan dan pelatihan calon kepala sekolah/madrasah. Rekrutmen meliputi proses pengusulan calon, seleksi administrasi dan seleksi akademik. Sedangkan pendidikan dan pelatihan adalah proses pemberian pengalaman pembelajaran teoritik maupun praktik kepada para calon yang telah lulus rekrutmen dan seleksi. LPMP Jawa Barat sebagai miniatur Kemdikbud di tingkat Provinsi sesuai tupoksinya untuk melakukan upaya-upaya penjaminan mutu pendidikan di daerah merasa turut bertanggungjawab untuk dapat memfasilitasi pemerintah daerah dalam penyiapan dan penyelenggaraan Diklat Calon Kepala Sekolah. Untuk mengetahui bagaimana penyelenggaraan pelatihan dan kesesuaiannya dengan peraturan-peraturan yang melandasi tentang diklat calon kepala sekolah, maka kami bermaksud untuk melakukan analisis kesesuaian implementasi pelaksanaan diklat calon kepala sekolah/madrasah di LPMP Jawa Barat dengan peraturanperaturan yang melandasi tentang pelaksanaan diklat calon kepala sekolah/madrasah.

B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana analisis implementasi diklat calon kepala sekolah/madrasah dilihat dari aspek tujuan diklat? 2. Bagaimana analisis implementasi diklat calon kepala sekolah/madrasah dilihat dari aspek konten diklat? 3. Bagaimana analisis implementasi diklat calon kepala sekolah/madrasah dilihat dari aspek strategi diklat? 4. Bagaimana analisis implementasi diklat calon kepala sekolah/madrasah dilihat dari aspek evaluasi diklat?

C. Tujuan 1. Mendeskripsikan dan menganalisis implementasi diklat calon kepala

sekolah/madrasah dilihat dari aspek tujuan diklat? 2. Mendeskripsikan dan menganalisis implementasi diklat calon kepala

sekolah/madrasah dilihat dari aspek konten diklat? 3. Mendeskripsikan dan menganalisis implementasi diklat calon kepala

sekolah/madrasah dilihat dari aspek strategi diklat? 4. Mendeskripsikan dan menganalisis implementasi diklat calon kepala sekolah/madrasah dilihat dari aspek evaluasi diklat?

BAB II URGENSI DIKLAT CALON KEPALA SEKOLAH

A. Kedudukan Diklat Calon Kepala Sekolah dalam Permendiknas Nomor 28 Tahun 2010 Permendiknas Nomor 28 tahun 2010 adalah kebijakan yang dikeluarkan oleh Diknas mengenai penugasan guru sebagai kepala sekolah/madrasah. Permendiknas ini merupakan acuan dasar pelaksanaan Diklat Calon Kepalas Sekolah. Pada BAB I pasal 1 ayat (5) dijelaskan bahwa kompetensi kepala sekolah/madrasah meliputi pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam dimensi-dimensi kompetensi kerpibadian, manajerial, kewirausahaan, suvervisi, dan sosial. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka sudah jelas bahwa seorang kepala sekolah harus memiliki dimensi kompetensi yang mencakup kepribadian, manajerial,

kewirausahaan, suvervisi, dan sosial. Untuk mendukung tercapainya kompetensi tersebut maka diperlukan adanya pelaksanaan diklat untuk calon kepala sekolah/madrasah. Sebelum melaksanakan diklat, diperlukan seleksi calon kepala sekolah/madrasah dari kabupaten/kota terkait dengan pemenuhan kompetensi yang dibutuhan oleh seorang kepala sekolah. Dalam penyiapan calon kepala sekolah/madrasah, setiap Kepala dinas Propinsi/Kab/Kota dan kantor wilayah Kab/Kota sesuai dengan kewenangannya menyiapkan calon kepala sekolah/madrasah berdasarkan proyeksi kebutuhan. Calon peserta harus memenuhi kriteria sesuai dengan Permendiknas Nomor 28 Tahun 2010 BAB II tentang Syarat-syarat guru yang diberi tugas tambahan sebagai kepala sekolah/madrasah. Dalam seleksi calon kepala sekolah ini benar-benar untuk menggali potensi yang dimiliki calon kepala sekolah. Oleh karena itu, kepala sekolah yang terpilih atau lulus dalam seleksi diharapkan mamiliki potensi diri agar dalam menjalankan tugas tambahannya benar-benar adanya kreativitas untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di sekolah. Selain itu, kepala sekolah yang berpotensi akan mengembangkan sekolah

menjadi sekolah yang berkembang prestasinya baik secara akademik maupun nonakademik. Keberadaan kepala sekolah hasil seleksi ini diharapkan akan mewujudkan kepala sekolah yang memiliki potensi untuk mengembangkan sekolah. Hal ini dikarenakan sekolah adalah suatu lembaga yang bersifat kompleks dan unik. Dikatakan kompleks dan unik, karena sekolah sebagai organisasi yang di dalamnya terdapat berbagai dimensi satu sama lainnya saling berkaitan dan saling menentukan. Setelah didapatkan perserta diklat maka diharuskan mengikuti pendidikan dan pelatihan. Sesuai dengan BAB III pasal 3 ayat (1) bahwa penyiapan calon kepala sekolah/madrasah meliputi rekrutmen serta pendidikan dan pelatihan calon kepala sekolah/madrasah. Pada BAB I pasal 1 ayat (3) dijelaskan bahwa : Pendidikan dan pelatihan calon kepala sekolah/madrasah adalah suatu tahapan dalam proses penyiapan calon kepala sekolah/madrasah melalui pemberian pengalaman pembelajaran teoritik maupun praktik tentang kompotensi kepala sekolah/madrasah yang diakhiri dengan penilaian sesuai dengan standar nasional. Pendidikan dan pelatihan calon kepala sekolah ini akan memberikan pengalaman pembelajaran baik teori maupun praktik. Kegiatan pelatihan ini bertujuan untuk menumbuhkembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan pada dimensi-dimensi kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi, dan sosial. Melalui pendidikan dan pelatihan ini, maka akan dilakukan penilaian akhir untuk mengetahui pencapaian kompetensi calon kepala sekolah/madrasah yang pada akhirnya calon kepala sekolah ini dinyatakan lulus sehingga diberi sertifikat kepala sekolah/madrasah oleh lembaga penyelenggara.

B. Kondisi Ideal 1. Implementasi Ideal Diklat Calon Kepala Sekolah dengan Mengacu pada Petunjuk Pelaksaan dari Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah (LP2KS)

a. Struktur dan Deskripsi Kegiatan In-Service Learning 1 berupa tatap muka antara peserta diklat dengan nara sumber dan/atau fasilitator. Kegiatan ini diselenggarakan dalam durasi minimal 70 (tujuh puluh) jam pelajaran @ 45 menit. Materi diklat mencakup materi umum, materi inti dan materi penunjang. Pada akhir kegiatan In-Service Learning 1 peserta menyusun rencana tindakan yang akan diimplementasikan pada saat On-the-Job Learning. Penyusunan rencana tindakan berdasarkan hasil analisis EDS masing-masing sekolah dan hasil analisis evaluasi diri yang dicerminkan pada hasil AKPK. Struktur dan deskripsi kurikulum diklat calon kepala sekolah/madrasah In Service 1 adalah sebagai berikut:

NO A. 1.

MATA DIKLAT UMUM Kebijakan Kementerian Pendidikan Nasional

JUMLAH JAM

2 JP

2.

Kebijakan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota

2 JP

B. 1. 2. 3. C. 1. 2. 3. 4. 5. Jumlah

INTI Latihan Kepemimpinan Kompetensi Manajerial Supervisi Akademik PENUNJANG Pembukaan/Penutupan Orientasi Program Rencana Tindak Kepemimpinan Pre-test dan Post-test Evaluasi 2 JP 1 JP 3 JP 2 JP 1 JP 70 JP 26 JP 23 JP 8 JP

b. Strategi Pelatihan Pada strategi pelatihan ini berisi bagaimana penyelenggaraan Diklat Calon Kepala Sekolah/Madrasah yang meliputi: 1) Penyelenggara Penyelenggara pendidikan dan pelatihan (diklat) calon kepala sekolah/madrasah adalah LPPKS, LPMP, PPPPTK, Badan Diklat Daerah, dan lembaga diklat lain yang terakreditasi. 2) Narasumber/fasilitator Nara sumber atau fasilitator diklat calon kepala sekolah/madrasah adalah widyaiswara LPPKS/LPMP/PPPPTK, pengawas, kepala sekolah, dan dosen perguruan tinggi, yang memiliki sertifikat master trainer. 3) Peserta Peserta diklat calon kepala sekolah/madrasah adalah calon kepala sekolah/madrasah yang telah lulus seleksi administratif dan seleksi akademik. 4) Waktu In-Service Learning 1 : 70 JP / 7 hari dengan tanggal disesuaikan oleh Dinas terkait dan penyelenggara diklat (LPMP) 5) Tempat Tempat pelaksanaan diklat ditentukan oleh lembaga diklat setelah berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota atau Kantor Wilayah Kementerian Agama atau Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota yang menunjuk lembaga diklat tersebut sebagai pelaksana diklat. 6) Fasilitas Diklat Fasilitas ruang belajar dalam pelaksanaan In-Service Learning 1 dan 2 antara lain: 1) Ruang belajar yang memadai untuk 24 orang 2) Media pembelajaran, antara lain LCD projector, laptop, whiteboard, flipchart, papan flanel dan sebagainya. 7) Metode diklat Diklat calon kepala sekolah/madrasah menggunakan metode experiential learning. Adapun jenisnya antara lain curah pendapat, studi kasus, kunjungan, refleksi diri, praktik, magang, bekerja, diskusi kelompok dan kelas, simulasi, penugasan individual dan kelompok, bermain peran, dan sebagainya.

