Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS PENGARUH ASEAN-CHINA FREE TRADE AGREEMENT (ACFTA) TERHADAP SEKTOR KOMODITAS PERTANIAN DI INDONESIA

disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Perekonomian Indonesia Dosen : Arif Pujiyono, S.E., M.Si

disusun oleh : Eko Nur Hidayat 12010111130186 Kelas D

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2014

ANALISIS PENGARUH ASEAN-CHINA FREE TRADE AGREEMENT (ACFTA) TERHADAP SEKTOR KOMODITAS PERTANIAN DI INDONESIA EKO NUR HIDAYAT

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan pengaruh dari pelaksanaan perjanjian ACFTA terhadap sektor pertanian di Indonesia . Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yang menggambarkan pengaruh dari pelaksanaan perjanjian ACFTA di sektor pertanian di Indonesia. Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh melalui kajian literatur dan literatur seperti buku, internet dan lain-lain. Teknik analisis yang digunakan bersifat teknik analisis kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberlakuan ACFTA di Indonesia terutama dalam holtikultura buah-buahan dan sayuran berpengaruh pada sektor pertanian di Indonesia . Penerapan ACFTA secara bertahap menimbulkan masalah baru bagi sektor pertanian di Indonesia . Sektor pertanian harus menjadi peningkatan utama dalam perekonomian Indonesia, hortikultura subsektor yang merasakan pengaruh yang paling signifikan terhadap lonjakan impor dari China , dan di sektor perkebunan yang merasakan pengaruh positif dari pelaksanaan ACFTA karena permintaan ekspor dari China meningkat . Pemerintah memiliki peran penting dalam melindungi produk pertanian di Indonesia sebagai akibat dari pengaruh ACFTA.

Kata kunci : ASEAN-China Free Trade Agreement, Komoditas Pertanian, Ekspor, Impor.

ABSTRACT

This study aimed to describe the impact of the implementation of ACFTA agreement on the agricultural sector in Indonesia. This type of research is descriptive research, which illustrates the impact of the

implementation of ACFTA agreement on the agricultural sector in Indonesia. The data used are secondary data that was obtained through a literature review and literature such as books, internet and others. Analysis techniques used are

qualitative analysis techniques. The results showed that the impact of ACFTA on Indonesia especially in horticulture fruits in the country that had an impact on the agricultural sector in Indonesia. Applicability ACFTA gradually raises new problems for the agricultural sector in Indonesia. Agriculture sector should be the main increase in the Indonesian economy, the horticulture sub-sector that felt the most significant impact to the surge in imports from China, and in the plantation sector that felt the positive impact of the implementation of the ACFTA as export demand from China is increasing. Government has an important role in protecting agricultural products in Indonesia as a result of the impact of ACFTA.

Keywords : ASEAN-China Free Trade Agreement, Agriculuture Comoditi, Export, Import.

PENDAHULUAN

Cina merupakan salah satu kekuatan utama ekonomi dunia, dan bersama dengan dua negara Asia Timur lainnya yaitu Jepang dan Korea Selatan telah menjadi mitra dagang terpenting Indonesia dan juga ASEAN dari tahun ke tahun. Untuk meningkatkan hubungan perdagangan dengan Cina, ASEAN, di mana Indonesia menjadi salah satu anggota telah menyepakati kerjasama

perdagangan bebas dalam kerangka ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA).

ACFTA dimulai ketika pada tahun 2001 digelar ASEAN-China Summit di Bandar Sri Begawan, Brunei Darussalam. Pertemuan kelima antara ASEAN dengan China ini menyetujui usulan China untuk membentuk ACFTA dalam waktu 10 tahun. Dalam kerjasama ini, hambatan-hambatan tarif dan non-tarif dihilangkan atau dikurangi dalam rangka mewujudkan perdagangan bebas dalam kawasan regional ASEAN dan China. Namun, tidak semua anggota ASEAN

menyetujui penghapusan tarif dalam waktu bersamaan. ASEAN6 yang terdiri dari Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Brunei Darussalam, dan Filipina menyetujui penghapusan per 1 Januari 2010 sedangkan CMLV (Cambodia, Myanmar, Laos,dan Vietnam) baru akan mengeliminasi dan menghapus tarif 1 Januari 2015.

