Anda di halaman 1dari 13

Teras Jurnal, Vol 3, No 2, September 2013 ISSN 2088-0561

Studi Analisa Kapasitas Debit Terhadap Kebutuhan Air Bersih Proyeksi Tahun 2009-
2014 Pada IPA Bantuan AXFAM (PDAM Tirta Mon Pase) Kabupaten Aceh Utara
Susilah
105

STUDI ANALISA KAPASITAS DEBIT TERHADAP
KEBUTUHAN AIR BERSIH PROYEKSI TAHUN 2009 2014
PADA IPA BANTUAN OXFAM (PDAM TIRTA MON PASE)
KABUPATEN ACEH UTARA

Susilah
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Malikussaleh

Abstrak

Kabupaten Aceh Utara terdiri dari 27 kecamatan dengan jumlah penduduk
541.878 jiwa. Ditinjau dari aspek kesehatan masih sangat minim, terutama
mengenai pemenuhan kebutuhan air bersih untuk sehari-hari. Di sisi lain
pemerintah daerah belum mampu untuk memenuhi air bersih terutama pada
desa- desa yang ada di kecamatan dalam kabupaten Aceh Utara. Pada tahun
2008 yang lalu NGO Oxfam memberikan bantuan berupa Instalasi
Pengolahan Air (IPA) yang berkapasitas 20 l/dt terletak di desa Geudong
dengan wilayah pelayanan di dua kecamatan yaitu kecamatan Meurah Mulia
dan kecamatan Samudera kabupaten Aceh Utara. Kebutuhan air bersih dari
tahun ke tahun menunjukkan tingkat kenaikan yang cukup besar. Dengan
adanya tingkat kenaikan tersebut maka dapat dibuat suatu skenario terhadap
alternatif proyeksi pemenuhan kebutuhan air bersih dengan melakukan
evaluasi terhadap kapasitas produksi, kapasitas konsumsi, kapasitas debit,
serta pertumbuhan jumlah penduduk. Pengumpulan data dilakukan dengan
berbagai cara antara lain melalui studi literatur, mencari teori-teori yang
mendukung penelitian, mencari data-data yang diperlukan di instansi-instasi
terkait, observasi lapangan dan bertanya langsung dengan sumbernya. Data
yang telah terkumpul kemudian dihitung menggunakan beberapa metode
antara lain metode Haspers dan metode Gumbel untuk menghitung curah
hujan rencana agar mendapatkan nilai debit andalan. Sedangkan
pertumbuhan jumlah penduduk digunakan tiga pendekatan metode yaitu
metode Arithmatik, Geometrik, dan Least Square. Debit andalan sungai
Krueng Pase diperoleh sebesar 7,765.911 m
3
/det, untuk perhitungan laju
pertumbuhan penduduk diperoleh sebesar 42436 jiwa, dan kebutuhan air
bersih sebesar 112,603 l/d. Maka dapat diambil kesimpulan IPA Bantuan
Oxfam berkapasitas produksi 20 l/dt tidak mampu memenuhi kebutuhan air
bersih seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk hingga tahun 2014.

Kata kunci: Proyeksi, Debit, Kapasitas, Kebutuhan Air Bersih

1. Pendahuluan
Air bersih merupakan salah satu unsur lingkungan yang sangat penting bagi
kelangsungan hidup manusia. Air bersih yang dibutuhkan manusia sebagai
kebutuhan hidupnya harus memenuhi berbagai persyaratan, terutama kualitas,
kuantitas, kontinuitas dan aspek kesehatan. Untuk penyediaan kebutuhan air
bersih yang memenuhi berbagai persyaratan maka dengan bantuan dari pihak luar
negeri (Oxfam), Pemerintah bekerja sama dengan PDAM membangun suatu
bangunan pengolahan air bersih di desa Geudong dengan nama IPA Bantuan
Oxfam. Instalasi Pengolahan Air (IPA) Bantuan Oxfam yang berkapasitas 20 l/dt
di bangun bulan Januari tahun 2008. IPA Bantuan Oxfam ini di tempatkan di desa
Geudong yang wilayah pelayanannya mencakup dua kecamatan yaitu Samudera
dan Meurah Mulia dengan jumlah penduduknya sebesar 42436 jiwa. Sumber Air
Teras Jurnal, Vol 3, No 2, September 2013 ISSN 2088-0561
Studi Analisa Kapasitas Debit Terhadap Kebutuhan Air Bersih Proyeksi Tahun 2009-
2014 Pada IPA Bantuan AXFAM (PDAM Tirta Mon Pase) Kabupaten Aceh Utara
Susilah
106

