Anda di halaman 1dari 215

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

Makhrus Ahmadi

MELAWAN LUPA
Sebuah Catatan Dalam Dosa

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

MELAWAN LUPA
sebuah catatan dalam dosa
Makhrus Ahmadi

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

MELAWAN LUPA Sebuah Catatan Dalam Dosa. Makhrus Ahmadi, 2010 Cetakan Pertama, 3 Maret 2010 Penulis Gambar cover Olah Cover : Makhrus Ahmadi : deviantart.com : Riza Kingstone

Diterbitkan: MIM Indigenous School PC IMM AR. Fakhruddin Kota Yogyakarta Dusun Kwaron RT 1 Ngestiharjo Kasihan Bantul www.mimidigenous.blogspot.com mim.informasi@gmail.com

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

Manusia sesungguhnya merupakan masalah yang paling rumit di alam semesta oleh karena itu ia memerlukan pencurahan perhatian yang besar (Ali Syariati) Perjuangan manusia melawan kekuasaan adalah perjuangan melawan lupa (Milan Kundera)

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

Untuk, Keluargaku di Madura, dan peri pecil yang selalu mengganggu tidur malamku hanya untuk membangunkan: apakah aku sudah mengingat Rabb-ku di pertiga malam.

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

KATA PENGANTAR

Lupasepertinya, penyakit yang tak pernah ada habisnya. Ia akan terus menjamur, selama kita tak pernah mau menumpasnya. Persoalan melawan lupa ini. Bukan terletak pada niat, yang kemudian kembali lagi pada keadaan semula. Perlawanan ini, haruslah dengan tindakan yang mampu merekam secara utuh mengenai apa yang kita sering lupakan. Lupa, memang tak bisa kita elakkan karena secara normatif penyakit lupa merupakan fitrah manusia. Masih melekat dalam ingatan saya, ketika Fahd Djibran dalam sebuah diskusi Rumah Tulis beberapa tahun yang lalu pernah mengatakan. Bahwa perjuangan kita sekarang ini adalah perjuangan melawan lupa, oleh sabab itu kita harus menulis tentang apa saja yang ada disekitar kita. Mulailah dari yang sederhana dan tidak terlalu besar. Kemudian kita tulis walau apa pun itu bentuknya. Sikap lupa, inilah yang kemudian menjadi bumerang bagi diri, saat kita sudah tak mampu lagi mengingat atas segala hal yang pernah kita rasakan. Semua orang mempunyai cara sendiri dalam menafsirkan sesuatu. Cara ini yang kemudian mengantarkan seseorang untuk berfikir dan berbuat atas apa yang ia rasakan. Cara tersebut, sebenarnya tidak bisa langsung hadir secara tiba-tiba. Melainkan, harus ada pertarungan dalam pikiran sampai pada dialektika yang sifatnya ideologis. Proses dialektika inilah yang kemudian mengalami pergolakan yang begitu panjang. Sampai

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

akhirnya menemukan formula yang cukup ampuh untuk melakukan sebuah tindakan yang dianggap perlu dan penting. Saya mencoba untuk melawan penyakit lupa itu dengan cara saya sendiri. Meski, kesannya terlalu egoistik. Namun, yang ingin saya sampaikan adalah bagaimana yang kita alami, apa yang kita rasakan, apa yang kita pikirkan, apa yang kita lihat, apa yang kita dengar, apa yang kita renungkan tidak begitu saja hilang. Tanpa ada jawaban. Sehingga, semua pertanyaan akan hal itu hilang, karena kerapuhan ingatan. Oleh karena itu, sacara sadar saya mengakui bahwa buku ini dirancang bukan dengan kekuatan sastra dan ketajaman anlisis. Melainkan atas dasar panggilan jiwa untuk melawan rasa lupa yang sering menghinggapi saya. Buku yang ada ditangan anda sekarang ini. Adalah bukti perlawanan, keresahan, kegelisan, kesoktahuan, kesok-idealis-an dan segala hal yang membuat saya berfikir dan terus berfikir, untuk menemukan jawaban. Yang saya anggap semakin jauh ketika saya terus berfikir dan bertanya. Dalam keadaan seperti ini, yang menuntut saya kembali mengingat apa yang pernah saya fikirkan dan saya lakukan. Hal tersebut tidak lain, melawan untuk mengembalikan semua itu (ingatan). Menurut saya, inilah jalan terakhir yang saharusnya saya lakukanmenulis. Sebenarnya, ketika manusia mengalami ketertekanan dan ketertindasan dalam segala bentuk. Maka dapat dipastikan ada sebuah perlawanan. Ia akan menuntut haknya meski harus mempertaruhkan dengan segala hal yang selama ini dianggap suci untuk dipertaruhkan. Perlawanan ini, sebenarnya bukan berarti melupakan

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

dasar-dasar yang selama ini ia junjung. Meski, dengan massa yang tak begitu banyak mendukung. Tapi, dengan semangat dan kepercayaan ia mampu melakukannya. Buku ini juga berangkat dari sebuah ketertekanan saya mengenai suatu hal, kemudian memuncak saat skripsi yang saya ajukan berujung penolakan sampai tiga kali. Dalam masa penolakan inilah, saya kemudian ingin mengumpulkan kembali puzzle-puzzle ingatan, impian dan tindakan yang sudah saya lakukan meski sederhana agar tidak hilang begitu saja. Saya mencoba mengingat semuanya. Tapi, ternyata puzzle-puzzle itu terlalu jauh dan sudah dipungut oleh tetangga yang pemulung yakni, si LUPA. Sederhana yang ingin saya sampaikan dalam buku ini: bahwa perubahan besar yang sering kita impikan. Seharusnya dilakukan dari perubahan kecil. Dari yang kecil inilah, kita mulai membuat surga-surga perubahan dengan harapan besar dan gila. Senjata yang harus kita persiapkan adalah kekuatan ingatan dan intuisi yang tajam. Sehingga mampu merekam secara utuh dan lupa itu pun dapat kita lawan dengan kekuatan kita sendiri. Saat lupa sudah menjadi kebiasaan sekaligus watak diri dan sudah mengakar dengan begitu kuat. Maka, hal tersebut akan merambat ke alam sekitar sehingga akan melupakan segala hal ada di lingkungan. Dan akhirnya, menjadi dosa sosial yang akan terus menghantui. Buku ini penulis persembahkan pada orang-orang yang selalu ada disisi dan membimbing penulis yakni bapak H. Syamsul Arifin Dahriy dan Ibu Sahriya Achmad Puran, Puk Mey, Mb Khos-Bang Khodar dan sang buah hati Aviseina Putri Khodaria. Adik-adik tercinta Mahdum

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

Ibrahim, Mahsun Ismail, Mabruroh Fadila Annisa, Muhammad Makbul NH dan si bungsu Mabsuzah Nabila Dahriy. Para guru spiritual : Abah Umar Habibie, Mas Eko Prasetyo, Mas Maruf, Fahd Djibran, Mas Irvan, Mas Patra, Mas Sobar, Mas Miko, Mas Sam, Mb Lia, Nizar, Achan, Joko, Mas Abi, Mas Zain, Hendri, Ilham dan lain-lain. Teman-teman yang ada di organisasi, tempat gagasan dan pengetahuan penulis dipahat di IMM Cabang AR. Fakhruddin Kota Yogyakarta: Halim, Leni, Aie, Amin, Akhyar, Robbi, Mirza, Riris, Nasik, Irul Fuadi, Amri, Sismi, Erna, Udin, Takim, Farida. Korps Instuktur IMM AR. Fakhruddin : Fitrah, Rijal, Zul, Andi, Ikhsan, Muthi, Amriza, Rohmad. IMMawan/i yang masih betap progresif di komisariat : Ipung, Barli, Irul Ndut, Mas Rubi, Husnu, Udin fakhri, Fitri, Septi, Ihsan, Rila, Kamal, Jenal, Fifin, Prasojo, Farhan, Zulfani, Muji, Dede, Rifandi, Tunggal, Parman, Arifdan lainnya. Maaf gak kuat ngabsennya. Sebagian masyarakat FAI UMY Puput, Ria, Luxmi, Flora, Rais, Asih, Lukqi, Shella, Ozan, Ahlan, Heru, Anggoro, Irfan, Ova, Farah, Uut, dan seterusnya. Semoga buku ini. Dapat memberi manfaat bagi anda para pembaca. Dengan keterbatasan yang dimiliki saya berharap anda hadir dalam ruang-ruang kritik, dirumah sederhana yang saya miliki agar harapan dan impian dapat tercapai. Tanpa ada sesuatu yang kita lupakan. Terima kasih. Suronatan, 11 Januari 2010 Makhrus Ahmadi

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

ISI BUKU
Pengantar Isi Buku Di Perempat Malam Saat Aku Memilih Sebatang Rokok Buatku Cabul Revolusi Diri Saat Idealisme ... Anak Itu Harus Bekerja Negeri Buram Happy New Years! Nyata Atau Ilusi HP dan Kampungku Gila Tragedi Namex Tamparan Hati Persahabatan Dunia Cyber Surat Bandit dan Bajak Laut Cong! Surat Cinta Tentang Penulis 5 9 10 23 30 38 47 59 64 74 78 85 90 95 102 111 167 179 185 213

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

DI PEREMPAT MALAM

Malam ini, rasanya badanku remuk. Karena seharian harus ikut kerja bakti, membersihkan kampung yang dilaksanakan oleh para warga ditempat tinggalku. Terlebih malam ini, aku harus tidur agak malam. Karena harus mengerjakan skripsi yang besok pagi harus diajukan pada dosen pembimbing. Capek dan mumet bercampur aduk dalam kepala. Yang tak lagi sanggup aku teruskan. Karena jam sudah menunjukkan pukul 00.30. Tanpa sadar tubuh, ku baringkan pada karpet yang sudah dua bulan terakhir belum mandi. Bau tak lagi mampu aku cium. Ditengah mata ini sudah tak mampu aku angkat. Akhirnya, aku pun terbang dalam dunia mimpi yang tak mampu aku gapai dunia yang sulit aku terjemahkan. Disela tidur yang penuh dengan mimpi abstrak, sehingga aku tak mampu menafsirkannya, terdengar seseorang yang memanggil sambil menggoyang-goyangkan badanku yang tidur seperti singa masai. Anakku bangunlah, bangun.. suara lirih ini menelusuk disela-sela rongga telingaku. Aku pun memaksa membuka kelopak mata yang mamang susah untuk digerakkan. Dan tidak ku sangka seorang bapak tua bersorban dengan kumis cukup tebal, juga berjengot tebal memutih dimakan usia. Wajahnya pun sudah mulai tak menampakkan aura mudanya. Anehnya, wajah bapak itu tampak dengan wajah berseri-seri.

10

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

Maaf bapak ini siapa ya, kok bisa ada disini? tanyaku yang sedikit heran sambil mengucek mata yang belum mau bersahabat. Aku pun mengumpulkan nafas yang masih berterbangan. Anakku, tak perlu kamu tanyakan itu. Sekarang kamu ambil wudhu dan temui bapak di masjid. Diujung gang kostmu ini bapak tua itu pun berdiri sambil mengusap kepalaku dengan rambut yang berantakan. Tangannya dingin seakan baru saja memegang es dari kulkas. Ia pun meninggalkan kamarku. Tanpa mengucapkan kata apa pun, selain salam. Aku arahkan mataku pada sebuah jam beker yang sengaja aku letakkan atas TV. Putaran jam itu menunjukkan jam 02.24. Artinya, aku tidur. Kurang kebih dua jam. Aku paksakan kakiku untuk mengambil wudhu. Memang berat rasanya. Tapi, bapak tua itu menyuruhku untuk menemuinya di Masjid. Setelah selesai mengambil wudhu aku pun berangkat ke masjid. Sesampainya disana aku melihat bapak tua itu sedang melaksanakan shalat tahajud. Aku pun tak mau ketinggalan. Maklum saja shalat ini sudah lama tak ku kerjakan. Tak terasa aku sudah melaksanakan shalat tahajud sudah sebelas rakaat plus witirnya. Rekor shalat sunnah yang pernah aku lakukan selama ini. Aku lihat bapak itu, lagi khusyuk berdzikir sehingga aku pun jadi canggung untuk menghampirinya. Menunggu, bagiku: merupakan sesuatu yang sangat menjemukan karena harus mengeluarkan banyak sikap sabar. Sesuatu yang selama ini sulit untuk ku kerjakan. Dengan sedikit keberanian aku mendatangi bapak tua itu. Namun, beliau

11

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

malah menyuruhku untuk membaca Al-Quran, sambil menunggu waktu shalat subuh. Setelah selesai shalat subuh. Bapak tua itu mendekatiku yang sedang duduk di emperan Masjid. Mungkin beliau sudah tahu bahwa aku sedang menunggunya. Assamualaikum..salam bapaki tua tersebut sambil duduk disampingku. Waalaikumsalam.. Maaf bapak. Sebenarnya, ada perlu apa ya? Saya sedikit heran dengan maksud bapak. Mulai dari membangunkan dan menyuruh saya untuk menemui bapak di masjid ini jawabku sambil bertanya maksud dari bapak tua itu. Anakku. Sengaja bapak membangunkanmu. Yang hanya menjadikanmu sebagai hamba yang tak tahu Tuhan, yang selama ini kau yakini jawab lelaki tua itu. Maksudnya gimana, Pak? Saya belum paham apa yang baru saja bapak katakan? tanyaku dengan lugu, dan belum bisa menangkap apa yang dikatakan bapak tua itu. Begini anakku. Waktu-waktu seperti ini jarang ada orang yang bangun terlebih untuk mengingat Tuhan mereka. Padahal dalam waktu seperti inilah, Tuhanmu membuka kran rahmat-Nya bagi semua hamba yang percaya pada-Nya. Aku berharap kamu bisa paham, kenapa bapak membangunkanmu dari tidur lelapmu. Lantas apa istimewanya saya. Sampai bapak harus membangunkan saya. Saya tak mempunyai apa-apa. Bukankah ada orang yang lebih pantas dari saya, untuk

12

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

bapak bangunkan? Tanyaku yang masih bingung kenapa bapak tua itu membangunkanku dari tidur. Itu adalah hak bapak. Kepada siapa aku harus bertamu dan bersilaturrahmi. Bapak menemuimu, karena bapak ingin menemuimu. Tapi, bukan hal itu yang ingin aku bicarakan denganmu anakku. Melainkan, bapak berharap kau dapat mengerti apa yang kau imani selama ini. Iman yang kau yakini harus dapat mempunyai pengaruh terhadap apa yang ada di sekitarmu, saudaramu yang masih mengalami ketertindasan: baik sacara fisik maupun hak. Hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan terbaik dan terjangkau, pendidikan yang berkualitas, murah dan mudah dijangkau jawab bapak tua itu. Saya masih kurang paham apa yang dimaksud bapak barusan. Saya udah mengerjakan shalat, membayar zakat. Meski, hanya zakat fitrah dan bersedekah jawabku. Anakku. Bapak bukan meminta untuk bercerita apa yang sudah kamu lakukan. Melainkan, bapak hanya ingin tahu kenapa kamu harus melakukan itu? Shalat, kalau hanya dimaknai sebagai rutinitas. Apalagi, keterpaksaan. Kerena, kamu takut dengan ancaman neraka. Itu hanya kesombongan terhadap Tuhanmu. Seharusnya, dengan shalat kau dapat mengambil berbagai pelajaran di dalamnya: yang mampu menumpahkan perasaan sosialmu. Ini hanya shalat saja Ujar bapak tua itu, seakan mengajariku tentang sesuatu: apa yang aku yakini selama ini. Sebenarnya. Ada hal yang selama ini cukup menganggu dalam benak dan pikiran saya. Terutama atas agama yang saya yakini: kondisi Islam sekarang terkadang

13

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

menjadi alat untuk memperkaya diri. Menjual firman Tuhan hanya untuk kepentingan beberapa orang juga kelompok. Bukankah, hal yang seperti ini, hanya akan mengantarkan seseorang yang kalah dalam pertarungan dunia pada agama (Islam): untuk berlindung dan menjadikan Tuhan tempat mengadu atas semua kegagalan? Islam akan selalu suci sampai kapan pun, anakku, Ia tak akan pernah lekang oleh perkembangan zaman, yang semakin lama semakin banyak permasalahan. Seseorang yang benar-benar menyakini suatu agama tak akan pernah menjadikannya sebagai orang kedua apalagi dilupakan. Kerananya, iman yang seharusnya dipunyai bukanlah iman yang justru menjauhkannya dari realitas. Seseorang yang mempunyai iman revolusioner akan mampu membaca realitas sosial yang ada di sekitarnya, ia akan menjadi amunisi untuk melakukan perubahan besar dalam masyarakat yang timpang baik sacara ekonomi, politik maupun sosial. Harus kamu sadari. Bahwa, posisi Islam bukan menyuruhmu atau menjadikanmu sebagai hamba yang pasrah dan tak mampu bebuat apa-apa. Banyak hal yang bisa engkau kerjakan sekarang, anakku. Ketimbang, hanya kuliah dan berdiam diri di kamar. Keluarlah, jumpailah saudaramu yang meminta-minta di pinggir jalan agar sadar dan menjadi manusia produktif. Ajarilah mereka pengetahuan dan agama, karena sudah menjadi tugasmu sebagai seorang yang mengeyam pendidikan Ilmu yang kau dapat itu: hanyalah kebetulan karena kau dapat bersaing dan bertarung dalam dunia pendidikan. Yang semakin hari, semakin mahal sehingga tak terjangkau

14

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

oleh merekayang papa. Bagi mereka, bertahan hidup adalah keharusan. Ketimbang memikirkan pendidikan yang tak terjangkau itu jawab bapak tua itu sambil membenarkan sorban putih yang mengikat kepalanya. Benar kata bapak. Ini adalah tanggung jawab saya sebagai seorang pelajar. Bukankah negara lebih bertanggung jawab atas pendidikan yang semakin gila ini? Saya tak mampu berbuat apa-apa, ketika sahabat saya harus menguburkan cita-citanya untuk masuk perguruan tinggi. Hanya karena biaya masuk kuliah yang tak terjangkau, sebab ada aturan yang dibuat oleh pemerintah dan pihak kampusuntuk membatasi jumlah orang miskin, lewat biaya kuliah dan uang gedung yang mahal kataku yang semakin heran siapakah orang yang sedang aku hadapi ini. Anakku. Lihatlah bendera partai politik yang berasaskan Islam, di luar masjid ini. Berkibar tanpa salah di depan pintu rumah Tuhan. Ingatlah tempat ini adalah tempat suci. Suci dari berbagai hal yang berhubungan dengan duniawi. Kalau hanya benderanya saja yang berkibar. Sedang semangat dan kemauannya loyo bagaimana bisa memahami Islam yang penuh dengan rahmat ini. Negara wajib memberikan pendidikan yang terbaik bagi rakyatnya. Karena itu, merupakan hak mereka dan negera wajib memenuhinya. Saat pendidikan tak mampu membangun karakter para peserta didik. Maka, pada saat itulah dunia pendidikan akan kehilangan ruhnya. Ruh yang akan membawa sang murid untuk memahami agama, realitas sosial bahkan dirinya sendiri. Dahulu bapak. Sering mengajar dengan mengulangulang berbagai hal yang diajarkan. Sampai beberapa murid

15

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

protes. Karena materi yang diajarkan hanya itu-itu saja. Bahkan tak ada perubahan. Tapi, kemudan bapak tanya mereka: apakah mereka sudah mengamalkan apa yang mereka pelajari selama ini? Kalau, mereka belum mengamalkannya. Maka, mereka pun bapak suruh untuk mengulanginya, begitu pun seterusnya. Itulah, pendidikan yang sebenarnya ada dalam Islam. Sesuatu yang kita pelajari, haruslah diamalkan. Meski, itu hanya sedikit jawab bapak tua itu sambil menepuk pundakku. Lantas, bagaimana pendapat bapak dengan lembaga pendidikan yang mengatasnamakan Islam. Tapi, harganya sungguh jahil. Ironisnya mengalahkan sekolah pemerintah dan sekolah non-muslim sekalipun. Saya tak bisa membayangkan, mereka yang miskin apa bisa masuk sekolah, yang tak ubahnya istana negara itu? tanyaku. Begini, anakku, tidak semua lembaga pendidikan Islam itu berwatak borjuis. Masih ada lembaga pendidikan yang masih mau berpihak, pada mereka yang miskin. Meski, tidak dapat dipungkiri juga, ada yang seperti itu. Kamu harus sadari, bahwa semua tempat adalah arena untuk belajar. Semua tempat, bisa menjadi guru terbaik. Apabila kamu mampu membaca fenomena itu. Kejarlah, segala impianmu meski dengan keterbatasan. Seseorang tak akan pernah bahagia, sebelum ia mampu membahagiakan orang lain. Sama halnya, kamu tidak akan pernah merasakan. Bahwa, pendidikan itu sangatlah penting. Sebelum kamu menikmati berbagai keterbatasan yang engkau jalani. Bersyukurlah, sebab kamu masih diberi kesempatan untuk mengenyam pendidikan sampai sekarang jawab bapak tua itu sambil merubah posisi bersilanya.

16

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

Maaf ya bapak. Kalo saya banyak bertanya. Kok saya merasa pernah melihat bapak. Tapi, saya sendiri pun lupa dimana tempatnya tanyaku masih penasaran. Nanti kau akan tahu sendiri, anakku jawabnya tersenyum. Aku pun sejenak terdiam dan berfikir. Siapakah orang yang sedang aku hadapi sekarang ini. Dalam benakku orang yang sedang hadapi ini, bukan orang sembarangan yang seenaknya membangunkanku dari tidur. Bahkan menyuruhku untuk menemuinya di masjid dini hari. Ada apa anakku, kok merenung. Sepertinya kamu sedang memikirkan sesuatu? tanya bapak itu yang justru mengagetkanku. Tidak ada apa-apa, bapak, hanya memikirkan sesuatu jawabku sambil berpura-pura tak berfikir bahwa yang sedang aku pikirkan adalah beliau. Bapak tahu apa yang sedang engkau pikirkan barusan. Kamu ingin tahu siapa sebenarnya bapak, kan? Nanti engkau akan tahu dengan sendirinya, anakku. Sekarang bagaimana dengan ilmu yang sudah engkau dapatkan selama ini, anakku. Apa yang sudah engkau kerjakan tanya bapak itu. Sebenarnya tak banyak yang saya lakukan. Jujur, saya sering memikirkan hal itu. Tapi, bingung ketika ingin berbuat. Kebingungan itu lalu diperparah dengan tidak berbuat apa-apa. Saya mencoba untuk membuat sekolah alternatif dan rumah baca. Tapi justru mengalami kegagalan. Karena saya pun tak mampu untuk konsisten mengelolanya. Akibat jarak yang begitu jauh di kampung saya berasal jawabku sedikit mengenang.

17

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

Anakku. Kamu tak akan pernah mengalami sebuah keberhasilan. Sedang kau sendiri tak mampu membangun keberhasilan itu. Ingatlah, perjuangan itu membutuhkan konsistensi dan kesabaran besar. Kalau kamu sudah menyerah dengan kegagalan. Maka dapat dipastikan perjuanganmu akan berakhir di sini. Dan tak menghasilkan apa-apa. Pertajamlah daya kritismu dengan aktif dalam organisasi dan banyak belajar. Sebab itu, akan dapat meleburkan semua ego yang selama ini sering orang tunjukkan tak terkecuali dirimu, anakku. Organisasi akan mengajarkan bagaimana bekerja sama dan saling menghargai. Memang betul. Bahwa oganisasi itu sangat penting dalam setiap dimensi kehidupan manusia. Karena manusia tidak bisa hidup sendirian. Saya sedikit belajar berorganisasi, meski kadang dianggap mencari keuntungan. Sementara saya hanya sedikit membantu teman-teman yang aktif dalam sebuah organisasi otonom milik Muhammadiyah. Organisasi yang saya anggap sangat relevan dengan pola pemikiran saya. Karena, dapat menemukan banyak hal yang tak mampu saya pelajari di lingkungan bukan Muhammadiyah, termasuk dalam keluarga saya. Atau mungkin bisa dikatakan saya masih muallaf di Muhammadiyah jawabku. Anakku, semua golongan itu mengacu pada satu titik utama. Yakni, Islam. Perbedaannya hal dalam kerangka penafsirannya saja. Islam itu hanya satu yaitu islam itu sendiri. Karenanya, Islam tak akan pernah habis untuk dipelajari. Saran bapak bagimu, janganlah mencari kehidupan di Muhammadiyah tapi hidup-hidupilah Muhammadiyah. Sebab kalau mencari kehidupan kamu tak akan pernah mendapatkan hal itu. Muhammadiyah dahulu

18

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

berbeda dengan sekarang dan yang akan datang, maka teruslah kamu bersekolah, menuntut ilmu dimana pun. Jadilah engkau guru tapi kembalilah ke Muhammadiyah. Jadilah master, insinyur dan lain-lain dan kembalilah ke Muhammadiyah jawab bapak itu, yang justru mengingatkanku pada sebuah sosok yang pernah kubaca dalam berbagai buku yaitu KH. Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah. Tapi, tidak mungkin laki-laki yang ada dihadapanku ini adalah KH. Ahmad Dahlan karena beliau sudah lama wafat. Saya justru jadi malu. Mungkin saya juga bagian orang yang mencari kehidupan di Muhammadiyah jawabku dengan nada sedikit lirih. Mencari hidup di Muhammadiyah. Yakni, menggunakan jabatan atau apa pun yang berhubungan dengan Muhammadiyah untuk kepentingan pribadi. Tanpa memperdulikan perjuangan Muhammadiyah. Jadi engkau tidak usah terlalu khawatir jika tidak pernah melakukan hal itu. Dan mudah-mudahan tidak akan pernah terjadi pada siapapun. Anakku, katakanlah apa yang benar itu benar dan buruk itu buruk. Tak usah kau ragu, anakku, sebab itu merupakan tugas kita bersama sebagai orang yang sudah mengenal Islam. Karenanya, Islam haruslah menjadi falsafah hidup untuk menjalani sesuatu dalam hidup ini jawab bapak tua itu yang membuatku sedikit tenang dengan kegelisahanku tadi. Ada sebuah kejadian ketika beberapa waktu lalu saat saya pulang ke kampung. Ada dua orang laki-laki yang mencegat saat saya, yang sedang mengendarai sepeda motor dan bertanya dengan menodongkan pisau, kamu

19

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

Muhammadiyah ya? saya pun terkejut dengan pertanyaan dan cara yang menurut saya kurang lazim. Saya menjawab, apakah ada yang salah dengan Muhammadiyah? Bukankah Muhammadiyah sama seperti yang lain?. Mendengar jawaban saya yang malah balik bertanya. Mereka justru menceramahi saya lalu mengatakan bahwa Muhammadiyah tidak mengamalkan sunnah (sunnah menurut mereka adalah budaya tahlilan, kejawen dan lainlain). Setelah mereka puas menceramah. Saya pun pamit dan berkata kita adalah saudara kenapa harus seperti ini? Saya pun dipersilahkan untuk melanjutkan perjalanan. Sejak kejadian itulah saya pun berniat mempelajari Muhammadiyah lebih serius dan menurut saya inilah ladang dakwah yang pertama harus saya kerjakan. curhatku pada bapak tua itu. Sekali lagi, segala sesuatu itu membutuhkan perjuangan dan kesabaran. Kejadian yang engkau alami itu tak saberapa dengan yang pernah dialami oleh para pendahulu penegak agama ini. Mereka harus mengalami pengasingan bahkan pengorbanan baik Harta, raga dan jiwa mereka. Dan ingatlah Muhammadiyah itu bukanlah agama baru. Melainkan, sebuah organisasi keagamaan yang pemahaman kegamaannya: mengajak kepada kebaikan dan menjauhi kemungkaran. Inti dari semua golongan yang ada itu adalah Islam. Teruslah engkau mendalami Islam, teruslah belajar, belajar dan belajar.. nasihat bapak itu. Iya bapak, saya akan belajar dimanapun. Bukankah semua tempat adalah guru sebagaimana bapak katakan tadi jawabku sambil tersenyum.

20

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

Sepertinya, perbincangan ini tidak terasa sudah menjelang waktu shalat dhuha. Ingatlah, anakku, jangan pernah melalaikan shalat. Dimanapun engkau berada sebab itu merupakan tiang agama, teruslah belajar.. Rajinlah untuk puasa dan shalat sunnah termasuk dhuha. Mari kita mengambil wudhu untuk shalat dhuha sebagai rasa syukur dan kunci membuka rizki pada hari ini... ujar bapak tua itu sambil mengajakku ke tempat wudhu. Kemudian bapak tua itu shalat di shaf nomor dua sedangkan aku shalat di shaf tengah. Aku pun melaksanakan shalat dhuha, shalat sunnah yang selama ini jarang aku kerjakan. Mungkin pagi ini, baru pertama kali shalat wajib yang aku kerjakan lengkap dengan sunnahnya. Selesai shalat aku lihat ke shaf depan. Ternyata bapak tua itu sudah tak ada. Aku selesaikan doaku terlebih dahulu, lalu aku cari bapak tua itu di sekeliling masjid. Ternyata tidak ada siapa-siapa. Selain penjaga masjid yang sedang membaca kitab dengan pintu kamar terbuka. Aku putuskan untuk pulang ke kost. Sambil memikirkan siapa bapak tua yang aku hadapi barusan: Apakah dia KH. Ahmad Dahlan? Rasanya mustahil. Ini tidak mungkin. Kalau pun benar. Lantas apa maksud beliau mendatangiku? terlebih membangunkanku dari tidur yang singkat. Lalu mengajakku untuk menemuinya dan mangajarkanku tentang banyak hal. Kalau pertemuan ini, hanyalah ilusi. Tak ada kata lain. Selain, aku ucapkan banyak terima kasih atas ilmu yang telah beliau berikan. Sebenarnya, Kiai Dahlan adalah sosok yang sangat aku kagumi. Organisasi yang beliau dirikan dahulu sekarang tumbuh besar dengan ribuan amal usahanya. Mulai pendidikan, taman kanak-kanak sampai

21

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

perguruan tinggi, PKU dengan kesehatannya dan panti asuhan dengan aksi sosialnya dan masih banyak lagi. Dalam benakku: kalau memang tujuan beliau adalah memurnikan aqidah umat yang sudah bercampur dengan TBC (tahayul, bidah dan churofat). Maka beliau saya katakan sudah sangat berhasil. Hal ini dapat dilihat makam beliau yang sangat sederhana dan sepi dari ziarah, apalagi sesajen. Pemandangan yang berbeda jika kita melihat amal usahanya. Sesampai dikamar. Aku pun belum menemukan jawaban siapa sebenarnya bapak tua itu. Kemudian, aku pun berkesimpulan bahwa bapak tua itu sudah memberikanku pelajaran yang sangat berharga. Bukankah, alangkah baiknya melihat apa yang dikatakan (diajarkan). Ketimbang siapa yang mengatakan.

22

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

SAAT AKU MEMILIH

Ada seorang pepatah yang mengatakan bahwa: ketika kamu dihadapkan pada dua pilihan dilematis maka ambillah yang paling beresiko. Ungkapan ini yang sepertinya sangat cocok ketika aku mau menginjak semester enam. Yang mulai tak mampu membayar biaya kuliah. Sebagai orang yang lahir dan dibesarkan dari keluarga yang sangat sederhana. Saat itu, kondisi keuangan keluarga dalam keadaan kurang aman. Maklum saja karena orang tuaku bukan seorang pejabat atau pegawai negeri. Melainkan seorang pedangang kecil dengan penghasilan tak menentu, jadi dari segi pendapatan tidak terlalu besar. Pada saat yang bersamaan aku sedang mendapat amanah sebagai Ketua BEM fakultas dan Ketua Bidang Kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Komisariat sekaligus masih aktif dalam Korps instruktur dalam perkaderan ikatan yang secara intensitas kegiatannya cukup padat. Orang tuaku sepertinya sangat khawatir jika kuliahku sampai tak terselamatkan. Aku mengetahuinya dari saudara yang memberitahu dan menyarankan, agar aku mencari kerja sampingan. Sebuah posisi yang teramat sulit untuk aku putuskan dengan cara tergesa-gesa. Sebab hal itu merupakan sesuatu yang sangat penting dalam proses perjalanan menuntut ilmu. Aku harus menyadari bahwa

23

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

apapun yang aku putuskan merupakan yang terbaik bagi masa depan dan keluargaku. Dalam keadaan dilema inilah. Aku harus mengambil keputusan yang tepat. Otakku terus berputar, apa yang harus aku lakukan dan aku putuskan. Padahal saat itu pekerjaan organisasi selalu mengiringi untuk segera dilaksanakan. Ditengah kebimbangan, aku mencari jalan dengan cara bertanya kepada teman-teman dekatku disamping shalat istikhoroh dan doa yang selalu mengalir dalam rentetan shalatku. Sekitar tiga minggu aku memikirkan hal ini yang akhirnya sampai pada satu keputusan aku harus memilih Organisasi. Pillihan inilah yang menurutku lebih rasional. Karena hal tersebut sudah menjadi keinginan sejak pertama kali kuliah. Tuhan tidak akan membiarkan hambanya selalu dalam kesusahan. Terlebih yang dikerjakan adalah perbuatan baik. Organisasi seakan menjadi senjata yang tetap aku pegang sebagai modal besar masa depanku, karenanya aku yakin! Aku sudah mengambil keputusan dan aku menceritakan hal tersebut kepada saudaraku. Perdebatan panjang diantara kami mulai terjadi hingga akhirnya terlontar sebuah kata yang sampai saat ini masih mengakar keras dalam otakku. Seharusnya kamu bisa berfikir realistis sebagai orang terpelajar. Kondisi seperti inilah yang harus kamu lakukan. Orang tua kita lagi tidak punya uang untuk membayar kuliahmu. Lebih baik, kamu mencari kerja daripada ikut organisasi yang tak jelas arahnya kemana. Emang

24

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

organisasi bisa ngasih kamu apa? apa bisa bayar kuliahmu?. Mendengar perkataan tersebut dadaku terasa sesak untuk bernafas, juga mau menangis. Tapi keputusan dan niatku sudah bulat, aku harus yakin tanpa ragu. Maka, dengan tegas aku katakan pada saudaraku. Kakak tidak tahu, tangung jawab apa yang sekarang aku emban. Menurutku, ini bukan sesuatu yang sepele. Apalagi, diremehkan begitu saja. Tolong ngrertiin aku sedikit saja, Kak. Terlebih aku dilantik dengan syahadat. Tuhan jadi saksi dan akan dimintai pertanggung jawaban kelak. Kalau semester ini, mamang sudah tidak ada biaya untuk bayar kuliah. Aku akan mengambil cuti sementara. Organisasi bagiku adalah sesuatu yang tidak bisa ditawar lagi. Aku bukan pengecut yang mudah sekali berbalik arah. Dan keputusanku ini sudah bulat. saudaraku hanya bisa terdiam dan meninggalkanku, yang sedang duduk bersandar di kursi kost. Malam harinya aku menelpon kedua orang tuaku yang berada di kampung dan menceritakan semuanya. Termasuk keputusan yang aku ambil untuk tetap melimilih organisasi. Mereka memakluminya karena demi organisasi aku mengenyampingkan segala hal yang berhubungan dengan pacaran. Aku tak mampu mengerjakan banyak hal dalam satu kesempatan. Ditengah pembicaraan bapakku berpesan bapak berharap, semuanya harus mengenyam pendidikan sesuai dengan harapan kalian. Rejeki yang menentukan Allah bukan manusia, manusia hanya pelantara. Bapak juga tak berharap kamu belajar hanya untuk mendapatkan gelar dan bekerja. Habis itu selesai. Semua berharap apa yang kamu dapatkan bisa bermanfaat bagi orang lain. Banyak

25

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

orang yang berpandangan bahwa orang yang berhasil adalah mereka yang mempunyai banyak gelar dengan harta yang melimpah. Tapi, apa guna itu semua. Tidak akan pernah dibawa ke dalam kubur. Bapak tak punya banyak harta untuk diwariskan. Selain, kamu dan saudaramu tetap kuliah dan belajar sampai batas yang jauh aku hanya mampu mengelus dada saat mendengar pesan bapak yang begitu dalam. Meski beliau tidak sempurna mengenyam pendidikan formal. Saya sudah memutuskan memilih untuk tetap menyelesaikan organisasi selama kuliah dan akan serius bekerja apabila sudah tiba saatnya. Tanggung jawab yang diemban ini harus saya selesaikan. Ini semua amanah yang harus dijalani. Allah memberikan rizki pada semua hambanya. Semut hitam yang berjalan di malam hari Allah berikan rejeki, perampok dengan segala niatan buruknya juga mendapatkan rejekinya Saya yakin bahwa niat saya ini baik dan semoga Allah pun punya rencana tersendiri, apa pun itu. Saya mohon bapak dan ibu yakin. Apa yang saya kerjakan ini bukan sesuatu yang hanya mengisi waktu kosong. Sejak dulu, saya sudah berniat untuk terjun dalam kegiatan ini. Apapun hasilnya jangan lihat sekarang. Tapi, tolong lihat nanti karena semuanya membutuhkan proses yang begitu panjang dan tolong jangan pernah tangisi. Apabila saya masuk penjara, karena ikut aksi demonstrasi. Atau, apapun yang berhubungan dengan organisasi. Tapi, apabila saya masuk penjara. Karena berjudi, main perempuan, korupsi. Tangisilah dan tolong jangan jenguk saya. Nilai saya juga tidak anjlok hanya karena hal ini, jadi saya harap bapak sama ibu restui saya dengan pilihan yang saya pilih ujarku untuk meyakinkan kedua orang tuaku.

26

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

Kalau itu memang sudah menjadi pilihannmu. Maka, jalanilah. Jangan pernah berpaling. Sebab itu, merupakan tanda kamu seorang pengecut dan mudah menyerah. Jangan pernah sombong terhadap apa yang kamu miliki, apa pun itu. Hidup itu mempunyai dua sisi yang akan terus menerus melekat dalam segala hal. Ada senang, ada susah. Ada cinta, ada benci. Semuanya akan terus berputar sesuai dengan keinginannya. Karenanya, saat kamu dalam keadaan senang. Maka, ingatlah kesusahan. Saat kamu keadaan susah. Maka, sabarlah dan teruslah berdoa. Jangan pernah menyerah. Karena bahagia atau senang akan mengikutimu dari belakang. Jangan pula meninggalkan shalat dan mengaji. Sebab itu merupakan hal vatal dalam hidupmu sebagai manusia yang mempunyai agama. Ingatingat betul apa yang kami pesankan ini ujar ibuku dengan nada yang begitu lirih namun sangat tegas. Setelah aku mampu meyakinkan semua keluarga. Maka, aku pun kembali mendapatkan semangat baru dalam melangkah di organisasi. Sebuah semangat dan dukungan yang tak pernah aku dapatkan selama ini. *** Satu bulan kemudian ternyata Tuhan memperlihat kemurahan-Nya. Aku mampu membayar kuliah dari uang yang diberikan oleh saudaraku yang mendapatkan bonus dari tempat ia bekerja. Karena prestasi kerjanya yang cukup baik, bahkan uang tersebut melebihi biaya kuliahku kemudian sisanya aku putuskan untuk membeli buku, yang beberapa waktu lalu aku sangat inginkan.

27

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

Saat ini aku sudah semester akhir. Dan semua berjalan dengan sebagaimana mestinya. Sesuai dengan yang aku harapkan sebelumnya. Meski, ada sedikit kendala yang tak berarti. Kekhawatiran dan ketakuatan yang awalnya selalu memberontak dalam pikiranku. Ternyata, sama sekali tidak terjadi. Lebih tepatnya kekhawatiran dan ketakutan itu merupakan sebuah kegagalan yang memang sudah direncanakan. Aku mampu memahat dan belajar banyak hal dalam organisasi termasuk, idealisme. Aku hanya ingin meyakinkan diri. Untuk tetap bertahan dalam segala hal yang sudah aku yakini. Aku juga meyakinkan diri untuk tetap tidak berpaling dari amanah yang sudah dipercayakan orang lain. Keyakinan inilah yang aku dapatkan selama di organisasi. Selain itu nilai akademikku masih bisa aku pertahankan. Meski harus merelakan diri untuk ditinggalkan oleh sebagian teman sekelas yang sudah wisuda. Itulah pilihan! Perlu aku tegaskan bahwa: aku tak mau disebut sebagai seorang aktivis. Bagiku sebutan itu merupakan sebuah gelar yang pantas disematkan bagi mereka yang telah mempunyai karya nyata dalam segala aktivitas yang telah ia lakukan. Bukan bermaksud tak mau percaya diri. Tapi, rasanya otakku tak bisa menerima hal itu. Buat apa aku mengatakan dan mengerjakan sesuatu yang bertentangan dengan akal dan hati. Aku tak mau terjebak dalam heroisme apalagi elitisme yang simbolik. Sungguh aku tak mengharapkan hal itu.

