DIVERTIKULUM MECKEL
PEMBIMBING:
Dr dr. Catur. S. Sutisna, SpB SpBA
OLEH:
Winfrey Pangestu (07120080034)
FK UPH
Gambar 2. Duktus vitelin bergabung dengan body stalk membentuk umbilical cord 4
I.2. Epidemiologi
Divertikulum Meckel merupakan kelainan gastrointestinal yang paling sering
dijumpai. Angka prevalensi kira-kira 2-4%. Untuk kebanyakan pasien, kelainan tersebut
tidak menimbulkan gejala selama masa kehidupan bergantung pada jenis kelainannya.
Kelainan tersebut belum dicurigai kecuali komplikasi sudah terjadi atau ditemukan secara
3
tidak sengaja pada pemeriksaan otopsi atau laparotomi. Pada pasien asimptomatik, tidak
ada predileksi jenis kelamin. Akan tetapi, pada pasien yang bergejala, laki-laki lebih
banyak 2-4 kali dari perempuan.2
I.3. Klasifikasi
Gambar 3.4
Divertikulum Meckel dan kelainan umbilikus. A. Kista dengan batas mukosa di umbilical
cord jauh dari umbilikus. Ini secara klinis tidak signifikan dan diangkat ketika cord terpisah
saat lahir. B. Divertikulum Meckel. Hampir tidak menempel pada dinding abdomen. C.
Polip umbilikus tampak sebagai mukosa usus yang berwarna kemerahan pada umbilikus
dimple. Meskipun mereka biasanya merupakan kelainan yang independent, polip ini dapat
berpenetrasi ke dinding abdomen dan melekat pada struktur yang lebih dalam. D. Kista vitelin
denganlapisan mukosa dan otot, yang menetap setelah duktus proximal dan distal menghilang.
E. Kista dengan batas mukosa dengan dinding otot dalam preperitoneum, di bawah umbilikus
dan kadang-kadang melalui umbilikus lewat kulit. F. Duktus (omfalomesenterikus) vitelin
menetap sebagai jaringan ikat melekat pada dinding abdomen setelah involusi komplit dari
divertikulum. G. Sinus umbilikus yang menetap. H. Divertikulum Meckel melekat pada
dinding abdomen oleh jaringan ikat. Volvulus dapat terjadi. I. Omfaloileal (umbilikus-usus)
fistula sebagai hasil dari patensi duktus vitelin yang menetap pada usus bayi. Lihat lipatan
usus yang meluas dari usus ke kulit. Pada beberapa kasus, lapisan ini mengandung mukosa
gaster.4
Obstruksi bias terjadi akibat dari herniasi internal pita fibrous. Prolapse usus lewat paten
duktus vitelin juga dapat menyebabkan obstruksi usus. Jarang namun dapat terjadi,
obstruksi terjadi ketika divertikulum Meckel keluar melalui hernia inguinalis indirik
(Littres hernia). Kebanyakn obstruksi akibat Divertikulum Meckel tidak didiagnosa
sampai laparotomi.
Divertikulitis Meckel memiliki manifestasi mirip dengan apendisitis akut. Diagnosis
jarang ditegakkan sebelum laparotomy. Obstruksi lumen divertikulum terjadi akibat dari
beberapa objek seperti fekalit, parasite, atau bahkan tulan ikan yang tertelan sehingga
dapat terjadi inflamasi. Tekanan dapat terus meningkat di dalam divertikulum
menyebabkan gangguan aliran vena. Aliran pembuluh darah arteri berkurang, bakteri
invasi mulai terjadi, dan gangrene dapat timbul pada dinding divertikulum sehingga
akhirnya menyebabkan perforasi. Tidak seperti perforasi pada apendisitis, divertikulum
Meckel lebih menunjukkan adanya gambaran udara bebas dan peritonitis yang difus.
Gejala nyeri begitu mirip dengan apendisitis akut.2
Gambar 5. Divertikulum Meckel pada posisi antimesenterik dengan jaringan abnormal pada
ujung distal yang menyebabkan gejala pada pasien.2
I.5. Diagnosis
Untuk diagnosis dapat digunakan beberapa pemeriksaan imaging. Foto polos
abdomen, studi barium, angiografi, CT scan, ultrasonografi, dan skintigrafi memilik peran
masing-masing untuk mendiagnosis komplikasi dari divertikulum Meckel. Pemeriksaan
paling sensitif adalah menggunakan skintigrafi.5 Sel mukoid dari mukosa gaster
mensekresi klorid ke lumen usus. Ekskresi tidak bergantung pada keberadaan parietal sel.
