Anda di halaman 1dari 17

BAB I PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang Menurut World Health Organization ( WHO ) 1998, Abortus didefinisikan sebagai upaya terminasi kehamilan yang dilakukan sebelum janin mampu hidup di luar kandungan. Abortus yang tidak aman ( unsafe abortion ) adalah abortus yang dilakukan dengan menggunakan metode beresiko tinggi, bahkan fatal dilakukan oleh orang yang tidak terlatih atau tidak terampil serta komplikasinya merupakan penyebab langsung kematian wanita usia reproduksi. Abortus merupakan berakhirnya kehamilan sebelum anak dapat hidup di dunia luar tanpa mempersoalkan penyebabnya. Anak baru hidup di dunia luar kalau beratnya telah mencapai lebih dari 500 gram atau umur kehamilan lebih dari 20 minggu. Abotus dibagi kedalam abortus spontan, yaitu abortus yang terjadi dengan sendirinya, dan keguguran ini merupakan kurang lebih 20% dari semua abortus, sedangkan abortus buatan (provocatus), yaitu abortus yang terjadi disengaja, digugurkan, dan 80% dari semua abortus adalah abortus provocatus ( Obstetri Patologi FK Unpad.2002 ) Abortus merupakan penyebab kematian ibu yang muncul dalam bentuk komplikasi perdarahan dan sepsis. Menurut profil Kesehatan Reproduksi Indonesia 2003, yang dikeluarkan Departemen Kesehatan RI ( DepKes RI ) tentang penyebab kematian ibu yang abortus, diketahui bahwa semua wanita hamil beresiko terhadap kematian ibu (Helianty, 2003). Penyebab langsung kematian ibu di negara-negara berkembang meliputi pendarahan, infeksi, persalinan macet, abortus atau keguguran, dan kehamilan dengan gangguan hipertensi. WHO memperkirakan di seluruh dunia, dari 46 juta kelahiran pertahun terdapat 20 juta kejadian abortus. Sekitar 13 % dari jumlah total kematian ibu di seluruh dunia diakibatkan oleh komplikasi abortus, 800 wanita diantaranya meninggal karena komplikasi abortus dan sekurangnya 95 % 19 dari setiap 20 tindak abortus) di antaranya terjadi di negara berkembang. Di Indonesia angka kematian Ibu (AKI) menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI 2002/2003) masih berada pada angka 307 per 100.000 kelahiran hidup.
1

Kejadian abortus di Indonesia setiap tahun terjadi 2 juta kasus. Ini artinya terdapat 43 kasus abortus per 100 kelahiran hidup. Menurut sensus penduduk tahun 2000, terdapat 53.783.717 perempuan usia 15 49 tahun, dan dari jumlah tersebut terdapat 23 kasus abortus per 100 kelahiran hidup 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa pengertian abortus ? 2. Apa Anatomi dan fisiologi anemia pada abortus ? 3. Apa etiologi abortus ? 4. Apa klasifikasi abortus ? 5. Apa patofisiologi abortus ? 6. Apa manifestasi klinik abortus ? 7. Apa penatalaksanaan medis dan penatalaksanaan keperawatan abortus? 8. Apa pemeriksaan penunjang abortus pada kehamilan ? 9. Apa komplikasi abortus ? 10. Bagaimana asuhan keperawatan abortus ?

1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan Umum Mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan abortus 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada pasien abortus, sesuai dengan kondisi pasien. 2. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan anemia sesuai kondisi pasien. 3. Mahasiswa mampu melakukan intervensi keperawatan kepada pasien dengan anemia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Abortus adalah penghentian kehamilan atau pengeluaran produk konsepsi sebelum janin hidup.janin biasanya dianggap mampu setelah lima sampai enam bulan masa gestasi (Brunner dan Suddarth 2001) ) Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 28 minggu atau berat janin kurang dari 1.000 gram. (Carpenito, Lynda, 2001, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta)

Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram (Mansjoer,Arif,dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga, jilid I, hlm: 260 FKUI Jakarta: Media Aesculapius).

