Anda di halaman 1dari 20

PRESENTASI KASUS

DIVERTIKULUM MECKEL

PEMBIMBING:
Dr dr. Catur. S. Sutisna, SpB SpBA

OLEH:
Winfrey Pangestu (07120080034)
FK UPH

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH

RSPAD GATOT SOEBROTO DITKESAD


PERIODE 12 AGUSTUS 19 OKTOBER 2013
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

I.1. Embriologi dan anatomi


Selama perkembangan fetus, diskus embrionik memiliki hubungan dengan yolk sac.
Seiring dengan perkembangan embrio, diskus embrionik akan melipat kedalam, dan yolk
sac akan menyempit dan memanjang. Yolk sac intraselomik akan membentuk usus.
midgut dari fetus terhubung dengan yolk sac lewat duktus omfalomesenterik (dikenal juga
dengan nama duktus vitelin atau yolk stalk). Regresi dari duktus biasanya terjadi pada
minggu kelima sampai ketujuh usia kehamilan, seiring dengan fungsi plasenta yang
menggantikan fungsi yolk sac sebagai pemberi nutrisi utama untuk perkembangan fetus.
Divertikulum Meckel terjadi akibat kegagalan dari duktus proksimal untuk menghilang.
Regresi abnormal dari duktus vitelin bisa mengakibatkan terjadinya kelainan lain seperti
kista, pita fibrous yang menghubungkan usus dengan dinding abdomen, sinus umbilikus,
dan persistensi komplit (patensi duktus vitelin) sebagai fistel omphaloileal. Pembuluh
darah arteri vitelin kanan dan kiri berasal dari aorta di dalam yolk stalk: sebelah kanan
akan menetap sebagai arteri mesenterika superior dan menyuplai divertikulum di bagian
terminalnya. Sisa arteri vitelin distalis akan tetap menjadi mesodivertikular bands, meluas
ke ujung divertikulum dan biasanya melekat pada dinding abdomen.
Divertikulum Meckel merupakan kelainan yang paling sering dijumpai pada kelainan
duktus vitelin. Terletak pada batas antimesenterik dari usus kecil, merupakan divertikulum
usus sejati (memiliki semua lapisan normal dinding usus). Perlekatan dengan dinding
abdomen ditemukan sekitar 25% dari pasien. Tempat predileksi dari divertikulum Meckel
bervariasi, meskipun kebanyakan dalam 90 cm (3 kaki) dari katup ileocecal, dan sebanyak
1/3 adalah proximal. Setidak-tidaknya lima kaki dari usus halus seharusnya diperiksa pada
anak yang lebih tua untuk benar-benar meyakinkan bahwa tidak ada divertikulum Meckel
yang lain. Frekuensi mukosa heterotopik (jaringan normal pada lokasi abnormal)
ditemukan bergantung pada keluhan klinis. Sekitar 15% divertikula yang dikeluarkan
memiliki mukosa abnormal. Hampir 67% pasien yang bergejala memiliki jaringan
heterotopik. Jaringan gaster dan pankreas lebih mendominasi, dengan laporan insidensi
60% sampai 85% dan 5% sampai 16%. Tipe mukosa lain (kolonik, endometrial, islet
pankreas) jarang ditemukan.
Rule of two sering digunakan sebagai mnemonic untuk divertikulum Meckel.
Divertikulum dengan letak 2 kaki dari distal usus halus, dengan panjang 2 inchi, terjadi
sekitar 2% dari populasi, dua kali lebih sering pada laki-laki dibanding perempuan, sering
menimbulkan gejala pada usia 2 tahun, dan memiliki dua tipe mukosa heterotopik gaster
dan pankreas.4