Technetium-99m pertechnetate berperan sebagai analog untuk klorid. Permuksaan sel
mukoid mukosa gaster, baik itu yang letaknya normal maupun heterotopic, secara aktif
mengakumulasi dan mensekresikan pertechnetate ke usus. Ini merupakan dasar untuk
mendeteksi adanya mukosa gaster ektopik pada pasien divertikulum Meckel yang
simptomatik.2 Sensitivitas skintigrafi ini untuk dewasa berkurang dibandingkan anak-anak.
Penggunaan Pentagastrin, histamin bloker dan glukagon meningkatkan akurasi
pemeriksaan ini. Puasa, pemasangan NGT dan kateterisasi urin meningkatkan akurasi
pemeriksaan ini. Invaginasi, peradangan usus, duplikasi saluran kencing dan hemangioma
dapat menimbulkan hasil yang positif palsu. Pemeriksaan angiografi dapat dilakukan pada
keadaan tidak ada perdarahan aktif. Bila klinis mencurigakan kuat, hasil skintigrafi dan
endoskopi negatif, laparoskopi atau laparotomi diperbolehkan.8
Ultrasonografi biasanya digunakan pertama kali pada pasien muda dengan nyeri perut
karena sifatnya yang non invasif, tetapi perannya dalam mengevaluasi perdarahan
gastrointestinal terbatas. Pada umumnya, intusepsi sekunder akibat divertikulum Meckel
dapat didiagnosa dengan sonogram. Akan tetapi sensitivitas dan spesifisitas dari
ultrasonografi umumnya rendah. Ultrasonografi juga berguna saat keluhan klinis berupa
masa. USG dapat mengidentifikasi kista umbilikus dengan baik. Evaluasi untuk kista
urachal juga berguna, dimana kista ini umumnya banyak muncul sebagai masa antara
umbilikus dan area suprapubis.3
Gambar 7. Meckels scan. Technetium-99m pertechnetate secara selektif terlihat pada mukosa
gaster, baik itu yang ada pada gaster atau pada Divertikulum Meckel.4
4. Granuloma umbilikalis
Granuloma umbilikalis paling sering menyebabkan wet umbilikus. Gambarannya
berupa jaringan warna pink kemerahan dan lembab muncul dari dasar umbilikus
setelah pemisahan umbilical cord. Granuloma umbilikalis biasanya berukuran 0,1-1
cm dan tidak nyeri. Cairan yang keluar dapat berupa cairan jernih atau eksudat.10
Gambar 139
Pada kebanyakan kasus divertikulum dieksisi bersamaan dengan segmen ileum yang
berdekatan. Tujuannya untuk memastikan anastomosis lurus dari ileum dan memastikan
terangkatnya jaringan ektopik gaster. Dan untuk Divertikulum Meckel dengan dasar sempit
dapat dilakukan insisi tranversal elips.9
Gambar 149
Gambar 159
Gambar 169
10
Paten duktus omfalomesenterik dengan fistula pada umbilikus dimana isi dari usus
halus dapat keluar. Manajemen operasi adalah eksisi semua fistula, ujung usus yang
biasanya melebar menjadi Divertikulum Meckel. Ujungfistula umbilikus dieksisi secara
sirkumferensial. Duktus omfalomesenterik kemudian dilakukan insisi sub umbilikal.
Setelah menginsisi kulit dan jaringan subkutis, kemudian duktus ditarik dan diidentifikasi.
Dinding abdomen dibuka secara transversal pada kedua sisi fistula, atau dengan insisi
midline. Kedua arteri umbilikus dan single vena diikat dan dipisahkan. Ujung fistula
umbilikus dibawa keluar melalui insisi sub-umbilikal tadi. Duktus omfalomesenterik
dipotong dan insersi ileum terminalis diidentifikai. Kemudian ileum direparasi dengan
end-to-end anastomosis. Kemudian luka operasi ditutup lapis demi lapis.9
Gambar 179
Gambar 189
11
BAB II
LAPORAN KASUS
I.
IDENTITAS PASIEN
Data
Nama
Usia
Agama
Alamat rumah
II.
Identitas Pasien
An. A
7 tahun
Islam
Cilincing Jakarta Utara
ANAMNESA
a. Alloanamnesis
b. Keluhan Utama
12
ii. Ibu pasien tidak menderita penyakit infeksi yang berat selama
kehamilan, tidak ada kencing manis, tidak ada hipertensi, tidak ada
infeksi kelamin.
iii. Kontrol kehamilan dilakukan ibu pasien rutin di bidan. Selama kontrol,
ibu pasien tidak pernah mengalami permasalahan dalam kehamilan.