baku untuk IPA Bantuan Oxfam bersumber dari Sungai Krueng Pase. Sungai
Krueng Pase terletak di Kecamatan Meurah Mulia Kabupaten Aceh Utara
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Air Krueng Pase bersumber dari Danau
Laut Tawar dan bermuara di Selat Malaka. Krueng Pase memiliki daerah
tangkapan (Daerah Aliran Sungai) yang tidak terlalu luas 420 km
2
. Namun
dengan trase sungai yang panjang 90,04 km
2
dan mempunyai kemiringan rata-
rata sungai 0.000390 mm. Pengembangan sistem penyediaan air bersih yang
diharapkan dapat terpenuhi namun apabila hal ini tidak direncanakan mulai
sekarang maka kondisi kebutuhan air bersih pada tahun 2017 akan menjadi sangat
kritis untuk itu perlu adanya pemikiran untuk pemenuhan kebutuhan air bersih
pada masa yang akan datang. Adapun tujuan dari penelitian ini untuk menganalisa
berapa besar kebutuhan air bersih yang dipengaruhi oleh pertumbuhan jumlah
penduduk serta diamati dari ketersediaan sumber air bakunya, dan mampukah IPA
Bantuan Oxfam berkapasitas 20 l/dt melayani kebutuhan air bersih untuk
masyarakat di wilayah kecamatan Samudera dan Meurah Mulia hingga tahun
2017. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan pertimbangan
Pemerintah serta Perusahaan PDAM Tirta Mon Pase untuk pendistribusian
kebutuhan air bersih di wilayah Kecamatan Samudera dan Meurah Mulia,
sehingga kebutuhan air bersih untuk masyarakat tercukupi serta tidak terjadi
kelangkaan akan air bersih pada masa yang akan datang.

2. Tinjauan Kepustakaan
2.1 Intesitas hujan dan curah hujan
Menurut Suyono (1976), intensitas hujan adalah curah hujan yang mungkin
turun. Untuk curah hujan harian dapat dihitung dengan hanya menggunakan curah
hujan 1 jam dan curah hujan 24 jam yakni data curah hujan yang biasanya dapat
diperoleh dengan mudah. Ketinggian hujan yang terjadi pada suatu kurun waktu
air hujan terkosentrasi.

Menurut Wesli (2008), intensitas hujan ialah jumlah hujan yang dinyatakan
dalam tinggi hujan atau volume hujan tiap satuan waktu. Biasanya intesitas hujan
dihubungkan dengan durasi hujan jangka pendek, misalnya 5 menit, 30 menit, 60
menit dan perjam. Data curah hujan jangka pendek ini hanya dapat diperoleh
dengan menggunakan alat pencatat hujan otomatis. Di Indonesia alat ini sangat
sedikit, yang banyak adalah alat pencatat hujan biasa yang mengatur hujan 24 jam
atau disebut dengan hujan harian. Apabila yang tersedia hanya dengan hujan
harian ini, maka intensitas hujan dapat diestimasi dengan menggunakan rumus
Mononobe seperti berikut ini :
I =
3 / 2
24
24
.
24
|

\
|
Tc
R
.. (2.1)

Menurut Wesli (2008), yang dimaksud dengan curah hujan rencana adalah
hujan harian maksimum yang akan digunakan untuk menghitung intensitas hujan,
kemudian intensitas ini digunakan untuk mengestimsi debit rencana. Untuk
menghitung besarnya curah hujan rencana berdasarkan data yang sudah ada dapat
dilakukan dengan menggunakan berbagai cara, akan tetapi dalam penulisan tugas
akhir ini hanya digunakan metode Gumbel dan metode Haspers.
Teras Jurnal, Vol 3, No 2, September 2013 ISSN 2088-0561
Studi Analisa Kapasitas Debit Terhadap Kebutuhan Air Bersih Proyeksi Tahun 2009-
2014 Pada IPA Bantuan AXFAM (PDAM Tirta Mon Pase) Kabupaten Aceh Utara
Susilah
107

1. Metode Gumbel
Metode Gumbel merupakan suatu cara yang paling sering digunakan dalam
perhitungan curah hujan rencana. Untuk menghitung besarnya curah hujan
yang terjadi dapat digunakan persamaan sebagai berikut :
X
t
= X
a
+ k . S
x
.... (2.2)

Harga faktor frekuensi tergantung dari banyaknya data yang dianalisa, dan dari
periode ulang yang dikehendaki sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut :
k =
n
n t
S
Y Y
............................................,............................................. (2.3)
Y
t
= -
(

+
1
log 303 , 2 834 , 0
T
T
........................................................ (2.4)
Dari persamaan (2.2) dapat didistribusikan ke persamaan (2.3) menjadi :
X
t
= X
a +
n
n t
S
Y Y
. S
x
............................................................. (2.5)
Untuk standar deviasi dapat digunakan rumus sebagai berikut :
s =
1
) (
2


n
X Xi
a
........................................................................... (2.6)
s =
1
) ( ) (
2 2


n
X X Xi
i a
............................................................. (2.7)
2. Metode Haspers
Untuk menghitung curah hujan rencana dapat juga dihitung mengunakan
metode Haspers dengan rumus sebagai berikut :
R
t
= R + . k
x
... (2.8)
=
1 +

n
n
U
R R
.................................................................................... (2.9)

2.2 Koefisien pengaliran dan koefisien tampungan
Menurut Suyono (1976), koefisien aliran adalah besarnya puncak limpasan
dibagi dengan intensitas curah hujan rata-rata selama waktu tiba dari banjir yang
dikalikan dengan luas daerah pengaliran. Menurut Wesli (2008), koefisen aliran
(runoff coefficient) adalah perbandingan antara jumlah air hujan yang mengalir
atau melimpas di atas permukaan tanah (surface runoff) dengan jumlah air hujan
yang jatuh dari atmosfir. Nilai koefisien penagaliran berkisar antara 0 (nol)
sampai dengan 1 (satu) dan tergantung dari jenis tanah, jenis vegetasi dan
konstruksi yang ada di permukaan tanah.
Nilai koefisien aliran =
aliran daerah
kawasan luas
..
..
x koefisen aliran kawasan ................ (2.10)