Gambar 1. Embrio sebelum involusi lengkap dari struktur omfalomesenterik4

Gambar 2. Duktus vitelin bergabung dengan body stalk membentuk umbilical cord 4
I.2. Epidemiologi
Divertikulum Meckel merupakan kelainan gastrointestinal yang paling sering
dijumpai. Angka prevalensi kira-kira 2-4%. Untuk kebanyakan pasien, kelainan tersebut
tidak menimbulkan gejala selama masa kehidupan bergantung pada jenis kelainannya.
Kelainan tersebut belum dicurigai kecuali komplikasi sudah terjadi atau ditemukan secara
3

tidak sengaja pada pemeriksaan otopsi atau laparotomi. Pada pasien asimptomatik, tidak
ada predileksi jenis kelamin. Akan tetapi, pada pasien yang bergejala, laki-laki lebih
banyak 2-4 kali dari perempuan.2

I.3. Klasifikasi

Gambar 3.4
Divertikulum Meckel dan kelainan umbilikus. A. Kista dengan batas mukosa di umbilical
cord jauh dari umbilikus. Ini secara klinis tidak signifikan dan diangkat ketika cord terpisah
saat lahir. B. Divertikulum Meckel. Hampir tidak menempel pada dinding abdomen. C.
Polip umbilikus tampak sebagai mukosa usus yang berwarna kemerahan pada umbilikus
dimple. Meskipun mereka biasanya merupakan kelainan yang independent, polip ini dapat
berpenetrasi ke dinding abdomen dan melekat pada struktur yang lebih dalam. D. Kista vitelin
denganlapisan mukosa dan otot, yang menetap setelah duktus proximal dan distal menghilang.
E. Kista dengan batas mukosa dengan dinding otot dalam preperitoneum, di bawah umbilikus
dan kadang-kadang melalui umbilikus lewat kulit. F. Duktus (omfalomesenterikus) vitelin
menetap sebagai jaringan ikat melekat pada dinding abdomen setelah involusi komplit dari
divertikulum. G. Sinus umbilikus yang menetap. H. Divertikulum Meckel melekat pada
dinding abdomen oleh jaringan ikat. Volvulus dapat terjadi. I. Omfaloileal (umbilikus-usus)
fistula sebagai hasil dari patensi duktus vitelin yang menetap pada usus bayi. Lihat lipatan
usus yang meluas dari usus ke kulit. Pada beberapa kasus, lapisan ini mengandung mukosa
gaster.4

Gambar 4. Umbiliko-ileal fistula kongenital7


I.4. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang paling sering dijumpai pada divertikulum Meckel adalah
perdarahan, obstruksi, dan inflamasi. Divertikulum Meckel sering dianggap sebagai
great imitator karena variasi manifestasi klinisnya. Kebanyakan pasien yang memiliki
gejala adalah anak-anak dengan usia kurang dari 10 tahun. Manifestasi klinis juga
berkorelasi dengan usia. Adanya feculent, bile, cairan seropurulen dan cairan serous
menunjukkan bahwa terdapat defek pada duktus omfalomesenterik atau umbilikal
intestinal fistula.3
Divertikulum Meckel juga dapat diidentifikasi karena gejalanya dapat berupa fistula
umbilikus atau hernia. Tidak sering, tumor dapat berkembang pada Divertikulum Meckel.
Carcinoid adalah tumor yang paling sering, meskipun adenokarsinoma, leiomyoma,
limfoma juga dapat muncul. Insisdensi komplikasi semakin menurun dengan
meningkatknya usia.
Perdarahan biasanya timbul pada anak kurang dari 5 tahun, dengan usia 2 tahun
sebagai usia paling sering. Divertikulum Meckel merupakan penyebab utama perdarahan
masif saluran cerna bawah pada pediatrik. Karakteristik perdarahan yaitu episodik dan
tidak nyeri. Perdarahan berulang dan seringkali begitu banyak sehingga memerlukan
transfuse darah untuk resusitasi. Akan tetapi, beberapa anak hanya bermanifestasi melena
dan anemia ringan. Perdarahan hampir selalu terjadi pada daerah perbatasan antara
mukosa ileum normal dan mukosa divertikulum heterotopik. Tempat yang lebih jarang
yaitu pada ujung dari divertikulum atau tepi mesenterik dari ileum. Perdarahan terjadi
akibat dari ulkus peptic akibat asam klorida yang dihasilkan oleh sel parietal heterotopic.
Untuk diagnosis bandingnya meliputi polip juvenile,inflammatory bowel disease, penyakit
ulkus peptikum gaster atau duodenum, dan kelainan darah.
Obstruksi terjadi akibat dari intusepsi, herniasi, kinking atau volvulus. Intusepsi
menyumbang 50% dari etiologi terbanyak dan biasanya terjadi pada usia sebelum 10
tahun. Pasien sering didahului dengan muntah, nyeri perut, dan seringkali teraba masa
abdominal. Jika tidak diatasi, gangguan vaskularisasi dan nekrosis iskemik bias terjadi.
Volvulus merupakan penyebab obstruksi terbanyak kedua dan terjadi pada 25% kasus.
5