Riwayat persalinan:
Status obstetri: G5P5A0. Masa kehamilan 38 minggu, lahir sesar karena
ibu mengalami trauma jatuh dari mobil sehingga mengalami
perdarahan, anak langsung menangis, berat badan lahir tidak tahu,
ditolong oleh bidan, dan anak terlahir dengan benjolan warna merah di
pusar.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
i. Hipertensi
: Disangkal
ii. DM
: Disangkal
iii. Asma
: Disangkal
iv. Alergi
: Disangkal
v. Penyakit serupa : Disangkal
III.
IV.
Pemeriksaan penunjang
1.
14
Vesika urinaria : besar dan bentuk normal ; tidak tampak defek pada dinding
3. Pemeriksaan laboratorium
Jenis Pemeriksaan
13/08/13
Nilai Rujukan
15
Hematologi
Darah Rutin
Hemoglobin
Hematokrit
Eritrosit
Leukosit
Trombosit
MCV
MCH
MCHC
Faal Hemostasis
Koagulasi
Waktu Protrombin (PT)
-kontrol
-pasien
APTT
-kontrol
-pasien
Kimia Klinik
Glukosa darah sewaktu
Na
K
Cl
V.
10,3
33
5,7
8800
458000
57
18
32
13-18 g/dl
40-52 %
4,3-6,0 juta/ul
4800-10800 /ul
150000-400000 /ul
80-96 fl
27-32 pg
32-36 g/dl
11,8
11.4
detik
9,8 12,6
34,1
34,5
detik
27 39 detik
93
135
4.0
101
<140 mg/dl
132-145 mmol/L
3,1-5,1 mmol/L
96.111ol/L
Resume
a. Anamnesis
i. Keluhan: Terdapat benjolan berwarna merah di pusar sejak lahir
disertai dengan cairan yang keluar kadang berwarna bening, hijau
maupun darah. Kadang sering timbul bau busuk dari daerah tersebut.
ii. Riwayat Kehamilan: Ibu pasien merokok 1 bungkus per hari selama
masa kehamilan.
iii. Riwayat persalinan: Lahir usia aterm dengan sesar karena ibu
mengalami trauma jatuh dari mobil sehingga mengalami perdarahan.
b. Pemeriksaan fisik
i. Inspeksi
: Tampak luka bekas operasi tertutup jahitan sudah
mengering di daerah umbilikus
ii. Auskultasi
iii. Palpasi
iv. Perkusi
c. Pemeriksaan penunjang
USG umbilikus :
i. Profunda dari lesi di umbilikus tidak tampak defek peritoneum
ii. Tidak tampak hubungan lesi dengan usus-usus ataupun vesika urinaria
iii. Vesika urinaria : besar dan bentuk normal ; tidak tampak defek pada
dinding
Laboratorium :
Anemia mikrositik hipokrom dan trombositosis
VI.
Diagnosis Kerja
Divertikulum Meckel post laparotomi eksplorasi dan reseksi anastomosis ileo-ileal
IX.
Prognosis
17
Quo ad vitam
: ad bonam
Quo ad functionam
: ad bonam
Quo ad sanationam
: ad bonam
18
ANALISA KASUS
Dari anamnesis didapatkan anak laki-laki usia 7 tahun dibawa neneknya ke RSPAD
Gatot Soebroto dengan keluhan terdapatnya benjolan berwarna merah muncul dari bawah
pusar disertai dengan adanya cairan yang keluar dapat berupa darah maupun cairan yang
berwarna bening dan hijau. Benjolan tersebut mudah berdarah bila tersentuh dan kadang pada
daerah tersebut mengeluarkan bau busuk. Keluhan ini sudah mulai ada sejak pasien lahir. Dari
anamnesis seperti ini dipikirkan adanya kelainan pada umbilikus yang dapat disebabkan oleh
kelainan kongenital maupun infeksi. Untuk kelainan kongenital pada daerah umbilikus dapat
disebabkan oleh paten duktus omfalomesenterikus yang dapat disertai dengan divertikulum
Meckel, polip umbilikalis dan paten urachus. Sedangkan kelainan infeksi pada daerah
umbilikus yang memiliki gejala dan tanda yang mirip adalah granuloma umbilikalis. Dari
keluhan terdapat discharge cairan hijau yang kemungkinan besar adalah bile dan kadang
berbau busuk meskipun pasien menyangkal adanya feses yang keluar dari benjolan tersebut.
