Anda di halaman 1dari 29

SKENARIO C BLOK 23 TAHUN 2013 A female baby was born at Moh.Husein Hospital from a 19 years old woman.

Her mother ,Mrs.Solehah was hospitalized at Moh.Husein Hospital due to contraction.It was her first pregnancy. She forgot when her first day of last period, but she thought that her pregnancy was about 8 months. She said that she never had hypertension or other illness during her pregnancy. Six hours after admitted, she delivered her baby spontaneously .The labor process was 30 minutes, and rupture of membrane happened one hour before delivery. The baby didny cry spontaneously after birth ,and resuscitation was done. APGAR score at 1 minute was 1, at 5 minute was 3, and at !0 minute was 7.one hour laer baby still had grunting and cyanosis. On physical examination: Body weight was 1400 gr, body length was 40 cm, and head circumference was 30 cm. The muscle tone decreased , she poorly flexed at the limbs ,she had thin skin,more lanugo over the body and plantar creased at 1/3 anterior .At 10 minutes of age , she still had grunting and cyanosis on the whole body. The respiratory rate was 70x/min,heart rate was 150 bpm, the temperature was 36 C.There was chest indrawing .Other physical examination were within normal limit

Klarifikasi istilah 1. Contraction : Mendekatkan atau pendekatan atau pengkerutan 2. Hypertension : Peningkatan tekanan darah arteri secara persistent yang penyebabnya mungkin tidak diketahui,atau mungkin oleh penyakit lain. 3. Spontaneously delivery : Proses kelahiran dengan menggunakan tenaga ibu sendiri melalui jalan lahir per vaginam. 4. Rupture of membrane : Pecahnya kantung amnion (ketuban) 5. Apgar Score : Metode yang digunakan untuk menilai keadaan bayi sesaat setelah dilahirkan.untuk menilai apakah bayi menderita asphyxia atau tidak. 6. Resuscitation : Inisiasi pernapasan pada seseorang yang pernapasannya terhenti 7. Grunting : Suara pada akhir ekspirasi (seperti mendengkur atau merintih) ,paling sering terdengar pada bayi baru lahir,atau bayi yang mengalami gawat pernapasan 8. Cyanosis : Warna kulit dan membrane mukosa kebiruan atau pucat karena kekurangan oksigen dalam darah 9. Chest indrawing : Penarikan dinding dada sebelah bawah ke dalam 10. Lanugo : Rambut halus pada tubuh janin

Identifikasi Masalah
1.

A female baby was born at Moh.Husein Hospital from a 19 years old woman. Her mother ,Mrs.Solehah was hospitalized at Moh.Husein Hospital due to contraction.

2.

It was her first pregnancy. She forgot when her first day of last period, but she thought that her pregnancy was about 8 months. She said that she never had hypertension or other illness during her pregnancy.

3.

Six hours after admitted, she delivered her baby spontaneously .The labor process was 30 minutes, and rupture of membrane happened one hour before delivery. The baby didny cry spontaneously after birth ,and resuscitation was done. APGAR score at 1 minute was 1, at 5 minute was 3, and at !0 minute was 7.one hour laer baby still had grunting and cyanosis.

4.

On physical examination: Body weight was 1400 gr, body length was 40 cm, and head circumference was 30 cm. The muscle tone decreased , she poorly flexed at the limbs ,she hadthin skin,more lanugo over the body and plantar creased at 1/3 anterior .At 10 minutes of age , she still had grunting and cyanosis on the whole body. The respiratory rate was 70x/min,heart rate was 150 bpm, the temperature was 36 C.There was chest indrawing .Other physical examination were within normal limit.

Analisis masalah 1. Bagaimana Hubungan umur ibu dengan kelahiran anak yang pertama? Usia ibu hamil yang kurang dari 20tahun dan lebih dari 34 tahun merupakan faktor resiko utama terjadinya persalinan preterm (prematuritas). 2. Bagaimana etiologi dan fisiologi terjadinya kontraksi pada kelahiran?

3. Apa faktor resiko yang menyebabkan terjadinya kelahiran preterm?


A. Faktor ibu a. Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan misalnya toksemia gravidarum, perdarahan ante partum, trauma fisis dan psikologis, penyakit lainnya ialah nefritis akut, diabetes mellitus, infeksi akut atau tindakan operatif dapat merupakan faktor etiologi prematuritas. b. Usia Angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia ibu dibawah 20 tahun dan pada multigravida yang jarak antar kelahirannya terlalu dekat. Kejadian terendah ialah pada usia ibu antara 26-35 tahun. c. Keadaan sosial ekonomi Keadaan ini sangat berperanan terhadap timbulnya prematuritas. Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi yang rendah. Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasan antenatal yang kurang. Demikian pula kejadian prematuritas pada bayi yang lahir dari perkawinan yang tidak sah ternyata lebih tinggi bila dibandingkan dengan bayi yang lahir dari perkawinan yang sah. B. Faktor janin

Hidramnion, kehamilan ganda umumnya akan mengakibatkan lahirnya bayi BBLR. C. Faktor resiko, yang mungkin berperan dalam terjadinya persalinan prematur adalah: Kehamilan usia muda (usia ibu kurang dari 18 tahun) Pemeriksaan kehamilan yang tidak teratur Golongan sosial-ekonomi rendah Keadaan gizi yang kurang Penyalahgunaan obat.