8) Kegiatan belajar pada In Service 1 Langkah-langkah kegiatan pada tahap In-Service Learning 1 disajikan dalam diagram di bawah ini.

Langkah I Peserta melakukan registrasi. Peserta mengisi biodata. Peserta mendapat training kit.
Registrasi

Langkah II Pembukaan oleh kepala penyelenggara. Kebijakan dinas pendidikan Penjelasan Teknis (orientasi Program)
Pembukaan

Langkah III Peserta mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Penyusunan Rencana tindak lanjut (berdasarkan hasil AKPK masing-masing peserta)
Pelaksanaan Diklat

Langkah V
Penutupan Diklat

Langkah IV
Evaluasi Diklat

Penutupan kepala penyelenggara.

oleh

Evaluasi : Penyelenggaraan diklat. Program diklat. Fasilitator diklat.

Penyelesaian administrasi.

Kegiatan dalam setiap langkah pada diagram di atas dapat dijelaskan sebagai berikut. a) Langkah I Semua peserta mengisi biodata, kemudian menerima training kit. Peserta diminta mempelajarinya terlebih dahulu agar mereka memiliki gambaran tentang kegiatan dan materi diklat yang akan diikuti.

b) Langkah II Pembukaan diklat dilanjutkan dengan penyampaian informasi tentang kebijakan dalam bidang pendidikan oleh Dinas Pendidikan Provinsi/Kabupaten/Kota. Hal 8

ini dilakukan agar peserta diklat dapat memahami arah kebijakan dinas pendidikan setempat. c) Langkah II Pelaksanaan diklat sesuai dengan program pokok untuk meningkatkan penguasaan terhadap 5 (lima) dimensi kompetensi kepala sekolah/madrasah. Pada akhir kegiatan peserta menyusun rencana tindak yang akan dilaksanakan dalam kegiatan On-the-Job Learning. d) Langkah IV Evaluasi pelaksanaan diklat calon kepala sekolah/madrasah dilakukan secara menyeluruh dan berkesinambungan mulai dari proses pengelolaan diklat, nara sumber dan fasilitator, program diklat, serta penyelenggaraan diklat tersebut. e) Langkah V Penutupan diklat calon kepala sekolah/madrasah dilaksanakan setelah semua program pokok dilakukan. Pada tahap ini kepada peserta tidak diberikan sertifikat atau keterangan lulus.

9) Tahap-tahap Kegiatan Belajar In-Service Learning 1 Skema III.1. Tahap-tahap Kegiatan Belajar In-Service Learning 1

1. Happening Art (tayangan film yang relevan) Pengkondisian 2. Perkenalan 3. Penjelasan tentang kompetensi yang hendak dicapai, skenario

Kegiatan Inti Eksplorasi Eksplorasi: 1. Menuliskan permasalahan berkenaan dengan topik yang dibahas. 2. Fasilitator mengambil permasalahan yang relatif sama.

3. Melakukan identifikasi permasalahan yang berkaitan dengan permasalahan utama. 4. Peserta menetapkan 3 masalah dari sejumlah masalah yang ada

Elaborasi

Elaborasi 1. Fasilitator memberikan informasi tentang konsep dasar berakaitan dengan masalah utama. 2. Melakukan tanya jawab terkait materi. 3. Menemukan berbagai solusi alternatif dalam pemecahan masalah. 4. Mendiskusikan hasil identifikasi

Refleksi

Refleksi 1. Berdasarkan hasil-hasil diskusi peserta. 2. Meminta 2 orang peserta untuk menyampaikan kesan tentang pembahasan materi.

1. Menarik kesimpulan secara umum Penutup 2. Memberikan penguatan 3. Penjelasan lebih lanjut berkenaan dengan kegiatan On the Job Learning

10) Sumber dana pendidikan dan pelatihan calon kepala sekolah/madrasah berasal dari APBD/APBN. Anggaran tersebut digunakan untuk biaya: (1) penyelenggaraan InService Learning 1, In-Service Learning 2; dan (2) biaya kegiatan dan pemantauan kegiatan On-the-Job Learning peserta.

10

c. Isi Bahan Pelatihan 1) Bahan Ajar atau Buku Sumber Untuk kepentingan pelaksanaan diklat calon kepala sekolah/madrasah telah dikembangkan 12 paket pembelajaran sebagai rujukan, yaitu: Penyusunan Rencana Kerja Jangka Menengah (RKJM) dan Rencana Kegiatan dan Anggaran (RKAS) Pengelolaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pengelolaan Sarana dan Prasarana Sekolah Pengelolaan Peserta Didik Pengelolaan Kurikulum Pengelolaan Keuangan Sekolah Pemanfaatan Teknologi Informasi dalam Pembelajaran Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Supervisi Akademik Kepemimpinan Terpadu Pengembangan Kegiatan Produksi dan Jasa Sekolah

Bila dipandang perlu, lembaga diklat calon kepala sekolah/madrasah dapat menambah dan memperkaya materi dari sumber belajar lain. d. Evaluasi Pada bab ini, disebutkan aspek-aspek yang digunakan untuk mengevaluasi peserta diklat, fasilitator/narasumber, dan penyelenggara diklat. 1) Penilaian Peserta Penilaian dilakukan terhadap peserta mencakup aspek knowledge, attitude dan skill. Impelementasi penilaian knowledge dilakukan pada In-Service Learning 1, dengan menggunakan instrumen pre test dan post test. Implementasi penilaian attitude dilakukan secara menyeluruh baik pada saat In-Service Learning 1, on the job Learning, dan In-Service Learning 2. Implementasi penilaian skill dilakukan terhadap portofolio dan presentasi hasil yang dilakukan pada On-the-Job Learning. 2) Monitoring dan Evaluasi Selama penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan calon kepala sekolah/madrasah, pihak-pihak yang memonitoring dan mengevaluasi yaitu dari lembaga-lembaga berikut ini: 11

a) Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Penjaminan Mutu Pendidikan; b) Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah (LPPKS); c) Lembaga Penyelenggara Diklat. 3) Evaluasi Proses Untuk mengetahui tingkat keberhasilan penyelenggaraan diklat calon kepala sekolah/madrasah, maka dilakukan evaluasi. Adapun evaluasi yang dilakukan adalah sebagai berikut : a) Evaluasi Program Kegiatan Diklat Kejelasan tujuan diklat calon kepala sekolah/madrasah; Relevansi diklat calon kepala sekolah/madrasah dengan kebutuhan peserta; Sistematika penyajian materi secara keseluruhan; Kelayakan alokasi waktu per sesi secara keseluruhan; Nilai tambah dari materi sajian secara keseluruhan; Ketercapaian tujuan diklat calon kepala sekolah/madrasah secara keseluruhan. Pelaksanaan diklat secara keseluruhan

b) Evaluasi Faslitator/Narasumber Penguasaan materi; Sistematika penyajian; Kemampuan menyajikan Relevansi materi dengan tujuan Penggunaan metode dan media pembelajaran Penggunaan bahasa Ketepatan menjawab pertanyaan peserta; Kemampuan memotivasi peserta Kualitas bahan ajar Gaya, sikap, dan perilaku Kerapian dalam berbusana/penampilan; Ketepatan waktu, kehadiran dan penyajian materi; Kerjasama antar fasilitator/narasumber.

12

c) Evaluasi Layanan, meliputi: Fasilitas Ruang Belajar Penguasaan materi; Sistematika penyajian; Kemampuan menyajikan Relevansi materi dengan tujuan Penggunaan metode dan media pembelajaran Penggunaan bahasa Ketepatan menjawab pertanyaan peserta; Kemampuan memotivasi peserta Kualitas bahan ajar Gaya, sikap, dan perilaku Kerapian dalam berbusana/penampilan; Ketepatan waktu, kehadiran dan penyajian materi; Kerjasama antar fasilitator/narasumber.

Akomodasi Perlengkapan kamar (meja, Kursi, almari, dll) Penerangan kamar Kebersihan kamar Perlengkapan kamar kecil (kamar mandi dan wc) Kebersihan kamar kecil Ketersedian air bersih dan kamar kecil Penerangan kamar kecil

Konsumsi Kualitas menu makanan utama Variasi menu makanan utama Jumlah makanan utama Kebersihan makanan utama Kebersihan alat makan Kebersihan ruang makan Pelayanan petugas

13

Variasi kudapan Jumlah kudapan Pelayanan kudapan Variasi minuman Jumlah minuman Kebersihan alat minum Kebersihan minuman