28

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

Perjalananku masih panjang dan masih banyak yang belum aku kerjakan. Ini hanya sekelumit kisah yang aku alami untuk belajar memahat gagasan dan menempa diri dalam pesantren organisasi. Tak ada kehidupan, jika ada orang yang ingin terjun kedalam organisasi hanya untuk mencari penghidupan. Tapi yang ada, hidupilah organisasi tersebut. Memang tak banyak yang aku berikan kepada organisasi, justru tanpa aku sadari keuntungan yang aku dapatkan. Meski aku tak pernah menuntutnya apalagi meminta. Maafkan, bila aku belum bisa memberi lebih yang aku beri selama ini. Kadang seseorang membutuhkan waktu yang begitu lama dalam mengambil keputusan vatal dalam hidup. Tapi keputusan yang dilandasi dengan sebuah keyakinan akan menjadi sebuah ilham yang mampu membuatnya bertahan. Abu Dzar cukup besar dalam memberikan contoh bahwa kehidupan ini harus dijalani dengan keyakinan. Bukan justru di ukur dari besaran materi, meski ia harus menentang khalifah yang pada saat itu berkuasa dan akhirnya ia pun harus meninggal dalam kesunyian. Persis dengan apa yang telah diramalkan oleh nabi. Aku mungkin tak bisa seperti Abu Dzar yang maqam keimanannya terlampau jauh di atasku. Tapi aku hanya ingin belajar banyak hal dari apa yang dialaminya. Yakni, sebuah perjalanan hidup yang harus dilandasi dengan dasar keyakinan. Semoga aku dan kawan-kawanku lebih banyak lagi belajar dari sebuah keadaan. Amin..

29

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

SEBATANG ROKOK BUATKU CABUL

Masa remaja adalah masa yang penuh dengan kesan. Sekaligus kenakalan yang begitu menggila. Sebuah masa dimana sikap penasaran akan sesuatu merupakan yang lumrah dan tak dapat dielakkan. Mungkin karena masa ini merupakan masa puber bagi seorang remaja. Sehingga segalanya ingin dilakukan. Sebenarnya, aku sangat malu untuk manulis hal ini. Karena bagi sebagian orang merupakan sebuah aib. Tapi, dalam batinku terus melawan untuk menulis sebagai sebuah pelajaran. Ini adalah kisah, dimana aku masih menjadi seorang perokok aktif, tapi bukan untuk saat ini. Aku ingin mengajak pikirinanku kembali ke belakang. Kembali mengingat sebuah masa, yang bagiku sungguh begitu kurang ajar. Tapi tak apa, masa itu yang membawaku sedikit lebih baik. Kala itu, aku masih menginjak kelas dua sekolah tingkat pertama. Seperti biasanya, saat jam istirahat sekolah. Aku dengan teman-teman duduk ditepi jalan, sambil ditemani segelas es teh dan kepulan asap rokok yang sedang menari latar. Canda tawa sudah menjadi santapan kami sehari-hari, meski terkadang berbuah keusilan.

30

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

Di tengah canda tawa itu. Salah satu dari kami. Sebut saja, namanya Haqi. Menantang kami yang sedang nongkrong Aku punya usul nih. Kira-kira, kalian berani tantangan gak? mendengar ucapan Haqi anak-anak yang ada disekitarnya menatap kearahnya. Emang tantangannya apaan? sahutku. Kalian lihat cewek yang sedang menuju ke arah kita itu? tunjuk Haqi ke arah cewek yang sedang menuju kearah kami: namanya, fifin. Dia kakak kelasku. Hampir sebagian besar anak di sekolah mengenalnya. Karena dia merupakan artis tercantik di sekolah kami. Aku tantang kalian semua. Siapa yang berani meremas pantat tu cewek (maaf). Aku traktir rokok satu batang perhari selama satu minggu. Termasuk kalian yang ada disini ujar Haqi dengan ide gilanya. Semua anak-anak yang nongkrong disitu terkejut dengan tawaran itu. Gila bener kau ini. Membangunkan singa masai yang sedang tidur. Kacau kau agh...ujar Zain sambil menghisap rokok. Kelihatannya ini memang ide gila. Tapi menurutku, tantangan ini merupakan bukti kalau kalian semua adalah para perokok sejati. Hadiahnya gak seberapa, tapi nyalimu itu lho bung. Ada yang berani gak? Kamu, Cak, berani gak? Udah gak usah banyak alasan. Khusus kamu, aku bertaruh satu bungkus. Gimana? ujar Haqi yang justru menantangku.

31

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

Gak ada hubungannya itu dengankujawabku sambil mengambil es teh yang ada disebelahku. Kamu sudah duduk disini, Cak. Berarti kamu sudah menjadi bagian dari kami. Ini sudah menjadi aturan kita bersama dari dulu kan? Siapa yang duduk bersama kita. Maka, harus ikut aturan kita sahut haqi. Oke, sepakat. Tidak usah satu bungkus cukup satu batang saja. Tapi ingat, semua duduk disini harus ngasih satu batang setiap hari. Selama satu minggu jawabku yang justru membuat semua orang heran dan tak percaya: bahwa aku menyetujui tatangan gila itu. Kami disini, akan lihat sejauh mana keberanianmu, Cak. jangan-jangan malah kabur. hahaha... ujar anak-anak yang lain, meledekku. Tak lama setelah itu. Fifin pun lewat di depan kami, siualan bibir teman-temanku yang dower saling bersautan dengan begitu genitnya. Teriakan Maju-maju... sudah mulai terucap dari mereka. Aku pun langsung mengikuti Fifin dari belakang. Kurang lebih 10 meter dari tempatku duduk. Aksi cabul itu terjadi. Aku meremas sebelah potong semangka yang seharusnya tidak aku lakukan. Teriakan Wuuiihh... dari temanku pun bergemuruh. Fifin yang kaget dengan perbuatanku. Langung menoleh ke arahku, dengan tatapan yang begitu tajam seakan memangsaku. Cowok kurang ajar, tidak sopan bentak fifin dengan amarah yang memuncak. Aku pun mundur dua langkah ke

32

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

belakang. Karena aku mengira dia sepertinya mau memukulku. Awas ya..! Aku laporin kejadian ini kepada kepala sekolah nanti. Biar tahu rasa kamu ini ancam fifin sambil berjalan dengan menarik tangan Meryteman karibnya. Aku pun kembali ke gerombolan teman-temanku yang menyambutku bak seorang pahlawan yang habis pulang dari medan perang. Mereka pun mengumpulkan rokok yang sudah menjadi taruhan sesuai dengan kesepakatan awal. Pikirku Kok bisa ya aku lakukan ini sepertinya aku menyesal, tapi sudah terjadi. Ada apa cak? Sepertinya fifin tadi ngancam kamu. Emangnya dia ngomong apaan? tanya Haqi sambil memberikan rokok hasil taruhan padaku. Dia mengancam mau laporin ke kepala sekolah, men. Gimana ini? Waduh.. Matilah kita. Bisa-bisa orang dipanggil ke sekolah dan kita semua jadi tumbal Sudahlah, aku yang tanggung.. Ya iyalah. Kau yang nanggung, Cak. Kamu juga kok yang enak. Hahaha..Ujar Hadi meledekku. Lima menit kemudian aku pamit juga teman-temanku untuk mengambil tas di kelas. Aku mau bolos dulu hari ini. Setelah kejadian itu. Aku pun tak masuk sekolah selama tiga hari dengan alasan sakit. Bukan sakit serius tapi pura-pura sakit dengan cara yang kubuat sendiri. Dan terlalu rahasia untuk aku ceritakan. tuamu

33

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

Haqi main ke tempatku dan menceritakan segala hal yang terjadi di sekolah selama aku tidak masuk. Surat pemanggilan untuk orang tua pun belum ada dari sekolah. Karena itu, aku penasaran apa yang terjadi. Haqi menceritakan semuanya termasuk saat kepala sekolah masuk kelas Bapak mendapat pengaduan dari salah seorang murid. Katanya, ada yang menggangunya pada jam istirahat kamarin pagi. Dia mengatakan pelakunya berasal dari kelas dua. Sekarang mengaku siapa orangnya, sebelum saya suruh menghadap ke ruangan saya? tanya kepala sekolahku. Iya, pak, saya tahu orangnya. Pakai baju putih dan berbuntut putih ya, pak? sahut Haqi bercanda. Serentak murid yang ada dalam ruangan tertawa. Mendengar jawaban Haqi tersebut kepala sekolah langsung menghampirinya. Tanpa banyak jurus kepala sekolah langsung menampar Haqi. Kamu dipikir ini masalah main-main apa..? ujar pak kepala sekolah, ruangan kelas langsung sepi tak ada satu pun murid yang bersuara. Orangnya sekarang tidak masuk, Pak celetuk Hadi yang satu bangku denganku. Suruh menghadap saya. Kalau orangnya masuk jawab kepala sekolah sambil meninggalkan kelas tanpa mengucapkan salam. Mungkin lupa. Mendengar cerita Haqi. Aku pun tertawa terpingkalpingkal. Orang yang selama ini agak disegani di sekolah ternyata kena tampar. Dia menyuruhku untuk masuk

34

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

sekolah. Teman-teman yang lain siap membantu termasuk menceritakan semua alasan dari kejadian itu. *** Esok harinya. Aku langsung menghadap kepala sekolah. Sesampai diruangannya, aku melihat wajah kepala sekolah sudah menunjukkan raut yang aneh. Dalam bathinku: mati aku, kayaknya pak kepala sekolah siap menyantapku. Setelah itu, aku duduk di tempat yang telah disediakan dan kepala sekolah berkata kamu tahu kesalahanmu apa? Iya, Pak. Saya mengakui bahwa sayalah yang melakukan perbuatan tidak senonoh terhadap fifin tiga hari lalu. Mungkin bapak juga sudah tahu alasannya dari teman-temanku yang lain jawabku dengan wajah menunduk. Bapak masih memikirkan hukuman yang pas untuk perbuatanmu ini. Karena ini adalah kesalahaan terbesar dalam aturan sekolah. Asal jangan panggil orang tua saya, Pak. Saya terima apa saja hukuman yang bapak berikan. Tapi tolong jangan suruh bunuh diri ya, Pak jawabku dengan sedikit bercanda. Kamu ini sudah salah malah bercanda. Apa saya keluarkan saja, kamu dari sekolah ini! ujar kepala sekolah sentak mengagetkanku. Begini, Pak. Saya janji tidak akan melakukan hal ini lagi. Bener Pak, Saya janji.. rayuku.

35

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

Begini saja. Berhubung kamu, belum pernah berbuat kasus di sekolah ini. Bapak kasih hukuman untuk meminta maaf kepada fifin. Dan harus membersihkan halaman sekolah selama satu minggu. Bapak juga akan pegang janjimu itu. Sekarang, kamu boleh tinggalkan ruangan ini jawab kepala sekolah. Sepertinya, kepala sekolah mengerti betul alasan kenapa aku berbuat demikian terhadap Fifin. Aku pun meninggalkan ruangan kepala sekolah dan menemui Fifin yang berada disamping kantin sekolah. Karena jam masuk kelas masih sekitar 15 menit lagi. Saat Fifin melihatku sedang berjalan menuju kearahnya. Ia pun mengeluarkan wajah murkanya, merah bercampur benci yang terlalu sangat. mau apa kamu kesini. Masih belum cukup mempermalukan aku di depan umum? Dasar orang tak tahu etika.. bentak Fifin, sebelum aku mengutarakan maafku. Iya. Aku salah. Aku kesini mau minta maaf atas kejadian kemarin. Jujur aku itu diolok-olokin sama tementemen. Kalau aku tidak berani melakukan kejadian itu. Semua itu aku lakukan demi taruhan rokok, sama anakanak yang lagi kumpul disana. Sekarang aku juga sudah dikasih hukuman kepala sekolah. Untuk membersihkan halaman selama satu minggu. Maafin aku fin, aku janji tidak akan ngulangi lagi ucapku, mengemis maaf. Inget. Tidak segampang itu aku maafin kamu.. jawab fifin meninggalkan aku sambil mengajak teman-temannya untuk masuk kelas. Setelah kejadian kemarin itu. Fifin semalaman menangis. Dia bilang kamu tidak bisa menghargai seorang

36

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

perempuan. Mungkin, dia butuh waktu untuk itu bisik Mery teman fifin padaku sambil mengikuti Fifin dari belakang. Sepertinya, penyesalan memang tidak akan pernah ada di depan, pasti di belakang. Aku memenangkan taruhan itu dan menikmati hasilnya. Tapi menyakiti orang lain. Fifin sepertinya, tidak bisa memaafkan aku. Walaupun, aku sudah minta dan menyaksikan sendiri hukuman yang aku terima dari kepala sekolah. Ia tak pernah menegurku. Meski, kami sering berpapasan. Wajah Fifin selalu menunduk dan tak pernah mengucapkan apa-apa seperti isyarat Aku belum memaafkanmu. Bahkan, sampai lulus pun. Ia tak pernah memberikan jawaban atas maafku. Padahal, aku sudah mencarinya untuk mendapatkan jawaban dari kata maaf itu. Ia hilang seakan ditelan bumi. Namun, info yang aku dengar dari salah seorang sahabatnya. Fifin sudah pulang ke daerah tempat ia dilahirkan dan tak ada pesan untukku. Meski, sekedar hanya kita aku terima maafmu Menyesalbagiku bukan sebuah solusi, yang harus aku banggakan. Tanpa adanya perbaikan diri. Kejadian itu sampai saat ini, masih kuingat dan terasa sulit untuk dihempaskan, kejadian yang sedikit menyadarkan aku untuk lebih sedikit feminim terhadap perempuan dan menghargainya. Sekali lagi, Fifin. Maafkan..

37

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

REVOLUSI DIRI

Berawal dari sebuah training politik yang diadakan oleh IMM AR. Fakhruddin pertengahan tahun 2008. Training yang dilaksanakan di sebuah kampung. Aku para peserta yang lain, sengaja ditempatkan di kampung. Sehingga mau tidak mau menuntut untuk bergaul dan mambaur dengan masyarakat sekitar. Dalam training politik tersebut. Memang tak ada acara lain. Selain, membaca buku, berdiskusi, mengikuti materi, makan dan tidur. Disela-sela waktu, saat jam istirahat di hari pertama. Aku menyempatkan diri untuk membongkar buku yang sudah disediakan oleh pihak panita bersama peserta yang lain. Aku melihat buku tipis bergambar seseorang mengeluarkan asap dari tenggorokannya. Judul buku itu Jangan Tanya Mengapa Pabrik Rokok Untung Besar karya Eko Pasetyo dan Terra Bajraghosa yang diterbitkan oleh Resist Book. Buku bergambar (bisa dikatakan komik), yang menggambarkan kebiasaan hidup merokok yang begitu menggila. Setelah selesai membaca itu. Aku harus mengakui memang terprovokasi oleh buku tersebut. Aku langsung berniat untuk berhenti total dari kegiatan merokok pada saat itu juga. Dalam buku itu, ditulis dengan cukup jelas bahwa merokok memang bukan hanya sekedar sebuah kebiasaan. Melainkan letak bagaimana kapitalisme itu

38

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

berjalan secara sempurna. Dimana telah terjadi penindasan dan ketimpangan yang begitu menggila. Namun, yang paling tidak disadari dari penindasan tersebut: adalah penindasan terhadap diri lewat kebiaasan pada diri sendiri. Kebiasaan ini juga ternyata membawa para pemilik paprik rokok menjadi orang yang bergelimang harta. Seperti halnya: Budi Hatono bos, persahaan rokok Djarum yang nilai total kekayaannya mencapai 37,8 triliun. Sedang bos perusahaan rokok Gudang Garam nilai kekayaannya 31,5 triliun. Itu pun data dalam buku itu. Dengan mengutip hasil survey orang terkaya di dunia inijadi tidak menutup kemungkina bertambah. Seiring berjalannya waktu. Seorang kawan, bahkan mengatakan tak bisa berfikir tanpa rokok. Dan yang lebih ekstrim tak bisa hidup tanpa rokok. Sungguh sangat mengerikan. Rokok sudah tak ubahnya tuhan yang harus ada satiap waktu. Pemujanya ada di mana-mana: bahkan negeri ini, adalah surganya tuhan ini bersemayam. Para pemuja setianya tak terhitung. Saking setianya, para pemujanya siap mengorbankan jiwa, raga, harta, anak dan istrinya. Aku tak mau bermunafik ria. Kalau aku dulu juga menjadi pemuja setia tuhan yang satu ini. Butuh waktu panjang dan niatan yang kuat untuk bisa tobat. Sebagaimana ditulis dalam buku itu berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS): bahwa, orang miskin lebih banyak mengalokasikan dananya untuk membeli rokok ketimbang membeli beras, daging, susu, hanya untuk mempertahankan kebiasaan merokok. Dan tak tanggungtanggung produksi rokok 220-225 miliar batang, merupakan hasil hisapan atau diserap oleh masyarakat

39

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

miskin. Ngeri, Indonesia saat ini. Menduduki posisi nomor tiga konsumen rokok dunia. Buku itu seakan menyihirku. Untuk kembali merefleksikan: bahwa rokok bukanlah sebuah kebiasaan belaka. Melainkan, sesuatu yang membawa para pecandunya terhadap kesengsaraan yang begitu dalam. tidak ada jaminan sosial oleh pabrik saat para penghisap rokoknya mengalami cacat kesehatan. Bahkan memang tidak ada perusahaan rokok, yang mampu membuat sebuah gerakan yang mampu menjadikan, si miskin mendapatkan haknya dan si kaya menunaikan kewajibannya. Dalam akal pikiranku: yang ada, malah negeri ini merupakan surga para pecandu rokok dan pabrik yang menyediakan itu semua. Lebih jauh paprik rokok, malah dengan seenakya memakan tempat yang pada dasarnya memang punya puplik. Negeri ini adalah surga bagi para perokok lihat saja : naik bus kota sopir, kondektur dan penumpangnya asyikasyikan kontes rokok, penjaga parkiran kampus merokok, mahasiswa dan dosen sembunyi-sembunyi cari tempat untuk merokok, acara diskusi pembicara dan pesertanya merokok, sopir dan kondektur bis kampus merokok, abang becak merokok, tukang ojek merokok, pemulung merokok, pengemis di perempatan lampu merah minta-minta sambil merokok, anak band terkenal merokok, aktivis demo sambil merokok, kuli bangunan merokok, mahasiswa dan dosen di kantin terlihat merokok tak peduli larangan bebas asap rokok yang ada didepan kampus, di toilet terminal, kost dan kampus ada orang merokok, pengamen main gitar sambil merokok, pembeli dan penjual di angkringan adu cepet merokok. Sesak denga orang merokok.

40

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

Iklan diberbagai tempat juga demikian: berhenti di perempatan lampu merah kanan kiri ada iklan rokok, posko polisi menjadi tempat iklan rokok, lihat TV ada iklan rokok, liga sepak bola sponsor utamanya pabrik rokok, atlet olahraga habis tanding merokok, naik andong ada iklan rokok, naik becak ada iklan rokok, parkir motor ada iklan rokok, main ditempat hiburan ada SPG seksi jualan rokok, acara musik sponsornya pabrik rokok. Tokoh terkenal, Politikus ngomel-ngomel sambil ngisap rokok, artis shooting sambil merokok, pak mentri cinta rokok, Pemakan uang rakyat di senayan rapat sambil merokok, tokoh idola pergerakan yang gambar kaosnya merokok, pak lurah melayani masyarakat sambil merokok. Makin banyak iklan dan kebiasaan merokok. Aktifitas keagamaan. Pak kyai habis ceramah merokok, Pak Ustadz habis mengajar mengaji merokok, acara tahlilan ada lomba merokok, acara kematian ada orang ngelayat merokok, penggali kubur merokok, penjaga kubur merokok, masuk kuburan ada iklan rokok, kyai kondang ceramah sponsor utamanya pabrik rokok, acara pernikahan ada orang merokok, acara aqiqahan ada orang merokok, santri di pesantren sembunyi-sembunyi balapan merokok, tukang parkir di masjid merokok, habis shalat jumat di masjid ada orang merokok, habis buka puasa adu cepat merokok, sahur penutupnya hisab merokok, pastur pulang dari gereja merokok. Hampir tak ada tempat yang terbebas tanpa asap rokok. Negeri ini memang surganya bagi para perokok dan neraka bagi mereka yang tidak merokok. Bukankah perokok pasif lebih berbahaya dari perokok aktif? Buktinya, kita duduk dan berkumpul dengan orang yang terkena HIV AIDS tidak akan tertular penyakitnya. Tetapi

41

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

berkumpul dengan para perokok mengepulkan asapnya pasti akan menjadi tumbal bukan hanya tertularsebagai perokok pasif. Nikotin lebih kejam penularannya ketimbang HIV AIDS. Dalam sebuah pertemuan seorang Ustadz pernah mengatakan bahwa dalam pandangan agama Islam: 25 Penyakit ada dalam khamr kemudian khamr diharamkan, 15 penyakit ada dalam daging babi hal ini juga diharamkan, 4000 zat kimia beracun ada pada sebatang rokok. 10 diantaranya bersifat karsinogenik (merangsang tumbuhya kanker), terus rokok ini. Enaknya diapain ya? jawaban yang sungguh begitu sulit kalau kita harus mencari dalil naqli tentang rokok dalam Al-quran maupun hadits. Karena, zaman nabi belum ada rokok. Sehingga tidak ada dalil secara gamblang tentang rokok. *** Di sebuah kesempatan yang lain.. Di suatu malam yang terasa dingin karena sejak dari tadi siang hujandan belum ada tanda mau berhenti. Dalam sebuah ruangan, aku berdiskusi dengan kawan dari berbagai organisasi gerakan mahasiswa, buruh dan masyarakat sekita. Dalam ruangan itu, terasa kumuh sekali. Aku lihat keatas ruangan penuh dengan asap rokok: yang tak ubahnya seperti lautan kabut di pagi hari, yang mengelilingi gunung merapi. Mengerikan sekali. Apalagi yang kita diskusikan yakni masalah keadaan buruh yang mengalami ketertindasan

42

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

dengan hadirnya SKB 4 mentri beberapa waktu lalu. Kapitalisme yang menjadi biang kerok dari semua itu, kita bedah sampai pada akar-akarnya. Dalam kesempatan yang lain aku pernah mengahadiri teknik lapangan (teklap) untuk aksi penolakan harga BBM. Lebih separuh orang hadir merokok. Dahsyat! Seorang kawan bahkan pernah mengatakan bahwa ide dan gagasan berada pada sebatang rokok. Wow..! Aku sepakat bahwa pengistilahan kapitalisme rokok ini benar adanya. Berbagai ketimpangan yang ada selama ini. Seharusnya mampu membuka mata masyarakat negeri. Ketimpangan saat para pecandu rokok (terutama kaum miskin) berperang melawan penyakit, akibat rokok. Dengan enaknya para bos pabrik rokok asyik menghitung laba dari bisnis biadab mereka1. Sebuah bisnis yang menghisap ruang publik dan hak seseorang untuk hidup sehat. Ketimpangan ini, sepertinya juga direstui oleh negara yang dengan seenaknya memberikan ruang bagi pabrik rokok. Untuk terus mencekoki rakyatnya dan terus meraup laba dengan cara yang gila.

1 Pada tahun 2002 penjualan bersih Gudang Garam Rp. 20,9 triliun dan HM Sampoerna Rp.15,1 trilun. Tahun 2005 penjualan bersih dua paprik ini berkisar 24 trilun. Tahun 2006 penjualan bersih Gudang Garam Rp. 26,3 triliun dan HM Sampoerna Rp. 29,5 triliun. Sedangkan, laba bersih yang dapat dihasilkan Gudang Garam tahun 2005 Rp. 1,88 triliun dan HM. Sampoerna Rp.2. 38 triliun. Pada tahun 2006 laba bersih kedua Paprik Rokok ini Gudang Garam Rp. 1 triliun dan HM. Sampoerna 3,53 triliun. Lihat Eko Prasetyo dan Terra B. jangan Tanya Mengapa Paprik Rokok Untung Besar. Yogyakarta. Resist Book. hal. 99.

43

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

Saat para pemimpin sudah tak mampu membangun martabat para rakyat dan bangsanya. Apakah, masih layak mereka disebut sebagai pengayom rakyat? Mungkin lebih tepat disebut sebagai pengayom para pemilik modal. Seharusnya para pemimpin negeri lebih arif, dalam setiap mengambil kebijakan dan semua lapisan masyarakat dapat paham dan mengerti dampak dari kebiasaan keji ini. Kapitalisme rokok ini untuk membangun diri. Memakai cara dengan mengajarkan kepercayaan pada penganutnya. Untuk tercipta loyalitas terhadap segala bentuk yang ditawarkan oleh produk tersebut. Proses pembangunan ini dilakukan dengan cara yang tidak wajar dan menindas. Salah satunya, dengan menjamurnya iklan dan sponsor kegiatan yang dilakukan oleh pabrik rokok. Hal ini dianggap sah menurut negara asalkan mambayar pajak. Padahal pajak yang didapatkan tak mampu membangun kembali dampak yang ditimbulkanterlebih pembangunan mental itu sendiri. Merokok, dapat dikatakan sebuah kebiasaan yang aneh, hebat tapi biadab. Kebiasaan yang harus dibayar dengan pertarungan nyawa demi sebuah kebulan asap. Ia mampu menyihir jutaan umat manusia dengan begitu hebatnya. Kebiasaan merokok ini sungguh tidak hanya membuat sang penghisap menjadi seorang pecandu. Melainkan, juga menjadikannya sebagai orang konsumen dan penunjang tarhadap pasar yang keji. Hampir tak dapat diterima dengan akal sehat. Sebuah asumsi yang mengatakan: bahwa tak dapat berfikir kalau tidak merokok. Justru hal ini semakin menunjukkan seorang pecandu berlindung di balik wacana berfikir.

44

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

Bukankah hal itu tak ubahnya hanya sugesti belaka.Harus ada sebuah kesadaran bersama dalam menyikapi permasalahan ini. Kebiasaan merokok hanya akan menciptakan generasi penerus yang penuh dengan penyakit, terlebih penyakit mental pecandu. Bukan orangnya yang harus disalahkan. Melainkan kebiasaannya yang mendesak untuk segara di perbaiki. Kurang penelitian apa lagi mengenai dampak kebiasaan menghisap tuhan sembilan ini. Menyediakan paru-paru kita hanya pada hal-hal yang tak berguna. Sekali lagi, Pabrik rokok merupakan salah satu contoh bagaimana kapitalisme itu bekerja sempurna. Hampir tak ada pabrik rokok yang berani membangun gerakan atau memberikan jaminan kesehatan apalagi jaminan sosial terhadap dampak bisnis yang mereka jalankan, tetapi yang mereka pikirkan bagaimana laba terus megucur deras kekantung-kantung kekayaan mereka. Bagaimana mungkin kita mau berbicara anti penindasan. Sedangkan kita sendiri menjadi penindas terhadap buruh terutama yang di pabrik rokok: bahkan tubuh kita sendiri pun kita tindas dengan asap-asap biadab itu. Bagaimana mungkin kita bisa berteriak anti kapitalisme sedangkan kita sendiri menjadi pendukung dan mesin-mesin kapitalisme itu sendiri. Sekarang semuanya kembali pada kita semua, tunduk tertindas atau bangkit melawan

45

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

Terima kasih mas Eko atas bukunya mampu menyihir untuk taubat merokok. sSemoga hal itu juga menular pada pengikut tuhan sembilan sent yang lainnya. Sehingga tercipta masyarakat tanpa rokok. Dan IMM AR. Fakhruddin sebagai tempat memahat gagasan melawan. Ide trainingnya begitu mengesankan. One again, Terima kasih..

46

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

SAAT IDEALISME ...

Pagi itu, hampir semua gerakan mahasiswa yang berada di kampusku. Seperti sedang melakukan reuni akbar. Perbedaan ideologi kanan dan kiri yang selama ini menjadi tirai pemisah melebur demi sebuah tujuan. Sebuah tujuan yang lahir karena sebuah panggilan keberpihakan terhadap mereka yang lemah. Tujuan tersebut adalah penolakan terhadap Kenaikan Harga Bahan Bakar (BBM) yang beberapa waktu lalu dinaikkan oleh pemerintah. Kenaikan harga yang sungguh tidak dirasa tidak wajar oleh berbagai kalangan. Karena menyebabkan harga kebutuhan pokok akan ikut melambung. Pada hal sebelumnya pemerintah sudah menaikkan harga BBM2. Khusus untuk yang ketiga kalinya ini hampir semua organisasi kampus berdiskusi bahkan ada yang melenyelenggarakan seminar dengan menghadirkan berbagai tokoh. Puncak dari itu semua, kami sepakat untuk melakukan aksi di kampus. Meski hanya sekitar seratus orang. Ternyata aksi yang dilakukan berhasil diliput oleh media

Semasa pemerintahan SBY-JK pemerintah menaikkan Bahan Bakar Minyak sampai 3 kali yakni pada bulan 28 Februari 2005 sebesar 29 %. Kenaikan kedua 1 Oktober 2005 yang mencapai 128 % kemudian yang terakhir pada 23 Mei 2008 sebesar 28.7%. Sumber: tempointeraktif.com tanggal 3 Desember 2009.
2

47

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

baik cetak maupun elektronik, mungkin isu ini begitu seksi untuk diliput. Pasca aksi, kami pun berkumpul untuk membicarakan langkah apa saja yang harus dilakukan setelah aksi ini. Kami pun sepakat akan terus melakukan tekanan terhadap pemerintah baik melalui tulisan sampai pada aksi susulan agar pemerintah dapat menurunkan harga BBM. Ternyata, beberapa saat setelah itu. Aksi BBM yang ada di Jakarta berujung rusuh. Salah satunya dengan adanya pembakaran mobil prat merah. Yang tak aku sangka, salah tersangkanya mahasiswa satu kampusku. Dan yang juga menjadi korban pemukulan saat aksi di depan kampus. Ia ditangkap di Jakarta, karena dianggap terlibat dalam pembakaran mobil. Dan akhirnya, ia pun harus menginap di dinginnya hotel prodeo. *** Beberapa minggu setelah aksi di depan dan kejadian pembakaran mobil di Jakarta. Hampir sebagian besar gerakan mahasiswa yang ada di kampusku. Akhir-akhir ini seakan loyo tak bertenaga, sikap heroisme yang selama ini sering ditunjukkan seakan mati suri seperti prajurit sudah kalah perang. Menurutku salah satu penyebabnya. Tak lain adalah hadirnya Bantuan Khusus Mahasiswa (BKM) sebagai kompensasi atas kenaikan harga BBM. Di kampusku sendiri, yang aku baca melalui pamflet yang ditempel oleh pihak kampus mencapai 1.200 orang mahasiswa miskin. Bantuan tersebut tanpa syarat. Dalih BKM untuk membantu mahasiswa miskin karena kenaikan harga BBM tersebut berjumlah Rp. 500.000 per mahasiswa. Free tanpa

48

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

pajak apalagi disunat oleh pihak keluharahan. Syaratnya pun hanya fotocopy kartu mahasiwa, tak ada syarat lain. Sehingga jumlah penerimanya melonja yang secara keseluruhan mencapai sekitar 1.300 orang melebihi jumlah yang ada di pengumuman. Suasana yang berbeda dengan Bantuan Lansung Tunai (BLT) untuk rakyat miskin yang jumlah Rp. 300.000 per tiga bulan. Bisa dibilang kedua program instans pemerintah tersebut bocor alias salah sasaran. Timbul pertanyaan besar dalam benakku. Apakah benar orang miskin yang ada di kampus megah ini lebih dari seribu orang? Yang lebih menyakitkan jauh dari itu. Tidak aku sangka baik mahasiswa yang apatis, mahasiswa idealis tapi karbitan, sebagian kader organisasi kanan maupun kiri ikut menikmati dan ikut ngantri untuk mendapatkan percikan keuntungan kenaikan harga BBM melalui BKM itu sendiri. Sebuah pemandangan yang membuatku harus mengelus dada: adalah adanya mahasiswa yang menurutku amat tidak pantas untuk mendapatkannya. Bagaimana mungkin seseorang yang mempunyai kendaraan bermotor, kost mewah lengkap dengan berbagai fasilitas. Bahkan, kedua orang tuanya pun adalah seorang pegawai negeri. Tanpa malu ikut andil mengantri mendapatkan BKM Bukan hanya itu, orang selama ini aktif dalam menghujat dalam kebijakan pemerintah kali ini: tidak terkecuali, temanku sendiri dalam ikatanjuga ikut mengantri.

49

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

Ada sebuah pemberontakan besar dalam batinku. Sebuah pemberontakan yang terus menerus menguras akal pikiran. Agar jangan sampai ikut menjadi penikmat, sesuatu yang pada dasarnya bukan sebuah hak yang harus aku terima. Bukan sok idelis. Tapi, aku tak mau menjadi seorang munafik. Menghujat sesuatu, tapi diam saat diuntungkan. Agama yang aku yakini sangat menentang keras, ketika berkata tapi tak mengerjakan. Apalagi, berbalik arah karena sebuah keuntungan. Bukankah hal itu sebuah penghianatan? Penolakan yang aku lakukan. Ternyata, tidak mampu meredam hasrat tamak yang dilakukan mereka yang sudah berbalik arah. Justru sebuah ledekan dan penjelasan tidak berhati nurani yang aku terima. Ada yang mengatakan, tak masalah BKM-nya kita tolak. Tapi, terus melakukan penolakan terhadap kenaikan harga BBM. Sungguh. Akal sehatku, ternyata tak mampu menerima sebuah penjelasan yang menurutku masih jauh dari dasar logika aktivis. Buat apa kita berteriak menentang sesuatu, menghujat, mendiskusikan dampak dari sebuah ketidakberpihakan, mencari kerangka teori dari sebuah kebijakan tak berpihak. Tapi, menjadi mesin penggerak dan penghalalan dari kekejaman itu semua. Aku bukan orang yang ingin disebut orang yang idealis. Aku hanya manusia biasa yang penuh dengan keterbatasan. Idelisme jadi tak ada artinya. Kalau semua itu, hanya letupan kata dan berakhir pada kekenyangan. Pertarungan idelisme yang kita lakukan sekarang ini hanyalah pertarungan idelisme di kandang pitik, yakni

50

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

pertarungan yang hanya sesama golongan dalam wilayah yang begitu kecil. Pertarungan yang sebenarnya ketika kita sudah bertabrakan dengan sistem penindas. Aku hanya ingin mengajak untuk kembali merefleksikan akan arti perjuangan itu. Perjuangan yang kita lalui dengan penuh rasa haru dan keterbatasan materi. Karenanya, aku tulis surat ini hanya untuk membuka nalar sehat dan hati nuranimu dan aku, demi sebuah keberpihakan.
Akan datang suatu zaman atas manusia. Perut mereka menjadi Tuhan-Tuhan mereka, perempuan-perempuan menjadi kiblat mereka. Dinar-dinar mereka menjadi agama mereka. Kehormatan mereka terletak pada kekayaan mereka. Waktu itu, tidak tersisa iman sedikitpun kecuali namanya saja. Tidak tersisa islam sedikitpun kecuali pelajarannya saja. Masjid- masjid mereka makmur dan damai akan tatapi hati mereka kosong dari petunjuk. Ulama-ulama mereka menjadi makhluk Allah yang paling buruk dipermukaan bumi. Kalau terjadi zaman seperti itu, Allah akan menyiksa mereka dan menimpakan kepada mereka berbagai bencana (al-bala) kekejaman para penguasa, kekeringan massa dan kekejaman para pejabat serta pengambil keputusan (Nabi Muhammad) Untukmu: yang idealis, tapi prgamatis Untukmu: yang peduli terhadap rakyat miskin, tapi buta akan haknya Untukmu: yang berlindung diatas sucinya firman Tuhan, Untukmu: yang sudah tak mempunyai hati nurani Berawal dari sebuah kebijakan pemerintah. Yang kemudian berakhir dengan pembodohan terhadap orang miskin dan

51

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

kaum intelektual secara sempurna3. Kebijakan pemerintah yang menaikkan harga BBM yang berlangsung selama tiga kali. Berujung solusi Bantuan Langsung Tunai (BLT) bagi rakyat miskin yang justru mengalami banyak kebocoran, terlebih untuk kenaikan yang ketiga kalinya ini pemerintah mengeluarkan Bantuan Khusus Mahasiswa (BKM) bagi mahasiswa miskin yang ada diperguruan tinggi negeri maupun swasta termasuk pada kampus ini. Pemandangan yang sangat menyakitkan. Saat kaum intelektual ramai-ramai antri, hanya untuk mendapatkan sesuatu yang pada dasarnya bukan haknya. Sesuatu yang sangat menyakitkan pula, saat kaum intelektual tak ubahnya rombongan pelacur. Yang menjajakkan diri bagi mereka yang punya modal dan pemerintahan yang mandul sebagai mucikarinya. Siapa yang mampu membayar lebih mahal. Maka, padanyalah loyalitas dan kemampuannya dipersembahkan. Sesuatu yang sangat menyakitkan. Ketika seorang yang menghujat kenaikan harga BBM. Justru ikut antri, bahkan mendapatkan BKM yang tak jelas kriteria penerimaannya. Bukankah hal itu tak ubahya kemunafikan dan penghianatan?

3 Pemerintah mengatakan bahwa harga BBM tidak disamakan ekuilen harga minyak mentah yang dibentuk NYMEX sebab pemerintah harus menanggung subsidi sebesar RP. 115 triliun karenanya harga BBM dinaikkan, namun ironisnya uang itu tidak ada. Sebab yang ada pemerintah justru diuntungkan, apabila harga premium dinaikkan dari Rp. 2.700 menjadi Rp. 4.500/liter dan harga minyak mentah di New York US$ 60/barel, padahal biaya untuk penyedotan, pengilangan dan transfortasi sebesar US$ 10/barel atau Rp. 630/liter dengan asumsi kurs US$ 1 = Rp. 10.000. artinya harga premium yang Rp.4.500/liter sama dengan minyak mentah sebesar Rp. 61,5/barel (1 barel = 159 liter). Lihat Kwik Kian Gie, Indonesia Menggugat Jilid II hal.29

52

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

Hal ini juga menimpa kau sahabatku. Dengan menggunakan logika, tanpa hati nurani berbagai dalih dan dalil. Kemudian kau lontarkan hanya untuk membenarkan perbuatan tak berpihak yang kau lakukan itu . Ternyata, mental miskin lebih mengerikan ketimbang miskin materi. di era yang serba pragmatis ini siapa yang tak mulai tergoda dengan pemberian gemerincing upah. Tanpa kerja, apalagi diberikan secara cuma-Cuma. Kecuali. mereka yang masih mempunyai iman dan hati nurani serta benar-benar ideologi kerakyatan. Ternyata, keyakinan yang kita yakini. Memang tak mampu untuk menolak hasrat tamakmu. Meski harus mengaisngais bantuan pemerintah kita yang jelas tak berpihak. Terlalu dangkalkah idealisme yang kau yakini selama ini? Sehingga dengan percaya diri ikut mengantri untuk mendapatkan BKM yang sudah jelas bukan hakmu? Sungguh terlalu murahkah kawan idealisme yang kau yakini selama ini? hanya dijual dengan harga lima ratus ribu. Hatimu sudah tertutup dengan sikap rakus. yang dibungkus dengan idelisme pragmatismu itu. Sungguh aku harus mempertanyakan dimana letak keberpihakanmu terhadap kaum mustadhafin? Sikap yang selalu kau tuntut diruang-ruang diskusi. Sikap yang selalu kau congkakkan disetiap aksi demonstrasi. Kawan, aku dan kamu sama-sama dilahirkan dari keluarga yang tertindas itu. Bahkan kuliah yang kita jalani ini, hanyalah bermodal nekat dengan sedikit kemampuan berfikir. Tapi, semangat dan keyakinan atas doa yang selalu menjadi pendorong dalam segala langkah kita. Sungguh aku ingin menarik lidahmu. Lalu aku buang ke tempat terhina di dunia ini. Ku lakukan itu atas nama

53

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

sumpah setia yang kita ucapkan dulu. Sumpah mengikat kita dalam sebuah tali persaudaraan, sumpah yang mengikat kita dalam sebuah area perjuangan. Nabi Muhammad telah mengajarkan kita untuk bisa bersikap qonaah, Ahmad Dahlan dengan ideologi Al-maun-nya mengajarkan kita kemana kita harus berpihak. Sekarang, aku harus mempertanyakan dimana letak keberpihakanmu? keberpihakan yang kau teriakkan saat aku lagi dalam keadaan lalai, apakah teriakan itu hanya sebuah teriakan kemunafikan, teriakan yang hanya mampu membangunkan sejenak manusia yang haus akan kehidupan materi. Diskusi bahkan seminar nasional kita adakan. Untuk membaca dan mengetahui bagaimana kebijakan pemerintah itu diciptakan sedemikian kejinya. Kebijakan yang katanya untuk menyelamatkan APBN karena kenaikan harga minyak mentah dunia. Kemudian, solusi yang ditawarkan hanya mengajarkan bagaimana rakyat miskin. Menjadi seseorang menggantungkan diri dan tak produktif. solusi yang menjauhkan kaum intelektual dari realitas sosial. Seperti kita ketahui bersama: bahwa setelah turunnya harga minyak mentah dunia. Pemerintah justru keberatan untuk menurunkan harga BBM kembali. Namun, setelah diturunkan malah menjadi komoditas partai politik. untuk tebar pesona mencari simpati rakyat. Tanpa, memikirkan bagaimana dampak kebijakan keji itu dijalankan. Saat kita sebagai kaum intetektual, tak bisa lagi untuk dipercaya dan lebih mengedepankan bagaimana cara untuk mendapatkan untung. Maka, tak pernah ada sedikitpun sebuah perubahan.

