Anda di halaman 1dari 11

I.

DEFINISI Menurut Farmakope Indonesia edisi III, tetes mata merupakan sediaan steril

yang berupa larutan atau suspensi, digunakan untuk mata, dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir disekitar kelopak mata atau bola mata, umumnya dibuat dengan cairan pembawa berair yang mengandung pengawet terutama fenil raksa (II) nitrat atau fenil raksa (II )asetat 0,002 % b/v, Benzalkonium Klorida 0,01% b/v atau klorhexidina asetat 0,01% b/v yang pemilihannya tergantung pada ketercampuran zat pengwet terhadap obat(2). Tetes mata yaitu obat tetes steril yang umumnya bersifat isotonis dan isohidrik dimana digunakan dengan meneteskan ke dalam lekuk mata atau ke permukaan selaput bening mata, umumnya mengandung pengawet yang cocok. Definisi ini diperbaharui lagi dalam bukunya Ilmu Meracik Obat bahwa tetes mata adalah sediaan steril berupa larutan atau suspensi yang digunakan dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir mata disekitar kelopak mata dan bola mata(3). Larutan untuk tetes mata dengan definisi resmi larutan untuk tetes mata adalah larutan steril yang dicampur dan dikemas untuk dimasukan ke dalam mata. Selain steril preparat tersebut memerlukan pertimbangan yang cermat terhadap faktor-faktor farmasi seperti kebutuhan bahan antimikrobia, isotonisitas, dapar, viskositas dan pengemasan yang cocok(4). Suspensi obat mata adalah sediaan cair steril yang mengandung partikel-partikel yang terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada mata seperti yang tertera pada Suspension. Obat dalam suspense harus dalam bentuk termikronisasi agar tidak menimbulkan iritasi atau goresan pada kornea. Suspensi obat mata tidak boleh digunakan bila terjadi massa yang mengeras atau penggumpalan(5). Syarat-syarat yang dikehendaki pada tetes mata antara lain : 1. Steril(3). 2. Bersifat isotonis dan isohidris(3). 3. Stabil secara kimia dan mempunyai aktivitas terapi yang optimal(3). Semua larutan untuk mata harus dibuat steril jika diberikan dan bila mungkin ditambahkan bahan pengawet yang cocok untuk menjamin sterilitas selama pemakaian. Larutan untuk mata yang dimaksudkan untuk digunakan selama operasi atau pada mata yang terkena trauma, umumnya tidak mengandung bahan pengawet, karena hal ini akan menyebabkan iritasi pada jaringan didalam mata. Larutan ini biasanya dikemas dalam wadah untuk dosis tunggal dan semua larutan yang tidak dipakai harus dibuang(4). Meskipun larutan untuk mata disterilkan dengan uap air mengalir dalam otoklaf

dalam wadah akhirnya, metode yang digunakan tergantung dari sifat khusus dari sediaannya. Obat-obat yang dalam media asam termostabil atau tahan panas dapat menjadi termolabil (tidak tahan panas) ketika didapar mendekati kisaran PH fisiologis (kira-kira 7,4). Jika diinginkan PH yang lebih tinggi, larutan obat yang belum didapar dapat dipanaskan dahulu dengan autoklaf dan larutan dapar steril ditambahkan kemudian secara aseptis. Dengan kekecualian garam basa kuat dengan asam lemah seperti natrium flurescein atau natrium sulfsetamid, larutan obat mata yang paling biasa yang disiapkan dalam pembawa asam borat dapat disterilkan dengan aman pada 1210 C selama 15 menit(4). Bila obat tidak tahan terhadap pemanasan maka sterilitas dapat dicapai dengan menggunakan pelarut steril. Adapun pelarut yang sering digunakan yaitu : 1. Larutan 2% asam borat (PH =5) 2. Larutan Boraks- asam Borat (PH = 6,5) 3. Larutan basa lemah Boraks- Asam Borat (PH = 8) 4. Aquadestillata 5. Larutan NaCl 0,9% (3). II. FORMULASI

R/

Tiap 10 mL mengandung : Dexamethasone sodium phosphate setara dengan Dexamethason Phospate............10 mg Dinatrium edetat..0,1% Benzalkonium klorida...0,01% PVP2 % NaCl.q.s Aquadestad 10 mL

