Anda di halaman 1dari 34

2.

MANAJEMEN PELABUHAN

Pengelolaan Pelabuhan dan Partisipasi Sektor Swasta

Kegiatan Ekspor di Pelabuhan


Pemberitahuan Kedatangan Kapal Persyaratan Perusahaan

Jadwal Kapal Ekspedisi

Kapal di Dermaga

Administrasi Pelabuhan

Legalisasi Ekspor

Pemuatan Barang Ekspor

P.T Pelabuhan Pengaturan Penyimpanan Muatan Usaha B/M (Stevedore)

Bea Cukai

Eksportir

Angkutan Pedalamam

Kegiatan Impor di Pelabuhan


Pemberitahuan Kedatangan Kapal
Perusahaan Pelayaran Pemberitahuan Jadwal Kapal Permintaan Penambahan Kapal

Ekspedisi

Pemberitahuan Kedatangan Barang

Ijin Pemasukan Barang

Administrasi Pelabuhan P.T Pelabuhan

Pemilik Barang Legalisasi Impor Usaha B/M (Stevedore)

Angkutan Pendalaman

Pembongkran Muatan

Bea cukai

Kapal Di Dermaga

Pengelola Pelabuhan
(Port Authority)
Suatu lembaga negara atau wilayah/kota, publik atau swasta, yang bertanggung jawab atas tugas-tugas pembangunan, administrasi, dan jika diperlukan termasuk operasi fasilitas pelabuhan. Tujuan :
Mengupayakan pengembalian seluruh biaya pelabuhan Menarik investasi dari luar Mendorong inovasi Membangkitkan cash-flow internal untuk penggantian dan pengembangan infrastruktur Berkompetisi sesuai hukum pasar Membatasi subsidi silang Menghindarkan kehilangan aset

Peran Pemerintah
Wewenang Pemerintahan :
Menyetujui proposal investasi Menetapkan sasaran finansial pelabuhan Regulasi tarif dan biaya Kebijakan tenaga kerja Menentukan prinsip lisensi Fasilitasi pengumpulan data dan penelitian Legal advice terhadap pengelola pelabuhan

Peran Paralel :

Regulasi pelayaran dan operasi pelabuhan Pengendalian operasi kelautan Pemasaran dan promosi pelabuhan Perencanaan strategis

Fungsi Tipikal Administrasi Maritim Keselamatan kapal Keselamatan lalu lintas dan lingkungan Bantuan navigasi Pendidikan dan pelatihan kemaritiman

Search and rescue


Eksekusi kebijakan kepelabuhanan nasional

Port Functions
Infrastructure landlord Regulator of economic activities and operations Planning for future development Marketing and promotion of port services Operation of nautical services Supplier of cargo-handling and storage services Provider of ancillary facilities

Sistem Pengelolaan Pelabuhan (1/4)


1. Landlord Port
Suatu sistem pengelolaan pelabuhan dimana pengelola pelabuhan (port authority) hanya menguasai dan memiliki infrastruktur, seperti : alur pelayaran, kolam pelabuhan, dermaga, public utility serta keseluruhan area pelabuhan. Sedangkan suprastruktur, seperti : gudang/fasilitas penumpukan, bangunan, jalan lingkungan dan peralatan bongkar muat serta semua kegiatan operasional dan pelayanan terhadap kapal dan barang diselenggarakan oleh operator swasta berdasarkan perjanjian konsesi, atau perjanjian persewaan jangka panjang dengan pihak pengelola pelabuhan. Di beberapa pelabuhan tertentu sarana dan pelayanan terhadap kapal seperti pemanduan dan penundaan, diselenggarakan sendiri oleh pengelola pelabuhan. Demikian juga keamanan dan ketertiban umum dalam areal pelabuhan juga menjadi tanggung jawab pengelola pelabuhan. Pengelola pelabuhan ini merupakan perpanjangan dari pemerintah, baik pemerintah pusat atau pemerintah daerah. Sebagian besar pelabuhan-pelabuhan di negara maju seperti Eropa Barat, Amerika Serikat, Jepang dan Australia menerapkan sistem pengelolaan Landlord Port.