54

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

Kemudian penyakit kronis yang pernah diungkapkan oleh Eko Prasetyoyakni, sikap elitisme menjangkiti para kaum intelektual, bahkan hanya untuk mendefinisikan Cendikiawan dan Miskin kita membutuhkan waktu berhari-hari. Berbagai kutipan, bahkan plagiat kita halalkan untuk mendukung kebijakan keji negara. Kebijakan yang semakin memposisikan si miskin dalam kesengsaraan yang begitu dalam. Kemudian mereka hanya dijadikan objek penderitaan bagaimana kekejaman itu berjalan secara sempurna dan sistematis. Posisi kaum intelektual sudah tidak lagi mampu untuk diharapkan. Akibat pembungkaman materi yang berlimpah ruah. Kawan, aku hanya ingin mengajak dan melihat kembali apa yang sudah kita kerjakan. Apakah kau harus menyerah dalam perjuangan ini? Apakah juga, kau sudah lelah dengan perjuangan yang tidak mendatangkan limpahan materi ini? Jika itu benar. Maka, benar sudah apa yang dikatakan orang: yang dulu kita hujat yakni sok idealis. Idelisme bukanlah sesuatu yang untuk mempertahankan ego dan kemudian berakhir dengan letupan kata melainkan sesuatu yang mengajarkan dan membawa kemana kita harus berpihak. Bagaimana mungkin kau akan melawan sistem yang begitu kuat ini. Sedang, dirimu menjadi pendukung setia rezim tak berpihak ini. Bagaimana mungkin dirimu menjadi manusia progresif dan berjiwa kerakyatan. Sedang mental yang kau bangun adalah mental kaum borjuis. Dan sesuatu yang kau makan merupakan hak kaum miskin. Apakah kita termasuk orang yang-orang yang sudah diramalkan oleh Rasulullah diatas? Jika itu benar. Sudah saatnya kita harus mengakaji ulang keberagamaan kita kembali. Dan melakukan apa yang mesti kita lakukan. Jika apa yang kau lakukan itu merupakan

55

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

sebuah kekhilafan seharusnya kau tahu sekarang apa yang harus kau perbuat! Salam hangat, darikusahabatmu..

Aku teringat dengan yang pernah dikatakan tokoh Soe Hok Gie dalam Film GIE4 Aku ingin melihat mahasiswamahasiswa, jika sekiranya ia mengambil keputusan yang mempunyai arti politis walau bagaimana kecilnya selalu didasarkankan pada prinsip-prinsip yang dewasa. Mereka harus berani mengatakan benar sebagai kebenaran dan salah sebagai kesalahan dan tidak menerapkan kebenaran atas nama agama, ormas atau golongan apa pun Kasus BKM hanya contoh kecil bagaimana seorang terpelajar dapat berfikir dan berbuat. Bukan malah saling berebut hanya karena ada keuntungan materi yang diterima. Sebuah keputusan untuk menolak kebijakan kenaikan harga BBM harus (wajib!) diiringi dengan menolak juga kebijakan yang mengikutinya. Bukankah, sesuatu yang salah tidak mungkin jadi benar. Hanya karena kasihan. Apalagi, keuntungan yang sifatnya pribadi. Sungguh hal ini merupakan kejadian yang sangat manyakitkan bagiku. Keberpihakan bukanlah sesuatu yang harus didiskusikan. Melainkan sesuatu yang segara dikerjakan. Sebab perubahan besar itu, berawal dari sebuah perubahan kecil.
4 Film yang di Bintangi oleh Nikolas Saputra sebagai Soe Hok Gie karya Riri Riza yang di produksi Miles Film. Diambil dari kisah nyata seorang Soe Hok Goepemuda yang merupakan keturunan China, yang hidup dalam pergolakan pada jaman orde lama. Merekam segala bentuk kejadian melalui catatannya dan sosok yang idealis tapi sayang Gie harus meninggal di Gunung Semiru pada Desember 1969. Dipangkuan sahabatnya Herman Lantang.

56

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

Mula-mula dengan membangun prinsip dalam diri. Kemudian, menjadi sebuah karakter diri, yang akhirnya akan melahirkan sebuah pemberontakan besar diri saat berhadapan dengan ketimpangan. Terkadang, kita harus mempertimbangkan untung-rugi dalam sebuah perjuangan. Namun, ketika hal itu sudah menjadi tujuan utama. Maka, jangan pernah berharap bahwa perubahan itu akan ada. Sebab, Pertimbangan untung-rugi hanya halal dilakukan dalam menyusun strategi perjuangan. Kekuatan logikaterkadang tak mampu untuk membaca realitas sosial yang ada. Oleh kerena itu, kekuatan hati sebenarnya merupakan sesuatu yang harus terus diasah. Berbagai ketimpangan terkadang benar secara logika. Namun, tak jarang dalam hati terjadi sebuah gejolak besar untuk melawannya. Logika, hati dan tindakan harus berjalan secara beriringan. Tanpa, harus ada yang merasa ditanggalkan. Karena disitu merupakan letak dari keimanan. Iman yang hanya memikirkan diri sendiri merupakan ciri iman yang egois. Iman haruslah bersifat revolusioner sehingga nilainilai yang diyakini berdampak pada realitas sosial. Idelisme sekali lagi. Bukan sesuatu yang harus diperdebatkan. Melainkan, sesuatu yang harus meresap dalam diri. Sehingga apa yang kita lakukan adalah sesuatu yang berasal dari dalam diri yang suci. Sedangkan kesucian diri harus mampu kita pelihara, dengan cara bagaimana sesuatu yang kita kerjakan merupakan hal yang benar. Dan apa yang kita konsumsi juga merupakan sesuatu yang diperoleh dengan cara yang benar pula. Sejatinya mereka yang terpelajar. Mampu membangun dan mecerahkan saudaranya yang tertindas. Ia menjadi

57

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

penyambung lidah si miskin terhadap si kaya dan para penguasa. Sehingga, mereka dapat menerima hak yang semestinya mereka terima. Perdebatan ideologi yang seakan tiada henti yang kemudian berakhir permusuhan. Harus segera dikesampingkan saat ketimpangan sudah menanti depan mata untuk segera diselesaikan. Jangan pernah terjebak dalam sebuah eklusifitas gerakan dan menyebabkan obesitas gerakan yang mandul. Pembuktian idealisme, bukan dengan cara meneriakkan hal itu dalam aksi domonstrasi, dalam gaungan setiap arena diskusi. Tapi, dalam bagaimana seharusnya kita bersikap dan bertindak. Sehingga berdampak pada kehidupan sekitarrealitas sosial: terutama bagi mereka yang mengalami ketertindasan. Sehingga keseimbangan dalam diri dapat terjaga sebagaimana mestinya.

58

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

ANAK ITU HARUS BEKERJA

Udara dalam kamar kostku, sungguh begitu gerah. Sepertinya neraka sedang bocor. Sehingga putaran kipas angin yang begitu kencang tak terasa. Panas! Jam sudah menunjukkan jam tiga sore, dalam benakkaku sebentar lagi adzan ashar akan segera berkumandang. Barisan buku yang sedang berbaris rapi di rak. Ternyata, tak mampu menggoda iman malasku yang saat ini sedang memuncak untuk segera menyusut pulang. Sepertinya perpaduan antara panas dan malas. Ibarat campuran susu dengan kopi terasa nikmat dan begitu harmoni. Setelah adzan ashar berkumandang. Aku paksakan kaki untuk shalat ke Masjid, agar sikap malas yang sekarang ini menggorogoti dapat teratasi. Selesai shalat aku lihat dompet. Ternyata, uang yang ada tinggal sekitar tiga ribu rupiah. Tak ada kata lain, selain aku harus mengambil sisa kiriman uang yang ada di tabungan. Tepatnya di sebuah ATM yang ada di perempatan kantor post Malioboro. Sekeluarnya dari ruang ATM, aku dikagetkan oleh seorang anak kecil yang memanggilku Mas...,Mas.. ucap anak kecil itu memanggilku. Sambil mengangkatkan tangan kanannya. Minta uang... ucap anak kecil itu lagi sebelum aku berkata apa-apa. Karena anak kecil itu, mengingatkan pada

59

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

adik bungsuku. Dalam pikirankku anak kecil kok sudah meminta-minta. Terbesit dalam pikiranku untuk aku ajak ngobrol. Iya, bentar, tapi sini dulu jawabku lalu mengajaknya duduk di kursi yang ada disamping ATM. Sebelum mas ngasih uang. Saya mau tanya sesuatu terlebih dahulu sama adik, gimana? rayuku Boleh mas. Tapi, janji lho kalo mau ngasih uang jawab anak kecil itu yang sambil menggaruk kepalanya yang rambutnya berantakan. Iya, santai aja. Ntar mas kasih. Emang nama adik siapa? jawabku yang heranan anak kecil itu, kok sudah paham akan duit. Namaku Arya Pratama. Tapi, lebih akrab di panggil Gombloh jawab anak kecil itu, yang nama pangilan dan nama aslinya tidak nyambung. Begini. Mas mau tanya. Tapi, adik jangan marah ya. Kenapa sih, adik harus meminta-minta kayak gini. Padahal kan sekarang adik seharusnya masih sekolah tanyaku. Tidak apa-apa mas. Gombloh disuruh cari uang sama bapak, Mas. Kata bapak dia tidak kuat lagi untuk menyekolahkan Gombloh. Karena, biaya sekolah sekarang mahal banget. Jadi, terpaksa aku harus putus sekolah jawab anak itu sambil membuka permen yang aku kasih. Terus ibu marah tidak? tanyaku lagi dengan menahan rasa sesak mendengar jawaban tersebut. Kok masih ada orang tua yang masih punya pikiran seperti ini.

60

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

Ibu di rumah aja ngurus adik. Ibu juga gak marah kalo Gomloh gak sakolah jawab Gomloh dengan polos. Bapak juga kerja to? Bapak narik becak, itu dia jawab Gombloh sambil menunujukkan ayahnya yang aku lihat sedang tidur lelap di pinggir jalan Trikoratak jauh dari ATM. Barangkali, karena terlalu lama menunggu penumpang. Kalo gombloh disini cari uang. Mulai jam berapa? Terus kalo pulang ke rumah jam berapa? Tanyaku sambil mengambil dompet yang ada dalam tas. Biasanya kalo disini jam 10 pagi. Terus pulangnya bareng sama bapak sampai larut malam Memangnya cari uangnya dimana aja? tanyaku. Gak nentu, Mas. Kadang disini, kadang-kadang juga di perempatan lampu merah yang sebelah sana ujar anak itu sambil menunjukkan tempat mencari nafkahnya yang lain. Ya udah. Ini ada sedikit uang biar tidak seberapa mudah-mudahan bermanfaat kataku sambil memberikan uang yang terlalu besar jumlahnya. Kejadian ini menampar keras mukaku yang malas belajar. Malas untuk berorganisasi. Aku yang diberi kesempatan belajar kurang mensyukuri apa yang aku dapatkan selama ini. Pendidikan yang dapatakan selama ini tak lebih adalah hasil pertarungan dengan mereka yang tak bisa mengenyam pendidikan. Mereka memberi kesempatan itu padaku. Kesempatan yang selama ini mereka percayakan, seakan seekor gajah yang harus aku gendong. Sungguh begitu berat!

61

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

Dalam perjalan pulang aku terus dibayangi oleh kepolosan anak ituGombolh. Yang harus kerja untuk membantu keluarganya. Usia yang seharusnya diisi dengan kehidupan bermain, justru harus diisi dengan bekerja. Begitu aneh, disebuah kota yang dianggap sebagai kota pelajar. Masih ada anak yang tak mampu untuk sekolah dengan alasan biaya sekolah yang begitu mahal. Seharusnya kejadian seperti ini tidak terjadi di kota yang berbudaya. Ini adalah salah satu potret anak bangsa yang harus menjadi punggung keluarga yang papa. Kemiskinan sepertinya memang sudah tak bisa diselamatkan dengan hitungan angka-angka dan berakhir tanpa hasil. Selain laporan riset yang menumpuk5. Dalam sebuah acara reality showkorban TV. Seoarang ayah mau mematahkan kaki anaknya. Biar dapat meminta-minta, dengan harapan orang yang melihatnya menjadi iba. Kemiskinan, kesehatan dan pendidikan memang merupakan permasalahan besar yang harus segera diselesaikan. Bukan hanya oleh negara. Tapi, juga tanggung jawab masyarakatsehingga mata rantai lingkaran setan ini, dapat terputus dan segera terselesaikan. Seorang kawan mengatakan padaku, saat aku menceritakan kejadian ini. Menurutnya, pihak yang bertanggung jawab: pertama, meraka yang mampu (sebut kaya) sebab mereka yang paham dan mengerti keadaan si
Berdasarkan hasil survei Badan Pusat Statistik (BPS) bulan Maret 2009 mengumumkan bahwa jumlah orang miskin di Indonesia sebanyak 32,53 juta jiwa atau 14,15% dari total jumlah penduduk, hal ini sudah berkurang 2,43 juta jiwa dibandingkan bulan Maret 2008 yang mencapai 34,96 juta jiwa atau 15,42%.
5

62

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

miskin yang ada disekitarnya. Hal ini, merupakan tanggung jawab sosial yang harus mereka kerjakan. Sebab ha itu, sudah menjadi kewajibanya. Kedua, Negara, semua hal yang berhubungan dengan permasalahan rakyat merupakan tanggung jawab negara. Sebab semuanya sudah diatur dalam undang-undang. Ketiga, diri sendiri, manusia sebagai makhluk sosial mempunyai kedudukan yang sama di hadapan hukum, negara ataupun Tuhan. Menurutnya, kenapa hal inidiri sendri. Ia masukkan dalam point ketiga, sebab dari segi tanggung jawab itu lebih adil. Meski hal ini bukan sesuatu yang mutlak. Aku menyadari: bahwa rasa ibaku tak akan pernah menyelesaikan permasalahan Gomblohlebih tepatnya, kemiskinan yang menjeratnya. Menurutku, harus ada kesatuan dan kesadaran bersama dari masing-masing pihak untuk mencari jalan keluar. Sehingga, permasalahan yang melilit mereka yang miskin dapat terselesaikan. Semoga

63

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

NEGERI BURAM

Disebuah kampungyang dapat dikatakan jauh dari kehidupan modern. Hiduplah sebuah keluarga sederhana. Salam suasana sederhana inilah. Pasangan suami isteri tersebut membersarkan anak-anaknya. Mereka mengajarkan bagaimana semestinya bersikap dan bertangung jawab. Harapan keluarga kecil yang sederhana ini, tak sesederhana kehidupan mereka selama ini. Mereka berharap semua anak-anaknya dapat memahami kondisi sosial, yang sudah mulai melenceng dari tradisi dan kebudayaan mereka. Keluarga kecil ini, sangat menghargai nilai-nilai para sang leluhur. Karenanya, untuk mengembalikan nilai tersebut semua anak-anaknya harus mengenyam pendidikan. Bagi mereka pendidikan merupakan bekal terbaik untuk menuju harapan tersebut. Salah seorang anak mereka bernama: Elang. Berbeda dengan saudaranya yang lain. Elang memang sedikit nakal dan selalu bertindak semaunya sendiri. Melihat karakter yang keras pada diri Elang mengirimkannya untuk belajar ke kota. Mereka berharap dengan lingkungan kota yang amat keras, dan penuh dengan kemandirian dapat merubah sedikit demi sedikit watak kerasnya selama ini. Sesampainya di kota Elang sangat kaget. Terbesit dalam pikirannya: kondisi kota sangat kontras dengan corak kehidupanku di kampung. Semua orang sibuk

64

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

dengan urusannya sendiri. Gaya kehidupan mereka pun sudah jauh sekali dengan nilai-nilai budaya mereka. Tak heran, kerena penguasa negeri itu. Sangat tidak peduli dengan kondisi masyarakatnya. Para pemimpin mereka lebih sibuk memperkaya diri, ketimbang mengurus rakyatnya sendiri. Elang semakin bingung kenapa hal ini bisa terjadi. Watak kerasnya yang salama ini dia tunjukkan kepada orang tua dan saudara-saudaranya. menjadi tidak seberapa kalau dibandingkan dengan masyarakat kotakhususnya, penguasa negeri itu yang lebih keras dan serakah. Tapi, setelah 6 tahun dia hidup dan belajar di kota. Ternyata, watak kerasnya sudah mulai terkikis berkat kesadaran dan perenungan, atas tujuan orang tuanya mengirimnya untuk belajar di kota. Pada suatu hari, ketika Elang sedang jalan-jalan di sekitar lingkungan istana emas. Istana yang dibangun diatas penindasan dan pembantaian satu juta rakyat negeri itu. Elang tak kagum sama sekali atas megahnya istana. Dipojok halaman istana itu, duduk seorang putri raja yang bernama putri Renata. Dari luar pagar Elang memandangi sang putri. Elang mencoba untuk memanggil sang putri dengan nada yang agak keras. Tapi, yang terjadi bukan malah sang putri menghampiri Elang. Justru ia kedatangan pengawal sangar istana dan mengusir Elang dari lingkungan istanakarena telah menggangu ketenangan sang putri. Kayaknya, Elang sudah jatuh cinta sama Putri Renata pada pandangan pertama. Ia memikirkan, bagaimana ia bisa masuk istana emas itu. Tanpa harus melalui peperangan.

65

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

Elang pun teringat pada pengumuman yang ada digerbang istana. Tanpa pikir panjang ia langsung menuju tempat pengumuman. Disana diumumkan kalau putri Renata membutuhkan guru privat yang berasal dari kalangan pelajar. Elang yang dari segi akademik dapat dibanggakan. Tidak mau membuang kesempatan emas ini. Ia langsung mengambil formulir yang tak jauh dari tempat pengumuman. Elang mengikuti tahapan-tahapan ujian. Untuk dapat menjadi guru privat sang putri, kemudian setelah serangkaian tes sudah diikuti. Maka, tinggal menunggu hasil pengumuman yang akan di umumkan satu bulan lagi. Tapi, dua hari setelah mengikuti tes. Elang mendapat surat dari orang tuanya, dalam surat tersebut Elang disuruh cepat pulang. Karena, ibunda lagi sakit keras. Elang pulang ke kampung tempat ia dilahirkan. Setibanya di rumah Elang langsung menuju ruangan tempat bunda dirawat oleh saudara-saudaranya. Dengan uraian tangis Elang meminta maaf, kepada bunda atas segala sifatnya yang telah diperbuat. Bunda Elang meminta supaya Elang memeluk erat sang ibu yang terasa kedinginan. Kemudian sang ibu berkata kepada elang. Elang anakku sayang. Maafkan juga semua kesalahan bunda selama ini, yang tak mengijinkanmu pulang sebelum kamu dapat merubah dirimu. Bunda berharap kamu dapat menjadi orang yang berguna bagi keluarga dan negeri ini. Anakku, negeri ini sudah salah kaprah. Jadi bunda mohon pertahankan seluruh keyakiyananmu. Jangan pernah takut untuk mati untuk mempertahankan gagasan. Tapi, yagn paling penting adalah: bagaimana kamu dapat

66

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

mentransformasikan semua ilmumu itu kedalam realitas sosial. Ingat baik-baik apa yang bunda katakan ini, anakku.. Elang memegang erat tangan bundanya yang dingin. Tidak lama setelah itu kemudian Elang melihat mata sang bunda sudah tertutup. Bunda Elang telah menghembuskan nafas terakhirnya di pelukkan elang yang sudah beberapa tahun tidak bertemu Bunda.... Elang berteriak dengan keras. Elang begitu sangat terpukul atas meninggalnya sang bunda. Padahal, ia ingin sekali menunjukkan perubahannya terhadap sang bunda dengan rasa bakti yang tulus. Elang bahkan tidak mau balik ke kota untuk melanjutkan studinya. Tapi, ia masih ingat pesan bunda. Elang kembali ke kota setelah dua minggu kematian sang bunda. Sesampainya di kota, Elang dikejutkan dengan keberhasilannya lolos dalam seleksi guru privat putri Renata. Elang hanya terdiam melihat pengumuman itu. Tanpa, mengeluarkan satu kata pun. Mungkin, karena masih sedih atas meninggalnya sang bunda. Elang dipangil oleh orang kerajaan untuk datang ke istana. Elang datang ke istana sendirian. Elang lihat sang putri duduk sebelah raja berjejer dengan kesepuluh selir sang raja. Elang ditanya oleh raja, apakah ia siap untuk mengajar putri sekarang dan siap mengikuti peraturan istana. Elang mengatakan siap mengikuti segala aturan yang berlaku. Namun, Elang minta ruangan khusus untuk mengajar sang putri dan tanpa kawalan penjaga. Sang raja dan putri menyetujui apa yang diminta oleh Elang.

67

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

Selama mengajar putri RenataElang mengajar dengan metode yang ia buat sendiri. Dan putri Renata sangat senang diajar oleh Elang. Kungkungan peraturan istana yang selama ini membelenggu seakan hilang secara tiba-tiba tanpa ada yang mengetahui kecuali Tuhan dan para malaikatnya. Peraturan yang menjadi tabir pemisah dua insan yang berbeda kasta lebur, akibat kemauan yang memuncak. Putri Renata sebenarnya sudah gatal dengan kondisi istana yang salama ini ia jalani, para pejabat bahkan ayahandanya sendiri melupakan kewajibannya sebagai pengayom rakyat. Kewajiban yang harus dilakukan oleh seorang kepercayaan rakyat seakan sirna oleh sikap tamak, yang seringkali mereka banggakan. Ia tak mampu berbuat apaapa dengan kondisi yang tak mendukungnya. Suatu ketika saat sang putri berjalan ditengah kota yang begitu padat. Ia melihat seorang anak kecil yang sedang membawa barang dagangan saudagar kaya, yang selama ini sering ia lihat keluar masuk istana. Dalam pikirannya orang ini memang mempunyai kelekatan emosional dengan ayahanda. Sang saudagar memonopoli segala hal. Yang pada saat itu menjadi bahan kebutuhan pokok negeri itu. Anak kecil itu membawa barang yang pada dasarnya ia tak mampu untuk membawanya. Namun, hanya karena sebuah sebungkus nasi dia rela malakukan hal tersebut. Maka ditemuilah anak itu oleh putri Renatatanpa kawalan prajurit istana. Kemudian, putri Renata bertanya tentang bayak hal. Kanapa anak itu harus bekerja keras sedang belum cukup umur. Anak itu menjawab kalau dia tidak bekerja. Maka, empat saudara yang ada dirumahnya

68

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

tak bisa makan hari inisedang ibu mereka meninggal satu tahun yang lalu dan sang bapak sampai saat ini belum pulang dari perantauan. Mereka berlima sehari makan satu kali. Itu pun kalau dia bekerja. Jikalau tidak bekerja mereka harus puasa. Setelah bertemu dengan anak itu. Sepanjag perjalanan pulang putri Renata banyak merenung, tak bersuara: sepi. Dalam batinnya, terjadi pertengkaran hebat. Rasa iba yang ia tampakkan terhadap anak itu. Tidak mungkin menyelesaikan masalah yang adalagi, istana lebih berkuasa dan mengatur. Ia sadar bahwa dia hanya seorang putri kerajaan yang tak mempunyai kekuasaan apa-apa. Karena semuanya berada di tangan sang ayah yang diktatordan para koleganya yang sama-sama tamak. Saat ia dan keluarganya di istana makan tiga kali sehari. Diluar sana, ada banyak anak kecil harus bekarja keras demi nasi bungkus yang untuk makan. Disebuah pertemuan, putri Renata menceritakan semua hal yang selama inisangat mengganjal di hatinya kepada Elang. Perasaaan yang selama ini sering manghantui. Kemapanan bagi dirinya tak ubahnya seperti: tumpukan sampah yang tiada gunanya. Ia gerah dengan keadaan ini bahkan berencana untuk kabur dari istana. Namun niatan ini ternyata, ditolak oleh Elang. Karena hanya akan menambah permasalahan yang ada. Ia menyarankan supaya melakukan sesuatu yang ia bisa tanpa harus lari dari kenyataan yang ada.

69

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

Dalam kesempatan yang lain. Ternyata Elang berani menceritakan niat awalnya mengikuti sayembara pencarian guru privatyakni, ingin kenal lebih dekat dengan putri Renata: karena, telah cinta pada pandangan pertama. Putri Renata tesenyum malu. Ketika mendengar penjelasan Elang. Dalam kehidupan putri Renata, baru pertama kali ini dicintai oleh seorang pria yang benarbenar mencintainya dengan setulus hati. Pada saat itu pulalah: mereka berikrar untuk memulai membina hubungan percintaan. Namun, selang beberapa bulan dari kejadian itu kabar hubungan istimewa mereka. Ternyata sampai ke telinga baginda raja Bakhil. Ia langsung memerintah bala tentaranya untuk memasukkan Elang kedalam penjara. Sedangkan putri Renata yang mendengar kejadian ini, menjadi sakit parah. Maka, dipanggillah seluruh tabib dari penjuru negeri untuk mengobati sang putri. Namun, tak satupun diatara mereka yang sanggup mengobatinya. Mengetahui putri Renata: yang sakitnya mulai parah. Elang yang ada di penjara menyusun strategi. Bagaimana ia bisa keluar dari penjara yang dijaga dengan pengamanan ekstra ketat. Tapi, berkat kekuatan cintanya pada putri Renata. Elang kabur dari penjara. Kemudian dengan cara sembunyi-sembunyi menemui putri Renata yang ada di ruangannya. Seluruh kerajaan digegerkan dengan kaburnya Elang. Karena sepanjang kerajaan ini berdiri, tak ada satu tawanan yang berani kabur. Raja Bakhil memerintahkan seluruh bala tentaranya agar dapat menangkap Elang dalam keadaan hidup atau mati. Meski sudah mendengar

70

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

perintah penangkapannya kembali. Elang tanpa rasa takut kembali masuki istana dengan cara diam-diam untuk menemui putri Renata. Di sana mereka menulis surat wasiat. Kalau salah satu dari mereka ada yang meninggal. Maka, yang memegang surat itu memberikan kepada raja untuk dibacakan didepan seluruh rakyat. Ternyata, tanpa diduga setelah membuat surat itu putri Renata menghembuskan nafas terakhirnya. Karena penyakit yang diidapnya. Meninggal dalam pelukan Elang. Tidak.... Jangan tinggalkan aku putri! Mendengar teriakan elang yang begitu keras. Spontan prajurit yang ada di luar kamar dan luar istana menuju tempat putri Renata. Melihat Elang ada dikamar putri renata. Prajurit langsung menangkap dan kembali menjebloskan Elang kedalam penjara. Tiga hari pasca kejadian itu. Elang mendapat hukuman mati. karena dituduh membunuh putri Renata dan eksekusinya akan dilakukan besok pagi dengan cara pancung. Saat eksekusi keesokan harinya. Hakim memberikan kesempatan bagi Elang untuk mengucapkan kata-kata terakhirnya. Tepat setelah pedang siap memenggal kepalanya Saya hanya ingin menyampaikan dua hal. Pertama, saya minta tolong kepada baginda raja Bakhil untuk membacakan surat ini di depan seluruh rakyat negeri ini. Surat yang kutulis bersama putri Renata. Kedua, saya berharap kalau memang hukuman yang saya terima ini merupakan yang terbaik bagi negeri ini. Maka, lakukanlah mendengar permintaan Elang itu. Raja bakhil pun dengan amarah yang masih memuncak mengangguk agar algojo

71

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

langsung memancung kepala Elang. Elang pun menyusul Ibunda. Melihat kondisi Elang yang badan dan kepalanya sudah terpisah. Salah seorang komandan prajurit menggambil surat yang bersimbah darah di tangan Elang. Surat itu dipegang erat oleh Elang. Sungguh begitu erat. Seperti memegang sebuah amanah besar. Setelah berhasil mengambil surat dari tangan Elang komandan itu memberikan kepada raja Bakhil. Dibukalah surat yang sudah berbau anyir darah. oleh baginda raja. Kemudian ia pun langsung membacakan didepan rakyat negeri itu
Ayahanda tercinta.. Andai saja aku dilahirkan dari lingkungan para kaum budak kota, aku lebih sangat bersyukur ketimbang dalam kehidupan istana yang penuh dengan hidup berfoya-foya dan keserakahan.. Ayahanda terlalu serakah sehingga rakyat pun tak mampu menghormati. Kalau toh ada. Karena mereka hidup dalam ketakutan, tekanan bahkan penyiksaan. Renata yakin kalau ayahanda tak menyadari hal itu. Kematian renata, bukan karena apa-apa. Melainkan karena penyakit yang selama ini saya jalani hal ini juga pun ayahanda tidak mengetahuinya. Ayahanda terlalu sibuk membangun dan menumpuk harta. Tapi, tak mampu membangun martabat. Sehingga tak punya kehormatan di hadapan rakyatnya sendiri. Bukankah kekayaan tak mampu membeli kasih sayang, kemapanan tak mampu membangun martabat,

72

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

keserahakan tak mampu membangun tanggung jawab. Renata mohon ayanda sadar akan hal itu Putri Renata

Sesaat setelah dibacakan surat itu. Suasana istana menjadi tenang. Tak ada suara sedikitpun. Begitu Sunyi. Yang ada hanyalah air mata yang mengalir deras di pipi raja Bakhil. Ia pun akhirnya jatuh dari singgasananya saking lemasnya. Inilah kritik pertama selama ia menjabat sebagai raja, kritikan yang datang dari putrinya sendiri. Kritikan yang selama ini menurutnya haram untuk disuarakan. Raja bakhil menyadari hal itu, setelah semuanya sudah terjadi. Saat putrinya sendiri sudah meninggalkannya dengan tumpukan harta. Saat seorang anak desa tak berdosa harus meregangkan nyawa demi sebuah cinta dan amanah. Penyesalannya pun, seakan siasia. Karena, negeri itu sudah mempunyai hutang begitu besar dan siap untuk bangkrut. Hutang yang sudah tak mungkin terbayar hanya dengan tumpukan harta, yang ia kumpulkan karena hasil dari hutangan itu: ia bagi-bagi dengan para kolega dan para keluarga dekatnya. Ia juga harus menanggung dosa sosial: dari apa yang ia perbuat selama ini. Dosa saat negerinya sendiri tak mempunyai masa depan. Negeri yang sungguh begitu muram..

73

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

HAPPY NEW YEARS!

Tulisan ini berawal dari penasaranku. Tentang perayaan malam pergantian tahun, yang banyak orang tidak mau melewatinya. Malam yang dianggap sakral oleh sebagian orang. Perayaan yang lebih tepat sebagai ajang hura-huratoh! Kalaupun ada malam refleksi, itu pun tidak seramai seperti yang tumpah di jalan-jalan Kota. Malam tahun baru selalu memiliki magnetnya untuk dirayakan: untuk dihura-hurakan. Saat itu, aku baru pulang dari tempat salah seorang dosen yang sangaja mengundangku dan teman-teman untuk main ke rumahnya. Karena ada sesuatu yang harus dibicarakan. Jam sudah menunjukkan 23.28. Aku lihat banyak kendaraan bermotor yang hulu lalang. Sesampai di sebuah lampu merah. Aku harus mengunggu lama: karena macet, jalan trotoar juga banyak orang berbodongbondong menuju pusat kota karena sebentar lagi yang aku dengar dari pengendara sebelahku ada pesta kembang api di pusat Kota (taman Kota). Malam pergantian tahun merupakan sesuatu yang harus dirayakan: oleh sebagian masyarakat dengan berbagai alasan. Malam pergantian tahun dapat dikatakan sebagai alat pelipur lara, atas segala himpitan hidup yang selama ini mendera. Tidak pandang usia, ras maupun agama semuanya bersorak. Meniupkan terompet dan pesta

74

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

kembang api sebagai pembuka tanda datangnya tahun yang baru. Ratusan ribu, berjuta: bahkan milyaran dikeluarkan hanya untuk merayakan malam pergantian tahun. Namun, kondisi tersebut seakan berbanding terbalik, dengan kondisi saudara kita yang ada di Palestina: yang harus berjuang mempertahankan tanah airnya dari agresi Zionis Israel. Bagi mereka suara keras tiupan terompet merupakan letupan peluru tetara Israel, yang siap menghujam dada mereka. Bagi mereka, meriahnya pesta kembang api merupakan gempuran rudal israel yang meluluh lantakkan tanah air mereka. Bagi mereka, deru keras kendaraan bermotor merupakan suara tank Israel yang sudah siap menyerang mereka. Teriakan selamat ulang tahun merupakan tangis seorang ibu, yang sudah kehilangan anaknya. Dan baginya bau kepulan asap kendaraan bermotor merupakan bau mesiu yang sudah menghancurkan tempat tinggal mereka. Sedangkan kita yang hidup dalam ruang yang bebas dan damai, tak pernah malu terhadap saudara kita yang tertindas. Kepongahan kita terhadap kehidupan yang sesaat, mampu meredam iman kita untuk tidak pernah goyah melihat kebiadaban Israel yang jelas-jelas menyiksa dan biadab Hari ini. hari ke-5 agresi ke Palestina seperti dilaporkan dalam berita Liputan 6 Siang SCTV1 januari 2009. Telah menewaskan sekitar 400 orang dan 1.600 terluka. Sedangkan, dari pihak israel hanya empat orang.

75

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

Jelas ini tidak seimbang. Baik dari pasukan maupun perlengkapan perang. Hingga akhir, agresi ternyata lebih dari seribu jiwa warga Palestina telah melayang. Bahkan, saat kita sibuk merayakan malam pergantian tahun dan meriahnya pesta kembang api. Sebuah masjid yang ada di daerah Gaza City dibom bardir oleh pasukan israel. Seharusnya, malam pergantingan tahun diisi dengan refleksi diri. Bukan malah diisi dengan sesuatu yang bersifat hura-hura. Di berbagai daerah perayaan ini menelan banyak korban. Di Ancol akibat saling lempar sesama penonton 1 orang luka parah. Di Karawang dan Tuban terjadi tawuran, sehingga ada korban yang luka parah. di Kupang karena ugal-ugalan dalam mengendarai motor terjadi tabrakan, sehingga harus dilarikan ke rumah sakit. Bahkan, di Thailand yang saat ini sedang mengalami krisis politik: sebuah klub malam terbakar yang menewaskan 59 warga. Hal ini ditengarai akibat percikan kembang api yang dibawa oleh salah seorang pengunjung. Alangkah tidak etis: sebuah negeri yang mayoritas penduduknya bergama Islam. Tapi, tidak bisa merasakan penderitaan saudaranya yang dalam penindasan. Rakyat Palestina besar, karena konflik yang berkepanjangan sehingga terbentuk mental haram tunduk terhadap Zionis Isreal yang telah merebut tanah mereka. Meski nyawa yang menjadi taruhannya. Salah seorang tokoh musuh bebuyutan Amerika sekutu Israel. Osama Bin Laden dalam salah satu syairnya siapa yang tidak mati karena pedang akan mati juga oleh sebab yang lain. Ada begitu banyak sebab kematian. Tetapi mati itu cuma sekali. Oleh karena itu, sampai saat ini Osama bin Laden belum tertangkap oleh Amerika. Sosok

76

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

yang dianggap sebagai biang kerok tragedi 11 september 2001. Kita adalah orang Islam dan saudara kita yang ada di Palestina merupakan saudara seiman. Sudah sepantasnya, jika saudara kita tertindas kewajiban untuk membela mereka dan haram bagi mereka yang berbalik arah, dengan meninggalkan iman revolusioner mereka. Bagi saudara kita yang di Palestina. Tahun baru merupakan penderitaan baru. Kita kadang terlampau lama untuk menyadari bahwa penderitaan yang dialami mereka rakyat palestina): merupakan bentuk penindasan. Budaya ikut-ikutan yang memang tak jelas arahya. Justru menenggelamkan kita dalam kubangan kebiadaban dan tanpa rasa kemanusiaan. Kita semua beharap bahwa perayaan yang memang semestinya tak patut dilakukan, musti dibuang jauh. Sebuah kebiasaan yang kadang kita tak tahu, dari mana asal muasalnya. Semoga hal itu bisa menjadi refleksi bagi kita semua. Amin...! : Tahun baru, 2009

77

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

NYATA ATAU ILUSI

Adzan subuh telah berkumandang: menelisik diantara kesunyian pagi yang begitu dingin. Aku lihat halaman kost masih basah kerena hujan deras tadi malam. Tanpa ragu, aku buka kran dan aku basuh mukaku yang sudah lusuh. Kemudian mengambil wudhu sebagai sarat sahnya shalat. Aku berangkat ke masjid yang tak jauh dari kost. Aku berangkat dengan tergesa-gesa. Karena, Iqomat sudah berkumandang. Sesampainya di masjid aku hanya melihat empat orang jemaahtermasuk aku. Setelah menunaikan shalat, tidak lupa aku berdoa: atas segala keinginanku di dunia dan akhirat. Tidak jauhsetelah aku, beranjak keluar dari masjid. Seorang menyapaku dari belakang. Assalamualaikum sapa orang itu. Waalaikumsalam jawabku sambil menatap tajam orang yang berambut panjang agak keriting dengan jenggot dan kumis rada tebal ini. Dalam pikiranku: aku pernah melihat orang ini. Tapi dimana? Kenapa, kamu menatapku dengan tatapan seperti itu anak muda? apa ada yang aneh dengan penampilanku? tanya laki-laki itu. Sepertinya kita pernah bertemu, tapi saya lupa. Apakah ini hanya dejafu? jawabku yang justru malah bertanya.

78

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

Mungkin, aku lihat kamu barusan shalat berjamaah di Masjid. Kemudian berdoa dengan khusyuk sekali? tanya laki-laki itu. Iya. Karena itu, merupakan kewajiban saya: sebagai seorang muslim. Karenanya, saya harus khusyuk agar ibadah bisa diterima oleh Allah jawabku. Ternyataiman yang kau punyai sekarang anak muda: masih keimanan yang egoistik? Aku pikir kamu sudah mengerti dan paham akan keyakinan yang kamu punyai? tanya laki-laki itu, yang justru membuat mukaku memerah dan marah. Kamu marah anak muda? hanya dengan pertanyaan sederhana ini? kau sudah menampakkan sikap dan iman egoismu. Sekarang ikutlah denganku. Kelak kau akan tahu, kenapa imanmu harus mempunyai daya progresif ujar laki-laki itu lagi dan kayaknya mengerti betul yang ada di isi kepalaku. Laki-laki itu menarik dan mengenggam tanganku yang kering tak berisi. Kemudian, aku diajak berjalan merelusuri jalan kotajalan Maliboro: yang sepi. Sesampainya disebuah perempatan lampu merah laki-laki itu berhenti dan berkata Anak muda. Lihatlah sekelilingmu. Apa yang bisa kamu lihat? Saya lihat segerombolan anak jalanan yang yang sedang tidur lelap. Saya lihat seorang pemulung yang mulai mengambil botol bekas yang dibuang orang tadi malam. Dan saya juga melihat dua orang tukang sapu jalan, yang mulai membersihkan jalanan jawabku.

