Anda di halaman 1dari 4

PROSEDUR HEMODIALISIS

Peralatan yang digunakan untuk hemodialisis mempersiapkan dialisat, mengalirkan dialisat dan aliran darah melewati suatu membrane semipermiabel, dan memantau fungsinya termasuk dialisat dan sirkuit darah corporeal. Pemberian heparin melengkapi antikoagulasi sistemik. Darah dan dialisat dialirkan pada sisi yang berlawanan dari membrane semipermeabel dalam arah yang berlawanan untuk memperoleh efisiensi mkasimal dari pemindahan larutan. Komposisi dialisat, karakteristik dan ukuran membrane dalam alat dialysis, dan kecepatan aliran darah dan larutan semua mempengaruhi pemindahan larutan.

Komposisi Dialisat
Konsentrasi glukosa standar dari dialisat adalah 200 mg/dL. Konsentrasi natrium, kalium dan kalsium diresepkan pada situasi klinis tertentu. Irigasi rendah kalsium dapat digunakan pada terapi hiperkalsemia akut dan kronik. Dapar basa dialisat dapat berupa asetat ataupun bikarbonat. Pada keadaan tidak bekerjanya fungsi hati, asetat diubah mol demi mol menjadi bikarbonat. Asetat dapat menyebabkan hipotensi, depresi miokardium, nausea, muntah dan sakit kepala. Dialysis bikarbonat walaupun lebih mahal, biasanya dapat mencegah gejala gejala tersebut. Tindakan ini merupakan terapi pilihan pada pasien dengan gangguan pernapasan, ketiiidakstabilan hemodinamika, pppenyaaakit hati, dan asidosis metabolic berat dan pada pasien yang menjalani dialysis aliran ccepat.

Alat Dialisis
Alat dialysis dibuatdalam bentuk serabut berlekuk-lekuk dan piringan paralel. Alat dialysis yang berbentuk serabut berlekuk-lekuk komposisinya terdiri dari kira-kira 10.000 serabut berdiameter kecil dimana daerah bersirkulasi melalui serabut ini. Alat dialysis piringan parallel terdiri dari piring-piringan membrane yang disusun secara parallel yang membentuk kompartemen untuk darah dan dialisat. Umumnya bahan yang digunakan sebagai membrane berupa kuprofan, selulosa asetat, dan beberapa kopolimer sintesis berlubang-lubang kecil (poliakrilonitril, polimetil-metakrilat dan polisulfon). Membrane nonsintesis relative tidak dapat dengan tubuh sehingga membraaan dapat mengaktifkan jalur komplemen dan menyebabkan

pelepasan leokoaglutinasi dan sitokinin. Sebagai perbandingan membrane kopolimer sintesis memiliki penyesuaian dengan tubuh yang lebih baik, memberikan karakteristik ultrafilterisasi yang lebih baik, dan meningkatkan bersihan larutan, terutama pada molekul dengan ukuran sedang (masa molecular 300-2000 dalton). Membrane ini digunakan pada dialysis aliran cepat dan hemofiltrasi. Kerugian dari membrane sintesis ini adalah harganya yang mahal. Pemorosesan ulang atau penggunaan kembali alat-alat dialysis ini umumnya dapat dilakukan. Reaksi alergi dapat disebabkan oleh komponen membrane plastic atau disinfektan, mempunyai manifestasi berupa pruriutus dan gawat nafas pada permulaan dialysis. Reaksi ini dapat dicegah dengan mencuci alat dialysis ; namun demikian, sekali sekali terjadi reaksi ini, dialysis dihentikan, pengobatan dengan antihistamin, dan penatalaksanaan yang diharapkan dari kesukaran bernafas diperlukan.

