Anda di halaman 1dari 5

5.6.

1 Berat Jenis Berat jenis merupakan perbandingan massa suatu volume minyak pada temperatur tertentu dengan massa sejumlah volume air murni pada temperatur tertentu. Berat jenis dapat menunjukkan jenis dan jumlah fraksi yang terkandung pada minyak t. Berat Jenis yang rendah mengindikasikan bahwa didalam minyak tersebut banyak terdapat fraksi ringan dan berlaku sebaliknya. Tujuan dari penentuan berat jenis adalah sebagai kontrol dan salah satu indikator awal bila terjadi kontaminasi yang dapat menurunkan mutu produk. Nilai berat jenis juga bermanfaat untuk perhitungan pada proses blending dan perhitungan berat dari produk. Nilai berat jenis 60/60F dapat dikonversikan untuk memperoleh nilai densitas. Dimana hasil pembacaan hidrometer dan temperatur dikonversikan ke dalam tabel standar yang berlaku untuk mendapatkan data standar densitas. Tabel 21 (Specivic Gravity 60/60F). Tabel 5.4 Tabel konversi specivic gravity 60/60F ke densitas Specivic Gravity 0,700 0,738 0,738 0,792 0,793 0,860 0,861 0,954 0,955 1,000 5.6.2 Angka Oktan Riset Karakteristik utama sebuah bahan bakar minyak adalah sifat pembakarannya. Kualitas pembakaran yang baik ditunjukkan pada kemampuan bahan bakar dalam mencegah terjadinya ketukan mesin Pengujian untuk bahan bakar bensin, kualitas pembakaran ini dinyatakan dengan bilangan oktan. Bilangan oktan menunjukkan ukuran anti ketukan dari bahan bakar minyak atau bensin yang dibandingkan dengan bahan bakar pembanding standar (pertamax plus: campuran isooktana dan nHasil Dikurangi 0,0002 0,0003 0,0004 0,0005 0,0006

heptana) bila diuji pada mesin kendaraan. Angka oktan ditentukan dengan membandingkan tendensi ketukan sampel dengan ketukan campuran suatu bahan bakar pembanding yang diketahui angka oktannya pada suatu kondisi optimum standar. Adanya pembakaran bahan bakar yang tepat, yaitu pembakaran dari busi akan merambat secara cepat keseluruh ruang pembakaran, bahan bakar tersebut tidak mudah menimbulkan ketukan dalam mesin. Ketukan dalam mesin timbul karena terjadi

pembakaran abnormal. Secara umum mutu bahan bakar ini ditentukan oleh kebutuhan angka oktan. Angka oktan riset bahan bakar bensin menunjukan mutu anti ketuk yang dimiliki oleh bahan bakar tersebut. Terjadinya ketukan pada motor bensin tergantung pada angka oktan dari bahan bakar yang digunakan. Bila bahan bakar yang digunakan memenuhi kebutuhan angka oktan dari motor bensin, maka tidak akan terjadi ketukan.

5.6.3 Distilasi Karakteristik volatilitas hidrokarbon mempunyai efek penting dalam hal keamanan dan kinerjanya, khususnya bila dipergunakan sebagai bahan bakar. Volatilitas secara umum adalah tendensi hidrokarbon untuk membentuk uap yang berpotensi membuat ledakan. Sifat ini merupakan sifat yang penting dan kritis didalam bahan bakar motor gasoline (mogas) karena berpengaruh pada waktu penggunaan seperti untuk start mesin, dan tendensi terjadinya vapor lock. Sifat penguapan suatu bahan bakar diuji dengan menggunakan sifat distilasi dengan metode standar ASTM. Distilasi pada 10% volume penguapan memegang peranan penting dalam kemudahan menghidupkan mesin pada kondisi dingin ( cold starting). Semakin rendah temperatur pada distilasi 10% volume penguapan, maka semakin mudah mesin untuk dihidupkan pada kondisi dingin. Agar mesin mudah distart dan cepat memanas maka distilasi 10% teruapkan pada temperatur maksimum 70C. Distilasi 50% volume penguapan bahan bakar mogas dimaksudkan untuk

kecenderungan pemanasan motor (warm up). Makin temperatur pada uji distilasi 50% volume penguapan, makin mudah mesin mengubah kecepatannya sehingga semakin pendek waktu pemanasan yang diperlukan. Oleh sebab itu spesifikasi mogas membatasi suhu 50% volume penguapan pada uji distilasi antara 77C - 110C. Distilasi 90% volume teruapkan dalam spesifikasi bahan bakar harus terjadi pada temperatur maksimum 180C. Hal tersebut dimaksudkan untuk menjamin kebersihan mesin dan tidak menimbulkan pengenceran minyak pelumas mesin. Temperatur tersebut juga mempengaruhi meratanya distribusi bahan bakar dalam silinder mesin. Semakin tinggi suhu, maka distribusinya semakin tidak merata. Oleh sebab itu temperatur 90% volume distilasi dibatasi maksimum 180C. Titik didih akhir (FBP) untuk pertamax plus menurut spesifikasinya dibatasi maksimum 205C. Keadaan ini dimaksudkan agar semua bahan bakar di ruang bakar terbakar habis. Suhu FBP mengindikasikan adanya fraksi berat yang tercampur dalam

bahan bakar ini. Bila suhu FBP melewati batas tersebut, maka fraksi berat bahan bakar ini akan jatuh kedalam ruang bakar sehingga dapat merusak pelumas. Kandungan residu dalam bahan bakar bensin dibatasi maksimum 2,0% volume agar pada

aplikasinya tidak terjadi pengotoran yang berlebihan di ruang bakar motor.