79

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

Apa hanya itu yang kamu lihat? tanya laki-laki itu lagi. Iya jawabku sambil menarik tangan. Yang tetap digenggangm laki-laki itu. Anak muda, ternyata imanmu masih terpenjara. Iman yang kamu yakini belum menyentuh dasar-dasar kemanusiaan. Seharusnya, iman yang kamu yakini dapat memberikan dampak sosial. Nabimu Muhammad, mengajarkan agar kamu bisa berbagi dengan mereka yang kamu lihat ini. Dan kemudian Ahmad Dahlan juga mengajarkanmu untuk dapat berpihak pada mereka ini juga. Ironis sekali, kalau kau hanya memahami Islam hanya rentetan sholat dan untaian doakemudian masuk surga. ujar laki-laki itu. Aku justru terdiam tanpa kata. Anak muda, kenapa kamu berdiam saja? Bukannya kamu tadi mau marah? Saya malu dengan keadaanku yang seperi ini? jawabku dengan wajah menunduk. Anak muda. Lihatlah gedung megah itu dan lihat juga Mall bertingkat congkak itu. Semua itu didirikan di atas penderitaaan para pedagang kaki limayang dianggap menggangu keindahan kota. Saudaramu yang tertidur lelap itu, pemulung yang mengais-ngais sisa belas kasihan orang dan penyapu jalan yang gajinya tak cukup untuk menafkahi keluarga merekamerupakan akibat dari tamaknya para pemimpin bangsamu Begitu banyak kebijakan yang justru tidak berpihak kepada mereka. Ditambah lagi, kekayaan yang mereka miliki ternyata tak dapat mereka nikmati. Kalau, kau hanya berdiam diri dengan sistem yang menindas in. Aku tak

80

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

yakin. Kalau kau benar-benar yakin terhadap agamamu. Jangan-jangan kau juga temasuk orang-orang yang bermental budak, menghadap Tuhan saat kau dalam keadaan susah. Buktikan kalau iman yang yang kamu yakini merupakan keyakinan yang berkesadaran jawab laki-laki itu. Saya sudah melakukan aksi demontrasi menentang sitem yang anda katakan itu. Dan saya sudah mendirikan sekolah alternatif bagi mereka yang kurang mampu. Meski mengalami kegagalan aku coba membela diri. Sekali lagi anak muda. Perjuangan itu membutuhkan kosistensi dan kesabaran. Perjuangan itu tak selamanya berjalan sesuai dengan apa yang kita harapkan karena perjuanganmu melawan arus yang sudah mapan. Kau mempunyai modal yang besar, waktu, pengetahuan dan keberanian. Pendidikan yang kau dapatkan semoga tidak menjadikanmu seperti rombongan pelacur, yang siap memberikan loyalitas dan kemampuannya kepada mereka yang mampu membayar tinggi Saya paham akan hal itu. Tetapi, bagaimana pun juga kita harus berbenturan dengan kebutuhan sosial, yang mau tidak mau, kita memang dituntut untuk memenuhinya. Karenanya, banyak anggapan yang menyatakan sekarang boleh idealis. Tapi, setelah berhadapan dengan hal diatas ya sama saja? tanyaku. Aku pikir. Kamu sadar dengan keberagamaanmu yang setiap hari menghadap Tuhan sampai lima kali. Terlalu dangkalkah imanmu? Sehingga tak mampu membaca realitas sosial. Kita memang mempuanyai keyakinan yang berbeda. Tapi, keyakinan kita sama-sama mengajarkan keadilan dan keberpihakan terhadap mereka

81

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

yang lemah. Kapitalisme tidak saja membuatmu bodoh. Tapi, juga menguras akal sehatmu. Kenapa kau takut miskin. Sedangkan, Tuhanmu memberikan limpahan nikmat yang begitu besar. Kenapa kau harus pragmatis, sedangkan nabi yang selalu kau junjung mengajarkan sikap qonaah. Ternyata, islam yang kau yakini hanya kulitnya saja dan sangat pragmatis, menyogok Tuhan dengan rentetan sholat dan untaian doa disertai genangan air mata hanya berharap untuk surganya Abu Dzar, Hasan al-Banna, Ali Syariati, Ayatullah Khomeini merupakan sebagian orang yang mempunyai keimanan yang revolusionner. Mereka harus mengalami pembuangan dan kematian atas keiamanan yang mereka yakini. Apakah kau tak malu terhadap mereka dengan kondisimu yang seperti ini hanya berpangku tangan diatas rezim yang menindas rakyatnya sendiri. Sok peduli terhadap pendidikan. Tapi, dengan kejam mengeluarkan Undang-Undang Badan Hukum Pendidikan (BHP) yang justru mengalienasi si miskin dengan lembaga pendidikan tinggi. Perkumpulan ulama hanya mampu mengeluarkan fatwa tentang etika keluar masuk kamar mandi. Tapi, tak pernah menyentuh masalah politik dan ekonomi. Misalnya, BLBI jawab dengan nada keras laki-laki itu seperti sudah mengerti betul dan paham yang ada dalam pikiranku dan bangsa ini. lihat juga spanduk itu dan bendera partai politik yang katanya berazaskan Islam. Menganga begitu jelas diatas bibir jalan ini. Membual untuk mendapat simpati rakyat saat pemilu. Tapi, tak pernah mau memperjuangkan hakhak anak jalanan yang tidur lelap, pemulung dan penyapu jalan itu.

82

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

Mereka hanya memikirkan, bagaimana mereka menang dalam perebutan kekuasaan. Kemudian berakhir dengan penunmpukan kekayaan pribadi dan penjualan asset-asset strategis bangsamu, kepada pihak asing. Sehingga penguasamu itu tak ubahnya anjing penjaga untuk melindung dari berbagai ancaman yang dapat mngusik ketenangan sang tuan, termasuk protes dari rakyatnya sendiri tambah laki-laki itu. Rupanya terasa sangat sulit untuk melakukan perubahan sosial di negeri, dengan keadaan yang serba semrawut seperti ini. Dan lingkungan sendirinya pun tak mendukung? tanyaku dengan pesimis. Anak muda. Perubahan tidak akan pernah terjadi, kalau kita sendiri tak pernah berharap. Perubahan sosial tak akan pernah terjadi, kalau dirimu sendiri belum ada perubahan. Iman yang kau yakini, seharusnya dapat menjadikanmu menjadi orang yang berkarakter Buang semua simbol yang hanya mengekang keimanan revolusionermu. Jumpailah saudaramu yang miskin seperti yang ada didepan matamu sekarang. Kehidupan Mall tak akan membentuk karakter pemberani. Tapi, hanya membentuk karakter kosumtif. Karenanya, aku memilih jalan pemberontak. Tak pernah tenang dengan kemapanan yang menindas. Aku sedih melihat orang hanya memakai atau memasang gambarku. Tetapi, tak pernah mengilhami perjuanganku jawab lak-laki itu, sambil mengelus kepalaku dan meninggalkanku bersama dengan terbitnya matahari. Aku langsung pulang dan terus berfikir siapa laki-laki taditapi, sesampainya di kost aku baru teringat pada sosok Che Guevara: sosok yang selama ini. Aku kenal

83

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

melalui pertemuan diskusi, beberapa buku dan kaos. Nyata atau ilusikah pertemuan ini? Entahlah..

84

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

HP DAN KAMPUNGKU

Seperti biasanyasetelah liburan tiba. Aku pulang kampung ke daerah asalku. Di sebuah pulau yang ada di Jawa Timur. Daerah yang sekarang ini sudah mempunyai jembatan terpanjang se Asia Tenggara, yang memungkinkan semua hal akan mudah masuk ke sana termasuk para pemodal asing. Namun, bukan itu yang ingin aku ceritakan. Melainkan, sebuah gaya hidup hidup yang menurutku sepertinya mulai menggeser budaya lokal kampungku. Sebuah barang yang sudah dianggap sebuah kebutuhan, bukan sebuah penunjang. Dalam perjalanan ke rumah nenekku yang sedang sakit, sengaja aku berjalan kaki dan tak membawa motor. Ditengan perjalanan aku dikagetkan, dengan sebuah kejadian yang menurutku kurang lazim dan begitu aneh. Kejadian ketika sedang berpapasan dengan lelaki tua, yang sedang mengambil rumputngarit. Di pinggiran ladangnya, tiba-tiba terdengar bunyi Tit...Titt...Titt... Kemudian tangan laki-laki itu mengambil sesuatu dari dalam kantongnya. Yang ternyata, ia sedang mau mengangkat HPnya: yang sedang berbunyi.

85

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

Halo, ini siapa ya? sapa tukang laki-laki itu sambil meletakkan Arit6 di sebelah karung untuk membungkus hasil rumputnya yang sudah kusam . Iya halo. Gimana? Ini kok malah dimatiin ujar lakilaki itu dengan logat khas daerah yang justru membuatku tersenyum. Sambil menundukkan kepala sebagai tanda permisi untuk lewat. Melihat kejadian tersebut hanya membuatku kaget dan sedikit tak percaya. Seorang yang pencari rumput yang seharusnya mencari rumput. Untuk isi perut sapi. Justru sempat-sempatnya mengangkat telepon. Bahkan, HPnya berkamera pula, melampaui punyaku yang masih buntut dan sering hang. Sesuatu yang unik dan tak lazim ditengah masyarakat kampung, yang masih mempersoalkan makan apa besok pagi. Sepanjang perjalanan aku berfikir Wah..kok bisa ya? pertanyaan yang sangat sederhana. Tapi, hal tersebut justru menimbulkan pertanyaan lain yang seakan tiada habisnya. Kejadian itu justru mengingatkanku pada seorang pedagang bawang, yang ada di pasar. Saat aku mengantar saudaraku untuk berbelanja beberapa waktu lalu. HPnya tak kalah ngejrenk dengan laki-laki yang mencari rumput. Bukannya, aku iri atau apa pun itu. Namun, hal itu menurutku: semakin menandakan bahwa pada dasarnya mereka sudah mulai terasing dari dunianya yang asli.

Alat untuk memotong rumput

86

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

Aku merindukan kampungyang beberapa tahun lalu sangat akrab satu sama lain. Bukan malah lebih akrab dengan dunia HP yang justru membuat jarak diantara mereka. Kegiatan silaturrahmi yang dulu sering dilakukan dengan berkunjung ke rumah-rumah. Sekarang, mulai bergeser dan tergantikan dengan SMS atau telepon. Aku merindukan sebuah suasana kebersamaan bukan malah justru, lebih mementingkan mesin yang membuat mereka menjadi malas untuk berusaha. Aku merindukan kehangatan komunikasi. Tanpa, ada gangguan sinyal HP. Yang sering aku temui selama ini di tempat lain7. Kerinduanku inihanya harapan dimana kemajuan teknologi. Harus diimbangi dengan kemajuan manusianya. Bukan, malah menjadi seorang yang konsumtif atau lebih tepatnyakorban Pasar dari rekaya para pemilik modal. Sekarang iklan telepon seluler lebih gampang untuk ditemui di kampungkuketimbang warung makan. Aku juga tidak yakin, kalau mereka sangat membutuhkan hal itu. Karena sebagian besar dari merekakalangan tua yang menggunakan HP. Adalah kaum buta aksara. Sedang sebagian pemudanya, HP hanya digunakan untuk

7 Menurut ROA (Risearch On Asia) mengungkapkan perkembangan ponsel di indonessa akan mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Tahun 2006 jumlah pengguna ponsel di Indonesia tercatat 68 juta dan diprediksikan akan meningkat drastis pada tahun 2010 yang mencapai 133 juta yang artinya separuh dari populasi penduduk Indonesia menggunakan ponsel. Perkembangan ini disebabkan layanan jaringan diperkirakan akan tumbuh cepat akibat investasi yang agresif dalam bidang infrastruktur dan dengan adanya beberapa operator ponsel yang melakukan penurunan tarif radikal. Sumber : detiknet.com. diakses 4 Desember 2009

87

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

menonton dan menyimpan film-film pornoselain, untuk pamer8. Aku sadariHP. Hanyalah alat komunikasi. Akan tetapi bukankah merekaorang kampung. Hanya korban dari alat-alat keji itu. Aku tak bisa melarang. Karena, mereka membelinya dari hasil cucuran keringat kerja keras mereka. Hal ini bukanlah asumsimelainkan, fakta nyata di kampungku. Mungkin juga hal ini dialami oleh kampung-kampung lain di negeri ini. Sebuah gaya hidupyang menurutku kadang, tak bisa membedakan mana butuh mana pamer. Kekuatan iklan yang sangat menggila mampu merubah masyarakat awam, menjadi para penghayal dari rentetan iklan jejalan. Sekarang, aku dengar gaya hidup baru itu di kampungku menimbulkan masalah baruyakni, maraknya kriminalitas dan perselingkuhan. Pencurian HP sudah mulai menjamur. Padahal aku dahulu hanya pencuri ternak baik ayam ataupun sapi yang sibuk mengganyang milik warga. Bahkan, anehnya lagi ada sebagian orang yang mempunyai lebih dari satu HP. Wow! Aku hanya ingin menyampaikan, apa yang sedang menjadi kekhawatiran dan kegelisahanku mengenai kampungku. Yang sudah mulai berubah, akibat korban dari globalisasi. Sebuah kampung, dimana aku menangis pertama kalisaat terkaget melihat dunia ini.

8 Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Internet Pornography Statistic, Indonesia menempati peringkat ketiga dunia pengakses situs porno pada tahun 2009 setelah sebelumnya menempati peringkat kelima pada tahun 2007.

88

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

Terakhir, Saat para masyarakat desa yang awam sudah kehilangan identitasaku sedikit menyangsikan, kalau negeri ini bisa mempertahankan kebudayaannya sendiri. Lemahnya kesadaran akan budaya lokal. Justru semakin menenggelamkan negeri ini kedalam kubangan bangsa, yang akhirnya tak mempunyai identitas. Sungguh ironis..

89

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

GILA

Kebiasaanku setelah shalat shubuh di Masjid adalah berjalan mengelilingi kampung kostku berada. Bagiku subuh merupakan waktu yang sangat istimewa. Selain udaranya yang masih bersih dari kepulan asap knalpot aku lebih konsen dalam mengerjakan sesuatu. Memang tidak banyak yang berubah dari sebelumsebelumnya. Sesekali aku bertemu Dikaadik tingkatku di kampus, yang habis pulang dari Mushalla ia shalat subuh. Dan bertemu seorang nenek, yang selalu menganyunkan tangannya untuk berolahraga. Ditemani sang suami yang tertidur lelap diatas becaknya. Namun, sesampainya di sebuah halte Trans jogja tepat disebelah halte. Aku melihat seorang laki-laki tertidur lelap. Seperti, sedang mimpi indah. Karena aku lihat dia sambil tersenyum. Aku lihat dengan begitu seksama. Ternyata, dia adalah laki-laki yang dibilang temanku kemarinadalah orang gila. Orang ini orang gila? gumamku. Aku pun melanjutkan langkahku. Karena, aku tak mau menggangu keindahan mimpi tidurnya. Dalam tiap langkahku, aku berfikir Apa sih, sebenarnya gila itu? semakin aku berfikir. Maka, semakin besar penasaranku tentang gila.

90

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

Aku bertanya pada hampir sebagian besar temantemanku. Termasuk, aku tulis dalam status facebook-ku. Numun, semua mengacu pada satu jawaban. Yakni : kurang waras atau tidak normal. Adanya gangguan pada syaraf otak. Sehingga, ia pun tak bisa berfikir secara normal. Tapi, jawaban itu belum memberikan jawaban yang jelas mengenai berbagai pertayaankutentang gila. Karena, jawaban itu menurutku masih bersifat normatif dan umum. Kalau diaorang yang dibilang gila. Merupakan gila dalam hal ini tidak normal. Secara sederhana dari mana ia mendapatkan makan? Dengan mengambil apa saja yang ditemuinya, terus dia makan? Jika benar, kenapa dia tidak sakit? Jika, dia sakit kenapa bisa sembuh? sedang ia tak pergi ke dokter atau minum obat? Jika dia sakit, buktinya dia masih tetap bisa berkeliaran ke mana-mana. Diaorang gila. Juga tetap tersenyum. Biar banyak orang yang mencibir dia tidak normal. Kemudian aku berfikir sebagai manusia yang katanya waras dan normal. Kalau aku tidak kerja, maka aku tak bisa makan. Aku juga membutuhkan obat atau dokter ketika aku sakit. Bahkan aku tak bisa tertawa saat aku sakit. Yang ada aku malah sering mangeluh. Lantas, siapa yang harus dikatakan gila? Kalau memang pengertian orang gila hanya sebatas tidak normal. Dalam arti ia melakukan sesuatu di luar kewajaran yang dilakukan oleh mayoritas orang. Maka semua orang yang mencoba membelok dan mencoba keluar dari luar jalur itu dapat dikatakan Gila.

91

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

Jadi, pendapat tentang orang gila mudah sekali terbantahkan. Sebab banyak sekali orang yang keluar dari batas kewajaran itu. Untuk melakukan sesuatu dengan apa yang ia yakini. Apakah hal tersebut masih dapat dikatakan gila? Lantas siapa yang gila? bukannya sesuatu yang menurutku sangat revolusioner merupakan ide-ide gila. sebuah ide yang keluar dari batas-batas yang sudah dianggap sebagai patokan itu. Sebagai contoh misalnya Che Guevara yang menganggap revolusi adalah tujuan utama. Dan dia sudah berkomitmen terhadap hal itu, sehingga segala hal yang lain menurutnya adalah nomor dua. Ide-ide gila itu, salah satunya dapat dilihat pada surat kepada Celia, ibunya.
Impian lamaku mengunjungi negara-negara telah terkabul..meskipun tanpa Alieda, yang tidak dapat kuajak karena salah satu keadaan mentalku yang rumit.. Suatu gambaran besar yang berlawanan dengan pribadi itu telah berkembang dalam diriku. Aku masih sebagai orang yang suka menyendiri, yang masih mencari jalan hidupnya tanpa ada bantuan, tetapi sekarang aku mempunyai perasaan atas tugas bersejarahku. Aku tidak mempunyai rumah, istri dan anak-anak, orang tua maupun saudara. Temantemanku adalah teman selama mereka berfikir seperti aku, namun aku bahagia, aku merasa penting dalam kehidupan. Tidak hanya kekuatan dalam diri yang selama ini selalu kurasakan. Tetapi juga suatu kemampuan untuk mempengaruhi orang lain dan rasa fatalistis absolut yang membebaskanku dari semua ketakutan, aku tidak tahu

92

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

kenapa aku harus menulis surat ini padamu, mungkin aku hanya merindukan Alieda

Surat yang menurutkumerupakan isi curahan Che Guevara ini. Bukti bahwa dia merupakan orang yang gigih terhadap revolusi dan lebih memilih jalan ini. Surat ini aku baca dalam bukunya Jorge Castaneda yakni Hidup, Cinta dan Kematian Che Guevara. Aku bukan mau menceritakan Che Guevara. Melainkan aku hanya berfikir. Apakah dia dan orang-orang yang sepaham dengannya masih dikatakan sebagai orang yang tidak normal atau gila? Dalam pandanganku yang masih sederahan ini. Sesuatu yang besar dan revolusioner dilakukan dengan cara di luar batas-batas, yang dianggap sebagian orang sesuatu yang normal. Saat normal itu, sudah melembaga dan terjadi pelebelan akan hal itu. Maka, akan ada sebuah persyaratan yang mampu dicap sebagai sesuatu yang normal yang pada kenyataannya adalah kaku. Ide-ide gila ini menurutku harus ada saat sebuah masyarakat atau kelompok sudah menjadikan kenormalan itusebagai Tuhan yang tak mampu untuk di gugat dan tak terbantahkan. Aku juga berharap: ide-ide gila yang kontruktif menurutku harus terus digulirkan di tengah masyarakat yang mudah lupa ini. Gila tidak bisa ditafsir secara sepihak hanya karenadia orang yang tidak normal dan terganggu syarafnya lantas dikatakan gila. Kemudian, bagaimana dengan mereka yang mempunyai ide gila apakah juga disebut gila?

93

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

Sampai saat ini, aku masih belum menemukan jawaban, yang mampu menjawab tentang gila ini. Sedikit pertanyaan diatas ini, mungkin oleh sebagian orang dikatakan sebagai sesuatu yang parsial dan tak ada nilai teorinya. Namun, bukan sebuah dosajika, kita bertanya dan menggugat atas sesuatu, yang kadang dianggap benar oleh sebagianyang bersembunyi di balik sebuah pelebelan.

94

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

TRAGEDI NAMEX

Tragedi ini terjadi saat aku masih jadi santri di sebuah pesantren. Pesantren yang kami anggap sebagai pesantren unik. Dibilang unikkarena, jumlah santri yang tidak terlalu banyak. Kurang lebih hanya 60 orang. Tetapi, merekapara santri, berasal hampir dari seluruh daerah di Nusantara. Bahkan, ada yang berasal dari Thailand. Maklum saja, yang berasal dari daerah itudaerah Pesantrenhanya 3 orang santri. Oleh karena itu pesantren tidak terlalu banyak membenamkan santri dalam ruetnya kitab berbahasa arab. Apalagi gundul dan botak. Tetapi, lebih menekankan pada tumbuhnya nilainilai kesadaran. Mungkin, karena para pengurus mengetahui bahwa kalau sebagian besar santri merupakan para manusia gagal masuk sekolah terkemuka di kota Jogja. Tragedi Namexadalah tragedi yang menggemparkan seluruh penghuni pesantren. Kejadian itu, bermula saat salah seorang Ustadz mengeluarkan seorang pemuda. Yang dianggap telah mengganggu ketentraman pesantren. Sehingga, menyebabkan sang Ustadz menjadi korban pemukulan pemuda tersebut. Kami sering memanggil pemuda itudengan sebutan namex. Sebuah panggilan yang mirip dengan sebuah planet yang ada di komik Dragon Ball. Namex, sering bermain ke Pondok. Bahkan, kadang sampai menginap tanpa ijin

95

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

terhadap para pengurus pesantren. Selain itu, desas-desus yang beredar. Bahwa, Namex juga ternyata penyuka sesama jenis yang beberapa waktu lalu dipergoki oleh salah seorang santri. Awal kejadian itu, saat sang Ustadz melihat Namex ada di lingkungan pesantren sedang mengobrol dengan salah seorang santri. Maka, sang Ustadz menemuinya kemudian menyarankan agar tidak terlalu sering main ke dalam lingkungan pesantren, kalau memang tidak ada kepentingan atau mau ikut belajar. Namex yang tidak terima dengan saran sang ustadz langsung berkata dengan nada yang agak keras Maksud pak Ustadz apa? Saya disini cuma ingin bermain aja. Nggak lebih. Tidak seperti itu, Mas. Saat ini, masih jam belajar santri. Dan terlebih sebentar lagi, akan menjelang ujian sekolah jadi harap maklum. Kalo Mas-nya mau kesini. Pas lagi sedang libur atau sedang jam istirahat saja jawab sang ustadz dengan ramah. Pak ustadz, tidak suka dengan saya? terserah saya donk mau kesini kapan saja. Toh, ini kaki punya saya juga ujar Namex. Mendengar jawaban tersebutsang Ustadz langsung mempersilahkan Namex untuk meninggalkan pesantren. Namun, Namex tetap tidak mau keluar dari lingkungan pesantren. Sehingga, sang Ustadz pun. Ternyata, sudah kehilangan kesabaran dan langsung mengeluarkan Namex dengan menarik tangannya. Sehingga, menyebabkan Namex memukul muka sang Ustadz. Melihat Ustadz di

96

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

pukul, maka para santri yang ada di sekitar lingkungan itu. Langsung mengusir Namex secara bersama-sama. Awas kalian semua. Pokoknya, lihat saja pembalasanku ntar berteriak Namex menangancam. Akhirnya, Namex pun keluar dari lingkungan pesantren. Esok harisetelah para santri pulang dari sekolah. Beredar isu yang menyatakan, kalau Namex mau melakukan penyerangan nanti malam. Akibat tidak terimanya atas kejadian kemarin malam. Bahkan tidak tanggung-tanggung, ia akan mengumpulkan seluruh teman-teman satu kampung yang kurang lebih dua truk. Tak jelas, siapa yang menyebarkan issue ituyang jelas semua santri, setelah makan siang langsung berkumpul dan memikirkan strategi dan langkah apa saja yang harus dilakukan. Untuk mengantisipasi kejadian yang mungkin akan berujung anarkis. Issue penyerangan inisengaja tidak disampaikan pada pihak pengurus pesantren, dengan berbagai alasan dan pertimbangan. Menjelang shalat Ashar hasil pembicaraan tersebut, akhirnya menghasilkan keputusan: diantaranya, semua santri harus terlihat dalam penghalangan penyerangan. Santri putri harus dievakuasi ke rumah masyarakat yang ada di lingkungan pesantren dan mempersiapkan semua senjata yang diperlukan. Setelah shalat Asharsemua perlengkapan, yang diperlukan kemudian dikumpulkan. Ada yang mengumpulkan pentungan dari besi yang aku ketahui merupakan pagar yang sudah rusak, batu, balok kayu dan bom molotof.

97

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

Sekitar setengah jam menjelang shalat Maghrib. Perwakilan dari santri, kemudian menghadap Mudir Mahad (kepala pondok). Dan menyampaikan issue penyerangan tersebut dan semua santri sudah mempersiapkan diri. Untuk menghalangi penyerangan Namex. Namun, Mudir Mahad malah manyarankan jangan terlalu gegabahdalam menyerap isu yang belum tentu kebenarannya. Seperti biasanya shalat Maghrib dilakasanakan di Aula pesantren kecuali yang putri. Setelah selesai shalat, salah sorang diantara kami: sebut saja Patlas. ...sekarang, mungkin hari terakhir bagi kita bertemu. Karena, esok tidak akan ada lagi canda tawa diantara kita. Maka, siapkan diri untuk syahid di jalan-Nya. Ini sebagai bukti pengabdian terhadap pondok kita yang kecil ini Papar Patlas. Kemudian Patlas mengajak kami untuk berdoa bersama semoga apa yang akan kita kerjakan nantinya mendapat ridho-Nya. Melihat tingkah Patlas tersebut maka seorang musyrif (pendamping santri) pun menenangkan semua santri agar tidak berpikir dan bertindak secara berlebihan. Makan malam telah usai semuanya telah siap untuk menuju ke posisi masing-masing sesuai dengan kesepakatan awal. Ada yang naik ke genteng asrama, ada bertugas mengevakusi santri putri bahkan ada juga yang bertugas menjaga dan mengunci gerbang utama dan belakang lengkap dengan senjata yang telah dipersiapkan. Jam sudah menunjukkan jam 20.54 tiba-tiba bel pesantren berbunyi kemudian disusul dengan pengumuman lewat pengeras suara Pengumuman, bagi semua santri yang

98

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

berada di lingkungan pesantren diharapkan sekarang berkumpu di aula. Terima kasih dengan sekejap seluruh santri tersebar di seluruh pojok pesantren serentak menuju aula. Setibanya di aula pondok ternyata semua pengurus pesantren telah menunggu kami, setelah semuanya berkumpul seorang musyrif mengucapkan salam pembuka Assamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh waalaikum salam warahtullahi wabarakatuh jawab kami serentak. Seluruh santri yang kami cintai, kami semua sudah mendengar seluruh isu yang berkembang mulai dari siang sampai dengan saat ini. penyerangan terhadap pondok ini belum jelas bagaimana keberadaan dan kepastiannya, jadi kami harapkan semuanya bisa menahan diri. sebentar lagi pak Woko akan pergi ke rumah Namex untuk mengetahui benar tidaknya isu ini terang sang musyrif. Namun semua santri tidak menerima alasan yang disampaikan oleh pihak pesantren, akhirnya setelah berdialog agak panjang sebagai solusi dari itu semua ternyata para santri setuju dengan keberangkatan pak Woko selaku keamanan ke rumah Namex tapi samua santri akan kembali ke pos yang telah dibentuk sejak semula dan pihak pondok pun menyetujuinya. Jam 23.45 Pak Woko yang sudah datang dari rumah Namex kemudian menyuruh semua santri yang tersebar di berbagai tempat di lingkungan Asramauntuk berkumpul di aula kembali agar mendengarkan hasil pertemuannya. Kami pun kembali menuju aula sambil menenteng senjata.

99

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

Namun sebelum masuk ruangan pak Woko menyuruh kami untuk mengumpulkan semua senjata-senjata itu di luar ruangan. Setelah semua santri sudah masuk ruangan maka beliau pun memulai pembicaraan. Was-was dan tergesa-tergesa dalam mengambil keputusan dampaknya sangat vatal karena itu pikirlah dengan menggunakan logika dan analisis yang tepat. Masalah yang kalian anggap sebagai masalah sangat besar ternyata tidak sebesar apa yang kalian pikirkan. Namex yang menurut kalian akan menyerang pondok ini ternyata sedang bekerja di pabrik batako bahkan setelah saya sampai rumahnya dia belum pulang papar pak Woko. Mendengar penjelasan pak serentak semua santri yang ada dalam ruangan saling memandang satu sama lain tanpa mengucapkan apa-apa, semua bingung campur tak percaya. Benaran nih, pak? Jangan-jangan dia hanya berdalih saja tanya Patlas yang duduk di barisan depan. Orang yang kalian katakan Namex itu sudah bersumpah di depan saya dan ibunya sambil menangis setelah saya mengatakan akan melaporkannya kepada pihak berwajib jika yang kalian sangka itu benar. Dia sudah menyesali apa yang sudah di perbuat selama ini, dengan adanya kejadian kamarin malam dan dia meminta maaf pada kalian semua. Dia juga akan datang ke pondok dalam waktu dekat ini sebagai bukti tanggung jawabnya ujar pak Woko. Setelah sekitar satu jam kami berada di ruangan itu dengan semangat awal yang menggebu-gebu dan rasa tak percaya ternyata diakhiri semua dengan tertawa dan malu. Sebuah kejadian yang mampu menyatukan kami dalam

100

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

satu tujuan, kejadian lucu tapi cukup mengharukan. Siapa pun santri yang terlibat dalam kejadian malam itu akan tertawa sebelum bercerita, sampai saat ini kejadian itu seakan tak akan pernah kabur dari ingatan kami. Sungguh terlalu...

101

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

TAMPARAN HATI

Malam minggu bagi sebagian orang merupakan malam istimewamenurut lagu, malam minggu malam yang asyik buat pacaran. Tapi, tidak untukku yang masih jomblo. Angggapan dan lagu itu menyakitkan. Di sebuah Angkringan di pusat Kota aku nongkrong meski sendiri. Tanpa ada yang menemani teman, apalagi pacar. Sengaja aku duduk di atas tikar paling pojok yang disediakan oleh penjual Angkringan. Lalu lalang kendaraan di hapanku seakan seperti tiada henti. Dari barat ke timur dari timur ke barat, begitu juga yang dari arah selatan ke utara dan yang di utara ke selatan berjalan saling bergantian. Aku lihat kanan dan kiri. Terlihat banyak sekali iklan yang terpampang mulai dari baligho, pamflet sampai pada selebaran kecil yang berserakan lebih mendominasi iklan rokok. Kota pun begitu sangat bersirik dengan sampah komersil-dogmatik itu. Apa daya, perusahaan rokok mampu membayar segalanya: termasuk membayar penguasa dengan pajak, cukai yang tinggi dan sogok. Di tengah kesendirianku menikmati nasi kucing. Ada seorang pria yang tiba-tiba langsung duduk disebelahku. Perawakannya tenang meski keriput sudah mulai tampak di berbagai bagian wajahnya karena sudah mulai dimakan usia. Bajunya putih lengan panjang. Pria itu diam tanpa mengatakan apa-apa. Seperti ia sedang memikirkan

102

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

sesuatu. Biar tidak terlalu kaku dengan orang yang sebelahku. Maka, aku memberanikan diri untuk memulai pembicaraan. Mas Makan... sapaku sambil menyodorkan nasi kucing yang tadi aku ambil. Terima kasih. Sekarang saya belum bisa untuk makan jawab pria itu dengan nada yang agak dingin. Kenapa mas tidak mau makan? apakah dalam keadaan sakit atau karena ini makanan rakyat? tanyaku sambil tersenyum. Tidak seperti itu anak muda. Ini adalah makanan favoritku. Saya hanya ingin memastikan apakah saudara saya yang masih bergelimpangan di trotoar jalan sudah makan atau tidak jawab pria itu yang seakan menceritakan apa yang sedang ia pikirkan tadi. Maksud, mas, gimana? Saya masih belum paham, bukankah mereka sudah makan dengan hasil kerja mereka? tanyaku yang masih belum paham apa yang dimaksudkannya. Dari mana kamu tahu bahwa mereka sudah makan? Dan dari mana kamu tahu mereka sudah mendapatkan pekerjaan yang layak? bukankah itu hanyalah asumsimu saja anak muda. Mereka itu sudah seperti orang yang sudah salah urus. Hidup mereka tak menentu terluntalunta kesana kemari. Mereka hidup diatas belas kasihan orang lain jawab pria itu dengan dengan tegasnya seperti memarahiku, sentak aku berhenti mengunyah makana yang barusan aku makan.

103

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

lantas apa yang harus saya lakukan, saya tak punya wewenang melakukan hal itu Anak muda sepertinya kapitalisme tak saja membuatmu bodoh melainkan juga menguras akal pikiranmu sehingga kau tak mampu berfikir jernih. Bukankah kamu kaum terpelajar, seharusnya kamu tahu apa yang harus kamu lakukan. Kamu juga mengerti kalau negara juga ikut andil dalam penderitaan dan kemiskinan yang mereka alami ujar pria itu sambil mengeluarkan sapu tangan yang ada di dalam celana kirinya. Sepertinya mas ini paham betul apa yang segala apa yang terjadi dan yang ada di pikiran saya, meski kadang saya merasa apatis akan hal itu tanyaku. Itulah sikap anak muda sekarang, ingin berbuat sesuatu tapi dalam keadaan instan. Ingatlah, dalam melakukan sesuatu janganlah engkau terlalu gegabah. Lakukan hal itu dengan persiapan yang matang dan pertimbangan yang sudah terarah dan tertata. Sikap apatis merupakan sikap para pecundang, sikap yang hanya menjadikan seseorang bermental sampah yang hanya memikirkan dirinya sendiri, kemudian untung dan rugi sudah menjadi ciri yang terus melekat. Kau hidup dalam masyarakat yang sudah mulai kapitalistik, lihatlah masyarakat di sekitarmu yang sudah mulai konsumtif terhadap segala hal. Mereka seakan menajajakan diri untuk menjadi hamba pasar yang semakin menggila ini, anak muda ujar pria itu yang seakan menamparku dengan kata-katanya. Jika saya hidup dalam masyarakat seperti itu, sebenarnya apa yang menyebabkan itu semua tanyaku dengan polos.

104

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

Dahulu Karl Marx pernah mengatakan bahwa Dinamika utama masyarakat kapitalis terletak pada perkembangan modal, modal berkembang dengan cara melakukan eksploitasi pada kelas pekerja. Tumbuh melalui penambahan alat-alat produksi dan pemakaian maksimal tenaga kerja. Hubungan inilah yang membuat kapitalisme tumbuh dan memperluas wilayahnya untuk mendapat alat produksi dan sekaligus penambahan konsumsi. Sekarang lihatlah! megahnya Mall itu. Dahulu aku lihat disini penuh dengan para pedangang kaki lima. Mereka saling berlomba untuk menjajakan dagangan pada para pengguna jalan ini Sekarang aku sudah tidak tahu mereka sekarang ada dimana. Kehidupan mereka seperti apa justru hal ini yang membuatku susah untuk berkata. Ataukah mereka yang sedang tidur bergelimpangan di tortoar itu adalah mereka. Ini hanyalah contoh kecil bagaimana modal itu berjalan dengan begitu kejinya. Sehingga rakyat kecil pedangang kaki lima, yang seharusnya dilindungi harus tergusur Jawab pria itu. Aku terdiam mendengar jawaban pria itu. Aku memutar haluan pikiranku dan mencoba mengingat segala hal yang sudah aku lakukan. Pria itu seakan memberi sebuah petunjuk bahwa segala hal selama ini aku lakukan. Dan aku banggakan merupakan sesuatu yang justru membenamkan seseorang yang berusaha untuk menghidupi keluarganya ke dalam kesengsaraan yang dalam. Budaya Mall yang selama ini dianggap sebagai kehidupan orang modern justru dibangun di atas penindasan. Inikah konsekuensi dari sebuah proyek yang dinamakan pembangunan masyarakat modernnan keren itu.

105

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

Kenapa kau diam anak mudategur laki-laki itu yang justru mengagetkanku. Saya menyadari akan hal itu. Artinya, jika hal tersebut memang benar adanya. Maka hal itu merupakan sebuah penyalahgunaan hak. Sedangkan alasan penertiban maupun penggusuran yang dilakukan oleh aparat pemerintah merupakan upaya untuk menertibkan para pedagang yang justru mengganggu keindahan kota. Termasuk apa yang mas sebutkan tadi jawabku. Apa maksudmu itu anak muda? Pernahkah kau berfikir bahwa mereka itu mempunyai hak untuk memperoleh kehidupan yang layak. Ingatlah, mereka itu merupakan warga negara yang seharusnya memperoleh perlindungan dari para pembuat kebijakan bukannya diusir layaknya seekor anjing yang penuh dengan penyakit. Kalau mereka memang mengganggu keindahan kota. Kenapa harus berdiri Mall itu. Bukankah hal itu tidak adil? Apakah dengan berdirinya Mall itu suasana kota semakin indah? lantas indah untuk siapa? Indah untuk mereka yang mempunyai modalkaya, sehingga dapat membeli berbagai jenis barang bermerk yang jelas-jelas membunuh produk dalam dalam negeri. Mereka yang tergusur itu, hanya ingin melepaskan diri dari ketergantungan sistem yang mereka anggap tak berpihak itu jawab laki-laki itu dengan nada yang geram padaku. Aku dibuat bingung dihadapannya. Nasi kucingku pun tak mampu aku telankarena tenggorokanku terasa sakit mendengar ucapan laki-laki yang ada dihadapanku ini. Semua yang dilakukan itu memang tak lepas dari berbagai kepentingan. Kepentingan yang kadang menguntungkan sebagian kalangan namun menindas.

106

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

Penindasan inilah, yang menurut saya harus kita lawan. Dalam sikap melawan inilah yang kadang mengendorkan diri karena yang kita lawan merupakan sistem yang begitu besar, akhirnya kita pun mengalah tanpa harus berperang jawabku dengan menumpahkan segala hal yang ada dalam pikiranku. ingatlah anak muda. Perlawanan itu bukan hanya dilakukan dengan cara mengangkap senjata lalu bertempur sedangkan kau tak mampu melakukannya. Sekarang yang harus kau lakukan adalah membangun karakter dan menyadari segala hak, yang seharusnya kau dapatkan. Kau duduk dan berkumpul dengan mereka yang mangalami ketertindasan merupakan sebuah perjuangan. Kemenangan bukanlah diukur dari hasil yang engkau capai, melainkan diukur dari proses dan kegigihan dalam mencapainya. Oleh karena itu, pembacaan terhadap segala hal merupakan kunci utama yang harus engkau miliki laki itu menghentikan pembicaraannya untuk menghela nafas panjang. Keloyoan dalam melawan suatu sistem yang terlampau kuat merupakan sebuah najis, yang harus dibersihkan dan dibuang jauh. Sebab itu, akan menggerogoti perlawanan yang sedang engkau hadapi. Sucikan dirimu dengan cara menyiram diri dengan nilainilai agama yang kau yakini. Pupuklah imanmu dengan keberpihakan dan luapkanlah iman revolusionermu dengan melawan penindasan. Penindasan bukan saja pada fisik melainkan pada hak!! jawab laki-laki itu dengan nada yang cukup lantang sehingga orang yang ada disekitar kami mengarahkan pandangannya.

