DISUSUN OLEH :
Fazmial Rakhmawati
1102009110
PEMBIMBING :
BAB I
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
II.
Nama
: Ny. M
Umur
: 38 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Wiraswasta
Alamat
Tanggal masuk RS
: 21 Januari 2014
Ruang rawat
: Dahlia
ANAMNESIS
(Autoanamnesis tanggal 22 Januari 2014)
Keluhan utama
Pasien datang ke poiklinik bedah RSUD Subang dengan keluhan tidak bisa
berjalan sejak 6 bulan SMRS karena lemas pada kaki kiri. Keluhan ini berawal dari
kecelakaan lalu lintas yang menimpa pasien pada bulan juni 2013.
Menurut pasien, kecelakaan terjadi ketika pasien sedang mengendarai sepeda
motor saat itu pasien berusaha menghindar dari sebuah mobil yang melaju dari arah
berlawanan sehingga menyebabkan pasien jatuh terhempas dari motornya namun,
pasien tidak pasien mengetahui posisi jatuhnya. Pasien sadar, tidak pingsan dan
langsung dibawa ke rumah sakit. Pasien menceritakan saat itu pasien merasakan
pusing dan nyeri yang sangat hebat pada paha kiri pasien terutama saat di tekan dan
saat di gerakkan sehingga membuat pasien tidak bisa berdiri dan tidak bisa berjalan,
namun pasien masih bisa menggerakkan kaki bagian bawah. Keluhan ini juga di
sertai bengkak pada paha, namun tidak disertai memar maupun luka terbuka di
sekitar area yang dikeluhkan. Pasien mengatakan Perdarahan yang keluar dari kepala,
hidung dan telinga disangkal.
Setelah sehari mendapat perawatan di RS, keluarga pasien memutuskan
membawa pasien pulang untuk berobat alternative karena pertimbangan biaya.
kemudian setelah itu pasien dibawa ke bengkel tulang di daerah cijoget.
Pasien mengaku melakukan pengobatan alternative selama 6 bulan, 3 bulan
pertama pasien menggunakan spalk, setelah itu pasien mengaku sudah tidak
merasakan nyeri melainkan lemas sehingga pasien belum bisa berjalan. Pasien
merasa kaki kirinya seperti melayang dan dapat digerakan berputar ke segalah arah.
Setelah 6 bulan pengobatan, pasien masih tidak bisa berjalan. karena mulai tidak
yakin, akhirnya pasien dan keluarga memutuskan untuk kembali berobat ke RS.
Kesadaran
: Compos mentis
Vital sign : TD
: 130/90 mmHg
Nadi : 88 x/menit
RR
: 26 x/ menit
Suhu : 36,5
Status generalis
Kepala : Normocephal
Mata
: Conjunctiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, pupi bulat isokor, refleks
pupil +/+ normal
Leher
Thoraks :
Cor
: Inspeksi
Palpasi
Perkusi
sinistra
Pulmo : Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Ekstremitas atas
Ekstremitas bawah
Status lokalis :
a/r Femoralis sinistra
Look
Feel
: Arteri dorsalis sinistra teraba, Nyeri tekan (-) sensibilitas baik, suhu
sama dengan bagian lainnya. Pengukuran panjang kaki beda 4 cm
dengan bagian kanan.
Move
: ROM aktif dan pasif Tenderness (-), krepitasi(-) ankle joint kiri dapat
digerakan rasa nyeri (-), digiti I-V pedis sinistra bebas digerakan, nyeri
(-)
IV.
Diagnosis Klinis
Suspect Non Union Fracture Femur Sinistra.
V.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Darah rutin
Hb
10,6 g/dl
Ht
35,0 vol%
Leukosit
10.200 l
Trombosit
373.000/ l
MCV
85,6 m3
MCH
25,7 pg
MCHC
30,3 g/dl
VIII.
PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
Infus RL 20 gtt/menit
Operatif
7
IX.