4. Apa saja komplikasi dari kelahiran preterm pada bayi dan ibu?

Pada bayi yang dilahirkan prematur belum mempunyai alat tubuh lengkap seperti bayi matur. Oleh sebab itu ia mengalami lebih banyak kesulitan untuk hidup di luar uterus ibunya. Makin pendek masa kehamilannya maka makin kurang sempurna pertumbuhannya, dengan akibat makin mudahnya terjadi komplikasi seperti :

1. Sistem Kardiovaskuler Jantung relatif kecil saat lahir pada beberapa bayi prematur kerjanya lambat dan lama. Hal ini merupakan sebab dari timbulnya kecenderungan perdarahan intrakranial, tekanan darah lebih rendah dari bayi aterm. Tekanan sistolik + 45-60 mmHg, nadi bervariasi antara 100-120 x/menit. 2. Sistem Pernafasan Alveoli cenderung lebih kecil dengan adanya sedikit pembuluh darah yang mengelilingi stroma seluler matur dan lebih besar berat badannya, maka semakin besar alveoli pada hakekatnya dindingnya dibantu oleh kapiler. Otot pernafasan bayi lebih lemah dan pusat pernafasan kurang berkembang, terdapat pula kekurangan lipoprotein paru-paru, surfaktan bertindak dengan cara menstabilkan alveoli yang kecil sehingga mencegah terjadinya kolaps pada saat terjadi respirasi. Pertumbuhan dan perkembangan paru yang sebelum sempurna, otot pernafasan yang masih lemah dan tulang iga yang mudah melengkung sering menyebabkan terjadi aspirasi pneumonia. Di samping itu sering timbul apnoe yang disebabkan oleh gangguan dasar pernafasan selama kurang dari 20 detik atau cukup lama sehingga menimbulkan sianosis dan beradikardi. 3. Sistem Pencernaan Belum berfungsi sempurna, sehingga penyerapan makanan dengan banyak lemah / kurang baik. Aktivitas otot pencernaan makanan masih belum sempurna, sehingga pengosongan lambung berkurang. Mudah terjadi regurgitasi isi

lambung dan dapat menimbulkan aspirasi pneumonia. 4. Sistem Urogenitas Fungsi ginjal kurang efisien dengan adanya filtrasi glomerulus yang menurun mengakibatkan kemampuan untuk mengabsorbsi urin menurun, Akibatnya mudah jatuh dalam dehidrasi gangguan keseimbangan dan elektrolit mudah terjadi dari tubulus yang kurang berkembang, produksi urin yang sedikit tidak sanggup mengurangi kelebihan air tubuh dan elektrolit akibatnya mudah terjadi oedema dan asidosis. 5. Sistem Neurology

Perkembangan sistem saraf sebagian besar tergantung pada derajat maturitas. Pusat pengendalian fungsi sifat seperti pernafasan suhu tubuh dan pusat reflek. Pada berat badan lebih rendah pusat reflek kurang berkembang (reflek morro ditemukan pada bayi prematur normal). Karena perkembangan saraf lemah, maka pada bayi kecil lebih sulit untuk membangunkan dan mempunyai tangis lemah.

6. Sistem Pembuluh Darah Lebih dari 50% prematur menderita perdarahan intraventrikuler yang disebabkan karena bayi prematur sering menderita apnoe, asfiksia berat dan syndrome gangguan pernafasan. Akibatnya bayi menjadi hipoksia, hipertensi dan hiperapnoe menyebabkan aliran darah ke otak bertambah yang akan lebih banyak dan tidak ada otoregulasi serebral pada bayi prematur sehingga mudah terjadi perdarahan pembuluh kapiler yang rapuh dan ischemia di lapisan germinal yang terletak di dasar ventrikel lateralis antara nukleus kaudatus dan ependin. 7. Sistem Imunologik Daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena rendahnya Ig G. gamma globin bayi prematur belum sanggup membentuk antibodi dan daya fugositas serta reaksi terhadap peradangan masih lebih baik. 8. Sistem Imaturitas

Imaturitas memudahkan terjadinya hiperbilirubinemia dan defisiensi vitamin K serta imaturitas pada ginjal mengatur Pembuangan sisa metabolisme dan air masih belum sempurna, sehingga mudah terjadi edema. (Sumber: Danforth's Obstetrics and Gynecology, 10th Edition) 5. Bagaimana cara menghitung usia kehamilan ? Kapan haid terakhir/hari pertama haid terakhir (HPHT) Dengan menghitung kapan tanggal hari pertama haid terakhir. Begitu bulan berikutnya tidak haid, maka sudah dihitung sebagai hitungan 1 bulan. Ini dapat dihitung apabila siklus haid normal. Dengan cara ini didapatkan usia kehamilan cukup bulan 40 minggu (280 hari). Namun terkadang ibu hamil lupa kapan hari pertama haid terakhir Pemeriksaan tinggi fundus

Tinggi fundus adalah 4cm ditambah atau diminus dari usia kehamilan dalam minggu dan batas maksimum dicapai pada sekitar 38 minggu dan akan menurun pada usia 40 minggu jika janin mulai masuk ke rongga panggul. Ukuran tinggi fundus uteri normal adalah sebagai berikut: 12 Minggu : Tinggi fundus uteri 1 2 jari diatas symphysis. 16 Minggu : Tinggi fundus uteri pertengahan antara symphysispusat. 20 Minggu : Tinggi fundus uteri 3 jari dibawah pusat. (20cm) 24 Minggu : Tinggi fundus uteri setinggi pusat. (23cm) 28 Minggu : Tinggi fundus uteri 3 jari diatas pusat. (26cm) 32 Minggu : Tinggi fundus uteri pertengahan pusat-Proc.xyphoideus. (30cm) 36 Minggu : Tinggi fundus uteri 3 jari dibawah Proc.xyphoideus. 40 Minggu : Tinggi fundus uteri pertengahan antara Proc.xyphoideus-pusat. (32-33cm) Metode I