107

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

Laki-laki itu pun berdiri kemudian berjalan menemui seorang anak kecil yang sedang mengelap kaca mobil sedan yang sedang berhenti karena lampu merah. Ia pun memegang dan membawa anak itu menuju arahku. Anak muda, lihatlah anak ini sekarang. Apa yang ada dalam benakmu? tanya laki-laki itu. Seorang anak kecil yang mencari nafkah dengan cara mengelap mobil, pakaiannya sudah kotor mungkin karena sudah beberapa hari belum dicuci. Itu saja jawabku sambil menatap anak kecil itu. Aku sarankan. Sebaiknya, kamu lebih sering berjumpa dengan mereka. Anak ini tak pernah berharap ditakdir hidup seperti ini, kondisi inilah yang membuat mereka semakin tegar menjalani hidup. Mereka miskin bukan keinginan mereka melainkan ada sesuatu yang sengaja memiskinkan mereka. Sikap inilah kemudian membuka hati nurani Mahmoud Ahmadinejad untuk berani memperingatkan penguasa AS yang tak berpihak, yang aku dengar sebagian surat yang ia tulis berbunyi : Kehormatan rumah-rumah penduduk penduduk telah dihancurkan. Mungkin negara itu akan menjadi negara yang terbelakang sampai 50 tahun lebih. Dengan anggaran belanja berapa? Dengan menghabiskan miliaran dolar dari harta kekayaan sebuah negara dan beberapa negara lainnya. Dengan mengirimkan puluhan ribu pemuda sebagai pasukan penyerang, menempatkan mereka di arena pembunuhan, menjauhkan mereka dari keluarganya dan mengotori tangan mereka dengan darah orang lain Seharusnya begitulah seorang pemimpin sejati dan bermartabat. Ia berani mengingatakan bagaimana seharusnya bertanggung jawab dalam bersikap. Seorang

108

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

pemimpin bukanlah mereka yang hanya sibuk memperkaya diri sendiri dan semakin memasukkan negerinya kepada kehancuran. Ujar laki-laki itu sambil memberikan nasi kucing yang aku tawarkan tadi kepadanya pada anak kecil yang ia bawa tadi. Sepertinya, Mas ini. Lebih menyoroti masalah pemimpin bangsa ini yang mudah goyah dengan jabatan dan kekayaan. Memang tak dapat dipungkiri bahwa saat mereka ingin mendapatkan jabatan itu. Mereka harus mengeluarkan banyak uang. Akibatnya, setelah menjabat yang mereka pikirkan bagaimana modal, yang ia telah dikeluarkan kembali bersama dengan bunganya. Saat ini terlampau susah mendapatkan seorang sosok seperti Mahmoud Ahmadinejad yang mas sebutkan tadi. Jabatan di negeri bukan sebuah amanah melainkan sesuatu yang harus diperebutkan kataku. lantas siapa yang harus disalahkan? Siapa yang harus bertanggung jawab terhadap segala ketimpangan ini? anak yang tak berdosa ini kah? Mereka yang siang malam mengayuh becak dengan tetesan keringatnya mereka hidupkan keluarga? Ini tanggung jawab mereka pemimpin, anak muda. Meraka yang miskin itu mempunyai hak untuk memperoleh kehidupan yang layak. Kalau amanah sudah menjadi perebutan seperti itu maka apa bedanya denganjudi jabatan. Modal terlampau mengalir deras dalam sistem yang sudah mulai tak punya prinsip pembelaan. Bangunlah gerakan yang mampu berjumpa dan bergerak dengan mereka yang terampas haknya. Hanya dengan jalan ini kau akan mampu mengenali dan paham bagaiamana ketimpangan itu berjalan dengan sempurna. jawab laki-laki itu sambil

109

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

memegang kepala anak kecil yang sedang memahan lahap nasi kucing. Dengan gerakan.. gumamku. Anak muda, tempat ini merupakan langkah awal kamu membangun gerakan. Tempat ini pula yang akan mendekatkanmu dengan mereka yang tertindas. Karena di tempat inilah orang-orang itu berkumpul dan menumpahkan seluruh isi hati yang mereka jalani. Ingatlah, kehidupan Mall tak akan pernah mampu mengasah rasa militansimu. Tempat makanan sampah yang dianggap elit. Tidak mampu membangun ekonomi mereka yang lemah. Pragmatis atau idealis itu adalah pilihan karenanya. Apabila, kau masih menyakini atas iman revolusioner. Seharusnya kau tahu apa yang harus kau pilih. Aku tunggu dalam perjuangan yang sesungguhnya ujar laki-laki itu kemudian berdiri dan meninggalkanku bersama anak kecil yang ia bawa tadi ke hadapanku. Dia punlaki-laki tadi. Berjalan menelusuri jalan trotoar yang aku sendiri tak tahu sampai mana ujungnya, sekejab mata ia pun hilang dari pandanganku. Aku juga tidak tahu siapa orang itu sebenarnya. Entahlah!

110

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

PERSAHABATAN DUNIA CYBER

Ehem 2... Perkenalkan namaku Muky. Aku anak rantau yang mengadu nasib memperjuangkan masa depan kearah yang lebih baik. Yach! meminjam petuah orang dulutiap orang rantau pasti ingin mengadu nasib. Apa lagi selain itu, ia kan? Asalku dari daerah yang orang sebut Gerbang Salam. Hari ini sengaja bangun pagi. Karena hari ini pengumuman kelulusan. Maklum sudah mau lulus SMA. Aku datang agak pagi ke sekolah dengan kondisi agak terburu-buru. Pokoknya nggak ada pikiran lainselain lulus, nggak ya? Gara-gara jalan terlalu buru-buru dan nggak lihat jalan. Eh, malah nabrak teman kelasku. Namanya Sirot alias Ngecrot. Pokoknya banyak sebutan untuknya. Saat itu Sirot lagi asyik dzikir, sambil pura-pura baca buku. Tapi, aku yakin jantung Sirot juga dag dig dug ser menunggu hasil kelulusan pagi hariseperti yang aku alami. Hari ini adalah hari penentuan dari segala hal yang kami pelajari selama di SMA. Ujian nasonal dengan standart nilai yang sudah ditentukan oleh pemerintah, sejak beberapa tahun lalusungguh ujian ini membuatku dan teman-teman yang lain harus belajar extra keras. Eh, gimana siap terima takdir? tanya Sirot sambil ngambil bukunya yang jatuh gara-gara aku tabrak barusan.

111

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

Insya Allah, udah siap. Bisa disuruh jualan sate ntar kalo aku sampai tidak lulus. Ini pertaruhan hidup dan mati. Boz. Hehe...jawabku dengan nada agak serius. Alah! Biar lulus tetep sampean disuruh jualan te sate, tak eiye.. ledek Sirot sambil maksa niru logat Maduraku. Biarin yang penting satenya di ekspor. Hehe jawabku tidak mau kalah, sambil menarik tangan Sirot masuk kelas, karena bel sekolah bentar lagi bunyi. *** Lima belas menit kemudian... Assamualaikum.... terdengar suara salam dari depan pintu kelas, dalam pikiranku ini pasti pak Wito, wali kelasku di kelas tiga. Waalaikumsalam.. jawabku serempak bersama temen-teman yang ada dalam kelas. Meski, setelah itu hening. Tak ada suara seditpuntegang banget. Selamat pagi anak-anak. Sudah siap kan terima hasil kelulusan? pada kelulusan kali ini, pihak sekolah mengambil keputusan bahwa surat kelulusan ini diambil langsung oleh para siswa, agar kalian bisa dapat menerima kenyataan terhadap apa yang kalian kerjakan Sapa pak Wito sambil basa-basi. Udahlah, pak, tolong bagiin langsung sekarang aja, kita disini udah gak sabar nunggu dari tadi pagi, Pak Celetuk anak-anak yang duduk di kursi belakang. Iya.. Sabar to Sahut pak Wito sambil mengambil setupuk amplop yang berisi pengumuman kelulusan di

112

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

pinggir mejanya. Maklum hasil pegumuman di sekolahku, selain diambil langsung oleh para siswa dibagikan di kelas masing-masing. Tak ku sangka selang baberapa orang yang mengambil surat kelulusan ke depan. Kini giliran namaku yang dipanggil untuk megambil amplop pengumuman. Aku pegang baik-baik dan sengaja tidak kubuka didalam kelas. Oke anak-anak. Kalian sudah memegang hasil kelulusan kalian. Jadi silahkan buka. Dan tiga puluh menit setelah ini, silahkan berkumpul di Aula sekolah untuk pengarahan acara perpisahan dan wisudawa nanti. Sekian dan Wassalmualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh tutup pak Wito sambil bangun dari tempat duduknya dengan raut wajah yang bukan seperti biasanya. Kayaknya, ada sesuatu yang ditutupi dan beliau langsung menuju ruang guru. Waalaikumsalam.. serentak. jawab anak-anak kelasku

Setelah kelas selesai. Aku langsung berjalan menuju pojok sekolah untuk liat hasil kelulusanku. Aku sobek bagian sampul amplop. Dan aku ambil kertas satu lembar didalamnya. Kemudian, ku buka pelan-pelan. Aku lihat di bagian tengah surat ada sebuah tulisan yang sengaja dicetak tebal dengan bertuliskan: Dinyatakan LULUS Yassalam.. Dengan perasaaan senang campur aduk perasaan yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Aku langsung sujud syukur sambil mengucapkan bayak terima kasih pada Allah. Dengan muka berseri-seri kayak pengantin baru. Aku langsung menuju depan kelas. Dan

113

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

kulihat kerumunan anak-anak kelasku sedang berkumpul depan Aula. Ada apa ya, kok pada kumpul disini? tanyaku penasaran. Temen sekelas kita. Si Prapto sama Onto tidak lulus jawab teman sebelahku. Astaghfirullah Aku kaget dan langsung mendekati mereka berdua Prapto dan Onto, untuk memberi semangat. Meski, aku tidak tahu perasaan mereka seperti apa. Raut wajah dan diri mereka berdua, seakan berubah jelas seratus delapan puluh derajat. Maklum saja, mereka berdua adalah murid paling rame dan terheboh di kelasku. Dan wajar saka Pak Wito keluar kelas dengan raut wajah agak aneh. Waktu masuk Aula sekolah, untuk acara pengarahan perpisahan. Aku liat hari ini banyak sekali warna wajah dengan berbagai ekspresi. Kemudian aku duduk di sebelah Sirot dan 5 orang temen dekatku (Andri, Yuli, Hasyim, Deva, Poltak dan Onto). Setelah pengarahan, kami langsung merayakan kelulusan. Meski, salah satu teman dekat kami ada yang tidak lulus. Tapi, mereka tetap semangat dan tetap merayakan kelulusan dan ikut perpisahan yang diadakan sekolah. Tak disangka salah satu temanku yang sering usil, si Shirot. Lulus dengan predikat terbaik dengan nilai tertinggi. Tambah banggalah kami. Meski Onto tidak lulus, tapi dia semangat dan dia janji akan lulus di ujian susulan yang diadakan 2 bulan lagi. ***

114

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

Tiga bulan kemudian... Sekarang hari pertama aku masuk kampus. Maksudnya sudah pernah masuk. Dulu, waktu daftar mahasiswa baru. Aku hanya sendirian masuk kampus Muhammadiyah di Jogjadiangkatan kami. Temantemanku mencari jalan sendir-sendiri. Shirot mengambil jurusan Psikologi di kampus Muhammadiyah di Solo. Yuli dan Andri pulang kampung ke Sumatra. Katanya, ingin kuliah dekat sama orang. Hasyim merantau untuk membantu perekonomian keluarganya dan berniat tidak lanjutin kuliah Deva Poltak dan Onto yang sudah lulus ujian susulan. Mereka satu kampus di Jogja mengambil jurusan komputer. Ayo cepet-cepet.. Jalan nggak usah kayak keong gitu teriak seniorku di hari pertama ospek, dengan suara agak lantang orang berjas almamater warna merah, yang aku ketahui bernama Wawan. Aku telat datang, maklum kost jauh dari kampus, sehingga terpaksa harus cari taksi karena belum ada motor. Ugh! capek campur muales hari pertama masuk kampus. Tapi seneng dapat kenalan baru. Ospek hari pertama adalah ospek universitasbahkan tercatat dalam rekor MURI karena penyusun puzzle terbesar. Hari kedua dan katiga ospek Fakultasdan seru juga. Hari keempat dan kelima acaranya Masa Orientasi Islam (OSDI). Dua hari kemudian, masuk kuliah perdana.. Aku lalui masa kuliah dengan santai sambil menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Sehingga tidak terasa sudah mau masuk semester tiga. Selang beberapa hari setelah itu. Sirot SMS kalau ia mau main ke Jogja

115

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

setelah selama ini hanya berkomunikasi via telepon seluler. Tet... Tet.. Nang ning nong, jrenk..!. Suara HP yang aneh bunyinya, hingga buat bingung menulisnya. Hpku masih jaman dulu. Cak. Tolong jemput aku di perempatan kantor Pos bentar lagi aq nyampek. Blz gpl SMS Sirot. Oke bos.. Aku tunggu di depan BNI sebelah kantor Pos Balasku Aku pun langsung meluncur menemui Sirot. Sekitar sepuluh menit aku menunggu. Ia pun nongol dengan memamerkan gigi batanya. Cak. Piye kabarmu? Sapa Sirot dari atas motornya sambil memarkir ke tepi jalan. Sirot masih akrab dengan panggilan asalku. Alhamdulillah, baik. Wuih! Edan tenan dah berani bawa gebetan baru nih jawabku sambil ngledek Ngawur! ini si wahyu dodol. Adik kelas kita pas masih SMAjawab Sirot sambil melepas helm merah yang masih menutupi kepalanya. Iya-iya, aku ingat. Memangnya kalian nih Romeo and Juliet. Tapi, yang sudah embah-embah. Hehesahutku Ah, kamu ini..jawab Wahyu dengan muka agak memerah. Kami pun saling melepas kangenkarena, sudah satu tahun ini tidak bertemu. Setidaknya, nostalgia dengan masa-masa SMA. Usai melepas rasa capek di kostku. Aku

116

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

pun mengajak mereka jalan-jalan keliling Jogja. Dan tanpa terasa hari sudah sore. Sirot pun ijin untuk pulang karena harus nganter Wahyu ke Boyolali. Cak, aku pulang dulu. Karena harus nganter Wahyu pulang. Nggak enak ma orang tuanya, kalau kemaleman. Tapi, aku janji besok pagi kesini lagi. Kan libur dua hari, ntar sekalian aku jemput Deva Poltak pamit Sirot. Yowis. gak papa sahutku. Mereka pun meningggalkan Jogja dan kembali ke Klaten. Keesokan harinya, Sirot dan Deva Poltak sudah sampai ke kostku dengan membawa salak yang merupakan titipan dari nenek Sirot di Klaten. Di kostku ternyata malah asyik main kartu. Eh, cak. Ngomong-ngomong sampean punya FS, nggak? Kalau ada, kita bisa ngirit pulsa. Bisa saling kirim testi kalau lagi ke warnet tanya Sirot sambil makan salak yang sudah dikupas. FS itu, apa sih? tanyaku udik. Huwaaa Katrok wal gaptek banget kamu ini. FS itu, Friendster jawab Sirot tertawa. Deva juga tertawa. Ooo... Ituu.. Aku nggak punya. Tolong ajarin buat geh. Tapi, kalo email aku ada jawabku dengan rasa malu. Ya udah ayo ke warnet ajak Sirot. Setelah itu, kami ke warnet. Aku pun diajari bagaimana buat FS sekaligus cara menggunakannya. Selesai dari warnet kami sepakat untuk nongkrong terlebih dahulu di taman Kota sampai pagi.

117

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

Liburan pun usai. Dan kami harus kembali disibukkan dengan rutinitas kuliah.. **** Hari ini, aku ada tugas kuliah yang harus dikirim melalui E-learnig kampus. Berhubung aku belum punya laptop terpaksa aku harus ke warnet. Tanpa ragu aku buka FS yang dibuatin Sirot. Aku lihat foto cewek di FS Sirot berambut hitam sebahu. Namanya, Fina Gunawati. Aku iseng-iseng mengeadd. Heey.. Temen Sirot beceng kah dirimu? Kalo gitu salam kenal sapaku pada testi Fina. Maklum saja, ini kali pertamanya aku menggunakan jejaring sosial. Tapi, satu minggu setelah itu. Ternyata testiku dibalas. Iya, aku teman Cui (Sirot). Kamu temennya juga ya. Kalo gitu salam kenal aja. Sekarang aku nggak di Solo lagi, pindah di Jambi balas testi Fina. Setelah saling kirim testi. Kami pun sering berkomunikasi melalui FS. Dan akhirnya pun kami pun saling bertukaran nomor HP. Memang terlalu singkat rasanya kami saling percaya satu sama lain. Apalagi, kami hanya tegur sapa lewat dunia maya. **** Pertengahan tahun 2006. Udara sangat dingin malam ini. Seakan menusuk tulang dan jam menunjukkan 21.00 WIB. Aku liat keluar jendela kost. Gerimis tetap membasahi halaman yang tadi

118

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

siang tidak juga mengering. Apalagi, selama dua hari ini turun hujan secara berturut-turut. Aku baringkan badanku diatas kasur yang terbungkus seprai warna biru. Sambil berharap ada abang bakso membunyikan mangkuknya. Bakso yang sering lewat depan kost. Tapi, ternyata kasur telah merayuku terlelap dalam mimpi, hingga aku pun terbangun karena HPku berbunyi. Aku buka mataku yang sudah mulai sedikit bercumbu dengan mimpi-mimpi, yang siap membawaku ke alam tanpa batasbunyi HPku itu, aku kira suara orang jualan bakso. Setelah ku ambil HP. Ternyata, nomor baru yang sama sekali tidak aku kenal. Tanpa, babibu langsung aku angkat. Assamualaikum, maaf. Ini temen Sirot yang ngasih testi di FS-ku, kan? tanyanya dengan suara sedikit merdu dan renyah didengarsuara perempuan. Iya, bener. Saya temen Sirot. Tapi, testi yang mana ya? Soalnya saya udah lupa jawabku masih sedikit penasaran. Aku Fina Gunawati. Lah, katanya aku disuruh menghubungi nomor ini setelah aku baca testinya? jawabnya sambil menjelaskan kebinguganku. Oo... Yang itu. Maaf-maaf saya baru ingat. Hehe jawabku sedikit malu. Gak apa-apa, santai aja. Ngomong-ngomong nama asli kamu siapa sich? asalnya mana? Kuliah atau sudah kerja dan tolong jangan pake saya-saya, anda-anda. Kayak formal amat tanya fina dengan pertanyaan beruntun.

119

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

Wah, pertanyaannya macam anterean aja. Hehe. Namaku, Makhrus Ahmadi. Masih kuliah aja di Jogja Jawabku Namanya kok susah amat sih? Gini, biar aku gampang manggil. Aku panggil kamu Muky aja ya. Lagian Sirot udah aku panggil Cui, biar sama-sama punya sebutan. Hehe.. gimana? tanya Fina dengan sedikit nada memaksa. Awalnya aku enggan diberi julukan. Tapi, karena Fina memaksa karena namaku yang susahaku pun pasrah. Ya udah, gak papa. Asal jangan ganti nama asliku aja. Karena nama ini pemberian orang tuaku sudah mengorbankan 2 ekor kambing jawabku. Ya udah kalo gitu. Dada Muky elek.. Fina mengakhiri telpon dengan sedikit sentuhan canda. Usai menerima telepon dari Fina, temen baruku. Aku langsung mengambil kaos yang bergambar Che Guevara, yang aku cantolin di tempat baju tadi pagi. Tidak ku sangka cacing dalam perutku udah berdemo. Itu menandakan, kalau aku sudah lapar. Karena, baru tadi pagi perutku, ku ganjal dengan makan soto di kantin kampus. Aku lihat keluar pagar kost. Ternyata, orang jualan bakso yang biasanya sering lewat tidak jua menampakkan diri. Mungkin saja. sedang cuti jualan. Atau aku yang tidak dengar kalau sudah lewat, gara-gara terlalu asyik menerima telepon dari Fina. Aku ambil motorku yang ada di garasi kost, dengan cuaca sedikit dingin menusuk tulang aku telusuri gang kost yang sudah mulai sepi. Sebab hanya bapak-bapak yang sedang asyik bermain kartu di pos ronda. Sambil ditemani asap rokok yang hampir memenuhi ruangan,

120

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

Majelis syuro alias majelis syuka rokok gumam batinku. Aku pun makan pecel lele buk Tarmi yang tak jauh dari Kostku. *** Hari ini ruang sidang kampus penuh dengan mahasiswa fakultas. Saking sesaknya sampai-sampai suara pengeras suara yang ada didalam ruang sidang tidak terlalu jelas. Wajar saja, karena hari ini adalah dialog fakultas yang diadakan oleh Senat dan Badan Eksekutif Mahasiswa fakultas, yang kemudian dilanjutkan dengan Sidang Umum untuk kemudian memilih ketua baru Senat dan Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas menggantikan yang sudah demisioner. Acara ini berlangsung dengan sangat tegang dan penuh pertarungan wacana. Begitu juga denganku, karena mulai semester tiga ini, aku meniatkan diri untuk terjun dalam dunia organisasi Acara itu berlangsung selama dua hari. Karena, ada beberapa hal yang tidak menemukan titik temu. Maka, sidang umum tersebut terpaksa harus diundur satu minggu kemudian. Sampai akhirnya terpilihlah aku sebagai ketua BEM fakultas yang baru. Padahal, pada saat itu aku masih menjabat sebagai kepala bidang kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah di fakultas dan masih menjadi anggota Korps Instruktur. Ini membuaku harus berperang mengatur waktu semaksimal mungkin. Karena, apapun yang terjadi dengan urusan organisasi tak boleh menghancurkan kuliahku. Berhubung ini sudah keputusan sidang dan kepercayaan dari temen-temen mahasiswa aku pun menerimanya.

121

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

Selesainya acara tersebut. Aku langsung pulang, namun sesampai di kost. Ternyata, hampir sebagian penghuninya kost sedang keluarsepi. Aku butuh orang untuk menumpahkan seluruh uneg-uneg yang ada dalam kepala. Aku pun telpon Fina. Halo! Assalamualaikum, Muky eleksapa Fina dengan sapaan, yang hampir tiap hari ceria. Waalaikumsalam. Ngece tenan kamu ini, Fin. Penat banget nih gak ada hiburan setelah dua minggu pikiran dikuras habis-habisan. Ngomong-ngomong kuliahmu gimana? keluhku. Kuliah masih lancar. Bebas hambatan kayak jalan tol. Hehe. Oya, apa gak capek terlalu banyak ikut organisasi? Ntar kuliahnya berantakan lho? tanya Fina yang justru melemahkan kembali semagatku yang meledak-ledak dari kemarinmeski saat ini sedang kendor: labil. Alhamdulillah untuk sekarang masih lancar. Aku masih bisa mengatur jadual dan waktu, antara organisasi dan kuliah. Kalau dibilang capek. Ya iyalah, masa ya iya donk. Ini juga sebagai jalan untuk dapat mengisi waktu luang. Kan fina tahu sendiri, kalau sekarang, aku punya cewek. Jadi, bisa berbuat apa saja untuk hal yang bermanfaat dari sebelumnya jawabku. Dasar. Cari kesempatan dalam kesempitan. Hati-hati entar tahu-tahu kuliahnya keteteran ledek Fina. Tenang ajalah. Aku pasti bisa, tapi gak tahu entar kalau udah punya cewek. Kan pikiranku udah pecah jadi tiga bagian. He. jawabku cari perlindungan.

122

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

Pembicaraan kami mutar tanpa arah. Pokonya asal ngomong, mulai dari masalah pribadi, kuliah, kondisi kost, kejadian lucu yang pernah dialami. Dan masih banyak lagi sampai pada satu pembiacaraan Fina menanyakan satu hal yang membuatku jadi susah menjawabnya. Ky, menurut kamu. Poligami gimana sih? tanya Fina dengan nada serius. Gimana ya? Lah, wong aku belum nikah. Jangankan nikah, pacar aja belum ada. Jadi kalau yang gituan musti nikah dulu neng. Hehe.. jawabku sambil mikir cari jawaban. Serius, nich. Ky tegas Fina. Iya-iya. Menurutku sebenarnya gak jadi masalah. Kan agama tidak pernah melarang hal itu malah memerintahkan asal dapat berlaku adil terhadap istriistrinya: baik secara lahir maupun batin. Tapi, kalau tidak bisa, cukup satu aja. Begitu yang aku ketahui jawabku. Adil yang seperti apa? tanya Fina lagi yang sepertinya belum puas dengan jawabanku barusan. Seakan ia mempunyai sejuta tanda tanya dengan yang namanya poligami Adil itu tak bisa hanya dilihat secara lahiriyah. misalkan kasih sayang, cinta dan sebangsanya. Itu kan bukan sesuatu yang nampak. Dan aku yakin ini yang kemudian menjadi permasalahan bagi para orang yang melakukan poligami. Pada titik ini terkadang ia tidak bisa berbuat adil. Apa masih bisa seorang suami, cinta dan kasih sayangnya tetap sama pada istrinya yang pertama dengan istri keduanya yang lebih muda? Menurutku, jawabannya tidak mingkin. Bukan aku mau menetang firman Allah lho.

123

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

Tapi, ini fakta sosial jadi jangan pernah bandingkan ke Nabi yang pernah poligami. Karena, beliau mendapat perintah dari Allah jawabku yang malah menceramahi fina. Terus. Kamu punya keinginan mau berpoligami nggak? tanya Fina dengan rasa penasarannya. Siapa takut. He. Nggaklah, bercanda-bercanda. Aku ingin punya istri satu aja. Nggak usah banyak-banyak. Lah wong satu aja belum tentu habis .He. Kayak permen aja. Tapi, bener. Aku Cuma pengin satu aja. Ikut Hamengku Buwono X yang tak mau berpoligami. Karena, takut anakanaknya ntar malah punya dua orang ibu jawabku yang heran kenapa Fina menanyakan hal ini padaku yang masih awam dalam hal poligami. Kalau yang itu aku baru setuju tegas Fina. Emangnya, ada apa sih? Tumben tanya-tanya masalah pologami? tanyakuyang masih penasaran sama pertanyaan Fina. Pengen tahu aja. Hehe. Nggak, Ky. Aku cuma pengen tahu pendapat kamu. Gimana masalah poligami ini. Karena, kebanyakan cowok pada setuju itu tegas Fina kembali. Ooo... Donat kali, bunder.. ledek Fina. Donat apaan? Ya iyalah bunder, namanya juga donat tanyaku yang masih bingung dengan ucapan Fina. Lah, barusan itu kamu bilang Ooo.. Artinya donat kan, donat kan bunder terus bunder itu O jelas Fina. Alah jangan paksa, Buk jawabku tidak mau kalah dengan ledekan Fina.

124

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

Tapi, bener kan? tanya Fina yang malah juga tidak mau kalah. Iya iya. Aku kalah jawabku dengan suara agak lirih. Nah gitu dong. Ini baru anak baik jawab Fina Ternyata jam sudah menunjukkan jam sebelas malam. Tidak terasa, kami sudah ngobrol selam tiga jam. Kemudian masing-masing dari kami mengucapkan katakata terakhir, kayak mau meninggal aja. Maksudnya, sebelum operator memutus pembicaraan telepon kami berdua. Akhirnya, kami putuskan untuk tutup telpon. Karena besok pagi, sama-sama ada jam kuliah jadi harus tidur lebih awal biar gak telatkira-kira begitulah nasib telepon gratisan. *** Kisah persahabatanku dengan Fina, terbilang unik. Tak pernah bertemu secara langsung. Tapi, kami sudah sedkit mengerti kekurangan dan kelebihan masing-masing. Suatu hari ketika dia nelpon. Dalam tengah pembicaraan ia pun minta bantuanku. Oya, Ky. Aku boleh minta tolong nggak? tanya Fina. Memangnya, mau minta tolong apaan?jawabku yang masih bingung dengan omongan Fina Kamunya mau nggak? ini agak ngrepotin banget lho desak Fina dengan nada sedikit manja, tapi penuh harap Iya santai aja, apa sih yang gak buat kamu. Alah, lebay bettul..kataku Gini. Aku sekarang kan udah mulai banyak praktikum. Dan pastinya membutuhkan buku-buku yang memang

125

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

bener-bener dibutuhkan. Aku liat di toko buku disini kemarin, harganya mahal banget. Kata temanku di Jogja lebih murah ketimbang di Jambi. Kamu bisa kan bantuin Fina beliin disitu? pinta Fina. Ooo...gitu. Siap bos. Kalo itu mah gampang. Bisa diatur, asal ada fulusnya dan waktunya nggak bentrok aja jawabku. Kamu santai aja kalo masalah uang. Entar uangnya aku transfer ke rekeningmulah terang Fina. Memang bukunya mau beli berapa karung sih? tanyaku yang penasaran. Ngece kau ini. Kurang lebih ada sepuluh buah. Tapi, harganya diatas seratusan. Jadi aku kirim uangnya sekitar 1.200-an jawab Fina. Agh...satu jutaan? Nggak salah denger nih. Kok kamu bisa percaya banget sama aku. Sedangkan kita kan nggak pernah ketemu. Jangankan ketemu, Lah wong kenal aja baru di dunia maya tanyaku kaget. Gak tahu juga ya, Ky. Kenapa juga aku harus percaya sama kamu? Tapi feelingku, pokoknya ya gitujawab Fina, yang juga bingung. Aneh. Pertemenan kita ini. Memang bener-bener aneh. Ketemuan aja gak pernah. Kok malah akrabnya kayak udah temenan dari SMA aja kataku yang masih tetap dalam keadaan bingung. Udah.. Disyukurin aja. Orang yang sudah berteman dari kecil dan sering bertemu aja sulit dipercaya. Mugkin ini adalah anugerah yang musti disyukuri, Ky jawab Fina.

126

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

Terus. Gimana kalau uang Fina, aku bawa kabur? Hehe ledekku. Wou.. Tak kejar sampean sampai ke Madura, Cak.. jawab Fina dengan nada tidak terima sambil meniru logat daerahku Haha.. Nggak bercanda itu. Ntar kalau kamu sudah mau ngirim uangnya kasih tahu ya Iya. Tapi tolong. Ntar SMSin no rekeningmu ya, Kypinta Fina. Siapp. Bos Ya sudah kalau gitu. Met malam aj ya, Ky pinta Fina dengan suara mengantuk. Met malem juga. Capek juga cuap-cuap dari tadi. Oya, jangan lupa cuci kaki dulu sebelum tidur. Kalau tidak mau di gondol tuyul jawabku sambil mengambil guling yang ada di karpet sebelah kasurku yang dipakai Indra tadi siang buat nonton TV. Kurang ajar.. jawab Fina tak terima Haha. Dasar kamu ini. Tidak punya selera humor ledekku. Biarin, asal masih tetap ayu tambah Fina dengan nada narzismenya What? Kemayu? kataku lagimeledek. Awas lho ya. Kalau ketemu, aku jitak sampean ini, Cak ancam Fina Setelah telpon kami tutup. Aku langsung kirim SMS nomor rekeningku ke Fina. Pada pagi hari, setelah dapat

127

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

rekeningku, Fina berangkat ke bank dengan naik angkot. Karena tidak ada teman yang mau mengantarnya gara-gara ada acara kampus. Dia agak kesusahan ketika harus mencari salah satu bank syariah tempatku menabung. Wajar saja, bank syariah saat itu masih dalam perkembangan dan tahap sosialisasi dan edukasi terhadap masyarakat. Sorenya aku cek uang kiriman Fina di ATM. Ternyata, sudah masuk sikitar 1.300.000 aku ambil beberapa ratus ribu. Dan setelah itu, aku langsung berangkat ke Shoping buat memburu buku yang telah dipesen. Kurang lebih selama satu minggu aku keluar masuk toko buku, untuk memburu buku yang dipesen oleh Fina dan kebetulan tanggal 29 bulan ini, dia juga berulang tahun. Sekalian aku beli kado buat dia untuk kemudian aku jadikan satu paket dengan buku pesanan Fina. Biar gampang mengirimnya dan ngirit biaya tentunya. Setelah tiga hari buku Fina aku kirim melalui paket pengiriman barang, ternyata sudah nyampe di Jambi, kemudian ia pun menghubungiku Assalamualaikum. Ky, bukunya sudah nyampek ni udah aku ubeg-ubeg sapa Fina dengan suara riangnya saat ia meneleponku. Syukurlah. Tidak nyangkut di jalan. Hehe.. Oya, uangnya masih ada sisa di aku 62.250 terus gimana nih? aku beliin pulsa kamu aja ya sahutku. Udah buat kamu aja. Kata Mama, anggap sebagai ganti bensinmu yang nyariin bukuku selama ini Alah. Kalau itu mah, gak usah dihitung. Masa bantu teman minta upah? Aneh-aneh aja kamu ini tanyaku.

128

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

Sapa juga yang bilang itu upah? itu sebagai ucapan terima kasihku sama kamu, Ky. Kalau kamu gak mau, dibuang aja. Cuma segitu aja malah jadi masalah jawab Fina dengan nada rada kesel. Ya udah kalo gitu. Makasih banget ya. Ntar aku beliin buku biar ada manfaatnya jawabku. Itu mah terserah kamu, kan udah jadi hak sampean. Oya, ini kado apaan, Ky? aku buka karang aja yah? kan ultahku masih tiga hari lagi..., kelamaan agh.. tanya Fina yang heran dengan kado yang aku titip di paketan bukunya. Iitz.. Jangan dulu, belum waktunya. Ya... Biar kadonya gak seberapa. Tapi, tolong diterima ya ujarku. Iya-iya .tenanglah, Ky. Aku terima pemberianmu. Makasih ya Sama-sama. Aku juga makasih ujarku balik. Tak disangka kami mengobrol lewat telpon sudah satu jam lebih, rasanya kuping panas kayak dekat panggangan sate. Dan akhirnya pun musti harus disudahi. *** Satu bulan kemudian.. Muky elek. Telpon aku dunk.. SMS Fina Ntar malem sekitar jam 9 aja. Soale sekarang aku masih ada kuliah sore balasku. Ok!balas Fina.

129

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

Malam ini badanku rasanya mau rontok. Maklum saja, paginya aku harus menghadiri undangan seminar yang diadakan BEM Universitas, terus siang musti kuliah sampe sore. Apalagi sorenya mata kuliah manajemen pembiayaaan bank syariah yang dosennya agak sensitif kalau masalah absensi. Jadi tidak ada kesempatan buat bolos. He! Setelah aku cek pulsaku buat nelpon Fina ternyata sudah tidak cukup. Jadi terpaksa harus mengisi pulsa dulu ke counter. Berhubung jam sudah menunjukan pukul 20.56, maka aku langsung telepon Fina. Assalamualaikum. Piye kabare, buk? sapaku setelah telponku diangkat ma Fina. Waalaikum salam. Kabar masih dalam keadaan baik. Tak kurang satu apapun. Alah.. kayak ortu nelpon aja. Oya, Ky, gimana udah dapat gebetan belum? tanya Fina Gak taulah. Sekarang aku masih tetap batangan, alias masih sendirian. Belum ada yang pas. Walah! Kayak beli baju aja. Bukannya gitu neng, sekarang aku masih sibuk kuliah sama organisasi. Jadi nggak sempat tuh mikir kearah sana. Dari pada ntar malah bikin cewekku jarang tak temenin gara-gara aku terlalu sibuk. Kasihan dianya, kan? sahutku sambil mengambil roti bakar yang ada di sebelahku. Makanya, kurangi tuh organisasinyaledek Fina. Wah. Nggak bisa. Soale ini sudah jadi keinginanku sejak awal biar gak kuliah, kantin ,kongkow, kamar dan kost. Pokoknya, kuliah tanpa orgnaisas.i Kayak lagu Inul Daratista: bagai sayur tanpa garam. Hehe.. jawabku yang tidak mau kalah

130

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

Yowis, terserah kamu aja Fina berhenti ngomong karena aku langsung motong pembicaraannya. Bentar-bentar. Kamu sendiri gimana? sudah dapat gebetan belum? tanyaku meski harus memotong pembicaraan Fina. Oo.. Kalau yang itu gimana ya? Ada aja.. Muky ini pengen tahu aja. Hehe. jawab Fina dengan nada malu. Alah. Pakai rahasia-rahasiaan segala. Lagian kalau toh kamu sudah pacaran kan nggak mungkin aku lihat. Jawabku yang masih penasaran. Kalo boleh jujur. Sekarang aku lagi deket sama cowok, Tapi dia udah kerja. Dia seorang yang lagi tugas di jambi jawab Fina yang masih dengan nada tetap malu-malu. Wah.. bisa dibedil nih. Kalau aku ganggu Fina. Hehe.. ladekku. Oya, Ky. Sekarang aku lagi nginep tempat temanku yang sudah aku anggap sebagai adik sendiri, namanya Ayu. Dia juga suka baca komik lho..mau kenalan nggak? Tanya Fina. Boleh juga tuh. Mana orangnya? jawabku yang tidak sabar ingin tahu si penggemar komik. Setelah itu Fina memanggil Ayu yang lagi asyik nonton film terbaru yang disewanya tadi siang. Tidak lama setelah itu, aku dengar suara yang mirip dengan salah satu temanku. Alo.. Ni teman mbak Fina, ya? sapanya. Yup.. Aku temen Fina. Ngomong-ngomong kata Fina kamu juga penggemar komik? jawabku.

131

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

Yoi. Semua saudara-saudaraku para pecinta komik. Jadi wajarlah aku ketularan juga. Emangnya kamu suka komik apa aja? tanya Ayu. Aku suka baca komik Naruto, One Piece, Kyo. Cuma sekarang sudah jarang ke rental komik. Terus kamu sendiri gimana? kataku yang justru bertanya. Hampir sama kayak kamu. Tapi, aku masih banyak sih komik yang aku suka salah satunya: Dead notes, Samurai X dan banyak lagi. Pokoknya nggak bisa disebutin. Memang kamu sudah ngoleksi komik apa aja? tanya Ayu. Aku gak ngoleksi. Tapi, temenku yang kolektor komik, Kan, lebih baik minjem daripada musti harus ke rental atau beli sendiri, iyakan? Hitung-hitung hemat biaya. Hehe jawabku. Wah. Setuju banget. Aku juga sering minjem teman. Tapi kalo di rumah pinjem saudaraku. Tau nggak koleksi komik saudaraku udah nyampek selemari ujar ayu yang satu keluarga adalah kolektor komik. Hebat-hebat. Memang kamu dari keluarga pecinta komik pujiku. Komik terus....sahut Fina dari belakang Ayu. Maklum sajalah, Fina kurang suka sama komik, katanya sih kalo baca sering tidak mengerti. Syirik tuh. Mentang-mentang sudah punya gebetan Polisi dan nggak suka baca komik Jawabku yang gak mau kalah. Iya, Mbak tuh.. jawab Ayu yang mendukungku.

132

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

Ayu. Sebenere, aku itu kurang suka sama yang namanya Polisi. Kan gini, kemarin pacar temenku sakit, dia juga satu kelas sama aku. Minta beliin bubur di depan kampus. Gara-gara aku lawan arus, padahal itu dikit. Eh.. tau gak? aku kena tilang 25.000 padahal saat itu uangku di dompet cuma 29.000. Aku bilang aja sama Polisinya: aku gak pernah ikhlas kalau uang itu nggak masuk ke kas negara. Egh. Geram banget curhatku. Aku juga kurang seneng sama polisi lho. Tapi jangan bilang-bilang sama mbak ya. Ntar aku dimarahi lagi. Jawabnya. Iya. Santai aja aku yakin Fina gak sekejam itu. Oya, kita dari tadi sudah ngomong panjang kali lebar tapi kok belum kenalan ya? Fina sering manggil aku Muky tanyaku yang lupa memperkanalkan diri. Iya.. ya. Namaku Ayu. Mungkin, kita lupa kenalan gara-gara terlalu asyik ngobrol masalah komik. jawabnya yang ternyata bernama Ayu. Pembicaraan kami semakin lama, semakin tidak teratur. Dari masalah komik sampai hobby dan kepribadian masing-masing. Setelah rasanya kuping sudah panas, aku menutup pembicaraan kemudian habis itu aku menutup telpon. Usai pamitan terlebih dahulu sama Finaaku benar sudah terperembab dalam kubangan pembicaraan ibu-ibu: suka ngerumpi. Ha! Jam juga sudah menunjukkan jam sebelas malam yang tandanya aku harus tidurmataku tinggal dua watt. ***

133

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

Hari ini tanggal 29 maret 2008 Aku siap berangkat ke Kaliurang buat acara raker dan up grading BEM. Aku masih penasaran dengan kado berbungkus kertas kuning kiriman yang aku taruh diatas rak buku beberapa waktu lalu. Setelah dirasa semua perlengkapan sudah aku masukkan ke dalam tas. Tanpa terkecuali kado berbungkus kertas kuning tadi, aku langsung mamacu motorku ke kampus untuk berangkat dengan teman-teman yang lain. Jam menunjukkan jam 00.30 berdering HP karena ada SMS, ternyata SMS ucapan selamat ulang tahun dari temantemanku termasuk Fina. Sekarang umurku sudah menginjak 22 tahun. Meski dengan mata yang kekuatannya tinggal lima watt aku paksa baca semua SMS yang masuk. Maklum saja, selain merencanakan program kerja BEM selama satu tahun aku harus mengisi materi Manajemen Organisasi karena pemateri yang diundang tidak bisa hadir gara-gara hujan. Aku buka kado yang dikirim Fina ternyata baju warna kuningagak kebesaran. Maklum badanku kurus. Tapi, nggak apa-apa aku sangat berterima kasih karena Fina masih ingat sama hari ulang tahunku. Pagi harinya ada nomor baru yang yang mengucapkan selamat ulang tahun yang setelah aku ketahui dari Ayu adik angkat Fina, yang beberapa waktu lalu dikenalkan sama aku. Selain itu, ada salah seorang anak BEM ada yang tahu kalau aku sekarang ini lagi ultah. Aku dikerjain habis-habisan, ada yang nyiram air, ada yang lempar tepung yang ada didapur penginapanminta traktir makan.