2. Kompetensi Ideal Kepala Sekolah Kompetensi menjadi salah satu syarat utama bagi efektivitas pemimpin (kepemimpinan) dalam menjalankan perannya sebagai seorang pemimpin. Boyatzis (1982) menjadi tokoh pertama yang mempopulerkan istilah kompetensi. Boyatzis mendefinisikan kompetensi sebagai kemampuan yang dimiliki seseorang yang nampak pada sikapnya yang sesuai dengan kebutuhan kerja dalam parameter lingkungan organisasi dan memberikan hasil yang diinginkan. Sutisna (1993) merumuskan kepemimpinan sebagai proses mempengaruhi kegiatan seseorang atau kelompok dalam usaha ke arah pencapaian tujuan dalam situasi tertentu. Sementara untuk Soepardi (1988) mendefinisikan mempengaruhi, kepemimpinan memotivasi, sebagai kemampuan menggerakkkan, mengajak,

mengarahkan, menasihati membimbing, menyuruh, memerintah, melarang, dan bahkan menghukum (kalau perlu), serta membina dengan maksud agar manusia sebagai media manajemen mau bekerja dalam rangka mencapai tujuan administrasi secara efektif dan efisien. Terdapat beberapa unsur dalam situasi kepemimpinan, diantaranya orang yang dapat mempengaruhi orang lain di satu pihak, orang yang mendapat pengaruh di pihak lain, adanya tujuan-tujuan yang hendak dicapai, dan adanya tindakan dari salah satu pihak guna mempengaruhi pihak lainnya dalam rangka pencapaian tujuan. Kepala sekolah merupakan pemimpin pendidikan tingkat satuan pendidikan yang harus memiliki dasar kepemimpinan yang kuat. Untuk itu, setiap kepala sekolah harus memahami kunci sukses kepemimpinannya. Seorang kepala sekolah sangat berperan penting dalam upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah baik itu prestasi akademis 14

dan non akademis, oleh karena itu seorang kepala sekolah harus memiliki kompetensi yang baik agar tercapai keberhasilan di sekolah dapat terwujud. Dengan dikeluarkannya Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang kemudian dilanjutkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, pemerintah merasa perlu untuk menetapkan standar-standar lainnya guna mendukung pelaksanaan reformasi dibidang pendidikan yang berlandaskan amanat para pendiri bangsa. Salah satu standar yang dikeluarkan oleh pemerintah adalah standar tentang Kepala Sekolah / Madrasah yang tertuang didalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007. Dalam aturan ini pemerintah memandang perlu adanya standar penentuan kualifikasi seseorang untuk dapat diangkat sebagai kepala sekolah atau madrasah, antara lain kualifikasi umumnya adalah : a. Memiliki kualifikasi akademik sarjana (S1) atau diploma IV kependidikan atau non kependidikan pada perguruan tinggi yang terakreditasi. b. Pada waktu diangkat sebagai kepala sekolah usia setinggi-tinggi nya adalah 56 tahun. c. Memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 tahun menurut jenjang sekolah masing masing, kecuali TK/RA memiliki peng alaman mengajar sekurang kurangnya 3 tahun. d. Memiliki pangkat serendah rendah nya III/c bagi PNS dan bagi non PNS disetarakan dengan kepangkatan yang dikeluarkan oleh yaya san atau lembaga yang berwenang. Sedangkan kualifikasi khusus ditentukan menurut jenjang lembaga pendidikannya, yang meliputi : a. Berstatus sebagai guru b. Mempunyai sertifikat sebagai guru c. Memiliki sertifikat kepala sekolah. Selain kualifikasi umum dan khusus tersebut, untuk menduduki jabatan sebagai kepala sekolah atau madrasah dituntut harus memiliki kompetensi sebagai berikut: a. Kepribadian 1) Berakhlak mulia, mengembangkan budaya dan tradisi akhlak mulia dan menjadi teladan akhlak mulia bagi komunitas disekolah. 15

2) Memiliki integritas kepribadian sebagai pemimpin. 3) Memiliki keinginan yang kuat di dalam pengembangan diri sebagai kepala sekolah/madrasah. 4) Bersifat terbuka dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya. 5) Mengendalikan diri dalam menghadapi masalah dalam pekerjaan sebagai kepala sekolah. 6) Memiliki bakat dan minat jabatan sebagai pemimpin pendidikan.

b. Managerial 1) Menyusun perencanaan sekolah untuk berbagai tingkatan perencanaan. 2) Mengembangkan sekolah sesuai dengan kebutuhan. 3) Memimpin sekolah dalam rangka pendayagunaan sumber daya sekolah secara optimal. 4) Mengelola perubahan dan pengembangan sekolah menuju organisasi pembelajaran yang efektif. 5) Menciptakan budaya dan iklim sekolah yang kondusif dan inovatif bagi pembelajaran peserta didik. 6) Mengelola guru dan staf dalam rangka pemberdayaan sumber daya manusia secara optimal. 7) Mengelola sarana dan prasarana sekolah dalam rangka pendayagunaan secara optimal. 8) Mengelola hubungan antara sekolah dan masyarakat dalam rangka mencari dukungan ide, sumber belajar dan pembiayaan. 9) Mengelola peserta didik dalam rangka penerimaan peserta didik baru dan penempatan pengembangan kapasitas peserta didik. 10) Mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan pembelajaran sesuai dengan arah dan tujuan pendidikan nasional. 11) Mengelola keuangan sekolah sesuai dengan prinsip pengelolaan yang akuntable, transparan dan efisien. 12) Mengelola ketatausahaan sekolah dalam mendukung pencapaian tujuan sekolah. 13) Mengelola unit layanan khusus dalam mendukung kegiatan pembelajaran dan kegiatan peserta didik disekolah. 14) Mengelola sistim informasi sekolah dalam rangka penyusunan program dan pengambilan keputusan. 16

15) Memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi peningkatan pembelajaran dan manajemen sekolah. 16) Melakukan monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan program kegiatan sekolah dengan prosedur yang tepat, serta merencanakan tindak lanjutnya.

c. Kewirausahaan 1) Menciptakan inovasi yang berguna bagi sekolah. 2) Bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah sebagai organisasi

pembelajaran yang efektif. 3) Memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai pemimpin sekolah atau madrasah. 4) Pantang menyerah dan selalu mencari solusi yang terbaik dalam menghadapi kendala yang dihadapi sekolah atau madrasah. 5) Memiliki naluri kewirausahaan dalam mengelola kegiatan produksi atau jasa sekolah sebagai sumber belajar peserta didik.

d. Supervisi 1) Merencanakan program supervisi akademik dalam rangka peningkatan

profesionalisme guru. 2) Melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan pendekatan dan supervisi yang tepat. 3) Menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam rangka peningkatan profesionalisme guru.

e. Sosial 1) Bekerjasama dengan pihak lain untuk kepentingan sekolah. 2) Berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan. 3) Memiliki kepekaan sosial terhadap orang atau kelompok lain. Selain itu, dimensi kompetensi kepala sekolahpun tertuang dalam Permendiknas Nomor 28 Tahun 2010 antara lain yaitu : kompetensi kerpibadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi, dan sosial. Dimensi-dimensi tersebut harus dimiliki, dan menyatu pada setiap pribadi kepala sekolah, agar mampu melaksanakan manajerial dan

17

kepemimpinan secara efektif, efisien, mandiri, produktif, dan akuntabel. Deskripsi dimensi-dimensi tersebut yaitu: a. Dimensi Kepribadian Muchith (2007) menjelaskan bahwa kompetensi kepribadian sebagai perangkat kemampuan dan karateristik personal yang mencerminkan realitas sikap dan perilaku dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari. Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan agar seorang kepala memiliki kompetensi kepribadian yang baik. Dalam setiap memberikan kebijakan harus merujuk pada tujuan akir. Menciptakan budaya kesamaan misi, visi dan nilai-nilai adalah inti dari kepemimpinan Seorang kepala sekolah harus memprioritaskan segala sesuatu yang dianggap penting, artinya mengorganisasikan dan melaksanakan, apa-apa yang telah diciptakan secara mental. Hal-hal sekunder tidak didahulukan. Hal-hal utama tidak dibelakangkan, individu dan organisasi memfokuskan perhatiannya pada apa yang paling penting, entah mendesak entah tidak. Intinya adalah memastikan diutamakannya hal yang utama. Seorang kepala sekolah harus bisa mewujudkan sinergi dengan seluruh staf maupun guru yang ada di sekolah. Memanfaatkan perbedaan-perbadaan dalam menyelesaikan masalah, memanfaatkan peluang. Tim-tim serta keluarga-keluarga yang sinergis memanfaatkan kekuatan masing-masing individu secara keseluruhan lebih besar mengesampingkan sikap saling merugikan.

b. Kompetensi Manajerial Manajemen pendidikan dimaknai sebagai aktifitas memadukan sumber-sumber pendidikan agar terpusat dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan. Yang dimaksud dengan sumber-sumber daya pendidikan disini adalah ketenagaan, dana, sarana dan prasarana termasuk informasi. Dengan demikian maka kemampuan seorang manajer dalam menjalankan tugas menejerial adalah memadukan sumber daya tersebut Kinerja kepemimpinan kepala sekolah merupakan upaya yang dilakukan dan hasil yang dapat dicapai oleh kepala sekolah dalam mengimplementasikan manajemen sekolah untuk mewujudkan tujuan pendidikan secara efektif dan efisien, produktif, dan akuntabel. Oleh karena itu, kepala sekolah memiliki posisi yang sangat penting dalam menggerakan manajemen sekolah agar dapat berjalan sesuai dengan tuntutan masyarakat

18

dan perkembangan kebutuhan jaman khususnya kemajuan pengetahuan, teknologi, budaya, dan seni. Dalam kontek manajerial sekolah maka seorang kepala sekolah dituntut untuk dapat menjalankan kompetensi sebagai berikut : (1) menyusun perencanaan sekolah/madrasah untuk berbagai tingkatan. perencanaan (2) mengembangkan organisasi sekolah/madrasah sesuai kebutuhan (3) memimpin sekolah/madrasah dalam rangka pendayaagunaan sumber daya sekolah/ madrasah secara optimal, (4) mengelola perubahan dan pengembangan sekolah/madrasah menuju organisasi pembelajaran yang efektif (5) menciptakan budaya dan iklim sekolah/madrasah yang kondusif dan inovatif bagi pembelajaran anak didik (6) mengelola guru dan staff dalam rangka pendayagunaan sumberdaya manusia secara optimal (7) mengelola sarana dan prasarana

sekolah/madrasah dalam rangka pendayagunaan secara optima (8) mengelola hubungan sekolah/madrasah dan masyarakat dalam rangka pencarian dukungan, ide, sumber belajar, dan pembiayaan sekolah (9) mengelola peserta didik dalam rangka penerimaan peserta didik barn dan penempatan dan pengembangan kapasitas peserta didik. (10) mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan pembelajaran sesuai arah dan tujuan pendidikan nasional (11) mengelola keuangan sekolah/madrasah sesuai dengan prinsip pengelolaan yang akuntabel, transparan, dan efisien (12) mengelola ketatausahaan sekolah/madrasah dalam mendukung pencapaian tujuan sekolah/madrasah (13) mengelola unit layanan khusus sekolah/madrasah dalam mendukung kegiatan pembelajaran dan kegiatan peserta didik di sekolah/madrasah (14) mengelola sistem informasi sekolah/madrasah dalam mendukung penyusunan program dan pengambilan keputusan (15) memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi peningkatan pembelajaran dan manajemen sekolah/madrasah (16) melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan program kegiatan sekolah/madrasah dengan prosedur yang tepat, serta merencanakan tindak lanjutnya.