Menurut Wesli (2008), daerah yang memiliki lekukkan untuk menampung
air hujan relatif mengalirkan lebih sedikit air hujan dibandingkan dengan daerah
yang tidak memiliki lekukan yang sama sekali. Efek tampungan oleh lekukan ini
terhadap debit rencana diperkirakan dengan koefisien tampungan yang diperoleh
dengan rumus berikut ini :
Teras Jurnal, Vol 3, No 2, September 2013 ISSN 2088-0561
Studi Analisa Kapasitas Debit Terhadap Kebutuhan Air Bersih Proyeksi Tahun 2009-
2014 Pada IPA Bantuan AXFAM (PDAM Tirta Mon Pase) Kabupaten Aceh Utara
Susilah
108

Cs =
Td Tc
Tc
+ 2
2
..... (2.11)

2.3 Waktu Konsentrasi
Menurut Wesli (2008), waktu yang dibutuhkan oleh sebuah titik hujan yang
jatuh di tempat terjauh untuk mengalir diatas tanah ke tempat pengukuran disebut
waktu kosentrasi. Waktu kosentrasi ditentukan menggunakan persamaan sebagai
berikut :
Tc = To + Td .. (2.12)

Harga To dapat diperoleh dari rumus rumus empiris, salah satunya adalah
rumus Kirpich, seperti berikut ini :
To = 0,0195
77 , 0
|

\
|
So
Lo
...... (2.13)

Atau dengan rumus berikut ini :
To =
77 , 0
. 28 , 3 .
3
2
|

\
|
So
n
Lo ...... (2.14)

Harga Td ditentukan oleh panjang saluran yang dilalui dan kecepatan aliran
di dalam saluran, seperti ditunjukan oleh rumu seagai berikut ini :
Td =
V
L
. 3600
. 1
1
..... (2.15)

2.4 Debit Andalan
Menurut Wiyono (2000), debit andalan adalah debit minimum yang
tersimpan di sungai dan dapat diandalkan untuk reabilitas tertentu, untuk
keperluan irigasi dan pengambilan sumber air baku, biasanya digunakan debit
andalan dengan reabilitas yang lebih tinggi, yaitu sekitar 80 % sampai 90 %.

Menurut Suyono (1976), untuk menghitung debit andalan digunakan rumus
rasional. Rumus ini banyak digunakan untuk sungai-sungai biasa dengan daerah
pengaliran yang luas dan juga untuk perencanaan drainase daerah pengaliran yang
relatif sempit. Rumus yang sering digunakan adalah sebagai berikut :
Q = 0,278 x C x Cs x I x A . (2.16)

2.5 Pengertian Air Bersih dan Air Minum
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan akan
menjadi air minum setelah dilakukan pengolahan. Sebagai batasnya air bersih
adalah air yang memenuhi persyaratan bagi sistem penyediaan air minum.
Persyaratan tersebut juga memperhatikan pengamanan terhadap sistem distribusi
air bersih sampai dengan konsumen. Sedangkan air minum adalah air yang
kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan yang dapat diminum (air mineral).

Dalam memilih sumber air baku air bersih, maka harus diperhatikan
persyaratan utamanya yang meliputi kualitas, kontinuitas dan biaya yang murah
dalam proses pengambilan sampai pada proses pengolahannya. Beberapa sumber
air baku yang dapat digunakan untuk penyediaan air bersih dikelompokan sebagai
berikut, Anonim (1997): Air hujan, Air permukaan, Air tanah, Mata air
Teras Jurnal, Vol 3, No 2, September 2013 ISSN 2088-0561
Studi Analisa Kapasitas Debit Terhadap Kebutuhan Air Bersih Proyeksi Tahun 2009-
2014 Pada IPA Bantuan AXFAM (PDAM Tirta Mon Pase) Kabupaten Aceh Utara
Susilah
109

2.6 Proyeksi Jumlah Penduduk
Dari data stastistik penduduk yang diperoleh dari kantor BPS dapat
diketahui pertumbuhan penduduk yang digunakan sebagai dasar untuk melakukan
proyeksi pertumbuhan penduduk pada tahun mendatang, dihitung dengan metode
Geometrik, metode Arithmatik dan metode Least Square (Anonim, 2002) :
Metode 1 (metode Geometrik)
P
n
= P
o
(1+ r)
n
............................................................................. (2.17)

Metode 2 (Dengan cara Metode Arithmatik)
P = Pn Po + Ka ( Tn To ) .... ..................................................... (2.18)
Ka = ( Pa P1 ) : ( T2 T1 ) .......................................................... (2.19)

Metode 3 (Dengan cara Metode Least Square)
= a + bX ........................................................................................ (2.20)

Adapun persamaan a dan b adalah sebagai berikut :
a =
2 2
2
) ( .
. .
X X n
XY X X Y


........................................................ (2.21)
b =
2 2
) ( .
. . .
X X n
Y X X Y n


................................................................. (2.22)

Bila koefisien b telah dihitung terlebih dahulu, maka konstanta a dapat ditentukan
dengan persamaan lain yaitu :
a = Y . X b ........................................................................................ (2.23)