134

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

*** Dua minggu kemudian.. Hari ini tanggal 14 Mei 2008. Aku dan Ayu saling nelpon karena besok pagi liburdari pada bengong di kamar: kan lebih baik saling tukar pikirantepatnya ngerumpi ala ibu-ibu. Parah! Oya, Yu. Gimana kabarnya, Fina? tanyaku dalam di tengah pembicaraan. Sudah beberapa hari ini dan Fina sedang tidak saling kabarkarena ia sedang ada praktek di rumah sakit. Kabar Mbak Fina baik. Memang ada apa sih. Kok, kayaknya kamu sering nanya kabar mbak, jadi curiga nih. Hehe jawab Ayu sambil ngledek Gak ada masalah kan. Kalau aku tanya kabar dia. Kan dia juga temanku Alah. Kayaknya, ini sudah gak wajar. Aku yakin kamu ada yang ditutup-tutupi dari aku sama mbak. Ayo.. ngakulah, friend. Gak apa-apa kok. Ntar aku bantu kalau ada yang bisa aku bantu desak Ayu. Udah gak ada apa-apa. Santai aja jawabku. Yowislah kalo gitu. Aku gak mau maksa jawab Ayu dengan nada menyerah Maafkan Kanda prabu Dinda. Alah. kayak jaman kerajaan aja. Bukan nggak mau cerita. Cuma timingnya aja yang kurang tepat. Yakinlah suatu saat aku bakalan cerita jawabku sambil menghibur Ayu karena takut dia ngambek gara-gara gak mau cerita.

135

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

Okelah, kanda. Aku bisa ngerti. Walah, kok aku malah ikut-ikutan Kanda-Dinda gitu sih Anggap aja itu sebagai Ucup Kelik Pelipur Lara, maksute pelipur lara...Haha.. Walah, kok malah dipaksain plesetannya ujar Ayu. Setelah kira-kira sudah tak ada yang harus dibicarakan, kami pun sama-sama menutup telpon dan sebutan yang tadi (Kanda-Dinda) sampai saat ini menjadi panggilan kami berdua. Ntah dalam keadaan serius maupun dalam keadaan bercanda karena kami sama-sama menyetujuinya. *** Sudah tiga hari ini aku tak mendengar suara Fina maupun Ayu. Rasanya ada sesuatu yang hilang dalam senyum manis dunia ini, tak terdengar suara canda dan tawa mereka, maklum saja sekarang mereka lagi pulang kampung ke Palembang karena lagi libur kuliah. Namun sore harinya aku dapat SMS dari Fina yang intinya dia lagi pingin curhat dengan masalahnya. Tapi, aku tidak bisa menelponnya lebih cepat karena harus mengantar ibuku ke rumah kerabataku baru menelpon Fina pada malam harinya.. Halo. Assalamualaikum terdengar suara Fina yang lagi ceria di telingaku. Waalaikumsalam. Ada apa neng? Tumben ceria amat? tanyaku sambil masuk kedalam kamar meninggalkan adik dan orang tuaku, yang lagi asyik nonton sinetron di ruang tengah.

136

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

Iya nich, Ky. Sekarang aku lagi seneng banget. Tadi siang aku jalan sama papa. Dibawa makan-makan lagi. Senangnya hatiku hari ini, kayaknya hari ini adalah hari yang paling bersejarah dalam hidupku jawab Fina yang masih dalam keadaan ceria. Yah, memang begitulah keluarga neng. Setiap orang tua pasti ingin memberikan yang terbaik baik bagi anakankanya, termasuk papa Fina hari ini. Bukan gitu. Seperti yang aku bilang dulu ke kamu. Kalau papaku itu kurang perhatian sama aku. Jangankan untuk jalan-jalan, masalah sekolahku aja beliau tidak mau peduli bahkan pernah suatu ketika beliau nanya sekarang aku sudah kelas berapa? Masa seorang ayah gak tahu karang anaknya kelas berapa. Sekarang aku baru sadar kalau papa kemarin terlalu sibuk. Terlebih beliau juga sering keluar kota. Pokoknya sekarang sayang papa jawab Fina sambil cerita masa lalunya yang sulit sekali di lupakan, padahal aku sendiri sudah agak lupa kalo dia dulu pernah cerita seperti itu. Mungkin dulu papa Fina lagi sibuk dengan pekerjaanny. Jading gak sempat memikirkan hal itu. Tapi, yang penting sekarang adalah kehangatan Fina dan keluarga sudah terjalin kembali, iya kan? jawabku. Yupz. Pokoknya hari ini aku seneng banget ucap fina yang aku dengar masih dalam keadaan riang Iya-iya. Aku juga ikut seneng, yang pasti sekarang syukurnya musti harus di tingkatkan lagi Btw.. Sekarang kamu lagi di Madura bukan? tanya Fina dengan mangalihkan topik pembicaraan

137

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

Iya. Sekarang aku ada di rumah. Memangnya ada apa? kataku sambil mengambil bantal yang ada di pojok ranjang Berarti ketemu pacar donk... ledek Fina Alah itu kan sudah masa lalu. Jadi sudah tinggal kenangan, Neng. Lebih baik aku puasin dulu kumpul sama keluarga di rumah Walah aku gak percaya. Masa nggak pernah ketemu. Muky bohong... Ayo ngaku desak Fina. Suwer! Aku belum ketemu sama dia. Kalau perlu di tabrak kucing aku rela Kucing..? konteiner kalo berani. Hahaha... ledek Fina Bener. Aku belum ketemu dia. Lagian sudah tak ada lagi yang harus diperbaiki dengan hubungan kami. Aku sudah nggak kuat lagi, kalau harus pacaran jarak jauh alias long distance jawabku sambil merebahkan badan di atas kasur. Ya sudahlah. Itu urusan pribadimu. Cuma saranku jangan pernah mempermainkan seorang wanita ujar Fina Iya-iya... lagian kapan juga aku pernah mainin? Siapa tahu entar sakitmu kumat. Hehe... ledek Fina. Seperti biasanya pembicaraan kami memang tak pernah ada topiknya. Ngalor-ngidul, atas-bawah, depanbelakang, semuanya kami bicarakan sampai salah satu dari kami ada yang bilang sudah capek. Ngeri kan kalo kami lagi telpon.

138

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

*** Hari ini matahari sedang menampakkan seluruh wajahnya, saking dekatnya denganku tak terasa keringat sudah mambasahi seruruh tubuh, dinginnya air mineral yang sudah dicampur es tak terasa menelusuk di sela-sela tenggorakanku. Aku lihat di depanku ada puluhan barisan serdadu bersenjata lengkap yang kudengar kurang lebih berjumlah tujuh puluh orang, Sedikit saja aku dan teman-temanku yang lain berbuat anarkis dan mencemooh sang penguasa negeri ini salah satu intel yang ada di pojok pagar siap memburu seperti yang terjadi pada sahabatku. Sekitar seratus orang yang sama-sama denganku siap untuk menghadapi kerasnya pentungan dan panasnya gas air mata para serdadu, aku dengar korlap memanggil satu persatu nama perwakilan lembaga untuk menyampaikan pidato politiknya (orasi) mengenai kebijakan pemerintah menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) beberapa waktu yang jelas sudah menyengsarakan rakyat miskin. Para massa aksi untuk meyanyikan Darah Juang, sebuah lagu yang kadang membuatku merinding setiap kali menyanyikannya meski aku sendiri tak tahu siapa mengarang.
Di sini negeri kami, tempat padi terhampar Samuderanya kaya raya, negeri kami subur Tuhan Di negeri permai ini, berjuta rakyat bersimbah luka Anak kurus tak sekolah, pemuda desa tak kerja Mereka dirampas haknya, tergusur dan lapar Bunda relakan darah juang kami Untuk membebaskan rakyat Mereka dirampas haknya, tergusur dan lapar Bunda relakan darah juang kami

139

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

Padamu kami berbakti Padamu kami berjanji

Benar saja. Sekarang aku lagi melakukan aksi mengenai kenaikan BBM. Mungkin bagi sebagian kalangan ini hanya kerjaan orang yang gak punya aktivitas bukan merupakan kewajiban untuk memperingatkan orang yang berbuat salah. Aku sadar kalau mereka yang menghalangi langkah kami itu bertentangan dengan hati mereka. Apa boleh buat mereka hanyalah boneka yang harus mengerjakan apa yang sudah diperintahkan oleh para sang tuan. Aku lihat juga beberapa wartawan dari berbagai media baik cetak maupun elektronik yang lagi sibuk meliput aksi yang kita lakukan, benar saja sorenya aku lihat banyak yang menayangkannya belum lagi media cetak diesok hari. Sering. Pernah terbesit dalam benakku setiap kali mengikuti aksi agar ditangkap oleh aparat. Mungkin bagi sebagian kalangan hal seperti itu adalah sebuah kebodohan tapi menurutku hal ini merupakan hal yang luar biasa karena tak pernah ada dalam SKS kuliah, bukan juga mau disebut sebagai pahlawan. Gelar tak pernah aku harapkan hanya bagaimana kebenaran itu harus disampaikan. Selain itu karena aku bukanlah orang yang dibesarkan dari keluarga yang bergelimang harta jadi lebih cepat merasakan dan lebih peka ketika ada kebijakan pemerintah yang sedang tak berpihak. Bahkan demi itu semua itu aku harus mengambil keputusan yang menurutku sangat dilematis. keputusan yang aku ambil ini harus berdebat panjang dengan saudaraku, dimana aku diberi pilihan organisasi atau

140

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

kuliah sambil kerja supaya dapat meringankan perekonomian keluarga yang sedang mengalami goncangan, tapi aku tetap yakin kalau pilihan aku hidup dalam organisasi merupakan keputusan terbaik bagiku, masa depanku dan keluargaku, aku yakin banget kalau Tuhan tak akan pernah membiarkan hambanya dalam kesusahan karena melakukan perbuatan baik. Ternyata benar kuliah dan organisasiku masih berjalan lancar bahkan aku dapat mempertahankan supaya nilaiku tidak hancur gara-gara aktivitasku. *** Ass. Pakabar kanda? berdering HPku yang aku taruh dekat telingaku yang pada saat itu sedang rebahan, setelah aku lihat ternyata SMS Ayu. Alhamdulillah baik, meski masih wira-wiri gak jelas. He. kamu sendiri gimana masih lancar, kan, kuliahnya? balasku. Alhamdulillah juga masih lancar, biar masih banyak praktikum Terus gmn kabar fina? Mbak baik, tw gak kemarin mbak coba-coba baca komik tapi katanya masih bingung bacanya, gambarnya gak jelascerita ayu Oya nomor XL kamu, Masih ada nggak? Kalau iya aku telepon karang ya. Soale aku masih ada sisa pulsa buat nelpon rumah tadi pagi tanyaku sama ayu.

141

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

Iya masih ada. Bentar aq ganti dulu. Sukanya kok gratisan. Hehe balas ayu. Lima menit kemudian setelah ituaku menelpon Ayu. Maaf, bapak cari siapa ya? sapa Ayu. Saya cari ibu Ayu, ada di tempat tidak? jawabku. Maaf sekarang beliau lagi sibuk nanganin pasien. Kalo boleh tahu, ini dengan bapak siapa ya? biar saya sampaikan pesannya kalau mau titip pesan narsis Ayu. Bilang aja temannya dari Jogja yang karang menjadi kepala negara alias presiden. Huy. Ydah agh... Kok malah bercanda. Tapi amien-lah kalo ntar malah jadi kenyataan. Haha.. kataku Hehehe...Ayu tertawa. Kami turus berbicang sampai pembicaraan itu sampai.. Dinda, kalau boleh tahu cowoknya dinda siapa sih? Dari kamarin cerita cowok tapi gak pernah sebut merk tanyaku yang penasaran Ada deh.. Rahasia dong jawab Ayu. Alah! pake rahasia-rahasian. Lagian biar mau pacaran sama anak Presiden aku nggak bakalan tahu aku terus korek jawabannya Ayu. Eitz.. Sorry masih rahasia perusahaan. Maklum udah dapat hak paten. Hikz... jawab Ayu yang gak mau kalah Alah. Pokoknya harus cerita. Titik tanpa koma. Ancamku.

142

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

Kapan-kapan aja Kanda. Kalau sekarang aku belum siap untuk cerita. Btw hubungan kanda sama mbak Fina gimana? jawab Ayu sambil mengalihkan pembicaraan. Pokoknya kapan-kapan cerita lho. Tak tagih, kalo ntar ingkar janji, awas yo. Hehe. Aku sama Fina biasa-biasa aja, memang ada apa? Aku kayaknya mencium gelagat tidak beres antara Kanda sama Mbak. Aku yakin kanda pasti ada apa-apa sama mbak. Ayo. Ngaku dulu. Kan udah janji mau cerita desak Ayu. Beneran nggak ada apa-apa. Cuma perasaan sebagai teman aja dinda jawabku dengan nada menyakinkan. Ntar nyesel lho. Kalau mbak nanti udah punya pacar desak Ayu lagi. Dinda yang rewel. Sebenare, aku sama Fina gak ada apa-apa, sama halnya aku ke kamu dan kamu ke Sirot. Kita komitmen dari dulu jangan sampai salah satu dari kita ada yang suka alias pingin lebih dari seorang sahabat jelasku. Terus perasaan kanda secara jujur sekarang ke Mbak gimana? desak Ayu tanpa lelah. Aku berdiam sejenak.. Baiklah. Sekarang aku jujur. Tapi, tolong jangan sampai Fina tahu. Pegang rahasia ini baik-baik. Gimana dinda siap untuk dapat merahasiakan hal ini pintaku yang sudah menyerah dengan desakan ayu. Oke kanda. Aku siap.. jawab Ayu. Pertama aku kenal Fina biasa-biasa aja. Tidak ada rasa apapun, kecuali perasaan seorang teman. Tapi, setelah

143

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

lama aku kenal justru perasaan itu tumbuh. Mungkin benar apa kata orang Jawa cinta itu hadir karena telah terbiasa. Memang kita tak pernah bertemu secara langsung termasuk sama dinda. Banyak hal yang aku suka dari dia mulai dari dia yang suka usil, dia yang dewasa meski kadang kekanakkanakannya kumat. Aku lebih percaya karena kita yang sudah biasa berkomonikasi, dan yang lebih membuatku semakin suka, dialah satu-satunya orang yang percaya sama aku meski kita tak pernah ketemu, bayangkan aja baru beberapa bulan kenalan dia titip buku yang jumlah keseluruhan 1 juta lebih. Apa gak aneh? Aku orangnya kadang mudah terbawa dengan suasana jelasku mengenang masa-masa pertama kali mengenal Fina syndrome witing tresno jalaran soko kulino, benar-benar menimpaku. Perasaan yang barangkali juga dirasakan oleh banyak orang sudah mengenal lama sahabatnya. Terus, kelanjutan perasaan kanda ke mbak Fina gimana? tanya Ayu. Aku masih tetap pegang baik-baik kepercayaan dia termasuk komitmen tidak boleh ada perasaan lebih dari persahabatan kami. Aku harus berani mengorbankan semua perasaanku demi persahabatan, yang aku takutin ini hanya perasaan sesaat jawabku. Terus kanda tidak sakit hati? dan ikhlas mbak pacaran ma orang lain? Aku ikhlas, bukankah kebahagiaan kita saat melihat orang yang kita cintai bahagia. Mungkin ini jawaban naif alias jawaban orang yang kalah. Tapi aku yakin siapapun yang Fina pilih pasti merupakan yang terbaik baginya

144

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

Kanda berati nyerah dong, padahal mbak itu baik lho. pancing ayu Terlalu besar samudera yang harus aku arungi, dinda. Selain kita belum pernah ketemu, aku jadi gak yakin dapat ngebahagiain dia dengan keadaanku yang sekarang ini. Aku yang sibuk dengan berbagai akitivitas kuliah maupun organisasi. Aku bukan orang yang cocok bagi dia, selain sebagai seorang sahabat. Aku pengin dia dapat yang mapan secara intelektual maupun secara materi. Aku yakin ini hanyalah perasaan sesaat jelasku dengan lebay Semoga apa yang kanda harapkan bisa menjadi kenyataan sahut Ayu. Amin. Semua demi persahabatan kita jawabku sambil mengamini apa yang dikatakan Ayu. Aku tutup pembicaran setelah semua permasalah yang ada sudah ceritakan meski tidak menemukan jawaban minimal dapat meringankan apa yang sedang pikirkan, setelah itu kami mengakhiri telpon. *** Sekarang adalah Masa Taaruf (Mataf) mahasiswa baru angkatan 2008 atau lebih dikenal dengan ospek, aku datang pagi-pagi ke kampus karena hari ini aku jadi pemandu bagi mahasiswa baru. Selain it,u juga aku harus memberi sambutan BEM saat pembukaan mataf fakultas nanti siang. Semalam sengaja aku tidur lebih awal biar tubuhku bisa fit. Maklum saja, mataf kali ini bertepatan dengan dengan bulan puasa terlebih selagi karang hari kedua

145

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

puasa. Lapar campur haus rasanya bercampur aduk dengan ruangan yang tidak ber-AC, hanya beberapa kipas yang ada disudut ruangan terus berputar dengan cepat tanpa memperdulikan kami yang kepanasan. Aku juga melihat sebagian besar orang yang ada disekelilingku sepertinya merasakan hal sama Sekarang udah waktunya istirahat karena sudah menjelang waktu shalat dhuhur. Beberapa langkah kakiku keluar dari ruangan. Berdering HPku yang aku taruh di kantong celana sebelah kanan. Setelah aku lihat ternyata telepon dari Fina, sebelum aku angkat aku mengambil sepatu yang ditata panitia secara rapi ditempat sepatu. Halo..Assalamualaikum sapa aku. Sambil memega ng kaos kakiku. Waalaikumsalam, Ky...jawab Fina tanpa melanjutkan pembicaraannya. Aku dengar dia menangis tersedu-sedu karenanya dia tak sanggup melanjutkan pembicaraannya. Ada apa? Kok kamu kayaknya lagi nangis. Kamu lagi ada masalah apa? tanyaku sambil berdiri meninggalkan tempat duduk tempat memasang sepatu. Iya aku lagi ada masalah. Kenapa ya, Papa gak pernah sedikitpun bisa ngertiin aku. Sedikit aja sih, Ky. Memang Fina salah apa? padahal aku selalu melakukan yang terbaik bagi Papa jawab Fina dengan suara tersedu-sedu, seakanakan ingin sekali menumpahkan segala permasalahannya tanpa ada sisa. Emang Papa Fina kenapa? tanyaku yang belum paham letak permasalahannya

146

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

Gini, Ky, kemarin teman yang cowok Fina (sedang dalam masa pendekatan) main ke rumah. Ntah dengan alasan apa Papa langsung ceramahin dia sambil marah jawab Fina dengan begitu kesalnya. Semua yang dilakukan orang tua pasti itu yang terbaik bagi anak-anaknya. Termasuk papa Fina ke Fina, beliau mungkin sekarang lagi berharap supaya kamu bisa konsen dulu terhadap kuliah jelasku dengan nada rendah mencoba menenangkan Fina. Fina sekarang sudah besar, Ky. Fina sudah dapat menentukan mana yang baik dan yang buruk. Papa dari dulu memang susah ngertiin Fina. Aku justru malah bingung sebenarnya apa sih, yang dimauin papa biar beliau dapat mengerti ucap fina dengan rasa sedikit keselnya Fina tidak boleh ngomong seperti itu. Aku tetap yakin apapun yang dilakukan Papa Fina pasti yang terbaik bagi masa depan Fina. Kadang orang tua melakukan sesuatu tanpa memikirkan perasaan si anak, seharusnya sebelum orang tua mengambil tindakan atau keputusan yang berhubungan dengan anak mengkomunikasikannya terlebih dahulu. Bapakku juga sering kayak gitu, dulu aku dilarang gini-gitu bahkan kalau tidak masuk sekolah malah dipukul sama sapu lidi...Hehe.. jawabku sambil menghibur. Papaku beda, Ky. Seakan tak mau memikirkan apa yang aku alami. Okelah, keputusan yang beliau ambil merupakan yang terbaik bagiku. Tapi, pernah tidak beliau memikirkan perasaanku. Aku sangat sayang sama papa, Ky. Semua yang beliau suruh aku turuti. Aku tahu ini merupakan kewajiban bagiku. Tapi aku mohon sekali aja beliau ngerti perasaanku, Ky.. jawab Fina seakan tangisannya tak mau berhenti.

147

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

Oo...gitu. setiap orang mempunyai pemikiran yang berbeda-beda termasuk Papa Fina dengan Fina. Karenanya, keputusan yang diambil pun juga bakalan berbeda. Kenapa Fina tidak cerita sama Mama Fina? jawabku dan bertanya balik. Sama aja, Ky. Sekarang Mama lebih mendengar apa yang dikatakan Papa. Padahal aku sangat sayang pada mereka berdua. Terkadang aku belum dapat menangkap apa yang kadang mereka putuskan, padahal kata mereka itu yang terbaik bagiku jawab Fina dengan nada agak serak, mungkin karena terlalu lama menangis, wajar aja mungkin dengan menangis dapat mengurangi masalah yang dihadapi. Sabar ya, Neng. Mungkin ini merupakan cobaan bagimu di bulan puasa ini jawabku yang masih berupaya menenangkan fina. Kamu enak ngomong sabar. Coba kamu yang jadi aku pasti kamu juga bakalan ngelakuin hal yang sama bukan? Tanya Fina yang justru nyemprot aku. Ya maaf. Gimana lagi, aku juga bingung harus gimana, Yah, kalau aku ada di Palembang pasti akan aku akan menghadap papa Fina, terus aku jelaskan tentang perasaan Fina karang gimana. Siapa tahu beliau ntar lebih ngertiin Fina, sehingga beliau dapat merasakan apa yang Fina rasakan sekarang jawabku sambil berusaha memahami keadaan Fina. Fina diam tanpa mengeluarkan kata-kata sedikitpun. Neng, aku tahu karang keadaanmu gimana. Tapi tolonglah ini bulan puasa. Jadikanlah bulan ini sebagai sebuah renungan dan ini juga dapat menjadi bulan tempat

148

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

kita mengadu pada Allah, kan bulan ini doa kita kemungkinan besar pasti terkabulkan. Doakan semoga Papa Fina cepat diluluhkan hati biar dapat memahami perasaaanmu. Aku yakin belian orang cukup bijak dalam menentukan yang terbaik bagi masa depan anaknya jelasku biar Fina bisa tenang menghadapi masalahnya. Iya, Ky, makasih banget ya. kamu udah mau menjadi tempatku berkeluh kesah. Maaf kalau tadi kata-kataku kasar sama kamu. Aku akan berusaha memahami apa yang papa lakukan dan putuskan untuk masa depanku, mungkin akunya aja yang belum memahaminya jawab Fina yang sudah mulai tenang. Gak apa-apa, santai aja. Kan seharusnya aku berbuat seperti ini sabagai sahabatmu. Alah lebay. Hehe.. jawabku. Sekarang aku udah mulai agak tenang. Meski kadang sedih banget kalo inget kejadian itu. Soale aku malu banget sama temanku itu ucap Fina. Udah gak usah dipikirin lagi, anggap itu sebagai cobaan. Begitulah hidup ada senang ada susah. Ada hitam ada putih. Hehe... jawabku tak menyambung Iya..ya.. Oya, jangan bilang kayak gitu lagi ya sama Papa Fina, tak baik itu pesanku sama fina Iya muky elek, akunya mungkin yang terlalu terbawa perasaan rasa tidak enak sama teman, padahal aku yakin papa ingin selalu memberikan yang terbaik jawab fina Nah, gitu Fina yang aku harap. Eh, Neng, udahan dulu ya. Aku dah dipanggil-panggil tuh ma anak-anak buat persiapan kepemanduan jawabku sambil memotong

149

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

pembicaraan, ku lihat si Uchup udah bengak bengok dari tadi untuk persiapan kepemanduan, katanya tinggal kelompokku yang belum siap. Iya ky, makasih ya.. Iya, yang semangat ya.. Iya.. jawab Fina. Setelah itu pun aku mengakhiri telepon fina siang ini Aku berjalan dengan langkah yang tidak biasanya menuju tempat sholat yang ada di lantai dasar, aku lihat lift masih penuh dengan rombongan mahasiswa baru yang baru selesai shalat. Yah. terpaksa harus turun sambil ngitung jumlah anak tangga. Hari sudah sore dan jam sudah menunjukan jam 17.30. Aku lihat teman-teman panitia wira-wiri sibuk mempersiapkan hidangan untuk berbuka. Aku ajak kelompok yang aku pandu untuk menghafal semua temanteman satu kelompok, tujuannya biar mereka akrab bukan hanya dalam mataf inimelainkan pasca acara ini selesai. Selang beberapa menit setelah aku dengar suara adzan yang menandakan sudah waktunya berbuka puasa. Nikmatnya berbuka puasa.. ucap salah seorang peserta yang mengingatkanku pada film kartun Ipin dan Upin yang ku tonton di laptopku semalam. Setelah selesai berbuka puasa, salah seorang panitia mengumumkan untuk shalat maghrib terlebih dahulu sebelum pulang habis itu disuruh langsung kumpul lagi di ruangan ini buat pemberitahuan apa saja yang harus dibawa lanjutan mataf esok hari.

150

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

Seusai shalat salah seorang peserta memanggilku padahal baru sekitar lima belas detik aku sandarkan badanku yang lemas dan kekenyangan ini ke kursi yang ada disudut ruangan. Dia minta tolong untuk nebeng pulang karena dia gak ada yang jemput. Panitia bagian acara masuk ruangan dan langsung memberikan pengumuman apa saja yang harus dibawa besok pagi. Setelah acaranya ditutup aku langsung menuju ruang panita, sekitar sepuluh menit rapat, aku ijin ke panitia buat pulang duluan karena harus mengantarkan seorang peserta. Sesampainya di kost ternyata temanku Indra tengah asyik nontok TV di kamar, dalam pikiranku berarti ni orang gak shalat tarawih...? Huy. tarawih! Sapaku sama Indra. Alah. Sok perintah, orang kamu aja gak tarawih, gamana Pak kok sibuk amat. Dari dulu sibuk organisasi, sekali-kali tuh badan manjain ledek Indra sambil mengganti channel TV. Lah.. Gimana gak sibuk. Wong di kampus karang lagi mataf, Tuhan Maha tahu hambanya yang lagi kecapean. Hehe. Tenang aja ini badan udah tahan banting jawabku sambil ngambil minum yang ada di dispenser. Oya, gimana mahasiswa barunya, cakep-cakep gak? kalo ada kenalin dunk... Ya iyalah.. masa Ya Iya dong, tapi sorry men, kasihan mahasiswa barune kalo kenalan sama sampean, malah gak jadi orang nantinya jawabku.

151

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

Alah! kalo gitu sudah saatnya kamu membuka hatimu bagi orang lain. Lagian cewek cakep-cakep dibiarin, mubadzir bos! Alah.. jawabku sambil mengabil handuk yang aku taruh dekat lemari, aku pengin mandi karena rasanya badanku udah pada lengket dan baunya gak bisa diungkapkan dengan kata-kata. *** Sekarang aku sudah jarang pergi ke kampus karena sudah gak ada lagi kuliah teori yang aku ambil. aku hanya disibukkan dengan kegiatan-kegiatan oganisasi dan proses magangku yang masih belum menemukan tempat untuk magang. Suatu ketika saat aku pergi ketempat dosen, dalam perjalanan ternyata ada SMS dari Fina. Ky. Kalau sempet liatin buku2 ini dung : Patofisiologi Ilmu Kesehatan Anak (Universitas Indonesia), Ilmu Penyakit Dalam (Universitas Indonesia), Diangnostis Fisik ((EGC) Ilmu Farmasi dan lainnya menyusul. Thank before muky yang cakep. Maaf ya kalo menganggu soale biar aku bisa memperkirakan uangnya yang aku transfer. 1x lg maaf ya ky udah mengganggu plus merepotkanmu Iya gak apa-apa, ntar aku cek. Cuma bukan sekarang soale aku mau ketempat dosen. Ntar kalo udah ketemu tak kabarin ok! Balasku. iya dech. Thank ya ky. I miss u Muky elek. jawab Fina yang malah justru meledek. Ngece..?? balasku yang gak mau terima.

152

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

Ora tapi ngeledek. He. Just kidding. Muky itu anaknya baik, dermawan, suka menolong, rajin menabung, plus ganteng juga. He, tapi boong..wekz balas Fina. Huu.. Capek deh. Yach kalo sama sampean musti banyak sabarnya.he9.. balasku mengalah. I love u muky.. Dada... SMS Fina lagi yang membuatku bingung. Duarrr... Wkakakaka... SMS Fina yang kedua kalinya. I love u to, tapi boong. Ha! Alah. Kok malah main-main. Yowislah met ngaco aja balasku yang mulai ngambek, maklum gara-gara SMS sambil naik motor hampir aja barusan mau masuk selokan. Eh, Ky. Jangan anggap serius ya. Kamu kan tahu aku dengan Cui aja pake sayang-sayangan gitu. Jd jangan marah dong prend. Maap-maap kalo buat kamu marah. please.. jawab Fina yang ngerti kalo aku agak ngambek. Santai aja buk. Mana mungkin juga aku marah, gak ada kerjaan aja. He9.. Tadi itu aku hampir masuk selokan aja. Gara-gara bawa motor sambil SMS balasku sambil liat lampu merah yang lama banget, ngeri, seratus sepuluh detik. Nah, gitu dong friend. Btw kamu lagi apa? aku lagi kuliah cuma lagi bete aja. Mulane ngaco sama u. begonok.. balas Fina. Iya-iya. Maafkan kata yang telah terucap. Sekarang aku lagi di jalan ke tempat dosen ada acara. Beh.. Hari minggu kuliah buk. Rajin bener, Dokter masa depan.he9.. balasku sambil ngedek fina

153

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

Malahan kuliah malam hari ne. Yowis, amin buat doanya, and met ke tempat dosen ya. Nice day Yuhu..semangatya biar sampe malem.. balasku Hari sudah menjelang sore aku lihat hujan masih belum berhenti membasahi bumi yang dari beberapa hari lalu terasa gersang. Aku lihat jalan aspal sudah mulai licin dengan genangan air. Langit seakan tak mau berhenti menangis. Dengan hembusan udara yang begitu dingin. Aku tetap pulang dari tempat dosen yang dari pagi kita disibukkan dengan diskusi. Sesampainya disebuah perempatan lampu merah, justru aku melihat pemandangan berbeda. Sebuah pemandangan tak lazim. Aku lihat seorang ibu dengan pakaian compang-camping sambil menggendong anaknya yang menangis karena kedinginan. Dan aku perhatikan sejenak sang anak, ternyata dalam keadaan sakit. Sang ibu tadi duduk di tepi trotoar dengan menengadahkan tangan kanannya menunggu belas kasihan orang padahal tepat di atas kepala sang ibu berkibar sebuah bendera partai politik yang katanya berideologi Islam dan bebarapa meter dari tempat duduk sang ibu terdapat posko polisi, yang aku lihat sang polisi pun masih tetap asyik mengebulkan asap rokok dari mulutnya. Wajar saja karena posko tersebut juga menjadi salah satu tempat iklan rokok. Sebuah pemandangan yang amat sangat menyayat hati. Uang yang tak seberapa yang barusan aku kasih tak mampu memberikan jawaban atas semua persoalan. Rasa ibaku tak mungkin dapat merubah keadaan yang tak wajar ini.

154

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

Aku malu, rasa sesak yang ada dalam dadaku tetap aku tahan karena menahan diri untuk tidak menangis. Apakah benar memang kalau negeri ini sudah menjadi negeri yang sudah kehilangan rasa kemanusiaannya. Pemandangan ini seakan memberikan semangat baru kalau aku tak boleh menyerah dengan gagasan sekolah alternatif yang beberapa waktu lalu meki mengalami kegagalan total dan aku tak boleh menyerah dengan situasi sosial yang menghimpit, himpitan ekonomi tak boleh membuatku menjadi manusia serakah yang tak mempunyai hati nurani. Sesampainya di kost aku merenungkan kembali pelajaran yang barusan aku dapatkan, pelajaran yang dapat membuatku menjadi manusia sadar *** Sekarang hari Jumat dan jam sudah menunjukkan jam 09.35 pagi, aku bergegas untuk manghadiri undangan islamic book fair, sebuah pameran buku yang berlangsung hampir setiap tahun di kota jogja. Dengan keadaan yang agak buru-buru aku pacu motorku agar bisa sampai dengan tepat waktu. Sesampainya disebuah lampu merah yang menggunakan hitungan menit ternyata mobil yang persis didepanku berhenti mendadak. Tanpa ,ba..bi.. bu..bo.. Druagh.. Aku menabrak mobil carry yang ada didepanku. Saking begitu kerasnya ban belakang motorku kayak mengangkat sendiri dan sedikit kepalaku membentur bak mobil itu. Aku lihat tangan dan lulutku sedikit lecet. Aku tinggalin motorku dan langsung mengahampiri sopir mobil yang berhenti mendadak.

155

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

Mas kalo berhenti jangan dadakan gitu dong kataku dengan nada yang agak keras. Amarahku sepertinya sedang memuncak dengan kejadian ini. Motor yang ada di depan berhenti mendadak mas, Jadi kalo mau marah. Marah sama motor yang di depan aja. jawab sopir tersebut tanpa rasa bersalah. Lah. Kan saya nabrak masnya. Gara-gara sampean berhenti mendadak. Ngapain saya marah-marah sama yang di depan jawabku yag tak mau terima. Lagian udah mau lampu merah Mas. Jadi sudah saatnya berhenti jawab sopir itu dengan santai Asu...!! kataku sambil meninggalkan mobil itu dengan rasa jengkel, aku tak bisa dengan kejadian ini, terlebih menjawab tanpa ada dosa. Sang sopir terus keluar dengan ngomel-ngomel ntah mau ngapain. Kalau toh mau berkelahi aku sudah siap. Tapi aku tak peduli aku membetulkan bemper depan motorku yang agak penyok. Rasanya hari ini merupakan hari yang amat membosankan berangkat buru-buru dari kost pas sampek tujuan malah telat bahkan pembukaan acara islamic book fair sudah dimulai yang dibuka oleh Ustadz Abu Bakar Basyir ketua Majelis Mujahidin Indonesia, seseorang yang harus meringkuk dalam penjara karena tuduhan terorisme dan karena tidak terbukti malah di hukum karena KTP-nya sudah tak berlaku. Aneh! Setelah selesai menghadiri pembukaaan islamic book fair, aku langsung menuju tempat temanku yang kuliah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga untuk sejenak melepaskan rasa lelah dan rasa sakit sambil menunggu datangnya shalat Jumat. Setelah Jumatan aku langsung

156

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

menuju toko tempat buku-buku pesenan Fina yang ada di Jogja utara. Tapi, tak lupa sebelumnya mengambil uang biar nanti tak kekurangan tak tanggung-tanggung buku yang aku beli sekarang diatas satu juta lebih. Wajar aja Fina kirim uang satu juta delapan ratus ribu termasuk punya Ayu, aku cari mua buku-buku yang telah dipesan, namun setelah membayar ke kasir malah terjadi kejadian lucu. Selesai membayar aku minta tolong supaya bukunya dibungkus pakai kardus aja. Salah satu karyawan toko tersebut langsung membungkus, dan aku duduk ditempat duduk yang telah disediakan. Selesai dibungkus, aku langsung berdiri, tapi salah satu karyawan cewek menyapaku. Maaf, mas, mau ngambil buku? tanya karyawan cewek tadi Iya mbak jawabku. Boleh saya minta notanya?pinta karyawan cewek tersebut. Tanpa pikir panjang langsung aku kasih nota buku itu, aku hanya diam. Tapi setelah itu karyawan yang membungkus langsung berkata Ini, mas, bukunya udah selesai dibungkus Bukunya yang ini, to nyeletuk karyawan cewek tersebut. Dengan rasa malu dia langsung ngasih kembali nota yang aku kasih tadi. Makanya, lihat-lihat dulu jawab kayawan yang membungkus buku tadi.

157

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

Masnya sih, nggak ngasih tahu kalo bukunya udah diambil jawab karyawan cewek itu dengan perasaan malu dengan tertawa kecil sambil menundukkan kepala. Aku hanya tersenyum menyaksikan karyawan cewek itu yang mukanya merah kayak balon mau pecah. Aku pulang dengan rintik hujan yang membasahi bumi ini, rasa sakit yang yang ada dilutut sudah tak terasa kerena cuaca dingin yang terus menghembus disela-sela lengan jaketku. Malam hari, rasanya kepalaku terasa sakit, disentuh rambut satu saja ubun-ubun rasanya nyeri. Aku SMS salah seorang teman yang kuliah di keperawatan mengenai apa yang baru aku alami. Dia menyarankan agar melihat mataku membiru atau tidak. Kalau itu yang terjadi dia meyarankan agar aku langsung ke rumah sakit takutnya geger otak. Tak lupa juga aku SMS Ayu, mungkin karena dia lagi gak ada pulsa kemudian hanya menyarankan agar istirahat dan minum teh hanget. Aku pikir Ayu menyarankan agar aku tenang. Ternyata keesokan harinya berita ini nyampe ke Fina, aku yakin Ayu yang memberi tahu. Ky. Kok kamu kecelakaan gak mau ngasih kabar aku! tanya Fina dengan SMS singkatnya. Iya. Nggak apa-apa santai aja. Cuma lecet tangan sama lutut aja kok. Kamu tahu dari ayu ya? semalem aku SMS dia soale aku sudah gak tahan kepalaku nyeri gitu balasku. Oh gt. Ya udah dia bilang dia juga gak ada pulsa. Kamu udah konsul belum? aku takutnya kenapa-kenapa

158

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

sama kepalamu. Pake aja sisa uangku kalo kamu butuh. Nanti aku telpon kalo udah luang. Ada no XL g? tanya Fina. Udah gak usah. Wong cuma kayak gini aja. Ni dia yang buat aku takut ngasih tahu kamu. Aku takut kamu malah khawatir. Udah aku gak apa-apa, kamu kuliah aja. Ok! balasku SMSku sama fina sekedar untuk menenangkan dia Napa ky kok kamu kayak gitu? tanya SMS Fina dengan rasa penasarannya dan bukan tambah tenang dengan SMSku barusan Udah gak apa-apa kamu gak usah khawatir kayak gitu. Palingan besok juga udah sembuh. Aku beneran gak apa-apa kok tegasku. Ky. Please dech. Mang kamu anggap aku ini siapa? orang laen gitu? Kamu itu udah bukan kayak sekedar teman. Tapi aku tuh udah aku anggap kayak keluarga ku sendiri. Kakak ku gitu. Gak mungkinlah aku gak khawatir. Atau jangan gara-gara beliin buku ya, Ky? jangan buat aku kuatir justru kayak gini. Pokoknya aku mau kamu ceck up! pake dulu uangku. Bilang dong, Ky? ancam Fina dengar rasa khawatirannya. Iya ntar, tapi untuk sementara ini aku gak apa-apa. kamu santai aja. Jadi gak usah khawatir lagi. Ok! jawab SMSku biar Fina tidak kuatir, sifat yang aku khawatirkan dari dulu. Sore harinya aku mengahadiri rapat instruktur karena ada training perkaderan yang dilaksanakan tanggal 21-24 november 2008, meski aku sadari kalu kepalaku masih sedikit nyeri. Tapi aku yakin banget penyakit seperti ini tak akan membunuhku. Bukan sombong, tapi harapanku yang tetap membuat aku menahan apa pun yang aku

159

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

hadapi. Harapan menjadi orang yang berguna bagi keluarga, masyarakat dan sebuah impian untuk menghajikan kembali kedua orang tua. Rapat intruktur ternyata sampai habis Isya. Aku pulang ke kost dengan dua orang teman yang mau melihat angket penelitian yang akan dilakukan oleh BEM, aku dan teman-teman BEM ingin membuat sejarah. Kami ingin meneliti tentang kredibilitas dosen dalam mengajar dan semua hal yang berhubungan dengan jurusan, fakultas maupun kampus meski akhirnya rencana ini gugur karena berbagai hal. Tak berapa lama setelah temanku pamit pulang di kost, HPku berbunnyi ternyata SMS dari Fina yang mau menelponku. Tiga menit kemudian terdengar bunyi HP temenku yang nomornya barusan tak kasih sama Fina. Assalamualaikum sapa fina. Waalaikum salam jawabku. Bisa bicara dengan Muky. Ada tidak orangnya? tanya Fina yang tidak tahu kalo yang mengangkat adalah aku Ada, dengan saya sendiri. Hehe... jawabku Dasar! Muky elek, gimana kabarmu? tanya Fina yang masih tetap penasaran dengan keadaanku kemarin. Aku gak apa-apa masih sehat wal afiyat. ini habis rapat instruktur. Ya. kadang sedikit nyeri ini kepala jawabku sambil ngasih penjelasan ma Fina. Ky, kamu kecelakaan pas mau beliin buku ya? jujur lho ky? tanya Fina. Enggak, kata siapa gara-gara membeli bukumu

160

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

Sumpah, demi Allah? desak Fina dengan legitimasi sumpahnya. Ngapain juga harus sumpah, gak ada kerjaan aja jawabku. Sumpah? Fina terus mendesak dengan nada sedikit agak keras Ni serius bukan gara-gara bukumu. Gini lo ceritanya, aku nabrak.... jawabanku dipotong ma Fina yang masih tidak percaya. Udah, aku gak butuh cerita kronologisnya yang aku butuh kamu kecelakaan gara-gara beli bukuku gak? dan sumpah demi Allah dulu! jawab Fina. Makanya dengerin ceritaku dulu, aku kecelakaan karena buru-buru untuk menghadiri undangan Islamic book fair dan habis itu aku pergi beli buku pesananmu jelasku secara singkat. Tuh kan.. Betul gara-gara beliin bukuku!! Pokoknya aku pengin kamu periksa ke rumah sakit. Pake aja uangku ujar Fina yang merasa bersalah. Udahlah wong aku gak apa-apa. Tenang ajalah Neng, ntar kalo ada apa-apa pasti aku ke rumah sakit jawabku. Ky, perasaanku udah gak enak dari kemarin. Kamu pasti ada apa-apa makanya tadi aku tanya Ayu di kampus. Eh.. malah kecelakaan, gak ngasih tahu aku lagi kalo kecelakaan, maksud kamu apa? tegas Fina. Aku sengaja gak ngasih tahu kamu karena aku takut kamu malah khawatir. Tapi benar kan kamu malah khawatir kayak gitu. Beneran aku gak apa-apa jawabku.