c. Kompetensi Kewirausahaan Kewirausahaan merujuk pada sifat, watak dan karakteristik yang melekat pada setiap individu yang memiliki kemauan keras untuk mewujudkan dan mengembangkan gagasan kreatif dan inovatif dalam setiap kegiatan yang produktif. Kepala sekolah yang berjiwa wirausaha harus memiliki tujuan dan pengharapan tertentu yang diintegrasikan dalam visi, misi, tujuan dan rencana strategis sekolah secara 19

realistik, sesuai dengan kemampuan, kondisi, dan faktor pendukung yang dimiliki sekolah. Semakin jelas tujuan yang ditatapkan semakin beser peluang untuk meraihnya, sehingga kepala sekolah yang berjiwa wirausaha harus memiliki tujuan yang jelas dan terukur dalam mengembangkan sekolahnya. Untuk mengetahui apakah tujuan tersebut dapat dicapai maka visi, misi, tujuan dan sarananya dikembangkan ke dalam indikator yang lebih rinci dan terukur untuk setiap aspeknya. Berdasarkan indikator-indikator tersebut dapat dikembangkan berbagai program pengembangan sekolah.

d. Kompetensi Supervisi Sehertian (1990) mengemukakan bahwa supervisi merupakan usaha mengawali, mengarahkan, mengkoordinasi dan membimbing secara kontinu pertumbuhan guru-guru di sekolah, baik secara individu maupun secara kolektif, agar lebih mengerti dan lebih efektif dalam mewujudkan seluruh fungsi pengajaran sehingga dapat menstimulasi dan membimbing pertumbuhan setiap murid secara kontinu sehingga dapat lebih cepat berpartisipasi dalam masyarakat demokrasi modern. Supervisi merupakan kegiatan yang kontinu dan berkesinambungan sehingga guru-guru selalu berkembang dalam mengejakan tugas dan mampu memecahkan berbagai masalah pendidikan dan pengajaran secara efektif dan efisien. Seorang kepala sekolah harus dapat melaksanakan supervisi dan berperan sebagai supervisor. Jika supervisi dilaksanakan oleh kepala sekolah, maka ia harus mampu melakukan berbagai pengawasan dan pegendalian untuk meningkatkan kinerja tenagan kependidikan. Pengawasan dan pengenalian ini marupakan kontrol agar kegiatan pendidikan di sekolah terarah pada tujuan yang telah ditetapkan. Pengawasan dan pengendalian juga merupakan tindakan preventif untuk mencegah agar para tenaga kependidikan tidak melakukan penyimpagan dan lebih berhati-hati dalam melaksanakan pekerjaannya. Pengawasan dan pengendalian yang dilakukan kepala sekolah terhadap tenaga kependidikannya khususnya guru disebut supervisi klinis, yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan profesional guru dan meningkatkan kualitas pembelajaran melalui pembelajaran yang efektif. Kepala sekolah sebagai superisor dapat dilakukan secara efektif antara lain melalui diskusi, kunjungan kelas, pembicaraan individu, dan simulasi pembelajaran.

20

e. Kompetensi Sosial Kompetensi sosial menurut Sumardi (2006) adalah kemampuan seseorang dalam berkomunikasi, bergaul, bekerjasama, dan memberi kepada orang lain. Sumardi (2007) menyatakan bahwa kompetensi sosial adalah kemampuan untuk berkomunikasi, membangun relasi, dan kerjasama, menerima perbedaan, memikul tanggung jawab, menghargai hak orang lain, serta kemampuan memberi manfaat bagi orang lain. Wina Sanjaya (2009) menyatakan bahwa kompetensi sosial adalah kemampuan seseorang sebagai bagian dari masyarakat yang sekurang-kurangnya meliputi kompetensi untuk berkomunikasi secara lisan, tulisan, dan atau isyarat, menggunakan tehnologi informasi secara fungsional, bergaul secara efektif dengan sesama profesi, orang tua/wali secara efektif. Dalam kontek persekolahan seorang kepala sekolah dituntut memiliki kompetensi sosial dalam menjalankan tugasnya. Kompetensi dalam bidang ini adalah meliputi : (1) terampil bekerjasama dengan orang lain berdasarkan prinsip saling menguntungkan dan memberi manfaat bagi sekolah, yang masuk dalam kategori ini adalah bekerjasama dengan atasan, guru dan staff, siswa, sekolah lain serta instansi lain (2) mampu berpartisipasi dalam kegiatan sosial di masyarakat, indikatornya adalah mampu berperan aktif dalam kegiatan informal, organisasi kemasyarakatan, keagamaan, kesenian, olahraga (3) memiliki kepekaan sosial terhadap orang atau kelompok lain, indikatornya antara lain berperan sebagai problem finder dilingkungan sekolahan, kreatif dan mampu menawarkan solusi, melibatkan tokoh agama, masyarakat dan pemerintahan, bersikap obyektif/tidak memihak dalam menyelesaikan konflik internal, mampu bersikap simpatik/tenggang rasa terhadap orang lain dan mampu bersikap empati kepada orang lain.

21

BAB III KONDISI AKTUAL DIKLAT CALON KEPALA SEKOLAH

A. Keadaan dan Potensi Diklat 1. Tujuan Diklat Calon Kepala Sekolah a. Memberikan pembekalan untuk calon kepala sekolah tentang pemahaman kompetensi kepada kepala sekolahan. b. Meningkatkan kompetensi para calon kepala sekolah agar dapat

mengimplementasikan ilmunya sebagai tugas kesehariannya. 2. Manfaat a. Agar calon kepala sekolah memiliki kompetensi yang komprehensif sesuai denganyang diamanatkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan nasional Nomor 28 Tahun 2010 tentang Penugasan Guru sebagai Kepala Sekolah/Madrasah. b. Agar pemerintah daerah dapat menyediakan calon kepala sekolah yang kompeten terhadap bidang tugasnya. 3. Peserta Diklat Peserta diklat calon kepala sekolah/madrasah adalah calon kepala

sekolah/madrasah yang telah lulus seleksi administratif dan seleksi akademik. Peserta diklat ini adalah calon kepala sekolah yang telah memenuhi kriteria sesuai dengan peraturan menteri pendidikan nasional nomor 28 tahun 2010 Pasal 2 Ayat 2. 4. Lingkungan Diklat Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Kepala Sekolah ini dilaksanakan di lingkungan Lingkungan Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan Jawa Barat (LPMP Jabar) dan dilaksanakan oleh salah satu seksi yang ada di LPMP yaitu seksi Fasilitasi Peningkatan Mutu Pendidikan (FPMP). Keadaan lingkungan di tempat tersebut sangat mendukung pelaksanaan proses pendidikan dan pelatihan. Dilihat dari geografisnya, LPMP ini memiliki jarak yang cukup baik yaitu antara tempat pelatihan dengan keramaian jalan sehingga kebisingan-kebisingan yang dapat mengganggu kegiatan pelatihan dapat diminimalisir. Terdapat banyak pepohonan yang menunjang sirkulasi udara begitu baik dan sehat. Jadi dapat disimpulkan bahwa suasana pelatihan sangat kondusif, nyaman, dan sangat layak untuk pelaksanaan pendidikan dan pelatihan. 22

Selain itu, LPMP ini adalah lembaga yang berada di bawah naungan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) Indonesia, tentu diberi banyak dukungan, dan banyak bantuan. dari beberapa instansi kependidikan dan non kependidikan. Bentuk dukungan dan bantuan yang diberikan beberapa Instansi, bukan hanya dalam bentuk bantuan materi saja, tetapi juga berupa dukungan sebagai upaya peningkatan mutu dan kesetaraan pendidikan dasar dan menengah dalam pencapaian standar mutu pendidikan nasional. Sumber Daya Manusia yang dimiliki oleh LPMP terdiri dari sekelompok orang yang mempunyai latar belakang pendidikan yang kompeten di bidangnya. Kegiatan ini difasilitasi oleh pejabat struktural dan Widyaswara LPMP Jawa Barat. 5. Keadaan Diklat LPMP ini memiliki fasilitas yang memadai. Ruang belajar yang memadai untuk 24 orang bahkan lebih. Di setiap kelas sudah dilengkapi dengan media pembelajaran, antara lain LCD projector, laptop, whiteboard, flipchart, papan flanel, sejumlah ATK, aula yang memadai, dan lapangan dengan suasana yang rindang bisa dijadikan tempat pembelajaran yang memberikan kenyamanan kepada peserta diklat. Selain itu, lembaga ini memiliki fasilitas mess sebagai tempat penginapan peristirahatan serta area hotspot sebagai sarana untuk mencari atau menemukan informasi dan sebagai media untuk berkomunikasi melalui jaringan internet. B. Struktur dan Muatan Kurikulum 1. Struktur Kurikulum Komponen dan Keahlian Mata Latih Umum Kebijakan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Kebijakan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota Mata Latih Khusus (Keahlian) Pelatihan Kepemimpinan Pelatihan Manajerial Pelatihan Supervisi Bobot Taksonomi Teori 100 % Praktek 0%

100 %

0%

38,5 % 0,5 % 15%

61,5 % 95,5 % 75 % 23

Akademik Mata Latih Penunjang Orientasi Program Pre-test dan Post-test Rencana Tindak Kepemimpinan Pembukaan dan Penutupan Mata Latih Tambahan Building Collapse Transformational Leadership

0% 100 % 0% 100 %

100 % 0% 100 % 0%

0% 0%

100 % 100 %

2. Muatan Kurikulum a. Deskripsi Mata Latih 1) Kebijakan Kementrian Pendidikan Mata latih ini bertujuan untuk memahami arah kebijakan berkaitan dengan program penyiapan, pengembangan, dan pemberdayaan kepala sekolah/madrasah.