2.2 Anatomi Fisiologi

Organ Genitalia Eksterna Organ genitalia eksterna terdiri dari (Prawirohardjo, 2009): Vulva (pukas) atau pudenda, meliputi seluruh struktur eksternal yang dapat dilihat mulai dari pubis sampai perineum, yaitu mons veneris, labia mayora dan labia minora, klitoris, selaput darah (hymen), vestibulum, muara uretra, berbagai kelenjar, dan struktur vaskular. 1. Mons veneris atau mons pubis adalah bagian yang menonjol di atas simfisis dan pada perempuan setelah pubertas ditutup oleh rambut kemaluan. Pada perempuan
3

umumnya batas atas rambut melintang sampai pinggir atas simfisis, sedangkan ke bawah sampai ke sekitar anus dan paha. 2. Labia mayora (bibir-bibir besar) terdiri atas bagian kanan dan kiri, lonjong mengecil ke bawah, terisi oleh jaringan lemak yang serupa dengan yang ada di mons veneris. Labia mayora analog dengan skrotum pada pria. 3. Labia minora (bibir-bibir kecil atau nymphae) adalah suatu lipatan tipis dan kulit sebelah dalam bibir besar. Kulit yang meliputi bibir kecil mengandung banyak glandula sebasea (kelenjar-kelenjar lemak) dan juga ujung-ujung saraf yang menyebabkan bibir kecil sangat sensitif. Jaringan ikatnya mengandung banyak pembuluh darah dan beberapa otot polos yang menyebabkan bibir kecil ini dapat. mengembang. 4. Klitoris kira-kira sebesar kacang ijo, tertutup oleh preputium klitoridis dan terdiri atas glans klitoridis, korpus klitoridis, dan dua krura yang menggantungkan klitoris ke os pubis. Glans klitoridis terdiri atas jaringan yang dapat mengembang, penuh dengan urat saraf, sehingga sangat sensitif. 5. Vestibulum berbentuk lonjong dengan ukuran panjang dan depan ke belakang dan dibatasi di depan oleh klitoris, kanan dan kiri oleh kedua bibir kecil dan di belakang oleh perineum (fourchette). 6. Bulbus Vestibuli sinistra et dekstra merupakan pengumpulan vena terletak di bawah selaput lendir vestibulum, dekat namus ossis pubis. Panjangnya 3-4 cm, lebarnya 1-2 cm dan tebalnya 0,5-1 cm. Bulbus vestibuli mengandung banyak pembuluh darah, sebagian tertutup oleh muskulus iskio kavernosus dan muskulus konstriktor vagina. 7. Introitus Vagina mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda-beda. Pada seorang Virgo selalu dilindungi oleh labia minora yang baru dapat dilihat jika bibir kecil ini dibuka. Introitus vagina ditutupi oleh selaput dara (himen). Himen ini mempunyai bentuk berbeda-beda, dan yang semilunar (bulan sabit) sampai yang berlubang-lubang atau yang bersekat (septum). 8. Perineum terletak antara vulva dan anus, panjangnya rata-rata 4 cm. Jaringan yang mendukung perineum terutama ialah diafragma pelvis dan diafragma urogenitalis.

Organ genitalia interna pada wanita terdiri dari (Prawirohardjo, 2009): 1. Vagina (Liang Kemaluan/Liang Senggama) Setelah melewati introitus vagina, terdapat liang kemaluan (vagina) yang merupakan suatu penghubung antara. introitus vagina dan uterus. Dinding depan dan belakang vagina berdekatan satu sama lain, masing-masing panjangnya berkisar antara 6-8 cm dan 7-10 cm. Bentuk vagina sebelah dalam yang berlipat-lipat disebut rugae. 2. Uterus Uterus berbentuk seperti buah avokad atau buah pir yang sedikit gepeng ke arah depan belakang. Ukurannya sebesar telur ayam dan mempunyai