Menentukan TFU dengan mengkombinasikan hasil pengukuran dari memperkirakan dimana TFU berada pada setiap minggu kehamilan dihubungkan dengan simfisis pubis wanita, umbilikus dan ujung dari prosesus xifoid dan menggunakan lebar jari pemeriksa sebagai alat ukur.Ketidak akuratan metode ini : 1. Wanita bervariasi pada jarak simfisis pubis ke prosesus xifoid, lokasi umbilikus diantara 2 titik (imajiner) ini. 2. Lebar jari pemeriksa bervariasi antara yang gemuk dan yang kurus. Keuntungan : 1. Digunakan jika tidak ada Caliper atau pita pengukur. 2. Jari cukup akurat untuk menentukan perbedaan yang jelas antara perkiraan umur kehamilan dengan tanggal dan dengan temuan hasil pemeriksaan dan untuk mengindikasi perlunya pemeriksaan lebih lanjut jika ditemukan ketidak sesuaian dan sebab kelainan tersebut.

Meode II Metode ini menggunakan alat ukur Caliper. Caliper digunakan dengan meletakkan satu ujung pada tepi atas simfisis pubis dan ujung yang lain pada puncak fundus. Kedua ujung diletakkan pada garis tengah abdominal. Ukuran kemudian dibaca pada skala cm (centimeter) yang terletak ketika 2 ujung caliper bertemu. Ukuran diperkirakan sama dengan minggu kehamilan setelah sekitar 22-24 minggu . Keuntungan : Lebih akurat dibandingkan pita pengukur terutama dalam mengukur

TFU setelah 22-24 minggu kehamilan (dibuktikan oleh studi yang dilakukan Engstrom, Mc.Farlin dan Sitller) Kerugian : Jarang digunakan karena lebih sulit, lebih mahal, kurang praktis

dibawa, lebih susah dibaca, lebih susah digunakan dibandingkan pita pengukur. Metode III

Menggunakan pita pengukur yang mungkin merupakan metode akurat kedua dalam pengukuran TFU setelah 22-24 minggu kehamilan. Titik nol pita pengukur diletakkan pada tepi atas simfisis pubis dan pita pengukur ditarik melewati garis tengah abdomen sampai puncak. Hasil dibaca dalam skala cm, ukuran yang terukur sebaiknya diperkirakan sama dengan jumlah minggu kehamilan setelah 22-24 minggu kehamilan. Keuntungan :Lebih murah, mudah digunakan, dibawa, dibaca hasilnya, cukup akurat. Kerugian :Kurang akurat dibandingkan caliper Metode IV

Menggunakan pita pengukur tapi metode pengukurannya berbeda. Garis nol pita pengukur diletakkan pada tepi atas simfisis pubis di garis abdominal, tangan yang lain diletakkan di dasar fundus, pita pengukur diletakkan diantara jari telunjuk dan jari tengah, pengukuran dilakukan sampai titik dimana jari menjepit pita pengukur. Sehingga pita pengukur mengikuti bentuk abdomen hanya sejauh puncaknya dan kemudian secara relatif lurus ke titik yang ditahan oleh jari-jari pemeriksa, pita tidak melewati slope anterior dari fundus. Caranya tidak diukur karena tidak melewati slope anterior tapi dihitung secara matematika sebagai berikut ;

Sebelum fundus mencapai ketinggian yang sama dengan umbilikus, tambahkan 4 cm pada jumlah cm yang terukur. Jumlah total centimeternya diperkirakan sama dengan jumlah minggu kehamilan

Sesudah fundus mencapai ketinggian yang sama dengan umbilikus, tambahkan 6 cm pada jumlah cm yang terukur. Jumlah total centimeternya diperkirakan sama dengan jumlah mingu kehamilan

Keuntungan : Cukup akurat. Kerugian : Rumit, tidak praktis. Selain metode di atas, Rumus Mc. Donald dapat digunakan oleh beberapa pemeriksa untuk menguatkan ketepatan pengukuran TFU selama Perhitungannya sebagai berikut : TF (cm) x 2/7 (atau + 3,5) = durasi kehamilan dalam bulan TF (cm) x 8/7 = durasi kehamilan dalam minggu trimester kedua dan ketiga.

6. Bagaimana asuhan persalinan normal? Enam Puluh Langkah Asuhan Persalinan Normal (Kala II-III-IV) I. MELIHAT TANDA DAN GEJALA KALA DUA 1. Mengamati tanda dan gejala persalinan kala dua

Ibu mempunyai keinginan untuk meneran. Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan/atau vaginanya. Perineum menonjol. Vulva-vagina dan sfingter anal membuka.