Sistem Pengelolaan Pelabuhan (2/4)


2. Tool Port
Sistem Pengelolaan Pelabuhan dimana semua infrastruktur maupun suprastruktur pelabuhan dan peralatan bongkar muat dimiliki oleh pengelola pelabuhan untuk disewakan kepada pihak swasta, sedangkan kegiatan operasional bongkar muat kapal diselenggarakan oleh pihak swasta baik sebagai stevedoring company maupun sebagai perusahaan pelayaran atau agen pelayaran. Hampir semua pelabuhan yang relatif kecil di negara-negara berkembang termasuk Indonesia menerapkan sistem Tool Port ini. Kondisi semacam ini terjadi karena pihak swasta masih lemah untuk berinvestasi dalam kegiatan kepelabuhan atau karena skala kegiatan dan volume arus barang masih terlalu rendah.

3. Operating Port
Sistem pengelolaan pelabuhan di mana semua fasilitas (infrastruktur dan suprastruktur) pelabuhan serta peralatan bongkar muat, dan semua kegiatan operasional, dimiliki dan diselenggarakan oleh pengelola pelabuhan sendiri atau disebut Service Port. Contoh yang sangat berhasil dalam menerapkan dan mengembangkan sistem operating port ini adalah Singapura dan Felixstowe (Inggris) dan beberapa pelabuhan lainnya di Inggris.

(ADB, 2000, Developing Best Practices for Promoting Private Sector Investment in Infrastructures : PORT)

Sistem Pengelolaan Pelabuhan (3/4)


Kelebihan

Sistem Pengelolaan Pelabuhan 1. Landlord Port


Penyelenggara pelabuhan membatasi fungsinya pada penyediaan lahan, perairan & fasilitas pokok,sedangkan pihak swasta dapat menyewa fasilitas pokok tersebut dan membangun terminal serta mengoperasikan.

Kekurangan

Dana investasi yang

harus disediakan oleh penyelenggara pelabuhan tidak besar. Tidak terjadi monopoli dalam penyediaan pelayanan jasa kepelabuhan.

Tidak dapat

diaplikasikan pada daerah yang belum berkembang, para investor tidak tertarik untuk menanamkan modalnya

2. Tool Port
Penyelenggara pelabuhan menyediakan semua fasilitas dan peralatan pelabuhan sedangkan pengoperasiannya di lakukan oleh swasta atas dasar sewa dengan tarif yang telah ditentukan.

Memberikan

kesempatan yang seluas-luasnya kepada banyak pihak untuk terlibat dalam penyediaan jasa kepalabuhanan

Karena banyak pihak


yang terlibat akan sulit mengendalikan tingkat kinerja pelabuhan

Sistem Pengelolaan Pelabuhan (4/4)


(ADB, 2000)

Sistem Pengelolaan Pelabuhan

Kelebihan

Kekurangan

3. Operating Port

Penyediaan semua

Pengendalian kinerja

fasilitas dan operasi oleh penyelenggara pelabuhan.

pelabuhan lebih mudah karena tidak banyak pihak yang terlihat dalam penyelenggaraan jasa pelabuhan.

Bersifat monopoli

dalam penyediaan jasa kepelabuhan, sehingga kinerja pelabuhan sulit dipacu (tidak ada kompetisi). Peluang investor/swasta terbatas untuk terlibat dalam penyediaan jasa.

Value-added services : a means to attract clients

Stakeholders dalam Bisnis Kepelabuhan


Dua kategori pihak-pihak yang terkait menurut fungsinya (PP No.69/2001) :

Fungsi Pemerintahan , terdiri dari : administratur pelabuhan, bea-cukai, karantina, imigrasi, dan polisi. Fungsi Pengusahaan, terdiri dari : perusahaan pelabuhan, pelayaran, perusahaan bongkar muat, perusahaan truk, forwarding, dan bank.

3 Elemen Dasar dalam Pengelolaan Pelabuhan


1. Port Regulator (Pemerintah), berkewajiban :
Menyediakan dan memelihara sarana navigasi khususnya di alur pelayaran Menyediakan pelayanan pemanduan dan manajemen lalulintas kapal untuk menjamin keselamatan pelayaran. Melakukan pembinaan dan menyediakan sertifikasi terhadap buruh Menyelenggarakan keamanan pelabuhan.