Keluhan-keluhan seperti ini khas adanya hubungan antara usus halus dan umbilikus yang
menandakan adanya defek pada duktus vitelin. Namun gambaran yang mirip pada pasien ini
bisa juga terdapat pada pasien urachus dan granuloma umbilikalis sehingga pemeriksaan
penunjang dapat dipikirkan meski pada kedua penyakit ini tidak ditemukan adanya bile yang
keluar karena mereka tidak memiliki hubungan langsung antara usus dan umbilikus. Pada
paten urachus juga didapatkan adanya cairan berwarna bening yang keluar dari benjolan yang
sama merupakan urin yang berasal dari vesika urinaria didapat juga sejak lahir. Dan pada
granuloma umbilikalis karena gambaran masa merah menonjol dari umbilikalis sangat mirip
dengan paten duktus omfalomeseterikus maka kadang sulit untuk membedakan keduanya.
Pada pemeriksaan laboratorium tanggal 13 Agustus 2013 didapatkan adanya anemia
mikrositik hipokrom sedang pada pemeriksaan fisik tanggal 6 September 2013 tidak
didapatkan adanya konjungtiva pucat maupun sklera ikterik. Mungkin sudah didapatkan
perbaikan klinis dan peningkatan nafsu makan pada pasien. Anemia tersebut mungkin
diakibatkan oleh karena adanya perdarahan kronis pada benjolan yang mudah berdarah
tersebut menyebabkan defisiensi zat besi sehingga saran untuk dilakukan pemeriksaan darah
rutin ulang disertai dengan pemeriksaan serum iron, ferritin, total iron binding capacity dan
kadar transferrin.
Kemudian dari hasil pemeriksaan USG umbilikalis didapatkan kesan tidak terdapat
hubungan lesi dengan usus-usus maupun vesika urinaria dan dinding vesika urinaria tidak
terdapat defek pada dinding. Pada pemeriksaan USG memang memiliki ciri operator
dependent sehingga pemeriksaan ini sangat bergantung dari skill operator dalam
menginterpretasi hasil USG karena pada intra operatif didapatkan adanya umbiliko ileal
divertikulum Meckel. Dalam literatur seharusnya dengan pemeriksaan USG pada daerah
umbilkus dengan adanya masa maka dapat membedakan apakah terdapat adanya fistula ke
ileum maupun pada vesika urinaria meskipun sensitivitas dan spesifisitasnya tidak begitu
tinggi. Pemeriksaan seperti urinalisis juga diperlukan untuk membantu mendiagnosa adanya
kelainan urakus karena dapat ditemukan adanya tanda-tanda infeksi dari pemeriksaan
urinalisis. Tindakan laparotomi yang dilakukan pada pasien ini sudah tepat karena sesuai
dengan literatur dikatakan bila keadaan klinis yang dicurigai kuat adanya defek dari duktus
omfalomesenterik tanpa disertai adanya pemeriksaan penunjang yang mengarah ke diagnosis
maka tindakan laparotomi atau laparoskopi diperbolehkan.
19
DAFTAR PUSTAKA
1. A, E. Boothroyd dan R. E. Cudmore. 1996. Pediatric Radiology. Cetakan Pertama.
United Kingdom : Springer Verlag.
2. Arensman, R. M dkk. 2000. Arensman pediatric surgery. Cetakan Pertama. Texas :
Landed bioscience.
3. Giardino, Angelo P dan Pasquariello, Patrick S (Ed). 2004. Pediatric Rounds. Cetakan
Pertama. USA : Turner White Communications Inc.
4. Grosfeld, Jay L dkk. 2006. Pediatric Surgery. Edisi Keenam. Volume Pertama.
Philadelpia : Elsevier.
5. Khan, Nawaz Ali dkk (2013). Information Literacy: Emedicine Medscape. Tersedia :
http://emedicine.medscape.com/article/410644-overview#showall. (11 September
2013).
6. Mazzioti, Mark V (2013). Information Literacy: Emedicine Medscap.Tersedia :
http://emedicine.medscape.com/article/938378-overview#showall. (11 September
2013).
7. Nafisa K Kuwajerwala, M (2013). Information Literacy: Emedicine Medscape.
Tersedia : http://emedicine.medscape.com/article/194776-overview#aw2aab6b6. (11
September 2013).
8. Pratignyo, Moh Adjie. 2011. Bedah Saluran Cerna Anak. 2011. Cetakan Pertama.
Tangerang : Sap Publish Indonesia.
9. Puri, P (Ed). 2006. Springer Surgery Atlas Series. Edisi Pertama. New York: ProEdit
GmbH.
10. Rakotomalala, Jean Heuric dkk. 2011. Paediatric Surgery: A Comprehensive Text for
Africa. Cetakan Pertama. Volume Pertama. Africa : Global Help.
20