Dimana Y dan X maisngmasing adalah rata-rata untuk variabel X dan Y. Untuk
menentukan pilihan rumus proyeksi jumlah penduduk yang akan digunakan
dengan hasil perhitungan yang paling mendekati kebenaran harus dilakukan
analisa dengan menghitung standar deviasi. Rumus standar deviasi adalah:
s =
1
) (
2


n
X Xi
untuk n > 20................................................... (2.24)
s =
n
X Xi
2
) (
untuk n = 20 .................................................. (2.25)

2.7 Proyeksi Kebutuhan Air Bersih
Proyeksi kebutuhan air bersih diperhitungkan dengan memperhatikan
beberapa faktor yang mempengaruhi besarnya kebutuhan air bersih, Anonim
(2006) yaitu : Pertambahan jumlah penduduk; Tingkat kehidupan dan aktifitas
penduduk; Keadaan iklim daerah pelayanan; Rencana daerah pelayanan; Keadaan
sosial ekonomi masyarakat setempat.

Berdasarkan pendekatan-pendekatan tersebut di atas, maka dalam
memperkirakan kebutuhan air di masa mendatang akan dibagi dalam beberapa
klasifikasi kebutuhan air yaitu :
1. Kebutuhan domestik adalah kebutuhan air untuk keperluan rumah tangga.
Jumlah kebutuhannya didasarkan pada banyaknya penduduk, persentase
penduduk yang dilayani dan cara pembagian air yaitu sambungan melalui kran
Teras Jurnal, Vol 3, No 2, September 2013 ISSN 2088-0561
Studi Analisa Kapasitas Debit Terhadap Kebutuhan Air Bersih Proyeksi Tahun 2009-
2014 Pada IPA Bantuan AXFAM (PDAM Tirta Mon Pase) Kabupaten Aceh Utara
Susilah
110

umum / hidran umum. Untuk menghitung kebutuhan Domestik digunakan
persamaan di bawah ini, Anonim (2002) :
QD = P X Cair ....................................................................... (2.26)
2. Kebutuhan Non Domestik adalah pelayanan air untuk kebutuhan kegiatan
penujang kota, yang terdiri dari kegiatan komersial yang berupa industri,
perkantoran, pelabuhan, dan kegiatan sosial seperti sekolah, rumah sakit, dan
tempat ibadah. Untuk menghitung jumlah kebutuhan air total digunakan
persamaan sebagai berikut :
Qtotal = QD + QND ....................................................................... (2.27)
3. Kehilangan air atau Non Reveneu Water (NRW) adalah selisih antara
produksi air dengan air yang tercatat diameter langganan.

Untuk mendapatkan data fluktuasi pemakaian air jam perjam secara tepat
untuk keperluan perencanaan bangunan pengolahan air bersih, maka cara yang
ditempuh umumnya adalah dengan membandingkan kota (daerah) yang
direncanakan dengan kota (daerah) yang telah direncanakan (telah mempunyai
data fluktuasi pemakaian air jam perjam), Anonim (1997).

2.8 Sistem Distribusi Air Bersih
2.8.1 Definisi sistem distribusi air bersih
Sistem distribusi air bersih adalah pendistribusian atau pembagian air
melalui sistem perpipaan dari bangunan pengolahan (reservoir) ke daerah
pelayanan (konsumen).

2.8.2 Pipa Distribusi
Pipa distribusi adalah pipa yang berfungsi membawa air ke konsumen yang
terdiri dari :
1. Pipa induk yaitu pipa utama pembawa air yang akan dibagikan ke pada
konsumen.
2. Pipa cabang yaitu pipa cabang dari pipa induk.
3. Pipa dinas yaitu pipa pembawa air yang langsung melayani konsumen.

2.8.3 Tipe Pengaliran
Tipe pengaliran sistem distribusi air bersih meliputi aliran garavitasi dan
aliran secara pemompaan. Tipe pengaliran secara gravitasi diterapkan bila tekanan
air pada titik terjauh yang diterima konsumen masih mencukupi. Jika kondisi ini
tidak terpenuhi maka pengaliran harus menggunakan sistem pemompaan.

2.8.4 Pola Jaringan
Macam pola jaringan sistem distribusi air bersih terdiri dari sistem cabang
adalah sistem pendistribusian air bersih yang bersifat terputus membentuk
cabang-cabang sesuai dengan daerah pelayanan, sistem loop adalah sistem
perpipaan melingkar dimana ujung pipa yang satu bertemu kembali dengan ujung
pipa yang lain.

2.9 Proses Pengolahan Air
Menurut Sutrisno (1987), yang dimaksud dengan pengolahan adalah usaha-
usaha teknis yang dilakukan untuk mengubah sifat-sifat suatu zat. Hal ini penting
artinya bagi air minum, karena dengan adanya pengolahan ini, maka akan
didapatkan suatu air minum yang telah ditentukan. Menurut Sutrisno (1987),
Teras Jurnal, Vol 3, No 2, September 2013 ISSN 2088-0561
Studi Analisa Kapasitas Debit Terhadap Kebutuhan Air Bersih Proyeksi Tahun 2009-
2014 Pada IPA Bantuan AXFAM (PDAM Tirta Mon Pase) Kabupaten Aceh Utara
Susilah
111

adapun unit-unit pengolahan air minum terdiri dari: a) Bangunan penangkap air,
b) Bangunan pengendap pertama, c) Pembuluh koagulant, d) Bangunan pengaduk
cepat, d) Bangunan pembentuk floc, e) Bangunan pengendap kedua, f) Bangunan
penyaring, g) Reservoir dan h) Pemompaan.

