Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR PEMULIAAN TANAMAN ACARA II KASTRASI DAN HIBRIDISASI

Nama NIM Golongan

: Rena Nurul Ummah : 09/288862/PN/11870 : B2

Hari/Tanggal : Selasa&Rabu, 10&11 Mei 2011 Asisten : Triska Widiasari Bobby C. Purba Citra Wulandari G. M.

LABORATORIUM PEMULIAAN TANAMAN JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2011

INTISARI Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa dan Rabu, tanggal 10 dan 11 Mei 2011 di daerah Banguntapan yang merupakan Kebun Penelitian Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui teknik kastrasi dan hibridisasi serta aplikasinya di lapangan. Kastrasi dan hibridisasi dilakukan pada tanaman padi dengan forcing method dan clipping method. Cara kerja yang dilakukan adalah dengan membuka biji padi dan mengambil benang sarinya dengan 2 metode tersebut. Setelah itu kemudian semua perlakuan ditutup dengan kantong kertas dan diberi label. Pembukaan ini dimaksudkan untuk mengambil benang sari sehingga tidak terjadi penyerbukan sendiri. Dibanding forcing method, clipping method lebih cepat dan mudah untuk dilaksanakan. Kastrasi merupakan pendahuluan dari hibridisasi. Perlakuan kastrasi yang tidak diikuti oleh hibridisasi akan menyebabkan gagalnya pembentukan buah, karena penyerbukan dan pembuahan tidak terjadi. Dengan kastrasi dan hibridisasi diharapkan akan mendapat varietas baru yang unggul dan homogen. Dari hasil pengamatan, pada forcing method diperoleh prosentase keberhasilan sebesar 2 %, pada clipping method diperoleh prosentase keberhasilan sebesar 1%, sedangkan pada kontrol diperoleh prosentase keberhasilan sebesar 46,5 %.

I. A. Tujuan

PENDAHULUAN

Mengetahui teknik kastrasi dan hibridisasi serta aplikasinya di lapangan.

B. Latar Belakang Penerapan atau pemilihan suatu metode pemuliaan untuk suatu komoditas tertentu membutuhkan pengetahuan dasar yang cukup karena banyak faktor yang perlu diketahui. Banyak metode yang dapat dilakukan dalam pemuliaan tanaman untuk menyerbukkan suatu jenis tanaman. Cara yang dapat dipakai antara lain adalah dengan kastrasi dan hibridisasi. Kastrasi merupakan pengambilan benang sari dari bunga padi muda yang dilakukan untuk mencegah terjadinya penyerbukan sendiri sehingga dapat disilangkan dengan jenis lain dan kemudian bisa diperoleh suatu varietas unggul baru yang diinginkan. Sedangkan hibridisasi pada tanaman penyerbuk sendiri merupakan langkah pertama pada program pemuliaan dengan menyilangkan dua tetua homozigot yang berbeda genotipnya untuk memperoleh varietas yang lebih unggul.

C. Tinjauan Pustaka Keberhasilan pemulian sangat ditunjang dengan banyaknya variasi genetik dari bahan yang tersedia. Dalam hal ini banyaknya variasi genetik tersebut akan memberi kemungkinan lebih besar dalam usaha perakitan suatu varietas baru. Dengan kata lain penciptaan suatu varietas, baik varietas hibrida maupun varietas sintetik akan ditentukan oleh sifat genetik dari galur-galur sebagai tetuanya. Dalam rangka mendapatkan jenisjenis tanaman baru yang mempunyai sifat-sifat yang lebih unggul dibanding tanaman sebelumnya, banyak cara yang telah ditempuh oleh pemulia tanaman (breeder). Salah satunya dengan cara hibridisasi yakni mengawinkan dua tanaman atau lebih yang mempunyai sifat genetik yang berbeda (Purwantoro, et al., 1991). Beberapa hal yang harus diketahui sebelum melakukan persilangan antara lain (Roesmarkam, 1981): 1. Macam bunga, yang ditinjau dari posisi sel kelamin jantan dan sel kelamin betina, antara lain meliputi bunga sempurna (hermaprodit), bunga jantan, atau bunga betina. 2. 3. Waktu masaknya bunga jantan dan bunga betina. Sebelum mengadakan persilangan terlebih dahulu dilaksanakan kastrasi (mengebiri) sel kelamin jantan. Kastrasi atau emaskulasi adalah membuang semua benang sari yang masih muda atau yang belum masak dari sebuah kuncup bunga dari tanaman induk betina muda atau yang belum masak dari sebuah kuncup bunga dari induk tanaman betina. Maksudnya agar bunga itu tidak akan melakukan penyerbukan sendiri (Darjanto dan Satifah, 1982). Pada bunga lengkap yang mempunyai bunga jantan dan betina, emaskulasi dapat juga dilakukan dengan membuka bunga dan menghilangkan pollen yang ada secara hati-hati. Pollen yang akan diserbukkan yang berasal dari tanaman lain dapat langsung diserbukkan pada stigma yang telah siap diserbuki. Penggunaan alat-alat seperti gunting dan pinset dapat dilaukan apabila letak pollen dan ukuran pollen sulit dijangkau oleh tangan dan dikhawatirkan dapat merusak bagian lain, terutama putik (Darjanto dan Satifah, 1982).