rongga.Dindingnya terdiri atas otot-otot polos. Ukuran panjang uterus adalah 7-7,5 cm, lebar di atas 5,25 cm, tebal 2,5 cm, dan tebal dinding 1,25 cm. Letak uterus dalam keadaan fisiologis adalah anteversiofleksio (serviks ke depan dan membentuk sudut dengan vagina, sedangkan korpus uteri ke depan dan membentuk sudut dengan serviks uteri). Uterus rnempunyai tiga fungsi yaitu dalam siklus menstruasi sebagai peremajaan endometrium, dalam kehamilan sebagai tempat tumbuh dan berkembang janin, dan dalam persalinan berkontraksi sewaktu melahirkan dan sesudah melahirkan (Hacker, 2001). Uterus terdiri atas fundus uteri bagian uterus proksimal; di situ kedua tuba Falloppii masuk ke uterus korpus uteri bagian uterus yang terbesar.Pada kehamilan bagian ini mempunyai fungsi utama sebagai tempat janin berkembang, Rongga yang terdapat di korpus uteri disebut kavum uteri (rongga rahim). serviks uteri terdiri atas pars vaginalis servisis uteri yang dinamakan porsi pars supravaginalis servisis uteri yaitu bagian serviks yang berada di atas vagina. Secara histologik dari dalam ke luar, uterus terdiri atas (1) endometrium di korpus uteri dan endoserviks di serviks uteri; (2) otot-otot polos; dan (3) lapisan serosa, yakni peritoneum viserale. Endometrium terdiri atas epitel kubik, kelenjar-

kelenjar dan jaringan dengan banyak pembuluh darah yang berkeluk-keluk, Endometrium melapisi seluruh kavum uteri dan mempunyai arti penting dalam siklus haid perempuan dalam masa reproduksi. 3. Tuba Falloppi Tuba Falloppi terdiri atas : pars irterstisialis, yaitu bagian yang terdapat di dinding uterus pars ismika merupakan bagian medial tuba yang sempit seluruhnya, pars ampullaris, yaitu bagian yang berbentuk sebagai saluran agak lebar, tempat konsepsi terjadi infundibulum, yaitu bagian ujung tuba yang terbuka ke arah abdomen dan mempunyai fimbriae. Fimbriae penting artinya bagi tuba untuk menangkap telur dan selanjutnya menyalurkan telur ke dalam tuba. Bentuk infundibulum seperti anemon (sejenis binatang laut). 4. Ovarium (Indung Telur) Perempuan pada umumnya mempunyai 2 indung telur kanan dan kiri. Mesovarium menggantung ovanium di bagian belakang ligamentum latum kiri dan kanan. Ovarium berukuran kurang lebih sebesar ibu jari tangan dengan ukuran panjang kira-kira 4 cm, lebar dan tebal kira-kira 1,5 cm. 2.3 Klasifikasi 1. Abortus iminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu saat hasil konsepsi masih dalam uterus tanpa adanya dilatasi serviks 2. Abortus insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uterus yang meningkat tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus 3. Abortus inkompletus adalah pengeluaran hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih adanya sisa yang tertinggal dalam uterus 4. Abortus kompletus adalah abortus yang hasil konsepsinya sudah dikeluarkan 5. Abortus servikalis adalah keluarnya hasil konsepsi dari uterus dihalangi oleh ostium uterus eksternum yan g tidak membuka, sehingga semuanya terkumpul dalam kanalis servikalis uterus menjadi besar, kurang lebih bundar dengan dinding menipis
6

6. Missed abortion adalah kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi janin mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih ( Brunner & Suddarth, 2001) 2.4 Etiologi Menurut Mansjier 2001 abortus dapat terjadi karena beberapa sebab, yaitu : 1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, biasa menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini adalah : a. Kelainan kromosom terutama trisomi autosom dan monosomi X b. Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna c. Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan, tembakau dan alcohol 2. Kelainan pada plasenta, misalnya: endarteritis vili korialis karena hipertensi menahun. 3. Faktor maternal, seperti: pneumonia, tipus, anemia berat, keracunan dan toksoplasmosis. 4. Kelainan traktus genitalia, seperti: inkompetensi serviks (untuk abortus pada trimester kedua), retroversi uteri dan kelainan bawaan uterus.