2.10 Aliran Melalui Pipa
Menurut Triatmodjo (1996), pipa adalah saluran tertutup yang biasanya
berpenampang lingkaran dan digunakan untuk mengalirkan fluida dengan
tampang aliran penuh. Apabila zat cair di dalam pipa tidak penuh maka aliran
termasuk dalam aliran saluran terbuka. Pada zat cair yang mengalir di dalam
bidang batas (pipa, saluran terbuka atau bidang datar) akan terjadi tegangan geser
dan gradien kecepatan pada seluruh medan aliran karena adanya kekentelan.
Tegangan geser tersebut akan menyebabkan terjadinya kehilangan selama
pengaliran. Untuk menghitung kehilangan tenaga aliran di gunakan persamaan:
h
f
= f
D
L
g
V
2
2
.... (2.28)
2.11 Angka Reynolds
Menurut Reynolds (1884), ada tiga faktor yang mempengaruhi keadaan
aliran yaitu kekentalan kinematik zat cair u (mu), rapat masa zat cair (rho), dan
diameter pipa D. Angka Reynolds mempunyai bentuk berikut ini :
Re =
D
u
V
.
=

V d. .

Atau
Re =

D V.
. (2.29)

Berdasarkan percobaan pada aliran dalam pipa, Reynolds menetapkan
bahwa untuk angka Reynolds di bawah 2000, gangguan aliran dapat direndam
oleh kekentalan zat cair, dan aliran pada kondisi tersebut adalah laminer. Aliran
akan turbulen apabila angka Reynolds berada lebih besar 4000. Apabila angka
Reynolds berada diantara kedua nilai tersebut (2000<Re<4000) aliran adalah
transisi. Angka Reynolds pada kedua nilai diatas (Re = 2000 dan Re = 4000)
disebut dengan batas kritik bawah dan atas.

2.12 Koefisien Gesekan
Kehilangan tenaga selama pengaliran melalui pipa tergantung pada
koefisien gesekan Darcy-Weisbach f. Blasius memberikan persamaan tahanan
gesek untuk pipa halus pada batasan angka Reynolds tertentu. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan Blasius, dia mengemukakan rumus gesekan f untuk
pipa halus dalam bentuk :
f =
25 . 0
Re
316 , 0
.......................................................................... (2.30)

2.13 Tegangan Geser Pada Dinding
Menghitung tegangan geser pada dinding dapat dihitung dengan
menggunakan rumus berikut :
Teras Jurnal, Vol 3, No 2, September 2013 ISSN 2088-0561
Studi Analisa Kapasitas Debit Terhadap Kebutuhan Air Bersih Proyeksi Tahun 2009-
2014 Pada IPA Bantuan AXFAM (PDAM Tirta Mon Pase) Kabupaten Aceh Utara
Susilah
112


o
=
8
f
. . V
2
. (2.31)
Kecepatan pada sumbu pipa dihitung dengan rumus :

*
V
V
= 5,75 log

V V .
*
+ 5,5 (2.32)

2.14 Pipa dengan Pompa
Menurut Triatmodjo (1996), jika pompa menaikan zat cair dari kolam satu
ke kolam lain dengan selisih muka air Hs, seperti yang ditunjukan pada gambar
2.1 maka daya yang digunakan oleh pompa untuk menaikan zat cair setinggi Hs

adalah sama dengan tinggi H
s
ditambah dengan kehilangan tenaga selama
pengaliran dalam pipa tersebut. Kehilangan tenaga adalah ekivalen dengan
penambahan tinggi elevasi, sehingga efeknya sama dengan jika pompa menaikan
zat cair setinggi H = H
s
+ hf. Dalam gambar tersebut tinggi kecepatan diabaikan
sehingga garis tenaga berimpit dengan garis tekanan.

hf
2



Hs H P/y B
2

A 1 P hf
1




Gambar 2.1 Pipa dengan pompa

Kehilangan tenaga terjadi pada pengaliran pipa 1 dan 2 yaitu sebesar hf
1
dan
hf
2
. Pada pipa 1 yang merupakan pipa isap, garis tenaga (dan tekanan) menurun
sampai di bawah pipa. Bagian pipa di mana garis tekanan di bawah sumbu pipa
mempunyai tekanan negatif. Sedang pipa 2 merupakan pipa tekan. Daya yang
diperlukan pompa untuk menaikan zat cair :
D =

. .H Q
(kgf.m/d) .. (2.33)
Atau
D =

. 75
. .H Q
(hp) ... (2.34)

Dengan adalah efisiensi pompa. Pada pemakaian pompa, efisiensi pompa
digunakan sebagai pembagi dalam rumus daya pompa.