Waktu yang tepat untul melaksanakan kastrasi, sebaiknya dilakukan sebelum bunga mekar ( beberapa jam sebelumnya ). Pada tanaman-tanaman yang mekar bunganya pada waktu malam hari, maka kastrasi dilakuakn pada sore hari sebelumnya. Bunga yang telah dikastrasi ditutup dengan kantong kertas atau kantong plastik untuk mencegah tepung sari asing yang tidak dikehendaki. Kastrasi ini bisa juga dilaksanakan segera menjelang terjadinya persilangan (penyerbukan) (Roesmarkam, 1981). Pada jenis-jenis yang berbunga banci dapat dilakukan pemindahan kepala sari (emaskulasi) sebelum antesis. Cara ini diperlukan terutama bagi tanaman yang melaksanakan pembuahan diri, tetapi tidak merupakan suatu keharusan bagi tanaman yang tingkat sterilitas diri (self-sterility)-nya tinggi. Teknik-teknik emaskulasi ada beberapa macam, tergantung pada ukuran kepala sari, posisinya di dalam bunga, dan waktu pendewasaan yang relatif antara kepala sari dan kepala putik. Secara luas prinsip yang terlibat dalam program hibridisasi adalah seleksi keturunan parental. Obyek yang disilangkan adalah dikombinasikan dalam satu varietas karakter yang diinginkan dari dua macam atau lebih, varietas atau spesies. Kadang-kadang rekombinasi dari faktor genetik penting untuk produksi yang baru dan karakter yang diinginkan tidak ditemukan pada tetua lain (Hayes et al., 1955). Penyerbukan sendiri dan penyerbukan bersilang yang berlanjut dengan pembuahan akan menghasilkan komposisi genetik keturunan yang berbeda. Pada tanaman penyerbuk sendiri yang berlanjut dengan pembuahan secara terus-menerus, populasi generasi-generasi berikutnya cenderung mempunyai tingkat homozigot yang semakin besar, jadi populasi tanaman cenderung merupakan kumpulan suatu lini murni. Sedangkan pada tanaman penyerbuk silang dikenal adanya perkawinan acak. Perkawinan acak merupakan suatu perkawinan dimana setiap individu dalam populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk kawin dengan individu lain dalam populasi tersebut (Mangoendihardjo, 2003). Untuk mengamati bahwa suatu hibridisasi berhasil dapat dilihat setelah 1-2 minggu perlakuan dengan ciri-ciri (Sucipto, 1993) : 1. 2. Bunga masih segar. Bila bunga atau bulir padi tersebut dipencet atau ditekan maka akan keluar cairan putih susu.

Menurut Saptowo et al. (1994), kemungkinan kegagalan dalam hibridisasi antara lain yaitu bila persilangan dilakukan pada kerabat jauh (misal antar jenis) yang memungkinkan embrio mengalami aborsi (embrio abortion) sebelum embrio menjadi dewasa atau tua.

II.