2) Kebijakan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota Tujuan dari mata latih ini yaitu memahami arah kebijakan berkaitan dengan program penyiapan calon kepala sekolah/madrasah Kabupaten/Kota.

3) Latihan Kepemimpinan Latihan kepemimpinan merupakan mata diklat yang bertujuan untuk mewujudkan pengelolaan sekolah yang baik. Dimensi kompetensi yang diberikan adalah kompetensi manajerial dalam mengembangkan keterampilan kepemimpinan efektif dalam rangka pengembangan dan peningkatan mutu sekolah/madrasah.

4) Pelatihan Manajerial Mata latih ini diperlukan agar seorang kepala sekolah mempunyai kompetensi dalam melakukan proses perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pergerakan (actuating), dan pengawasan (controlling) sebagai suatu proses untuk menjadikan visi menjadi aksi.

24

5) Pelatihan Supervisi Pelatihan ini dilaksanakan untuk memenuhi kompetensi kepala sekolah dalam dimensi supervisi yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan sekolah dalam memberikan pelayanan kepada guru-guru agar pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dapat berjalan lebih baik dan berkualitas.

6) Orientasi Program Orientasi program bukan merupakan mata latih. Orientasi program merupakan persentasi pengenalan awal tentang program. Pada orientasi ini peserta diklat dikenalkan silabus pembelajaran, peraturan diklat, dan jadwal pembelajaran diklat.

7) Pre-test dan Post-test Pre-test dan post-test sebenarnya bukan merupakan mata latih. Namun, pre-test dan post-test adalah alat tes yang masing-masing digunakan untuk mengetahui kemampuan awal dari peserta diklat dan mengetahui kemampuan setelah dilakukan perlakuan berupa pendidikan dan pelatihan (diklat). Peserta diklat dikatakan telah mengalami perkembangan pada kemampuannya, apabila hasil post-test lebih besar daripada hasil pre-test.

8) Rencana Tindak Kepemimpinan Mata latih ini merupakan upaya untuk memberikan pengalaman kepemimpinan kepada calon kepala sekolah di sekolah sendiri. Rencana tindakan kepemimpinan dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada calon kepala sekolah menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam mempengaruhi,

menggerakkan, mengembangkan dan memberdayakan terhadap seluruh atau sebagian warga sekolah.

9) Pembukaan/Penutupan Pembukaan dan penutupan bukan merupakan salah satu mata latih. Pembukaan biasanya hanya berupa sambutan dari pejabat terkait atau hanya selebrasi peresmian pembukaan acara. Penutupanpun biasanya berupa ucapan pelepasan secara simbolis, ucapan terima kasih, dan penutupan secara simbolis.

25

10) Building Collapse Pembelajaran yang menitikberatkan pada antisipasi seorang kepala sekolah ketika saat menghadapi segala bencana yang terjadi pada sekolah. Bentuk metode yang diterapkan adalah bentuk simulasi.

11) Transformational Leadership Secara garis besar mata latih ini bertujuan agar seorang kepala sekolah dapat mengembangkan kompetensi dalam kepemimpinannya sehingga mampu membuat bawahan termotivasi dan terinspirasi untuk melakukan tugas dan tanggung jawabnya lebih dari yang diharapkan. Dengan bawahan yang lebih termotivasi dan terinspirasi, maka tujuan organisasi akan tercapai secara lebih optimal.

Muatan mata latih yang menarik dan merupakan salah satu keuunggulan di lembaga pendidikan dan pelatihan LPMP Jawa Barat ini adalah mata latih tambahan dari yang telah di tetapkan oleh standar muatan mata latih dari LP2KS. Mata latih tambahan yang dimaksud adalah mata latih Building Collapse dan

Transformational Leadership. Penambahan mata latih tersebut mempunyai 5 jam pelatihan tambahan, sehingga jumlah jam pelatihanpun bertambah menjadi 75 jam pelatihan.

b. Beban Belajar No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Mata Pelatihan Kebijakan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Kebijakan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota Pelatihan Kepemimpinan Pelatihan Manajerial Pelatihan Supervisi Akademik Orientasi Program Pre-test dan Post-test Rencana Tindak Kepemimpinan Pembukaan/Penutupan Building Collapse Transformational Leadership Teori 2 2 10 1 2 2 2 Praktek 16 22 6 2 3 2 3 Jampel 2 2 26 23 8 2 2 3 2 2 3 26

Jumlah

21

54

75

c. Ketuntasan Belajar Peserta diklat kepala sekolah dianggap tuntas mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan apabila telah mengikuti tiga rangkaian besar pendidikan dan pelatihan. Kegiatan diklat yang dilakukan dimulai dari in-servis 1, OJL (On the Job Learning), dan in-servis 2. Kegiatan In-servis 1 dilakukan di lembaga Diklat LPMP Jawa Barat selama satu Minggu dengan jumlah jam pelajaran selama 75 jam pelajaran. 21 jam pelajaran untuk teori, 54 jam pelajaran untuk praktek. Kegiatan OJL dilakukan selama 2 bulan dan dilaksanakan melalui 3 tahap pendampingan yang dilakukan oleh widyaswara. OJL pada intinya merupakan pemberian tindakan pelaksanaan langsung dalam implementasinya sebagai calon kepala sekolah. Sedangkan, kegiatan In-servis 2 merupakan kegiatan akhir dari kegiatan diklat. Kegiatan pada tahap in-servis 2 berupa pengumpulan laporan, portofolio, persentasi laporan, dan penilaian dari kepala sekolah setempat, dimana calon kepala sekolah melakukan OJL. d. Kelulusan Peserta Pelatihan dianggap lulus, jika peserta diklat telah mengikuti tiga rangkaian diklat calon kepala sekolah. Selain itu, kelulusan dilihat dari penilaian yang dilakukan oleh widyaswara, dan merupakan akumulasi penilaian dari berbagai macam tes yang telah dilakukan. Peserta yang dianggap telah mencapai kelulusan pelatihan berhak mendapatkan sertifikat sebagai bukti dari kelulusan yang di dalamnya tedapat penilaian dari hasil diklat. Calon kepala sekolah yang sudah dianggap tuntas dan lulus mengikuti diklat calon kepala sekolah, selanjutnya akan diberi tugas tambahan atau pengangkatan sebagai kepala sekolah. Pengangkatan kepala sekolah dilakukan selama jangka waktu 3 tahun.

3. Waktu Pelatihan Secara keseluruhan, waktu untuk pelatihan materi mata latih ditempuh dalam jangka waktu selama satu minggu. Program diklat ini dimulai pada pukul 05.00 pagi sampai pukul 21.15 malam. Jam 5 pagi sampai pukul 7.29 hanya melakukan kegiatan 27

senam pagi, kesamaptaan, dan istirahat. Jadi, proses pembelajaran efektifnya dilaksanakan mulai pukul 7.30.

4. Jadwal Pelatihan Hari KeNo. Materi 1 1. 2. Pembukaan Kebijakan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan 3. Kebijakan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota 4. 5. 6. 7. 8. 9. Orientasi Program Pre-test Mata Latih Umum Supervisi Akademik Building Collapse Transformational Leadership 10. 11. Post-test Rencana Tindak Kepemimpinan 12. Penutupan 2 3 4 5 6 7

28

C. Kegiatan Pembelajaran In-Servis 1 1. Pendekatan dan Model Pembelajaran Pendekatan pembelajaran yang dilakukan adalah pendekatan andragogi. Andragogy atau pendidikan orang dewasa tidak berkaitan dengan hal mempersiapkan orang dalam menjalani kehidupannya tetapi lebih membantu orang dewasa agar mereka sukses dalam menjalani kehidupannya, meningkatkan kompetensi mereka atau transisi negosiasi dalam peran sosial mereka (dalam hal ini adalah untuk calon kepala sekolah), membantu mereka mendapatkan pemuasan yang lebih baik dalam kehidupan pribadi mereka dan membantu mereka dalam memecahkan masalah pribadi dan masyarakat mereka. Sedangkan model pembelajaran yang digunakan dalam diklat yang dilakukan adalah model pembelajaran experimental learning. Metode yang digunakan adalah curah pendapat, studi kasus, kunjungan, refleksi diri, praktik, magang, bekerja, diskusi kelompok dan kelas, simulasi, penugasan individual dan kelompok, bermain peran, dan sebagainya. Experiential Learning Theory (ELT) menekankan pada sebuah model pembelajaran yang holistik dalam proses belajar merupakan model yang menekankan pengalaman menjadi peran sentral dalam proses belajar. Dalam teori experiential learning, belajar merupakan proses di mana pengetahuan diciptakan melalui transformasi pengalaman (experience). Menurut Kolb (1984) Pengetahuan merupakan hasil perpaduan antara memahami dan mentransformasi pengalaman. Ada dua bentuk model pemahaman pengalaman, yaitu pengalaman nyata (concrete experience) dan konsep abstrak (abstract conceptualization). Concrete experience (feeling) berarti belajar dari pengalaman-pengalaman yang spesifik, peka terhadap situasi. Concrete experience merupakan tahap belajar melalui intuisi dengan menekankan pengalaman personal, mengalami dan merasakan. Pada Diklat Calon Kepala Sekolah, aktifitas yang mendukung tahap belajar ini misalnya diskusi kelompok kecil, simulasi, games, role playing, video, pemberian contoh, dan cerita. Abstract conceptualization yakni analisa logis dari gagasangagasan dan bertindak sesuai pemahaman pada suatu situasi sehingga memunculkan ide-ide atau konsep-konsep baru. Abstract conceptualization merupakan belajar 29

