Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN PRAKTIKUM Kelompok 2

PRESTASI MESIN
REFRIGERANT TRAINING UNIT (RTU)


Departemen Teknik Mesin Kelompok 2
Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
1



REFRIGERANT TRAINING UNIT (RTU)












LAPORAN PRAKTIKUM Kelompok 2
PRESTASI MESIN
REFRIGERANT TRAINING UNIT (RTU)


Departemen Teknik Mesin Kelompok 2
Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
2
I. MAKSUD DAN TUJUAN PRATIKUM
1. Untuk melihat dengan jelas semua jalannya proses proses thermodinamis
dari suatu mesin pendingin,
2. Menunjukkan hubungan antara tekanan dengan temperatur, titik didih,
enthalpy, volume spesifik, kondensasi, evaporasi, kompresi, ekspansi dari
suatu siklus refrigerasi,
3. Untuk mengetahui siklus refrigerasi dalam berbagai macam penggunaan katup
ekspansi,
4. Mengatur laju aliran pendingin, sehingga diketahui kerja kompresor,
5. Untuk mengetahui penggunaan accumulator, receiver dan pengaturan
berbagai macam katup manual,

II. ALAT PENGUJIAN
II.1 Skema Siklus Refrigerasi dan Keterangan tentang Siklus
Skema :











Keterangan :
a. Proses penguapan membutuhkan sejumlah kalor, yang mana kalor tersebut
diambil dari udara yang mengalir melalui pipa dan sirip evaporator, dimana
menyebabkan turunnya temperatur udara dingin.
b. Pada proses kondensasi ada sejumlah kalor yang dilepaskan ke medium
sekelilingnya dan akan mengakibatkan naiknya temperatur udara pendingin
pada pipa dan sirip kondensor. Proses ini terjadi pada tekanan dan temperatur
yang cukup tinggi.
LAPORAN PRAKTIKUM Kelompok 2
PRESTASI MESIN
REFRIGERANT TRAINING UNIT (RTU)


Departemen Teknik Mesin Kelompok 2
Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
3
c. Proses penurunan tekanan tinggi ke tekanan yang lebih rendah terjadi pada
katup ekspansi dimana refrigerant setelah melalui katup ekspansi akan
bertekanan rendah sesuai dengan tekanan di evaporator, katup ekspansi diatur
berdasarkan tinggi cairan pada kondensor.
d. Rumus yang dipergunakan :

Q
e
= m
e
. C
p
. T [watt]

Dimana :
M
e
= massa refrigerant yang mengalir melalui evaporator [kg/menit]
C
p
= Kalor Jenis R-12 [J/kgC]
T = T
iref
-T
oref
[C]
T
iref
= temperature refrigerant di dalam evaporator dan kondensor [C]
T
oref
= temperature refrigerant keluar evaporator dan kondensor [C]
T
a
= temperature ruangan [C]
T
iu
= temperatur udara masuk pada evaporator dan kondensor [C]
T
ou
= temperatur udara keluar pada evaporator dan kondenser [C]
Q
e
= Perpindahan kalor evaporator [watt]
Q
c
= Perpindahan kalor kondensor [watt]
Q
c
= m
c
. C
p
. T [watt]
-
Hukum I Thermodinamika , W = Q
e
+ Q
c
W = Q
- Kerja Kompresor :

( )
(
(

|
.
|

\
|

=

1 .
1
1


Pi
Po
Vsl Pi W

dimana : W = Kerja spesifik [J/kg]
= 1,4 1,5
Pi = Tekanan masuk kompresor [bar]
Po = Tekanan keluar kompresor [bar]

LAPORAN PRAKTIKUM Kelompok 2
PRESTASI MESIN
REFRIGERANT TRAINING UNIT (RTU)


Departemen Teknik Mesin Kelompok 2
Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
4

] [ . watt w m W
ref
=

- Koefisien kinerja : COP = Q
e
/W
- Perhitungan perubahan temperatur rata rata logaritma
Untuk kondensor :

( ) ( )
|
|
.
|

\
|


= A
a out ref
u in ref
a out ref u in ref
k
t t
t t
t t t t
t
ln


Untuk evaporator :

( ) ( )
|
|
.
|

\
|


= A
out ref a
in ref u
out ref a in ref u
e
t t
t t
t t t t
t
ln


- Koefisien perpindahan kalor menyeluruh untuk evaporator dan kondensor :

t A
T Cp m
U
ref
A
A
=
.
. .


dimana :
- untuk kondensor :
T = (t
i
t
o
) ; T = t
c

- untuk evaporator :
T = (t
o
- t
i
) ; T = t
e





LAPORAN PRAKTIKUM Kelompok 2
PRESTASI MESIN
REFRIGERANT TRAINING UNIT (RTU)


Departemen Teknik Mesin Kelompok 2
Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
5
I.2 SKEMA RTU dan KETERANGAN GAMBAR



























Keterangan gambar :
- TSC = Thermostat Switch Control
- CTV = Capillary Tube Valve
- AXV = Automatic Expansion Valve
- TXV = Thermal Expansion Valve
LAPORAN PRAKTIKUM Kelompok 2
PRESTASI MESIN
REFRIGERANT TRAINING UNIT (RTU)


Departemen Teknik Mesin Kelompok 2
Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
6
- Pg = Pressure Gauge
- T
in
= Temperature in
- T
o
= Temperature Out
- FMB = Flow Meter Bulb
- ISG = Indicator Sight Glass
- EV = Expansion Float Valve
- RCB = Receiver Control By Pass
- RCV = Receiver Control Valve
- HP1 = High Pressure First
- HP2 = High Pressure Second
- HP3 = High Pressure Third
- HP4 = High Pressure Fourth
- ACB = Accumulator Control By Pass
- ACI = Accumulator Control In
- ACO = Accumulator Control Out

URAIAN

1. Kompresor
Kompresor adalah bagian yang terpenting dari suatu proses refrigerasi, tidak
hanya melakukan kompresi yang masuk pada tekanan gas yang tinggi tapi juga
menimbulkan tekanan rendah yang masuk ke kompresor atau bekerja membuat
perbedaan tekanan, sehingga bahan dapat mengalir dari satu bagian ke lain bagian
dari sistem. Karena adanya perbedaan tekanan antara sisi tekanan tinggi dan sisi
tekanan rendah, maka bahan pendingin cair dapat mengalir melalui alat pengatur
bahan pendingin ke evaporator.

Kompresor pada sistem refrigerasi gunanya untuk :
a. Menurunkan tekanan di dalam evaporator, sehingga bahan pendingin cair di
evaporator dapat menguap pada suhu yang lebih rendah dan menyerap kalor
lebih banyak dari ruang di dekat evaporator.
b. Menghisap bahan pendingin gas dari evaporator dengan suhu rendah lalu
memampatkan gas tersebut sehingga menjadi gas suhu tinggi dan tekanan
LAPORAN PRAKTIKUM Kelompok 2
PRESTASI MESIN
REFRIGERANT TRAINING UNIT (RTU)


Departemen Teknik Mesin Kelompok 2
Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
7
tinggi. Kemudian mengalirkannya ke kondensor, sehingga gas tersebut
dapat memberikan kalornya pada zat yang mendingin, maka di dalam
kondensor terjadi pengembunan.
Sistem refrigeration ini memakai kompresor hermetik, dimana motor dan
kompresor menjadi satu kesatuan. Kelebihan kompresor hermetik :
a. Tidak memakai seal pada porosnya, sehingga jarang terjadi kebocoran bahan
pendingin.
b. Bentuknya kecil, kompak, dan harganya lebih murah.
c. Tidak memakai tenaga penggerak dari luar, suaranya lebih tenang, getarannya
kecil.
Data-data :
- Kompresor model JRL 4-0050 IAA, Ecopeland
- B/M, Volt 115/50 Hz, 1 phase.

2. Kondensor
Kondensor gunanya untuk membuang kalor dan mengubah wujud bahan
pendingin dari gas menjadi cair, dan juga suatu alat untuk membuat kondensasi bahan
pendingin gas dari kompresor dengan temperatur tinggi dan tekanan tinggi. Bahan
pendingin di dalam kondensor dapat mengeluarkan kalor yang diserap dari evaporator
dan panas yang ditambahkan oleh kompresor dan alat pengatur bahan pendingin jadi
pada sisi tekanan tinggi dari sistem.
Unit tersebut memakai udara yang mendinginkan kondensor dengan memakai
fan motor yang dapat meniupkan udara ke arah kondensor dalam jumlah yang lebih
besar, sehingga kapasitas kondensor bertambah, bentuk kondensor ini disebut Air
Cooled Condensor, serta dengan memakai sistem pipa dengan sistem sirip sirip
(tube and fin condenser) sebagai pendingin dengan luas permukaan untuk terjadinya
perpindahan kalor yang baik.
Kondensor ini juga dilengkapi dengan alat pengukuran temperatur
(thermometer) dan tekanan (pressure gauge).
Data data : Proses aliran refrigerant dalam pipa kondensor adalah single series
refrigerant circuit.
Diameter luar pipa : 60 mm
Diameter dalam pipa : 65 mm
LAPORAN PRAKTIKUM Kelompok 2
PRESTASI MESIN
REFRIGERANT TRAINING UNIT (RTU)


Departemen Teknik Mesin Kelompok 2
Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
8
Panjang pipa : 432 mm
Luas permukaan perpindahan kalor : 2,83.10
-5
m
2
3. Evaporator
Mempunyai konstruksi sama dengan kondensor, yang mana fungsinya
kebalikan dari kondensor, tidak untuk membuang kalor kepada udara disekitarnya
tetapi untuk mengambil kalor dari udara sekitar. Evaporator tempatnya di antara katup
ekspansi dan kompresor, jadi pada sisi tekanan rendah dari sistem.
Evaporator merupakan ruangan tempat bahan pendingin cair menguap, bahan
pendingin gas ditampung di akumulator lalu mengalir ke kompresor, evaporator
memberikan kalor kapada bahan pendingin cair sebagai kalor latent penguapan,
sehingga bahan pendingin menguap. Berdasarkan prinsip kerjanya evaporator di unit
ini memakai evaporator kering (Dry or direct expansion evaporator).