METODOLOGI

Praktikum Dasar-Dasar Pemuliaan Tanaman Acara II yaitu Kastrasi dan Hibridisasi dilaksanakan pada hari Selasa dan Rabu, tanggal 10 dan 11 Mei 2011 di Lahan Kebun Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada di BangunTapan, Bantul. Alat yang digunakan dalam praktikum ini meliputi pinset, gunting, kertas sungkup, tali, spidol sedangkan bahan yang digunakan adalah padi (Oryza sativa). Cara kerja yang dilakukan adalah dengan 3 perlakuan yang masing-masing perlakuan menggunakan teknik clipping method yaitu memotong 1/3-1/2 bagian dari ujung palea dan lemma sehingga kepala sari kelihatan, kemudian dipotong miring ke bawah ke arah lemma dan benang sari ditengahnya dibuang (kastrasi). Langkah awal yang dilakukan adalah alat-alat yang digunakan untuk kastrasi dan hibridisasi disiapkan, kemudian bunga padi yang di bagian tengahnya terdapat benang sari diberikan perlakuan dengan cara dipotong bagian ujung palea dan lemma sepanjang 1/3 - 1/2 bagiannya sehingga kepala sari kelihatan, kemudian benang sari ditengahnya dibuang atau dikastrasi. Untuk perlakuan polinasi maka dilakukan persilangan dimana bagian yang dihilangkan benang sarinya disilangkan dengan benang sari yang berbeda. Untuk yang non polinasi, setelah dihilangkan benang sarinya tidak disilangkan dengan benang sari dari varietas lain dan untuk yang kontrol tidak dipotong, tidak dibuang benang sarinya dan tidak disilangkan. Setelah sesuai perlakuan yang ada tanaman padi disungkup dengan kertas dan diberil kertas label untuk nama varieatas yang diperlukan dan ditali. Namun, sebelum disungkup dihitung jumlah biji yang ada pada setangkai malai. Setelah itu, diamati pertumbuhannya setelah 1 minggu. Perlakuan persilangan harus mendapatkan cahaya cukup sehingga perlakuannya dilaksanakan pada pukul 08.30-10.30 kemudian ditulis keberhasilan biji yang tumbuh.

III.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1 dan 2. Hasil Pengamatan Kastrasi dan Hibridisasi


Perlakuan Blr Perlakuan Blr Berhasil % Outcrossing Clipping Forcing 200 200 2 4 1 2 Selfing (Kontrol) 200 93 46,5

No. Perlakuan 1 Selfing 2 Out crossing (Clipping) 3 Out crossing (Forcing)

Persentase (%) Keberhasilan 46,5 1 2

Histogram keberhasilan kastrasi dan hibridisasi (%)


100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 1 2 46.5 clipping forcing kontrol (selfing)

Tanaman yang digunakan dalam praktikum Kastrasi dan Hibridisasi adalah padi (Oryza sativa). Padi merupakan tanaman yang hampir semuanya melakukan penyerbukan sendiri karena padi memiliki bunga hermaprodit, atau bunga yang

memiliki alat kelamin jantan (benang sari) dan alat kelamin betina (putik) sekaligus. Karena itu, untuk melakukan hibridisasi hendaknya pada bunga padi dilakukan kastrasi terlebih dahulu. Kastrasi pada bunga dilakukan pada saat bunga belum mekar sehingga perlu membuka bunga dengan paksa. Waktu untuk melakukan kastrasi juga sebaiknya antara pukul 11.00-16.00, dimana pada jam-jam ini serbuk sari sudah tidak aktif

menyerbuk lagi. Kastrasi dilakukan saat serbuk sari tidak mempunyai kemampuan untuk menyerbuki bertujuan untuk tetap menjaga putik tetap steril saat bunga dibuka dengan paksa. Sedangkan hibridisasi paling efektif dilakukan antara jam 08.00-11.00. Pada jam-jam ini, serbuk sari padi berada pada keadaan paling efektif untuk membuahi putik. Kastrasi mempunyai empat metode yaitu : Forcing Method, Clipping Method, Sacking Method, dan Hot Water Method. Metode yang dilakukan pada praktikum ini adalah Forcing Method, dan Clipping Method. Forcing Method dilakukan dengan membuka paksa bunga padi dengan hati-hati melalui lemma dan palea menggunakan pinset, sedang pada Clipping Method bunga padi dipotong menggunakan gunting. Dalam pemotongan bunga padi pada Clipping Method hendaknya 1/3-1/2 bagian dari ujung lemma dan palea, karena jika terlalu banyak bagian yang dipotong, ada kemungkinan benang sari atau putik juga akan terpotong. Dari segi kemudahan dalam pengambilan benang sari metode forcing lebih mudah dibandingkan dengan metode clipping, tetapi dari segi keamana putik dari kerusakan maka metode forcing kemungkinan terjadinya kerusakan putik lebih besar, karena adanya pembukaan ssecara paksa dan penekanana bunga saat pengambilan benang sari. Selain itu, perlu diingat bahwa membukanya bunga padi ada batas alaminya yang jika dibuka secara paksa melebihi batas maka akan terjadi kerusakan. Hal ini diterangkan oleh Siregar (1981), yang mengatakan bahwa antara palea dan lema membuka sedemikian rupa sehingga antara lemma dan palea membentuk sudut 30-600. Setelah melakuakn proses kastrasi dilakukan pembungkusan atau