Obstruksi bias terjadi akibat dari herniasi internal pita fibrous. Prolapse usus lewat paten
duktus vitelin juga dapat menyebabkan obstruksi usus. Jarang namun dapat terjadi,
obstruksi terjadi ketika divertikulum Meckel keluar melalui hernia inguinalis indirik
(Littres hernia). Kebanyakn obstruksi akibat Divertikulum Meckel tidak didiagnosa
sampai laparotomi.
Divertikulitis Meckel memiliki manifestasi mirip dengan apendisitis akut. Diagnosis
jarang ditegakkan sebelum laparotomy. Obstruksi lumen divertikulum terjadi akibat dari
beberapa objek seperti fekalit, parasite, atau bahkan tulan ikan yang tertelan sehingga
dapat terjadi inflamasi. Tekanan dapat terus meningkat di dalam divertikulum
menyebabkan gangguan aliran vena. Aliran pembuluh darah arteri berkurang, bakteri
invasi mulai terjadi, dan gangrene dapat timbul pada dinding divertikulum sehingga
akhirnya menyebabkan perforasi. Tidak seperti perforasi pada apendisitis, divertikulum
Meckel lebih menunjukkan adanya gambaran udara bebas dan peritonitis yang difus.
Gejala nyeri begitu mirip dengan apendisitis akut.2

Gambar 5. Divertikulum Meckel pada posisi antimesenterik dengan jaringan abnormal pada
ujung distal yang menyebabkan gejala pada pasien.2

Gambar 6. Komplikasi akibat kelainan omfalomesenterik, divertikulitis, ulserasi, volvulus,


fistula dan kista6.

I.5. Diagnosis
Untuk diagnosis dapat digunakan beberapa pemeriksaan imaging. Foto polos
abdomen, studi barium, angiografi, CT scan, ultrasonografi, dan skintigrafi memilik peran
masing-masing untuk mendiagnosis komplikasi dari divertikulum Meckel. Pemeriksaan
paling sensitif adalah menggunakan skintigrafi.5 Sel mukoid dari mukosa gaster
mensekresi klorid ke lumen usus. Ekskresi tidak bergantung pada keberadaan parietal sel.
Technetium-99m pertechnetate berperan sebagai analog untuk klorid. Permuksaan sel
mukoid mukosa gaster, baik itu yang letaknya normal maupun heterotopic, secara aktif
mengakumulasi dan mensekresikan pertechnetate ke usus. Ini merupakan dasar untuk
mendeteksi adanya mukosa gaster ektopik pada pasien divertikulum Meckel yang
simptomatik.2 Sensitivitas skintigrafi ini untuk dewasa berkurang dibandingkan anak-anak.
Penggunaan Pentagastrin, histamin bloker dan glukagon meningkatkan akurasi
pemeriksaan ini. Puasa, pemasangan NGT dan kateterisasi urin meningkatkan akurasi
pemeriksaan ini. Invaginasi, peradangan usus, duplikasi saluran kencing dan hemangioma
dapat menimbulkan hasil yang positif palsu. Pemeriksaan angiografi dapat dilakukan pada
keadaan tidak ada perdarahan aktif. Bila klinis mencurigakan kuat, hasil skintigrafi dan
endoskopi negatif, laparoskopi atau laparotomi diperbolehkan.8
Ultrasonografi biasanya digunakan pertama kali pada pasien muda dengan nyeri perut
karena sifatnya yang non invasif, tetapi perannya dalam mengevaluasi perdarahan
gastrointestinal terbatas. Pada umumnya, intusepsi sekunder akibat divertikulum Meckel
dapat didiagnosa dengan sonogram. Akan tetapi sensitivitas dan spesifisitas dari
ultrasonografi umumnya rendah. Ultrasonografi juga berguna saat keluhan klinis berupa
masa. USG dapat mengidentifikasi kista umbilikus dengan baik. Evaluasi untuk kista
urachal juga berguna, dimana kista ini umumnya banyak muncul sebagai masa antara
umbilikus dan area suprapubis.3