2. Port Landowner (Pengelola Pelabuhan), berkewajiban :


Mengelola dan mengembangkan area pelabuhan (port estate) Mengimplementasikan kebijakan dan strategi pengembangan pelabuhan Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan Menyediakan dan merawat alur pelayaran, kolam pelabuhan, dam Menyediakan jalan di lingkungan pelabuhan.

3. Port Operator (Swasta)


Merupakan elemen yang paling mungkin untuk diprivatisasi, elemen tersebut merupakan elemen yang berperan dalam melakukan kegiatan fisik transfer barang/penumpang dari laut ke darat atau sebaliknya atau lebih dikenal dengan stevedoring activity.

Model Peranserta Swasta Dalam Pengelolaan Pelabuhan


Model Pelabuhan I. PUBLIC
II. PUBLIC-private III. PRIVATE-Public

Port Regulator

Port Landowner

Port Operator

Public
Public Public

Public
Public Private

Public
Private Private

IV. PRIVATE

Private

Private

Private

Kondisi eksisting pembagian wewenang dalam pengelolaan pelabuhan di Indonesia


Fungsi
Port Regulator Port Landowner Port Operator

Perencanaan umum Penetapan masterplan Sertifikasi alat dan operator Keselamatan pelayaran Penetapan tarif

x x x x x

x x x x

Alur, kolam, dam Dermaga, gudang, alat


bongkar/muat Jalan, lingkungan, penerangan

x
x x x

Pemanduan Penundaan Terminal

x x

Intervensi Pihak Swasta (1/2)


(Worldbank, 2000, Port Reform Toolkit : Module 1 - 8)
Nautical Management Nautical Infrastructure Port Infrastructure

MODEL Public Service Port Tool Port Landlord Port Private Sector Port

Port Adminitration

Superstructure (Equipment)

Super structure (Building)

Pu

Pu

Pu

Pu

Pu

Pu

Pu Pu Pr

Pu Pu Pr

Pu Pu Pr

Pu Pu Pr

Pu Pr Pr

Pu Pr Pr

Intervensi Pihak Swasta (2/2)


(Worldbank, 2000, Port Reform Toolkit : Module 1 - 8)

MODEL

Cargo Handling

Pillotage

Towage

Mooring Service

Dredging

Other Function

Public Service Port Tool Port Landlord Port Private Sector Port

Pu

Pu Pr Pu Pr Pu Pr Pu Pr

Pu Pr Pu Pr Pu Pr Pr

Pu Pr Pu Pr Pu Pr Pr

Pu Pr Pu Pr Pu Pr Pu Pr

Pu Pr Pu Pr Pu Pr Pu Pr

Pr Pr Pr

Beberapa Segmen Usaha Jasa Pelabuhan yang Terbuka Bagi Swasta, al : Pengelolaan perairan dan kolam pelabuhan untuk kapal

berlabuh Pemanduan dan penundaan Pengelolaan fasilitas pelabuhan seperti dermaga, dolphins, dan bui tambat (mooring buoys) untuk kapal sandar dan melakukan kegiatan bongkar muat Pergudangan dan lapangan penumpukan, serta peralatan Terminal petikemas untuk melakukan kegiatan bongkar muat petikemas Terminal konvensional untuk melakukan kegiatan bongkar muat

Terminal barang curah, untuk kegiatan bongkar muat barang


curah (bulk cargo). Pelayanan terminal penumpang Pelayanan listrik, air bersih, sambungan telepon di daerah pelabuhan untuk kapal dan sebagainya.

break bulk cargo.

Privatisasi Pelabuhan
Agar pelabuhan komersial dapat menghadapi persaingan yang
semakin ketat dan mampu menyesuaikandengan perubahan lingkungan bisnis pelabuhan, maka pelabuhan harus dikelola dengan professional, salah satunya dengan cara melibatkan pihak swasta secara luas dalam pengelolaan pelabuhan.