II. MENYIAPKAN PERTOLONGAN PERSALINAN 2. Memastikan perlengkapan, bahan dan obat-obatan esensial siap digunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan menempatkan tabung suntik steril sekali pakai di dalam partus set. 3. Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih. 4. Melepaskan semua perhiasan yang dipakai di bawah siku, mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan mengeringkan tangan dengan handuk satu kali pakai/pribadi yang bersih. 5. Memakai satu sarung dengan DTT atau steril untuk semua pemeriksaan dalam. 6. Mengisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril) dan meletakkan kembali di partus set/wadah disinfeksi tingkat tinggi atau steril tanpa mengkontaminasi tabung suntik). III. MEMASTIKAN PEMBUKAAN LENGKAP DENGAN JANIN BAIK 7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah dibasahi air disinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut vagina, perineum atau anus terkontaminasi oleh kotoran ibu, membersihkannya dengan seksama dengan cara menyeka dari depan ke belakang. Membuang kapas atau kasa yang terkontaminasi dalam wadah yang benar. Mengganti sarung tangan jika terkontaminasi ( meletakkan kedua sarung tangan tersebut dengan benar di dalam larutan dekontaminasi, langkah #9). 8. Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa pembukaan serviks sudah lengkap.

Bila selaput ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan sudah lengkap, lakukan amniotomi.

9. Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5% dan kemudian melepaskannya dalam keadaan terbalik serta merendamnya di dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Mencuci kedua tangan (seperti di atas). 10. Memeriksa Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal ( 100 180 kali / menit ).

Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal. Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf.

IV. MENYIAPKAN IBU & KELUARGA UNTUK MEMBANTU PROSES PIMPINAN MENERAN.

11. Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik. Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai keinginannya.

Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran. Melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta janin sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan mendokumentasikan temuan-temuan. Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka dapat mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat ibu mulai meneran.

12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu utuk meneran. (Pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman). 13. Melakukan pimpinan meneran saat Ibu mempunyai dorongan yang kuat untukmeneran :

Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinganan untuk meneran Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk meneran. Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya (tidak meminta ibu berbaring terlentang). Menganjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi. Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu. Menganjurkan asupan cairan per oral. Menilai DJJ setiap lima menit. Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera dalam waktu 120 menit (2 jam) meneran untuk ibu primipara atau 60/menit (1 jam) untuk ibu multipara, merujuk segera.

Jika ibu tidak mempunyai keinginan untuk meneran, maka :

Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang aman. Jika ibu belum ingin meneran dalam 60 menit, menganjurkan ibu untuk mulai meneran pada puncak kontraksi-kontraksi tersebut dan beristirahat di antara kontraksi. Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera setalah 60 menit meneran, merujuk ibu dengan segera.

V. PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI. 14. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, meletakkan handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi. 15. Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, di bawah bokong ibu. 16. Membuka partus set. 17. Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan. VI. MENOLONG KELAHIRAN BAYI

Lahirnya kepala 18. Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi, letakkan tangan yang lain di kelapa bayi dan lakukan tekanan yang lembut dan tidak menghambat pada kepala bayi, membiarkan kepala keluar perlahanlahan. Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan atau bernapas cepat saat kepala lahir.

Jika ada mekonium dalam cairan ketuban, segera hisap mulut dan hidung setelah kepala lahir menggunakan penghisap lendir DeLee disinfeksi tingkat tinggi atau steril atau bola karet penghisap yang baru dan bersih.

19. Dengan lembut menyeka muka, mulut dan hidung bayi dengan kain atau kasa yang bersih. 20. Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses kelahiran bayi :

Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi. Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya di dua tempat dan memotongnya.

21. Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan. Lahir bahu 22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua tangan di masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi berikutnya. Dengan lembut menariknya ke arah bawah dan kearah keluar hingga bahu anterior muncul di bawah arkus pubis dan kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dan ke arah luar untuk melahirkan bahu posterior. Lahir badan dan tungkai 23. Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi yang berada di bagian bawah ke arah perineum tangan, membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke tangan tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh bayi saat dilahirkan. Menggunakan tangan anterior (bagian atas) untuk mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat keduanya lahir. 24. Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas (anterior) dari punggung ke arah kaki bayi untuk menyangganya saat panggung dari kaki lahir. Memegang kedua mata kaki bayi dengan hati-hati membantu kelahiran kaki. VII. PENANGANAN BAYI BARU LAHIR

25. Menilai bayi dengan cepat, kemudian meletakkan bayi di atas perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek, meletakkan bayi di tempat yang memungkinkan). 26. Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan bayi kecuali bagian pusat. 27. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama (ke arah ibu). 28. Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting dan memotong tali pusat di antara dua klem tersebut. 29. Mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi dengan kain atau selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian kepala, membiarkan tali pusat terbuka. Jika bayi mengalami kesulitan bernapas, mengambil tindakan yang sesuai. 30. Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu menghendakinya. VIII. PENANGANAN BAYI BARU LAHIR 31. Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi abdomen untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua. 32. Memberi tahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik. 33. Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, memberikan suntikan oksitosin 10 unit IM di 1/3 paha kanan atas ibu bagian luar, setelah mengaspirasinya terlebih dahulu. Penegangan tali pusat terkendali 34. Memindahkan klem pada tali pusat 35. Meletakkan satu tangan diatas kain yang ada di perut ibu, tepat di atas tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus. Memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain. 36. Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan penegangan ke arah bawah pada tali pusat dengan lembut. Lakukan tekanan yang berlawanan arah pada bagian bawah uterus dengan cara menekan uterus ke arah atas dan belakang (dorso kranial) dengan hati-hati untuk membantu mencegah terjadinya inversio uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30 40 detik, menghentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga kontraksi berikut mulai.

Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seorang anggota keluarga untuk melakukan ransangan puting susu.

Mengluarkan plasenta.

37. Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil menarik tali pusat ke arah bawah dan kemudian ke arah atas, mengikuti kurve jalan lahir sambil meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus.

Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5 10 cm dari vulva. Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan tali pusat selama 15 menit :

- Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit IM. - Menilai kandung kemih dan mengkateterisasi kandung kemih dengan menggunakan teknik aseptik jika perlu. - Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan. - Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit berikutnya. - Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit sejak kelahiran bayi. 38. Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran plasenta dengan menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta dengan dua tangan dan dengan hati-hati memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilin. Dengan lembut perlahan melahirkan selaput ketuban tersebut.

Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril dan memeriksa vagina dan serviks ibu dengan seksama. Menggunakan jari-jari tangan atau klem atau forseps disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk melepaskan bagian selapuk yang tertinggal.

Pemijatan Uterus 39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan masase uterus, meletakkan telapak tangan di fundus dan melakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras). VIII. MENILAI PERDARAHAN 40. Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa selaput ketuban lengkap dan utuh. Meletakkan plasenta di dalam kantung plastik atau tempat khusus.

Jika uterus tidak berkontraksi setelah melakukan masase selam 15 detik mengambil tindakan yang sesuai.

41. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif. IX. MELAKUKAN PROSEDUR PASCA PERSALINAN

42. Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan baik. Mengevaluasi perdarahan persalinan vagina. 43. Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5 %, membilas kedua tangan yang masih bersarung tangan tersebut dengan air disinfeksi tingkat tinggi dan mengeringkannya dengan kain yang bersih dan kering. 44. Menempatkan klem tali pusat disinfeksi tingkat tinggi atau steril atau mengikatkan tali disinfeksi tingkat tinggi dengan simpul mati sekeliling tali pusat sekitar 1 cm dari pusat. 45. Mengikat satu lagi simpul mati dibagian pusat yang berseberangan dengan simpul mati yang pertama. 46. Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam larutan klorin 0,5 %. 47. Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya. Memastikan handuk atau kainnya bersih atau kering. 48. Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI. X. EVALUASI 49. Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam :

2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan. Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan. Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan. Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melaksanakan perawatan yang sesuai untuk menatalaksana atonia uteri.

Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan, lakukan penjahitan dengan anestesia lokal dan menggunakan teknik yang sesuai. 50. Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan masase uterus dan memeriksa kontraksi uterus. 51. Mengevaluasi kehilangan darah. 52. Memeriksa tekanan darah, nadi dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama satu jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan.

Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama dua jam pertama pasca persalinan. Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.

Kebersihan dan keamanan

53. Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan membilas peralatan setelah dekontaminasi 54. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat sampah yang sesuai. 55. Membersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi tingkat tinggi. Membersihkan cairan ketuban, lendir dan darah. Membantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering. 56. Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan ASI. Menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman dan makanan yang diinginkan. 57. Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan dengan larutan klorin 0,5% dan membilas dengan air bersih. 58. Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, membalikkan bagian dalam ke luar dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. 59. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir. Dokumentasi 60. Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang) (Sumber : Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : P.T. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.)

7. Mengapa bayi tidak menangis saat proses kelahiran?

Pada saat bayi dilahirkan maka paru-paru bayi mengambil alih fungsi sebagai alat respiratori. Paru-paru bayi mengembang alami untuk memasukkan oksigen, secara otomatis mulut bayi terbuka untuk membantu oksigen masuk ke paru-paru dengan melewati pita suara sehingga timbul tangisan bayi. Secara singkat, tangisan merupakan bantuan untuk membuka paru-paru agar oksigen bisa masuk. Tidak menangis menandakan bayi mengalami asfiksia (kurang masukan oksigen dalam tubuh) dan tidak dapat bernapas secara spontan.

8. Bagaimana cara menghitung serta interpretasi APGAR score ? APGAR score Appearance Pulse Grimace Activity Respiration (warna kulit,denyut jantung, respons refleks, tonus otot/keaktifan, dan pernapasan) ; Penilaian kondisi fisik pada 1 menit dan 5 menit setelah bayi lahir.

Setiap kriteria diberi angka tertentu, dan biasanya dinilai 1 menit setelah bayi lahir lengkap, yaitu saat bayi telah diberi lingkungan yang baik serta telah dilakukan pengisapan lendir dengan sempurna.

Skor Apgar satu menit menunjukkan beratnya asfiksia yang diderita dan baik sekali sebagai pedoman untuk menentukan cara resusitasi. Skor Apgar perlu pula dinilai setelah 5 menit bayi lahir, karena hal ini mempunyai korelasi yang erat dengan morbiditas dan mortalitas neonatal (Hassan dan Alatas, 1985)

Lima kriteria Skor Apgar: Nilai 0 Nilai 1 Warna kulit tubuh normal Warna kulit Seluruhnya biru muda, merah Warna kulit tubuh, tangan, dan kaki Appearan Nilai 2 Akronim

tetapi tangan dan normal merah muda, ce kaki kebiruan tidak ada sianosis

(akrosianosis) Denyut jantung ( meraba xifisternum/ a.umbilicalis ) Tidak Respons refleks respons terhadap stimulasi Tonus otot Lemah/tidak ada ada Meringis/menangis Meringis/bersin/batuk lemah distimulasi ketika saat stimulasi saluran Grimace napas Tidak ada <100 kali/menit >100 kali/menit Pulse

Sedikit gerakan

Bergerak aktif Menangis kuat,

Activity

Pernapasan

Tidak ada

Lemah atau tidak teratur

pernapasan baik dan teratur

Respirati on

Interpretasi score :