5.6.4 Getah Purwa (Gum Content) Gum atau getah purwa menunjukkan sifat kebersihan bahan bakar mogas dapat diketahui dari kandungan gum content yaitu sisa dari penguapan bahan bakar mogas yang tidak larut dalam n-heptana. Gum terbentuk dari proses cracking menjadi olefin. Getah purwa dalam bensin dapat menimbulkan pengotoran pada sistem pengaturan bahan bakar dan didalam ruang bakar motor. Spesifikasi bensin menetapkan kandungan getah purwa maksimum 4,0 mg/100ml. Getah purwa di dalam bahan bakar mogas diukur denagan menggunakan alat uji baku yaitu metode standar ASTM.

4.6.5 Periode Induksi Sifat stabilitas mogas dapat diketahui dengan pengujian periode induksi. Dimana sifat kebersihan dari bahan bakar sangat penting agar tidak mengalami perubahan komposisi kimia, karena perubahan komposisi kimia dapat menurunkan mutu suatu bahan bakar.

5.6.6 Kandungan Sulfur Sulfur didalam minyak bumi merupakan pengotor. Adanya kandungan sulfur pada bahan bakar petramax plus dapat menyebabkan korosi logam pada mesin. Sulfur juga dapat menyebabkan polusi udara karena sulfur jika dibakar akan menghasilkan gas SO yang beracun dan korosif. Jadi kandungan sulfur di dalam minyak dibatasi sekecil mungkin. Menurut spesifikasi bahan bakar pertamax plus kandungan sulfur dibatasi maksimum 0,05% m/m (sesuai dengan uji baku standar ASTM D 2622).

5.6.7 Tes Doktor Uji tes doktor dari bahan bakar mogas mengidikasikan sifat korosi pada bahan bakar uji. Uji ini secara kualitatif menunjukkan ada tidaknya kandungan sulfur secara kualitas pada bahan bakar uji.

5.6.8 Korosi Bilah Tembaga

Pengujian korosi bilah tembaga dari bahan bakar mogas mengindikasikan kemampuan terjadinya korosi pada bagian dari sistem penyaluran bahan bakar yang terbuat dari tembaga, kuningan atau perunggu. Korosi bilah tembaga pada 3jam/50C bahan bakar bensin diukur menggunakan alat uji baku standar ASTM.

5.6.9 Reid Vapor Pressure (RVP) Uji Reid Vapor Pressure (RVP) atau tekanan uap reid bahan bakar bensin dimaksudkan untuk mengetahui tekanan uap mutlak dari produk minyak yang mudah menguap dan tidak kental. Bahan bakar mogas harus mudah menguap agar motor mudah distart serta memerlukan waktu yang pendek untuk pemanasan pendahuluan dan menghasilkan pembakaran yang sempurna juga akselerasi mesin yang bagus. Jika bensin terlalu sukar menguap maka akan mengakibatkan pembakaran tidak sempurna sehingga tidak membentuk kerak berlebihan pada busi dan silinder mesin, mengotori minyak pelumas sehingga mudah terjadi pengausan pada ruang bakar. Oleh sebab itu RVP dibatasi minimum 45 kPa. Sebaliknya bahan bakar mogas juga tidak boleh terlalu mudah menguap, karena selain akan menimbulkan losses yang berlebihan juga bisa mengakibatkan vapor lock pada karburator sehingga besar RVP dibatasi maksimum 60 kPa.

5.6.10 Analisis PONA Analisis PONA merupakan analisis yang digunakan untuk menentukan kandungan aromatik dengan menggunakan metode uji baku ASTM. Kandungan aromatik yang terdapat dalam bahan bakar dapat meningkatkan angka oktan riset, tetapi dapat menyebabkan bensin sukar untuk terbakar dan cenderung membentuk kerak. Oleh karena itu kandungan aromatik dalam bahan bakar mogas harus dibatasi sesuai dengan spesifikasi Dirjen Migas

5.6.11 Sulfur Merkaptan Merkaptan merupakan senyawa yang menimbulkan korosi, oleh karenanya penambahan merkaptan dalam suatu bahan bakar pertamax harus dibatasi yaitu sebesar 0,002% massa. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kandungan sulfur merkaptan secara kualitatif dengan menggunakan metode uji baku ASTM.

Anda mungkin juga menyukai