Program keikutsertaan swasta atau privatisasi dalam

pengelolaan pelabuhan adalah suatu proses hukum menswastakan suatu kegiatan atau wewenang pengelolaan suatu segmen kegiatan yang selama ini hanya dilakukan oleh pemerintah atau badan usaha milik negara sebagai perpanjangan tangan dari pemerintah, selanjutnya diserahkan dan dimiliki atau dikelola oleh pihak swasta. berubahnya kepemilikan atau status yang semula merupakan aset pemerintah menjadi swasta, walau tidak secara permanen (biasanya 20 sampai 30 tahun, sesuai bentuk/jenis perjanjian konsesinya), tetapi tidak menutup kemungkinan adanya kepemilikian yang bersifat permanen, seperti bentuk perjanjian Built-Operate-and-Own (BOO) melalui penjualan secara utuh atau sebagian besar saham/aset.

Program privatisasi ini membawa implikasi hukum dengan

Bentuk Transaksi Privatisasi


Penjualan semua aset pelabuhan dengan segala hak, goodwill dan
wewenang/hak (previlege) yang melekat terhadap pelabuhan atau aset tersebut; lebih dari 50% kepada pihak swasta, dalam bentuk direct placement, seperti yang telah dilakukan terhadap Terminal Petikemas Tanjung Priok; atau di atas infrastruktur milik pelabuhan, dan mengoperasikannya dengan kontrak atau konsesi jangka panjang dan ini lazim terjadi di Eropa dan Amerika Serikat, Hongkong, yang dikenal konsep landlord port; sebagai suatu terminal baru atau pelabuhan baru, dan mengoperasikannya atas dasar perjanjian konsesi dalam bentuk Build-Operate-and-Transfer (BOT), atau Build-Operate-and-Own (BOO);

Mendirikan perusahaan baru dan menjual sebagian besar sahamnya,

Perjanjian pembangunan suprastruktur oleh pihak wasta di area

Investasi swasta dalam pembangunan infra dan suprastruktur baik

Terminal operating system, yaitu infrastruktur milik pelabuhan dan

suprastruktur dibangun dan dioperasikan oleh pihak terminal operator swasta berdasarkan kontrak operasi atau persewaan secara lump-sum jangka panjang. Ini banyak terjadi di pelabuhanpelabuhan di negara maju maupun negara berkembang

Proses Privatisasi

( ADB, 2000)

Dilakukan melalui salah satu atau kombinasi 2 pendekatan berikut :


1. Pendekatan Top-Down : melakukan reformasi
institusi/sistem pengelolaan pelabuhan yang lebih memberikan peluang bagi pihak swasta dalam pengelolaan pelabuhan.

2. Pendekatan Bottom-Up : mentransfer penyediaan


pelayanan atau fasilitas yang ada/baru kepada swasta.

Pendekatan bottom-up lebih diminati karena pada pendekatan tersebut lebih menyentuh secara langsung terhadap manajemen operasional di lapangan, lebih fleksibel terhadap kondisi karakteristik lokal yang dimiliki pelabuhan serta tidak menimbulkan perubahan kepemilikan aset.

Bentuk Privatisasi Dalam Penyelenggaraan Pelabuhan


(UNCTAD ,1998, Guideline for Port Authority and Government on the Privatization of Port Facilities)

Outsourcing

Pemerintah atau pengelola pelabuhan mentransfer sebagian fungsi pelabuhan kepada pihak swasta (dalam kondisi sistem operating port). Adapun bentuk-bentuk outsourcing meliputi : sub-contract, management contract, dan equipment leasing. Pemerintah atau pengelola pelabuhan mentransfer core business pelabuhan kepada pihak swasta, tanpa menghilangkan kepemilikan terhadap asset. Bentuk-bentuknya meliputi : capital leasing dan wholly-

Restructuring

owned subsidiaries.

Partial Divestiture
joint venture.

Transfer aset melalui kepemilikan bersama antara pemerintah dan swasta pada perioda kontrak tertentu (20-40 tahun) melalui suatu perjanjian joint venture. Bentuk-bentuknya meliputi : concession dan

Full Divestiture

Semua aset ditransfer atau dijual seluruhnya ke pihak swasta. Bentuk privatisasi ini sangat jarang diterapkan, kecuali pelabuhan di Inggris.