Gambar 7. Meckels scan. Technetium-99m pertechnetate secara selektif terlihat pada mukosa
gaster, baik itu yang ada pada gaster atau pada Divertikulum Meckel.4

Gambar 8. Gambaran ultrasound menunjukkan pasien dengan paten duktus vitelointestinal


dengan representasi skematik. pada gambar b dapat dilihat adanya defek anatomis pada rectus
sheath pada level defek.1
I.6. Diagnosis Banding
1. Urachal remnants
Anak-anak dengan urachal remnants paling sering terjadi pada bayi. Biasanya gejala
pada patensi urachus dilaporkan sebagai keluarnya cairan bening dari umbilikus.
Prolaps mukosa juga dapat timbul. Keluhan lain dapat berupa infeksi dengan
kemerahan dan cairan purulen keluar dari umbilikus. Bagian tengah bawah abdomen
terdapat masa dan nyeri kadang juga merupakan keluhan pasien. Diagnosis dari kista
urachal pada umumnya dapat digunakan ultrasound untuk melihat ukuran, hubungan
antara umbilkus dan vesika urinaria, mobilitas dan lokasinya terhadap dinding
abdomen. Sistoskopi juga berguna untuk mengidentifikasi divertikel urachus.2
2. Hernia umbilikalis
Terjadi pada saat lahir ketika cincin fascial dari umbilikus tidak sepenuhnya menutup.
Hampir 85% hernia akan menutup secara spontan pada usia 6 tahun. Diagnosis dibuat
secara observasi klinis. Dinding hernia tertutup oleh kulit dan peritoneum di bawahnya
serta akan bulging seiring dengan peningkatan tekanan intra abdomen.2
3. Polip umbilikus
Polip umbilikus berbentuk bulat, masa kemerahan pada dasar umbilikus. Biasanya
warnanya lebih merah terang dan ukurannya lebih besar sedikit dibandingkan
granuloma umbilikalis. Tidak seperti granuloma yang berespon terhadap silver nitrat,
polip ini harus dioperasi dan evaluasinya dilakukan pemeriksaan histologi.10
8

4. Granuloma umbilikalis
Granuloma umbilikalis paling sering menyebabkan wet umbilikus. Gambarannya
berupa jaringan warna pink kemerahan dan lembab muncul dari dasar umbilikus
setelah pemisahan umbilical cord. Granuloma umbilikalis biasanya berukuran 0,1-1
cm dan tidak nyeri. Cairan yang keluar dapat berupa cairan jernih atau eksudat.10

Gambar 9. Paten duktus omfalomesenterik10


Gambar 10. Urachal remnants10

Gambar 11. Polip umbilikalis10


Gambar 12. Granuloma umbilikalis10
I.7. Penanganan
Ketika diagnosis sudah dibuat, perdarahan atau divertikulum Meckel yang mengalami
inflamasi dapat digunakan pendekatan dengan insisi tranversal abdomen kanan tepat
dengan level umbilikus. Untuk obstruksi usus, khususnya untuk penyebab yang tidak
diketahui, insisi tranversal kanan di atas umbilikus akan memberikan lapangan operasi
yang baik. Divertikulum Meckel mungkin dapat terlipat dan melekat pada mesenterik usus
halus di sekitarnya.9