Tes ini umumnya dilakukan pada waktu satu dan lima menit setelah kelahiran, dan dapat diulangi jika skor masih rendah. Jumlah skor 7-10 4-6 ( mildmoderate asphyxia ) 0-3 ( severe asphyxia ) Sangat rendah Agak rendah Interpretasi Bayi normal Memerlukan tindakan medis segera seperti penyedotan lendir yang menyumbat jalan napas, atau pemberian oksigen untuk membantu bernapas. Memerlukan tindakan medis yang lebih intensif Catatan

Jumlah skor rendah pada tes menit pertama dapat menunjukkan bahwa bayi yang baru lahir ini membutuhkan perhatian medis lebih lanjut tetapi belum tentu mengindikasikan akan terjadi masalah jangka panjang, khususnya jika terdapat peningkatan skor pada tes menit kelima.

Jika skor Apgar tetap dibawah 3 dalam tes berikutnya (10, 15, atau 30 menit), maka ada risiko bahwa anak tersebut dapat mengalami kerusakan syaraf jangka panjang. Juga ada risiko kecil tapi signifikan akan kerusakan otak. Namun demikian, tujuan tes Apgar adalah untuk menentukan dengan cepat apakah bayi yang baru lahir tersebut membutuhkan penanganan medis segera;

dan tidak didisain untuk memberikan prediksi jangka panjang akan kesehatan bayi tersebut. 9. Bagaimana etiologi dan mekanisme grunting pada kasus? Etiologi Transient Tachypnea of the Newborn Respiratory Distress Syndrome

Meconium Aspiration Syndrome Infection

(Sumber : CHRISTIAN L. HERMANSEN, MD, and KEVIN N. LORAH, MD, Lancaster General Hospital, Lancaster, Pennsylvania Am Fam Physician. 2007 Oct 1;76(7):987-994.)

10. Bagaimana etiologi dan mekanisme cyanosis pada kasus? Sianosis Sianosis adalah warna kebiru-biruan pada kulit dan selaput lendir yang terjadi akibat peningkatan jumlah absolut Hb tereduksi (Hb yang tidak berikatan dengan O2). Ada dua jenis sianosis : sianosis sentral dan sianosis perifer.

Sianosis sentral Saturasi oksigen arteri yang menurun a. Menurunnya tekanan atmosfir ketinggian b. Terganggunya fungsi paru o Hipoventilasi alveolar

o Ketidakseimbangan antara ventilasi dan perfusi paru (perfusi dari alveoli yang hipoventilasi) o Difusi oksigen yang terganggu c. Shunt anatomik o Tipe tertentu penyakit jantung congenital o Fistula arterio-venous pulmoner o Shunt-shunt kecil intrapulmoner multipel. d. Hemoglobin dengan afinitas oksigen yang rendah. Abnormalitas Hemoglobin a. Methemoglobinemia herediter, didapat b. Sulfhemoglobinemia - didapat c. Karboksihemoglobinemia (bukan sianosis yang sesungguhnya)

Sianosis perifer Berkurangnya cardiac output Paparan dingin Redistribusi aliran darah dari ekstremitas Obstruksi arterial Obstruksi vena

Perbedaan sianosis sentral dan sianosis perifer Secara singkat perbedaan sianosis sentral dan sianosis perifer adalah sebagai berikut : Sianosis Sentral Sianosis Perifer

Kelainan jantung dengan pirau Insufisiensi Jantung kanan ke kiri tidak terjadi Sumbatan aliran darah kenaikan tekanan parsial O2 yang Curah jantung menyolok Vasospasme Penyakit paru dengan oksigenasi Aliran darah yang melambat di yang berkurang : tekanan parsial O2 100-150 mmHg atau lebih Kurangnya saturasi O2 arteri sistemik daerah sianotik : Kontak darah lebih lama dengan jaringan,

Pengambilan O2 lebih banyak dari normal sebagai

Biasanya terlihat di mukosa bibir, Vasokonstriksi

lidah dan konjungtiva

kompensasi COP yang rendah Gangguan renjatan Biasanya terlihat di daun telinga, ujung jari dan ujung hidung sirkulasi seperti

11. Bagaimana hubungan kelahiran preterm dengan terjadinya tidak menangis secara spontan ,grunting dan cyanosis?

12. Apa dampak dari kondisi bayi yang tidak menangis ketika proses kelahiran?

13. Bagaimana cara melakukan resusitasi pada bayi baru lahir?

(Sumber : Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : P.T. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.)

14. Mengapa masih terjadi cyanosis dan grunting ketika telah dilakukan tindakan resusitasi?
Bayi masih merintih dan sianosis diakrenakan bayi masih berupaya untuk bernafas dan tonus otot yang lemah sehingga masih mengalami susah nafas. Dalam 10 menit, seluruh tubuh masih sianosis dan merintih, menunjukan bahwa bayi tersebut mengalami RDS (Respiratory Distress Sindrome).