Dialisis Aliran Cepat


Dialysis aliran cepat telah memperoleh penerimaan yang cepat. Alat dialysis yang sangat permeable dan laju aliran yang cepat digunakan untuk meningkatkan efisiensi dialysis dan mempersingkat waktu pengobatan. Model kinetic urea digunakan untuk menentukan adekuatnya dialysis

Tujuan Terapi Dialisis


Pengertian yang tidak lengkap mengenai pathogenesis gejala uremia membuatnya sulit untuk mendefinisikan suatu resep dialysis yang optimum. Walaupun konsentrasi nitrogen urea darah sebelum dialysis sebesar <80 mg/dL merupakan tujuan terapi, korelasi manifestasi keracunan urea dengan nitrogen urea darah seringkali buruk. The National Cooperative Dialysis Study telah memperlihatkan morbilitas yang rendah pada pasien dialysis menetap yang kronik jika kadar urea konsentrasi rata-rata waktu dibawah 50mg/dL. Urea konsentrasi rata-rata waktu dihitung dari nitrogen irea darah sebelum dan sesudah dialysis, waktu dialysis dan waktu interdialisis. Prinsip dari terapidialisis adalah meningkatkan pengendalian oleh model kinetic urea dan dialisis aliran cepat berakibat semakin dominannya terapi dialysis kronik.konsep dasar pada model ini termasuk juga kecapatan katabolisme protein (suatu ukuran dari asupan diet asupan protein), fungsi ginjal residual dan gambaran parameter urea Kt/V. terminology yang disebut terakhir menggambarkan sebagian bersihan urea, di mana K adalah alat dialysis bersihan urea, t

adalah waktu terapi dialysis, dan V adalah volume distribusi urea dalam tubuh. Rasio ini menentukan besarnya penurunan nitrogen urea darah selama dialysis, dan dapat sebagai suatu ukuran dosis dialysis yang berhubungan dengan pemindahan urea. Rasio ini paling tidak harus 1,2 untuk meminimumkan gejala-gejala uremia.

KOMPLIKASI HEMODIALISIS
Hipotensi
Hipotensi yang merupakan komplikasi paling sering selama hemodialisis, telah dihubungkan dengan dialysis asetat, reandahnya dialisat natrium ( 130-135 mEq/L ), penyakit jantung aterosklerotik neuropati otonomik dan kelebihan tambahan berat cairan. Pencegahan hipotensi simtomatik dapat diperoleh dengan penentuan berat tubuh kering yang akurat, memperkirakan ultrafiltrasi dengan mesin dialysis tekhnologi terbaru dan segera mengurangi medikasi antihipertensi sebelum dialysis tekhnologi terbaru dan segera mengurangi medikasi antihipertensi sebelum dialysis,

Kram Otot
Kram otot seringkali terjadi selama ultrafiltasi cepat, dengan volume tinggi. Pengukuran pencegahan berupa pambatasan cairan sampai mencapai titik lebih dari 2 Kg di antara pengobatan, memperketat olahraga, dan jika secara klinis tidak mampu, diberikan kuinin sulfat (seperti 325 mg po sebelum dialysis).

Sindrom Ketidakseimbangan Dialisis


Sindrom ketidakseimbangan dialysis dipercaya secara primer dapat diakibatkan dari osmol-osmol laindari otak dan bersihan urea yang kurang cepat dibandingkan dari arah yang mengakibatkan suatu gradient osmotikdi antara kopartemen-kompartemen ini. Gradient osmotic ini menyebabkan perpindahan air ke dalam otak yang menyebabkan dema serebri. Sindrom ini tidak lazim, dan biasanya terlihat bersama dengan pengobatan dialysis pertama pada pasien yang mengalami azotemia berat. Gejala-gejala yang dapat terjadi selama atau sesudah prosedur ini, terdiri dari sakit kepala, letargia, nausea, kejang otot, dan malaise, dan perkembangan yang jarang menjadi perubahan status mental, kejang bahkan henti jantungpernapasan. Setelah diketahui pasien itu mempunyai resiko tinggi, penggunaan alat dialysis dengan daerah permukaan yang kecil dan laju aliran darah yang rendah akan mengurangi

pergeseran osmotic. Infuse manitol (25-20 g) intradialisis dapat mengurangi frekuensi dan keparahan gejala, tapi menyebabkan resiko edema pulmonum.

Anda mungkin juga menyukai