Gambar 139
Pada kebanyakan kasus divertikulum dieksisi bersamaan dengan segmen ileum yang
berdekatan. Tujuannya untuk memastikan anastomosis lurus dari ileum dan memastikan
terangkatnya jaringan ektopik gaster. Dan untuk Divertikulum Meckel dengan dasar sempit
dapat dilakukan insisi tranversal elips.9

Gambar 149

Gambar 159

Gambar 169
10

Paten duktus omfalomesenterik dengan fistula pada umbilikus dimana isi dari usus
halus dapat keluar. Manajemen operasi adalah eksisi semua fistula, ujung usus yang
biasanya melebar menjadi Divertikulum Meckel. Ujungfistula umbilikus dieksisi secara
sirkumferensial. Duktus omfalomesenterik kemudian dilakukan insisi sub umbilikal.
Setelah menginsisi kulit dan jaringan subkutis, kemudian duktus ditarik dan diidentifikasi.
Dinding abdomen dibuka secara transversal pada kedua sisi fistula, atau dengan insisi
midline. Kedua arteri umbilikus dan single vena diikat dan dipisahkan. Ujung fistula
umbilikus dibawa keluar melalui insisi sub-umbilikal tadi. Duktus omfalomesenterik
dipotong dan insersi ileum terminalis diidentifikai. Kemudian ileum direparasi dengan
end-to-end anastomosis. Kemudian luka operasi ditutup lapis demi lapis.9

Gambar 179

Gambar 189

11

BAB II
LAPORAN KASUS

I.

IDENTITAS PASIEN
Data
Nama
Usia
Agama
Alamat rumah

II.

Identitas Pasien
An. A
7 tahun
Islam
Cilincing Jakarta Utara

ANAMNESA
a. Alloanamnesis

: Jumat, 6 September 2013

b. Keluhan Utama

: Terdapat benjolan berwarna merah di pusar sejak lahir.

c. Riwayat Penyakit Sekarang:


Pasien datang dibawa oleh neneknya dengan keluhan terdapat benjolan
berwarna merah di pusar sejak pasien lahir. Benjolan berwarna merah tersebut
berukuran sebesar kelereng sejak lahir dan tidak mengalami perubahan bentuk
maupun ukuran hingga sekarang. Benjolan diakui tidak hilang timbul dan
selalu ada di tempat yang sama dan bila disentuh mudah berdarah. Keluhan
lain yang dirasakan adalah sering keluarnya cairan dari daerah benjolan
tersebut, dan cairan yang keluar kadang berupa cairan bening namun tidak
berbau seperti air seni dan kadang berwarna hijau maupun merah sehingga
pasien merasa tidak nyaman karena harus sering mengganti bajunya. Cairan
yang keluar tersebut dirasakan semakin bertambah banyak sehingga
merupakan salah satu alasan pasien mau dioperasi. Kadang benjolan merah
tersebut terasa gatal dan mengeluarkan bau busuk namun tidak seperti bau
feses. Menurut nenek pasien, 6 bulan terakhir ini pasien mengalami penurunan
berat badan karena pasien terlihat lebih kurus dan mengalami penurunan nafsu
makan. BAK dan BAB tidak ada keluhan. Pasien tidak mengeluhkan adanya
air seni maupun feses yang keluar dari benjolan tersebut, BAB darah (-),
demam(-), muntah (-), perut kembung (-), nyeri (-), riwayat nyeri perut
berulang (-).
Riwayat Kehamilan:
i. Menurut nenek pasien ini adalah anak kelima dari lima bersaudara.
Selama masa kehamilan ibu pasien merokok 1 bungkus per hari dan
memang sudah merupakan perokok aktif sejak masih SMP. Riwayat
penggunaan alkohol dan penggunaan obat-obatan saat kehamilan
disangkal.