pengerodongan yang dimaksudkan agar tidak terjadi penyerbukan asing. Hal itu dilakuakn karena padi merupakan bunga hermaprodit. Bagi bunga tipe ini, sangat mudah untuk mengadakan penyerbukan silang. Hibrdisasi bertujuan untuk memperoleh kombinasi genetik yang dinginkan melalui satu persilangan atau lebih antara dua atau

lebih macam genetik. Keturunan hibridisasi akan mengalami segregasi pada F1 bila kadua tetua heterozigot dan pada F2 bila kedua atau salah satu tetua bersifat homozigot. Segregasi inilah yang nantinya akan membentuk keragaman genetik yang selanjutnya perlu diseleksi dan dievaluasi sesuai dengan kebutuhan. Pada tanaman menyerbuk silang biasanya hibridisasi untuk menghasilkan tanaman inbreeding atau untuk menguji potensi suatu tetua. Kastrasi dan hibridisasi dikatakan berhasil bila bulir terlihat masih segar dan bila malai ditekan keluar cairan putih susu. Keberhasilan ini dipengaruhi oleh faktor-faktor diantaranya : Faktor teknis, meliputi ketrampilan breeder serta pengetahuan yang cukup tentang biologi bunga tanaman serta berbagai macam teknik persilangan. Faktor non-teknis, meliputi faktor yang berasal dari tanaman itu sendiri seperti kemasakan putik dan polen, adanya faktor penghambat seperti angin yang memungkinkan jatuhnya pollen tidak sampai ke kepala putik,. Faktor lingkungan, meliputi adanya iklim mikro (suhu, kelembaban) dan iklim makro (intensitas cahaya) yang mempengaruhi keberhasilan dalam penyerbukan sehingga kastrasi dapat berhasil.

Padi merupakan tanaman yang berumah satu di mana alat kelamin jantan dan alat kelamin betinanya terletak pada satu bunga, sehingga sangat mudah sekali bila tanaman ini melakukan penyerbukan sendiri (selfing). Apabila hendak melakukan selfing maka persilangan secara alami harus dicegah dengan cara membungkus bunga betina sebelum terjadi penyerbukan.setelah kepala putik masak maka dapat diserbuki dengan tepung sari dari bunga yang berasal dari satu tanaman atau dari tanaman lain. Dalam praktikum kali ini padi diserbukkan secara buatan yakni dengan penyerbukan silang. Bunga padi merupakan bunga telanjang yang mempunyai satu bakal buah, 6 buah benang sari serta 2 tangkai putik. Bakal buah mengandung air (cairan) untuk kebutuhan lodikula, warnanya keunguan atau ungu tua. Benang sari terdiri dari tangkai sari, kepala sari, dan kandung serbuk. Tangkai sari padi tipis dan pendek, sedangkan pada kepala sari terletak kandung serbuk yang mengandung tepung sari. Lodikula