15. Apa interpretasi dan mekanisme abnormal dari pemeriksaan fisik pada kasus? Hasil Pemeriksaan BB : 1400 gram Nilai Normal Aterm : >2500-4000 gram BBLR; tanpa memandang usia kehamilan, bayi mengalami BBLR. Jika digolongkan berdasarkan umur Interpretasi

kehamilan, maka bayi termasuk SGA karena berat badannya berada dibawah persentil 10 PB : 40 cm Aterm : 45-50 cm LK : 30 cm Aterm : 3337 cm Tonus otot : Normal jika disesuaikan dengan umur gestasi Normal, mengingat bayi lahir preterm. Pengukuran lingkar kepala dilakukan

setengah jam setelah kelahiran Tidak normal; Merupakan manifestasi dari bayi yang lahir premature Flexed at limbs : Skin : thin Tebal jaringan subcutan 0,25-0,5 cm Lanugo over the Sedikit/tidak Lanugo adalah rambut imatur yang halus, body ada lunak dan sering menutupi kulit kepala, dahi dan muka. Lanugo akan menghilang dalam beberapa waktu setelah kelahiran dan akan digantikan oleh rambut biasa. Pada bayi premature jumlah lanugo masih banyak. Plantar crease 1/3 anterior Respiratory rate : Mengindikasikan prematuritas Menunjukkan bahwa bayi tersebut kurang bulan. Lapisan lemak subkutan serta verniks kaseosa sedikit.

70x/min Heart 150bpm rate :

16. Bagaimana anatomi dan fisiologi pernapasan pada neonatus? ANATOMI DASAR SISTEM PERNAFASAN Sistem pernafasan pada dasarnya dibentuk oleh jalan atau saluran nafas dan paru-paru beserta pembungkusnya (pleura) dan rongga dada yang melindunginya. Di dalam rongga dada terdapat juga jantung di dalamnya. Rongga dada dipisahkan dengan rongga perut oleh diafragma. Saluran nafas yang dilalui udara adalah hidung, faring, laring, trakea, bronkus, bronkiolus dan alveoli. Di dalamnya terdapat suatu sistem yang sedemikian rupa dapat menghangatkan udara sebelum sampai ke alveoli. Terdapat juga suatu sistem pertahanan yang memungkinkan kotoran atau benda asing yang masuk dapat dikeluarkan baik melalui batuk ataupun bersin. Paru-paru dibungkus oleh pleura. Pleura ada yang menempel langsung ke paru, disebut sebagai pleura visceral. Sedangkan pleura parietal menempel pada dinding rongga dada dalam. Diantara pleura visceral dan pleura parietal terdapat cairan pleura yang berfungsi sebagai pelumas sehingga memungkinkan pergerakan dan pengembangan paru secara bebas tanpa ada gesekan dengan dinding dada. Rongga dada diperkuat oleh tulang-tulang yang membentuk rangka dada. Rangka dada ini terdiri dari costae (iga-iga), sternum (tulang dada) tempat sebagian iga-iga menempel di depan, dan vertebra torakal (tulang belakang) tempat menempelnya iga-iga di bagian belakang. Terdapat otot-otot yang menempel pada rangka dada yang berfungsi penting sebagai otot pernafasan. Otot-otot yang berfungsi dalam bernafas adalah sebagai berikut : 1. interkostalis eksterrnus (antar iga luar) yang mengangkat masing-masing iga. 2. sternokleidomastoid yang mengangkat sternum (tulang dada). 3. skalenus yang mengangkat 2 iga teratas. 4. interkostalis internus (antar iga dalam) yang menurunkan iga-iga. 5. otot perut yang menarik iga ke bawah sekaligus membuat isi perut mendorong diafragma ke atas. 6. otot dalam diafragma yang dapat menurunkan diafragma. Percabangan saluran nafas dimulai dari trakea yang bercabang menjadi bronkus kanan dan kiri. Masing-masing bronkus terus bercabang sampai dengan 20-25 kali sebelum sampai ke alveoli. Sampai dengan percabangan bronkus terakhir sebelum bronkiolus,

bronkus dilapisi oleh cincin tulang rawan untuk menjaga agar saluran nafas tidak kolaps atau kempis sehingga aliran udara lancar. Bagian terakhir dari perjalanan udara adalah di alveoli. Di sini terjadi pertukaran oksigen dan karbondioksida dari pembuluh darah kapiler dengan udara. Terdapat sekitar 300 juta alveoli di kedua paru dengan diameter masing-masing rata-rata 0,2 milimeter. perubahan fisiologis pada bayi baru lahir adalah : 1. Perubahan sistim pernafasan (respirasi) Selama dalam uterus, janin mendapatkan oksigendari pertukaran oksigen melalui plasenta. Setelah bayi lahir, pertukaran oksigen harus melalui paru paru. a. Perkembangan paru paru Paru paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari pharynk yang bercabang dan kemudian bercabang kembali membentuk struktur percabangan bronkus. Sampai bronkus dan alveolus akan sepenuhnya berkembang. Walaupun janin memperlihatkan adanya gerakan napas sepanjang trimester II dan III. Paru paru yang tidak matang akan mengurangi kelangsungan hidup BBL sebelum usia 24 minggu. Hal ini disebabkan karena keterbatasan permukaan alveolus, ketidak matangan sistem kapiler paru paru dan tidak tercukupinya jumlah surfaktan. b. Awal adanya nafas Faktor faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama bayi adalah : 1. Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang merangsang pusat pernafasan otak. 2. Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi paru paru selama persalinan, yang merangsang masuknya udara ke dalam paru paru secara mekanis. Interaksi antara sistem pernafasan, kardiovaskuler dan susunan saraf pusat menimbulkan pernafasan yang teratur dan berkrsinambungan serta denyut yang diperlukan untuk kehidupan. 3. Penimbunan karbondioksida Setelah bayi lahir, kadar karbondioksida meningkat dalam darah dan akan merangsang pernafasan. Berkurangnya oksigen akan mengurangi gerakan pernafasan janin, tetapi sebaliknya kenaikan karbondioksida akan menambah frekuensi dan tingkat gerakan pernafasan janin. 4. Perubahan suhu Keadaan dingin akan merangsang pernafasan. c. Surfaktan dan upaya respirasi untuk bernafas. Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk : 1. Mengeluarkan cairan dalam paru. 2. Mengembalikan jaringan alveolus paru paru untuk pertama kali. Agar alveolus dapat berfungsi, harus terdapat surfaktan (lemak lesitin/sfingomielin) yang cukup dan aliran darah ke paru paru. Produksi surfaktan dimulai pada 20 minggu kehamilan, dan jumlahnya meningkat sampai paru paru matang (sekitar 30 34 minggu kehamilan). Fungsi surfaktan adalah untuk mengurangi tekanan permukaan paru paru dan membantu untuk menstabilkan dinding alveolus sehingga tidak kolaps pada akhir pernafasan.