Pemerian Bahan : a. Nama Bahan Pemerian Kelarutan inkompatibilitas Penyimpanan Fungsi b. Nama Bahan Pemerian Kelarutan inkompatibilitas Dexamethason Natrii Phospas Serbuk hablur, putih, atau agak kuning; tidak berbau atau agak berbau etanol; sangat higroskopis Mudah larut dalam air, sukar larut dalam etanol, sangat sukar larut dalam dioksan, tidak larut dalam kloroform dan dalam eter. barbiturates, carbamazepine, phenytoin, primidone, rifampicin, aspirin(6). Dalam wadah tertutup baik(5). Zat aktif PVP warna putih sampai krem, rasa pahit, tidak berbau, serbuk (higroskopis) praktis larut dalam asam, kloroform, etanol, methanol, keton dan air. Praktis tidak larut dalam eter hidrokarbon dan minyak mineral. jika ditambahkan thimerosol akan membentuk senyawa kompleks, kompatibel terhadap gerak organic alam, resin sintetik dari senyawa lainnya, akan terbentuk senyawa sulfathiazole, sodium salisilat, fenol barbital, dan komponen lainnya(6). stabil pada suhu 110-130c, mudah terurai dengan adanya udara dari luar, dapar bercampur dengan air, stabil bila disimpan ditempat kering. 160-186C Dinatrium Edetate Serbuk ristal berwarna putih, tidak berbau dengan rasa sedikit asam. Praktis tidak larut dalam kloroform dan eter, sedikit larut dalam etanol 95%, larut dalam 11 bagian air. Dinatrium edetat bersifat asam lemah, menggusur karbon dioksida dari karbonat dan bereaksi dengan logam membentuk hydrogen, agen pengoksidasi, basa kuat, ion logam, dan logam campuran. Simpan dalam wadah tertutup baik di tempat yang kering dan sejuk(7). Bahan pembentuk kelat. Benzalkonium klorida gulir tebal atau potongan seperti gelatin warna putih atau putih kekuningan, bau aromatic, rasa sangat pahit, larut dalam air jika dikocok berbusa kuat dan beraksi hampir netral sangat mudah larut dalam air, dalam etanol (95%) p dan dalam aseton p, zat anhidrat agak sukar larut dalam eter p dan mudah larut dalam benzene p. higroskopis

Penyimpanan

Titik lebur c. Nama Bahan Pemerian Kelarutan inkompatibilitas

Penyimpanan Fungsi bahan a. Nama Bahan Pemerian

Kelarutan

inkompatibilitas Stabilitas

Fungsi bahan b. Nama Bahan Pemerian

pengawet(7).

NaCl Serbuk kristal putih atau kristal tak berwarna, berasa saline, natrium klorida padat tidak mengandung air dari kristalisasi meskipun dibawah 0 C, garam mungkin terkristalisasi sebagai dihidrat. Kelarutan Larut dalam air, mudah larut dalam air mendidih, larut dalam gliserin, sukar larut dalam etanol. Fungsi bahan Pengisotonis. Inkompatibilitas besi, perak, garam merkuri, agen pengoksidasi kuat. Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat(7). aquadestilata Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa. Larut dalam beberapa pelarut polar. Pelarut. Logam alkali, calcium oxide, magnesium oxide. Dalam wadah tertutup rapat (7).

a. Nama Bahan Pemerian Kelarutan Fungsi bahan Inkompatibilitas Penyimpanan

III.

METODE

Metode

: Sterilisasi dengan sterilisasi C Obat (Dexamethason) dilarutkan ke dalam pembawa berair yang mengandung salah satu zat pengawet (Benzalkonium klorida) dan larutan disterilkan dengan cara filtrasi dengan membran ke dalam wadah yang sudah steril secara aseptik dan tutup rapat.