12

ii. Ibu pasien tidak menderita penyakit infeksi yang berat selama
kehamilan, tidak ada kencing manis, tidak ada hipertensi, tidak ada
infeksi kelamin.
iii. Kontrol kehamilan dilakukan ibu pasien rutin di bidan. Selama kontrol,
ibu pasien tidak pernah mengalami permasalahan dalam kehamilan.
Riwayat persalinan:
Status obstetri: G5P5A0. Masa kehamilan 38 minggu, lahir sesar karena
ibu mengalami trauma jatuh dari mobil sehingga mengalami
perdarahan, anak langsung menangis, berat badan lahir tidak tahu,
ditolong oleh bidan, dan anak terlahir dengan benjolan warna merah di
pusar.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
i. Hipertensi
: Disangkal
ii. DM
: Disangkal
iii. Asma
: Disangkal
iv. Alergi
: Disangkal
v. Penyakit serupa : Disangkal
III.

PEMERIKSAAN FISIK (6 September 2013)


Keadaan Umum : Tampak sakit sedang (VAS 3)
Kesadaran
: compos mentis, GCS 15
Tekanan darah
: 120/80 mmHg
Nadi
: 100 x/menit
Pernafasan
: 24 x/menit
Suhu Tubuh
: 36,5 C
Berat badan
: 22 kg
Tinggi badan
: 128 cm
IMT
: 13,43 (underweight)
a. Status Generalis
Kepala
: Normocephal
Mata
: Konjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik -/THT
: dalam batas normal, otore (-)
Leher
: Tidak terdapat pembesaran KGB
Paru
: Suara nafas vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/Jantung
: Bunyi jantung I-II regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
: lihat status lokalis
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-/-), tidak terdapat deformitas
b. Status Lokalis (regio abdomen)
i. Inspeksi : perut tampak datar, tampak luka bekas operasi tertutup
jahitan sudah mengering di daerah umbilikus, perdarahan (-), pus (-)
13

ii. Auskultasi: Bising usus (+) normal


iii. Palpasi
: supel, nyeri tekan daerah bekas operasi (+), defance
muscular (-), hepar lien tidak teraba
iv. Perkusi : timpani seluruh lapang abdomen

IV.

Pemeriksaan penunjang
1.

Foto X-Ray thorax (17-08-2013)

i. Cor tidak membesar, CTR <50%


ii. Aorta baik
iii. Kedua hilus tidak menebal
iv. Corakan bronchovasculer baik
v. Tidak tampak infiltrat / nodul
vi. Sinus / diafragma kanan dan kiri baik
vii. Tulang dan jaringan lunak baik
Kesan : cor dan pulmo normal

14

2. USG umbilikus (13-08-2013)

Profunda dari lesi di umbilikus tidak tampak defek peritoneum

Tidak tampak hubungan lesi dengan usus-usus ataupun vesika urinaria

Vesika urinaria : besar dan bentuk normal ; tidak tampak defek pada dinding

3. Pemeriksaan laboratorium
Jenis Pemeriksaan

13/08/13

Nilai Rujukan
15

Hematologi
Darah Rutin
Hemoglobin
Hematokrit
Eritrosit
Leukosit
Trombosit
MCV
MCH
MCHC
Faal Hemostasis
Koagulasi
Waktu Protrombin (PT)
-kontrol
-pasien
APTT
-kontrol
-pasien
Kimia Klinik
Glukosa darah sewaktu
Na
K
Cl
V.

10,3
33
5,7
8800
458000
57
18
32

13-18 g/dl
40-52 %
4,3-6,0 juta/ul
4800-10800 /ul
150000-400000 /ul
80-96 fl
27-32 pg
32-36 g/dl

11,8
11.4

detik
9,8 12,6

34,1
34,5

detik
27 39 detik

93
135
4.0
101

<140 mg/dl
132-145 mmol/L
3,1-5,1 mmol/L
96.111ol/L

Resume
a. Anamnesis
i. Keluhan: Terdapat benjolan berwarna merah di pusar sejak lahir
disertai dengan cairan yang keluar kadang berwarna bening, hijau
maupun darah. Kadang sering timbul bau busuk dari daerah tersebut.
ii. Riwayat Kehamilan: Ibu pasien merokok 1 bungkus per hari selama
masa kehamilan.
iii. Riwayat persalinan: Lahir usia aterm dengan sesar karena ibu
mengalami trauma jatuh dari mobil sehingga mengalami perdarahan.