4. Katup Ekspansi
Di dalam percobaan unit ini memakai 3 macam :
a. AXV
b. TXV
c. CTV
AXV : Disebut juga katup ekspansi tekanan konstan yang mana dapat
mempertahankan tekanan evaporator konstan pada beban evaporator yang berubah-
ubah. Katup ekspansi ini dapat mengatur jumlah refrigerant yang masuk ke evaporator
dalam batas yang sama dengan kapasitas hisap kompresor. Selama sistem sedang
bekerja, katup tersebut dapat mempertahankan tekanan evaporator dan saluran hisap
tetap konstan, sehingga beban kompresor juga menjadi konstan. Jadi katup tersebut
akan membuat kapasitas yang konstan pada beban berubah ubah, katup tersebut
bekerja hanya dipengaruhi oleh tekanan refrigerant di evaporator 0,7 bar, dengan
kapasitas katup terssbut direncanakan untuk temperatur evaporator 5C dan
temperature cairan masuk ke evaporator 40C.

TXV : Katup ekspansi tersebut dapat mengatur jumlah refrigerant yang mengalir ke
evaporator sesuai dengan beban evaporator dan mempertahankan effisiensi evaporator
yang maksimum pada setiap keadaan beban evaporator yang berubah ubah, serta
dapat mempertahankan gas panas lanjut yang konstan yang tidak mengatur tekanan
LAPORAN PRAKTIKUM Kelompok 2
PRESTASI MESIN
REFRIGERANT TRAINING UNIT (RTU)


Departemen Teknik Mesin Kelompok 2
Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
9
dan temperatur dalam evaporator, tetapi mengontrol jumlah refrigerant yang mengalir
masuk evaporator, selain dikontrol oleh tekanan rendah dalam evaporator juga oleh
temperatur dan tekanan akhir evaporator. Katupe ekspansi ini mempunyai batas
temperatur evaporator yang besar dan super heat yang mudah disetel. Waktu
kompresor sedang bekerja menghisap refrigerant dari evaporator, maka tekanan
evaporator menjadi rendah, waktu kompresor berhenti tekanan evaporator menjadi
tinggi dan lubang saluran refrigerant tertutup rapat. Katup ekspansi telah diatur oleh
pabrik dengan super heated 5-7C dengan tekanan 0, untuk tekanan kerja maksimum
pada temperature tinggi 3,4 bar dan temperatur rendah 0,82 bar.

CTV : Pipa kapiler dibuat dari pipa tembaga dengan lubang dalam yang sangat kecil,
panjang dan lubang pipa kapiler dapat mengontrol jumlah bahan pendingin yang
mengalir ke evaporator. Gunanya untuk menurunkan tekanan bahan pendingin cair
yang mengalir melaluinya dan membangkitkan tekanan bahan pendingin di kondensor.

5. Saklar Pemutus Tekanan ( pressure cut-off switch)
a. HPC (High Pressure Control)
Saklar pemutus tekanan tinggi merupakan alat control tekanan dan
berfungsi sebagai alat control keamanan untuk tekan keluar kompresor yang
terlalu tinggi. Alat ini dapat melindungi system dari tekanan yang terlalu
tinggi dengan memutuskan rangkaian listrik, sehingga kompresor berhenti.
Saklar pemutus tekanan tinggi yang tidak dilengkapi dengan tombol riset akan
bekerja kembali secara automatic apabaila tekanannya telah turun mencapai
differensial yang telah ditentukan.
Pada umumnya saklar pemutus tekanan tinggi diatur agar membuka
pada tekanan 20% diatas tekanan keluar kompresor , untuk R-12 adalah 10,34-
11,7 bar. Saklar pemutus tekanan tinggi mempunyai batas pengaturan (range)
atau dapat diatur untuk membuka adalah 8-17 bar, untuk differensial yang
masih dapat diatur adalah 3 bar sedangkan batas maksimum adalah 23,5 bar.
b. LPC ( Low Pressure Control)
Saklar pemutus tekanan rendah dapat mencegah terjadinya pembekuan
pada evaporator, juga dapat mencegah udara dan uap air masuk ke dalam
LAPORAN PRAKTIKUM Kelompok 2
PRESTASI MESIN
REFRIGERANT TRAINING UNIT (RTU)


Departemen Teknik Mesin Kelompok 2
Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
10
sistem apabila terjadi kebocoran pada sisi tekanan rendah. Saklar ini pipanya
harus dihubungkan dengan saluran hisap kompresor.
Saklar pemutus tekanan rendah mempunyai batas pengaruh tekanan
atau dapat diatur untuk menutup : 300mmHg - 4 bar dan differensial tekanan
rendah : 0,7 bar 2,5 bar.
c. TSC (Thermostat Switch Control)
Suatu alat untuk mengontrol temperatur atau mempertahankan
temperatur konstan, alat ini dilengkapi pula dengan pipa kapiler yang terdiri
dari tiga bagian : bulb (tabung sensor termal), pipa kapiler (penghubung),
below dan saklar listrik (penggerak mekanik). Jadi tepatnya TSC ini hanyalah
suatu alat yang menunjukkan keadaan temperatur pada saat itu yang mengatur
temperatur udara dalam ruangan pada batas temperatur tertentu dengan
membuka dan menutup kontak listrik secara automatic.
d. Accumulator
Berguna untuk menampung sementara bahan pendingin cair dan
campuran bahan pendingin gas yang bersifat sebagai separator (alat pemisah)
yang memisahkan antara gas dan cair, karena masuk kompresor harus berupa
gas karena sifatnya compressible.
e. FMB (Flow Meter Bulb)
Suatu alat indicator untuk menunjukkan berapa banyak refrigerant cair
yang mengalir kedalam evaporator (0-150 kg/mnt).
f. Receiver
Fungsinya sama dengan accumulator, yang mana untuk memisahkan
antara bahan pendingin gas dengan bahan pelumas kompresor agar tidak
becampur sebelum masuk evaporator, karena akan menghambat jalannya
proses pendingin didalam evaporator.
g. Refrigerant-12, CC
2
F
2
(dichloro difluoro methane)
Pemakaian (-40 s/d 10C), dengan titik didihnya -29,8C pada 1
atmosfir, tekanan penguapan 0,8 bar pada 15C dan tekanan kondensasi 6,5
bar pada 30C. Kalor laten uap 167 kJ/kg pada titik didih.
Bahan pendingin R-12 sangat aman. Tidak korosif, tidak beracun, tidak
dapat terbakar atau meledak dalam bentuk gas maupun cair, juga bila
LAPORAN PRAKTIKUM Kelompok 2
PRESTASI MESIN
REFRIGERANT TRAINING UNIT (RTU)


Departemen Teknik Mesin Kelompok 2
Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
11
bercampur dengan udara R-12 tidak berwarna, bahkan transparan, tidak
berbau dan tidak ada rasanya pada konsentrasi di bawah 20% dari volume.

III. PETUNJUK UMUM MENJALANKAN UNIT
1. Pasang thermometer di evaporator, kondensor dan kompresor baik itu
temperatur masuk, keluar maupun temperatur udara luar,
2. Periksa katup katup yang tersedia, buka katup HP1, HP2, ACI, ACO, RCV
dan tutup katup HP2, HP3, ACB, RCB,
3. Buka katup FMB, serta buka salah satu katup ekspansi yang akan
dipergunakan yaitu, CTV, AXV dan TXV,
4. Set TSC yang akan dipergunakan dalam percobaan,
5. Periksa sambungan sambungan kabel arus daya serta tranformator, karena
unit tersebut memakai tegangan 110 Volt,
6. Jalankan arus listrik, set tegangan 220 Volt di transformator, jalankan arus di
panel unit refrigerant training unit, serta jalankan fan di evaporator dan
kondensor, lalu jalankan kompresor selama 10 menit,
7. Selama unit berjalan, periksa alat pengukur temperatur, tekanan, ISG, FMB
dan lihat siklus refrigerant yang mengalir melalui evaporator dan kondensor,
8. Setelah unit berjalan dengan baik, ukur dan set semua alat pengukuran yang
diinginkan dalam percobaan tersebut,
9. Periksa dan ukur tegangan arus yang mengalir dengan memakai tank ampere
meter.











LAPORAN PRAKTIKUM Kelompok 2
PRESTASI MESIN
REFRIGERANT TRAINING UNIT (RTU)


Departemen Teknik Mesin Kelompok 2
Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
12
IV.Pengolahan Data
Data hasil praktikum yang kami dapatkan ialah :

Mr
(ppm)
Kompresor Kondensor Evaporator
Pi Po Tik Tok Tic Toc Tuc Pc Tie Toe Tue Pe
(Psi) (Psi) (C) (C) (C) (C) (C) (Psi) (C) (C) (C) (Psi)
0.2 9.5 120 31 52 32 32 32 115 30 33 32 13
0.4 10 125 32 61 33 32 31 117 30 33 31 14
0.6 11 125 32.5 68 33 32.5 31 120 29 33 31 15
0.8 12 125 33 71 33 33 30 120 29 33 31 15

Non-SI SI
mr massa refrigerant yang mengalir melalui evaporator ppm kg/s
Pi tekanan masuk kompresor psi MPa
Po tekanan keluar kompresor psi MPa
Tik temperatur refrigerant masuk kompresor C K
Tok temperatur refrigerant keluar kompresor C K
Tic temperatur refrigerant masuk kondensor C K
Toc temperatur refrigerant keluar kondensor C K
Tuc temperatur udara masuk pada kondensor C K
Pc tekanan pada kondensor psi MPa
Tie temperatur refrigerant di dalam evaporator dan kondensor C K
Toe temperatur refrigerant keluar evaporator dan kondensor C K
Tue temperatur udara masuk pada evaporator C K
Pe tekanan pada evaporator psi MPa
Nama Keterangan
Satuan