2.5 Manifestasi Klinis 1. Terlambat haid atau amenore kurang dari 20 minggu Pada pemeriksaan fisik: keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat. 2. Perdarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi. 3. Rasa mulas atau keram perut didaerah atas simfisis, sering disertai nyeri pinggang akibat kontraksi uterus (Mansjier 2001)

2.6 Patofisiologi Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti dengan nerkrosis jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus.Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis belum menembus desidua secara dalam jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnyatidak dilepaskan sempurna dan
7

menimbulkan banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu janin dikeluarkan terlebih dahulu daripada plasenta hasil konsepsi keluar dalam bentuk seperti kantong kosong amnion atau benda kecil yang tidak jelas bentuknya (blightes ovum),janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetus papiraseus. (Brunner & Suddarth 2001)

2.7 Pemeriksaan Penunjang 1. Tes kehamilan dengan hasil positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu setelah abortus 2. Pemeriksaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup 3. Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion

2.8 Komplikasi Menurut Kapita Selekta Kedokteran th 2000 a. Perdarahan b. Perforasi a. Syok b. Infeksi c. Pada missed abortion dengan retensi lama hasil konsepsi dapat terjadi kelainan pembekuan darah.

2.9 Penatalaksanaan Medis Kuretase adalah cara menimbulkan hasil konsepsi memakai alat kuretase,sebelum melakukan kuretase penolong harus melakukan pemeriksaan dalam untuk menentukan letak uterus,keadaan servikal dan besarnya uterus. . Berikan obat

penenang, biasanya fenobarbital 3x30 mg. Berikan preparat hematinik misalnya sulfas ferosus 600-1.000 mg. Keperawatan 1. Abortus iminens Perdarahan pervaginam pada kehamilan kurang dari 20 minggu, tanpa ada tandatanda dilatasi serviks yang meningkat dan dengan penangan sebagai berikut:

Istirahat baring agar aliran darah ke uterus bertambah dan rangsangan mekanik berkurang. Periksa denyut nadi dan suhu badan dua kali sehari bila pasien tidak panas dan tiap empat jam bila pasien panas Diet tinggi protein dan tambahan vitamin Ca Bersihkan vulva minimal dua kali sehari dengan cairan antiseptik untuk mencegah infeksi terutama saat masih mengeluarkan cairan coklat.

2. Abortus insipiens Bila perdarahan diikuti dengan dilatasi serviks dan dengan penangan sebagai berikut: Bila perdarahan tidak banayak, tunggu terjadinya abortus spontan tanpa pertolongan selama 36 jam dengan diberikan morfin. Suntikkan ergometrin 0,5 mg intramuskular. Pada kehamilan lebih dari 2 minggu, berikan infuse oksitosin 10 IU dalam dekstrose 5% 500 ml dimulai 8 tetes/menit dan naikkan sesuai kontraksi uterus sampai terjadi abortus komplit. Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran plasenta secara manual. 3. Abortus inkomplit Bila sudah sebagian jaringan janin dikeluarkan dari uterus. Bila abortus inkomplit disertai infeksi genitalia disebut abortus infeksiosa, serta dengan penangan sebagai berikut: Bila disertai syok karena perdarahan, berikan infus cairan NaCl fisiologis atau ringer laktat dan secepat mungkin di transfusi darah. Setelah syok diatasi, lakukan kerokan dengan kuret tajam lalu suntikkan ergometrin 0,2 mg intramuscular. Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran plasenta secara manual. Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi.