merupakan daun mahkota yang telah berubah bentuk. Kandung serbuk sari yang berisi tepung sari dapat terbuka dan ini terjadi satu hari setelah keluar bulir. Peristiwa jatuhnya tepung sari yang menempel di kepala putik disebut penyerbukan. Penyerbukan ini berlangsung antara pukul 9.00-11.00. Padi mengadakan penyerbukan sendiri namun dapat pula penyerbukan silang. Dalam pemilihan tanaman padi yang akan dihibridisasi perlu diperhatikan pemilihan bunga yaitu yang sudah mekar tapi belum terlalu lama. Bunga yang telah mekar berarti putik dan benang sarinya telah matang dan siap kawin. Putik yang telah masak sangat baik utuk diserbuki dan benang sari yang telah masak memiliki daya tumbuh yang sangat tinggi. Selain memilih bunga, juga perlu diperhatikan batang tanaman padi. Jika batang berwarna hijau dan tampak gemuk (bunting), tanaman itu dapat dijadikan alat persilangan. Jika pada waktu bunting suhunya rendah, akan dapat terjadi kerusakan pada polen sehingga pembukaan kepala sari terhambat. Terlalu banyak unsur N pada waktu bunting juga dapat mempengaruhi terisinya biji padi. Hibridisasi adalah menyilangkan dua tanaman atau lebih yang memiliki sifat genetis yang berbeda. Hibridisasi dapat dilakukan pada tanaman autogam, karena pada tanaman autogam bunganya lengkap, sebelum melakukan hibridisasi, bunga tanaman induk betina harus dikastrasi. Bunga padi umumnya mengalami penyerbukan silang. Bunga padi biasanya mulai mekar pada pukul 6 pagi dan penyerbukan sendiri dapat terjadi dalam kuncup bunga yang telah dewasa sebelum kuncup itu mekar. Putik dan benang sarinya masih terbungkus oleh dua helai sekam tajuk yang lebih besar. Sehubungan dengan hal itu, maka tanaman padi memiliki bunga bertipe kleistogami. Di bawah pengaruh iklim pada waktu bunga mulai mekar atau sesaat sesudah bunga mulai membuka, bunga padi dapat mengalami penyerbukan silang. Selama 5-10 hari, sebuah malai dapat berbunga terus dan memungkinkan terjadinya penyerbukan silang. Penyerbukan silang pada padi yang terjadi didalam sedikit, biasanya hanya sekitar 1-5 %. Karena penyerbukan pada padi dapat terjadi pada bunga yang masih menutup, maupun yang telah membuka, maka dapat dikatakan bahwa bunga padi memiliki tipe kleistogami dominan dan kasmogami (penyerbukan yang terjadi pada bunga yang sudah mekar).

Hasil dari kastrasi dan hibridisasi dapat dilihat kurang lebih 7 hari setelah perlakuan. Keberhasilan keduanya ditandai dengan keluarnya cairan putih susu saat bulir dipencet. Kemungkinan kegagalan kastrasi adalah saat mencabuti benang sari ternyata menyentuh putik sehingga putik ikut rusak, akibatnya ketika hibridisasi tidak mungkin terjadi pembuahan. Selain itu peralatan yang digunakan juga mempengaruhi , seperti kurang sterilnya pinset dan gunting. Bahkan kondisi tangan yang kurang bersih (kurang steril) juga dapat mengganggu. Disamping itu keadaan cuaca yang kurang baik juga menghambat terjadinya kastrasi. Namun kagagalan yang paling sering terjadi adalah kurang terampilnya pekerja dalam melakukan kastrasi. Dalam melakukan kastrasi sebaiknya dilakukan oleh orang yang terampil atau terlatih. Kegagalan kastrasi dapat mengakibatkan gagalnya penyerbukan dan pembuahan pada bunga. Dari hasil pengamatan diperoleh bahwa malai tersebut tidak menghasilkan bulir yang artinya percobaan yang dilakukan tidak berhasil. Dari 20 malai yang dipakai atau dikastrasi dengan forcing methods sangat sedikit yang menghasilkan bulir. Jadi, hasilnya 2 %. Ketidakberhasilan percobaan ini disebabkan oleh beberapa hal diantaranya adalah pada saat bunga dibuka paksa dapat menyebabkan kerusakan pada stigma atau putik. Selain itu, dalam melakukan hibridisasi pada forcing method ini harus dilakukan sekali agar pembukaan malainya tidak dilakukan berulang kali untuk menghindari kerusakan putik yang lebih besar. Metode ini jika dibandingkan dengan clipping method lebih terjaga dari pengaruh luar karena malainya ditutup dengan pentil. Pada clipping method didapat bahwa malai yang telah diserbuki hampir tidak ada yang menghasilkan bulir sehingga prosentase keberhasilannya 1 %. Dalam melakukan kastrasi dengan clipping method ini terdapat kendala-kendala antara lain dalam pemotongan spikelet. Porsi pemotongan dapat mempengaruhi jumlah biji yang jadi. Pemotongan yang terlalu rendah dapat menyebabkan kerusakan pada stigma. Pemotongan yang terlalu tinggi dapat mempersulit dalam melakukan kastrasi karena letak benang sari terlalu jauh untuk diambil. Dalam pengambilan benang sari tersebut perlu ketelitian agar tidak melukai atau merusak stigma. Kekurangan dari metode ini adalah adanya pemotongan spikelet yang menyebabkan stigma tidak terlindung. Hal ini dapat mengakibatkan putik menjadi rusak karena pengaruh lingkungan yang tidak mendukung seperti perubahan suhu, serangan hama dan penyakit dan lainnya. Untuk