2.15 Rumus Empiris
Menurut Triatdmodjo (1996), di dalam praktek, faktor penting dalam studi
hidrolika adalah kecepatan V atau debit aliran Q. Dalam hitungan praktis, rumus
yang banyak di gunakan adalah persamaan kontiunitas, Q = A.V dengan A adalah
tampang aliran.
Teras Jurnal, Vol 3, No 2, September 2013 ISSN 2088-0561
Studi Analisa Kapasitas Debit Terhadap Kebutuhan Air Bersih Proyeksi Tahun 2009-
2014 Pada IPA Bantuan AXFAM (PDAM Tirta Mon Pase) Kabupaten Aceh Utara
Susilah
113

3. Metode Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini digunakan metodologi untuk pengumpulan
dan pengolahan data. Berdasarkan data yang ada maka dilakukan perhitungan
intensitas hujan, koefisien tampungan, debit andalan sungai, proyeksi jumlah
penduduk, serta proyeksi kebutuhan air bersih.

3.1 Intensitas Hujan (I)
Hujan terjadi secara alamiah, dimana intensitas hujan tidak dapat kita
tentukan atau kita atur secara pasti. Namun kita dapat melakukan perkiraan
berdasarkan pencatatan data-data hujan harian sebelumnya, oleh karena itu dalam
menghitung besarnya intensitas hujan yang terjadi maka penulis menggunakan
rumus Mononobe yang tercantum pada persamaan 2.1.

3.2 Curah Hujan Rencana
Curah hujan rencana dihitung berdasarkan data curah hujan harian minimum
yang akan digunakan untuk menghitung intensitas hujan. Berdasarkan intensitas
hujan akan dilakukan estimasi terhadap debit banjir rencana yang dihitung
berbanding lurus dengan koefisien tampung pada suatu daerah aliran. Metode
yang digunakan dalam perhitungan curah hujan rencana adalah metode Gumbel
dan metode Haspers

3.3 Koefisien Aliran (C )
Koefisien aliran berarti perbandingan antara jumlah air hujan yang mengalir
atau melimpas diatas permukaan tanah dengan jumlah air hujan yang jatuh dari
atmosfir. Untuk menentukan koefisien aliran perlu mengetahui nilai koefisien itu
sendiri. Nilai koefisien ini berkisar antara 0 sampai dengan 1 dan bergantung pada
jenis tanah, jenis vegetasi dan konstruksi yang ada di permukaan tanah. Ada
banyak penelitian yang telah dilakukan untuk menentukan nilai koefisien aliran.

3.4 Koefisien Tampungan (Cs)
Daerah yang memiliki lekukan untuk menampung air hujan relatif
mengalirkan sedikit air hujan dibandingkan dengan daerah yang tidak memiliki
lekukan sama sekali. Untuk mengetahui nilai koefisien tampungan digunakan
persamaan 2.11 pada halaman 7 . Akan tetapi sebelumnya, perlu diketahui terlebih
dahulu waktu kosentrasi (Tc)

3.5 Debit Andalan (Q)
Debit andalan adalah debit minimum yang tersimpan di sungai dan dapat
diandakan untuk reabilitas tertentu, untuk keperluan irigasi, pengambilan sumber
air baku, dll. Untuk menghitung debit andalan dapat dihitung dengan menggunkan
rumus rasional atau persamaan 2.16 pada halaman 9.

3.6 Proyeksi Jumlah Penduduk (Pn)
Untuk memproyeksi atau memperkirakan pertumbuhan jumlah penduduk di
wilayah Kecamatan Samudera dan Meurah Mulia pada masa yang akan datang,
akan dihitung dengan menggunakan pendekatan tiga metoda, yaitu metoda
Geometrik, metoda Arithmatik, dan metoda Least Square, dari ketiga metoda ini
Teras Jurnal, Vol 3, No 2, September 2013 ISSN 2088-0561
Studi Analisa Kapasitas Debit Terhadap Kebutuhan Air Bersih Proyeksi Tahun 2009-
2014 Pada IPA Bantuan AXFAM (PDAM Tirta Mon Pase) Kabupaten Aceh Utara
Susilah
114

akan dihitung standar deviasinya. Metoda perhitungan yang paling tepat adalah
metoda yang memberikan harga standar deviasi terkecil.

3.7 Proyeksi Kebutuhan Air Bersih (Qtotal)
Proyeksi kebutuhan air bersih dihitung berdasarkan pertumbuhan jumlah
penduduk. Proyeksi kebutuhan air bersih di bagi dalam dua bagian yaitu
kebutuhan domestik dihitung menggunakan persamaan 2.26 pada halaman 15 dan
kebutuhan non domestik yang dapat dilihat pada tabel 2.4 Pemakaian air rata-rata
untuk kebutuhan non domestik

3.8 Aliran Melalui Pipa
Untuk menghitung kehilangan tenaga aliran melalui pipa yang disebabkan
karena gesekan maka akan dihitung dengan persamaan 2.28 pada halaman 22.
Untuk menghitung daya pompa yang dipengaruhi oleh tinggi elevasi selisih muka
air ditambah dengan kehilangan tenaga selama pengaliran dalam pipa digunakan
persamaan 2.35

4. Hasil dan Pembahasan
Pokok pembahasan meliputi hasil dan pengolahan data tinggi curah hujan,
data hidrologi, pertumbuhan jumlah penduduk, dan kebutuhan air.