4. Abortus komplit Bila seluruh jaringan janin sudah keluar dari uterus, yaitu dengan cara penangan sebagai berikut: Bila kondisi baik, berikan ergometrin 3x1 tablet selama 3 sampai 5 hari.
9

Bila anemia, berikan hematinik seperti sulfas ferosus atau transfuse darah. Berikan antibiotic untuk mencegah infeksi. Anjurkan untuk diet tinggi protein, vitamin dan mineral.

10

Patoflow Obat-obatan,kelainan plasenta,infeksi Pendarahan dan nekrosis jaringan desidua basalis Hasil konsepsi terlepas Ulkus berkontraksi Mengeluarkan hasil konsepsi Abortus

Rangsangan Pada uterus

Sisa konsepsi > besar Pendarahan berhari-hari

Post curetase Dilakukan tindakan curatase Adanya luka Kuman / bakteri masuk

Kontraksi uterus Kontraksi uterus

Dilatasi serviks
Rangsangan BPH

Defisit Volume Cairan

Perubahan status kesehatan Pribadi individu rentan stress Ansietas

Saraf afferent Medulla spinalis


Thalamus

Resti Infeksi

Saraf efferent Nyeri

Otot-otot kurang suplai O2 Otot-otot tidak berkontraksi kelemahan Intoleransi Aktivitas

11

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN 3.1 Pengkajian 1. Identitas

Meliputi : Nama, Umur, Jenis kelamin, Alamat, Status Perkawinan, Agama, Suku/Bangsa, Pendidikan, Pekerjaan, Tanggal Masuk, tanggal Pengkajian, Sumber Informasi. 2. a. Riwayat Kesehatan / Keperawatan Keluhan Utama :

apa yang dirasakan oleh pasien sekarang yaitu perut terasa sakit.keluar darah serta jaringan dari jalan lahir dan badan terasa lemah b. Riwayat Kehamilan Sekarang

menentukan HPHT untuk menentukan usia kehamilan.keluhan selama hamil trisemester 1 dan 2 yaitu adanya pendarahan pervaginaan banyak dan terdapat jaringan.Adakah nyeri perut bagian bawah dan apakah badan pasien terasa lemah. c. Riwayat Kesehatan Dahulu Guna mengetahui adanya riwayat penyakit keturunan,penyakit menular dan penyakit lainnya d. Riwayat kesehatan keluarga Adakah keluarga pasien pernah menderita penyakit keturunan,penyait menular dan penyakit keturunan yang lainnya. e. Riwayat kesehatan reproduksi : Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya,

banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainya f. . Riwayat kehamilan , persalinan dan nifas : Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya. g.. Riwayat seksual : Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang digunakan serta keluahn yang menyertainya. h.. Riwayat pemakaian obat : Kaji riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis obat lainnya. i. Pola aktivitas sehari-hari : Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit. j Pemeriksaan fisik, meliputi : a) Breath : RR =18x/menit
12

Tidak ada suara nafas tambahan Tidak menggunakan alat bantu pernafasan b) Blood Tekanan darah : <120/80 mmhg Nadi : < 80x/menit Suhu : 39 celcius HB : <12 Leukosit : 15000 Akral Dingin c) Brain Stupor tidak mengalami gangguan d) Bladder = e) Bowel : Nyeri didaerah perut,penurunan nafsu makan,frekuensi BAB 1x/hari,berbau khas konsistensi padat f) Bone : pergerakan dalam batas normal g) Psikologis : Ansietas h) Sosial hubungan dengan suami dan keluarga : baik

3.2 Diagnosa Keperawatan 1.Defisit volume cairan berhubungan dengan pendarahan yang terus-menerus 2.Nyeri berhubungan dengan adanya rangsangan pada uterus 3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kurangnya suplai oksigen kejaringan tubuh 4. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahua tentang penyakit 5. Resiko tinggi infeksi berhubungan adanya luka yang lembab(vulva lembab)