Perhitungan di bawah menggunakan mr = 0,4ppm


s
kg
mnt
lbm
ppm mr
60
4539 , 0 4 , 0
4 , 0 4 , 0

= = =

s
kg 3
10 026 , 3

=

1. Kompresor

Pa Psi P
i
55 , 6896 10 10 = =
Pa 5 , 68965 =



MPa
Pa
Pa
170 , 0
5 , 170292
101327 5 , 68965
=
=
+ =


atm P P
i iabs
1 + =
LAPORAN PRAKTIKUM Kelompok 2
PRESTASI MESIN
REFRIGERANT TRAINING UNIT (RTU)


Departemen Teknik Mesin Kelompok 2
Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
13
Pa Psi P 55 , 6896 150 150
0
= =
Pa 75 , 862068 =

atm P P
o oabs
1 + =

MPa
Pa
Pa
963 , 0
75 , 963395
101327 75 , 862068
=
=
+ =



C T
C T
k
ik
0
0
0
61
32
=
=



2. Kondensor


Pa Psi P
C T
C T
C T
c
uc
c
ic
55 , 6896 117 117
31
32
33
0
0
0
0
= =
=
=
=


Pa 35 , 806896 =

atm P P
c cabs
1 + =

MPa
Pa
Pa
908 , 0
35 , 908223
101327 35 , 806896
=
=
+ =

3. Evaporator


Pa Psi P
e
55 , 6896 13 13 = =
Pa 156 , 89655 =

atm P P
e eabs
1 + =

MPa
Pa
Pa
191 , 0
15 , 190982
101327 15 , 89655
=
=
+ =



C T
C T
C T
ue
e
ie
0
0
0
0
31
33
30
=
=
=








LAPORAN PRAKTIKUM Kelompok 2
PRESTASI MESIN
REFRIGERANT TRAINING UNIT (RTU)


Departemen Teknik Mesin Kelompok 2
Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
14



IV.1.Evaporator

Dik:

`


uid EntalpiLiq our EntalpiVap K
u
=

kg
kj
kg
kj
3 , 158
95 , 188 25 , 347
=
=



u p e
K X mr T C mr Q ). 1 ( . . + A =

kWatt
K X mr T T C mr
u ie e p
359 , 0
3 , 158 ). 25 , 0 1 .( 10 026 , 3 ) 30 33 .( 606 , 0 . 10 026 , 3
). 1 ( ) .( .
3 3
0
=
+ =
+ =



IV.2.Kondensor

Dik:

750 , 0
10 026 , 3
3
=
=

p
C
s
kg
mr


uid EntalpiLiq our EntalpiVap K
C T
C T
e
ic
c
=
=
=
0
0
0
33
32


kg
kj
kg
kj
12 , 131
98 , 236 10 , 368
=
=



e p c
K mr T C mr Q . . . + A =
25 , 0
30
33
606 , 0
10 026 , 3
0
0
0
3
=
=
=
=
=

X
C
T
C
T
C
s
kg
mr
ie
e
p
LAPORAN PRAKTIKUM Kelompok 2
PRESTASI MESIN
REFRIGERANT TRAINING UNIT (RTU)


Departemen Teknik Mesin Kelompok 2
Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
15

kWatt 4 , 0 399 , 0
12 , 131 . 10 026 , 3 ) 32 33 .( 750 , 0 . 10 026 , 3
3 3
~ =
+ =




IV.3.Kompressor


MPa P
kg
m
vs
MPa P
i
963 , 0
256 , 0
1
9 , 3
170 , 0
2 , 1
0
3
=
= =
=
=
=




(
(
(

|
|
.
|

\
|

=

1 ) . (
1
1
0


i
i
P
P
vs P W

( )
kg
j
565 , 87715
1
170 , 0
963 , 0
256 , 0 . 170 , 0
1 2 , 1
2 , 1
2 , 1
1 2 , 1
=
(
(
(

|
.
|

\
|

=



W m W
ref k
. =

Watt 42 , 265
565 , 87715 . 10 026 , 3
3
=
=



IV.4.a/ Kondensor


oe oc
oc oe
a ambient
oc refout
uc u
ic refin
T T
T T
T T
C T T
C T T
C T T
>
+
= =
= =
= =
= =
;
2
32
31
33
0
0
0

C
0
5 , 32
2
33 32
=
+
=


|
|
.
|

\
|


= A
a refout
u refin
a refout u refin
c
T T
T T
T T T T
T
ln
) ( ) (

LAPORAN PRAKTIKUM Kelompok 2
PRESTASI MESIN
REFRIGERANT TRAINING UNIT (RTU)


Departemen Teknik Mesin Kelompok 2
Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
16

C
0
803 , 1
5 , 31 32
31 33
ln
) 5 , 32 32 ( ) 31 33 (
=
|
.
|

\
|


=


IV.4.b/Evaporator


oe oc
oc oe
a ambient
oe refout
ue u
ie refin
T T
T T
T T
C T T
C T T
C T T
>
+
= =
= =
= =
= =
;
2
33
31
30
0
0
0

C
0
5 , 32
2
33 32
=
+
=


|
|
.
|

\
|


= A
refout a
refin u
refout a refin u
e
T T
T T
T T T T
T
ln
) ( ) (


C
0
164 , 2
32 5 , 32
30 31
ln
) 33 5 , 32 ( ) 30 31 (
=
|
.
|

\
|


=


IV.5.Koefisien Perpindahan Kalor menyeluruh untuk Evaporator dan
Kondensor

Dik :

2 5
10 83 , 2
4 , 0
359 , 0
m A
kWatt Q
kWatt Q
c
e

=
=
=


C T
C T
e
c
0
0
164 , 2
803 , 1
= A
= A


Untuk Evaporator :
C m
Watt
T A
Q
U
e
e
e 2
4 , 5633462
.
=
A
=

Untuk Kondensor :
C m
Watt
T A
Q
U
c
c
c 2
8 , 7839309
.
=
A
=

IV.6.Efek Refrigerasi dan Pemanasan
LAPORAN PRAKTIKUM Kelompok 2
PRESTASI MESIN
REFRIGERANT TRAINING UNIT (RTU)


Departemen Teknik Mesin Kelompok 2
Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
17
Mr Qe Qc
0.4 0.359 0.4


IV.7.Harga COP terhadap kerja Kompresor

Dik :

Watt W
kWatt Q
kWatt Q
k
c
e
42 , 265
4 , 0
345 , 0
=
=
=


COP refrigerator ideal : 299 , 1
42 , 265
345
= =
k
e
W
Q


COP heat pump ideal : 507 , 1
42 , 265
400
= =
k
c
W
Q


IV.8.Harga COP Carnot

Dik :

K C T
K C T
K C T
K C T
oc
ic
oe
ie
305 32
306 33
306 33
303 30
0
0
0
0
= =
= =
= =
= =


COP untuk refrigerator carnot :
( ) ( )
101
305 308
303
=

oe ic
oe
T T
T


COP untuk heat pump carnot :
( ) ( )
102
305 308
306
=

oe ic
ic
T T
T


V.Dari diagram P-h percobaan diperoleh :

LAPORAN PRAKTIKUM Kelompok 2
PRESTASI MESIN
REFRIGERANT TRAINING UNIT (RTU)


Departemen Teknik Mesin Kelompok 2
Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
18

kg
kj
h
kg
kj
h
kg
kj
h
kg
kj
h
kg
kj
h
kg
kj
h
a
a
245
245
400
380
360
350
4
3
2
2
1
1
=
=
=
=
=
=



V.1.Kalor yang keluar dari kondensor dan evaporator :


kWatt h h mr Q
kWatt h h mr Q
e
c
317 , 0 ) 245 350 .( 10 026 , 3 ) .(
432 , 0 ) 245 380 .( 10 026 , 3 ) .(
3
4 1
3
3 2
= = =
= = =



V.2.Kerja Kompresor:


kWatt h h mr ideal W
kWatt h h mr aktual W
k
a a k
090 , 0 ) 350 380 .( 10 026 , 3 ) .( .
121 , 0 ) 360 400 .( 10 026 , 3 ) .( .
3
1 2
3
1 2
= = =
= = =



V.3.Kerja net (W net) :

kWatt Q Q W
e c net
115 , 0 363 , 0 469 , 0 = = =

V.4.COP untuk refrigerator dan heat pump :


570 , 3
121 , 0
432 , 0
.
.
8 , 4
090 , 0
432 , 0
.
.
619 , 2
106 , 0
, 0
.
.
522 , 3
090 , 0
317 , 0
.
.
= = =
= = =
= = =
= = =
aktual W
Q
aktual COP
ideal W
Q
ideal COP
aktual W
Q
aktual COP
ideal W
Q
ideal COP
k
c
HP
k
c
HP
k
e
R
k
e
R






LAPORAN PRAKTIKUM Kelompok 2
PRESTASI MESIN
REFRIGERANT TRAINING UNIT (RTU)


Departemen Teknik Mesin Kelompok 2
Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
19
Hasil Perhitungan Keseluruhan :
perbedaan temperatur KONDENSOR
ta oC pembilang penyebut tc oC
31,5 0,5 0,693147 0,72135
31,5 1,5 1,386294 1,08202
31,75 1,25 0,980829 1,27443
32 2 1,098612 1,82048

perbedaan temperatur EVAPORATOR
ta oC pembilang penyebut te oC
32.5 2,5 0.287682072 1.738029748
32.5 1,5 0.980829253 2.54886362
32.5 2,25 1.386294361 3.246063842
32.5 2 1.540445041 3.570396771