4.1 Hasil
4.1.1 Curah Hujan Rencana
Tidak tersedianya data aliran sungai berupa debit andalan yang pernah
terjadi pada tahun-tahun sebelumnya, merupakan suatu masalah yang sering
dijumpai. Dalam menggunakan data curah hujan untuk memperkirakan besarnya
debit andalan, digunakan anggapan bahwa hujan terbesar merata ke seluruh
daerah dengan periode ulang tertentu akan tetapi lebih dahulu harus menghitung
harga rata-rata dan standar deviasi.
Untuk mencari debit andalan sungai terlebih dahulu ditentukan stasiun-
stasiun hujan yang mewakili daerah aliran yaitu stasiun-stasiun yang terletak di
dalam daerah aliran yang bersangkutan. Jika stasiun-stasiun yang dimaksud tidak
ada, maka dapat dipakai dari stasiun-stasiun yang terdekat dengan daerah aliran
tersebut. Dalam penulisan ini, penulis menggunakan data curah hujan dari stasiun
Peunteut, stasiun Samudera dan stasiun Lhoksukon untuk periode ulang 5, 10, 20,
50, dan 100 tahun yaitu dengan menggunakan metode Haspers. Untuk BPP
Peunteut R
(5)
= 847.254 mm, R
(10)
= 835.973 mm, R
(20)
= 719.666 mm, R
(50)
=
573.563 mm, R
(100)
= 497.948 mm. Untuk BPP Samudera R
(5)
= 585.412 mm,
R
(10)
= 577.434 mm, R
(20)
= 497.096 mm, R
(50)
= 396.179 mm, R
(100)
= 343.972
mm. Untuk BPP Lhoksukon R
(5)
= 563.9 mm, R
(10)
= 556.209 mm, R
(20)
=
478.830 mm, R
(50)
= 381.621 mm, R
(100)
= 338.084 mm.

4.1.2 Intensitas hujan
Intensitas hujan yang terjadi diambil berdasarkan perhitungan curah hujan
yang memiliki nilai maksimum adalah BPP Peunteut dengan periode ulang 5, 10,
20, 50, 100 tahun yaitu I
5
= 209.34 mm/jam, I
10
= 206.554 mm/jam, I
20
= 177.907
mm/jam, I
50
= 141.789 mm/jam, I
100
= 118.647 mm/jam.

Teras Jurnal, Vol 3, No 2, September 2013 ISSN 2088-0561
Studi Analisa Kapasitas Debit Terhadap Kebutuhan Air Bersih Proyeksi Tahun 2009-
2014 Pada IPA Bantuan AXFAM (PDAM Tirta Mon Pase) Kabupaten Aceh Utara
Susilah
115

4.1.3 Debit Andalan
Tidak tersedianya data aliran sungai berupa debit andalan yang pernah
terjadi, maka debit andalan sungai dapat dihitung dengan menggunakan rumus
berdasarkan data curah hujan, nilai koefisien aliran (C), nilai koefisien
tampungan (Cs), intensitas hujan (I), dan luas aliran (A). Debit andalan yang
digunakan penulis untuk periode ulang 5 tahun diambil dari hasil perhitungan
yaitu sebesar 8967.205 m
3
/det.

4.2 Pembahasan
Adapun yang menjadi pembahasan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :

4.2.1 Proyeksi Jumlah Penduduk
Untuk mengetahui dan memperkirakan besarnya jumlah penduduk pada
masa mendatang diperlukan data-data mengenai besarnya jumlah penduduk pada
tahun tahun sebelumnya. Pada data BPS Kabuaten Aceh Utara telah didapat data
pada tahun 2003 2007, yang mana hasilnya adalah dibawah ini :

Tabel 4.1 Data Penduduk
TAHUN
JUMLAH PENDUDUK
KEC. MEURAH MULIA KEC. SAMUDERA
2003 16582 21060
2004 16253 21908
2005 16421 21466
2006 16443 21880
2007 16766 22508
Sumber : BPS Kabupaten Aceh Utara

Proyeksi pertumbuhan jumlah penduduk sampai dengan tahun 2014 dapat
dilihat pada tabel 4.2 di bawah ini.

Tabel 4.2 Pertumbuhan Jumlah Penduduk
TAHUN
JUMLAH PENDUDUK
KEC. MEURAH MULIA KEC. SAMUDERA
2008 16815 22891
2009 16863 23280
2010 16912 23675
2011 16961 24078
2012 17010 24487
2013 17060 24904
2014 17109 25327

4.2.2 Proyeksi Kebutuhan Air Bersih
Kebutuhan air bersih dibagi menjadi dua yaitu kebutuhan air domestik dan
kebutuhan air non domestik. Kebutuhan air domestik adalah kebutuhan air untuk
keperluan rumah tangga yang jumlah kebutuhannya didasarkan pada banyaknya
penduduk. Sedangkan untuk kebutuhan air non domestik adalah kebutuhan air
Teras Jurnal, Vol 3, No 2, September 2013 ISSN 2088-0561
Studi Analisa Kapasitas Debit Terhadap Kebutuhan Air Bersih Proyeksi Tahun 2009-
2014 Pada IPA Bantuan AXFAM (PDAM Tirta Mon Pase) Kabupaten Aceh Utara
Susilah
116

untuk kebutuhan kegiatan penunjang kota, yang terdiri dari kegiatan komersial
dan kegiatan sosial. Untuk memenuhi kebutuhan air domestik di kecamatan
Meurah Mulia dan Samudera sebesar 1026540 liter/hari dan 1519620 liter/hari,
sedangkan untuk kebutuhan air non domestik di kecamatan Meurah Mulia dan
Samudera sebesar 3459110 liter/hari dan 3723710 liter/hari.