dengan pemikiran yang tepat dan teliti, menggunakan pendekatan sistematik untuk menstruktur dan menyusun kerangka fenomena. Pada Diklat Calon Kepala Sekolah, aktifitas yang mendukung tahap belajar teknik instruksional antara lain konstruksi teori, lecturing and building models and analogies. 2. Tahap-tahap Kegiatan Belajar Tahap kegiatan di dalam kelas diantaranya adalah : a. Pengkondisian Perkenalan Penjelasan tentang kompetensi yang harus dicapai oleh peserta diklat Apersepsi

b. Kegiatan Inti Eksplorasi Elaborasi Refleksi

c. Penutup Menarik kesimpulan Memberikan penguatan

30

BAB IV HASIL ANALISIS

A. Analisis dari Aspek Tujuan 1. Tujuan Diklat dari beberapa peraturan terkait a. Tujuan Pelaksanaan Diklat PNS menurut Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil, yaitu : 1) Meningkatkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, dan sikap untuk dapat melaksanakan tugas jabatan secara professional dengan dilandasi kepribadian dan etika PNS sesuai dengan kebutuhan instansi. 2) Menciptakan aparatur yang mampu berperan sebagai pembaharu dan perekat persatuan dan kesatuan bangsa. 3) Memantapkan sikap dan semangat pengabdian yang berorientasi pada pelayanan, pengayoman, dan pemberdayaan masyarakat 4) Menciptakan kesamaan visi dan dinamika pola pikir dalam melaksanakan tugas pemerintahan umum dan pembangunan demi terwujudnya

kepemerintahan yang baik. b. Menurut Permendiknas Nomor 28 Tahun 2010 pada Bab III Penyiapan Calon Kepala Sekolah/Madrasah Pasal 7 ayat 1 menerangkan bahwa Pendidikan dan pelatihan calon kepala sekolah/madarasah merupakan kegiatan pemberian pengalaman pembelajaran teoritik maupun praktik yang bertujuan untuk menumbuhkembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan pada dimensidimensi kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi, dan sosial. 2. Analisis kesesuaian tujuan pelaksanaan diklat calon kepala

sekolah/madrasah dengan peraturan yang terkait a. Tujuan Diklat calon kepala sekolah/madrasah di LPMP Jawa Barat, yaitu: 1) Memberikan pembekalan untuk calon kepala sekolah tentang pemahaman kompetensi kepada kepala sekolah/madrasah. Pembekalan pemahaman kompetensi kepala sekolah/madrasah sudah relevan dengan tujuan diklat PNS menurut PP No.101 Tahun 2000 yaitu 31

bagaimana menciptakan aparatur yang mampu berperan sebagai pembaharu dan perekat persatuan dan kesatuan bangsa; memantapkan sikap dan semangat pengabdian yang berorientasi pada pelayanan, pengayoman, dan pemberdayaan masyarakat; menciptakan kesamaan visi dan dinamika pola pikir dalam melaksanakan tugas pemerintahan umum dan pembangunan demi terwujudnya kepemerintahan yang baik; 2) Meningkatkan kompetensi para calon kepala sekolah/madrasah agar dapat mengimplementasikan ilmunya sebagai tugas kesehariannya. Peningkatan kompetensi dan pengimplementasian ilmu pada tugas kesehariannya sudah relevan dengan tujuan diklat PNS menurut PP No.101 Tahun 2000 yaitu peningkatkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, dan sikap untuk dapat melaksanakan tugas jabatan secara professional dengan dilandasi kepribadian dan etika PNS sesuai dengan kebutuhan instansi.

Tujuan pelaksanaan diklat calon kepala sekolah/madrasah di LPMP tersebut sesuai dengan tujuan pelaksanaan diklat pada Permendiknas Nomor 28 Tahun 2010 yaitu dilaksanakan dalam pemberian pengalaman pembelajaran teoritik maupun praktik yang bertujuan untuk menumbuhkembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan pada dimensi-dimensi kompetensi kepala sekolah/madrasah. Sesuai dengan Permendiknas Nomor 28 Tahun 2010 tentang penugasan guru sebagai Kepala Sekolah/Madrasah dan Permendiknas No 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah menegaskan bahwa kompetensi Kepala Sekolah/Madrasah adalah kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi, dan sosial. Dapat disimpulkan bahwa tujuan pelaksanaan diklat calon Kepala

Sekolah/Madarasah di LPMP Jawa Barat sudah sesuai/relevan dengan peraturanperaturan terkait yang melandasi tentang diklat calon Kepala Sekolah/Madrasah.

B. Analisis dari Aspek Konten Mata Latih Sesuai dengan Permendiknas Nomor 28 Tahun 2010 tentang penugasan guru sebagai Kepala Sekolah/Madrasah dan Permendiknas No 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah menerangkan bahwa kompetensi Kepala Sekolah/Madrasah adalah kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi, dan sosial. 32

Mengacu pada peraturan-peraturan tersebut, maka konten ideal yang harus ada dalam diklat calon kepala sekolah/madrasah harus mengacu pada kompetensi ideal kepala sekolah/madrasah. 1. Konten Mata Latih menurut Petunjuk Pelaksanaan dari LP2KS Kepentingan pelaksanaan diklat calon kepala sekolah/madrasah telah

dikembangkan 12 paket pembelajaran sebagai rujukan, yaitu: Penyusunan Rencana Kerja Jangka Menengah (RKJM) dan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) Pengelolaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pengelolaan Sarana dan Prasarana Sekolah Pengelolaan Peserta Didik Pengelolaan Kurikulum Pengelolaan Keuangan Sekolah Pemanfaatan Teknologi Informasi dalam Pembelajaran Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Supervisi Akademik Kepemimpinan Terpadu Pengembangan Kegiatan Produksi dan Jasa Sekolah

Bila dipandang perlu, lembaga diklat calon kepala sekolah/madrasah dapat menambah dan memperkaya materi dari sumber belajar lain. Di bawah ini merupakan mata diklat ideal yang ditentukan oleh Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah (LP2KS) sebagai lembaga yang mempunyai standar petunjuk pelaksaan Diklat Calon Kepala Sekolah. No Mata Diklat Tujuan Program Umum 1. Kebijakan Kementerian Pendidikan Nasional Memahami arah kebijakan berkaitan dengan program penyiapan, pengembangan dan pemberdayaan kepala sekolah 2. Kebijakan Dinas Pendidikan Memahami arah kebijakan berkaitan dengan program Kebijakan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota tentang 33 Kebijakan tentang penugasan guru sebagai kepala sekolah Permendiknas Nomor 28 Tahun 2010 Instrumen/Materi Diklat

penyiapan calon kepala sekolah di Kabupaten/Kota. Inti 1. Latihan Kepemimpinan Membentuk jiwa kepemimpinan, kepribadian, sosial, dan jiwa wirausaha calon kepala sekolah dengan meningkatkan potensi kepemimpinan, mengubah pola pikir, sikap, perilaku dan tindakan calon kepala sekolah yang difokuskan pada peningkatan kemampuan berdasarkan hasil pemetaan 2. Kompetensi Manajerial Memfasilitasi calon kepala sekolah untuk memahami delapan standar nasional pendidikan, komponenkomponen perencanaan, evaluasi diri sekolah, serta penyusunan RKJM dan RKAS.

penyiapan calon kepala sekolah Dinamika Kelompok Spiritual Leadership Kepemimpinan Pembelajaran Kewirausahaan

Penyusunan RKAS Pengelolaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pengelolaan Sarana dan Prasarana Pengelolaan Peserta Didik Pengelolaan Kurikulum Pengelolaan Keuangan Sekolah TIK dalam Pembelajaran Pembinaan Administratif Sekolah Monitoring dan Evaluasi Supervisi Akademik

3.

Supervisi Akademik

Memfasilitasi calon kepala sekolah untuk memahami konsep dasar supervisi akademik. Penunjang

1.

Pembukaan/Pen

Pembukaan dan penutupan

Acara seremonial yang 34

utupan

penyelenggaraan diklat.

berisikan sambutansambutan dan informasi kediklatan Struktur Program Strategi Pembelajaran

2.

Orientasi Program

Memahami orientasi program dalam bentuk pemaparan dan diskusi tentang struktur program, strategi pembelajaran, model pelatihan, penilaian, dan kelulusan.

3.

Rencana Tindak Kepemimpinan

Membekali peserta dengan perencanaan tindak lanjut OJL yang sistematis dan sesuai dengan hasil analisis EDS dan AKPK calon kepala sekolah/madrasah.

Format RTL AKPK calon kepala sekolah/madrasah

4.

Pre-Test dan Post-Test

Mengetahui pencapaian peningkatan kompetensi calon kepala sekolah/madrasah.

Tes kognitif tentang kompetensi manajerial dan supervisi akademik

5.