Perdagangan ASEAN dan Cina diberlakukan dengan membebaskan tarif dan saling bertukar barang yang dinilai memiliki keunggulan di negara tersebut. Dalam hal ini, setiap negara dapat membuat barang apa saja yang menjadi kebutuhan penduduknya. Namun, dalam wilayah produksi terdapat perbedaan barang yang dinilai dari segi biaya produksi. Barang-barang yang memiliki biaya produksi rendah itulah yang akan diekspor kenegara lain sebagai komoditi unggulan, sedangkan barang-barang yang memiliki biaya produksi mahal dibandingkan harga dunia, maka akan dilakukan impor dari negara lainnya sehingga biaya yang dikeluarkan seimbang dengan nilai barang yang diekspor keluar negeri ataupun yang menghasilkan keuntungan.

Cina merupakan negara yang sedang berjaya dalam hal ekonomi hingga saat ini. Produknya telah merambah ke hampir seluruh dunia. Produk yang murah menjadi poin plus bagi Negara tersebut. Pertumbuhan ekonominya yang sungguh pesat membuat Cina menjadi aktor penting di kawasan Asia. Cina yang memberi dukungan besar terhadap industri dalam negerinya sehingga dapat menguasai pasar dunia.

Kuatnya perekonomian Cina ke Negara di dunia yang begitu membawa pengaruh begitu besar pada kawasan ASEAN, khususnya bagi Indonesia. Hal tersebut membuat pasar domestik di Indonesia menjadi tidak berimbang.. Data yang dilansir Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan neraca perdagangan sepanjang tahun 2013, Indonesia mengalami defisit.

Hasil produk pertanian merupakan yang paling rentan dalam keberlangsungan perdagangan bebas, terutama pada sektor Holtikultura yaitu buah-buahan dan sayuran. China tercatat masih mendominasi sebagai negara pengimpor komoditas buah dan sayur terbanyak bagi Indonesia. Dari data sementara Badan Pusat Statistik ( BPS ) impor buah-buahan Indonesia per Januari 2014 mencapai USD 64,1 juta. Angka ini naik dari bulan sebelumnya yang hanya USD 58 juta. Impor buah-buahan terbesar datang dari China dengan total nilai USD 52,9 juta dan naik dari bulan sebelumnya yang hanya USD 27,4 juta. Impor sayuran Indonesia dengan nilai total USD 36,3 juta. Angka ini terbilang turun dari Desember 2013 yang tembus USD 59,2 juta. Impor sayuran terbesar masih dirajai China. Impor dari China mencapai USD 26,8 juta dan turun dari bulan sebelumnya yang mencapai USD 32,8 juta. Masuknya produk Cina yang begitu besar ke Indonesia mengakibatkan Indonesia banyak mengimpor buah-buahan dan sayuran dari Cina. Jika kita melihat pola dan struktur perdagangan Indonesia-Cina selama

diberlakukannya ACFTA, sektor pertanian kurang mendapatkan manfaat dari pemberlakuan tersebut. Sebab dalam subsektor komoditas hortikultura Indonesia dibandingkan Cina pangan dan

mengalami defisit. Produk

Holtikultura yang dikosumsi masyarakat Indonesia justru banyak harus di impor dari Cina.

METODE Penyusunan paper ini menggunakan metode analisis dan studi pustaka dengan mengamati dan menganalisis sejumlah literatur yang telah ada dan terkait dengan tema paper ini. Sedangkan penulisan makalah ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Jenis Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yakni penulis memberikan gambaran yang jelas dan konkrit dalam hal ini adalah Analisis Pengaruh Asean-China Free Trade Agreement (ACFTA) Terhadap Sektor Komoditas Pertanian Di Indonesia.

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh ACFTA bagi Indonesia khusunya dalam pertanian, dapat diklasifikasikan menjadi pengaruh positif dan negatif. Pengaruh positif dari pejanjian ACFTA dari sisi konsumen atau masyarakat, kesepakatan ini memberikan angin segar karena membuat pasar dibanjiri oleh produk-produk dengan harga lebih murah dan banyak pilihan. Dengan demikian akan berpengaruh pada meningkatnya daya beli masyarakat sehingga diharapkan kesejahteraan pun dapat ditingkatkan. Namun, kesepakatan tersebut juga

memberikan pengaruh negatif yang justru membuat industri petanian lokal gelisah. Hal ini dikarenakan industri petanian lokal dinilai belum cukup siap menghadapi serbuan produk-produk China yang berharga murah. Produk-produk dalam negeri masih memiliki biaya produksi yang cukup tinggi sehingga harga pasaran pun masih sulit ditekan. Keadaan ini dikhawatirkan akan memicu pemutusan hubungan kerja (PHK) dikarenakan ditutupnya perusahaan dalam negeri akibat kalah bersaing.