Skeletal Traksi
ORIF
PROGNOSIS
Quo ad vitam
: ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
10
FRAKTUR FEMUR
A. DEFINISI
Fraktur adalah suatu patahan pada kontinuitas struktur tulang. Patahan tadi mungkin tak
lebih dari suatu retakan, suatu pengisutan atau perimpilan korteks; biasanya patahan itu
lengkap dan fragmen tulang bergeser. Bilamana tidak ada luka yang menghubungkan
fraktur dengan udara luar atau permukaan kulit atau kulit diatasnya masih utuh ini disebut
fraktur tertutup (atau sederhana), sedangkan bila terdapat luka yang menghubungkan tulang
yang fraktur dengan udara luar atau permukaan kulit yang cenderung untuk mengalami
kontaminasi dan infeksi ini disebut fraktur terbuka. Rusaknya kontinuitas tulang pangkal
11
paha yang dapat disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu
seperti degenerasi tulang / osteoporosis.1,3
B. EPIDEMIOLOGI
Klasifikasi alfanumerik pada fraktur, yang dapat digunakan dalam pengolahan komputer,
telah dikembangkan oleh (Muller dkk., 1990). Angka pertama menunjukkan tulang yaitu :3
1. Humerus
2. Radius/Ulna
3. Femur
4. Tibia/Fibula
Sedangkan angka kedua menunjukkan segmen, yaitu :
1. Proksimal
2. Diafiseal
3. Distal
4. Maleolar
Untuk fraktur femur yang terbagi dalam beberapa klasifikasi misalnya saja pada fraktur
collum, fraktur subtrochanter femur ini banyak terjadi pada wanita tua dengan usia lebih
dari 60 tahun dimana tulang sudah mengalami osteoporotik, trauma yang dialami oleh
wanita tua ini biasanya ringan (jatuh terpeleset di kamar mandi) sedangkan pada penderita
muda ditemukan riwayat mengalami kecelakaan. Sedangkan fraktur batang femur, fraktur
supracondyler, fraktur intercondyler, fraktur condyler femur banyak terjadi pada penderita
laki laki dewasa karena kecelakaan ataupun jatuh dari ketinggian. Sedangkan fraktur
batang femur pada anak terjadi karena jatuh waktu bermain dirumah atau disekolah.
C. ETIOLOGI
Bila terkena kekuatan langsung tulang dapat patah pada tempat yang terkena;
jaringan lunak juga pasti rusak. Pemukulan (pukulan sementara) biasanya
12
Bila terkena kekuatan tak langsung tulang dapat mengalami fraktur pada tempat
yang jauh dari tempat yang terkena kekuatan itu; kerusakan jaringan lunak di
tempat fraktur mungkin tidak ada.
D. PATOFISIOLOGI
Fraktur terjadi apabila ada suatu trauma yang mengenai tulang, dimana trauma tersebut
kekuatannya melebihi kekuatan tulang, ada 2 faktor yang mempengaruhi terjadinya fraktur
yaitu ekstrinsik (meliputi kecepatan, durasi trauma yang mengenai tulang, arah dan
13
yang harus imobilisasi setelah patah tulang akan menderita komplikasi antara lain : nyeri,
iritasi kulit karena penekanan, hilangnya kekuatan otot.
E. KLASIFIKASI
Klasifikasi fraktur femur dapat dibagi dalam :3
a. Fraktur collum femur :
Fraktur collum femur dapat disebabkan oleh trauma langsung yaitu misalnya
penderita jatuh dengan posisi miring dimana daerah trochanter mayor langsung
terbentur dengan benda keras (jalanan) ataupun disebabkan oleh trauma tidak
15
langsung yaitu karena gerakan exorotasi yang mendadak dari tungkai bawah, dibagi
dalam :
Berikut ini adalah klasifikasi fraktur leher femur berdasarkan Garden1,3
C. Stadium III
B. Stadium II
D. Stadium IV
Fraktur leher femur harus ditatalaksana dengan cepat dan tepat sekalipun merupakan
fraktur leher femur stadium I. jika tidak, maka akan berkembang dengan cepat menjadi
fraktur leher femur stadium IV. Selain Garden, Pauwel juga membuat klasifikasi
berdasarkan atas sudut inklinasi leher femur seperti yang tertera pada gambar 4.2, yaitu
sebagai berikut: 2
16
B. Tipe II
C. Tipe III
17
Ialah fraktur dimana garis patahnya berada 5 cm distal dari trochanter minor, dibagi
dalam beberapa klasifikasi tetapi yang lebih sederhana dan mudah dipahami adalah
klasifikasi Fielding & Magliato, yaitu :
tipe 1 : garis fraktur satu level dengan trochanter minor
tipe 2 : garis patah berada 1 -2 inch di bawah dari batas atas trochanter minor
tipe 3 : garis patah berada 2 -3 inch di distal dari batas atas trochanterminor
Frakture Tertutup
Pada fraktur tertutup ada klasifikasi tersendiri yang berdasarkan keadaan jaringan
lunak sekitar trauma, yaitu:
Tingkat 0 : fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa cedera jaringan lunak
sekitarnya.