3.3 Intervensi Keperawatan 1. Defisit volume cairan berhubungan dengan pendarahan yang terus-menerus Tujuan : tidak terjadi defisit volume cairan, seimbang antara intake dan output baik jumlah maupun kualitas. Kriteria hasil : cairan tubuh pasien terpenuhi ,tidak terjadi dehidrasi

13

INTERVENSI Observasi status hemodinamika -

RASIONAL Pengeluaran cairan pervginal

sebagai akibat abortus memiliki karakteristik bervariasi Ukur pemasukan dan pengeluaran caiaran harian Untuk mengukur jumlah cairan ditentukan dari jumlah kebutuhan harian dengan jumlah cairan yang Kolaborasi dnegan cara berikan cairan pengganti cairan tubuh hilang. Tranfusi mungkin diperlukan pada kondisi perdarahan

2. Nyeri berhubungan dengan adanya rangsang pada uterus Tujuan : Pasien merasakan nyerinya berkurang Kriteria Hasil : -Nyeri pasien berkurang INTERVENSI Observasi skala nyeri Ukur TTV : TD, RR, Nadi, Suhu Anjurkan tekhnik relaksasi nafas dalam Jelaskan kepada pasien tentang nyeri yang diderita dan penyebabnya Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik RASIONAL Untuk mengetahui sejauh mana tingkat nyeri yang diderita pasien Untuk mengetahui keadaan umu pasien Untuk mengurangi stress atau nyeri yang dirasakan pasien Memberikan pengetahuan kepada pasien mengenai penyakit yang dialami Kolaborasi pemberian analgetik

dapat mengurangi rasa nyeri pasien.

14

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kurangnya suplai o2 ke jarigan tubuh Tujuan : Klien dapat melakukan aktivitas tanpa komplikasi Kriteria hasil : skala mobilitas 0-1 skala kekuatan 5 klien keliatan segar

INTERVENSI -

RASIONAL

Observasi tingkat kebutuhan klien Mencegah terjadinya kondisi klien yang lebih pasien melakukan aktivitas buruk memenuhi Mengistirahatkan klien secara optimal Aktivitas merangsang peningkatan

Bantu

klien

untuk

kebutuhan sehari-hari -

Observasi pengaruh aktivitas terhadap vaskularisasi kondisi pasien Menilai kondisi umum klien

Evaluasi perkembangan kemampuan

4.Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit Tujuan : tidak terjadi kecemasan pengetahuan klien dan keluarga terhadap penyakit bertambah Kriteria hasil : Pasien tampak tenang

INTERVENSI Observasi tingkat pengeahuan klien tentang penyakit Menerangkan kepada klien dan keluarga klien mengenai penyakit dan apa saja yang dialami Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman Tingkatkan kepercayaanantar klien -

RASIONAL Untuk memantau sejauh man wawasan pasien tentang penyakit Untuk membri tahu pengetahuan terhadap klien Menciptakan suasan yang tenang Untuk memupuk rasa saling

percaya antara satu sama lain klien dan paramedis

15

keluarga terhadap petugas medis dalam penatalaksanaan

5.Resiko tinggi infeksi berhubungan adanya luka yang lembab(vulva lembab) Tujuan : tidak terjadinya infeksi selama perawatan Kriteria Hasil : tidak ada tanda-tanda infeksi pada pasien

INTERVENSI Observasi intake dan output Untuk

RASIONAL memantau dan mengecek

cairan,jumlah,warna dan bau Perawatan vulva Ajarkan keluarga klien cara -

perubahan yang terjadi yang dicurgai terjadi infeksi Melakukan perawatan vulva untuk mempercepat proses penyembuhan dan terhindar dari bahaya infeksi Meningkatkan pengetahuan kepada keluarga klien tentang tanda ifeksi sehingga klien mampu merawat diri

mengidentifikasi /mencirikan tandatanda infeksi

16

Daftar Pustaka Brunner, Suddarth, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta Carpenito, Lynda, (2001), Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I. Media Aesculapius. Jakarta

17

Anda mungkin juga menyukai