Secara teori, perdagangan Internasional adalah perdagangan antar negara yang dilakukan tanpa hambatan, berpeluang memberi manfaat bagi masing-masing negara melalui spesialisasi produksi komoditas yang

diunggulkan oleh masing-masing. ACFTA merupakan hasil dari perdagangan

bebas yang disepakati Indonesia sejak bergabung dengan WTO (World Trade Organization), yang mengharuskan semua anggota menghapus tarif

perdagangan agar terjadi perdagangan yang bebas.

Berdasarkan UU No.38 tahun 2008 tentang ratifikasi piagan ASEAN yang menjadi landasan legal bagi ACFTA. Regionalisme ASEAN didirikan diatas pilar pasar bebas dalam pasal 1 ayat 5 Piagam ASEAN menyatakan: to create single market and production base which is stable, prosperous, highly competitive and economically integrated with effective facilitation for trade and invesmentnin which there is free flow of goods, service, and investment, and labour; and free flow of capital Selanjutnya kedudukan ACFTA dalam sistem perdagangan bebas global diperjelas dalam pasal 2 ayat 2 huruf (n) menyatakan: adherence to multilateral trade rules and ASEANs rules-based regines for effective implementation of economic comiitments and progressive reduction towards elimination of all barriers to regional economic integration, in a market-driven economy

Globalisasi dan liberalisasi memberikan tantangan baru bagi produk holtikultura. Pengaruh impor dari tahun ke tahun semakin meningkat menimbulkan kecemasan bagi pertanian Indonesia. Karena mereka sadar

bahwa produk Indonesia akan kalah bersaing dengan produk yang dari Cina. Perkebunan Indonesia mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Namun untuk sektor holtikultura termasuk produk-produk buah-buahan dan sayuran, penetrasi pada produk Cina jauh lebih tinggi dari Indonesia.

Pelaksanaan ACFTA berpengaruh langsung terhadap volume dan pola perdagangan Indonesia (ekspor dan impor) dengan Cina. Hal ini tergantung pada dua faktor domestik utamanya yaitu tingkat daya saing dan kapasitas produksi (supply respone) dari subsektor pertanian Indonesia yang sangat

kompetitif dan kapasitas produksi yang berlaku dalam posisi merespon sepenuhnya terhadap kesempatan pasar terbuka di Cina yang ciptakan oleh program tersebut, maka ekspor Indonesia ke Cina untuk komoditas-komditas tersebut akan meningkat. Sebaliknya, jika komoditas Cina lebih murah dan kualitas lebih baik atau paling tidak sama, atau Indonesia menghadapi hambatanhambatan dalam suplai. Ekspor Cina ke Indonesia yang akan naik, dan selanjutnya saldo dari neraca perdagangan dalam komoditas-komoditas itu akan positif bagi Cina dan negatif bagi Indonesia.

Munculnya ACFTA menghadirkan serangkaian tantangan terhadap sektor pertanian Indonesia. Dengan kata lain, liberalisasi pertanian ini menghasilkan kemenangan bagi yang kuat, dan kekalahan bagi yang lemah. Pengaruh dari penerapan tarif menjadi 0 persen antara Indonesia-Cina dalam kerangka ACFTA, memperlihatkan nilai impor yang dari tahun ke tahun semakin tinggi. Hal ini semakin memperjelas pertanian bahwa pasar asing. Indonesia juga semakin membuat

dikontrol oleh

produk-produk

ACFTA

Indonesia semakin tidak berdaya menghadapi pengaruh buruk dari perdagangan bebas karean dari segi struktur dan infrastruktur perekonomian Indonesia sama sekali tidak cocok dengan sistem perdagangan dimana pemetintah memiliki kontrol yang minimal terhadap proses aliran barang dan jasa.

Performa

sektor

pertanian Indonesia

tidak

sesuai

dengan

yang

diaharapkan. Karena, pertama untuk kebanyakan komoditas-komoditas yang termasuk dalam sektor pertanian, tingkat produksi di Cina selalu tinggi daripada Indonesia. Hal ini merupakan perbedaan bahwa pertanian Cina mempunyai kapasitas produksi yang lebih besar dibandingkan Indonesia, kedua Cina mengekpor lebih banyak daripada Indonesia untuk banyak komoditas pertanian, ketiga dalam pertanian antara kedua negara itu, banyak komoditas pertanian seperti buah-buahan daan sayur-sayuran, Indonesia mengimpor lebih banyak daripada mengekspor ke Cina, keempat untuk banyak komoditas ACFTA, Cina lebih kompetitif dibandingkan Indonesia.