161

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

Alah.. mana mungkin aku bisa langsung begitu percaya. Lah wong aku gak lihat secara langsung, sapa tahu karang udah tepar di rumah sakit Fina masih dalam keadaan kuatir. Sumpah aku gak apa-apa. Terus kuliahmu gimana masih lancar kan? Oya bukunya aku kirimkan senin Insya Allah, karena aku karang masih sibuk observasi KKN jelasku ma Fina sambil mengalihkan pembicaraan. Udah gak apa-apa, tahu gak kemarin cerita sama mama kalo aku titip buku lagi ke kamu, Ky? Kata beliau orang yang belum pernah ketemu itu? aku jawab iya gitu jawab Fina yang mulai tenang. Terus tanggapan beliau gimana? tanyaku. Kata Mama gak apa-apa, tapi kok persabatan kalian aneh udah gak penah ketemu saling percaya lagi cerita Fina. Syukurlah kalo gitu Kamu udah makan belum?tanya fina Iya aku belum makan malam. Tadi gak sempat beli makan kan rapatnya baru aja pulang, terus nerima telpon dari kamu, gimana bisa makan, Neng? Tenang aja ntar bisa diatur jawabku. Tak lama setelah itu operator langsung memutus telepon kami, ya udah terpaksa harus diakhiri, karena pulsaku udah limit kalo harus telepon ulang. Tapi setelah itu HPku berdering yang ternyata SMS dari Fina: Ky. Yowis yo aku mau baca buku dulu. Minta doanya aja ya. Met apa aja. Tapi tolong jangan lupa makan. Key..

162

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

Iya. Aku doain moga ujiane lancar. Aku dah beli nasgor nie tadi titip temen. Awas jangan bilang kepengin aku malah bingung ngirimnya. Semangat ya. balas SMSku sambil mengambil piring yang ada di rak piring. Ya udah. Met makan aja. Jangan lupa itu baca doa ye.. saran fina Iya, met belajar aja. Good night and nice dream balasku. Aku isi perutku yang lagi keroncongan dengan sebungkus nasi goreng yang aku titip sama teman kost, tempat aku membeli makan seperti biasanya. Iringan rintik hujan yang dari sore belum mau mengakhiri tangisannya terus mengucur deras. Makan lahapku terganggu dengan bunyi SMS HPku yang aku taruh di atas bantal, bantal yang selalu setia menemani lelap tidur meski sudah banyak lukisan abstrak disana-sini, hasil karya bibir manisku setiap malam. Hehe. Setelah aku lihat ternyata SMS dari Fina lagi: Ky. Bisa bantu aku gak? kira-kira kamu ada jurnal atau semacam bacaan di koran tentang malpraktek kedokteran. aku minta dong ky? please. Oya, selain di google, yahoo, kamu kalo mau cari tugas di situs apa? Iya ntar tak cariin kalo ada, waduh kemarin itu koran ku dikiloin sama teman. aku cuma di google/yahoo kalo gak di blog. Di google tuh banyak, malah repot ngambile. He9.. balas SMSku kepada Fina. Please. Aku bukan butuh cuma 1 tapi banyak masalahnya dosen itu buat nilai terakhir menjelang UAS gitu katanya. Terserah kamu mau dapat dari mana juga gak

163

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

apa-apa soalnya aku buka google lom dapat kasusnya pinta Fina dengan SMS manjanya. Iya ntar tak cariin, tapi kamu juga usaha ya.. balasku sambil ngeledek Fina biar sama-sama berusaha. Ya iyalah. Masa ya iya sih. Emang elvi sukaesih.. Wekz.. balas Fina yang gak mau kalah. Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam rasanya aku tak bisa memejamkan mata, aku tatap rak buku. Siapa tahu ada buku yang dapat membuatku bisa mengisi waktu kesunyian ini. Aku pun membaca beberapa buku meski tidak semuanya aku baca minimal dapat mengantarkanku untuk tidur. Hingga akhirnya jam sudah menunjukkan pukul 00.37. Mataku rasanya sudah tinggal satu watt dan aku baringkan tubuhku menju alam khayalan tanpa batas. *** Sekarang hari senin rencananya aku mau maketin buku Fina. Tapi ternnyata sekarang aku gak bisa karena harus bertemu dengan pengurus BEM dan malemnya harus bertemu dengan warga tempatku KKN. Sesampainya disana (tempat KKN) ternyata aku dan kawan-kawan yang lain disambut dengan hangat oleh prangkat desa dan tokoh warga yang ada disana. Baru setengah jam kami mengadakan sharing bersama ternyata aku dapat SMS dari Fina kalau dia mau nelpon dan menyuruh aku supaya ganti nomor XL yang tarifnya jelas lebih murah, tapi apa boleh buat aku gak bisa karena gak enak meninggalkan forum pertemuan. Jadi aku putuskan, batinku maap fina kalo malam ini aku tidak bisa, Aku yakin ia dapat mengerti aku dengan keadaanku yang sekarang ini.

164

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

Sekarang KKN udah selesai dan waktunya aku magang dan mengerjakan skripsi. Magangku berjalan dengan baik bahkan ditawari untuk melamar kerjaan disana karena pada saat sedang ada pembukaan karyawan baru. Tapi tawaran itu aku tolak karena pada saat yang bersamaan akhir jabatanku di BEM dan masih sibuk di Ikatan plus di korps instruktur. Aku tak bisa dengan seenaknya meninggalkan tanggung jawab yang selama ini dipercayakan. Menurutku mengemban amanah atau kepercayaan itu bukan hanya dipertanggung jawabkan saat kongres tapi juga dipertanyakan dihadapan Allah kelak. Fina juga Ayu selalu memberikan semangat dalam segala hal termasuk saat judul skripsiku ditolak terus menerus. Bahkan sampai tiga kali mengajukan semuanya ditolak dengan berbagai alasan oleh kepala jurusan. Mereka selalu ada saat aku butuh, termasuk aku juga harus ada ketika mereka butuh meski jarak dan persahabatan ini tak pernah bertemu secara langsung tapi kepercayaan yang salalu menjadi perekat persabatan ini. Biarlah orang menilai persahabatan ini seperti apa, semua orang punya persepsi yang berbeda termasuk kami. Mungkin hal ini sesuatu yang biasa, akan tetapi dari yang biasa inilah kami ingin membuat sesuatu yang luar biasa. yang pasti hiduplah dalam sebuah keyakinan dan kepercayaan sebab itu merupakan pembuktian dari sebuah kata. Dalam perjalannya Fina memang pernah menyatakan pernah ada perasaan lebih dari seorang sahabat. Tapi, karena aku tidak cepat menyatakan duluan, ia keburu membina hubungan dengan laki-laki lain. Hal yang paling

165

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

mendasar dari persahabatan kamijangan dicampuri dengan perasaan lain: selain, sebagai sahabat. Aku tak mau mengakhiri cerita ini, biar tak ada kata bersambung apalagi tamat dalam sebuah episode persahasabatan. Ini hanya sekelumit kisah yang kami alami meski terasa sederhana. Karenanya biarlah waktu yang mengakhiri seluruh cerita ini, cerita yang membawa kita pada arti persahabatan yang tak terbatas oleh ruang dan waktu, persahabatan yang dilandasi kepercayaan tanpa adanya sebuah keraguan. Aku juga tidak akan pernah tahu nantinya persahabatan ini bermuara dimana. Semoga perjalanan yang sudah berlangsung ini dapat menjadikan kita menjadi manusia yang saling melengkapi dan semoga kita tak pernah lelah menelusuri jejak langkah para pencari kebenaran yang di ridhai dan diiringi pancaran kasih sang Ilahi.

166

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

SURAT BANDIT DAN BAJAK LAUT

1
: Untuk sahabatkku, Bajak Laut. Apa kabarmu setelah sekian lama kita tak pernah bertemu. Perpisahan kita yang tak menyenangkan itu membuatku merasa rindu. Bukan karena aku mencintaimu, melainkan kasihan melihat keadaanmu sekarang. Aku mendapat kabar kalau saat ini kamu sedang berada di benua Atlantis. Benua yang dulu menjadi incaran kelompokmu sebagai bajak laut. Entah apa yang membuatmu begitu percaya bahwa benua atlantis itu bernama Indonesia. Tempat yang kamu anggap sebagai surga dunia. Kekayaan alam yang dimiliki bahkan tak ada tandingannya. Apapun yang menancap bisa bisa tumbuh. Aku tak mengerti apakah itu benar atau tidak. Namun aku mempercayai apa yang disampaikan oleh pendahulu benua itu waktu kita sama-sama menjadi seorang penjelajah. Meski saat ini sudah menjadi sebuah negara yang bernama Indonesia. Aku bandit kamu bajak laut. Dua profesi yang dianggap najis bagi sebagian orang. Belakangan aku mendengar banyak orang yang berbicara Indonesia di berbagai club malam. Tempat berkumpul para mafia. Ada beberapa orang yang mengatakan bahwa ia berasal dari sana. Dan sialnya, ia merasa cukup bangga menjadi bandit. Engkau pun tahu

167

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

bahwa aku adalah raja bandit di dunia ini. Dengan sok laga orang hebat salah satu diantara mereka berkata dengan lantang Indonesia, tempat para bandit berkeliaran. Ah, memang seperti itu lagak pemain baru. Merasa hebat kalau di kampong sendiri. Sebab aku yakin ia pengecut!. Takut dihukum sampai harus lari ke luar negeri bahkan lintas benua. Aku memang tak pernah singgah untuk mampir ke benua Atlantismu. Berdasarkan info dari bandit abangan itu. Saat ini Indonesia sedang dilanda krisis ketidakpercayaan yang luar biasa. Dengan seenaknya para pemimpin mengumbar janji tanpa harus ditepati hingga rakyatnya kenyang makan janji ketimbang nasi. Kemiskinan malah jadi alat propaganda untuk menarik simpati demi kursi kekuasaan. Moralnya pun juga hancur aku akibat mental budak yang menghamba. Bahkan tak jarang dikumandangkan menuju jurang kebangkrutuan. Ironis sekali surgamu itu bro! Mendengar cerita itu. Rasa penasaranku pun bangkit untuk mengetahui lebih jauh surgamu. Dan perlu kamu ketahui hasrat untuk merampok ku menghilang entah kemana. Hanya rasa penasaranku yang menyeruak. Bagaimana mungkin didalam surga ada kebohongan, kemiskinan, kelaparan, atau bahkan badit sepertik. Bukankah surga itu selalu berada dalam ruang yang indah dan dambaan massa depan? Ataukah tuhan yang salah kelola? Tapi itu mustahil untukku barangkali para penguasa penghuni surga itu yang kurang ajar! Apa sebenarnya yang terjadi dengan surgamu bro!. Beberapa tahun yang lalu memang ada seorang pemuda yang mengantarkan sebuah buku puisi padaku.

168

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

Katanya, ini merupakan karyanya sendiri. Aku memang menyimpannya berapa saat akibat kesibukanku hingga aku tak sempat membacanya. Pemuda itu bernama A.S. Pattyradja dan judul buku puisi itu Protes Cinta Repuplik Iblis (Kreasi Wacana 2006). Sengaja aku petikkan dengan lengkap salah satu puisi dalam buku itu. Setidaknya, kamu bisa membacanya dengan tenang mengingat aliran puisinya sebagian besar surrealis.
Aku mau menulis sajak ini di hatimu Tapi tidak pakai permisi Oleh sebab itu Kata orang sekolahan : aku tidak makan etika Kata budayawan : aku tidak berbudaya Kata agamawan : aku tidak berakhlak Kata politikus: aku gagap strategi, tawar menawar tak sepadan Kata hakim : aku tidak bersusila Amboi apa itu moral? Bagaimana kaidahnya? Siapa yang berhak menentukan ini baik itu buruk? Atau ini maling berbudaya di parlemen Negara Dan itu penjambret di bis kota tak punya strategi? Aku hanya ingin menulis sajak di hatimu. Tapi tidak pakai permisi Tapi tidak pakai permisi Tadi pagi aku baca surat kabar Penyolong ayam digebuk mati Orang suci perkosa umatnya. Koruptor dilindungi Negara Dan sedang berjalan-jalan keluar negeri Kampanye partai a dan b berlangsung sengit Masing-masing orasi ayat suci

169

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

Kata mereka tuhan budeg Amboi apa itu moral? Bagaimana kaidahnya? Siapa yang berhak menentukan ini baik itu buruk? Kata ibuku : sebaiknya ku tidur Pejam mata kunci hati Menjadi Indonesia itu kutukan! Kini ia benar, sajakku di koyak-koyak Dikeroyok ramai-ramai, dihujat sana sini Katanya tidak pakai estetika Karena tidak pakai permisi Sekarang permisi Aku mau menulis sajak di hatimu Tapi tidak pakai permisi

Ya! ini suara hati anak negeri yang kamu anggap sebagai surga itu. Menjadi Indonesia itu kutukan!. Apa yang sebenarnya terjadi di negeri itu sampai mengganggap diri sebagai kutukan. Kamu tahu kan, apa yang dimaksud dengan kutukan. Ini bukan sulap dan sihir yang tiba-tiba terjadi secepat kilat. Kutukan itu terjadi karena ada ketidaksesuaian keinginan dan kebenaran. Tepatnya ada ketimpangan. Kutukan itu mirip sebuah firman yang meluncur akibat adanya penindasan. Sesuatu yang menjauhkan dengan realitas diri dan sosialnya. Penindasan yang disengaja dibangun dan tak mampu membangkitkan rasa kesadarannya hingga menjadi dosa abadi yang harus di tanggung sebagai keniscayaan.

170

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

Benarkah moralitas sudah menjadi barang langka di surgamu? Barangkali, kamu harus mengingat perjanjian kita dulu, bahwa tidak akan mengambil apa yang menjadi hak milik orang lain secara sah. Kita hanya boleh merampok dan merompak para bajingan dan penguasa pandir yang suka memupuk harta dan mementingkan dirinya sendiri. Meski tak jarang kita menyadari bahwa apa pun alasannya mencuri tetaplah mencuri. Namun, sayangnya kita memang tak pernah suka mengambil harta milik tetangga. Sampai saat ini pun aku masih menjadi bandit bagi manusia lalim itu. Dan bandit tetaplah bandit tak mungkin jadi kyai! Anehnya, Para bandit di negerimu bukan hanya mengambil harta para tentangganya yang miskin. Namun, juga membunuh dengan menyiksa. Para bandit abangan itu yang kemudian memakai jubah kekuasan berbaur dengan penguasa pandir perlahan memeras keringat hak rakyatnya dengan cara korupsi berjamaah. Mental budak mereka pun ikut melunturkan rasa kemanusiaannya. Dan sebagian dari uang itu tak jarang dihabiskan di meja judi, tepar ditengah selangkangan wanita jalang atau diam-diam membangun kerajaan bisnis dengan uang haram itu. Aku dan kamu memang dua sejoli. Aku merampok, kamu merompak. Dan kita pun tak ada etika sebab mencuri adalah seni kelihaian. Protes rasa kemanusiaan yang membuat sejenak kita berhenti. Meski haram kita bicara etika. Sebiadab apa pun ulah kita. Tak pernah sedikit pun kita bersekongkol-kongkol untuk mengajak

171

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

orang untuk berada dalam barisan. Ditengah keharaman pembicaraanku berbicara moralitas. Hanya rasa kemanusiaanlah yang menjadi kitab penuntunku. Sialnya, moralitas di surgamu hanya dinilai dengan rapuhnya rasa keadilan. Hingga aku merasa cukup aneh, mengapa surgamu begitu rapuh. Sejatinya, kita sama-sama maling bro! Semalam. Saat aku sedang menonton berita di TV. Aku melihat pemimpin surgamu begitu tanggap dengan hal-hal yang menyangkut dirinya sendiri. Nampak dengan sangat jelas bahwa ia sangat mementingkan golongan dan kepentinganya. Ia merasa geram akibat nyanyian kadernya sendiri yang malah dianggap sebagai fitnah dan kebohongan. Bagaimana mungkin seorang ketua Pembina malah di pecundangi oleh kadernya sendiri. Aku pikir hal itu hanya bisa terjadi di dunia bandit. Tapi, juga terjadi di surgamu bro! Politik di negeri ini menyimpang dari akal sehat dan kepatutannya.. begitulah ucapannya tadi malam. Hah!, gokil bro. Bandit abangan itu juga menceritakan kalau pemimpin surgamu menang telak dalam proses pemilihan. Heran! Mengapa pemimpinmu malah curhat atas kepentinganya sendiri. Namun, jarang muncul saat ada penyiksaan dan pemenggalan kepala pahlawan devisanya, penjualan asset surgamu, mahalnya pendidikan surgamu dan sederet masalah krusial lainnya. Oya, aku juga mendengar bahwa pemimpinmu lihai membuat lagu dan

172

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

ber-album. Saranku, nyanyikan saja untuk menghibur penghuni surgamu yang miskin. Ha! Barangkali, suratku ini merupakan bentuk ketidaktahuanku. Namun, hal ini juga merupakan bentuk kepeduliannku terhadap surgamu. Surga tak bisa dibangun diatas pertentangan hati masyarakat. Begitulah pesan salah satu orang shaleh yang bernama Ali Syariati yang kita temui beberapa puluh tahun yang lalu. Aku mengakhiri surat ini dan berharap kamu bisa membalasnya dilain lain. Salam bandit progresif! Datang dan pergi semuanya.

2
Balasan Dear Raja Bandit Aku telah menerima suratmu yang kamu kirim. Iya, Sekarang aku sudah berada di benua Atlantis. Benua yang menjadi buruanku sedari dulu. Dan sekarang bukan atlantis, namanya Indonesia. Setelah aku sampai dinegeri ini ternyata negeri ini sudah dijajah 3.5 abad. Bisa kamu bayangkan lamanya negera ini dijajah. Dan hasilnya sekarangnya hanya bentengan rel kereta yang tak

173

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

terpakai, karat dimakan tanah. Begitu juga dengan paprik gula yang masih berdiri angkuh selain beberapa artefak lainnya. Namun, aku tidak mau menceritakan masa lalu negeri ini, wahai sahabatku raja bandit. Kesuburan tanah, adanya 2 musim, masyarakatnya yang plural dengan ragam budaya menjadi anugerah yang tak bisa dihindari. Jika pun ada yang tidak mau bersyukur barang kali ia sudah kufur nikmat. Hebat kan, aku bisa menceramahimu. He Sayang, perlahan penguasa di negeri ini mulai mangkir dari garis amanah konstitusinya. Korupsi merebak dimana-mana, kemiskinan hanya diukur dengan deret hitung, kesejahteraan hanya berada diujung lidah para pembual, kekayaan alamnya diperkosa dengan sangat gila oleh para penyamun, asset strategis pun menjadi milik asing bahkan bisa berkuasa sampai 100 tahun. Semuanya, berlomba menyamun dengan cara lihai dan licin. Hingga kau tak jarang menemui segelintir bandit abangan ditempatmu. Ini bukan dongeng bro!. inilah panggung para pembual dan penjilat. Awalnya, aku ingin meraup seluruh harta yang dimiliki di negeri ini. Namun, mengapa rasanya sebagai bajak laut aku malah kehilangan tenaga merompakku pun ikut memudar. Barangkali sifat kemalaikatan manusiawiku meluncur dengan sempurna kedalam diri. Ini bermula saat aku sedang duduk minum kopi di salah satu Warung Kopi. Ada seorang pemuda yang menghampiriku dan ia mengatakan bahwa dia merupakan penyair muda. Dan saat ini ia sedang mengalami kegalauan melihat negerinya yang meng-uzur. Dialah orang yang memberikan buku padamu ; A.S Pattyradja. Aku sudah bertemu dengan anak muda itu.

174

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

Saat ini, ia sudah pulang kampung. Sepertinya ia mau membangun gerakan protes dari kampungnya. Anak muda itu mampu menyihir beberapa orang hingga mereka pun belajar menelanjangi kebobrokan kaum penguasa yang penuh topeng kebohongan. Ia membacara puisi ini dengan lantang di warung kopi itu.
(sebuah cerita dari Repuplik Iblis) Sapi menjadi majikan Domba dijunjung Keledai dianggap pemimpin Tikus dijatah Anjing disantuni Kadal disogok Musang disembah Ular menjadi raja (ini kisah nyata) Di repupilik iblis Penghuni negeri adalah sederetan angka-angka Hitungan-hitungan, rugi dan laba Rakyat; bernilai ekonomis Nyawanya merk dagang asset negara! Signifikan bagi kelangsungan denyut nadi Pasar saru Di repuplik iblis Yang berhak memperkosa satu sama lain Hanyalah juragan global Ciri kulturnya sederhana; Genit dan biasanya telanjang Kalau lagi parade kebugilan Ekonomi politik (ini kisah nyata)

175

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

Puisinya dalam dan menusuk. Dan barangkali ia menjadi santapan bedil jika terlalu sering protes. Sayang, dia bukan tipikal orang yang mudah lunglai. Ia mengatakan padaku akan terus mengumandangkan protesnya dimana saja. Itu pesannya. Bro! Persoalan di negeri ini seakan menjadi sesuatu yang sangat unik diperbincangkan. Anehnya, tiap minggu berita berganti topk dan sialnya lagi ini bukan sebuah prestasi melainkan aib para pejabat yang tak malu-malu lagi menelanjangi kewibawaannya dihadapan rakyat. Hampir tak ada masa depan. Aneh, lucu dan bahkan menjijikkan. Perlu kamu ketahui bro!. Penyebutan maling di negeri ini lebih suka dengan akrab Koruptor, bukan bandit, maling, penyamun, bajingan tak begitu terkenal di negeri ini. Dan tak jarang mereka yang menjadi koruptor malah tak begitu malu bahwa ia telah mencuri. Cuek, santai atau bahkan tak mau mengaku meski bukti tak bisa dibantah. Mencuri malah menjadi sesuatu yang biasa saja kita dengar dan kita lihat di negeri ini. Kebiasaan bro! Tahu gak bro! hiburan orang miskin disini ini apa? Orang miskin hanya menjadi bahan komoditas lelucon saat ada kepentingan yang membutuhkan dukungan. Nah, disinilah para pembual janji hadir berlagak malaikat penebar rejeki. Barangkali inilah hiburan untuk orang miskin. Pertama, sabar. Inilah kata ampuh yang terus di kumandangkan. Seakan miskin menjadi takdir yang harus dijalankan dan berpahala. bukan karena ada sistem yang sengaja yang malah memiskinkannya. Biasanya para penceramah seleb yang mengambil peran untuk

176

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

mensosialisasikan propaganda ini. penceramah yang hadir dari ajang cara pencarian bakat dan penentuannya malah ditentukan dengan banyaknya SMS dukungan. Bukan dari aspek keilmuan. Disinilah, peran retorika dan pasar bermain cantik dan berjubah. Dan tentunya Agamis Bro! Kedua, tontonan program TV. Saat ini tontonan yang sangat laris dagelan pelajaran agama dengan melawak dan minim konten. Bagaimana mungkin seorang pemainnya (actor/aktris) berkata dengan ragam muatan ajaran agama. Dan dalam dunia nyata malah menjadi dia sendiri yang melanggarnya. Agama seakan dipoles begitu apik untuk menjual orang yang sedang laris di pasar. Meski, harus bertentangan dengan alam realitasnya. Tontonan seakan jauh dari tuntunan yang melahirkan kesadaran. Kesadaran yang mampu melahirkan perubahan. Baik diri dan masyarakat. Dan orang miskin biasanya suka dengan acara dagelan ini. Semua hanya lipstik, termasuk agamanya bro! Ketiga, bantuan semu. Barangkali, ini hanya terjadi jika ada pihak yang malah menjadi pemancing di air keruh. Orang miskin hanya menjadi objek dari sebuah projek pengentasan kemiskinan. Biasanya melalui survey pesanan. Hasil dari survey inilah yang kemudian menjadi alat pengesah bagi mereka yang ingin mencari keuntungan dari orang miskin. hiburannya, orang miskin mendapat kaus kampanye dan joget dang dut massal. Inilah larangan untuk orang miskin bro! PEMULUNG DILARANG MASUK KAMPUNG NGAMEN GRATIS! MAAF TIDAK MENERIMA PASIEN JAMKESMAS

177

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

TELAT BAYAR REGESTRASI KULIAH KENA DENDA TIDAK MENERIMA PERMOHONAN SUMBANGAN DALAM BENTUK APA PUN. DILARANG TIDUR DIEMPERAN NAIK GRATIS TURUN BAYAR

Bro! di negeri ini orang miskin sulit mendapatkan ruang. Bahkan menjadi spesies yang patut dijauhi dalam lingkaran masyarakat dan negara. Barangkali, karena aturan negeri ini yang keliru, dimana orang miskin akan dipelihara oleh negara. Dan sialnya, akibat pemeliharaan ini, orang miskin menjadi alat untuk membual bagi para bandir abangan. Dan larangan bagi orang miskin diatas itu hanya segelintirnya saja. Akhirnya, Keberadaanku di negeri ini hanya ingin duduk bersama orang yang deman protes kebohongan sistemik dan melawan kilah para bandit abangan. Setidaknya ini pengalamanku menjadi orang baik. Sebab bagi sebagian orang menjadi orang baik di negeri ini konyol. Tapi aku sangat percaya bahwa pasti ada banyak orang baik di negeri ini, meski masih tertutupi oleh kemunafikan sesaat. Aku berharap kita bertemu kembali dan ada orang yang bisa membalas surat lain untukmu. Untuk menceritakan masalah negeri ini lain tempat dan lain hari. Salam sahabatmu, Kapten Bajak Lautdemocravo.

178

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

CONG!
4 bulan sudah berlalu. Sekarang aku sedang runtuh dan tak berdaya ditengah keadaan nasib yang tak mujur. Ya, menjadi bagian beban negara yang kian sibuk ini. Aku menganggur cong!. Inilah salah penyakit yang dialami oleh sebagian sarjana tak beruntung di negeri inibarangkali, akulah salah satunya. Kenyataan memang kadang tak menyenangkan cong!. Tapi, inilah hidup. Harus dihadapi dengan berbagai bentuknyasuka atau tidak suka. Harus menerima. Apakah kamu bodoh? Sabar dulu cong!. Jangan terlalu cepat kamu menghukumku dengan palu hakim kata bodoh itu. Aku lulus dengan IPK 4.47 dan pernah namaku menjadi salah peraih Beasiswa Berprestasi DIKPERTAIS 2009. Kalau tak percaya silahkan kau searching di Google. Pasti bola matamu akan terbelalak sebab namaku akan masuk di pengumuman beasiswa itu sederet dengan mahasiswa Mesir. Begini ceritanya, sebelum aku lulus memang sudah diminta bekerja disalah satu Bank di kota ini. Namun, aku menolak sebab saat yang bersamaan aku sedang menjadi ketua BEM dan Bidang Kader Ikatan. Dan tepat beberapa hari setelah aku wisudaaku diajak bekerja dengan saudaraku di Surabaya. Aku kembali menolak karena aku menjadi ketua Umum DPD Ikatan di kota ini. Entah mengapa kota ini begitu menarik. Aku sendiri tidak tahu.

179

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

Aku menjelaskan keinginanku pada keluarga untuk maju menjadi ketua itu butuh 1 tahun cong!. Dari silsilah keluargaku mulai dari orang tua, kakek, buyut dan sampai Nabi Adam tak penah mengenal apa itu Muhammadiyah. Organisasi yang sudah berusia 1 abad ini cong!. Tak ada yang istimewa bagi keluargaku Muhammadiyah, tidak lebih hanya sekumpulan orang yang sudah debat. Tapi, tidak untukku. Sebab dari sinilah jalan pikiranku bisa berjalan. Sedari kecil pikiranku terkukung oleh doktrin Kyai yang sebenarnya tak lebih Kyai keturunan orang tuanyabukan karena ia seorang yang berpendidikan. Apa yang terjadi setelah mengambil keputusan? Sabar cong!. Tak semuanya apa yang kita inginkan harus terpenuhi di dunia ini. Meski keluargaku membolehkan untuk mencalonkan menjadi ketua DPD Ikatan. Tapi aku malah kalah di kursi konvensi ditingkat cabang. Tak pelak 4 sahabatku yang selama ini menemani sedikit kecewamerekalah yang selalu memberikan nyawa pencarianku tentang sesuatu selama ini tak pernah ku ketahui. Kaum pemilih itu hanya melihat semangka dari luarnya saja. Tahukah kau cong! aku ribut pandangan politik dengan sebagian seniorku. Penumpang gelap dari masa lalu yang mencari pengenang sejarah yang kelam. Dan hasilnya calon yang diusung dari cabangku kalah. Padahal, aku dan sahabatku sudah menyarankan untuk mengadakan koalisi realistis. Namun usulku hanya sampai pada tahap dipertimbangkan bukan keputusan. Mereka sebenarnya sadar secara kalkulasi suarakalah dari awal. Alasan bertahan mereka sederhana bertahan dan solid

180

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

sampai akhir biar kalah. Agh.. mana ada politik mati bersama. Aku palingkan sebagian pemilik suara dari cabangku pada orang yang jelas pandangannya-hasilnya imbang (17:17). Inilah invisible hand cong! Berlalunya waktu, aku malah diangkat menjadi Sekjend. Jabatan yang tak pernah aku harapkansedari awal aku tak pernah membicara masalah posisi jabatan selain ketua. Singkat kata, aku dianggap bukan representasi kader Ikatan dari cabangku sendiri dan itu dengan surat tertulis. Gemuruh rasanya dadakusekarang surat itu masih ada ditanganku. Kecewanya lagi, aku malah dianggap penghianat? Tenang saja cong! aku tak pernah membalas perlakukan organisatoris mereka sampai mereka lengsermeski mereka bilang aku penghianat didepan kaderku sendiri. pada akhirnya sejarah menulis sendiri. Lantas kaitannya dengan menganggur? Dalam sistem organisasi ikatan pengurus yang ada di DPD 2 tahun. Jelas ini cukup memberatkan bagi mereka yang tak berpenghasilan tetap sepertiku. Padahal aku sudah lulus 1 tahun yang lalusemenjak aku wisuda juni 2010 uang bulananku sudah raib dari tangan orang tuaku. Meski aku yang memintanya. Ini pilihan menantang cong! Kala itu, Aku sempat bekerja di lembaga filantropi milik Muhammadiyah selama 6 bulan. Kemudian menjadi Dosen tamu untuk mata kuliah filantropi di kampusku meski SK mengajarnya bukan atas namaku melainkan atas nama Direktur lembaga Filantropi itu. Tapi dari sinilah aku bisa menggapai cita-citaku menjadi dosen. Sesuatu yang

181

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

idamkan sejak semester satudosen sementara waktu. Mirip orang sakit gigi. Dan suatu saat nanti aku akan kembali menjadi Dosen dan mengajak mahasiswaku untuk tak usah pusing dengan absen, rajin organisasi, berkarya dan tentunya berdemo. Tak peduli aku dianggap bukan representasi dari mana pun. Inilah rencara plan B yang sudah aku rancang. Terselib rapi dalam dompetkukalau copet mencurinya, barangkali copet tak takut untuk bermimpi. Dan sejatinya guru itu mendidik bukan cuma mengajar! Dan saat ini ketika semua berakhir. Aku hanya menatap langit. Mengintip senja yang menjadi api. Menyapu hujan yang menjadi racun. Lumpur menjadi roti. Dari balik pintu istana beruk menjadi Presiden. Tulah kaum menganggur tak lagi mempanstress tak bekerja. Si beruk repot mengurus tikusnya yang berjudi. Kasihan beruk! Cong! pengangguran terbuka negeri ini banyak yang sudah sarjana. Bukan karena bodoh, malas, gengsi atau bahkan tertidur. Mereka hanya minim akses untuk mengembangkan diri. Selama ini pelajaran yang ada didalam kelas hanya bagaimana cara memahami grafik, menghitung angka dan memahami rumus. Jadi wajar saja kalau sekarang hampir sebagian besar kampus menerapkan jiwa kewirausahaan bagi mahasiswanya. Dan tak jarang masuk kurikulum. Setidaknya ini pemanis ditengah beban biaya kuliah yang gila ini, Cong!. Jangan kamu tanya kemana saja penguasa di negeri ini. Sebab untuk mengharapkan kebahagiaan dan masa depan tehadap mereka sebaiknya urungkan saja niatmu itumereka sibuk dengan kebahagiaan dan masa depan

182

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

mereka sendiri. sudahlah, mari kita bangun sendiri masa depan kita. Oh ya, aku ada lagu yang bagus untuk kita nyanyikan bersama. JudulnyaMengejar matahari. Putar sediri dalam playlist lagu itu, didalam handphone dan notebookmu Gimana, setelah kamu meresapi lirik dan dentuman musiknya. Aku yakin ada sesuatu yang akan masuk kedalam hatimu. Seperti ada semangat yang menggelora. Biarkan dia masuk secara perlahan dan tak usah kamu halangi. Nanti ada banyak makna yang kamu pahami. Jangan biarkan mimpimu terpasung dengan godaan sesaat. Jalan kita masih panjang. Barangkali penciptanya ketika menciptakan lagu ini bertapa lebih dahulu.He! Apa target hidupmu kedepan, selain menjadi pendidik yang mengajarkan caranya melawan? Beberapa waktu yang lalu aku bertemu dengan seniorku, namanya Samani Afif. Dialah satu senior yang cukup aku kagumi. Baginya apa pun yang kita lakukan sekarang ini seperti membuat bendungan besar membutuhkan tenaga dan pikiran yang besar pula. Namun, setelah bendungan itu sudah jadi. Maka air akan masuk dengan melimpah dan bisa menghidupkan banyak kehidupan disekitarnya. Ya, saat ini kita sedang membuat bendungan masa depan dan kita tak pernah ada yang tahu apa yang akan terjadi kedepanhidup memang penuh kejutan yang tak pernah bisa prediksi.

183

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

Mari kita bekerja dengan tenaga kita sendiri tak usah mengendus pada sesuatu yang malah menurunkan derajat kita di mata Tuhan. Jalan Tuhan memang selalu indah. Walau kita harus mengeluarkan tenaga dan pikiran yang tak biasasabar dan shalat itulah pegangan kita kdepan. Hanya pada Tuhan kita berharap dan meminta. Masa depanmu bukan orang lain yang menentukan melaikan kamu sendiri. Mengganggur sejenak hanya jalan untuk bisa berfikir dan bersyukur atas nikmat yang diberikan Tuhan selama ini. Kritis terhadap pemerintah dan kehidupan berbeda dengan membencinya. Kita hanya mengingatkan saat khilaf dan salah menghinggap. Tahukah kau cong! Untuk menghilangkan penyakit menganggur aku terjatuh di gerobak gorengan. Saban hari aku mendulang emas disana. Sekedar mencari sesuap nasikuliah S2 sudah menanti. Pemerintah kian sibuk dengan dapurnyakita tak boleh kalah sibuk dengannya. Menganggur oh menganggur. Go to hell!

184

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

SURAT CINTA

1
Lazuardi biru memerah yang mengantarku datang padamu. Hembusan angin sore yang membawaku menghampirmu. Aku tidak tahu keadaanmu saat ini yang pergi meninggalkanku tanpa kabar dan sepucuk pesan. Sore ini, 2 Juni 2007. Aku yakin kamu sedang duduk di warung gubuk sebelah hamparan pasir pantai Parangtritis untuk menghabiskan senja. Senja yang memelukmu tanpa perasaan. Merayumu mesra hingga pipimu memerah. Aku dan kamu menyukai pantai kebiasaan yang sering kita lakukan dahulu. Awalnya, aku ragu untuk menitipkan surat ini pada hamparan pasir yang membentang luas. Sebab aku tahu ombak akan menyapunya tanpa belas kasih. Aku tak bisa menyalahkan ombak sebab aku tahu ia hanya mengerjakan tugasnya untuk menjaga keseimbangan alam. Batu karang halus yang menjadi tempat favoritmu menikmati senja masih seperti dahulu. Tak ada yang berubah. Barangkali, ia selalu menantikan kedatanganmu. Sebab, ia paham sudah sekitar 19 bulan engkau menghampirinya. Namun, bukan itu yang ingin aku

185

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

sampaikan dalam suratku ini. Aku hanya ingin menyampaikan sesuatu yang selama ini engkau tidak ketahui. Sesuatu yang menghabiskan tenaga dan pikiranku untuk memikirkanmu. Semoga kamu tak bosan membaca surat ini sampai akhir Pernahkah kita bertanya pada dunia mengenai perputarannya yang tak pernah kita sadari. Ataukah kita sendiri yang tak pernah mau peduli. Jika dunia ini berputar sesuai dengan fitrah yang di tentukan Tuhan, masih pernahkah kita mau menggugat? ataukah memang kita sendiri tidak mampu dan acuh terhadapnya. Sayang, memang tidak banyak orang yang berani bertanya hanya karena takut salah. Tenyata, tidak pada Cinta. Ia selalu menjadi pertanyaan besar yang menyangga diujung rasa penasaran manusia. Mengapa Tuhan menganugerahkan cinta pada mahluk yang diciptakannya, padahal Dia sendiri adalah Maha penyayang. Jika memang cinta adalah anugerah kenapa dia (cinta) harus dipersalahkan. Siapakah yang benar Tuhan apa manusia? Aku tahu kamu tidak akan pernah mencari kambing hitam terhadap cinta. Aku hanya ingin bercerita mengenai beberapa hal yang sebenarnya aku sendiri tidak mengetahuinya. Bercerita dan bertanya mengenai anugerah cinta sebab aku sadar, aku hanyalah manusia yang penuh dengan keterbatasan. Aku ingin jujur atas anugerah itu sehingga tak ada yang harus aku persalahkan. Sepanjang yang aku ketahui bahwa kejujuran mempunyai posisi penting dalam setiap dimensi

186

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

kehidupan manusia. Kejujuranku ini berangkat dari sebuah perasaan yang sudah tak mampu aku pendam sendiri. Sampai detik ini, sehingga aku harus menuangkan semuanya ini padamu. Aku tidak tahu darimana perasaan itu datang, berkembang dan akhirnya membuahkan tulisan ini. Aku hanya mengingat itu bermula sejak 2 tahun yang lalu, mungkin saja kamu sudah lupa. Dimasa-masa itu aku sudah mencoba untuk membunuh perasaan lebih ini karena aku menyadari suatu saat akan membuahkan sesuatu yang sangat sesak untuk aku ucapkan. Aku mencintaimu, Aleena. Aku tahu tak gampang menggoyahkan pohon cinta dalam hatimu. Meski hanya untuk menggugurkan daun cintamu yang mengering. Aku tak boleh memaksa. Aku menunggu gugurnya sang daun meski aku sendiri tidak tahu kapan datangnya musim semi. Namun, sekarang menurutku harus aku akhiri penantianku yang sudah mulai lelah memendam sendiri perasaan ini. Aku sudah mulai sakit akibat terjangan angin ketidakjelasan dan kebohongan. Aku tak mau memaksakan perasaanku, sebab aku hanya ingin mengetuk apakah masih ada celah di hatimu untukku menempatkan diri. Jika memang sudah tidak ada. Janganlah engkau paksakan. Sesuatu yang memaksa hanya akan berakhir pada rasa iba. Aku menjauhi hal ini. Dan agama melarang hal itu. Cinta bukanlah rasa iba melainkan sesuatu yang membawa manusia pada tujuan hidup. Aku hanya ingin mencintaimu dengan caraku sendiri, Aleena.