menghindari hal-hal tersebut maka malai perlu ditutup dengan kantong. Kekurangan yang lain adalah biji yang jadi tidak tertutup sepenuhnya oleh lemma dan palea karena sudah terpotong. Meskipun viabel, tetapi bentuknya tidak normal dan sering mempunyai dormansi yang lebih tinggi daripada biji normal. Untuk kontrol, bunga tidak dikastrasi dan dibiarkan melakukan penyerbukan sendiri. Malainya juga ditutup dengan kantong kertas agar tidak terjadi persilangan yang tidak diinginkan. Dari hasil pengamatan, sebagian besar spikelet berisi bulir. Jadi prosentase keberhasilannya sebesar 46,5 %.

IV.

KESIMPULAN

1. Kastrasi adalah usaha untuk menghilangkan benang sari sebelum bunga dilakukan hibridisasi dengan tujuan menghindari terjadinya penyerbukan sendiri. 2. Kastrasi efektif dilakukan pada pukul 11.00-16.00, disaat serbuk sari tidak viabel untuk menyerbuki. 3. Pelaksanaan kastrasi dilakukan dengan dua metode, yaitu forcing dan clipping. 4. Hibridisasi adalah suatu usaha untuk menyatukan dua sdewl kelamin dari tanaman yang dikhendaki dengan persilangan du atau lebih tetua yang berebeda genotifnya. 5. Hibridisasi atau polinasi baik dilakukan pada jam 08.00-10.00, saat putik reseptif (siap menerima serbuk sari). 6. Perlakuan clipping memiliki tingkat keberhasilan sebanyak 1% sedang perlakuan forcing tingkat keberhasilannya sebanyak 2%, yang pada dasarnya berhasil atau gagalnya dipengaruhi lebih banyak dari faktor teknis.

DAFTAR PUSTAKA Darjanto dan Satifah, S. 1982. Biologi Bunga dan Teknik Penyerbukan Silang Buatan. Garmedia. Jakarta Hayes, H.K., F.R.Immer, dan D.C.Smith. 1955. Methods of Plant Breeding. McGrawHill Book Company, Inc. New York. Mangoendihardjo W. 2003. Dasar-Dasar Pemuliaan Tanaman. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Purwantoro, A., Mangoendijojo, W. dan Lilik. 1991. Analisis diallel untuk daya gabung tanaman Jagung (Zea mays), pada tiga tingkat kerapatan tanaman. Agricultural Science (6) : 291-293. Roesmarkam, S. 1981. Cara Menyilangkan Tanaman. Majalah Trubus (139) :250-251. Saptowo, S., Pardal C.A. Wathmena, M.F. Masyhudi, S. Hanan. 1994. Pengaruh umur embrio dan genotip tanaman terhadap pertumbuhan kultur embrio muda. Zuriat (2) : 52. Susipto, A. 1993. Sekilas Tentang Hibridisasi Pada Tanaman Padi (Oriza sativa). Buletin Ilmu Terpadu (21) : 3-6. Welsh, J.R.alih bahasa Mogea Johanisp. 1991. Dasar-Dasar Genetika dan Pemuliaan Tanaman. Erlangga. Jakarta.

LAMPIRAN

DATA PRAKTIKUM KASTRASI DAN HIBRIDISASI GOL B 2

jumlah Kelompok Perlakuan bulir kontrol 0 kel. 1 forcing 0 clipping 0 kontrol 11 kel. 2 forcing 0 clipping 1 kontrol 8 kel. 3 forcing 0 clipping 0 kontrol 20 kel. 4 forcing 2 clipping 0 kontrol 11 kel. 5 forcing 0 clipping 1 kontrol 0 kel. 6 forcing 1 clipping 0 kontrol 11 kel. 7 forcing 0 clipping 0 kontrol 0 kel. 8 forcing 0 clipping 0 kontrol 15 kel. 9 forcing 0 clipping 0 kontrol 17 kel. 10 forcing 1 clipping 0

persentase keberhasilan (%) 0 0 0 55 0 5 40 0 0 100 10 0 55 0 5 0 5 0 55 0 0 0 0 0 75 0 0 85 5 0

Anda mungkin juga menyukai