Bahan dan Alat

Alat Spatel logam/ sendok Pinset pipet tetes Batang pengaduk Kaca arloji -

Bahan Dexamethason Natrii Phospat Benzalkonium klorida Dinatrium Edetat PVP NaCl

Vial Gelas piala Corong Erlenmeyer Gelas ukur Pipet Balon karet, kertas saring Buret Aqua bidest Ruangan

Aqua pro injeksi (API)

Prosedur Kerja 1. Sterilisasi alat dan bahan: Sterilisasi Alat: No. 1 2 Nama alat sendok, karet pipet pinset, spatel logam, kertas saring 3 gelas ukur, pipet tetes, kaca arloji , gelas piala, corong, erlenmeyer. 4 5 6 Aquabidest Ruangan Botol plastik + tutup drop dididihkan 30 menit lampu UV, 24 jam autoklaf, 121 C 15 menit autoklaf, 121 C 15 menit cara sterilisasi direndam dalam etanol 70%, 24 jam oven, 150 C, 1 jam

Sterilisasi bahan No. 1. 2. 3. Nama Bahan Cara Sterilisasi

Dexamethason Natrii Phospat Lampu UV dalam LAF, 15 menit Benzalkonium Klorida Dinatrium Edetat Lampu UV dalam LAF, 15 menit Lampu UV dalam LAF, 15 menit.

4. 5. 6.

PVP NaCl Aquadestilata

Lampu UV dalam LAF, 15 menit. Lampu UV dalam LAF, 15 menit Dididihkan selama 30 menit.

2.

Perhitungan dan penimbangan bahan formulasi

Perhitungan bahan formulasi : Untuk 1 botol, volume dilebihkan 5 % sehingga menjadi

= 10 ml + (5 % x 10) ml = 10,5 ml. Volume 10,5 ml untuk dimasukkan ke dalam botol. Tujuan dilebihkan

yaitu supaya Volume terpindahkan tetap 10 ml. Volume total yang akan dibuat = 10 ml

Dexamethason Natrii Phospat setara Dexamethason Phosfat 10 mg = Benzalkonium Dinatrium Edetat PVP NaCl Aquadestilata hingga 10 mL. Penimbangan bahan: Setiap Bahan Dilebihkan 5%: Deksametason Natrium Fosfat = 10 mg + (5% x 10 mg) = 10,5 mg = 0,0105g. Benzalkonium klorida = 0,001 g + (5% x 0,001 g) = 0,00105 g. Dinatrium Edetat = 0,01 g + (5% x 0,01 g) = 0,0105 g. PVP = 0,2 g + (5% x 0,2 g) = 0,21 g. NaCl = 0,086 g + (5% x 0,086 g) = 0,0903 g. klorida = = = = 10 mg. 0,01 % x 10 mL = 0,001 g.

0,1 % x 10 mL = 0,01 g. 2 % x 10 mL = 0,2 g.

0,86% x 10 mL = 0,086 g

Perhitungan tonisitas :

(10 mg/10 mL = 100 mg/100 ml= 0,1 g/100 mL=0,1 %).

Kadar Deksametason natrium fosfat adalah 0,11 %, maka Tf-nya (Tf 1): 0,5 % Deksametason Natrium Fosfat ~ 0,050 0,1% Deksametason Natrium Fosfat ~ (0,1%/0,5%)x 0,050 ~ 0,01 Kadar benzalkonium klorida adalah 0,01 %, maka Tf-nya (Tf 2): 0,5 % benzalkoniumklorida ~ 0,048 0,01 % benzalkoniumklorida ~ (0,01 % / 0,5 %)x 0,048~ 0,00096 Dinatrium Edetat yang dibutuhkan adalah 0,1 %, maka Tf-nya (Tf 3): 0,5% Dinatrium Edetat 0,1% Dinatrium Edetat Tf total = 0,02496 o selisih Tf Tf 0,9 % NaCl = 0,52 = 0,52 - 0,02496 o = 0,49504 NaCl yang ditambahkan = (0,49504 / 0,52 ) x 0,9 % supaya Tf total = Tf 0,9 % NaCl, maka perlu ditambahkan NaCl sejumlah: ~ ~ 0,070 (0,1% / 0,5%) X 0,070 ~ 0,014 = Tf 1 + Tf 2 + Tf 3

= 0,01 + 0,00096 + 0,014

= 0,86% (artinya 0,86 g dalam 100 ml) untuk 10 ml dibutuhkan = (10 / 100) x 0,856g = 0,086 g = 86 mg

3.

