Anda di halaman 1dari 8

PEMBAHASAN

PENGERTIAN ETIKA Etika dapat didefinisikan secara luas sebagai seperangkat prinsip-prinsip moral atau nilai-nilai lain. Para filsuf, organisasi keagamaan, dan kelompok-kelompok lainnya telah mendefinisikan etika dalam berbagai prinsip-prinsip moral atau nilai-nilai yang ideal.contoh seperangkat prinsip moral atau nilai termasuk hukum dan peraturan, doktrin agama, dan kode etik bisnis untuk kelompok-kelompok profesional, seperti akuntan publik, dan kode etik dalam organisasi. Perilaku beretika merupakan hal yang penting bagi masyarakat agar kehidupan berjalan dengan tertib. Hal ini sangat beralasan karena etika merupakan perekat untuk menyatukan masyarakat. Kebutuhan akan etika dalam bermasyarakat cukup penting sehingga banyak nilai-nilai etika umum yang dijadikan aturan hukum. Kebanyakan orang mendefinisikan perilaku tidak etis sebagai perilaku yang menyimpang dari apa yang mereka yakini sebagai perilaku yang patut dalam lingkungan mereka. Ada dua alasan utama yang menjadi penyebab orang berperilaku tidak etis. Kedua alasan tersebut adalah standar etika orang tersebut berbeda dari etika masyarakat secara umum, atau orang tersebut memilih untuk berlaku egois. Sering kali, keduanya muncul menjadi penyebab perilaku tidak etis.

DILEMA ETIKA Dilema etika merupakan situasiyang dihadapi oleh seseorang di mana ia harus membuat keputusan mengenai perilaku yang patut. Para auditor, akuntan, dan pebisnis lainnya, menghadapi banyak dilema etika dalam karier bisnis mereka. Terlibat dengan klien yang mengancam akan mencari auditor baru jika tidak diberikan opini unqualified akan menimbulkan dilema jika opini unqualified tersebut ternyata tidak tepat untuk diberikan. Memutuskan apakah akan menentang supervisor yang telah merekayasa pendapat divisi sebagai cara untuk memperoleh bonus yang lebih besar merupakan sebuah dilema etika. Untuk menyelesaikan dilema etika tersebut dapat dengan menggunakan pendekatan enam
1

langkah, yakni (1) menggunakan fakta-fakta yang relevan, (2) mengidentifikasi masalah etika, (3) mencari tahu siapa yang terkena dampaknya dan bagaimana masing-masing pihak terkena dampaknya, (4) memilih alternatif yang tersedia, (5) menentukan konsekuensi dari setiap alternatif, dan (6) memutuskan tindakan yang tepat.

KEBUTUHAN KHUSUS TERHADAP KODE ETIK PROFESI Masyarakat kita telah memberikan arti khusus untuk istilah profesional. Para profesional diharapkan memiliki kepatuhan dalam berperilaku yang lebih tinggi dibandingkan dengan kebanyakan orang pada umumnya. Sebagai contoh, ketika media massa melaporkan bahwa ada seorang akuntan publik yang terindikasi terlibat kasus kriminal, mayoritas orang pada umumnya akan merasa lebih kecewa dibandingkan bila kejadian tersebut menimpa orang-orang yang tidak diberi label profesional.

ETIKA PROFESI AKUNTAN LAINNYA Istilah profesional berarti tanggung jawab untuk berperilaku lebih dari sekedar memenuhi tanggung jawab secara individu dan ketentuan dalam peraturan dan hukum di masyarakat. Seorang akuntan publik, sebagai seorang profesional, harus menyadari adanya tanggung jawab pada publi, pada klien dan pada sesama rekan praktisi, termasuk perilaku yang terhormat, bahkan jika hal tersebut berarti harus melakukan pengorbanan atas kepentingan pribadi. Alasan adanya harapan yang begitu tinggi pada penerapan etika bagi para profesional adalah kebutuhan akan kepercayaan publik dalam kualitas pelayanan yang diberikan oleh para profesional tersebut, bagaimana pun individu-individu yang memberikan jasa tersebut. Bagi profesi akuntan publik, merupakan hal yang penting bahwa klien dan pihak-pihak eksternal pengguna laporan keuangan untuk memiliki kepercayaan dalam kualitas audit dan jasa lainnya yang diberikan oleh akuntan publik tersebut. Sangat tidak praktis bila klien mengevalusasi kualitas dari jasa yang diberikan para profesional tersebut dikarenakan kompleksitasnya. Seorang pengguna laporan keuangan tidak dapat diharapkan mampu mengevaluasi kualitas audit. Kebanyakan pengguna tidak memiliki kompetensi maupun waktu untuk melakukan evaluasi tersebut. Kepercayaan publik terhadap
2

kualitas jasa profesional yang diberikan akan meningkat bila profesi mendorong diterapkannya standar kinerja dan standar perilaku yang tinggi bagi para praktisinya.