Koef per.kalor
A m2 Ue (evap) Uc (kond)
0.0000283 3870278.402 9462302,058
0.0000283 5303794.817 12734789,6
0.0000283 6277132.233 16169920,44
0.0000283 7609227.874 15240556,82

mr (kg/s)
KOMPRESOR
Pi (Mpa) Po (Mpa)
Tik
(K)
Tok
(K)
0.001513 0,1664758 0,9285446 304 325
0.003026 0,1699241 0,9630273 305 334
0.004539 0,1768206 0,9630273 305,5 341
0.006052 0,1837172 0,9630273 306 344

KONDENSOR EVAPORATOR
Tic
(K)
Toc
(K)
Tuc
(K)
Pc (Mpa)
Tie
(K)
Toe
(K)
Tue
(K)
Pe (Mpa)
305 305 304 0,8940618 303 306 305 0,218199945
306 305 304 0,9078549 303 306 304 0,218199945
306 305,5 304 0,9285446 302 306 304 0,218199945
306 306 303 0,9285446 297 304 304 0.218199945



LAPORAN PRAKTIKUM Kelompok 2
PRESTASI MESIN
REFRIGERANT TRAINING UNIT (RTU)


Departemen Teknik Mesin Kelompok 2
Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
20
EVAPORATOR interpolasi
Cp (kJ/kg) hl kJ/kg hv kJ/kg Ku kJ/kg X Qe kWatt
0,611 190,78 348,17 157,39 0,25 0,188515564
0,611 190,78 348,17 157,39 0,25 0,377031127
0,611 190,78 348,17 157,39 0,25 0,56832002
0,611 190,78 348,17 157,39 0,25 0,757760026



KONDENSOR interpolasi
Cp kJ/kg hl kJ/kg hv kJ/kg Ke kJ/kg Qc (kWatt)
0,758 238,85 366,52 127,67 0,193165
0,768 238,9 367 128,1 0,389955
0,769 239,1 367,2 128,1 0,583191
0,758 239,13 368,87 129,74 0,785186

kerja KOMPRESOR
(kg/m3) s (m3/kg) -1/ W (J/kg) Wk (Watt)
1,2 3 0,333333 0,166667 110442,3 167,0992
1,2 3,9 0,263158 0,166667 89949,1 272,186
1,2 4 0,25 0,166667 86579,3 392,9834
1,2 4,2 0,238095 0,166667 83459,61 505,0976

COP KOMPRESOR COP Carnot
Refrigerator Heat pump Refrigerator
Heat
pump
1,128166 1,155988 101 102
1,385197 1,432677 101 102
1,446168 1,48401 101 102
1,500225 1,554524 101 102

kalor keluar kondensor dan evaporator
h1 (kJ/kg) h1a (kJ/kg) h2 (kJ/kg) h2a (kJ/kg) h3 (kJ/kg) h4 (kJ/kg) Qc (kWatt) Qe (kWatt) Wk aktual Wk ideal
372 375 392 392 238 238 0,233002 0,202742 0,025721 0,03026
375 377 400 405 240 240 0,48416 0,40851 0,084728 0,07565
373 379 403 408 242 242 0,730779 0,594609 0,131631 0,13617
312 340 378 410 245 245 0,804916 0,405484 0,42364 0,399432





Kerja net COP
Wnet R ideal R aktual HP ideal HP aktual
0,03026 6,7 7,8823529 7,7 9,0588235
0,07565 5,4 4,8214286 6,4 5,7142857
0,13617 4,3666667 4,5172414 5,3666667 5,5517241
0,399432 1,0151515 0,9571429 2,0151515 1,9
LAPORAN PRAKTIKUM Kelompok 2
PRESTASI MESIN
REFRIGERANT TRAINING UNIT (RTU)


Departemen Teknik Mesin Kelompok 2
Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
21

VI. ANALISA dan KESIMPULAN

VI.1 ANALISA
VI.1.1 Analisa Percobaan dan Data Percobaan
Percobaan dilakukan dengan mengubah variabel laju aliran massa
refrigerant (mr) yaitu 0,2 ppm; 0,4 ppm; 0,6 ppm dan 0,8 ppm. Analisa data
percobaan dibagi berdasarkan pengambilan data yaitu :

Kompresor
Untuk nilai tekanan masuk dan keluar kompresor, dari data
diperoleh bahwa semakin besar laju aliran refrigerant maka tekanan
semakin menurun. Hal ini bertentangan dengan prinsip dasar aliran
bahwa semakin besar laju aliran, maka tekanan semakin tinggi karena
semakin banyak aliran yang terkompresikan. Analisa kami sementara ini
ialah terjadi kesalahan sewaktu memutar knop putar laju aliran. Knop
tersebut tidak memiliki tanda yang jelas apakah pada posisi tersebut
knop menunjuk pada 0,8 ppm, 0,6 ppm, atau 0,4 ppm. Dan juga sewaktu
memindah dari posisi 0,8 ke 0,4 kami memutar knop berlawanan arah
jarum jam. Perubahan laju aliran terhadap perubahan tekanan masuk
bersifat linear.
Untuk nilai temperatur, terjadi penurunan temperatur output
untuk kenaikan laju aliran massa refrigerant. Hal ini berkaitan dengan
hal yang telah dibahas sebelumnya (seputar tekanan). Perubahan suhu
terhadap perubahan laju aliran cenderung bersifat linear



Kondensor
Nilai tekanan kondensor menurun seiring peningkatan laju
aliran refrigerant. Analisa kami mengenai hal ini sama seperti pada
LAPORAN PRAKTIKUM Kelompok 2
PRESTASI MESIN
REFRIGERANT TRAINING UNIT (RTU)


Departemen Teknik Mesin Kelompok 2
Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
22
analisa kompresor sebelumnya yaitu knop penentu besar laju aliran.
Perubahan tekanan terhadap laju aliran cenderung bersifat linear.
Untuk nilai temperatur, perubahannya mengikuti perubahan
tekanan. Bila tekanan mengalami penurunan, begitu pula halnya dengan
temperatur. Berdasarkan data kami, peningkatan laju aliran berdampak
penurunan temperatur masuk maupun keluar pada kondensor. Hal ini
lagi lagi bertentangan dengan kaidah aliran bahwa jika laju aliran
masuk diperbesar, maka akan terjadi peningkatan tekanan yang sekaligus
diikuti dengan peningkatan suhu. Analisa kami, hal ini terjadi masih
dikarenakan seputar knop pemutar besar laju aliran refrigerant.

Evaporator
Nilai temperatur seharusnya meningkat seiring peningkatan laju
aliran refrigerant. Namun yang terjadi ialah temperatur masuk tetap dan
temperatur keluar cenderung menurun. Begitu pula dengan tekanan yang
cenderung menurun, padahal seharusnya meningkat seiring semakin
besarnya laju aliran. Hal ini menurut praktikan merupakan akumulasi
dari kesalahan yang terjadi sebelumnya (pemutaran knop laju besar
aliran). Faktor lain yang mungkin menyebabkan terjadinya kesalahan ini
adalah letak termometer yang terlalu tinggi (melebihi tinggi badan kami)
sehingga pembacaan bersifat kurang akurat, karena kami membacanya
lewat pantulan kaca termometer yang lebih rendah (yang seharusnya
dilihat pada posisi sejajar).

VI.1.3 Analisa Hasil Perhitungan
Berdasarkan perhitungan data yang telah kami lakukan, peningkatan
COP refrigerator terjadi seiring dengan terjadinya peningkatan laju besar
aliran refrigerant. Adapun penyimpangan hasil perhitungan yang terjadi adalah
pada condenser yaitu pada COP
HPideal
dan COP
HPaktual
. Analisa praktikan
mengenai penyimpangan ini ialah akibat dari akumulasi penyimpangan pada
data percobaan karena perhitungan merupakan proses berkelanjutan dengan
data data percobaan yang ada. Bila pun terjadi kesalahan pada perhitungan
yang lain, hal tersebut dipengaruhi oleh data masukan awal.
LAPORAN PRAKTIKUM Kelompok 2
PRESTASI MESIN
REFRIGERANT TRAINING UNIT (RTU)


Departemen Teknik Mesin Kelompok 2
Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
23

VI.2 KESIMPULAN
1. Refrigeration Training Unit (RTU) adalah suatu mesin yang digunakan untuk
mentransfer panas dari medium bertemperatur rendah ke medium
bertemperatur tinggi. Mesin ini mempertahankan sebuah ruang refrigerasi
pada temperatur rendah dengan memindahkan panas darinya.
2. Ada 4 bagian utama dari RTU ini yaitu :
- Kompresor, untuk menghasilkan perbedaan tekanan sehingga fluida
kerja (refrigerant) dapat mengalir,
- Kondensor, membuang panas ke lingkungan dan mengubah fase fluida
dari gas menjadi cair,
- Katup ekspansi, untuk menurunkan/mengatur tekanan yang keluar dari
kondensor sehingga sama dengan tekanan yang ada di evaporator,
- Evaporator, menyerap panas dari lingkungan dan mengubah fase fluida
dari cair menjadi gas. Bagian ini yang biasa digunakan untuk
mendinginkan suatu ruangan,
3. RTU mengalirkan suatu fluida kerja (refrigerant) untuk laju aliran massa
tertentu (mr). Hubungan laju aliran massa ini dengan besaran yang lain adalah :
- Semakin besar laju aliran massa ini maka semakin besar kalor yang
dialirkan, yaitu kalor yang dilepas oleh kondensor dan kalor yang
diserap oleh evaporator,
- Semakin besar laju aliran massa ini maka semakin besar kerja yang
dilakukan kompresor,
4. Kinerja atau performa RTU ini digambarkan dalam Coefficient Of
Performance (COP), yaitu perbandingan antara besarnya kalor yang
dipindahkan dari ruang pendinginan (refrigerated space) dengan kerja yang
diberikan (masuk) ke sistem. COP bisa bernilai lebih dari 1 artinya sistem
mampu memindahkan panas lebih besar daripada kerja yang diberikan ke
sistem.
5. Faktor faktor yang mempengaruhi nilai COP ini adalah :
- Kalor yang diserap evaporator,
- Kalor yang dilepas kondensor,
LAPORAN PRAKTIKUM Kelompok 2
PRESTASI MESIN
REFRIGERANT TRAINING UNIT (RTU)