187

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

Aku hanya manusia yang belajar merangkak untuk mengejar perbaikan diri. Aku tak mengganggapmu sebagai pilihan karena aku mencintaimu. Aku hanya ingin meraih tanganmu, menggenggam dan membawamu pada sebuah gerbang yang nantinya membawa kita pada sebuah mimpi dan tujuan hidup. Meski saat ini aku hanya ingin menyakinkan hatimu. Sekali lagi, aku mencintaimu Aleena. Sekarang aku serahkan semua perasaan selama 2 tahun ini. Untuk engkau kembalikan dalam bentuk apa pun. Jujurlah pada dirimu sendiri. ikuti kata hatimu. Sebagai sebuah karunia, bukankah cinta itu membebaskan bukan membebani.
Setiap hati mempunyai kodrat tersendiri. Setiap hati punya arah istimewa. Setiap hati punya tempat untuk menyepi. Disitulah tempat istirahat guna mencari pelipur dan hiburan. Setiap hati mendambakan hati yang lain yang dapat bersatu guna menikmati berkah kehidupan dan ketentraman atau melupakan kepedihan hidup dan penderitaan

Aku menunggu balasan suratmu di warung gubuk batu karang ini. Sengaja aku ingin mengakhiri surat ini dengan pesan Gibran. Tokoh yang sering kita diskusikan dahulu. Tokoh idola kita berdua meski kadang engkau marah karena aku lebih suka membaca biografi Che Guevara. Salam, yang mencintaimu, Daffa

188

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

2
Saya telah menerima suratmu, Daffa. Saya sangat terkesan membaca tiap bait tulisan surat yang kamu tinggalkan kemarin. Saya tahu kamu membuatnya bukan dengan tergesa-gesa. Melainkan mencoba memberikan makna dan harapan dalam tiap rangakaian kata. Dan kamu menyusunnya secara apik. Perlahan secara pasti, gaya tulisanmu ada sedikit perbaikan dari sebelumnya yang cenderung membakar dan provokatif. Sungguh saya sangat terkesan menerima surat dengan ketulusan hatimu. Meski saya sendiri masih belum bisa mengartikan mengapa kamu datang secara tiba-tiba dengan membawa suara hati. Kamu masih ingat tempat kita menghabiskan waktu untuk sekedar membincangkan masalah harapan, mimpi dan segala sesuatu yang kadang bagi sebagian orang dianggap tidak penting. Batu karang yang sering saya duduki sampai saat ini masih ada. Meski sudah menipis akibat terjangan ombak. Ombak membawanya pulang. Sebelumnya maaf, jika saya pergi tanpa kabar dan sepucuk pesan. Saya hanya ingin menenangkan diri dari masalah yang saya hadapi. Saya ingin sedikit lebih dewasa menghadapi masalah tanpa melibatkan orang lain. Dan saya hanya ingin kamu bisa memahami kondisi ini. Sebab saya yakin bisa menyelesaikan masalah itu dengan baik.

189

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

Seperti yang kamu katakan dahulu. Masalah bukan dijauhi atau dihindari. Melainkan dihadapi dengan gagah sebelum datangnya masalah baru yang mengintip. Kamu pun tahu, saya bukan tipikal orang yang gampang menyerah. Saya hanya ingin belajar menghadapi hidup secara mandiri. Saya sependapat bahwa cinta merupakan anugerah yang harus di syukuri. Bukankah alat ukur ketaqwa-an merupakan rasa syukur. Saya yakin kamu bukanlah orang yang begitu gegabah memaknai cinta secara sempit dan mengecilkannya. Pengecilan cinta sama saja mengecilkan jiwa yang dicintainya. Dulu, begitu sering kamu mengutip surat Che Guevara yang dituliskan pada Chichina. Meski dalam sedikit hal saya tak begitu suka dengan tokoh idolamu itu.
Aku tahu aku sangat mencintaimu dan sangat mencintaimu, tetapi aku tidak bisa mengorbankan kebebasanku untukmu. Ini berarti mengorbankan diriku. Dan aku adalah hal paling penting di dunia ini. seperti yang pernah aku katakan padamu dahulu..

Begitulah, kira-kira surat Che. Nampaknya, ia mempunyai konsep yang sangat berbeda dalam memaknai cinta, pacar-an atau sebuah hubungan. Pacar tak lebih hanya sebuah penghalang jika pada akhirnya meniadakan kebebasan diri untuk berbuat lebih baikrevolusiner dalam bahasamu. Saya tahu kamu tak mau terjebak dalam kubangan simbol dan pengecilan cinta menjadi pacar-an. Simbol cinta yang biasanya dilakukan oleh kita saat cinta monyet. Dan saat ini, saya ingin mengatakan padamu bahwa saya

190

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

ingin menjadi bagian orang penting di dunia ini seperti yang dilakukan Che Guevaratokoh idolamu. Saya sudah membaca buku Jorge Castaneda Hidup, Cinta dan Kematian Che Guevara (2004). Dalam buku disebutkan bahwa seandainya taqdir dan cinta berseberangan maka taqdir-lah yang harus dimenangkan. Sebab cinta akan memudar jika sudah berhenti pada penghinaan dan pelepasan. Saya ingin memposisikan cinta itu lebih tinggi. Menghormatinya secara mulia sebagai anugerah Tuhan. Adam dan Hawa diturunkan ke Bumi karena Tuhan telah mentaqdirkan mereka menjadi khalifah. Kamu pun tahu mengapa mereka berdua dikeluarkan dari surga. Ya!, karena Adam mencintai Hawa dan ia pun mDaffagar ketentuan Tuhan. Akhirnya, taqdir-lah yang harus di menangkan. Sementara ini, posisi taqdir-lah yang saat ini ingin saya jalankan. Taqdir yang bukan menyerahkan segalanya kepada Tuhan tanpa usaha. Jauh hari, Tuhan sudah mentitahkan pada semua hambanya bahwa Tuhan tidak akan merubah sesuatu sebelum sang hamba-lah yang harus merubahnya. Ya, usaha untuk melakukan hal terpenting bagi dunia. Dengan sekecil apapun. Cinta sebagai anugerah seakan menjadi misteri yang masih melingkari dalam hati saya yang terdalam. Sebagai teman diskusi yang baik, bersediakah kamu jelaskan 3 pertanyaan ini. Agar cinta itu tak hanya berada dalam pusaran misteri yang tak bisa saya mengerti.

191

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

Pertama, apa yang menyebabkan kamu datang kepada saya. Apakah ini obsesi diri ataukah jalan Tuhan untuk mempertemukan kita dan petunjuk terang menemui-Nya di hari yang istimewa itu? Kedua, bisakah kamu jelaskan soal kualitas cinta. Jika cinta bukan jumlah yang berujung pada keterbatasan alat ukur. Apakah kualitas cinta inilah yang ingin kamu tawarkan untuk memberikan pandangan baru? Ketiga, cinta dan kualitas diri. Dalam beberapa pertemuan diskusi kadang kamu menjelaskan bahwa cinta memberikan banyak pengaruh dalam kehidupan. Bisakah kamu jelaskan kembali sebab saya masih belum menangkap banyak pesan dari diskusi itu? Saya tidak mengisyaratkan cintamu untuk saya. Namun, itulah pertanyaan yang masih menggantung dalam pikiran saya. Saya tak mau memaksamu untuk menjawab pertanyaan diatas hingga menjadi beban perasaan yang tak berkesudahan. Saya hanya ingin memantapkan hati atas pertanyaan itu. Bukankah menurutmu cinta bukanlah rasa iba. Saya ingin menghormatimu dengan kekuatan cintamu. Menghargai bentuk usahamu sebagai arah proses yang menyenangkan cintamu. Sampai saat ini, saya masih belum bisa memberikan perasaan yang lebih terhadap apa yang kamu harapkan. Memberikan jawaban [iya dan tidak] tanpa rasa yang bisa membahagiakan jiwa yang mulai mengering ini. Jika

192

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

jawaban itu yang kamu harapkan. Bukankah itu tak lebih bentuk dari pengakuan cinta yang kering tanpa makna. Saya ingin mencintaimu dengan tetesan usaha yang mencoba menghidupkan tumbuhan kebaikan dalam jiwa untuk bisa dijaga, dirawat dan dipupuk untuk membuatnya besar. Hingga pada akhirnya dua hati menjadi buah manuggal. Yang hidup dan bermanfaat. Barangkali, sebagian orang akan mengatakan bahwa jawaban saya ini merupakan jawaban abstrak dan meluas. Saya berharap kamu bisa memahami apa yang saya tulis ini. Sebab sedari dulu kita saling mengenal dengan ragam pertanyaan yang kian tak dimengerti. Sejatinya, kehidupan tak ubahnya teka-teki yang harus dipecahkan dengan usaha yang kering rasa menyerah. Saya ingin melihat usahamu untuk menyakinkan saya hingga bukan lagi sekedar pilihan. Cinta bukan pilihan bukan? Daffa. Kamulah salah seorang terbaik yang saya kenal.. Masih tergambar jelas dalam pikiran saya. Waktu kita berebut channel televisi dengan pecinta sinetron diwarung Burjo. Hanya untuk melihat klip JET Look What Youve Done. Saya tidak tahu apakah kamu masih ingat dengan kejadian itu. Oh, look what you've done/You've made a fool of everyone/Oh well, it seems likes such fun/Until you lose what you had won. Itulah salah satu bait lagu diatas yang kamu bisikkan di daun telinga. Entah, apakah kamu menyindir dengan bait lagu itu hanya untuk mengingatkan orang sebelah kita yang keheranan dengan tingkah laku kita yang anehItulah lagu favorit kita berdua.

193

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

Ada banyak hal yang telah kita lalui bersama. Untuk sekedar bertanya tentang apa yang tidak kita ketahui. Ketidaktahuan kita bukan rasa bodoh yang mengecap didahi. tak ada orang bodoh yang ada hanya orang malas itulah kata-katamu yang masih menempel dalam alam pikiran. Katidaktahuan inilah yang mengantarkan kita pada pantai Parangtritis menikmati senja bukan untuk mencari jawaban melainkan mencari pertanyaan baru. Mengenalkan kita pada batu karang langka yang menanti kedatangan saya tiap tangal 2 junidan tanggal 5 juni. Pada akhirnya, berbuat yang berbeda dengan orang lain bukan kebodohan. Termasuk dalam cinta. Jika kamu mencintai saya dengan cara yang biasa. Cintamu hanya cinta biasa. Saya pun tak suka sesuatu yang biasa-biasa saja. Menuntut lebih dari apa yang tidak kita ketahui bukan kesalahan, bukan? Saat kamu membaca surat ini mungkin saja saya sudah berangkat ke Kyoto. Sebab usai menitipkan surat pada ini penjaga warung gubuk, saya harus berangkat. Kamulah yang mengajarkan bahwa dunia bukan hanya sekedar latakan cangkir kopi. Tempat singgah para mulut menghirup kopi. Impian bukan sekedar dalam mulut melainkan harus jalankan. Saya berharap kamu bisa membalas surat ini meski tak harus dititipkan diwarung gubuk ata diletakkan diatas batu karangSaya takut putri duyung mengambilnya. He! Suatu hari nanti, saya berharap kita bisa kembali menikmati senja di Parangtritis dan berbincang kembali denganmu untuk mendiskusikan sesuatu yang pada akhirnya menimbulkan pertanyaan baru. Pertanyaan yang

194

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

mempertemukan kita, pertanyaan pula yang membuat kita terpisah oleh jarak. Katamu, jangan takut untuk bertanya. Salam hangat, yang dicintaimu. Aleena

3
Untuk Aleena yang baik, Terima kasih kamu telah membaca suratku. Menerima surat balasan darimu, aku sangat bahagia. Paling tidak, aku bisa mengetahui kabar dan keadaanmu setelah lama tidak bertemu. Semoga Tuhan tetap selalu menjagamu dengan ragam kebaikannya. Dan masalah yang sedang kamu hadapi bisa menemukan muara penyelesaian terbaik. Aku terasa ringkih untuk menulis surat ini. Barangkali, efek dari surat yang aku kirimkan kemarin. Ya!, aku brgitu ringkih. Hingga tak tahu apa yang harus aku tulis. Nampaknya, virus cinta yang tak biasa ini tak mampu aku hindari. Namun, sudahlah tak perlu kembali membahasnya sebab kamu mengerti apa yang aku maksud. Pertanyaanmu seperti sebuah rangkaian satu sama lain. Tanpa mencurigai pertanyaanmu. Bukankah terkadang pertanyaan hanya untuk mencari persetujuan. Termasuk dari apa yang kita diskusikan dulu. Pada akhirnya aku harus memberikan banyak kutipan yang pernah kita lontarkan. Setidaknya ini menjadi penyemangat dan mengingat diskusi kita. Baiklah aku akan

195

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

mencoba menjawab 3 pertanyaan dari suratmu yang kemarin. Pertama, apa yang menyebabkan kamu datang kepada saya. Apakah ini obsesi diri ataukah jalan Tuhan untuk mempertemukan kita dan petunjuk terang menemui-Nya di hari yang istimewa itu? Untuk menjawab pertanyaan ini, agaknya aku harus menyampaikan secara lebih nyaman kronologis mengapa aku bisa mencintaimu. Aku harap kamu tidak bosan untuk membacanya. Dulu, saat kita bertemu aku memang tak ada perasaan yang lebih dari sekedar teman biasa. Namun, 12 Juni beberapa tahun yang lalu. Saat kamu mengeluh besar padaku tentang sebuah perasaan yang bergejolak. Entah, mengapa aku merasa sangat cemburu. Rasanya setan berkumpul ditelinga dan mengusik relung hati. Kita banyak berbincang. Menghabiskan tengah malam hanya membicarakan cemburu, cinta dan harapan. Kita sama-sama tidak menemukan titik balik mengenai cinta. Semakin banyak kita mengobrol semakin banyak pertanyan dan akhirnya gelisahbegitu seterusnya. Aku berusaha menjadi pendengar yang baik. Sebab kamu sering menangkal solusiku. Seakan kamu masih belum menemukan benang merah dari perasaanmu. kau bakar aku dengan kenyum dan keteduhanmu api cinta tak dapat aku elakkan saat aku berada dalam rumput kebimbangan percikan api cintamu membuat diri sulit berdiri bersimpuh dan menatap pada yang Kuasa

196

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

kau dapat menghidupkan rumput yang mati menghidupkannya dengan harapan semu rumput itu lama menerima takdirnya mengering takdir, yang membuatnya tegar dalam iman engkau api surga mampu menyihir banyak orang untuk mengaguminya meski terbakar. Itulah tulisan yang memeluk dikertas sebelah kasurku. Sebelum mata ini memejam akibat lelah. Pikiranku pun membawaku menemuimu di alam tanpa sadar, kita pun melanjutkan diskusi itu. Aku pun tak mengetahui berapa jam yang sudah kita habiskan. Mimpi, menjadi dunia kedua untukku. Hingga bulan-bulan yang berikutnya kita juga masih membincangkannya. Langkahku untuk datang padamu. Hanya mengikuti apa yang ada dalam hati. Egokah ini? Aku sendiri tidak mengetahuinya. Namun, yang aku pahami bahwa suara hati adalah suara Tuhan. Hati adalah penyeimbang untuk pendengar antara nafsu dan kebahagiaan. Makanya, hati yang mampu menilai kualitas kebahagiaan. Batas rasional nampaknya tak bisa menjelaskannya. Misalnya, dalam menilai kebahagiaan kita tak bisa menyebutkan angka kebahagiaan kita. Tapi hati bisa merasakannya meski secara angka itu nilai minimal secara rasional. Tuhan selalu memberikan sejuta misteri untuk dipecahkan oleh semua hambanya. Hampir tak ada mahluk di dunia ini yang bisa menjelaskan tentang masa depan.

197

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

Tuhan, hanya memberikan tanda dan alarm peringatan. Mendatangimu dengan perasaan cinta merupakan jalan agar aku tak menduakan cintaku terhadap Tuhanku. Membuat Tuhanku cemburu adalah kesalahan terbesar dalam hidup. Meski hal itu tak akan pernah terjadi. Aku hanya ingin mencintamu tanpa melupakan Tuhanku. Ke depan, perjalanan hidup masih panjang. Dan tidak menutup akan ada sesuatu yang serba kebetulan. Syeh Jehan mampu membuatkan Taj mahal untuk istri dicintanya. Begitu juga dengan Pak Habibie yang membuatkan buku terhadap ibu Ainun. Aku hanya mampu membuatkanmu surat ini untukmu. Bentuk dari keberanianku untuk mengungkapkan perasaanku selama ini. Mungkin sebatas itulah kemampuanku. Surat memang mempunyai medan magnet yang kuat hingga Rendra pun menulis puisi yang berjudul Surat Cinta untuk calon istrinya [Sunarti Suwandi] Akhirnya, kembali secara tegas aku katakan padamu aku mencintaimu Aleena. Jika pun Tuhan ingin memberikan jalan, tanpa aku harus tanyakan kembali. Dia sudah menuliskannya di garis tangan sejak aku masih bersemayam di rahim ibuku. Apakah aku untukmu, kamu untukku ataukah kita untuk yang lainaku tak mengetahuinya. Inilah ikhtiar dari perasaanku. Proses dari kejujurankudan godaan cinta kepada Tuhanku. Aku benar-benar tidak mengetahui garis ketetapan Tuhanku. Sungguh. Kedua, bisakah kamu jelaskan soal kualitas cinta. Jika cinta bukan jumlah yang berujung pada keterbatasan alat

198

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

ukur. Apakah kualitas cinta inilah yang ingin kamu tawarkan untuk memberikan pandangan baru. Seperti yang sudah aku sampaikan sebelumnya bahwa kebahagiaan bukan hitungan angka. Cinta hanya akan menjadi dirinya sendiri. Membesarkan orang yang memeliharanya secara benar. Dan membenarkan jika jiwanya mengambang dalam lautan cinta. Tuhan, akan selalu hadir dalam pribadi yang mampu menghidupkan cinta. Karena cinta obat dari segala bentuk permusuhan dan pertikaian anak manusia dalam mengarungi samudera kehidupan. Cintaku padamu, hanya serpihan kecil dari cinta itu sendiri. Kualitas cinta seseorang hanya bisa dinilai dari dentuman hatinya sendiri. Ia mampu memperbaiki kualitas diri hingga ia pun lebih baik dalam mengarungi hidup. Cinta tak ubahnya bentuk lain dari petunjuk. Terkadang, aku gusar. Ketika cinta hanya menjadi topeng kebohongan dari ambisi. Ambisi untuk memiliki tanpa mengerti kakikat kepemilikan. Hingga pada akhirnya cinta menjadi biang kerok dari orang yang putus asaakibat gagal untuk memiliki. Kita menyadari bahwa cinta erat kaitannya dengan sikap romantis. Sedangkan romantis merupakan ruang ekspresi bagi dua orang sejoli yang sedang jatuh cinta. Namun, kita tak pernah setuju bahwa romantis selalu berada dalam jebakan erotis. Meski pada hakikatnya hal itu merupakan fitrah manusia. Naluri erotis inilah yang kemudian kamu ingatkan padaku untuk selalu dijaga. Sebab tabir syariat tak boleh dilanggar sebagai norma yang

199

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

mengikat. Sebagai pengagum berat Kahlil Gibran kamu sering mengingatkan padaku ungkapan ini : As the first glance from the eye of beloved is like a see sown in the human. And the first kiss of her lips ilke the flower upon the branch of the tree of life. So the union of two lovers in the marriage is like the first the fruit of the first flower of that seed Barangkali, kamu sudah memahami sikap dan tindakankudi masa lampau. Meski menyindir. Secara kasat mata kamu-lah guru yang mengajarkanku tentang cinta dua sejoli yang sebenarnya. Diskusi kita adalah ruang kelas yang tetap terpajang papan tanda tanya. Hingga rasanya aku begitu sulit untuk memberikan jawaban atas pertanyaanmu yang kedua ini. Perlu diketahui bahwa cinta itu bisa diusahakan. Bukankah usaha merupakan proses untuk mempunyai cinta yang kualitasnya lebih baik dari sebelumnya. Aku tak mau memberikan janji cinta yang pada akhirnya aku harus menghianatinya. Biarlah cinta menjadi dirinya sendiri. Aku hanya mengikuti dirinya dari belakang sebatas kemampuanku. Ketiga, cinta dan kualitas diri. Dalam beberapa pertemuan diskusi kadang kamu menjelaskan bahwa cinta memberikan banyak pengaruh dalam kehidupan. Bisakah kamu jelaskan kembali sebab saya masih belum menangkap banyak pesan dari diskusi itu. Cinta itu bukan masa lalu melainkan masa depan, Aleena. Ia memberikan harapan baik terhadap manusia yang mengekspesikannya. Seorang sufi untuk mencintai

200

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

Tuhan selalu menghidupkan ritme cinta agar ia bisa mencapai penyatuannya dengan Tuhan. Secara tidak langsung rasa cinta merupakan media untuk menghadap Tuhan. Kekasih yang menjadi penolong menuju kehidupan berikutnya. Setiap orang mempunyai banyak cara untuk mengekpresikan cintanya. Sebuah bentuk perbuatan yang menjelaskan apa yang ia rasakan dan ia pikirkan. Sejauh yang kita ketahui cinta memang membutuhkan ragam ekspresi. Hal ini tak lain sebagai bentuk pembuktian. Perbandingan cinta manusia dengan Tuhan. Dan manusia dengan manusia adalah dua hal yang sangat berbeda. Kecintaan manusia terhadap Tuhan tak boleh dilangkahi jika ia masih menjadi seorang yang beriman. Kecintaan sesama manusia [lawan jenis] hanya sebuah fitrah yang harus dijalani. Sebab Tuhan sudah menjadikannya berpasang-pasangan. Kecintaan sesama manusia inilah yang harus dilandasi cinta yang sesungguhnya terhadap Tuhan. Menjadikan ini sebagai sebuah proses ibadah. Karenanya musti diawali dengan perbuatan baik. Cinta sebagai harapan akan menjadi jalan terang untuk menuju perbuatan baikdan kamu menyebutnya sebagai perubahan.
Untuk menata Dunia, kita harus menata bangsa terlebih dahulu. Untuk menata Bangsa kita harus menata menata keluarga. Untuk menata keluarga, pertama-pertama kita harus menata diri pribadi kita terlebih dahulu. Kita harus meluruskan hati kita sebelum sebelum yang lainnya

Begitulah ungkapan Kong Hu Cu untuk menegaskan bahwa harapan yang besar harus dimulai dari hal yang lebih kecildan itu sangat sejalan dengan ajaran agama kita. Perbuatan kecil yang kadang tak penting malah

201

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

menjadi fondasi untuk meraih hal besar. Hampir tak ada perubahan besar di dunia yang mengabaikan hal kecil. Aku mencoba menggarisbawahi ungkapan Kong Hu Cu diatas meski dengan sedikit memaksa. Kita harus meluruskan hati sebelum yang lainnya. Ya!, hati tempat suci yang ada dalam diri seakan mustahil untuk dibohongi. Dan alasan mengapa aku mencintaimu, aku hanya ingin menyampaikan apa yang ada dalam hati dan pikiranku. Aku ingin menyeimbangkan keduanya. Dan aku sangat bahagia saat ini kamu sudah memahami apa yang pernah diungkapkan Che Guevara. Kualitas cinta dan kualitas diri merupakan dua hal yang saling berkaitan. Semakin baik kualitas cinta seseorang maka dalam posisi yang lain kualitas diri meningkat menuju kebaikan berikutnya. Perlahan pemahaman cinta seseorang akan mencapai titik kulminasi. Dimana ia akan mencapai titik kurva kebaikan yang selanjutnya disaat hatinya sudah mulai menjadi tempat untuk menyampaikan nilai kebaikan. Dan cinta-lah yang berperan dari semua itu. Jika cinta hanya dimaknai sebagai ajang untuk saling mengobral janji dan meluapkan nafsu. Maka cinta, akan kekeringan makna dan menjadi media saling merusak dan permusuhan. Tampaknya, aku dan kamu masih saling belajar untuk tidak mau melukai cinta yang kita anggap sebagai anugerah. Barangkali, itulah jawaban singkatku atas 3 pertanyaanmu. Aku tak mau mengajukan pertanyaan selain jawaban dari ungkapan perasaan dalam surat

202

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

sebelumnya. Semoga diskusi kita mengenai pertanyaan selalu hadir untuk kembali sama-sama saling belajar dan memahami arti hidup yang sesungguhnya. Pekerjaan panjang untuk saling mencari kualias perbaikan diri menjadi hal yang tak bisa di elakkan. Kita juga saling berharap agar tidak menjadi bagian dari manusia yang merugi. Semoga kisah yang kita lalui ini menjadi ruang untuk saling menilai sejauh mana mengekspresikan hidup cinta dan harapan. Semoga hari-harimu di Kyoto menyenangkan :) Salam, Daffa

4
Kyoto, 21 Juni 2009 Saya telah menerima suratmu. Dan Alhamdulillah keadaan saya di Kyoto sehat Wal Afiyat. Meski kadang saya harus beradaptasi dengan cuaca yang tidak sama dengan yang ada di Indonesiawalaupun tidak terlalu ekstrim perbedaannya. Atau barangkali, karena badan saya yang begitu rentan terhinggap penyakit. Sungguh! Saya bingungan sampai membuat jari seakan tidak bisa menuliskan beberapa bait dalam surat ini. Saya menulisnya dengan hanya membiarkan jari menari diatas keyboard untuk menjalankan perintah apa yang ada dalam kepala saya.

203

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

Terima kasih kamu dengan baik telah membaca dan menjawab pertanyaan yang saya tanyakan. Ternyata, jawabanmu cukup membuat saya takjut. Hingga saya merasa ringkih, apakah masih layak diri ini untuk kamu cintai. Sepertinya kamu sudah paham dengan kisah perjalanan cinta saya dengan seseorangcinta 2 anak manusia yang berujung ketidakjelasan. Dulu, kamu sering mengatakan untuk mengatakan cokelat itu manis, maka kamu harus memakan cokelat. Itu ungkapan kamu saat saya membuat kesalahan dan tak jarang saya menyesalinya. Bagimu, segala sesuatu itu memang membutuhkan perjuangan meski terkadang berakhir dengan harapan yang tak sesuai. Kita memang harus belajar banyak terhadap masalah dan jangan langsung mengatakan gagal sebelum berusaha. Kegagalan bagimu adalah bentuk lain Tuhan memberikan jawaban untuk hasil yang lebih baik. Tepatnya, kita harus memahami masalah dan diri kita sendiri. Nah, saat ini saya benar-benar belum bisa memahami diri saya sendiri. Dan saya pun tak tahu kenapa ini bisa terjadi. Seandainya, kamu memahami apa yang saya katakan bahwa kehidupan di dunia ini bukan hanya kisah perjalanan cinta antara 2 anak manusia. Ada banyak cerita yang kadang menghilang akibat kealpaan manusia menuliskan perjalanan hidupnya. Butuh ruang dan pemahaman yang panjang untuk dijelaskan bahwa perjalanan sejarah anak manusia tidak hanya dijalani sebagai sebuah rentetan yang hidup tanpa karya. Dan surat-surat yang kamu kirimkan terhadap saya setidaknya sejarah luapan isi hati dan keberaniaanmu.

204

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

Saya sangat setuju, kalau surat memang mempunyai magnet tersendiri. Dikala manusia modern yang merasa cukup terbantu dengan barang elektronik meski dalam sisi yang lain ia kehilangan jati dirinya sendiri. Terbuang oleh kehidupan sosialnya. Semua itu terjadi hanya karena ia telah menjadi seorang konsumen yang loyal. Korban dari dari sebuah produk yang tak bisa ia buat sendiri. Tepatnya lebih cepat perkembangan teknologi ketimbang pola pikirnya. Waktu Sekolah Dasar (SD) kita sering diajarkan bagaimana mengarang, membaca dan begitu juga dengan menggambar apa yang ada dalam alam sekitar. Dan sekarang semua itu perlahan mulai mengering diganti dengan peradaban modern. Bahkan kehidupan kita bermain pun dirampas oleh stick yang kemudian hanya digenggam untuk membunuh para lawan di ruang games Play Station. Saya merindukan masa-masa, dimana kita bisa belajar untuk memaknai sebuah kehidupan dengan keakraban budaya yang tak bisa di tinggalkan. Dan keberadaan saya di Kyoto ini membuat diri menyadari bahwa kita tak bisa begitu betah menghargai nilai dari sebuah budaya. Perlu kamu ketahui, masyarakat Jepang begitu tenang dalam menghadapi keadaan. Bahkan saat Tsunami melanda kemarin pun tak begitu saja merontokkan jiwa mereka. dengan kejadian ini kami harus bangkit. Begitulah ungkapan sebagian besar orang yang saya temui. Hampir tak ada pencurian meski mereka tak punya harta akibat dilahap ombak. Barangkali inilah budaya yang melekat dalam diri orang jepang. Menjaga harga dirinya.

205

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

Mirip seperti kisah para Samurai yang tak jarang melakukan Hara Kiri yang pernah kita tonton dalam film jepang dulu. Nilai kebudayaan orang jepang seakan menancap dalam diri meski mereka berada dalam masyarat maju. Agaknya, perbincangan saya dalam surat ini sudah mulai meluas. Jika pun saya harus mencintai kamu bisakah hal itu bukan karena katerpaksaan seperti yang saya katakan sebelumnya. Biarkanlah cinta kita nantinya bukan menjadi cinta yang biasa-biasa saja. Saya berharap kamu tetap menuliskan surat-surat untuk saya. Bagaimana pun bentuknya. Saya menunggunya.. Salam. Aleena

5
Aku sudah menerima suratmu. Semoga kamu tetap semangat di Kyoto. Barangkali aku telat menyusulmu ke Kyoto. Sebab aku masih saja menapati jalan panjang di kota Jogja. Namun, sudahlah tak masalah bagiku asalkan kamu baik-baik saja disana. Oya, yang aku tahu di Kyoto banyak hal yang bisa di kunjungi untuk melihat sejarah bangsa Jepang. Termasuk beberapa candi. Tempat yang pernah kamu bilang bukan hanya sekedar tempat ibadah melainkan bukti peningkatan kualitas diri.

206

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

Beberapa waktu yang lalu. Kamu hadir dalam mimpiku selama 3 hari berturut-turut. Aku tak mengerti mengapa hal ini bisa terjadi. Apakah karena aku begitu memikirkanmu? Entahlah, aku sendiri tak memahaminya. Dalam mimpi itu aku sedang duduk santai. Dan kamu pun datang padaku dengan membawa seseorang yang tak aku kenal sebelumnya. Namun, sepertinya kamu sudah cukup akrab dengannya. Kamu mencandaiku meski hanya sebentarbarangkali itu hanya sekedar basa-basi. Ini calon pasangan saya katamu setelah aku berjabat tangan dengannya. Aku hanya diam dan tak bisa berkata apa-apa. Langit seakan runtuh tanpa penupang. Dan bumi pun terbelah seperti hatiku yang tak bisa menerima kenyataan. Begitu juga dengan lidahku yang seakan beku hingga tak bisa mengucapkan apa-apa. Kamu menatapku lekat sampai akhirnya aku pun hanya membalasnya dengan tersenyum Maaf ya.. katamu kembali. Aku mencoba mengambil udara sore itu sebanyak-banyaknya untuk masuk kedalam rongga paru-paruku. Iya gak apa-apa jawabku singkat. Sepertinya kamu sudah mengatahui apa yang sedang bergejolak dalam diriku. Nampaknya, kata maaf merupakan kata yang cukup baik untuk memberikan jawaban lain dari sebuah pilihan yang tak diinginkan. Aku memahaminyadan kamu pun sudah memilih seseorang untuk masa depanmu kelak. Aku hanya berharap semoga itu yang terbaik untukmu. Aku pun bangun dari tidurku tanpa mengetahui seseorang yang kamu kenalkan itu. Sungguh aku tak mengenalnya.

207

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

Perlu ketahui bahwa Nabi Muhammad sebelum menikahi dengan Aisyah juga pernah memimpikannya. Ya, Tuhan memang sudah memberikan jalan kepada Nabi. Dalam mimpi itu dijelaskan bahwa ada seorang Malaikat yang datang kepada Nabi yang membawa sebuah lukisan berbalut kain sutera. Kemudian sang Malaikat berkata ini adalah istrimu. Nabi pun mengambil lukisan itu dan membukanya dan ternyata bergambar Aisyah. Jika mimpi ini benar dari Allah, kelak pasti akan menjadi kenyataan kata Nabi kepada Malaikat yang membawa lukisan itu. Mimpi Nabi ini tak hanya hadir sekali saja melainkan hadir tiga kali. Dan akhirnya, sejarah telah melihat bahwa Aisyah-lah yang menjadi salah satu istri Nabi yang sangat di cintai Nabibahkan setelah Nabi wafat berada disamping Aisyah. Aku tidak bermaksud untuk membandingkan mimpi atau malah ingin menafsirkannya. Membaca suratmu yang kemarin aku memang sudah mengambil benang merah. Nampaknya, hanya ada sedikit ruang untuk aku singggahi dibagian hatimu untuk aku miliki. Mungkin saja kamu sudah mempunyai pilihan lain hingga tak memberikan jawaban yang cukup jelas mengenai pertanyaan perasaanku dalam surat-surat sebelumnya. Kehadiranmu dalam mimpiku barangkali bentuk lain dari jawaban yang ingin kamu sampaikan. Kedepan, seperti yang sudah aku sampaikan dalam surat sebelumnya. Aku tak akan membicarakan masalah perasaan ini kembali. Rasanya, tak baik aku banyak bertanya mengenai sesuatu yang sudah tanyakan. Dan

208

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

kamu pun hanya memberikan jawaban ala kadarnya. Barangkali hanya ini keberanian kita. Sebelum kamu pulang dari Kyoto. Aku hanya menitip komik Samurai-X dari awal sampai akhir. Agaknya, sangat menarik untuk mendiskusikan kembali cerita Kenshin Himura sang Batosai ini dalam bahasa jepang. Kamu pun sudah tahu, aku begitu gagap bahasa jepang dan tak pernah bisa menulis huruf Kenji dengan baik. Salam. Daffa

6
Kyoto, 23 September 2009 Saya menerima suratmu dengan keadaan baik dan tanpa kekurangan apa pun. Semoga Tuhan selalu merahmati tiap perjalanan kita ke depan dengan tanpa rintangan apa pun. Jepang memang Negara yang sibuk dengan ragam aktivitas masyarakatnya. Membiarkan semuanya berjalan dengan waktunya sendiri dan menemukan titik jenuh menjawab persoalan yang menghinggap. Akhir-akhir ini, saya begitu sibuk dengan paper yang hampir mengejar tiap hari. Hingga rasanya begitu malas hidup hanya antara kampus dan komputer. Tapi, sudahlah mangga kalau mau manis harus kecut dahulu begitulah ungkapanmu dulu ketika saya mulai mengeluh.

209

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

Sebelumnya, saya mohon maaf kalau hingga saat ini. Saya masih belum memberikan jawaban yang begitu pasti mengenai pengharapanmu. Saya masih merasa cukup bingung dan kian tidak mengerti apa yang terjadi dengan perasaan saya. Ataukah sudah tertinggal di tempat dahulu dimana saya pernah berhenti sejenak untuk mengenal cinta. Bukan saya tidak mau menghargai dan mencintaimu tapi ada ruang hampa yang tak mampu saya raih. Hingga saat ini saya hanya bisa menitipkan salam terhadap Tuhan tentang cinta kita. Sesaat setelah ini, saya hanya ingin menenangkan diri dengan bercengkrama dengan keluarga. Meluapkan segala apa yang saya alami. Sebab disadari atau tidak, begitu banyak waktu yang saya habiskan hanya untuk meninggalkan rumah. Rumah, tempat saya menangis pertama kali setelah menatap dunia. Ada rindu yang tak tertahankan. Hingga pada akhirnya saya malah menjadi orang yang penuh dengan sejuta masalah. Bukankah rumah menjadi tempat untuk mengeluh dan menuangkan segala bentuk keinginan kembali [?] Disisi lain sebenarnya, saya masih membutuhkan kamu untuk beberapa hal yang sebenarnya tak bisa saya kerjakan sendiri. Entahlah, kadang saya semakin tidak mengerti diri saya sendiri. Saya bimbang dan begitu ragu. Hingga saya harus memutuskan tak bisa memberikan jawaban yang cukup jelas tentang pengharapanmu. Barangkali kedepan ada banyak hal yang tak kita ketahui dan sebenarnya merupakan jalan terbaik bagi kita. Wah, terima kasih yang paling dalam saya ucapkan padamu. Sebab kamu sudah memberikan dunia baru

210

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

dalam dunia tanpa batas, yakni mimpi di tiap malammu. Saya juga pernah mendengar tentang kisah Nabi Muhammad dengan Aisyah. Kisah yang sangat luar biasa. Kisah yang jarang ditemui dalam alam modern ini atau bahkan tidak ada sama sekali. Sejatinya, cinta memang membutuhkan penghargaan dan penghormatan. Anggaplah mimpi itu sebagai bentuk pertemuan kita untuk bisa memberikan jawaban atas sejuta pertanyaan yang menguap. Dan sementara ini saya memang tidak mempunyai teman dekat dengan siapa pun. Biarlah dengan berlalunya waktu kedepan, segala apa yang kita alami selama ini sebagai sebuah proses pendewasaan hidup untuk tahap yang berikutnya. Cinta memang bukan hanya penyatuan dua hati melainkan dua diri yang sama-sama mempunyai alasan dan kemampuan atau bahkan kekurangan. Semuanya harus kita pahami secara lebih arif hingga kita pun menerima dengan ikhlas atas apa yang kita cintai dan kita pilih. Cinta tidak sesederhana apa yang kita tafsirkan selama masih berada dibangku Sekolah Dasar dan buahnya adalah pacaran yang penuh dengan luapan emosibahkan tak jarang menakutkan. Dan saya pun tidak ingin menjadi sesuatu yang malah menakuti hati dan kehidupan yang kita jalani kedepan. Biarlah, cinta yang akan mempertemukan kita tanpa harus kita pikirkan diruangan mana kita dipertemukan. Saya juga masih sering mendengarkan lagu JET [Look What Youve Done].

211

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

Bagi saya lagu itu memang sangat istimewa. Dan kamulah yang memperdengarkannya pertama kali lagu ini. Take my photo off the wall/if it just wont sing for you/cause all thats left has gone away/and theres for to do He! Salam, Aleena.

212

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

Ketika lahir, orang tuanya memberi nama Makhrus Ahmadi atas usulan salah satu ustadz di kampungnya. Lahir di Pamekasan 30 Maret 1986. Teman-temannya akrab memanggilnya Cak Makrus. Alumni Ekonomi dan Perbankan Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta angkatan 2005. Pernah menjabat sebagai ketua Umum BEM FAI UMY 2008/2009, mantan kabid Organisasi IMM AR. Fakhruddin Kota Yogyakarta periode 2008/2009 dan pernah ngabdi sebagai Anggota Korps Instruktur IMM AR. Cabang Fakhruddin sebagai tempat memahat gagasan dan selain itu masih menyempatkan diri untuk berkumpul sebagai Ketua Umum Partai Islam Progresif Universitas Muhammadiyah Yogyakarta 2009/2010. Sekarang diberi amanah menjadi Sekum DPD IMM DIY 2010/2012. Punya impian untuk mendirikan Rumah Baca dan sudah tidak merokok lagi. Kritik dan saran silahkan ke :

@cakmakrus

www.cakmakrus.blogspot.com

Satemakrus@yahoo.com

213

Melawan Lupa | Makhrus Ahmadi

214

Anda mungkin juga menyukai