KODE ETIK Kode etik IAPI memberikan standar umum atas perilaku yang ideal dan ketetapan peraturan yang spesifik yang mengatur perilaku. Saat ini IAPI sedang mengadopsi Kode Etik Bagi Para Akuntan Profesional dari IFAC. Kode etik tersebut terdiri dari tiga bagian, ditambah sebuah bagian yang berisi definisi-definisi penting, yang meliputi bagian-bagian sebagai berikut. Bagian A : Penerapan Umum atas Kode Etik Bagian B : Anggota dalam Praktik Publik Bagian C : Anggota dalam Bisnis Bagian A mengidentifikasi tanggung jawab bertindak untuk kepentingan publik sebagai unsur pembeda dalam profesi akuntansi. Bagian A juga menetapkan mengenai prinsip-prinsip dasar etika profesional bagi para anggota, serta memberikan kerangka konseptual untuk menerapkan prinsip-prinsip tersebut. Bagian B dan C menggambarkan bagaimana kerangka konseptual tersebut diterapkan untuk mengidentifikasi dan mengatasi ancaman dalam situasi-situasi tertentu. Prinsip-prinsip Dasar Etika Profesional Kelima prinsip etika dalam bagian A kode etik profesional dimaksudkan untuk diterapkan pada seluruh anggota dan bukan hanya mereka yang melakukan praktik publik. Kelima prinsip yang harus diterapkan audior adalah sebagai berikut. 1. Integritas 2. Objektivitas 3. Kompetensi profesional dan kecermatan 4. Kerahasiaan 5. Perilaku profesional

Prinsip-prinsip Umum Kode Etik Akuntan Profesional (The Code of Ethics for Profesional Accountants) mengadopsi prinsip-prinsip umum, karena tidak mungkin untuk mengantisipasi setiap kemungkinan situasi yang akan menimbulkan masalah etika bagi etika bagi akuntan profesional. Dengan demikian, prinsip-prinsip umum ini akan memberikan dasar untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengatasi ancaman terhadap prinsip-prinsip utama yakni berupa ancaman, pengamanan, resolusi konflik. Panduan Khusus dalam Kode Etik Profesi Kode Etik bagian B dan C menyatakan secara jelas aturan yang harus dipatuhi oleh setiap akuntan publik dalam meberikan jasa akuntan publik. Adanya asumsi bahwa profesi telah menetapkan standar perilaku yang cukup tinggi, seperti yang termaktub dalam bagian B dan C kode etik, untuk menjamin bahwa perilaku minimum tersebut sudah memuaskan. Berikut muatan Kode Etik Bagian B dan C yang berisi sembilan pasal utama 210 220 230 240 250 260 270 280 290 Pertunjukkan Profesional Konflik Kepentingan Second Opinion Imbalan Jasa Audit dan Jenis-jenis Imbal Jasa Lainnya Pemasaran Jasa Profesional Hadiah dan Fasilitas Perlindungan Aset Klien ObjektivitasSemua Jasa yang Diberikan IndependensiKontrak kerja Audit

ETIKA PROFESI EKSTERNAL AUDITOR Independensi dalam audit berarti mengambil sudut pandang yang tidak bias dalam melakukan pengujian audit, evaluasi atas hasil pengujian dan penerbitan laporan audit. Independensi merupakan salah satu karakteristik terpenting bagi auditor dan merupakan dasar dari prinsip integritas dan objektivitas. Alasan banyaknya pengguna laporan keuangan yang bersedia mengandalkan laporan audit eskternal terhadap kewajaran laporan keuangan karena ekspektasi mereka atas sudut pandang yang tidak bias dari auditor. Kode etik membahas

independensi dalam konteks terbebas dari segala kepentingan yang akan merusak integritas dan objektivitas. Sebagian besar independensi IAPI sesuai denga persyaratan independensi BapepamLK. Namun karena kode tik tersebut cenderung bersifat principle-based maka kode etik IAPI dan Bapepam-LK saling melengkapi satu sama lain, sehingga memberikan panduan yang bermanfaat bagi para auditor. Persyaratan bagi independensi auditor melarang para auditor untuk terlibat dalam aktivitas audit di suatu entitas bilamana terdapat konflik kepentingan yang belum terselesaikan terkait dengan entitas tersebut. Mengabaikan konflik kepentingan bukan merupakan alasan yang dapat diterima. KAP diharuskan untuk memiliki sistem pengendalian mutu dan menerapkannya, sehingga akan menjadikan auditor waspada terhadap adanya konflik kepentingan umum maupun potensial konflik kepentingan yang mungkin muncul. Auditor tidak hanya diharuskan untuk menjaga sikap mental independen dalam menjalankan tanggung jawabnya, namun juga penting bagi para pengguna laporan keuangan untuk memiliki kepercayaan terhadap independensi auditor. Kedua unsur independensi ini sering kali diidentifikasikan sebagai independen dalam fakta atau independen dalam pikiran, dan independen dalam penampilan. Independen dalam fakta muncul ketika auditor secara nyata menjaga sikap objektif selama melakukan audit. Independen dalam penampilan merupakan interpretasi orang lain terhadap independensi auditor tersebut. Kepemilikan Finansial yang Signifikan Kepememilikan finansial dalam perusahaan yang diaudit termasuk kepemilikan dalam instrumen utang dan modal (misalnya pinjaman dan obligasi) dan kepemilikan dalam instrumen derivatif (misalnya opsi). Antisipasi terhadap kepemilikan langsung maupun tidak langsung yang besarnya signifikan di perusahaan klien dapat dapat berdampak luas pada operasi KAP. Pemberian Jasa Non-audit kepada Klien Konflik kepentingan yang paling nayata bagi kantor akuntan publik dalam memberikan jasa non-audit pada kliennya terus-menerus menjadi perhatian penting bagi para pembuat regulasi dan pengamat. Kode etik mengakui adanya beragam ancaman yang menjadi perhatian dalam