Departemen Teknik Mesin Kelompok 2
Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
24
- Kerja kompresor.
Faktor faktor eksternal lain ialah laju aliran refrigerant, diameter sirip
kondensor/evaporator dan densitas refrigerant.
6. COP didefenisikan dalam nilai aktual dan ideal. Nilai COP aktual lebih kecil
daripada COP ideal. Hal ini disebabkan karena terjadi penurunan tekanan
(pressure lost) pada saat refrigerant masuk ke kompresor dari evaporator dan
saat refrigerant keluar dari kompresor masuk ke kondensor.
7. Bagian yang digunakan pada RTU ini adalah evaporatornya, yaitu digunakan
untuk mendinginkan ruangan dan diletakkan di bagian dalam ruangan tersebut.
Jika yang digunakan (diletakkan di bagian dalam ruangan tersebut) adalah
kondensornya, maka mesin ini berfungsi sebagai mesin pemanas (heat pump).
Nilai COP heat pump ini lebih besar dari COP refrigerator karena kalor yang
dilepas ke lingkungan dari kondensor lebih besar daripada kalor yang diserap
evaporator dari lingkungan.
8. Mesin ini dapat bekerja sebagai sebuah refrigerator carnot. Mesin carnot ini
adalah kondisi yang sangat ideal dimana proses dapat terjadi secara reversible.
Nilai COP carnot lebih besar daripada COP aktual karena pada siklus carnot
dianggap refrigerator dapat bekerja pada batas maksimal temperaturnya, dan
hal ini adalah keadaan yang benar benar ideal dan tidak mungkin dicapai.
9. Nilai COP carnot ini adalah COP maksimum teoritis dari sebuah refrigerator.
Tidak mungkin ada secara teoritis/aktual mesin dengan nilai COP yang
melebihi nilai COP carnot ini.
10. Prinsip kerja RTU ini digunakan pada kulkas (refrigerator), air conditioner
(AC), absorption chiller.









LAPORAN PRAKTIKUM Kelompok 2
PRESTASI MESIN
REFRIGERANT TRAINING UNIT (RTU)


Departemen Teknik Mesin Kelompok 2
Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
25




VII. DAFTAR PUSTAKA

Laboratorium Konversi Energi FTUI.
2005, Buku Penuntun Praktikum Prestasi Mesin, Jakata : DTM FTUI.
Cengel, Yunus A.
1994, Thermodynamics An Engineering Approach, USA : McGraw-Hill..
http://biblioteca.universia.net/ficha.do?id=590334
http://www.copeland-corp.com/cp_rf/prod_sol/cp_rf_products_herm.htm
http://www.hvacmechanic.com/images/txvalve.gif
http://www.massengineers.com/Documents/PowerEngineeringDictionary.htm
http://www.smp-training.com/Counterman/TCDAC/ACSystems/Pages/ac21.html
http://www.sprayingequipmentsupply.com/pumps/accumulator-tank.html


VIII. LAMPIRAN
1. Tugas Tambahan



















LAPORAN PRAKTIKUM Kelompok 2
PRESTASI MESIN
REFRIGERANT TRAINING UNIT (RTU)


Departemen Teknik Mesin Kelompok 2
Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
26
REFRIGERASI PADA INDUSTRI ANGGUR

Pada industri anggur, penyimpanan menjadi faktor utam dari kualitas anggur
yang dihasilkan. Di negara-negara penghasil anggur, terutama eropa, yang
mempunyai empat musim, peran refrigerasi menjadi sangat penting dalam
menjaga kualitas anggur olahan mereka. Suhu pada tempat penyimpanan harus
tetap dijaga dingin dan kelembaban tidak terlalu tinggi. Mereka menyediakan
peralatan-peralatan yang dibutuhkan, dari kompresor, evaporator, kondenser
hingga alat pembaca suhu dan kelembaban ruangan.

Banyak perusahaan yang menawarkan jasa penyedia sistem refrigerasi untuk
perusahaan-perusahaan anggur dunia. Salah satunya stendel, perusahaan asal
Jerman yang sudah cukup lama menjadi penyedia dan operator sistem
refrigerasi untuk penyimpanan anggur.

REFRIGERASI SISTEM SERVER

Perusahaan-perusahaan besar dan ternama sudah pasti memilik sistem server
yang besar dan rumit. Server berfungsi sebagai tempat penyimpanan seluruh
data yang bersangkutan dengan perusahaan tersebut. Server yang besar
memiliki beban kerja yang besar, sehingga menghasilkan kalor yang besar
juga. Untuk menjaga agar sistem server tetap berjalan dengan baik, dibutuhkan
sistem refrigerasi yang baik pula. Hal ini dikarenakan server menjadi inti dari
sebuah perusahaan.

Server yang baik, memiliki ruangan yang baik dan sistem refrigerasi yang baik
untuk menjaga server tetap dingin. Pipa-pipa berisi fefrigeran dialirkan dalam
komputer-komputer server untuk menarik panas dari dalam komputer
sehingga suhu dalam komputer tetap terjaga.

Perkembangan Terkini Teknologi
Refrigerasi
Sumber: Berita Iptek Topik: Mesin Tags: lemari pendingin, Teknologi Refrigerasi
Siklus refrigerasi merupakan sebuah mekanisme berupa siklus yang mengambil
energi (termal) dari daerah bertemperatur rendah dan dibuang ke daerah
bertemperatur tinggi. Siklus ini berlawanan dengan proses spontan yang terjadi
sehari-hari, maka diperlukan masukan energi untuk menjalankan siklus refrigerasi.
Teknologi refrigerasi sangat erat terkait dengan kehidupan dunia modern; bukan
hanya pada sisi peningkatan kualitas dan kenyamanan hidup, namun juga menyentuh
hal-hal esensial penunjang kehidupan manusia. Teknologi refrigerasi dibutuhkan
untuk meminimalkan, bahkan bisa meniadakan, pertumbuhan mikroorganisme
perusak bahan-bahan tertentu; maka teknologi ini dibutuhkan keberadaannya di
bidang penyimpanan dan transportasi bahan makanan.
LAPORAN PRAKTIKUM Kelompok 2
PRESTASI MESIN
REFRIGERANT TRAINING UNIT (RTU)


Departemen Teknik Mesin Kelompok 2
Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
27
Mesin refrigerasi saat ini dengan mudah kita jumpai di berbagai swalayan yang
menjual bahan kebutuhan sehari-hari. Truk berpendingin sudah menjadi kebutuhan
umum guna mentransportasikan bahan makanan melalui jarak yang cukup jauh.
Selain meminimalkan atau meniadakan pertumbuhan mikroorganisme, pendinginan
yang dihasilkan oleh teknologi refrigerasi juga diperlukan untuk mencegah terjadinya
reaksi kimiawi/biologis yang bisa merusak kondisi suatu zat. Maka teknologi ini juga
menjadi tuntutan di bidang kedokteran (penyimpanan vaksin, obat-obatan, hingga
cadangan darah). Dukungan mesin refrigerasi terhadap kemajuan iptek jelas terlihat
dari keberadaan mesin ini di berbagai instalasi penting berbagai bidang; biologi, kimia,
kedokteran, dsb. Teknologi refrigerasi bukan hanya monopoli perusahaan besar
ataupun institusi ilmiah, mesin ini, dalam bentuk lemari pendingin (refrigerator) dan
pengkondisi udara (AC) umum dijumpai di tengah-tengah masyarakat. Bukan sekedar
gaya hidup, karena mesin refrigerasi berfungsi untuk meningkatkan kualitas hidup
manusia.
Pengkondisian udara merupakan salah satu aplikasi penting teknologi refrigerasi.
Teknologi ini bisa menghasilkan dua hal esensial yang diperlukan dalam
pengkondisan udara; yakni pendinginan (cooling) dan pemanasan (heating).
Pengkondisian udara adalah usaha untuk mengatur temperatur dan kelembaban udara
agar menghasilkan kenyamanan termal (thermal comfort) bagi manusia.
Pengkondisian udara lengkap meliputi pemanasan (heating), pendinginan (cooling),
pengaturan kelembaban (humidifying dan dehumidifying), dan pertukaran udara
(ventilating). Sedangkan pengkondisian udara skala kecil umumnya dilakukan tanpa
mengikutsertakan pengaturan kelembaban. Pengkondisian udara saat ini telah menjadi
standard bangunan, publik ataupun privat dalam berbagai skala, di berbagai penjuru
dunia. Untuk daerah yang mengalami empat musim, terjadi perubahan fungsi
pengkondisian udara dari pemanasan (heating) pada saat musim dingin menjadi
pendinginan (cooling) pada saat musim panas. Sedangkan pada daerah khatulistiwa
seperti Indonesia, pada umumnya fungsi pengkondisian udara adalah pada mode
pendinginan saja. Mesin pengkondisian udara yang bekerja sebagai pendingin
biasanya disebut sebagai AC (Air Conditioning), sedangkan pada saat bekerja sebagai
pemanas disebut sebagai pompa kalor (heat pump). Kedua fungsi tersebut bisa
menyatu dalam satu mesin (mesin refrigerasi), bisa juga terpisah menjadi dua bagian;
tergantung pada mekanisme yang digunakan.
1. Masalah kontemporer yang mempengaruhi perkembangan mesin pengkondisian
udara
Dewasa ini banyak diserukan pentingnya penghematan energi di berbagai penjuru
dunia. Hal tersebut dipicu oleh kekhawatiran semakin menipisnya cadangan minyak
dunia, sementara pada saat yang sama, manusia belum mampu menemukan bahan
bakar pengganti yang memiliki kemampuan dan ketersediaan yang setara dengan
minyak bumi. Di sisi lain, permintaan minyak dunia terus meningkat sebesar 1 2%
pertahun (Kerr dan Service, 2005). Kombinasi faktor-faktor tersebut menyebabkan
ketidakstabilan harga minyak bumi. Selain itu, penggunaan bahan bakar minyak
(BBM) mengakibatkan akibat buruk lain bagi bumi, yakni efek rumah kaca
(greenhouse) yang disebabkan oleh peningkatan jumlah karbon dioksida (CO
2
) di
atmosfer.
LAPORAN PRAKTIKUM Kelompok 2
PRESTASI MESIN
REFRIGERANT TRAINING UNIT (RTU)