KESIMPULAN

Dari

penjelasan

mengenai

Analisis Pengaruh ASEAN-China

Free

Trade Agreement (ACFTA) terhadap Komoditas Pertanian di Indonesia bias ditarik kesimpulan bahwa sejak penandatangan kerangka kesepakatan ekonomi antara ASEAN dan Cina pada tahun 2002, bahwa dalam perdagangan Indonesia dan Cina terjadi kenaikan secara signifikan, baik dalam impor maupun ekspor,

Dari

keseluruhan

ekspor

dan

impor

yang

ada,

bisa dikatakan

Indonesia lebih banyak mengimpor. Jika melihat dari keseluruhan total impor yang ada. Dari subsektor hotikultura Indonesia bisa dikatakan masih

bergantung pada impor. Misalnya buah-buahan dan sayur-sayuran Indonesia sampai sekarang masih dikatakan ketergantungan akan impor dari Cina. Tetapi disisi lain, kenaikan ekspor yang ada dinikmati oleh subsektor perkebunan, yaitu minyak sawit. Permintaan minyak sawit dari Cina itu sangat besar dibandingkan dengan Negara ASEAN lainnya.

Ini

membuktikan,

produk

unggulan

ekspor

kita

dalam

sektor

pertanian hanya minyak sawit dan produk unggulan impor kita dari Cina adalah buah-buahan dan sayuran yang bisa dilihat baik pasar modern maupun

tradisional, lebih banyak buah dan sayur yang diimpor daripada buah dan sayur lokal. Hal ini memberikan penagurh yang tidak baik bagi perkembangan sektor pertanian di Indonesia, karena dengan membanjirnya impor dari Cina, hal ini sangat merugikan petani Indonesia yang mempunyai pekerjaan di sektor pertanian. Dan hasilnya, lahan untuk pertanian dibuka menjadi lahan

perkebunan kelapa sawit karena permintaan ekspor yang semakin meningkat. Ini menunjukkan peran pemerintah Indonesia yang bisa dikatakan lebih

mementingkan produk unggulan seperti kelapa sawit untuk dibuka selebar-

lebarnya agar dapat mengekspor sebanyak mungkin dan produk yang ekspornya menurun dibiarkan tanpa tindakan yang menudukung untuk ditingkatkan perannya dalam ekspor pertanian.

DAFTAR PUSTAKA

BPS. Jumlah ekspor impor Indonesia tahun 2013. http://www.bps.go.id/eximframe.php?kat=2. Diakses pada : Maret 27, 2014.

http://bisnis.liputan6.com/read/2020368/ri-masih-gemar-impor-buah-sayur-asalchina. Diakses pada : Maret 27, 2014

Al-Furqon, Baid. Analisis Pengaruh Asean-China Free Trade Area (ACFTA) Terhadap Perekonomian Indonesia. http://redballeralfurqon.blogspot.com/2012/02/analisis-pengaruh-asean-chinafree.html. Diakses pada : Maret 26, 2014. Riyadi, Dimas Raditya. Dampak Masuknya Produk-Produk Cina Ke Indonesia. http://dimasraditya08.blogspot.com/2013/05/dampak-masuknya-produk-produkcina-ke.html. Diakses pada : Maret 26, 2014.

Setiawan, Sigit. Asean-China FTA : Dampaknya Terhadap Ekspor Indonesia Dan Cina. https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rj a&uact=8&ved=0CCcQFjAA&url=http%3A%2F%2Fwww.kemenkeu.go.id%2Fs ites%2Fdefault%2Ffiles%2F2014_kajian_pkrb_01.%2520ASEANCHINA%2520FTA%2520Dampak%2520Ekspor.pdf&ei=vU80UG6COXoiAf89IHgCg&usg=AFQjCNF5lMhSV8e6zY3CaVEQgLxZ0CHelg&sig 2=90IDJPh9tF6a8PNd29x7YQ&bvm=bv.63808443,d.dGI. Diakses pada : Maret 26, 2014.

Anda mungkin juga menyukai