Tidak adanya surfaktan menyebabkan alveolus kolaps setiap saat akhir pernafasan yang menyebabkan sulit bernafas. Peningkatan kebutuhan ini memerlukan penggunaan lebih banyak oksigen dan glukosa. Berbagai peningkatan ini menyebabkan stress pada bayi yang sebelumnya sudah terganggu. d. Dari cairan menuju udara Bayi cukup bulan mempunyai cairan di paru parunya. Pada saat bayi melewati jalan lahir selama persalinan, sekitar sepertiga cairan ini diperas keluar dari paru paru. Seorang bayi yang dilahirkan secara sectio sesaria kehilangan keuntungan dari kompresi rongga dada dan dapat menderita paru paru basah dalam jangka waktu lebih lama. Dengan beberapa kali tarikan nafas yang pertama udara memenuhi ruangan trakea dan bronkus BBL. Sisa cairan di paru paru dikeluarkan dari paru paru dan diserap oleh pembuluh limfe dan darah. Sumber : Guyton & Hall, Textbook of Medical Physiology 17. Bagaimana Diferrential diagnosis pada kasus?

Respiratory Distress syndrome Grunting Cyanosis Breathing problem Premature baby 18. Bagaimana How ToDiagnose? Prematur + + + +

Tension Takipnea Newborn + + + +

PDA

Pneumonia aspiration

Meconium aspiration

- (wheezing) + +

+ +

-/+

Perkiraan usia kehamilan 8 bulan Pemeriksaan fisik bayi : BB : 1300 gram PB : 40 cm LK : 30 cm Tonus otot : Flexed at limbs : Skin : thin

Lanugo over the body Plantar crease 1/3 anterior

BBLR BB : 1300 gram

Asfiksia Tidak menangis secara spontan APGAR score 1 menit : 4

Respiratory Distress Grunting Chest indrawing Sianosis

19. Bagaimana Working Diagnosis?


Seorang bayi perempuan lahir preterm (32 minggu) dengan berat badan lahir rendah dari

seorang ibu usia 19 tahun dengan keadaan tidak menangis,grunting, dan sianosis diduga mengalami Respiratory Distress Syndrom dan Asphyxia Neonatorum.

20. Patogenesis

21. Apa Pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan?


a. Chest X-Ray: jika PMH terdapat adanya retikuloglandula (grade I), disertai air bronkogram (grade II), disertai hilangya batas jantung(grade III), white lung (grade IV); b. Arterial Blood Gas c. CBC (anemia, polisitemia, sepsis) d. Glukosa darah: hipoglikemia e. Kultur darah: sepsis, pneumonia

22. Apa saja Faktor resiko pada kasus? Faktor resiko : prematuritas ibu yang DM ( insulin penurunan surfaktan ), hipertensi pada ibu, penggunaan obat obatan, stress intrauterine,

rapid labor, multiple pregnancy, seksio sesaria, infeksi.

23. Bagaimana Penatalaksanaan pada kasus? Tatalaksana yang dilakukan oleh dokter umum : Resusitasi Pemberian oksigen Pemberian oksigen 100% tidak dianjurkan pada bayi kurang bulan karena dapat merusak jaringan Infus Antibiotika Vitamin K Pemberian vitamin K1 : Injeksi 1 mg IM sekali pemberian, atau per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir, umur 3-10 hari, dan umur 4-6 minggu) Rujuk ke dokter berkompetensi

24. Apa saja Komplikasi pada kasus?

Komplikasi Respiratory Distress Syndrome Atelektasis Pneumothorax Bronchopulmonary Dysplasia Patent Ductus Arteriosus Perdarahan otak Perdarahan intrakranial oleh karena belum berkembangnya sistem saraf pusat terutama sistem vaskularisasinya, adanya hipoksia dan hipotensi yang kadangkadang disertai renjatan. Faktor tersebut dapat membuka nekrosis iskemik,

terutama pada pembuluh darah kapiler di daerah periventrikular dan dapat juga di ganglia basalis dan jaringan otak. Kelainan pada retina ( fibroplasi retrolenta). Hal ini terjadi akibat oksigen yang tidak semestinya. pemberian

Gejala neurologik yang tampak berupa kesadaran yang menurun, apneu, gerakan bola mata yang aneh, kekakuan extremitas dan bentuk kejang neonatus lainnya. 25. Apa Pencegahan pada kasus?

26. Bagaimana Prognosis kasus ini

27. SKDI

Anda mungkin juga menyukai