Departemen Teknik Mesin Kelompok 2
Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
28
Kebutuhan energi pada mesin refrigerasi / pengkondisian udara terhadap pasokan
listrik nasional cukup signifikan. Di Shanghai, Saito (2002) mengemukakan bahwa
pada beban puncak di musim panas, pengkondisian udara mengkonsumsi 1/3 suplai
listrik. Suzuki dkk (2005) memperkirakan bahwa beban listrik untuk mesin
pengkondisian udara mengkonsumsi tidak kurang dari 1/5 suplai listrik di Jepang.
Untuk belahan Amerika Utara, Todesco (2005) menyatakan bahwa kebuhan listrik
untuk mesin pengkondisian udara pada beban puncak mencapai 3.6 9.2 GW
bandingkan dengan kemampuan PT PLN yang sekitar 39.5 GW (Seymour dkk (2002).
Sedangkan di Indonesia, Suwono (2005) menyebut sekitar 60% konsumsi listrik hotel
di Bandung digunakan untuk memasok energi mesin pengkondisian udara. Oleh
karena itu, usaha penghematan energi yang dilakukan terhadap mesin pengkondisian
udara akan berdampak signifikan terhadap usaha penghematan energi dunia.
Hipotesis yang disampaikan oleh Molina dan Rowland (1974) mengenai dampak
buruk chlorofluoromethane (CFC) terhadap lapisan ozon mencetuskan babak baru
dalam dunia pengkondisian udara. Verifikasi yang dilakukan berbagai penelitian yang
dibiayai beberapa perusahaan penghasil refrigerant (bahan yang digunakan dalam
mesin refrigerasi/mesin pendingin) pada akhir 1970-an menghasilkan temuan yang
mendukung hipotesis Molina dan Rowland. Diperkirakan terjadi perusakan lapisan
ozon sekitar 3% per-dekade. Lapisan ozon yang terdapat di
daerah stratosphereberfungsi untuk menghalangi masuknya sinar ultraviolet-B ke
permukaan bumi (Calm, 2002). Sinar ultraviolet-B ini ditengarai akan menyebabkan
masalah kesehatan bagi manusia dan gangguan pada tumbuhan di permukaan bumi.
Setelah sebuah ekspedisi dari Inggris ke daerah Antartika mengindikasikan adanya
kerusakan parah pada lapisan ozon (Farman dkk., 1985), dunia segera mengambil
langkah serius untuk mencegah bertambah parahnya kerusakan lapisan ozon. Protokol
Montreal tahun 1987 mengatur penggunaan dan penghapusan berbagai zat yang
ditengarai menyebabkan kerusakan lapisan ozon; refrigerant CFC termasuk salah satu
diantaranya. Protokol Montreal dan berbagai amandemennya mengamanatkan
penghapusan CFCs di negara maju pada tahun 1996, sedangkan untuk negara
berkembang pada tahun 2010 (United Nations for Environment Programme, 2000).
Pada lapisan stratosphere secara alamiah terjadi proses pembentukan dan
penghancuran molekul ozon (O3) oleh sinar ultraviolet. Keberadaan atom chlorine (Cl)
menyebabkan kesetimbangan reaksi tersebut terganggu. Kerusakan lapisan ozon
akibat chlorine (Cl) dijelaskan melalui reaksi kimia berantai berikut:
O
3
+ UV O
*
+ O
2

Cl + O
3
ClO + O
2

ClO + O
*
Cl + O
2

Cl + O
3
ClO + O
2

ClO + O
*
Cl + O
2

Mayoritas ilmuwan dunia meyakini bahwa pemanasan global yang terjadi
belakangan ini diakibatkan oleh gas-gas rumah kaca yang dihasilkan oleh aktivitas
manusia (Oreskes, 2002). Selain berkontribusi pada produksi CO
2
melalui system
pembangkit energi untuk suplai listrik mesin refrigerasi, teknologi refrigerasi juga
berkontribusi langsung pada pemanasan global melalui kebocoran dan buangan
refrigeran (yang bersifat gas rumah kaca) ke lingkungan. Terkait dengan hal ini,
Protokol Kyoto tahun 1997 tentang perubahan iklim bumi telah mengatur penggunaan
LAPORAN PRAKTIKUM Kelompok 2
PRESTASI MESIN
REFRIGERANT TRAINING UNIT (RTU)


Departemen Teknik Mesin Kelompok 2
Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
29
refrigerant yang termasuk dalam gas rumah kaca, yakni HFCs (Hidro Fluoro Carbons).
Gas-gas yang memiliki potensi efek rumah kaca dikategorikan dalam zat GWP
(Global Warming Potential), sedangkan zat perusak lapisan ozon disebut sebagai
ODS (Ozon Depleting Substance).
Dengan demikian, terdapat tiga hal yang mempengaruhi perkembangan mesin
refrigerasi saat ini, yakni: (1) Penghematan energi, (2) Tuntutan refrigerant non-ODS,
dan (3) Tuntutan refrigerant non-GWP. Perlu diketahui bahwa efek GWP dan ODS
pada zat refrigerant hanya terjadi bila zat tersebut terlepas ke atmosfer yang
disebabkan kebocoran pada mesin refrigerasi ataupun penggantian dan recycling
refrigerant. Di luar sistem refrigerasi, CFC juga digunakan dalam berbagai aplikasi
lain seperti zat pendorong (propellant), aerosol, zat pengembang, dll. Guna menjawab
tiga kebutuhan terkait dengan perkembangan teknologi refrigerasi di atas, ilmuwan
dan teknolog melakukan berbagai inovasi yang pada umumnya terkategorikan dalam
tiga hal: (1) Perbaikan prestasi dan karakteristik mesin refrigerasi yang telah eksis, (2)
Penelitian guna menghasilkan refrigerant non-ODS dan non-GWP, dan (3) Pencarian
teknologi refrigerasi alternatif.


1.1 Perbaikan prestasi dan karakteristik mesin refrigerasi/pengkondisian udara
Saat ini mesin refrigerasi yang paling banyak digunakan di dunia adalah dari jenis
siklus kompresi uap. Sistem lain, seperti sistem magneto-kalorik, absorbsi, adsorpsi,
dan efek Siebeck hingga saat ini masih terbatas penggunaannya. Mesin refrigerasi
siklus kompresi uap memiliki fleksibilitas penggunaan, yakni bisa berfungsi sebagai
mesin pendingin (AC) ataupun pompa kalor (heat pump) dengan mengubah arah
aliran refrigerannya. Mesin refrigerasi jenis ini juga berukuran cukup kompak,
sehingga tidak memerlukan ruang yang besar. Di bawah ini akan dijelaskan prinsip
kerja mesin refrigerasi siklus kompresi uap.
Mesin refrigerasi kompresi uap terdiri atas empat komponen utama, yakni
kompresor, kondensor, katup ekspansi, dan evaporator. Kondensor dan evaporator
sesungguhnya merupakan penukar kalor (heat exchanger) yang berfungsi
mempertukarkan kalor diantara dua fluida, yakni antara refrigerantdengan fluida luar
(bisa berupa air ataupun udara). Skema mesin refrigerasi ini dapat dilihat pada
Gambar 1 di bawah ini.
LAPORAN PRAKTIKUM Kelompok 2
PRESTASI MESIN
REFRIGERANT TRAINING UNIT (RTU)


Departemen Teknik Mesin Kelompok 2
Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
30

Gambar 1. Skema mesin refrigerasi siklus kompresi uap
Sedangkan diagram tekanan-entalpi yang menjelaskan proses pada mesin
refrigerasi siklus kompresi uap bisa dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Diagram tekanan-entalpi pada proses refrigerasi siklus kompresi uap
Pada proses 1-2, kompresor menaikkan tekanan uap refrigerant. Kenaikan tekanan
ini diikuti dengan kenaikan temperatur uap refrigerant. Pada tingkat keadaan (TK) 2,
uap refrigerant berada pada kondisi uap super-panas. Pada proses 2-3, uap refrigerant
memasuki kondensor dan mendapatkan pendinginan dari kondensor. Pendinginan ini
terjadi akibat pertukaran panas antara uap refrigerant dengan fluida luar (misalnya
udara lingkungan ataupun air pendingin). Refrigerant keluar dari kondensor pada TK
3 dalam kondisi cair jenuh, atau bisa juga pada kondisi cair sub-dingin. Refrigerant
kemudian memasuki katup ekspansi. Katup ekspansi ini pada prinsipnya berupa
penyempitan daerah aliran yang berakibat pada penurunan tekanan fluida secara
drastis. Idealnya, refrigerant melalui katup ekspansi (proses 3-4) secara iso-entalpi
(isentalpi). Pada TK 4, refrigerant berada dalam kondisi campuran cair dan uap.
Karena refrigerant berada pada tekanan jenuhnya (tekanan penguapan), maka dia akan
mengalami penguapan; hukum alam menyatakan bahwa penguapan membutuhkan
energi, terjadilah penyerapan energi termal dari luar evaporator yang menyebabkan
efek pendinginan oleh mesin refrigerasi.
Pada mesin refrigerasi siklus kompresi uap, fungsi kondensor dan evaporator bisa
dibalik dengan mengubah arah aliran refrigerant. Dengan demikian, mesin ini bisa
LAPORAN PRAKTIKUM Kelompok 2
PRESTASI MESIN
REFRIGERANT TRAINING UNIT (RTU)


Departemen Teknik Mesin Kelompok 2
Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
31
berfungsi sebagai pendingin di musim panas dan pemanas di musim dingin. Pada saat
berfungsi sebagai mesin pendingin, umumnya mesin ini disebut sebagai mesin AC
(Air Conditioning) dan saat berfungsi sebagai mesin pemanas, mesin ini disebut
sebagai heat pump(pompa kalor). Prestasi AC dapat dinyatakan dengan:


COP (tak bersatuan) singkatan dari Coefficient of Performance, QE adalah
perpindahan panas pada evaporator, dan WC adalah kerja kompresor. Persamaan (1)
menyatakan prestasi AC pada satu saat tertentu. Prestasi AC dalam kurun waktu yang
lama, misalnya selama musim panas, dinyatakan dalam SEER (Seasonal Energy
Efficiency Ratio). SEER memiliki bentuk yang sama dengan Persamaan (1), hanya
berbeda pada satuan SEER, yakni Btu.h/Watt.
Sedangkan untuk pompa kalor, prestasi mesin refrigerasi dapat dinyatakan dengan:

PF (besaran tak bersatuan) singkatan dari Performance Factor dan QK adalah
perpindahan panas pada kondensor. Sama halnya dengan AC, untuk menunjukkan
prestasi pompa kalor pada waktu yang lama, misalnya dalam satu kurun musim dingin,
orang bisa menggunakan HSPF (Heating Seasonal Performance Factor). HSPF
memiliki satuan yang sama dengan SEER.