b. Pemeriksaan fisik
i. Inspeksi
: Tampak luka bekas operasi tertutup jahitan sudah
mengering di daerah umbilikus
ii. Auskultasi

: Bising usus (+) normal


16

iii. Palpasi

: Nyeri tekan daerah bekas operasi (+)

iv. Perkusi

: Timpani seluruh lapang abdomen

c. Pemeriksaan penunjang
USG umbilikus :
i. Profunda dari lesi di umbilikus tidak tampak defek peritoneum
ii. Tidak tampak hubungan lesi dengan usus-usus ataupun vesika urinaria
iii. Vesika urinaria : besar dan bentuk normal ; tidak tampak defek pada
dinding
Laboratorium :
Anemia mikrositik hipokrom dan trombositosis
VI.

Diagnosis Kerja
Divertikulum Meckel post laparotomi eksplorasi dan reseksi anastomosis ileo-ileal

VII. Rencana Terapi


Puasa sampai POD 3
Cefixime sirup
Paracetamol sirup

VIII. Laporan Operasi


1. A & antisepsis.
2. Insisi daerah sekitar umbilikus dan diperlebar ke lateral
3. Ditemukan divertikel Meckel 40 cm dari proximal valvula Bauhini, lebar 2 cm,
panjang 60 cm.
4. Dilakukan reseksi anastomosis ileo-ileal
5. Cuci rongga peritoneum dengan NaCl 0,9%
6. Tutup luka operasi lapis demi lapis
7. Operasi selesai.

IX.