Evaluasi

Mengetahui kualitas program dan layanan diklat In-Service Learning1

Instrumen evaluasi program dan evaluasi layanan diklat InService Learning 1

2. Konten Mata Latih pada Diklat Calon Kepala Sekolah/Madrasah di LPMP Jawa Barat No. Mata Pelatihan Teori Praktek Jampel

35

1 2 3

Kebijakan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Kebijakan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota Pelatihan Kepemimpinan Dinamika Kelompok Spiritual Leadership Kepemimpinan Pembelajaran Kewirausahaan

2 2

2 2

2 2 3 3

6 2 5 3

8 4 8 6

Pelatihan Manajerial Penyusunan RKAS Pengelolaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pengelolaan Sarana dan Prasarana Pengelolaan Peserta Didik Pengelolaan Kurikulum Pengelolaan Keuangan Sekolah TIK dalam Pembelajaran Pembinaan Administratif Sekolah Monitoring dan Evaluasi 1 2 2 2 21 3 4 2 2 2 3 2 2 2 6 2 3 2 3 54 4 4 2 2 2 3 2 2 2 8 2 2 3 2 2 3 75

5 6 7 8 9 10 11

Pelatihan Supervisi Akademik Orientasi Program Pre-test dan Post-test Rencana Tindak Kepemimpinan Pembukaan/Penutupan Building Collapse Transformational Leadership Jumlah

Setelah dianalisis, implementasi pelaksanaan diklat calon kepala sekolah pada aspek konten/isi/mata latih yang dilaksanakan oleh LPMP Jawa Barat sudah memenuhi standar/ mata latih ideal yang telah ditentukan oleh lembaga LP2KS. Namun pada diklat yang dilaksanakan oleh LPMP terdapat penambahan mata latih dari yang telah ditentukan. Mata latih tersebut ialah Building Collapse dan Transformational Leadership. Penambahan tersebut merupakan salah satu keunggulan dan menjadi ciri khas mata latih yang diselenggarakan hanya di LPMP Jawa Barat.

36

Mengacu pada Permendiknas Nomor 28 Tahun 2010 tentang penugasan guru sebagai Kepala Sekolah/Madrasah dan Permendiknas No 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah telah menegaskan bahwa mata latih yang terkandung pada penyelenggaraan diklat calon kepala sekolah harus mencakup semua kompetensi kepala sekolah/madrasah yaitu kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi, dan sosial. Berikut merupakan analisi kesesuaian antara kompetensi kepala sekolah dengan mata latih yang ada di lembaga penyelenggara Diklat (LMPP) calon Kepala Sekolah/Madrasah. No 1 Kompetensi Kepribadian Mata Latih Kepemimpinan Spiritual Kepemimpinan Pembelajaran Kewirausahaan Dinamika Kelompok Transformational Leadership Rencana Tindak Kepemimpinan 2 Manajerial Dinamika Kelompok Penyusunan Rencana Kerja Anggaran Sekolah Pengelolaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pengelolaan Sarpras Pengelolaan Peserta didik Pengelolaan keuangan Sekolah Pembinaan Tenaga Administrasi Sekolah Pengelolaan Kurikulum Monitoring dan Evaluasi Rencana Tindak Kepemimpinan 3 Kewirausahaan Kewirausahaan Rencana Tindak Kepemimpinan Teknologi Informasi dan Komunikasi 4 Supervisi Supervisi Akademik Monitoring dan Evaluasi Rencana Tindak Kepemimpinan 5 Sosial Kepemimpinan Pembelajaran

37

Dinamika Kelompok Kepemimpinan Sosial Building Collapse Rencana Tindak Kepemimpinan

Dari pemaparan analisis kesesuaian di atas, dapat disimpulkan bahwa semua mata latih yang diselenggarakan pada diklat calon kepala sekolah di LPMP Jawa Barat sudah memenuhi kesesuaian dengan semua kompetensi kepala sekolah yang ditetapkan oleh Permendiknas Nomor 28 Tahun 2010 tentang penugasan guru sebagai Kepala Sekolah/Madrasah dan Permendiknas No 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah.

C. Analisis dari Aspek Strategi Strategi pelaksanaan berisi tentang bagaimana penyelenggaraan diklat calon kepala sekolah/madrasah dilaksanakan. 1. Narasumber/fasilitator Nara sumber atau fasilitator diklat calon kepala sekolah/madrasah yang diselenggarakan oleh LPMP Jawa Barat diantaranya adalah widyaiswara dari berbagai lembaga (LPMP Jawa Barat, P4TK IPA, keagamaan, Dinas Pendidikan Garus, Dinas Pendidikan Kabupaten Ciamis), pengawas yang berasal dari beberapa lembaga (Dinas Pendidikan Kota Bandung, Disdik Kota Bandung, Dinas Pendidikan Kota Tasikmalaya, Disdik Kota Cirebon, Disdik Kabupaten Sukabumi), Tim Rescue LPMP Jawa Barat, dan Tim Dynamic Education Resources (DER). 2. Peserta Peserta diklat calon kepala sekolah/madrasah adalah calon kepala

sekolah/madrasah yang telah lulus seleksi administratif dan seleksi akademik yang diselenggarakan oleh masing-masing Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota setempat. 3. Waktu In-Service Learning 1 dilaksanakan selama 75 Jam Pembelajaran / 7 hari. 4. Fasilitas Diklat Fasilitas ruang belajar dalam pelaksanaan In-Service Learning 1 di LPMP Jawa Barat sudah memenuhi standar yang telah ditentukan oleh LP2KS yaitu antara lain:

38

a. Ruang belajar yang tersedia memadai untuk 24 orang. Namun pada pelaksanaanya, ruang belajar yang digunakan memuat lebih dari 24 orang peserta diklat sehingga terkesan padat dan terasa pengap. b. Media pembelajaran yang tersediapun dapat dikatakan lengkap. Media

pembelajaran yang tersedia antara lain: LCD projector, laptop, whiteboard, flipchart, papan flannel, audio, AC, dan sejumlah ATK lainnya. 5. Metode diklat Pendekatan pembelajaran yang dilakukan adalah pendekatan andragogi. Sedangkan model pembelajaran yang digunakan dalam diklat yang dilakukan adalah model pembelajaran experimental learning. Metode yang digunakan adalah curah pendapat, studi kasus, kunjungan, refleksi diri, praktik, magang, bekerja, diskusi kelompok dan kelas, simulasi, penugasan individual dan kelompok, bermain peran, dan sebagainya. 6. Deskripsi Kesesuaian Jadwal Diklat Pada Diklat Calon Kepala Sekola Kabupaten Bandung Barat, LPMP selaku penyelenggara membuat struktur program dan jadwal pelatihan. Pada struktur program yang berisi mata diklat yang harus ditempuh oleh para calon kepala sekolah ini terdiri dari 3 bagian utama mata diklat, yaitu mata diklat umum, mata diklat inti, dan mata diklat penunjang. Ketiga bagian utama tersebut kemudian dibagi menjadi beberapa mata latih-mata latih khusus. Jumlah jam semua mata diklat yaitu 75 jam pembelajaran yang dilaksanakan selama 7 hari. Berikut ini disajikan tabel yang yang berisi mata latih utama, mata latih khusus, jumlah jam pembelajarannya. Jam T UMUM 1 Kebijakan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Kebijakan Dinas Pendidikan Kabupatan/Kota INTI 1 Latihan Kepemimpinan a. Kepemimpinan Spiritual 2 2 4 JP 39 2 2 JP P

No A.

Mata Diklat

Jumlah Jam

2 B.

2 JP

b. Dinamika Kelompok c. Kewirausahaan d. Kepemimpinan Pembelajaran 2 Manajerial a. b. c. d. e. f. Penyusunan RKS Pengelolaan PTK Pengelolaan SAPRAS Pengelolaan Peserta Didik Pengelolaan Keuangan Sekolah Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pembelajaran g. Pembinaan Tenaga Administrasi Sekolah h. i. 3. C. 1. 2. 3. 4. 5. 6. Orientasi Program Pre-Test dan Post-Test Rencana Tindak Kepemimpinan Pembukaan dan Penutupan Building Collapse Transformational Leadership JUMLAH T : Teori P: Praktek Pengelolaan Kurikulum Monitoring dan Evaluasi

2 3 3

6 3 5

8 JP 6 JP 8 JP

1 -

3 4 2 2 3 2

4 JP 4 JP 2 JP 2 JP 3 JP 2 JP

2 2 2 6

2 JP 2 JP 2 JP 8 JP

Supervisi Akademik PENUNJANG

2 2 3 2 2 3

2 JP 2 JP 3 JP 2 JP 2 JP 3 JP 75 JP

JP: Jam Pembelajaran

Melihat tabel diatas, sudah sangat jelas pembagian kelima kompetensi kepala sekolah. Untuk lebih detailnya akan dijelaskan pada Bab Analisis Konten. Jumlah jam pembelajaran sangat sesuai jika dilihat dari waktu pelaksanaan Diklat Calon Kepala Sekolah ini yang berlangsung selama 7 Hari, dengan satu jam pembelajaran selama 45 menit. Kegiatan diklat dimulai pukul 05.00 dengan dilaksanakannya Senam Pagi selama 30 menit. Setelah itu dilaksanakan Kesamaptaan selama 60 menit. Setelah itu peserta diklat diberi waktu untuk persiapan dan istirahat sampai pukul 07.30 dimana pembelajaran dikelas dimulai hingga pukul 09.45. peserta diberi waktu 15 menit guna 40