Beda Refrigerant Freon R22 dan R134a dan Hidrokarbon
Oleh admin
Pada artikel sebelumnya kami sudah membahas tentang cara kerja AC dan
refrigerant alternatif yaitu Refrigeran Duracool. Bagi yang belum tahu tentang
Duracool, bisa ditanyakan ama paman
Menyinggung masalah Refrigerant, Refrigerant merupakan fluida yang digunakan
untuk mendinginkan lingkungan bersuhu rendah dan membuang panas ke lingkungan
yang bersuhu tinggi. Salah satu refrigeran paling terkenal saat ini adalah CFC alias
FREON (R-11, R-12, R-21, R-22 dan R-502)
CFC (Chloro-Fluoro-Carbon) alias R22 memegang peranan penting dalam sistem
refrigerasi, sejak ditemukan pada tahun 1930. Hal ini dikarenakan CFC memiliki
properti fisika dan termal yang baik sebagai refrigeran, stabil, tidak mudah terbakar,
tidak beracun dan kompatibel terhadap sebagian besar bahan komponen dalam sistem
refrigerasi. Akan tetapi setelah masyarakat mengetahui hipotesa bahwa CFC termasuk
Ozone Depleting Substance (ODS), yaitu zat yang dapat menyebabkan kerusakan
ozon, masyarakat mulai mencoba melakukan penghentian pemakaian ODS dan
LAPORAN PRAKTIKUM Kelompok 2
PRESTASI MESIN
REFRIGERANT TRAINING UNIT (RTU)


Departemen Teknik Mesin Kelompok 2
Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
32
dituangkan ke dalam beberapa konvensi, seperti Vienna Convention pada bulan Maret
1985, Montreal Protocol pada bulan September 1987 dan beberapa amandemen
lainnya. Pemerintah Indonesia telah meratifikasinya melalui Keppres RI No. 23 tahun
1992.
R134a sebagai salah satu alternatif memiliki beberapa properti yang baik, tidak
beracun, tidak mudah terbakar dan relatif stabil. R-134a juga memiliki kelemahan di
antaranya, tidak bisa dijadikan pengganti R-12 secara langsung tanpa melakukan
modifikasi sistem refrigerasi (drop in subtitute), relatif mahal, dan masih memiliki
potensi sebagai zat yang dapat menyebabkan efek pemanasan global karena memiliki
Global Warming Potential (GWP) yang signifikan. Selain itu R-134a sangat
bergantung kepada pelumas sintetik yang sering menyebabkan masalah dengan
sifatnya yang higroskopis.
Alternatif lain yang ditawarkan adalah refrigeran hidrokarbon. Sebenarnya
hidrokarbon sebagai refrigeran sudah dikenal masyarakat sejak 1920 di awal
teknologi refrigerasi bersama fluida kerja natural lainnya seperti ammonia, dan
karbon dioksida. Hidrokarbon yang sering dipakai sebagai refrigeran adalah propana
(R-290), isobutana (R-600a), n-butana (R-600). Campuran yang sering digunakan di
antaranya R-290/600a, R-290/600 dan R-290/R-600/R-600a.
Hidrokarbon memiliki beberapa kelebihan seperti ramah lingkungan, yang
ditunjukkan dengan nilai Ozon Depleting Potential (ODP) nol, dan GWP yang dapat
diabaikan, properti termofisika dan karakteristik perpindahan kalor yang baik,
kerapatan fasa uap yang rendah, dan kelarutan yang baik dengan pelumas mineral.
Pemakaian hidrokarbon dengan isu hemat energi dan ramah lingkungan masih belum
bisa diterima secara luas seperti pemakaian freon sebagai refrigeran. Hal ini
disebabkan oleh kekhawatiran masyarakat akan sifat hidrokarbon yang bisa terbakar.
Sifat ini sebenarnya tidak membahayakan jika digunakan sesuai prosedur yang benar.
Untuk memahami bekerja dengan prosedur yang benar, mau tidak mau diperlukan
pengetahuan tentang karakteristik hidrokarbon. Seperti pepatah mengatakan, tak
kenal maka tak sayang, kita tidak akan mau menggunakan hidrokarbon jika tidak
mengenalnya.
REFRIGERAN DAN ASPEK LINGKUNGAN
Refrigeran kelompok halokarbon merupakan refrigeran sintetik karena tidak terdapat
di alam secara langsung. Refrigeran ini mempunyai satu atau lebih atom dari
golongan halogen; khlorin, fluorin dan bromin.Meskipun dari segi teknik refrigeran
ini mempunyai sifat yang baik, seperti kestabilan yang tinggi, tidak mudah terbakar
dan tidak beracun, refrigeran ini termasuk ODS. Jika gas CFC yang memiliki dua
atom khlorin terlepas ke udara dan terkena sinar ultraviolet akan terurai. Atom khlorin
LAPORAN PRAKTIKUM Kelompok 2
PRESTASI MESIN
REFRIGERANT TRAINING UNIT (RTU)


Departemen Teknik Mesin Kelompok 2
Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
33
(Cl) akan terlepas dan bereaksi dengan ozon (O3) mengambil satu atom oksigen dari
ozon untuk membentuk khlorin monoksida dan oksigen. Khlorin monoksida akan
bereaksi dengan atom oksigen lainnya membentuk molekul oksigen dan atom khlorin
membentuk oksigen. Atom khlorin hanya beraksi sebagai katalis dalam reaksi. Oleh
karena itu satu atom khlorin mampu terus menerus mengubah ozon menjadi oksigen
melalui ribuan reaksi sejenis.
Dengan menipisnya lapisan ozon, lapisan pelindung yang terletak pada ketinggian
sekitar 15-50 km di atas permukaan bumi, radiasi ultraviolet dari matahari akan
langsung sampai ke bumi yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan dan
gangguan keseimbangan ekosistem.
KARAKTERISTIK TERMOFISIKA HIDROKARBON
Pemilihan hidrokarbon sebagai refrigeran alternatif ramah lingkungan pengganti CFC
dan HCFC harus memperhatikan beberapa hal diantaranya titik didih pada tekanan
normal , kapasitas volumetrik dan efisiensi energi. Titik didih harus diperhatikan
untuk menjamin apakah tekanan operasi sama dengan CFC untuk menghindari
keperluan penggantian peralatan tekanan tinggi seperti kompresor.
Salah satu refrigeran hidrokarbon yang digunakan sebagai contoh dalam makalah ini
adalah MUSICOOL, yang diproduksi oleh Pertamina Unit pengolahan III Plaju. Sifat
fisika refrigeran hidrokarbon MUSICOOL berdasarkan pengujian laboratorium
Pertamina ditampilkan pada Tabel 2, yang menunjukkan bahwa hidrokarbon
MUSICOOL (MC) mampu menggantikan refrigeran sintetik (CFC, HCFC, HFC)
secara langsung tanpa penggantian komponen sistem refrigerasi. MC-12
menggantikan R-12, MC-22 menggantikan R-22 dan MC-134 menggantikan R-134a.
Sifat fisika dan termodinamik hidrokarbon MUSICOOL memberikan kinerja sistem
refrigerasi yang lebih baik, keawetan umur kompresor, dan hemat energi. Beberapa
parameter perbandingan kinerja MUSICOOL terhadap refrigeran sintetik pada system
refrigerasi dengan beban 1 TR pada suhu kondensasi 100 oF dan suhu evaporator 40
oF. (*)
SIFAT-SIFAT REFRIGERAN
Sifat sifat refrigerant yang harus dipenuhi untuk kebutuhan mesin pendingin adalah :

- Tekanan penguapan harus cukup tinggi. Sebaiknya refrigeran memiliki temperatur
pada tekanan yang lebih tinggi, sehingga dapat dihindari kemungkinan terjadinya
vakum pada evaporator dan turunnya efisiensi volumetrik karena naiknya
perbandingan kompresi.
LAPORAN PRAKTIKUM Kelompok 2
PRESTASI MESIN
REFRIGERANT TRAINING UNIT (RTU)