melakukan audit. Jasa-jasa yang mendapat perhatian khusus adalah jasa penilaian, jasa audit internal, memberikan jasa pembukuan pada klien. Imbalan Jasa Audit dan Independensi Landasan alternatif atas kontrak kerja audit dan pembayaran imbal jasa audit adalah dengan menggunakan auditor pemerintah atau auditor semi-pemerintah. Cara auditor untuk berkompetisi mendapatkan klien dan menetapkan imbalan jasa audit dapat memberikan implikasi penting bagi kemampuan auditor untuk menjaga independensi auditnya. Tindakan Hukum antara KAP dan Klien, serta Independensi Tindakan hukum oleh klien untuk jasa perpajakan atau jasa non-audit lainnya, atau tindakan melawan klien maupun KAP oleh pihak lain tidak akan menunrukan independensi dalam pekerjaan audit. Pertimbangan utama adalah kemungkinan dampak terhadap kemampuan klien, manajemen dan personel KAP untuk tetap objektif dan memberikan opini dengan bebas. Pergantian Auditor Riset di bidang audit mengindikasikan beragam alasan di mana manajemen dapat memutuskan untuk mengganti auditornya. Alasan-alasan tersebu termasuk mencari pelayanan dengan kualitas yang lebih baik, opinion shopping, dan mengurangi biaya.

KETENTUAN BAPEPAM-LK TERKAIT DENGAN INDEPENDENSI AUDITOR Bapepam-LK mengadopsi aturan-aturan yang memperkuat independensi auditor dengan menerapkan peraturan Sarbanes-Oxley di Amerika Serikat. Peraturan BAPEPAM-LK lebih lanjut membatasi kemungkinan auditor memberikan jasa non-audit pada klien auditnya, dan juga termasuk pembatasan atas penggunaan jasa KAP yang lama oleh klien dan mengharuskan adanya rotasi partner audit untuk meningkatkan independensi.

BANTUAN-BANTUAN UNTUK MENJAGA INDEPENDENSI DAN INTEGRITAS AUDIT Profesi dan masyarakat, khususnya dalam dekade lampau, sangat fokus untuk memastikan bahwa (1) para auditor menjaga sebuah sikap yang tidak bias dalam menjalankan tugas mereka (independen dalam kenyataan), dan (2) para pengguna menganggap para auditor itu independen (independe dalam penampilan). Sebagai tambahan untuk waspada dalam melakukan audit dan berhubungan dengan klien independensi auditor dan integritas audit bisa ditingkatkan dengan penggunaan komite audit, rotasi auditor, dan perlindungan kertas kerja.

PERBEDAAN ETIKA PROFESI AUDITOR DENGAN PROFESI LAINNYA KAP memiliki hubungan yang berbeda dengan para pengguna laporan keuangan dibandingkan dengan hubungan mayoritas profesi lainnya terhadap klien mereka. Pengacara, misalnya, secara khusus terikat dan dibayar oleh seorang klien dan memiliki tanggung jawab utama untuk memberikan jasa advokasi kepada kliennya tersebut. KAP ditugaskan oleh manajemen untuk perusahaan perseorangan, atau oleh komite audit untuk perusahaan publik, dan dibayar oleh perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan, namun melakukan pertemuan-pertemuan rutin dan hubungan berkelanjutan dengan pegawai klien. Merupakan hal yang penting bagi para pengguna laporan keuangan untuk memandang KAP sebagai pemberi jasa yang kompeten dan objektif. Jika para pengguna yakin bahwa KAP tidak memberikan pelayanan yang bernilai (mengurangi risiko informasi), maka nilai jasa audit atau jasa atestasi lainnya yang diberikan oleh KAP tersebut akan menurun sehingga permintaan akan jasa-jasa tersebut dengan demikian akan ikut menurum. Oleh karena itu, terdapat motivasi yang besar bagi KAP untuk melakukan tingkat profesionalisme yang tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

......................................................... Arens, Alvin; Randal J. Elder, Mark S.Beasley dan Amir Abadi Yusuf, (2009), Auditing and Assurance Services, An Integrated Approach, An Indonesian Adaption, Prentice HallInternational Edition Inc., Englewood Cliffs, New Jersey.

Anda mungkin juga menyukai