istirahat dan pembagian snack. Pembelajaran dimulai pukul 10.00 sampai pukul 11.30. 11.30 sampai 13.00 digunakan untuk istirahat, sholat, dan makan. Pembelajaran dimulai lagi pukul 13.00 sampai 15.15. 15.15 sampai 15.45 peserta diberi waktu untuk istirahat, snack dan sholat. Kemudian lagi dimulai hingga pukul 17.15. Peserta dikasih waktu dari 17.15 sampai 19.00 untuk istirahat, sholat, makan dan keperluan pribadi lainnya. Pembelajaran di kelas kemudian dilanjutkan pukul 19.00 sampai pukul 21.15. Begitulah jadwal pelatihan hari selasa hingga kamis. Pada Hari Minggu, pembelajaran dimulai pukul 13.45 karena peserta check-in pukul 13.00 sampai pukul 13.45. Pada Hari Jumat, istirahat diperpanjang dari pukul 11.30 13.45. Sedangkan pada Hari Minggu pembelajaran dilakukan sampai pukul 10.45 karena setelah itu dilangsungkan penutupan diklat. Mata diklat ini sesuai dengan Petunjuk Pelaksanaan Dikalt Calon Kepala Sekolah dari LP2KS. Namun, LPMP sendiri mempunyai wewenang untuk menambah materi pembelajaran yang dirasa perlu sesuai dengan kebutuhan lapangan sehingga LPMP menambahkan 2 mata diklat yaitu Building Collapse dan Transformational Leadership yang masing-masing terdiri dari 2 JP untuk Building Collapse dan 3 JP untuk Transformational Leadership. Berdasarkan tabel mata latih dan deskripsi jadwal diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan Diklat Calon Kepala Sekolah telah sesuai dengan yang diamanatkan oleh Permendiknas No 28 Tahun 2010 yang menjadi tolak ukur Petunjuk Pelaksanaan yang dibuat oleh LP2KS selaku lembaga yang bertanggung jawab terhadap pengembangan kepala sekolah. D. Analisis dari Aspek Evaluasi Menurut pengamatan langsung yang peniliti lakukan di lapangan, evaluasi yang dilaksankaan oleh LPMP Jawa Barat pada diklat calon kepala sekolah ini memiliki 3 aspek evaluasi dan sudah sesuai dengan pelaksanaan evaluasi ideal dari LP2KS, evaluasi tersebut diantaranya adalah: 1. Penilaian Peserta Teknik penilaian yang dilakukan adalah menggunakan instrumen tes. Perbedaan dan pengaruh pelaksanakan diklat akan terlihat jika hasil post-test lebih besar dari hasil pre-test. Hasil tersebut dapat diolah menggunakan teknik statistika dan dapat

41

digunakan untuk melihat seberapa besar dan seberapa kuat pengaruh pelaksanaan diklat terhadap pencapaian kompetensi peserta diklat. 2. 3. Monitoring Evaluasi Proses Teknik yang dilakukan dalam melakukan evaluasi proses yaitu menggunakan teknik pengumpulan data jenis angket/kuisioner. Angket tersebut mencakup instrument tentang : Kegiatan Diklat Fasilitator/ Narasumber Layanan Namun data hasil evaluasi peserta diklat, monitoring, dan evaluasi proses tidak dapat diperoleh sehingga tidak bisa melakukan analisis lebih jauh terkait analisis evaluasi diklat calon kepala sekolah/madrasah yang dilaksanakan di LPMP Jawa Barat.

42

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan Kajian ini menemukan bahwa implementasi diklat di LPMP Jawa Barat ini secara garis besar mengacu secara optimal pada Permendiknas No. 28 Tahun 2010 tentang Calon Kepala Sekolah/Madrasah. LPMP Jawa Barat sebagai unit pelayanan teknis pada diklat calon kepala sekolah sudah melaksanakan implementasi diklat sesuai dengan standar yang telah ditentukan oleh LP2KS sebagai lembaga yang bertanggung jawab terhadap sistem prosedur pada diklat calon kepala sekolah. Pada Analisis Tujuan menegaskan bahwa tujuan pelaksanaan diklat calon kepala sekolah/madrasah sesuai dengan Permendiknas Nomor 28 Tahun 2010 tentang penugasan guru sebagai Kepala Sekolah/Madrasah dan Permendiknas No 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah menegaskan bahwa pelaksanaan diklat calon kepala sekolah/madrasah dilaksanakan dalam pemberian pengalaman pembelajaran teoritik maupun praktik yang bertujuan untuk menumbuhkembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan pada dimensi-dimensi kompetensi kepala sekolah/madrasah. Kompetensi Kepala Sekolah/Madrasah menurut kedua peraturan tersebut adalah kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi, dan sosial. Pelaksanaan diklat calon kepala sekolah/madrasah di LPMP sudah relevan dengan PP No.101 Tahun 2000 yaitu memiliki tujuan peningkatkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, dan sikap untuk dapat melaksanakan tugas jabatan secara professional dengan dilandasi kepribadian dan etika PNS sesuai dengan kebutuhan instansi. Dapat disimpulkan bahwa tujuan pelaksanaan diklat calon Kepala Sekolah/Madarasah di LPMP Jawa Barat sudah sesuai/relevan dengan peraturanperaturan terkait yang melandasi tentang diklat calon Kepala Sekolah/Madrasah. Melihat dari analisis konten bahwa dalam diklat calon kepala sekolah harus mengacu kepada Permendiknas No 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah. Konten dalam diklat dalam pelaksanaannya materi yang diberikan terhadap calon kepala sekolah harus mencakup aspek kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi, dan sosial 43

Setelah dianalisis, implementasi pelaksanaan diklat calon kepala sekolah pada aspek konten/isi/mata latih yang dilaksanakan oleh LPMP Jawa Barat sudah memenuhi standar/ mata latih ideal yang telah ditentukan oleh lembaga LP2KS. Setiap mata latih yang diselenggarakan pada diklat calon kepala sekolah di LPMP Jawa Barat sudah memenuhi kesesuaian dengan semua kompetensi kepala sekolah yang telah ditetapkan. Melihat dari analisis strategi, diklat yang dilaksanakan sudah sesuai dengan ketentuan pelaksanaan yang ditetapkan oleh LP2KS. Namun ada sedikit perbedaan dimana adanya tambahan jam pelajaran yang karena ada tambahan matadiklat yaitu Building Colapse dan Transformational Leadership yang menjadi ciri khas pelaksanaan diklat calon kepala sekolah di LPMP. Kemudian melihat dari pelaksanaan diklat, ruang belajar yang ditatapkan seharusnya terdiri dari 25 orang peserta, namun dalam pelaksanaannya perserta dalam 1 ruangan terdiri kurang lebih 30 orang peserta diklat. B. Rekomendasi Mata latih tambahan yang ada pada diklat yang dilaksanakan di LPMP Jawa Barat yaitu mata latih Building Collapse dan Transformational Leadership bisa menjadi acuan atau sebagai bahan masukan bagi penyelenggara diklat Calon Kepala Sekolah/Madrasah lainnya seperti LP2KS, PPPPTK, Badan Diklat Daerah, dan lembaga diklat lain yang terakreditasi lainnya. Mata latih tersebut merupakan ciri khas sekaligus keuunggulan dari mata latih yang ada di LPMP Jawa Barat. Jumlah peserta diklat pada setiap satu kelas lebih baik jika tidak lebih dari 24 orang sesuai dengan petunjuk pelaksanaan dari LP2KS. Hal ini dapat membantu fasilitator atau narasumber dalam mengkondisikan suasana dan keadaan kelas lebih kondusif dan nyaman. Peserta diklat perlu diberi tahu terlebih dahulu tentang anjuran untuk membawa laptop. Menurut salah satu peserta diklat yang diwawancarai menjelaskan bahwa pihak panitia diklat tidak memberitahukan kepada peserta diklat untuk membawa laptop yang akan digunakan pada proses pembelajaran, khususnya pada praktek yang membutuhkan laptop. Keterangan dari peserta yang membawa laptop mengatakan bahwa laptop dibawa atas dasar kemauan sendiri. Karena banyak peserta yang tidak membawa laptop sehingga proses pembelajaran sedikit

44

terganggu, ditambah lagi Lab Komputer yang tidak cukup untuk memuat peserta diklat. Setiap kelas diklat seharusnya memiliki asisten widyaiswara yang dapat membantu peran widyaiswara pada saat praktik (misalnya praktek komputer). Pada kondisi praktik yang memungkinkan semua peserta melakukan praktek sendiri-sendiri, dan tentu pasti ada kesalahan dalam mempraktekkan teori. Mengingat jumlah peserta yang banyak dan waktu yang terbatas, asisten widsyaiswara sangat membantu peran widyaswara dalam membantu peran widyaswara.

45

DAFTAR PUSTAKA

Badan Standar Nasional Pendidikan (2007) Standar Kepala Sekolah/Madrasah. Jakarta: BSNP. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2010) Permendiknas No. 28 Tahun 2010. Jakarta: Kemdikbud. Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah (2013) Petunjuk Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan Calon Kepala Sekolah/ Madrasah. Solo: LP2KS. Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah (2013) Rencana Tindakan Kepemimpinan Sebuah Upaya Mengasah Keterampilan Kepemimpinan Calon Kepala Sekolah. Solo: LP2KS. Mulyasa, H. E. (2011). Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung : Rosdakarya. Mulyasa, H.E. (2012). Manajemen dan Kepeminpinan Kepala Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara. Nahampun, J. (2011). Melirik Permendiknas Nomor 28 Tahun 2010 dan Seleksi Calon Kepala Sekolah. [Online]. Tersedia: http://jeperis.wordpress.com/2011/04/11/melirik[Diakses 18

permendiknas-nomor-28-tahun-2010-seleksi-calon-kepala-sekolah/. Februari 2014] Obeeth. (___). Kompetensi Kepribadian Kepala Sekolah.

[Online].

Tersedia: [Diakses

http://obeeth.wordpress.com/203-2/kompetensi-kepribadian-kepala-sekolah/. 18 Februari 2014]. Obeeth. (___). Kompetensi Manajerial Kepala Sekolah. [Online].

Tersedia:

http://obeeth.wordpress.com/203-2/kompetensi-manajerial-kepala-sekolah/. [Diakses 18 Februari 2014]. Obeeth. (___). Kompetensi Sosial Kepala Sekolah. [Online]. Tersedia: 18

http://obeeth.wordpress.com/203-2/kompetensi-sosial-kepala-sekolah/. Februari 2014]

[Diakses

Purwanto, N. (1987). Adminsistrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung : Rosdakarya. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Manusia (2013) Transformational Leadership. Jakarta: Pusdiklat PSDM. Smith, N. (2011). Teori Dasar Kepemimpinan. [Online]. Tersedia: [Diakses

http://nasuhasmith13.blogspot.com/2011/03/teori-dasar-kepemimpinan.html. 18 Februari 2014].

46

Anda mungkin juga menyukai