Tingkat 1 : fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan jaringan
subkutan.
Tingkat 2 : fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak bagian
dalam dan pembengkakan.
Tingkat 3 : Cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata dan
ancaman sindroma kompartement.
18
19
F. GAMBARAN KLINIK
RiwayatAnamnesis
Biasanya terdapat riwayat cedera, diikuti dengan ketidakmampuan menggunakan
tungkai yang mengalami cedera, fraktur tidak selalu dari tempat yang cedera suatu
pukulan dapat menyebebkan fraktur pada kondilus femur, batang femur, pattela, ataupun
acetabulum. Umur pasien dan mekanisme cedera itu penting, kalau fraktur terjadi akibat
cedera yang ringan curigailah lesi patologik nyeri, memar dan pembengkakan adalah
gejala yang sering ditemukan, tetapi gejala itu tidak membedakan fraktur dari cedera
jaringan lunak, deformitas jauh lebih mendukung.1,3
Tanda tanda local :
a) Look : Pembengkakan, memar dan deformitas (penonjolan yang abnormal,
angulasi, rotasi, pemendekan) mungkin terlihat jelas, tetapi hal yang penting adalah
apakah kulit itu utuh; kalau kulit robek dan luka memiliki hubungan dengan fraktur,
cedera terbuka
20
b) Feel : Terdapat nyeri tekan setempat, tetapi perlu juga memeriksa bagian distal dari
fraktur untuk merasakan nadi dan untuk menguji sensasi. Cedera pembuluh darah
adalah keadaan darurat yang memerlukan pembedahan
c) Movement : Krepitus dan gerakan abnormal dapat ditemukan, tetapi lebih penting
untuk menanyakan apakah pasien dapat menggerakan sendi sendi dibagian distal
cedera.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan radiologi
Macam-macam pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan untuk
menetapkan kelainan tulang dan sendi :
Foto Polos
Dengan pemeriksaan klinik kita sudah dapat mencurigai adanya fraktur.
Walaupun
demikian
pemeriksaan
radiologis
diperlukan
untuk
22
CT-Scan
mengenai bagian tulang atau sendi, dengan membuat foto irisan lapis
demi lapis. Pemeriksaan ini menggunakan pesawat khusus.8
MRI
semua tulang, sendi, dan jaringan lunak. MRI dapat digunakan untuk
mengidentifikasi cedera tendon, ligamen, otot, tulang rawan, dan tulang.9
Gambar 5.2. MRI, kepala femur tampak pipih yang disebabkan fraktur
kompresi.
H. DIAGNOSIS
Terdapat tanda klinis yang menunjang adanya fraktur:
Pemeriksaan penunjang : Pemeriksaan dengan sinar x harus dilakukan dengan 2 proyeksi
yaitu anterior posterior dan lateral, kekuatan yang hebat sering menyebabkan cedera pada
lebih dari satu tingkat karena itu bila ada fraktur pada kalkaneus atau femur perlu juga
diambil foto sinar x pada pelvis dan tulang belakang.3
I. PENATALAKSANAAN
Prinsip-prinsip pengobatan fraktur
23
Lokalisasi fraktur
Bentuk fraktur
2. Reduction
Mengurangi fraktur dengan cara reposisi fraktur. Harus dengan posisi yang baik
yaitu:
3. Retention
Imobilisasi fraktur
24
4. Rehabilitation
Mengembalikan aktifitas fungsional semaksimal mungkin.
Tujuan Pengobatan fraktur :
1. REPOSISI dengan tujuan mengembalikan fragmen keposisi anatomi
Terbuka : Indikasi :
2. IMOBILISASI / FIKSASI
Tujuan mempertahankan posisi fragmen post reposisi sampai Union.
Jenis Fiksasi :
Ekternal / OREF
Dipasang pada distal tuberositas tibia (trauma sendi koksea, femur, lutut), pada tibia
atau kalkaneus ( fraktur kruris)
Komplikasi Traksi :
1. Gangguan sirkulasi darah beban > 12 kg
2. Trauma saraf peroneus (kruris) droop foot
3. Sindroma kompartemen
4. Infeksi tmpat masuknya pin
Terapi operatif dengan membuka frakturnya
Reposisi anatomis
Indikasi :
Fraktur yang tidak bisa sembuh atau bahaya avaskular nekrosisnya tinggi.