Departemen Teknik Mesin Kelompok 2
Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
34
- Tekanan pengembunan yang tidak terlampau tinggi. Apabila tekanan
pengembunannya terlalu rendah, maka perbandingan kompresinya menjadi lebih
rendah, sehingga penurunan prestasi kondensor dapat dihindarkan, selain itu dengan
tekanan kerja yang lebih rendah, mesin dapat bekerja lebih aman karena kemungkinan
terjadinya kebocoran, kerusakan, ledakan dan sebagainya menjadi lebih kecil.
- Kalor laten penguapan harus tinggi. Refrigeran yang mempunyai kalor laten
penguapan yang tinggi lebih menguntungkan karena untuk kapasitas refrigerasi yang
sama, jumlah refrigeran yang bersirkulasi menjadi lebih kecil.
- Volume spesifik ( terutama dalam fasa gas ) yang cukup kecil. Refrigeran dengan
kalor laten penguapan yang besar dan volume spesifik gas yang kecil ( berat jenis
yang besar ) akan memungkinkan penggunaan kompresor dengan volume langkah
torak yang lebih kecil. Dengan demikian untuk kapasitas refrigerasi yang sama ukuran
unit refrigerasi yang bersangkutan menjadi lebih kecil. Namun, untuk unit pendingin
air sentrifugal yang kecil lebih dikehendaki refrigeran dengan volume spesifik yang
agak besar. Hal tersebut diperlukan untuk menaikkan jumlah gas yang bersirkulasi,
sehingga dapat mencegah menurunnya efisiensi kompresor sentrifugal.
- Koefisien prestasi harus tinggi. Dari segi karakteristik thermodinamika dari
refrigeran, koefisien prestasi merupakan parameter yang terpenting untuk menentukan
biaya operasi.
- Konduktivitas termal yang tinggi. Konduktivitas termal sangat penting untuk
menentukan karakteristik perpindahan kalor.
- Viskositas yang rendah dalam fasa cair maupun fasa gas. Dengan turunnya tahanan
aliran refrigeran dalam pipa, kerugian tekanannya akan berkurang.
- Konstanta dielektrika dari refrigeran yang kecil, tahanan listrik yang besar, serta
tidak menyebabkan korosi pada material isolator listrik. Sifat-sifat tersebut dibawah
ini sangat penting, terutama untuk refrigeran yang akan dipergunakan pada kompresor
hermetik.
- Refrigeran hendaknya stabil dan tidak bereaksi dengan material yang dipakai, jadi
juga tidak menyebabkan korosi.
- Refrigeran tidak boleh beracun dan berbau merangsang.
- Refrigeran tidak boleh mudah terbakar dan mudah meledak.

LAPORAN PRAKTIKUM Kelompok 2
PRESTASI MESIN
REFRIGERANT TRAINING UNIT (RTU)


Departemen Teknik Mesin Kelompok 2
Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
35
Refrigeran Duracool: Refrigerant Alternatif R22 (freon) yg hemat
Oleh admin
Sudah pernah dengar Refrigerant Duracool? Jangankan Duracool, Refrigerant aja
belum tahu..hehe. Ok, Yang dimaksud dengan Refrigeran itu adalah suatu zat yang
mengalir dalam sistem pendingin (mesin Refrigerasi) dan merupakan fluida kerja
yang memindahkan panas dari produk yang didinginkan ke lingkungan. Jadi
fungsinya adalah mendinginkan sesuatu dengan membuang panas/kalor nya ke
lingkungan.

Refrigerant yang umum digunakan adalah R22 atau Freon. Namun karena sifatnya
kurang ramah lingkungan (melubangi ozon), maka kedepannya Freon ini tidak
diijinkan untuk digunakan. Kini ada alternatif lain yakni yakni Refrigerant Duracool.
Apa itu Refrigerant Duracool?
Refrigerant Duracool adalah refrigerant ( bahan
pendingin ) jenis HidroCarbon (HC) pengganti
refrigerant konventional freon ( CFC/ HCFC/
HFC ), yang ramah lingkungan, hemat energi
dibandingkan dengan freon yang digantikannya. So
pasti, Hydrocarbon merupakan Solusi atas mahalnya
tarif listrik pada mesin/ peralatan pendingin & AC
Apa keuntungan menggunakan Refrigerant Duracool pada peralatan pendingin/ AC
ruangan/ AC mobil?
1. Dapat menurunkan konsumsi tenaga listrik/ mesin hingga 25%.
LAPORAN PRAKTIKUM Kelompok 2
PRESTASI MESIN
REFRIGERANT TRAINING UNIT (RTU)


Departemen Teknik Mesin Kelompok 2
Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
36
Mengapa konsumsi/ pemakaian tenaga listrik/ mesin bisa turun ? Karena Refrigerant
Duracool memiliki berat jenis (BJ) lebih ringan dibandingkan freon (hanya 40% dari
BJ freon), karena kerapatan maupun viskositas cairan jenuh dan uap jenuh dari
refrigerant Hidrocarbon (HC) lebih kecil dari pada freon, sehingga tenaga yang
digunakan untuk menggerakkan kompresorpun lebih kecil.
2. Tidak perlu penambahan dan atau penggantian sparepart (komponen).
Mengapa tidak memerlukan penggantian komponen/ oli? Karena sifat fisikanya,
refrigerant Duracool sudah sesuai dan familiar dengan konstruksi, komponen maupun
oli dari mesin yang biasa menggunakan refrigerant freon.
3. Kerja kompresor lebih ringan, sehingga kompresor lebih awet dan khusus
pada AC mobil membuat kerja mesin tidak terlalu berat.
Mengapa kerja kompresor lebih ringan? Karena refrigerant Duracool yang digunakan
lebih ringan, maka kerja kompresor menjadi lebih ringan pula, sehingga umur
pemakaian (life time) kompresor lebih lama.
4. Efek pendinginan lebih baik.
Mengapa effek pendinginan lebih baik? Kalor laten penguapan pada NBP (normal
boiling point) dari refrigerant Duracool lebih besar dari refrigerant freon, sehingga
pengambilan panas pada saat penguapan lebih cepat. Bagaimana dengan kualitas
(hasil) pendinginan yang dicapai ? Hasil pendinginan yang dicapai minimal sama
bahkan lebih baik dari freon, karena sifat fisika dan termodinamika refrigerant
Duracool lebih baik dari freon.
5. Ramah lingkungan.
Mengapa Refrigerant Duracool ramah lingkungan? Karena refrigerant Duracool
sangat alamiah, hanya terdiri dari unsur Hidrogen ( H ) dan Carbon ( C ), yang sangat
mudah bersenyawa dengan udara.
Refrigerant Duracool menghemat Rp 21.535.000,- per tahun, sekitar 20%.
Biaya listrik yang dihemat sebesar Rp. 21,5 juta per tahun per 100 unit AC dengan
kapasitas masing-masing 1 PK ,dengan jam operasional AC masing-masing 8 jam per
hari.
Refrigerant Duracool memberikan garansi
Dengan Duracool umur compressor lebih panjang Secara teori Duracool yang
memiliki berat jenis hanya 30% dibandingkan dengan bahan pendingin konvensional
LAPORAN PRAKTIKUM Kelompok 2
PRESTASI MESIN
REFRIGERANT TRAINING UNIT (RTU)


Departemen Teknik Mesin Kelompok 2
Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
37
( Freon ) maka kerja compressor akan lebih ringan dibandingkan sebelumnya yang
tentunya dampak dari hal tersebut akan menyebabkan:
- Hemat energy karena kerja motor menjadi ringan
- Karena kerja compressor yang ringan maka secara teori usia pakai compressor
akan lebih panjang
Keunggulan-keunggulan Duracool :
Duracool sebagai bahan pendingin alternative telah memenuhi persyaratan teknis
sebagai refrigerant . adapun persyaratan teknis yang dimaksud adalah aspek sifat
Fisika dan thermodinamika, diagram tekanan versus suhu serta uji kinerja pada
refrigerasi. Dari hasil uji teknis menunjukkan bahwa Duracool memiliki keunggulan-
keunggulan dibandingkan dengan refrigerant sistetis sbb:
Beberapa parameter memberikan indikasi data lebih kecil, seperti :
- Kerapatan bahan ( density ) lebih kecil vs refrigerant sintetis
- Rasio tekanan kondensasi terhadap evaporasi lebih kecil vs refrigerant sintetis
- Nilai viskositas lebih kecil vs refrigerant sintetis
Beberapa parameter memberikan indikasi data lebih Besar, seperti :
- Efek Refrigerasi lebih Besar vs refrigerant sintetis
- COP ( Coefisien of Performance ) lebih Besar vs refrigerant sintetis
- Kalor Laten lebih Besar vs refrigerant sintetis
LAPORAN PRAKTIKUM Kelompok 2
PRESTASI MESIN
REFRIGERANT TRAINING UNIT (RTU)


Departemen Teknik Mesin Kelompok 2
Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
38
Refrigeran Ramah Lingkungan Siap Menggantikan Freon
Friday, September 14, 2007
Freon atau refrigeran R-22 banyak dipergunakan sebagai cairan
pendingin pada AC (Air Conditioner) atau pendingin udara. Namun
tahukah anda bahwa Freon merupakan salah satu bahan kimia yang
menyebabkan menipisnya lapisan ozon?

Badan Pengawas Lingkungan Amerika atau EPA menyebutkan
bahwa mulai tanggal 1 Januari 2010 Freon hanya boleh
dipergunakan pada AC yang telah ada, bukan AC baru. Dan mulai
tanggal 1 Januari 2020, produksi Freon secara resmi dilarang.
Artinya AC yang masih menggunakan cairan pendingin Freon tidak
akan dapat melakukan pengisian ulang apabila dibutuhkan.

Nah, bagi anda yang akan membeli AC baru atau mengganti AC
yang sudah rusak sebaiknya memilih AC yang sudah menggunakan
cairan pendingin atau refrigeran yang ramah lingkungan atau non-
depleting ozone substance, seperti R-410A.

Selain ramah lingkungan, menggunakan AC dengan cairan
pendingin seperti itu juga merupakan investasi jangka panjang,
karena ketersediaan cairan pendingin untuk jangka waktu yang
sangat lama.

Jadi, jangan lupa saat membeli AC baru, pastikan bahwa AC
tersebut menggunakan cairan pendingin yang ramah lingkungan.
Sumber: www.franchising.com

Anda mungkin juga menyukai