Bentuk Private Sector Participation dengan Tujuannya (ADB, 2000)


MODEL PRIVATISASI

TARGET/SASARAN PROGRAM PRIVATISASI


Efisiensi Oprs Pertumb. Pasar Menarik Investor Reduksi B.Oprs Reduksi Defisit Merampingkan organisasi Depolitisasi Buruh Kepemilikan masyarakat

OUTSOURCING

Sub-con Labor & Service Management Contract Equipment Leasing

+++ ++ ++ ++ +

+ ++

+ ++ ++

++ ++ + ++ ++ +

++ +

++ + + ++ ++

RESTRUCTURING
Capital leasing Wholly-owned Subs.

++

++ +

PART. DIVESTITURE
Concession Joint Venture

++ ++ +++

+++ ++ ++

+++ ++ +++

+++ ++ +++

++

++

+++ ++

+ +

FULL DIVESTITURE
Port Privatization

+++

+++ : Direct & significant impact ++ : Direct impact + : Indirect impact

Pembagian Tanggungjawab antara Sektor Publik dan Swasta


Public Sector : planner, facilitator and regulator Private Sector : service provider, operator and developer Shifting the boundary line : results rather than ideology
Increased service levels for infrastructure users Increased efficiency in operations Improved allocation of limited public funds

Port Reform
Modernization : introduction of more suitable systems, working practices, etc. within the existing system of bureaucratic constraints. Liberalization/de-regulation : reform or partial elimination of government rules, enabling private companies to operate in a previously publicly-operated area. Commercialization : the public port is given more autonomy, made accountable for its decisions and overall performance, and applies private sector management accounting principles. Corporatization : the public port is given the legal status of a private company, although the public sector sill retains ownership Privatization : transfer of ownership of assets from the public to the private sector, or the application of private capital to fund investments in port facilities, equipment and systems. It can be comprehensive or partial.

Modernization
Possible improvements not implying any legal or policy changes: Adoption of corporate planning practices Application of Human Resources Development planning Development of tools to improve port administration and communication, such as Computer applications Management Information Systems Electronic Data Interchange Information and Communication Technology

Liberalization
Temporary advantage : the public operator may continue to exist as a form of insurance against disruption in service, while unsuccessful private port operators can be replaced. Disadvantages : possibility for remaining internal and external cross-subsidies, or other unfair practices from the public sector. Solution : clear separation of the regulatory and commercial roles in the port, all the commercial activities being transferred to the private sector.

Commercialization
Objectives :
Transform the port organization into a truly autonomous Port Authority, whose Board will oversee the organizations activities Give the Port Authority financial independence and responsibility for the ports performance Enable it to have its own Human Resources management schemes

Common problems :

Continuing interference of the government in port decisions Insufficient market pressure, leading to potential lack of efficiency

Corporatization : positive and negative aspects


Corporatization allows to
Give financial autonomy to the port Give time for the management to settle into its new role before contemplating full privatization Overcome the reluctance of private capital suppliers to invest in the company Protect the public interest during the transition period

Usual negative aspects :


Monopoly of the new corporate entity Lack of efficiency when competition is weak Possible politicization from the government Need for a port sector regulator to create a level-playing field

Corporatization : principal steps


Preparation and enactment of any needed legislation Development of the charter of the corporatized port enterprise, of a corporate plan, of a business plan Capitalization and vesting of part of the assets/liabilities in the new corporation Creation of a new labor statute and retraining of management and staff

Privatization
Main advantages
Removal of trade barriers Harnessing of the efficiency and know-how of the Private Sector Elimination of political interference Reduced demand on the Public Sector budget Adjustment of port labor Other objectives : raising revenues for State Treasury

Core features

Divestiture Deregulation / Liberalization Competitive tendering Private ownership of operational assets with market-based contractual arrangements

Spectrum of Port Reform Tools


Public Management and Operations

Outsourcing
Management Contracts Lease and Rent Contracts Full Concession including BOT/BOOT/etc. Build, Own, Operate (BOO) Divestiture by license Divestiture by Sale Private Supply and Operations

Concessions

Anda mungkin juga menyukai