Misalnya fraktur talus dan fraktur collum femur
Fraktur yang tidak bisa direposisi tetutup, misalnya fraktur avulse dan
fraktur dislokasi
2. Excisional Arthroplasty
Membuang fragmen yang patah yang membentuk sendi
26
3. UNION
4. REHABILITASI
J. PROSES PENYEMBUHAN
Penyembuhan tulang terbagi menjadi 5, yaitu :
1. Fase Hematoma
Pembuluh darah di sekitar tulang yang mengalami fraktur robek, akibatnya, tulang
disekitar fraktur akan kekurangan nutrisi dan akhirnya mati sekitar 1-2 mm.
27
28
4. Fase Konsolidasi
Woven bone akan membentuk kalus primer dan secara perlahan-lahan akan
membentuk jaringan tulang yang lebih kuat oleh aktivitas osteoblas.
5. Fase Remodeling
Jika proses penyatuan tulang sudah lengkap, maka tulang yang baru akan
membentuk bagian yang menyerupai dengan bulbus yang meliputi tulang tanpa
kanalis medularis. Pada fase ini resorbsi secara osteoklastik tetap terjadi dan tetap
terjadi osteoblastik pada tulang.
29
K. KOMPLIKASI
Komplikasi fraktur antara lain1,3,4,5:
1. Komplikasi awal fraktur antara lain: syok, sindrom emboli lemak, sindrom
kompartement, kerusakan arteri, infeksi, avaskuler nekrosis.
a. Syok hipovolemik atau traumatic, akibat perdarahan (banyak kehilangan darah
eksternal maupun yang tidak kelihatan yang bisa menyebabkan penurunan
oksigenasi) dan kehilangan cairan ekstra sel ke jaringan yang rusak, dapat
terjadi pada fraktur ekstrimitas, thoraks, pelvis dan vertebra.
b. Sindrom emboli lemak
Pada saat terjadi fraktur globula lemak dapat masuk kedalam pembuluh darah
karena tekanan sumsum tulang lebih tinggi dari tekanan kapiler atau karena
katekolamin yang di lepaskan oleh reaksi stress pasien akan memobilisasi asam
lemak dan memudahkan terjasinya globula lemak pada aliran darah.
c. Sindroma Kompartement merupakan masalah yang terjadi saat perfusi jaringan
dalam otot kurang dari yang dibutuhkan untuk kehidupan jaringan. Ini bisa
disebabkan karena penurunan ukuran kompartement otot karena fasia yang
membungkus otot terlalu ketat, penggunaan gibs atau balutan yang menjerat
30
sendi palsu atau pseuardoarthrosis. Ini juga disebabkan karena aliran darah yang
kurang. 3
L. PROGNOSIS
Penyembuhan fraktur merupakan suatu proses biologis yang menakjubkan.
Tidak seperti jaringan lainnya, tulang yang mengalami fraktur dapat sembuh tanpa
jaringan parut. Pengertian tentang reaksi tulang yang hidup dan periosteum pada
penyembuhan fraktur mulai terjadi segera setelah tulang mengalami kerusakan
apabila lingkungan untuk penyembuhan memadai smapai terjadi konsolidasi. Faktor
mekanis yang penting seperti imobilisasi fragmen tulang secara fisik sangat penting
dalam penyembuhan, selain faktor biologis yang juga merupakan suatu faktor yang
sangat esensial dalam penyembuhan fraktur.2
DAFTAR PUSTAKA
1.
Apley. A Graham, louis Solomon.Buku Ajar Orthopedi dan fraktur sistem Alpley.
Penerbit widya medika. Jakarta
2. Sabiston, David C. Buku Ajar Bedah. Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta. 1994
3. Sjamsuhidajat. R, Wim De Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah ed 2. Penerbit buku
kedokteran EGC. Jakarta.2005
4. Schwartz. Intisari Prinsip Prinsip Ilmu Bedah ed 6. Penerbit buku kedokteran
EGC. Jakarta 2000
5. Doherty G M. Current Surgical Diagnosis and Treatment. USA : MC Graw Hill.
2006
32
33