Pembuatan tetes mata dexamethason: Di tiimbang semua bahan pada kaca arloji sesuai dengan desain formula dan

segera larutkan satu per satu bahan dengan aquabidest secukupnya. Bagi bahan-bahan yang tidak larut dalam aquabidest, maka dilarutkan terlebih dahulu dengan pelarut yang cocok.

Dimasukkan semua bahan ke dalam gelas piala yang dilengkapi batang pengaduk, dan tambahkan aquabidest hingga larut, bilas kaca arloji minimal dua kali.

Setelah semua bahan larut, dituang larutan tersebut ke dalam gelas ukur hingga volume 7,5 ml.

Dibasahi kertas saring lipat rangkap dua daengan menggunakan aquabidest, dimana air pembasah ditempatkan dalam satu erlenmeyer.

Disaring larutan dari gelas ukur ke erlenmeyer bersih dan steril melalui corong dan kertas saring yang telah dibasahi.

Dibilas gelas piala dengan aquabidest,di tuang hasil bilasan ke dalam gelas ukur hingga 2,5 ml dan di saring ke dalam erlenmeyer yang telah ada filtrat larutan sebelumnya.

Disaring kembali larutan yang telah tersaring melalui saringan G3 ke dalam kolom reservoir.

Di ad kan volume sampai 10 ml dengan NaCl 0,9% dan saring dengan

penyaring bakteri.

Diisikan larutan ke dalam botol tetes yang telah dikalibrasi secara aseptik

Dipasang tutup botol, kemas dalam dos dan beri etiket luar

Lakukan evaluasi mutu terhadap sediaan

4. a. 1)

Evaluasi : Evaluasi Fisika Organoleptik (bau, rasa, warna) Dilakukan dengan cara melihat warna, mencium bau, dan rasa dari sediaan tetes mata.

2)

Kejernihan larutan Masukkan sediaan ke tabung reaksi Sinari dari atas/samping dengan latar belakang sehelai papan yang separuhnya dicat hitam dan separuh dicat putih Latar belakang hitam dipakai untuk menyelidiki kotoran berwarna

muda, sedangkan latar belakang putih untuk kotoran berwarna gelap


(5)

3)

Volume terpindahkan Tuang isi perlahan-lahan dari tiap wadah ke dalam gelas ukur kering terpisah (kapasitas gelas ukur tidak lebih dari dua setengah kali volume yang diukur dan telah dikalibrasi) secara hati-hati agar tidak membentuk gelembung udara

Diamkan selama tidak lebih dari 30 menit Jika telah bebas dari gelembung udara, ukur volume dari tiap campuran Volume rata-rata larutan yang diperoleh dari 10 wadah tidak kurang dari 100% dan tidak satupun volume wadah yang kurang dari 95% dari volume yang tertera pada etiket (5). 4) Penetapan pH Cek pH larutan dengan menggunakan pH meter atau kertas indikator universal (5). 5) Kebocoran sediaan dalam kemasan diletakkan terbalik dengan ujung dibawah ketika disterilisasi akhir Apabila wadah bocor maka isi dari wadah akan keluar 5. Pengemasan dan Penyimpanan: Dilakukan pengemasan primer di white area, dan dikemas dalam wadah vial; pengemasan sekunder di black area. Penyimpanan di tempat yang sejuk dan kering, dibawah 25 C dan jauh dari cahaya.

DAFTAR PUSTAKA (1) Anonim, 1978, Formularium Nasional, Departemen Kesesehatan RI, Jakarta, 96. (2) Anonim, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, 10. (3) Anief, Moh., 2004, Ilmu Meracik Obat, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 155. (4) Ansel, C., Howard, 2005, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, UI Press, Jakarta, 541. (5) Anonim, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, 159. (6) Anonim, 2007, Martindale:The Complete Drug Reference,The Pharmaceutical Press, London. (7) Rowe, Raymond, C., et al., 2006, The Handbook of Pharmaceutical Excipients (electronic version), Pharmaceutical Press, London.

Anda mungkin juga menyukai