Prognosis

17

Quo ad vitam

: ad bonam

Quo ad functionam

: ad bonam

Quo ad sanationam

: ad bonam

18

ANALISA KASUS

Dari anamnesis didapatkan anak laki-laki usia 7 tahun dibawa neneknya ke RSPAD
Gatot Soebroto dengan keluhan terdapatnya benjolan berwarna merah muncul dari bawah
pusar disertai dengan adanya cairan yang keluar dapat berupa darah maupun cairan yang
berwarna bening dan hijau. Benjolan tersebut mudah berdarah bila tersentuh dan kadang pada
daerah tersebut mengeluarkan bau busuk. Keluhan ini sudah mulai ada sejak pasien lahir. Dari
anamnesis seperti ini dipikirkan adanya kelainan pada umbilikus yang dapat disebabkan oleh
kelainan kongenital maupun infeksi. Untuk kelainan kongenital pada daerah umbilikus dapat
disebabkan oleh paten duktus omfalomesenterikus yang dapat disertai dengan divertikulum
Meckel, polip umbilikalis dan paten urachus. Sedangkan kelainan infeksi pada daerah
umbilikus yang memiliki gejala dan tanda yang mirip adalah granuloma umbilikalis. Dari
keluhan terdapat discharge cairan hijau yang kemungkinan besar adalah bile dan kadang
berbau busuk meskipun pasien menyangkal adanya feses yang keluar dari benjolan tersebut.
Keluhan-keluhan seperti ini khas adanya hubungan antara usus halus dan umbilikus yang
menandakan adanya defek pada duktus vitelin. Namun gambaran yang mirip pada pasien ini
bisa juga terdapat pada pasien urachus dan granuloma umbilikalis sehingga pemeriksaan
penunjang dapat dipikirkan meski pada kedua penyakit ini tidak ditemukan adanya bile yang
keluar karena mereka tidak memiliki hubungan langsung antara usus dan umbilikus. Pada
paten urachus juga didapatkan adanya cairan berwarna bening yang keluar dari benjolan yang
sama merupakan urin yang berasal dari vesika urinaria didapat juga sejak lahir. Dan pada
granuloma umbilikalis karena gambaran masa merah menonjol dari umbilikalis sangat mirip
dengan paten duktus omfalomeseterikus maka kadang sulit untuk membedakan keduanya.
Pada pemeriksaan laboratorium tanggal 13 Agustus 2013 didapatkan adanya anemia
mikrositik hipokrom sedang pada pemeriksaan fisik tanggal 6 September 2013 tidak
didapatkan adanya konjungtiva pucat maupun sklera ikterik. Mungkin sudah didapatkan
perbaikan klinis dan peningkatan nafsu makan pada pasien. Anemia tersebut mungkin
diakibatkan oleh karena adanya perdarahan kronis pada benjolan yang mudah berdarah
tersebut menyebabkan defisiensi zat besi sehingga saran untuk dilakukan pemeriksaan darah
rutin ulang disertai dengan pemeriksaan serum iron, ferritin, total iron binding capacity dan
kadar transferrin.
Kemudian dari hasil pemeriksaan USG umbilikalis didapatkan kesan tidak terdapat
hubungan lesi dengan usus-usus maupun vesika urinaria dan dinding vesika urinaria tidak
terdapat defek pada dinding. Pada pemeriksaan USG memang memiliki ciri operator
dependent sehingga pemeriksaan ini sangat bergantung dari skill operator dalam
menginterpretasi hasil USG karena pada intra operatif didapatkan adanya umbiliko ileal
divertikulum Meckel. Dalam literatur seharusnya dengan pemeriksaan USG pada daerah
umbilkus dengan adanya masa maka dapat membedakan apakah terdapat adanya fistula ke
ileum maupun pada vesika urinaria meskipun sensitivitas dan spesifisitasnya tidak begitu
tinggi. Pemeriksaan seperti urinalisis juga diperlukan untuk membantu mendiagnosa adanya
kelainan urakus karena dapat ditemukan adanya tanda-tanda infeksi dari pemeriksaan
urinalisis. Tindakan laparotomi yang dilakukan pada pasien ini sudah tepat karena sesuai
dengan literatur dikatakan bila keadaan klinis yang dicurigai kuat adanya defek dari duktus
omfalomesenterik tanpa disertai adanya pemeriksaan penunjang yang mengarah ke diagnosis
maka tindakan laparotomi atau laparoskopi diperbolehkan.

19

DAFTAR PUSTAKA
1. A, E. Boothroyd dan R. E. Cudmore. 1996. Pediatric Radiology. Cetakan Pertama.
United Kingdom : Springer Verlag.
2. Arensman, R. M dkk. 2000. Arensman pediatric surgery. Cetakan Pertama. Texas :
Landed bioscience.
3. Giardino, Angelo P dan Pasquariello, Patrick S (Ed). 2004. Pediatric Rounds. Cetakan
Pertama. USA : Turner White Communications Inc.
4. Grosfeld, Jay L dkk. 2006. Pediatric Surgery. Edisi Keenam. Volume Pertama.
Philadelpia : Elsevier.
5. Khan, Nawaz Ali dkk (2013). Information Literacy: Emedicine Medscape. Tersedia :
http://emedicine.medscape.com/article/410644-overview#showall. (11 September
2013).
6. Mazzioti, Mark V (2013). Information Literacy: Emedicine Medscap.Tersedia :
http://emedicine.medscape.com/article/938378-overview#showall. (11 September
2013).
7. Nafisa K Kuwajerwala, M (2013). Information Literacy: Emedicine Medscape.
Tersedia : http://emedicine.medscape.com/article/194776-overview#aw2aab6b6. (11
September 2013).
8. Pratignyo, Moh Adjie. 2011. Bedah Saluran Cerna Anak. 2011. Cetakan Pertama.
Tangerang : Sap Publish Indonesia.
9. Puri, P (Ed). 2006. Springer Surgery Atlas Series. Edisi Pertama. New York: ProEdit
GmbH.
10. Rakotomalala, Jean Heuric dkk. 2011. Paediatric Surgery: A Comprehensive Text for
Africa. Cetakan Pertama. Volume Pertama. Africa : Global Help.

20

Anda mungkin juga menyukai