Tabel 4.3 Kebutuhan Air Domestik
TAHUN
KEBUTUHAN AIR DOMESTIK (l/dt)
KEC. MEURAH MULIA KEC. SAMUDERA
2008 1008900 1373460
2009 1011780 1396800
2010 1014720 1420500
2011 1017660 1444680
2012 1020600 1469220
2013 1023600 1494240
2014 1026540 1519620

4.2.3 Aliran Melalui Pipa
Setelah melakukan perhitungan aliran melalui pipa maka diperoleh data-
data sebagai berikut.
Untuk kapasitas distribusi 20 l/dt digunakan Pipa Diameter 250 mm = 8
Kecepatan aliran, V = 1.019 m/d
Angka Reynolds, Re =12,74 x 10
6

Koefisien gesekan, f = 0,0167
Kehilangan tenaga aliran, h
f
= 1,416 m
tegangan geser pada dinding,
o
= 2,167 N/m
2

kecepatan geser, V
*
= 0,0465 m/d
Kecepatan pada sumbu pipa, V = Vmaks = 0.572 m/dt
Daya pompa, D = 7.833 hp
Untuk kapasitas distribusi 150 l/dt digunakan Pipa Diameter 300 mm = 12
Kecepatan aliran, V = 2.831 m/d
Angka Reynolds, Re =42,45 x 10
6

Koefisien gesekan, f = 0,0123
Kehilangan tenaga aliran, h
f
= 6,691 m
tegangan geser pada dinding,
o
= 12,322 N/m
2

kecepatan geser, V
*
= 0,111 m/d
Kecepatan pada sumbu pipa,V = Vmaks = 0,393 m/dt
Daya pompa, D = 28.333 hp

5. Kesimpulan
Ada beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan yang
dilakukan terhadap analisa kebutuhan air bersih yaitu :
1. Kebutuhan air bersih untuk kebutuhan masyarakat di wilayah Kecamatan
Samudera diperoleh sebesar 5243330 liter/hari = 60,686 l/dt dan Kecamatan
Meurah Mulia diperoleh sebesar 4485650 liter/hari = 51,917 l/dt.
2. Jumlah pertumbuhan penduduk pada tahun 2014 untuk pemenuhan kebutuhan
air bersih di Kecamatan Samudera diperoleh sebesar 25327 jiwa dan jumlah
Teras Jurnal, Vol 3, No 2, September 2013 ISSN 2088-0561
Studi Analisa Kapasitas Debit Terhadap Kebutuhan Air Bersih Proyeksi Tahun 2009-
2014 Pada IPA Bantuan AXFAM (PDAM Tirta Mon Pase) Kabupaten Aceh Utara
Susilah
117

pertumbuhan penduduk pada tahun 2014 di Kecamatan Meurah Mulia
diperoleh sebesar 17109 jiwa.
3. Debit andalan Sungai Krueng Pase sebesar Q = 7.765,911 m
3
/det.
4. Selisih kebutuhan air bersih yang dibutuhkan dengan kebutuhan air bersih yang
tersedia pada IPA Bantuan Oxfam yaitu 92,603 l/dt.
5. Maka secara umum IPA Bantuan Oxfam yang berkapasitas 20 l/dt tidak
mampu memenuhi kebutuhan air bersih untuk lima tahun ke depan seiring
dengan pertumbuhan jumlah penduduk di Kecamatan Samudera dan
Kecamatan Meurah Mulia.
6. Semakin besar kecepatan aliran V, dimensi pipa A, dan debit aliran Q, maka
daya pompa yang diperlukan semakin besar pula.


Daftar Kepustakaan

1. Anonim, (2008), Aceh Utara Dalam Angka (2008), Penerbit Badan Pusat
Statistik Kabupaten Aceh Utara, Aceh Utara.
2. Anonim, (2007), Buku Panduan Pengembangan Air Minum, Penerbit
Direktorat Jendral Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta.
3. Anonim, (2006), Master Plan Sistem Penyediaan Air Minum PDAM Tirta
Mon Pase, Penerbit Wahana Cipta Inti, Bandung.
4. Anonim, (1997), Rekayasa Lingkungan, Penerbit Guna Darma, Jakarata.
5. Anonim, (2002), Sistem Penyediaan Air Minum Perkotaan, Penerbit
Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, Jakarta.
6. Desmi, A., (2005), Studi Keandalan Sumber Air Danau Laut Tawar
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Peusangan, Tesis, Unsyiah, Banda
Aceh.
7. Sasongko, D., (1995), Teknik Sumber Daya Air, Penerbit Erlangga, Jakarta.
8. Soewarno, (1998), Hidrologi Pengukuran dan Pengolahan Data Aliran
Sungai, Penerbit Nova, Jakarta.
9. Sutrisno, T., (1987), Teknologi Penyediaan Air Bersih, Penerbit Rineka
Cipta, Jakarta.
10. Triatmodjo, B., (1996), Hidrolika II, Penerbit Beta Offset, Yogyakarta.
11. Wesli, (2008). Drainase Perkotaan, Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai