Anda di halaman 1dari 31

100 Remaja Lakukan Aborsi Setiap Hari

Oleh redaksi pada Kam, 01/03/2008 - 11:43.

• Artikel

Kurikulum pendidikan seks (sex education) di sekolah-sekolah selama ini dinilai kurang
efektif dalam menanggulangi seks bebas di kalangan remaja. Oleh karenanya, peran
orangtua menjadi sangat penting dalam menanamkan nilai-nilai moral, etika, hukum dan
agama.

Pergaulan seks bebas di kalangan remaja Indonesia saat ini sangatlah memprihatinkan.
Berdasarkan penelitian, tiap hari 100 remaja melakukan aborsi. Jika dihitung pertahun, 36
ribu janin dibunuh oleh remaja dari rahimnya. Belum lagi pengaruh teknologi informasi
yang tak terkendali membuat remaja lebih mudah mengakses pengetahuan tentang seks
lewat internet, film porno dan majalah porno.

Prof dr Dadang Hawari, psikiater, mengatakan, pengaruh gaya hidup barat sebagai
penyebab para remaja mengabaikan nilai-nilai moral. Mereka cenderung menganggap
seks bebas sebagai sesuatu yang wajar.

Padahal, agama melarang keras seks bebas. "Namanya saja perzinahan, mendekatinya
saja tentu tidak boleh, apalagi melakukannya. Remaja sekarang ini rentan terkena
dampak pengaruh informasi seks yang tidak mendidik dan tidak sesuai kaidah agama,"
tandas Dadang.

Berdasarkan penelitian, tujuh dari dari sepuluh perempuan telah melakukan hubungan
seksual sebelum berumur 20 tahun. Sementara satu dari enam pelajar perempuan aktif
bergaul seks bebas. Paling sedikit mereka berganti pasangan dengan empat laki-laki yang
berbeda-beda.

Dadang berpendapat, seks bebas di kalangan remaja merupakan tanggung jawab kita
bersama. Mereka adalah asset yang harus kita bina mental dan moralitasnya. Informasi
yang mereka dapatkan selama ini biasa melalui situs porno dan film porno.

Akses informasi menurut dadang, dapat diperoleh dengan mudah melalui internet, HP,
buku komik dewasa dan anak, TV (sinetron, film), CD, playstation, media informasi yang
saat ini sangat sangat dekat dengan kesehatan remaja.

"Semua media informasi tersebut menyerbu anak-anak dan dikemas sedemikian rupa
sehingga perbuatan seks itu dianggap lumrah dan menyenangkan. Mulai dari berciuman,
berhubungan seks sebelum nikah, menjual keperawanan, gonta-ganti pasangan, seks
bareng, homo atau lesbi, sampai ke incest, semuanya tersedia dalam berbagai media
informasi," papar Dadang.
Lalu bagaimana mengantisipasinya? Menurut Dadang, harus diajarkan pendidikan seks
berdasarkan nilai-nilai agama. Bila remaja sejak dini diperkenalkan kepada pendidikan
seks yang sesuai dengan agama, hingga seks bebas di kalangan remaja sedemikian rupa
dapat dihindari. (yz/bkkbn)

Definisi Kesehatan Reproduksi Remaja


Oleh admin pada Kam, 03/13/2008 - 15:39.

• Referensi

Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Batasan
usia remaja menurut WHO (badan PBB untuk kesehatan dunia) adalah 12 sampai 24 tahun.
Namun jika pada usia remaja seseorang sudah menikah, maka ia tergolong dalam dewasa atau
bukan lagi remaja. Sebaliknya, jika usia sudah bukan lagi remaja tetapi masih tergantung pada
orang tua (tidak mandiri), maka dimasukkan ke dalam kelompok remaja.

Apa yang dimaksud dengan reproduksi?


Secara sederhana reproduksi berasal dari kata re = kembali dan produksi = membuat atau
menghasilkan, jadi reproduksi mempunyai arti suatu proses kehidupan manusia dalam
menghasilkan keturunan demi kelestarian hidup.

Apasih Kesehatan reproduksi itu?


KESEHATAN REPRODUKSI (kespro) adalah Keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang
utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan fungsi, peran & sistem reproduksi (Konferensi
International Kependudukan dan Pembangunan, 1994).

Bagaimana cakupan pelayanannya?


Cakupan pelayanan kesehatan reproduksi:

• konseling dan informasi Keluarga Berencana (KB)


• pelayanan kehamilan dan persalinan (termasuk: pelayanan aborsi yang aman, pelayanan
bayi baru lahir/neonatal)
• pengobatan infeksi saluran reproduksi (ISR) dan penyakit menular seksual (PMS),
termasuk pencegahan kemandulan
• Konseling dan pelayanan kesehatan reproduksi remaja (KRR)
• Konseling, informasi dan edukasi (KIE) mengenai kespro

Apa itu Kesehatan Reproduksi Remaja?


Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsi dan
proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Pengertian sehat disini tidak semata-mata berarti
bebas penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga sehat secara mental serta sosial kultural.

Mengapa Remaja Perlu Mengetahui Kesehatan Reproduksi?


Remaja perlu mengetahui kesehatan reproduksi agar memiliki informasi yang benar mengenai
proses reproduksi serta berbagai faktor yang ada disekitarnya. Dengan informasi yang benar,
diharapkan remaja memiliki sikap dan tingkah laku yang bertanggung jawab mengenai proses
reproduksi.
Pengetahuan dasar apa yang perlu diberikan kepada remaja agar mereka mempunyai
kesehatan reproduksi yang baik?

• Pengenalan mengenai sistem, proses dan fungsi alat reproduksi (aspek tumbuh
kembang remaja)
• mengapa remaja perlu mendewasakan usia kawin serta bagaimana merencanakan
kehamilan agar sesuai dengan keinginnannya dan pasanganya
• Penyakit menular seksual dan HIV/AIDS serta dampaknya terhadap kondisi kesehatan
reproduksi
• Bahaya narkoba dan miras pada kesehatan reproduksi
• Pengaruh sosial dan media terhadap perilaku seksual
• Kekerasan seksual dan bagaimana menghindarinya
• Mengambangkan kemampuan berkomunikasi termasuk memperkuat kepercayaan diri
agar mampu menangkal hal-hal yang bersifat negatif
• Hak-hak reproduksi

Siapa saja yang Perlu Diberitahu Perihal Informasi Kesehatan Reproduksi?


Proses reproduksi merupakan proses melanjutkan keturunan yang menjadi tanggung jawab
bersama laki-laki maupun perempuan. Karena itu baik laki-laki maupun perempuan harus tahu
dan mengerti mengenai berbagai aspek kesehatan reproduksi. Kesalahan dimana persoalan
reproduksi lebih banyak menjadi tanggung jawab perempuan tidak boleh terjadi lagi.

Tumbuh Kembang remaja


Oleh admin pada Kam, 03/13/2008 - 15:51.

• Referensi

Perubahan apa yang Banyak Dialami Remaja?


Perubahan tersebut meliputi perubahan fisik, baik yang bisa dilihat dari luar maupun yang tidak
kelihatan. Remaja juga mengalami perubahan emosional yang kemudian tercermin dalam sikap
dan tingkah laku. Perkembangan kepribadian pada masa ini dipengaruhi tidak saja oleh
orangtua dan lingkungan keluarga, tetapi juga lingkungan sekolah, ataupun teman-teman
pergaulan di luar sekolah.

Perubahan Fisik apa saja yang Dialami Remaja?


Tubuh mengalami perubahan dari waktu ke waktu sejak kamu lahir. Perubahan yang cukup
menyolok terjadi ketika remaja baik perempuan dan laki-laki memasuki usia antara 9 sampai 15
tahun, pada saat itu mereka tidak hanya tubuh menjadi lebih tinggi dan lebih besar saja, tetapi
terjadi juga perubahan-perubahan di dalam tubuh yang memungkinkan untuk bereproduksi atau
berketurunan.

Perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa atau sering dikenal dengan istilah
masa pubertas ditandai dengan datangnya menstruasi (pada perempuan) atau mimpi basah
(pada laki-laki). Datangnya menstruasi dan mimpi basah pertama tidak sama pada setiap orang.
Banyak faktor yang menyebabkan perbedaan tersebut. Salah satunya adalah karena gizi. Saat
ini ada seorang anak perempuan yang mendapatkan menstrusi pertama (menarche) di usia 8-9
tahun. Namun pada umumnya sekitar 12 tahun.

Apa itu mimpi basah?


Remaja laki-laki memproduksi sperma setiap harinya. Sperma tidak harus selalu dikeluarkan, ia
akan diserap oleh tubuh dan dikeluarkan melalui cairan keringat, kotoran cair dan kotoran padat.
Sperma bisa dikeluarkan melalui proses yang disebut ejakulasi, yaitu keluarnya sperma melalui
penis. Ejakulasi bisa terjadi secara alami (tidak disadari oleh remaja laki-laki) melalui mimpi
basah.

Bagaimana proses terjadinya menstruasi?

Menstruasi terjadi karena sel telur yang diproduksi ovarium tidak dibuahi oleh sel sperma dalam
rahim. Sel telur tersebut menempel pada dinding rahim dan membentuk lapisan yang banyak
mengandung pembuluh darah, kemudian menipis dan luruh keluar melalui mulut rahim dan
vagina dalam bentuk darah, yang biasanya terjadi antara 3-7 hari. Jarak antara satu haid dengan
haid berikutnya tidak sama pada setiap orang. Adakalanya 21 hari atau bisa juga 35 hari.

Apa yang perlu kita ketahui tentang alat reproduksi kita?


Orang biasanya berbicara hanya bentuk luar dari alat reproduksi (kelamin). Namun perlu
diketahui, bahwa alat reproduksi terdiri dari bagian luar dan bagian dalam.

ALAT REPRODUKSI PEREMPUAN

Bagian luar::

• Bibir luar/labia majora


• Bibir dalam/labia minora
• Kelentit (clitoris) yang sangat peka karena banyak syaraf, ini merupakan bagian yang
paling sensitive dalam meneriman rangsangan seksual.
• Lubang kemaluan (lubang vagina) terletak antara lubang kencing dan anus (dubur)
• Rambut kemaluan yang tumbuhnya saat perempuan memasuki usia pubertas

Bagian dalam:

• Vagina (liang kemaluan/liang senggama), bersifat elastis dan dapat membesar serta
memanjang sesuai kebutuhan fungsinya sebagai organ baik saat berhubungan seks,
jalan keluarnya bayi saat melahirkan atau saluran keluarnya darah saat haid.
• Mulut rahim (cervix), saat berhubungan seks, sperma yang dikeluarkan penis laki-laki di
dalam vagina akan masuk ke dalam mulut rahim hingga bertemu sel telur perempuan.
• Rahim (uterus) adalah tempat rumbuhnya janin hingga dilahirkan. Rahim dapat
membesar dan mengecil sesuai kebutuhan (hamil dan setelah melahirkan).
• Dua buah saluran telur (tuba fallopi) yang terletak disebelah kanan dan kiri rahim. Sel
telur yang sudah matang atau yang sudah dibuahi akan disalurkan ke dalam rahim
melalu saluran ini.
• Dua buah indung telur (ovarium) kanan dan kiri. Ketika seorang
perempuan lahir, ia sudah memiliki ovarium yang mempunyai sekitar
setengah juta ova (cikal bakal telur). Tiap ova punya kemungkinan
untuk bekembang menjadi telur matang. Dari sekian banyak ova,
hanya sekitar 400 saja yang berhasil berkembang menjadi telur
semasa usia produktif perempuan.

ALAT REPRODUKSI LAKI-LAKI


o Zakar atau penis. Berbentuk buat memanjang dan memiliki ujung berbentuk
seperti helm disebut Glans. Ujung penis ini dipenuhi serabut syaraf yang peka.
Penis tidak memiliki tulang, hanya daging yang dipenuhi dengan pembuluh
darah. Penis dapat menegang yang disebut ereksi. Ereksi terjadi karena
rangsangan yang membuat darah dalam jumlah besar mengalir dan memenuhi
pembuluh darah yang ada di dalam penis, dan membuat penis menjadi besar,
tegang dan keras.
o Buah zakar atau testis. Jumlahnya dua berbentuk bulat lonjong dan
menggantung pada pangkal penis. Testis inilah yang menghasilkan sel kelamin
pria (sperma).
o Saluran zakar atau uretra. Berfungsi untuk mengeluarkan air mani dan air seni.
o Kantong pelir atau skrotum, yaitu lapisan kulit yang agak berkerut membentuk
kantong yang menggelantung di belakang penis. Skrotum gunanya untuk
mengontrol suhu dari testis, yaitu 6 derajat celcius lebih rendah dari suhu bagian
tubuh lainnya agar testis dapat berfungsi menghasilkan sperma.
o Epididimis, yaitu tempat pematangan sperma sesudah dibentuk dalam testis
o Saluran sperma atau vas deferens. Saluran sperma dari testis menuju seminal
vasicle.
o Seminal Vesicle, yang berguna untuk memproduksi semacam gula. Ini berguna
sebagai sumber kekuatan untuk sperma agar dapat bertahan hidup dan
berenang mencari telur di dalam alat reproduksi perempuan. Pada saat ejakulasi
seminal vesicle mengalirkan gula tersebut ke vas deferens.
o Kelenjar prostat, yang menghasilkan cairan yang berisi zat makanan untuk
menghidupi sperma.
o Bladder (kandung kencing), tempat terkumpulnya air seni yang nantinya
disalurkan ke uretra ketika buang air kecil.

Apakah kita perlu merawat organ reproduksi kita?


Organ reproduksi yang sehat dibutuhkan untuk kesehatan reproduksi. Organ-organ
reproduksi didalam tubuh bisa rusak oleh penyakit menular seksual (PMS) yang
mengakibatkan kemandulan (infertilitas). Baik pria ataupun wanita bisa memiliki masalah
infertilitas bila terinfeksi PMS. Wanita hamil dapat menularkan PMS kepada bayi di dalam
kandungannya.

Lalu apa yang dimaksud dengan Menopause?


Menopause secara klinis didefinisikan sebagai waktu di mana seorang perempuan tidak
mengalami menstruasi lagi. Menopause terjadi karena hormon estrogen dan progesteron
tidak lagi diproduksi sehingga indung telur tidak melepaskan sel telur. Akibatnya
perempuan tidak memiliki sel telur yang bisa dibuahi oleh sperma dan tidak memiliki
dinding rahim yang akan luruh menjadi darah menstruasi. Dengan demikian, masa
reproduksi perempuan sudah berhenti sehingga tidak bisa hamil lagi. Usia menopause
pada perempuan berkisar antara 40-50 tahun, tetapi masing-masing orang tidak selalu
sama, hal itu tergantung dari faktor kesehatan, gizi maupun keturunan.
Dengan tidak diproduksinya hormon estrogen, maka mukosa atau lapisan lendir pada
vagina menipis sehingga pada saat berhubungan seks mudah lecet dan menimbulkan
rasa nyeri. Akibatnya, banyak perempuan yang sudah menopause menghindari
hubungan seks. Rasa nyeri akibat luka lecet saat berhubungan seks dapat dikurangi
dengan memakai pelicin yang berbahan dasar air seperti jelly.

Perubahan Emosional/psikologis yang terjadi pada masa remaja?


Pada remaja juga terjadi perubahan-perubahan emosi, pikiran, lingkungan pergaulan dan
tanggung jawab yang dihadapi.
Mengapa Perubahan di atas Perlu Diketahui oleh Remaja?
Remaja perlu mengetahui perubahan di atas agar mereka mampu mengendalikan
perilakunya. Remaja harus mengerti bahwa begitu dia mendapatkan menstruasi atau
mimpi basah maka secara fisik dia telah siap dihamili atau menghamili. Bisa hamil atau
tidaknya remaja putri bila melakukan hubungan seksual tidak tergantung pada berapa
kali dia melakukan hubungan seksual tetapi tergantung pada kapan dia melakukan
hubungan seksual (dikaitkan dengan siklus kesuburan) dan apakah sistem reproduksinya
berfungsi dengan baik (tidak mandul). Banyak remaja yang tidak mengetahui akan hal
ini, sehingga mereka menyangka bahwa untuk hamil orang harus terlebih dahulu
melakukan hubungan seksual berkali-kali.

Kapan Masa Subur Terjadi?


Masa subur adalah masa dimana terjadinya pelepasan sel telur pada perempuan. Titik
puncak kesuburan terjadi pada hari ke 14 sebelum masa menstruasi berikutnya. Tetapi
tanggal menstruasi berikutnya sering kali tidak pasti pada remaja. Biasanya diambil
perkiraan masa subur 3-5 hari sebelum dan sesudah hari ke 14 tersebut. Pada masa
remaja pencegahan kehamilan dengan tidak melakukan hubungan seksual pada masa
subur (sisten kalender), tidak dapat diandalkan. Ini disebabkab siklus mentruasi pada
remaja perempuan biasanya tidak teratur.

Seks, Seksualitas, Kesehatan Seksual


Oleh admin pada Kam, 03/13/2008 - 15:59.

• Referensi

Seks adalah perbedaan badani atau biologis perempuan dan laki-laki, yang sering disebut jenis
kelamin.

Seksualitas menyangkut berbagai dimensi yang sangat luas, yaitu dimensi biologis, sosial,
perilaku dan kultural. Seksualitas dari dimensi biologis berkaitan dengan organ reproduksi dan
alat kelamin, termasuk bagaimana menjaga kesehatan dan memfungsikan secara optimal organ
reproduksi dan dorongan seksual.
Seksualitas dari dimensi psikologis erat kaitannya dengan bagaimana menjalankan fungsi
sebagai mahluk seksual, identitas peran atau jenis.

Dari dimensi sosial dilihat pada bagaimana seksualitas muncul dalam hubungan antar manusia,
bagaimana pengaruh lingkungan dalam membentuk pandangan tentang seksualitas yang
akhirnya membentuk perilaku seks.

Dimensi perilaku menerjemahkan seksualitas menjadi perilaku seksual, yaitu perilaku yang
muncul berkaitan dengan dorongan atau hasrat seksual.

Dimensi kultural menunjukan perilaku seks menjadi bagian dari budaya yang ada di masyarakat.

Kesehatan seksual adalah kemampuan seseorang mencapai kesejahteraan fisik, mental dan
sosial yang terkait dengan seksualitas, hal ini tercermin dari ekspresi yang bebas namun
bertanggung jawab dalam kehidupan pribadi dan sosialnya. Bukan hanya tidak adanya
kecacatan, penyakit atau gangguan lainnya. Kondisi ini hanya bisa dicapai bila hak seksual
individu perempuan dan laki-laki diakui dan dihormati.
Orientasi seksual adalah dengan jenis kelamin mana seseorang lebih tertarik secara seksual.
Orientasi seksual dikategorikan menjadi dua yaitu heteroseks (orang yang secara seksual tertarik
dengan lawan jenis) dan homoseks (orang yang secara seksual lebih tertarik dengan orang lain
yang sejenis kelamin). Di antara kedua orientasi seksual tersebut, masih ada perilaku-perilaku
seksual yang sulit dimasukkan dalam satu kategori tertentu karena banyak sekali keragaman di
dalamnya.

Homoseksualitas adalah ketertarikan secara seksual dan aktivitas seksual pada jenis kelamin
yang sama. Laki-laki yang tertarik kepada laki-laki disebut gay, sedangkan perempuan yang
tertarik pada perempuan disebut lesbian. Terjadinya homoseksualitas sampai saat ini masih
diperdebatkan. Ada yang mengatakan bahwa hal ini terjadi sejak lahir (dipengaruhi oleh gen)
dan ada pula yang mengatakan dari pengaruh lingkungan.

Bagaimana bersikap terhadap kaum homoseksual?


Homoseksual dikatakan normal apabila bisa diterima di suatu budaya tertentu dan dikatakan
tidak normal apabila tidak diterima di budaya yang lain, tetapi dalam bersikap kita sebaiknya
tetap menghargai manusia tanpa membedakan orientasi seksualnya.

Perilaku seksual
Oleh admin pada Kam, 03/13/2008 - 16:00.

• Artikel

Dorongan seksual bisa diekspresikan dalam berbagai perilaku, namun tentu saja tidak semua
perilaku merupakan ekspresi dorongan seksual seseorang. Ekspresi dorongan seksual atau
perilaku seksual ada yang aman dan ada yang tidak aman, baik secara fisik, psikis, maupun
sosial. Setiap perilaku seksual memiliki konsekuensi berbeda.

Perilaku seksual adalah perilaku yang muncul karena adanya dorongan seksual. Bentuk
perilaku seksual bermacam-macam mulai dari bergandengan tangan, berpelukan, bercumbu,
petting (bercumbu berat) sampai berhubungan seks.

Bagaimana perilaku seks aman ?


Perilaku seks aman adalah perilaku seks tanpa mengakibatkan terjadinya pertukaran cairan
vagina dengan cairan sperma misalnya dengan bergandengan tangan, berpelukan, berciuman.
Sementara hubungan seks tanpa menggunakan kondom bukan merupakan perilaku seks aman
dari kehamilan dan PMS. Jika benar-benar ingin aman, tetaplah tidak aktif seksual tetapi jika
sudah aktif, setialah dengan satu pasangan saja, atau gunakan kondom dengan mutu yang baik
dan benar agar dapat mengurangi risiko terkena PMS, HIV/AIDS dan kehamilan.

Masturbasi adalah menyentuh, menggosok dan meraba bagian tubuh sendiri yang peka
sehingga menimbulkan rasa menyenangkan untuk mendapat kepuasan seksual (orgasme) baik
tanpa menggunakan alat maupun menggunakan alat. Biasanya masturbasi dilakukan pada
bagian tubuh yang sensitive, namun tidak sama pada masing-masing orang, misalnya: puting
payudara, paha bagian dalam, alat kelamin (bagi wanita terletak pada klitoris dan sekitar vagina;
sedangkan bagi laki-laki terletak pada sekitar kepala dan leher penis). Misalnya laki-laki
melakukan masturbasi dengan meraba penisnya, remaja perempuan menyentuh klitorisnya
hingga dapat menimbulkan perasaan yang sangat menyenangkan atau bisa timbul ejakulasi
pada remaja laki-laki.
Secara medis masturbasi tidak akan mengganggu kesehatan. Orang yang melakukannya tidak
akan mengalami kerusakan pada otak atau bagian tubuh lainnya. Masturbasi juga tidak
menimbulkan risiko fisik seperti mandul, impotensi, dan cacat asal dilakukan secara aman, steril,
tidak menimbulkan luka dan infeksi. Risiko fisik biasanya berupa kelelahan. Pengaruh masturbasi
biasanya bersifat psikologis seperti rasa bersalah, berdosa, dan rendah diri karena melakukan
hal-hal yang tidak disetujui oleh agama dan nilai-nilai budaya sehingga jika sering dilakukan akan
menyebabkan terganggunya konsentrasi pada remaja tertentu.

Onani
Onani mempunyai arti sama dengan masturbasi. Namun ada yang berpendapat bahwa onani
hanya diperuntukkan bagi laki-laki, sedangkan istilah masturbasi dapat berlaku pada perempuan
maupun laki-laki. Istilah onani diambil dari seseorang bernama onan yang sejak kecil sering
merasa kesepian. Untuk mengatasi rasa kesepiannya ia mencari hiburan dengan
membayangkan hal-hal erotis sambil mengeksplorasi bagian-bagian tubuhnya yang sensitif
sehingga mendatangkan suatu kenikmatan. Nama onan ini berkembang menjadi onani. Istilah
onani lainnya yang dipakai dengan arti sama yaitu swalayan, ngocok, automanipulatif, dsb.

Petting
Petting adalah melakukan hubungan seksual dengan atau tanpa pakaian tetapi tanpa melakukan
penetrasi penis ke dalam vagina, jadi sebatas digesekkan saja ke alat kelamin perempuan. Ada
pula yang mengatakan petting sebagai bercumbu berat. Biasanya dilakukan sebagai pemanasan
sebelum melakukan hubungan seks. Walaupun tanpa melepaskan pakaian, petting tetap dapat
menimbulkan kehamilan tidak diinginkan karena sperma tetap bisa masuk ke dalam rahim,
karena ketika terangsang perempuan akan mengeluarkan cairan yang mempermudah masuknya
sperma ke dalam rahim, sedangkan sperma itu sendiri memiliki kekuatan untuk berenang masuk
ke dalam rahim jika tertumpah pada celana dalam yang dikenakan perempuan, apalagi jika
langsung mengenai bibir kemaluan.

Hubungan seksual
Hubungan seksual yaitu masuknya penis ke dalam vagina. Bila terjadi ejakulasi (pengeluaran
cairan mani yang di dalamnya terdapat jutaan sperma) dengan posisi alat kelamin laki-laki
berada dalam vagina memudahkan pertemuan sperma dan sel telur yang menyebabkan
terjadinya pembuahan dan kehamilan.

Anemia dan Kesehatan Reproduksi

Anemia (kurang darah: Hb <12 gr %) sangat terkait erat dengan masalah kesehatan reproduksi
(terutama pada perempuan). Jika perempuan mengalami anemia maka akan menjadi sangat
berbahaya pada waktu dia hamil dan melahirkan. Perempuan yang menderita anemia berpotensi
melahirkan bayi dengan berat badan rendah (kurang dari 2.5 kg). Di samping itu, anemia dapat
mengakibatkan kematian baik ibu maupun bayi pada waktu proses persalinan. Karena itu untuk
memastikan agar remaja tidak mengidap anemia maka perlu dianjurkan untuk memeriksakan diri
pada petugas medis. Jika ternyata remaja mengidap anemia maka perlu dianjurkan untuk
makan-makanan yang bergizi atau mengkonsumsi pil besi sesuai dengan anjuran.

Kehamilan dan Melahirkan

Usia ideal untuk hamil dan melahirkan


Kesiapan seorang perempuan untuk hamil dan melahirkan atau mempunyai anak ditentukan oleh
kesiapan dalam tiga hal, yaitu kesiapan fisik, kesiapan mental/ emosi/psikologis dan kesiapan
sosial/ekonomi. Secara umum, seorang perempuan dikatakan siap secara fisik jika telah
menyelesaikan pertumbuhan tubuhnya (ketika tubuhnya berhenti tumbuh), yaitu sekitar usia 20
tahun. Sehingga usia 20 tahun bisa dijadikan pedoman kesiapan fisik.
Apa yang Terjadi jika Remaja Menikah/hamil pada Usia Sangat Muda (di bawah 20 tahun)?
Remaja dimungkinkan untuk menikah pada usia dibawah 20 tahun sesuai dengan Undang-
undang Perkawinan No. I tahun 1979 bahwa usia minimal menikah bagi perempuan adalah 16
tahun dan bagi laki-laki 18 tahun. Tetapi perlu diingat beberapa hal sebagai berikut:

• Ibu muda pada waktu hamil kurang memperhatikan kehamilannya termasuk kontrol
kehamilan. Ini berdampak pada meningkatnya berbagai resiko kehamilan.
• Ibu muda pada waktu hamil sering mengalami ketidakteraturan tekanan darah yang dpat
berdampak pada keracunan kehamilan serta kekejangan yang berkibat pada kematian
• Penelitian juga memperlihatkan bahwa kehamilan usia muda (dibawah 20 tahun) sering
kali berkaitan dengan munculnya kanker rahim. Ini erat kaitanya dengan belum
sempurnanya perkembangan dinding rahim.

Apa yang Perlu Diketahu Remaja Tentang Kehamilan yang Tidak Diinginkan?
Kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) adalah suatu kehamilan yang karena suatu sebab maka
keberadaanya tidak diinginkan oleh salah satu atau kedua calon orang tua bayi tersebut. KTD
disebabkan oleh faktor:

• Karena kurangnya pengetahuan yang lengkap dan benar mengenai proses terjadinya
kehamilan dan metode-metode pencegahan kehamilan
• Akibat terjadinya tindak perkosaan
• Kegagalan alat kontrasepsi

Kerugian KTD dan Bahaya pada Remaja?


Beberapa kerugian KTD pada remaja:

• Remaja atau calon ibu merasa tidak ingin dan tidak siap untuk hamil maka ia bisa saja
tidak mengurus dengan baik kehamilannya
• Sulit mengharapkan adanya perasaan kasih sayang yang tulus dan kuat dari ibu yang
megalami KTD terhadap bayi yang dilahirkanya nanti. Sehingga masa depan anak
mungkin saja terlantar
• Mengakhiri kehamilannya atau sering disebut dengan aborsi. Di Indonesia aborsi
dikategorikan sebagai tindakan ilegal atau melawan hukum. Karena tindakan aborsi
adalah ilegal maka sering dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan tidak aman. Aborsi
tidak aman berkontribusi kepada kematian dan kesakitan ibu.

Apakah Dampak dari Melakukan Aborsi?


Aborsi sangat berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan perempuan terutama jika dilakukan
secara sembarangan yaitu oleh meraka yang tidak terlatih. Perdarahan yang terus-menerus
serta infeksi yang terjadi setelah tindakan aborsi merupakan sebab utama kematian perempuan
yang melakukan aborsi. Di samping itu aborsi juga berdampak pada kondisi psikologis.
Perasaan sedih karena kehilangan bayi, beban batin akibat timbulnya perasaan bersalah dan
penyesalan yang dapat mengakibatkan depresi. Oleh karena itu konseling mutlak diperlukan
kepada pasangan sebelum mereka memutuskan untuk melakukan tindakan aborsi. Tindakan
aborsi harus diyakinkan sebagai tindakan terakhir jika altenatif lain sudah tidak dapat diambil.

PMS & HIV/AIDS


Oleh admin pada Kam, 03/13/2008 - 16:05.

• Artikel
Apa yang Dimaksud dengan Penyakit Menular Seksual (PMS)?
PMS adalah penyakit yang dapat ditularkan dari seseorang kepada orang lain melalui hubungan
seksual. Seseorang berisiko tinggi terkena PMS bila melakukan hubungan seksual dengan
berganti-ganti pasangan baik melalui vagina, oral maupun anal. Bila tidak diobati dengan benar,
penyakit ini dapat berakibat serius bagi kesehatan reproduksi, seperti terjadinya kemandulan,
kebutaan pada bayi yang baru lahir bahkan kematian.

Apa saja Tanda dan Gejala PMS?


Karena bentuk dan letak alat kelamin laki-laki berada di luar tubuh, gejala PMS lebih mudah
dikenali, dilihat dan dirasakan. Tanda-tanda PMS pada laki-laki antara lain:

• berupa bintil-bintil berisi cairan,


• lecet atau borok pada penis/alat kelamin,
• luka tidak sakit;
• keras dan berwarna merah pada alat kelamin,
• adanya kutil atau tumbuh daging seperti jengger ayam,
• rasa gatal yang hebat sepanjang alat kelamin,
• rasa sakit yang hebat pada saat kencing,
• kencing nanah atau darah yang berbau busuk,
• bengkak panas dan nyeri pada pangkal paha yang kemudian berubah menjadi borok.

Pada perempuan sebagian besar tanpa gejala sehingga sering kali tidak disadari. Jika ada
gejala, biasanya berupa antara lain:

• rasa sakit atau nyeri pada saat kencing atau berhubungan seksual,
• rasa nyeri pada perut bagian bawah,
• pengeluaran lendir pada vagina/alat kelamin,
• keputihan berwarna putih susu, bergumpal dan disertai rasa gatal dan kemerahan pada
alat kelamin atau sekitarnya,
• keputihan yang berbusa, kehijauan, berbau busuk, dan gatal,
• timbul bercak-bercak darah setelah berhubungan seksual,
• bintil-bintil berisi cairan,
• lecet atau borok pada alat kelamin.

Bagaimana Remaja Bisa Terhindar dari PMS?


Bagi remaja yang belum menikah, cara yang paling ampuh adalah tidak melakukan hubungan
seksual, saling setia bagi pasangan yang sudah menikah, hindari hubungan seksual yang tidak
aman atau beresiko, selalu menggunakan kondom untuk mencegah penularan PMS, selalu
menjaga kebersihan alat kelamin.

Apa saja Jenis PMS?


Ada banyak macam penyakit yang bisa digolongkan sebagai PMS. Di Indonesia yang banyak
ditemukan saat ini adalah gonore (GO), sifilis (raja singa), herpes kelamin, klamidia,
trikomoniasis, kandidiasis vagina, kutil kelamin.

Apakah PMS dapat Diobati?


Kebanyakan PMS dapat diobati, namun ada beberapa yang tidak bisa diobati secara tuntas
seperti HIV/AIDS dan herpes kelamin. Jika kita terkena PMS, satu-stunya cara adalah berobat
ke dokter atau tenaga kesehatan., jangan mengobati diri sendiri. Selain itu, pasangan kita juga
harus diobati agar tidak saling menularkan kembali penyakit tersebut.

Mitos-mitos seputar PMS


Perlu diketahui bahwa PMS tidak dapat dicegah hanya dengan memilih pasangan yang kelihatan
bersih penampilannya, mencuci alat kelamin setelah berhubungan seksual, minum jamu-jamuan,
minum antibiotik sebelum dan sesudah berhubungan seks.

Apakah HIV/AIDS itu?


AIDS singkatan dari Aquired Immuno Deficiency Syndrome. Penyakit ini adalah kumpulan gejala
penyakit akibat menurunnya system kekebalan tubuh. Penyebabnya adalah virus HIV. HIV
sendiri adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus.

Apakah HIV/AIDS Termasuk PMS?


Ya, karena salah satu cara penularannya adalah melalui hubungan seksual. Selain itu HIV
dapat menular melalui pemakaian jarum suntik bekas orang yang terinfeksi virus HIV, menerim
tranfusi darah yang tercemar HIV atau dari ibu hamil yang terinfeksi virus HIV kepada bayi yang
dikandungannya. Di Indonesia penularan HIV/AIDS paling banyak melalui hubungan seksual
yang tidak aman serta jarum suntik (bagi pecandu narkoba).

Tanda-tanda dan Gejala HIV/AIDS


Sesudah terjadi infeksi virus HIV, awalnya tidak memperlihatkan gejala-gejala khusus. Beru
beberapa minggu sesudah itu orang yang terinfeksi sering menderita penyakit ringan sehari-hari
seperti flu atau diare. Pada periode 3-4 tahun kemudian penderita tidak memperlihatkan gejala
khas atau disebut sebagai periode tanpa gejala, pada saat ini penderita merasa sehat dan dari
luar juga tampak sehat. Sesudahnya, tahun ke 5 atau 6 mulai timbul diare berulang, penurunan
berat badan secara mendadak, sering sariawan dimulut, dan terjadi pembengkakan di kelenjar
getah bening dan pada akhirnya bisa terjadi berbagai macam penyakit infeksi, kanker dan
bahkan kematian.

Bagaimana Bisa Terhindar dari HIV/AIDS?


Lebih aman berhubungan seks dengan pasangan tetap (tidak berganti-ganti pasangan seksual).
Hindari hubungan seks di luar nikah. Menggunakan kondom jika melakukan hubungan seksual
berisiko tinggi seperti dengan pekerja seks komersial; sedapat mungkin menghindari tranfusi
darah yang tidak jelas asalnya; menggunakan alat-alat medis dan non media yang terjamin
streril.

Pengobatan HIV/AIDS
Sampai sekarang, belum ditemukan cara pengobatan yang tuntas, saat ini yang ada hanyalah
menolong penderita untuk mempertahankan tingkat kesehatan tubuhnya.

Bagaimana Mendeteksi HIV/AIDS


Dengan melakukan tes-tes darah sesuai tahapan perkembangan penyakitnya. Untuk mendeteksi
adanya antibodi terhadap virus HIV, yang menunjukkan adanya virus HIV dalam tubuh, dilakukan
tes darah dengan cara Elisa sebanyak 2 kali. Kemudian bila hasilnya positif, dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut dengan cara Western Blot atau Immunofluoresensi.

Mitos yang Salah Seputar HIV/AIDS?


Beberapa mitos yang salah yang sering terjadi di masyarakat adalah bahwa berhubungan sosial
dengan penderita HIV/AIDS akan membuat kita tertular, seperti bersalaman, menggunakan WC
yang sama, tinggal serumah, atau menggunakan sprei yang sama dengan penderita HIV/AIDS.

Apakah Penderita HIV/AIDS Perlu Dikucilkan?


Sebaikya penderita jangan dikucilkan. Kita perlu tetap memperlakukannya sebagai teman dan
tidak merubah sikap karena penyakitnya. Memberi mereka dorongan semangat dan juga
memperhatikan keterbatasan keadaan fisiknya dalam bergaul.
Narkoba dan Miras

Apa Hubungannya antara Narkoba dan Miras dengan Kesehatan Repoduksi?


Secara langsung, pecandu narkoba (khususnya mereka yang mempergunakan jarum suntik)
dapat menjadi saran penularan HIV/AIDS. Secara tidak langsung narkoba dan miras biasanya
terkait erat dengan pergaulan seks bebas. Di samping itu kecanduan obat terlarang pada orang
tua akan mengakibatkan bayi lahir dengan ketergantungan obat sehingga harus mengalami
perawatan intensif yang mahal. Kebiasaan menggunakan narkoba/miras dapat menurun pada
sifat-sifat anak yang dilahirkan, yaitu menjadi peminum dan pecandu, atau mengalami gangguan
mental/cacat. Perempuan “pemakai” mempunyai sikap hidup malas dan kekurangan gizi
sehingga mengakibatkan bayi dalam kandungan gugur, berat lahir rendah atau cacat.

Bagaimana Menghindarkan Diri dari Jerat Narkoba dan Miras


Jangan pernah berpikir untuk mencoba. Tindakan mencoba merupakan langkah awal untuk
terjerumus. Dekatkan diri dengan tuhan. Jadikan keluarga sebagai tempat perlindungan jika
menghadapi suatu masalah. Carilah sahabat yang baik. Bergabunglah dengan kelompok yang
memiliki tujuan yang positif. Jauhi kelompok yang tidak memiliki tujuan yang jelas.

Apa yang Perlu Dilakukan jika Mengetahui ada Orang yang Kecanduan Disekitarnya?
Ingatlah bahwa masalah narkoba dan miras adalah masalah kita bersama. Semua orang dapat
mengalaminya. Karena itu janganlah mengucilkan atau menjauhi mereka yang terkena nakoba
dan miras. Sebaliknya rangkulah mereka dan bantulah mereka keluar dari permasalahan
tersebut.

Dukunglah dan bantulah keluarga korban untuk bersama-sama menolong korban. Jika
mengalami banyak hambatan dalam membantu keluarga korban, rujuklah penanganan korban
melalui keluarganya kepada pihak yang memiliki kemampuan untuk itu.

Masa Remaja
Oleh admin pada Kam, 03/13/2008 - 16:07.

• Referensi

Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Istilah ini
menunjuk masa dari awal pubertas sampai tercapainya kematangan; biasanya mulai dari usia 14
pada pria dan usia 12 pada wanita. Transisi ke masa dewasa bervariasi dari satu budaya
kebudayaan lain, namun secara umum didefinisikan sebagai waktu dimana individu mulai
bertindak terlepas dari orang tua mereka.

Perkembangan fisik
Perubahan dramatis dalam bentuk dan ciri-ciri fisik berhubungan erat dengan mulainya pubertas.
Aktivitas kelenjar pituitari pada saat ini berakibat dalam sekresi hormon yang meningkat, dengan
efek fisiologis yang tersebar luas. Hormon pertumbuhan memproduksi dorongan pertumbuhan
yang cepat, yang membawa tubuh mendekati tinggi dan berat dewasanya dalam sekitar dua
tahun. Dorongan pertumbuhan terjadi lebih awal pada pria daripada wanita, juga menandakan
bahwa wanita lebih dahulu matang secara seksual daripada pria. Pencapaian kematangan
seksual pada gadis remaja ditandai oleh kehadiran menstruasi dan pada pria ditandai oleh
produksi semen. Hormon-hormon utama yang mengatur perubahan ini adalah androgen pada
pria dan estrogen pada wanita, zat-zat yang juga dihubungkan dengan penampilan ciri-ciri
seksual sekunder: rambut wajah, tubuh, dan kelamin dan suara yang mendalam pada pria;
rambut tubuh dan kelamin, pembesaran payudara, dan pinggul lebih lebar pada wanita.
Perubahan fisik dapat berhubungan dengan penyesuaian psikologis; beberapa studi
menganjurkan bahwa individu yang menjadi dewasa di usia dini lebih baik dalam menyesuaikan
diri daripada rekan-rekan mereka yang menjadi dewasa lebih lambat.

Perkembangan intelektual
Tidak ada perubahan dramatis dalam fungsi intelektual selama masa remaja. Kemampuan untuk
mengerti masalah-masalah kompleks berkembang secara bertahap. Psikolog Perancis Jean
Piaget menentukan bahwa masa remaja adalah awal tahap pikiran formal operasional, yang
mungkin dapat dicirikan sebagai pemikiran yang melibatkan logika pengurangan/deduksi. Piaget
beranggapan bahwa tahap ini terjadi di antara semua orang tanpa memandang pendidikan dan
pengalaman terkait mereka. Namun bukti riset tidak mendukung hipotesis ini; bukti itu
menunjukkan bahwa kemampuan remaja untuk menyelesaikan masalah kompleks adalah fungsi
dari proses belajar dan pendidikan yang terkumpul.

Perkembangan seksual
Perubahan fisik yang terjadi pada masa pubertas bertanggung-jawab atas munculnya dorongan
seks. Pemuasan dorongan seks masih dipersulit dengan banyaknya tabu sosial, sekaligus juga
kekurangan pengetahuan yang benar tentang seksualitas. Namun sejak tahun 1960-an, aktivitas
seksual telah meningkat di antara remaja; studi akhir menunjukkan bahwa hampir 50 persen
remaja di bawah usia 15 dan 75 persen di bawah usia 19 melaporkan telah melakukan hubungan
seks. Terlepas dari keterlibatan mereka dalam aktivitas seksual, beberapa remaja tidak tertarik
pada, atau tahu tentang, metode Keluarga Berencana atau gejala-gejala Penyakit Menular
Seksual (PMS). Akibatnya, angka kelahiran tidak sah dan timbulnya penyakit kelamin kian
meningkat.

Perkembangan emosional
Psikolog Amerika G. Stanley Hall mengatakan bahwa masa remaja adalah masa stres
emosional, yang timbul dari perubahan fisik yang cepat dan luas yang terjadi sewaktu pubertas.
Psikolog Amerika kelahiran Jerman Erik Erikson memandang perkembangan sebagai proses
psikososial yang terjadi seumur hidup.

Tugas psikososial remaja adalah untuk tumbuh dari orang yang tergantung menjadi orang yang
tidak tergantung, yang identitasnya memungkinkan orang tersebut berhubungan dengan lainnya
dalam gaya dewasa. Kehadiran problem emosional bervariasi antara setiap remaja.

Masturbasi
Oleh admin pada Kam, 03/13/2008 - 16:08.

• Referensi

Masturbasi adalah rangsangan disengaja yang dilakukan pada organ genital untuk memperoleh
kenikmatan dan kepuasan seksual. Hal ini sekali-sekali dilakukan oleh sebagian besar pria
maupun wanita. Pada sebuah penelitian terungkap bahwa 95 persen pria dan 89 persen wanita
dilaporkan pernah melakukan masturbasi. Ini adalah perilaku seksual pertama yang dilakukan
oleh sebagian besar pria dan wanita, meskipun lebih banyak wanita daripada pria yang telah
melakukan senggama bahkan sebelum mereka pernah melakukan masturbasi. Sebagian besar
pria yang melakukan masturbasi cenderung melakukannya lebih sering dibandingkan wanita, dan
mereka cenderung menyatakan 'selalu' atau 'biasanya' mengalami orgasme ketika bermasturbasi
(80 : 60). Ini adalah perilaku seksual yang paling umum nomor dua (setelah senggama), bahkan
bagi mereka yang telah memiliki pasangan seksual tetap.
Sebagian besar anak-anak - seringkali setelah masa bayi - kadangkala menemukan kenikmatan
ketika organ genitalnya dirangsang, tetapi jangan dipahami perilaku ini sebagai "seksual"
sebelum mereka memasuki masa remaja. Selama masa remaja, persentase mereka (baik laki-
laki maupun perempuan) yang melakukan masturbasi meningkat dengan pesat, terutama pada
pria. Sebagian besar orang terus melakukan masturbasi ketika mereka telah dewasa, dan
banyak juga yang melakukannya sepanjang hayat dikandung badan.

Masturbasi memunculkan banyak mitos tentang akibatnya yang merusak dan memalukan. Citra
negatif ini bisa dilacak jauh ke belakang ke kata asalnya dari bahasa Latin, mastubare, yang
merupakan gabungan dua kata Latin manus (tangan) dan stuprare (penyalahgunaan), sehingga
berarti "penyalahgunaan dengan tangan". Anggapan memalukan dan berdosa yang terlanjur
tertanam disebabkan karena porsi "penyalahgunaan" pada kata itu hingga kini masih tetap ada
dalam terjemahan moderen - meskipun para aparatur kesehatan telah sepakat bahwa masturbasi
tidak mengakibatkan kerusakan fisik maupun mental. Tidak juga ditemukan bukti bahwa anak
kecil yang melakukan perangsangan diri sendiri bisa mengalami celaka.

Yang terjadi adalah, sumber kepuasan seksual yang penting ini oleh beberapa kalangan masih
ditanggapi dengan rasa bersalah dan kecemasan karena ketidaktahuan mereka bahwa
masturbasi adalah kegiatan yang aman, juga karena pengajaran agama berabad-abad yang
menganggapnya sebagai kegiatan yang berdosa. Terlebih lagi, banyak di antara kita telah
menerima pesan-pesan negatif dari para orang tua kita, atau pernah dihukum ketika tertangkap
basah melakukan masturbasi saat kanak-kanak. Pengaruh kumulatif dari kejadian-kejadian ini
seringkali berujud kebingungan dan rasa berdosa, yang juga seringkali sukar dipilah. Saat di
mana masturbasi menjadi begitu berbahaya adalah ketika ia sudah merasuk jiwa (kompulsif).
Masturbasi kompulsif - sebagaimana perilaku kejiwaan yang lain - adalah pertanda adanya
masalah kejiwaan dan perlu mendapatkan penanganan dari dokter jiwa.

Jadi, berlawanan dengan keyakinan kuno, masturbasi tidak akan menyebabkan munculnya birahi
tanpa kendali, tidak akan menyebabkan anda buta atau tuli, menyebabkan anda flu, gila, tumbuh
rambut pada tangan anda, gagap, atau membunuh anda. Masturbasi adalah ungkapan
seksualitas yang alami dan tidak berbahaya bagi pria dan wanita, dan cara yang sangat baik
untuk mengalami kenikmatan seksual. Bahkan, beberapa pakar berpendapat bahwa masturbasi
bisa meningkatkan kesehatan seksual karena meningkatkan pemahaman seseorang akan
bagian-bagian tubuhnya dan dengan cara bagaimana memuaskannya, membangun rasa
percaya diri dan sikap dapat memahami diri sendiri. Pengetahuan ini selanjutnya bisa dibawa
untuk memperoleh hubungan seksual yang memuaskan di masa depan, baik dengan cara
masturbasi bersama-sama pasangan, atau karena bisa memberitahukan pasangannya apa-apa
saja yang bisa memuaskan diri mereka. Ini adalah usul yang bagus bagi setiap pasangan untuk
membicarakan perilaku masturbasi mereka dan juga untuk menenangkan pasangan jika
sewaktu-waktu salah satu di antara mereka lebih memilih untuk melakukan masturbasi daripada
senggama.

Dalam beberapa kejadian, masturbasi bersama-sama mungkin bisa diterima. Dilakukan sendirian
ataupun dengan kehadiran pasangan, kegiatan ini bisa sangat menyenangkan dan menambah
keintiman, jika ini tidak dianggap sebagai sebuah bentuk penolakan. Seperti kegiatan yang
lainnya, jika ini tidak dikomunikasikan dengan baik, masturbasi bisa diterjemahkan sebagai tanda
amarah, keterasingan, ataupun ketidakbahagiaan terhadap hubungan yang sedang berlangsung.

Dengan mengatasi stereotip negatif masyarakat dan perasaan pribadi masing-masing individu
tentang masturbasi, maka para pria dan wanita bisa dengan merdeka mengeksplorasi dan
menikmati seksualitas mereka secara pribadi, dengan cara yang memuaskan. Satu peringatan:
untuk tetap memperoleh seks yang aman, masturbasi dengan pasangan bisa merupakan suatu
alternatif yang menyenangkan bagi senggama, sepanjang anda menghindari kontak dengan
cairan semen atau cairan vagina pasangan anda, khususnya jika anda mempunyai goresan atau
luka terbuka.
Hormon
Oleh admin pada Kam, 03/13/2008 - 16:09.

• Referensi

Hormon adalah zat kimia yang diproduksi oleh kelenjar endokrin yang mempunyai efek tertentu
pada aktifitas organ-organ lain dalam tubuh. Hormon seks merupakan zat yang dikeluarkan oleh
kelenjar seks dan kelenjar adrenalin langsung ke dalam aliran darah. Mereka secara sebagian
bertanggungjawab dalam menentukan jenis kelamin janin dan bagi perkembangan organ seks
yang normal. Mereka juga memulai pubertas dan kemudian memainkan peran dalam pengaturan
perilaku seksual.

Hormon-hormon seks utama dapat dibedakan menjadi estrogen atau androgen. Kedua kelas
hormon ini ada pada pria dan wanita, namun dalam kadar yang berbeda. Kebanyakan pria
memproduksi 6-8 mg testosteron (sebuah androgen) per hari, dibandingkan dengan kebanyakan
wanita yang memproduksi 0,5 mg setiap hari. Estrogen juga ada pada kedua jenis kelamin,
namun dalam jumlah yang lebih besar pada wanita.

Estrogen adalah hormon seks yang umumnya diproduksi oleh rahim wanita yang merangsang
pertumbuhan organ seks anak perempuan, seperti halnya payudara dan rambut kelamin, dikenal
sebagai karakteristik seks sekunder. Estrogen juga mengatur siklus menstruasi. Pada
kebanyakan wanita, hormon indung telur tidak memainkan peran yang penting dalam gairah seks
mereka. Dalam sebuah penelitian pada wanita dibawah usia 40 tahun, 90% melaporkan tidak
adanya perubahan dalam nafsu seks atau fungsi setelah hormon seks diturunkan karena
pengangkatan kedua rahim.

Estrogen penting dalam menjaga kondisi dinding vagina dan elastisitasnya, serta dalam
memproduksi cairan yang melembabkan vagina. Mereka juga membantu untuk menjaga tekstur
dan fungsi payudara wanita. Pada pria, estrogen tidak memiliki fungsi yang diketahui. Namun,
kadar yang terlalu tinggi dapat mengurangi selera seksual, menyebabkan kesulitan ereksi,
pembesaran payudara, dan kehilangan rambut tubuh pada beberapa pria.

Androgen adalah hormon seks yang biasanya diproduksi hanya oleh testis pria, namun juga
diproduksi dalam jumlah kecil oleh rahim wanita dan kelenjar adrenalin yang terdapat pada pria
dan wanita. Androgen membantu memulai perkembangan testis dan penis pada janin laki-laki.
Mereka memulai proses pubertas dan mempengaruhi pertumbuhan rambut pada wajah, tubuh,
dan alat kelamin, mendalamkan suara, pertumbuhan otot, karakteristik seks kedua pria. Setelah
pubertas, hormon androgen - khususnya testosteron - memainkan peran dalam pengaturan
gairah seks.

Kekurangan testosteron dalam jumlah yang besar dapat menyebabkan turunnya gairah seks, dan
kelebihan testosteron dapat meningkatkan gairah seks, baik pada pria maupun wanita. Namun,
kadar testosteron tidak begitu mempengaruhi daya tarik dan gairah seks saat mereka berada
pada batas rata-rata. Gairah seks cenderung dipengaruhi oleh perangsang dari luar (gambar,
suara, sentuhan) daripada oleh variasi hormon seks, kecuali dalam beberapa kasus langka. Pada
pria, terlalu sedikit testosteron dapat menyebabkan sulit mendapat atau menjaga ereksi, namun
tidak jelas apakah kekurangan testosteron mempengaruhi fungsi seksual wanita selain
menurunkan gairah.

Namun, tidak ada bukti apapun yang menunjukkan bahwa karena wanita memiliki lebih sedikit
testosteron daripada pria, mereka mempunyai nafsu seks lebih rendah. Malah, sepertinya wanita
mendeteksi dan bereaksi pada jumlah testosteron yang lebih rendah dalam sirkulasi mereka
daripada pria.

Usia tua, sakit, dan beberapa perawatan kanker dapat mempengaruhi keseimbangan hormon
tubuh kita yang rapuh, menyebabkan perubahan dalam fungsi dan gairah seksual. Yang paling
dikenal adalah perubahan yang terjadi saat wanita mengalami menopause. Produksi estrogen
menurun pada saat ini dimana wanita meninggalkan tahun-tahun dimana ia dapat mengandung
anak. Pengaruh seksual paling utama dari penurunan kadar estrogen adalah pengecilan vagina
dan penipisan dinding vagina, bersamaan dengan hilangnya elastisitas dan kurangnya
pembasahan vagina saat rangsangan seksual. Beberapa wanita mengalami hanya sedikit
perubahan dalam fungsi seksual, dimana yang lain dapat mengalami kekeringan dan nyeri saat
berhubungan, atau luka pada alat kelamin selama beberapa hari setelah berhubungan bila
mereka tidak menggunakan minyak pelumas vagina atau sejenis pengganti hormon.

Para peneliti yang sedang menyelidiki efek-efek dari terapi pengganti hormon pada fungsi
seksual wanita telah menunjukkan bahwa mengkonsumsi estrogen seringkali menyebabkan
fungsi seksual kembali seperti asal. Ditambah lagi, androgen telah diresepkan bagi wanita pasca
menopause untuk meningkatkan nafsu seksualnya.

Mungkin yang kurang diketahui adalah kenyataan bahwa pria terkadang mengalami penurunan
kadar testosteron, yang dapat bertanggung jawab terhadap gangguan seksual. Bagaimana
pengurangan hormon ini mempengaruhi gairah seks pria dan ereksi masih tidak jelas. Namun
para ahli penyakit dalam pria terkadang merekomendasikan penggantian testosteron untuk
mengatasi masalah-masalah tersebut. Ada banyak hal yang masih harus dipelajari mengenai pria
dan wanita mana yang membutuhkan dan mendapatkan keuntungan dari terapi penggantian
hormon.

Sangat menggoda untuk mencoba memahami perilaku seksual hanya dalam istilah hormon.
Pada banyak spesies binatang, hormon mengendalikan kesediaan sang betina untuk
berpasangan dan berhubungan, perilaku seksual sang jantan, dan secara ketat mengatur
perilaku seksual mereka. Namun pada manusia ada hubungan yang lebih rumit antara hormon
dan perilaku seksual. Walaupun kekurangan sejumlah testosteron biasanya mengurangi gairah
seks pada pria dan wanita, ada beberapa kasus dimana hal ini tidak terlihat. Juga, walaupun
banyak pria dengan kadar testosteron dibawah normal memiliki kesulitan ereksi, tidak semuanya
mengalami hal ini. Wanita yang mempunyai kadar estrogen rendah dalam tubuhnya tidak
kehilangan kemampuan mereka untuk dirangsang secara seksual atau untuk mengalami
orgasme. Secara singkat, hormon-hormon seks bukan satu-satunya faktor yang mempengaruhi
ketertarikan atau perilaku seks. Bila anda prihatin akan kadar hormon anda dan apakah mereka
mempengaruhi kesehatan anda secara umum atau fungsi seksual anda, berkonsultasilah dengan
dokter anda untuk diadakan pemeriksaan darah secara sederhana dan mudah.

Menstruasi atau haid mengacu kepada pengeluaran secara periodik darah dan sel-sel tubuh dari
vagina yang berasal dari dinding rahim wanita. Menstruasi dimulai saat pubertas dan menandai
kemampuan seorang wanita untuk mengandung anak, walaupun mungkin faktor-faktor
kesehatan lain dapat membatasi kapasitas ini. Menstruasi biasanya dimulai antara umur 10 dan
16 tahun, tergantung pada berbagai faktor, termasuk kesehatan wanita, status nutrisi, dan berat
tubuh relatif terhadap tinggi tubuh. Menstruasi berlangsung kira-kira sekali sebulan sampai
wanita mencapai usia 45 - 50 tahun, sekali lagi tergantung pada kesehatan dan pengaruh-
pengaruh lainnya. Akhir dari kemampuan wanita untuk bermenstruasi disebut menopause dan
menandai akhir dari masa-masa kehamilan seorang wanita. Panjang rata-rata daur menstruasi
adalah 28 hari, namun berkisar antara 21 hingga 40 hari. Panjang daur dapat bervariasi pada
satu wanita selama saat-saat yang berbeda dalam hidupnya, dan bahkan dari bulan ke bulan
tergantung pada berbagai hal, termasuk kesehatan fisik, emosi, dan nutrisi wanita tersebut.
Menstruasi merupakan bagian dari proses reguler yang mempersiapkan tubuh wanita setiap
bulannya untuk kehamilan. Daur ini melibatkan beberapa tahap yang dikendalikan oleh interaksi
hormon yang dikeluarkan oleh hipotalamus, kelenjar dibawah otak depan, dan indung telur. Pada
permulaan daur, lapisan sel rahim mulai berkembang dan menebal. Lapisan ini berperan sebagai
penyokong bagi janin yang sedang tumbuh bila wanita tersebut hamil. Hormon memberi sinyal
pada telur di dalam indung telur untuk mulai berkembang. Tak lama kemudian, sebuah telur
dilepaskan dari indung telur wanita dan mulai bergerak menuju tuba Falopii terus ke rahim. Bila
telur tidak dibuahi oleh sperma pada saat berhubungan intim (atau saat inseminasi buatan),
lapisan rahim akan berpisah dari dinding uterus dan mulai luruh serta akan dikeluarkan melalui
vagina. Periode pengeluaran darah, dikenal sebagai periode menstruasi (atau mens, atau haid),
berlangsung selama tiga hingga tujuh hari. Bila seorang wanita menjadi hamil, menstruasi
bulanannya akan berhenti. Oleh karena itu, menghilangnya menstruasi bulanan merupakan
tanda (walaupun tidak selalu) bahwa seorang wanita sedang hamil. Kehamilan dapat di
konfirmasi dengan pemeriksaan darah sederhana.

Kecuali jika seorang gadis telah dipersiapkan akan kedatangan menstruasi, hal ini bisa menjadi
saat yang mengecewakan baginya. Anak-anak perempuan yang tidak mengenal tubuh mereka
dan proses reproduksi dapat mengira bahwa menstruasi merupakan bukti adanya penyakit atau
bahkan hukuman akan tingkah laku yang buruk. Anak-anak perempuan yang tidak diajari untuk
menganggap menstruasi sebagai fungsi tubuh normal dapat mengalami rasa malu yang amat
dan perasaan kotor saat menstruasi pertama mereka. Bahkan saat menstruasi akhirnya dikenali
sebagai proses yang normal, perasaan kotor dapat tinggal sampai masa dewasa. Namun, dalam
tahun-tahun belakangan ini pendidikan anatomi dan fisiologi yang lebih baik telah menjadikan
penerimaan akan menstruasi. Malahan banyak wanita yang melihat menstruasi dengan bangga
sebagai proses yang hanya terjadi pada wanita. Beberapa keluarga bahkan memiliki perayaan
khusus untuk menghormati kedewasaan seorang wanita muda.

Meskipun begitu, banyak wanita mengalami ketidaknyamanan fisik selama beberapa hari
sebelum periode menstruasi mereka datang. Kira-kira setengah dari seluruh wanita menderita
akibat dismenore, atau menstruasi yang menyakitkan. Hal ini khususnya sering terjadi awal-awal
masa dewasa. Gejala-gejala dari gangguan menstruasi dapat berupa payudara yang melunak,
puting susu yang nyeri, bengkak, dan mudah tersinggung. Beberapa wanita mengalami
gangguan yang cukup berat seperti keram yang disebabkan oleh kontraksi otot-otot halus rahim,
sakit kepala, sakit pada bagian tengah perut, gelisah, letih, hidung tersumbat, dan ingin
menangis. Dalam bentuk yang paling berat, sering melibatkan depresi dan kemarahan, kondisi ini
dikenal sebagai gejala datang bulan atau PMS, dan mungkin membutuhkan penanganan medis.

Dalam beberapa kasus pengadilan di Inggris dan Perancis, para pengacara telah menggunakan
keberadaan PMS untuk berargumentasi mengenai turunnya kemampuan saat melakukan
perbuatan kriminal. Di masa lalu, PMS dianggap sebagai kondisi psikosomatik, dan berlanjut
menjadi subyek tertawaan, sekarang PMS dikenal memiliki sebab organik. Beberapa pengobatan
telah diciptakan untuk mengatasi gejala-gejala PMS.

Beberapa wanita mengalami sebuah kondisi yang dikenal sebagai amenore, atau kegagalan
bermenstruasi selama masa waktu perpanjangan. Kondisi ini dapat disebabkan oleh bermacam-
macam faktor termasuk stres, hilang berat badan, olahraga berat secara teratur, atau penyakit.
Sebaliknya, beberapa wanita mengalami aliran menstruasi yang berlebihan, kondisi yang dikenal
sebagai menoragi. Tidak hanya aliran darah menjadi banyak, namun dapat berlangsung lebih
lama dari periode normal.

Sikap terhadap menstruasi dapat berbeda pada setiap masyarakat. Banyak masyarakat yang
memandang wanita sebagai terkontaminasi atau tercemar saat menstruasi dan tidak
mengikutsertakan mereka dalam kegiatan-kegiatan masyarakat karena takut akan ikut tercemar.
Menstruasi adalah satu dari banyak pembenaran yang telah diberikan untuk menghalangi wanita
memasuki peran-peran keagamaan pada beberapa agama. Ritual pembersihan di akhir
menstruasi dianjurkan pada beberapa masyarakat. Namun, masyarakat lain menganggap
menstruasi sebagai fungsi tubuh normal dan tidak menghukum atau menghalangi wanita saat
mereka mengalaminya.

Bagaimana Berbicara dengan Remaja


sehingga Mereka Mau Mendengar
Oleh redaksi pada Sen, 03/31/2008 - 09:33.

• Artikel

& Bagaimana Mendengar Remaja sehingga Mereka Mau Bicara

oleh: Rizki Dinar Winiar

Buku ini sangat baik dibaca oleh setiap orang, khususnya orang tua yang mempunyai anak usia
remaja. Seringkali terdapat perbedaan persepsi antara keinginan anak dan keinginan orang tua,
dan dalam buku ini digambarkan secara jelas kiat-kiat menemukan jembatan perbedaan itu.

Awal kisah bermula dari perkumpulan yang digagas oleh seorang psikolog, kurang lebih sepuluh
orang tua berkumpul setiap minggu. Mereka mempunyai anak remaja usia 12-16 tahun. Setiap
pertemuan mereka menceritakan kegalauan mereka akibat ulah para remaja itu. Masing-masing
remaja tentu seperti halnya manusia lainnya, unik. Namun, ternyata ada persamaan hal-hal yang
menjadi dasar untuk dapat mengenal, mendekati dan memahami mereka. Berikut adalah
kuncinya.

Pertama, pahami bahwa seperti diri Anda dulu, sebagian remaja merasa ini adalah saat terindah
dalam hidup mereka, mereka merasa lebih ‘hidup,’ bebas, punya banyak keinginan dan inilah
masa pembuktian diri. Sebagian lainnya justru ingin segera melarikan diri, karena merasa ini
adalah hal tersulit dalam hidup mereka. Persepsi yang salah tentang postur tubuh ideal dan
popularitas telah mengubur kepercayaan diri mereka. Oleh karenanya, apapun yang dirasakan
oleh putra-putri Anda saat ini, berikan mereka dukungan dan bimbingan. Biarkan mereka
mengungkapkan perasaannya.

Langkah berikutnya adalah berdamai dengan perasaan yang mereka utarakan. Daripada
menangkis dan mengabaikan perasaan mereka, lebih baik identifikasi/ coba mengerti apa yang
sesungguhnya mereka rasakan. Jangan justru memperlebar jurang bicara dengan berkomentar
panjang lebar, cukup dengan ungkapan kecil namun bijak “ooh, mmm.. begitu ya.” Misalkan anak
Anda mengalami patah hati pertama kali karena ‘pacar’nya ternyata ‘playboy.’ Di saat ia
bercerita, jangan mengomentarinya dengan “tuh kan, emang dia brengsek, dari gayanya aja
Mama udah tau kalau dia nakal, dia emang ga pantes buat kamu.” Sebaiknya, identifikasi
perasaan mereka dengan berkata “Oh itu yang buat kamu kelihatan sedih akhir-akhir ini, pasti
kamu kecewa ya...hmm, seandainya aja Ronny anak baik ya, Mama bersyukur sekali kalau kamu
punya teman seperti dia.”
Dengan memahami perasaan mereka dan memberikan khayalan yang berbeda dari kenyataan,
ternyata membuat remaja lebih nyaman menerima keadaan sesungguhnya dan membuat
mereka merasa berhak didengar.

Setelah mampu memahami perasaan mereka, hindari melakukan perintah atau bersikap
menyalahkan. Misalnya “Jangan makan pizza itu banyak-banyak” atau “Pulang sekolah taro baju
yang bener di ember belakang” atau “Ini baju rusak gara-gara kamu yang cuci.” Sebaiknya
berikan penjelasan atau informasi dengan cara yang baik seperti “Pizza ini cuma sedikit, karena
kita sekeluarga ber-5, jadi masing-masing hanya kebagian satu dulu ya” atau “Baju ini sayang
sekali selesai pakai langsung di buang ke lantai, karena kalau noda-noda minyak dan debu yang
ada di lantai nempel, nanti susah hilangnya. Memang mau pakai baju yang ada corak
coklatnya...?” atau “Lena sayang, lain kali sebelum cuci baju lihat dulu ya petunjuknya, biasanya
ada di bagian dalam baju. Nah lihat kan, baju ini hanya boleh dicuci pakai tangan, kalau pakai
mesin cuci jadi mengkerut.” Ungkapkan juga harapan Anda seperti “Mama makasih banget kamu
mau bantu, mudah-mudahan kamu semakin menjadi anak yang bertanggung jawab, siapa tahu
nanti kuliah jadi anak kos, yang segalanya harus mandiri.” Dengan begitu, remaja merasa bahwa
dirinya mampu ‘berbuat sesuatu,’ bukan hanya ‘makhluk’ yang diperintah.

Memahami perasaan sudah, menghindari kata perintah ataupun menyalahkan sudah. Apalagi?
Selanjutnya, Anda harus menentukan sikap apakah mereka harus dihukum atau tidak atas
‘kenakalannya.’ Kenapa? Karena ada sebagian anak yang merasa bahwa hukuman memang
menolong mereka untuk kembali ke ‘jalan yang benar,’ namun sebagian lagi justru berpendapat
itu akan membuat mereka merasa lemah, terpuruk dalam rasa bersalah yang berkepanjangan
sehingga tidak lagi percaya terhadap dirinya sendiri. Celakanya, sebagian lagi justru mencari
celah agar tidak lagi ‘ketahuan,’ mereka menjadi pembohong unggul! Hmm, ternyata ada
alternatif hukuman lho. Caranya, begitu Anda tahu ada perbuatan mereka yang mengecewakan
Anda, beritahu mereka, ungkapkan perasaan Anda, harapan Anda, beritahu mereka cara
memperbaiki kesalahan, berikan tawaran/ pilihan dan lakukan aksi untuk mencegah terulangnya
‘kejadian.’ Misalnya “Papa kecewa sekali, karena tadi tanpa sengaja menemukan surat
peringatan dari guru kamu di sekolah. Jadi, kamu sudah 3 hari ini bolos. Sebenarnya, Papa
sangat berharap kamu senang belajar di sekolah, Papa dan Mama sedih karena tidak mudah
rasanya mengumpulkan uang untuk sekolahmu nak.” Setelah Anda tahu alasan mereka, (ingat
jangan mendesak alasannya) perlahan berikan mereka pandangan bagaimana memperbaiki
kesalahannya, kemudian tawarkan pilihan seperti, “Besok, Papa temani ya, kita minta maaf
sama-sama ke wali kelasmu. Kalau kamu bosan karena Pak gurunya ga jelas ngajarnya, kita
bisa pilih tempat les yang kamu suka, yang bisa buat kamu semangat, atau mau bikin kelompok
belajar?” Di hari lain, jika mereka terlihat tetap jenuh dengan pelajaran tersebut meskipun sudah
memilih caranya sendiri untuk membuat kelompok belajar, lakukan aksi dengan perjanjian bahwa
mereka harus tetap bertahan sampai menemukan cara yang mereka anggap paling nyaman
dalam mempelajari mata ajar tersebut. Ketegasan dalam fase ini mutlak diperlukan, tidak ada
salahnya menambahkan ‘ancang-ancang hukuman,’ seperti “Atau kamu mau untuk tidak main
dulu sementara sebelum kamu ngerti pelajaran itu?” Jelas sekali perbedaannya, bahwa dengan
hukuman kita sudah menutup rapat-rapat segala kemungkinan, namun dengan menawarkan
solusi/ perjanjian kita tetap membuka peluang bagi mereka untuk memperbaiki kesalahannya.

Step selanjutnya yakni dengan bekerja bersama-sama dalam menyelesaikan suatu masalah.
Biarkan mereka memberikan pandangannya, begitu juga dengan Anda. Lakukan ‘brainstorming’
berdua, tulis dalam sebuah kertas. Jangan pernah mentertawakan apa yang menurut Anda ‘ide
bodoh.’ Setelah itu, bersama-sama cari titik temu, mana yang bisa dilaksanakan. Misalnya anak
Anda terlalu larut pulang malam, list ide yang mungkin Anda dan putra/i Anda tulis adalah ga
boleh keluar malam lagi sampai nikah, jam malam diperpanjang 2 jam, Papa jemput ke tempat
acara dsb. Mana yang paling mungkin untuk berdua. Misalnya jam malam diperpanjang tetapi
hanya 1 jam, dan untuk acara-acara tertentu, seperti ulang tahun teman. Kuncinya, saling
mendengar, saling bicara dan buat keputusan secara bersama-sama.

Dalam buku ini, langkah-langkah tadi adalah cara bijak yang perlahan-lahan diaplikasikan oleh
para orang tua. Tetapi, tentu saja satu arah tidak akan cukup. Untuk itu, setelah tahapan tadi
selesai, para anak dikumpulkan. Mereka diberikan kebebasan untuk menyampaikan perasaan
mereka, tentang apa yang mereka inginkan dan tidak inginkan dalam rumah mereka. Apa yang
mereka inginkan dari orang tua mereka dan apa yang mereka harapkan dari hubungan anak dan
orang tua. Terungkap bahwa mereka ingin dimengerti, mereka tidak ingin di’judge’ harus begini
harus begitu kamu begini kamu begitu. Hubungan pertemanan adalah hal yang paling nyaman
yang bisa Anda ciptakan. Bicaralah dengan mereka, seperti layaknya sahabat sehati.

Bagian ini merupakan bagian yang cukup penting. Kenali teman-temannya. Ungkapkan pada diri
putra/i Anda bahwa “teman adalah seseorang yang dengannya kamu bisa menjadi apa adanya
dirimu, seseorang yang tidak berusaha untuk merubah kamu.” Jadi, berikan dasar-dasar seperti
Anda telah belajar langkah-langkah sebelumnya, bagaimana memahami perasaan anak Anda,
mengidentifikasi perasaannya dan memberikan khayalan yang berbeda dari kenyataan. Mereka
pun harus melakukan hal yang sama kepada teman-temannya. Mintalah mereka melakukan hal
yang sama pula kepada Anda. Tambahkan bahwa teman adalah salah satu hal paling berharga
di dunia ini, jadi jika ingin dicintai mulailah mencintai, teman dan juga orang tua

Inti dari pertemuan anak dan orang tua adalah respek, sikap saling menghargai. Ceritakan apa
yang Anda rasakan dan inginkan sebagai orang tua dan apa yang mereka rasakan serta inginkan
sebagai anak. Hindari perselisihan dan saling menyerang. Jangan lupakan pujian, karena bisa
semakin merekatkan hubungan baik Anda dan remaja. Pujilah dengan tulus usaha yang telah
mereka lakukan bukan apa yang menurut Anda kedengaran ‘enak.’ Misalnya, daripada “Putri,
kamu memang anak yang paling pintar!” atau “Cinta, kamu memang paling cantik!” lebih baik
“Papa senang sekali semester ini kamu dapat rangking 5, Papa lihat kamu ngga pernah ngeluh
setiap hari belajar dari pagi sampai sore. Papa bangga atas kerja keras kamu.” Atau “Cinta,
Mama senang kamu sekarang sudah besar, bisa memilih baju yang cocok dengan usia kamu,
rambutnya juga dirawat setiap hari, kamu terlihat cantik.” Pujian yang pertama terdengar
manipulatif, apalagi jika anak Anda tidak merasa seperti yang Anda ucapkan. Sebaliknya, pujian
yang kedua adalah ungkapan jujur Anda atas usaha mereka, dengan sendirinya mereka akan
lebih menghargai diri mereka sendiri.

Terakhir, setelah hubungan baik terbina, Anda boleh mendiskusikan masalah seks ataupun obat-
obat terlarang dengan putra/i Anda. Mulailah dengan bantuan radio, TV, majalah atau koran.
Misalnya, di radio ada berita tentang penurunan angka kehamilan remaja belum nikah, Anda bisa
mulai dengan “wah berita bagus nih, kira-kira kenapa ya, menurut kamu apa remaja sekarang
sudah mulai pakai kondom? Atau... malah banyak yang tidak ingin melakukan hubungan seks
sebelum nikah?” Anak Anda mungkin menjawab “Hm, ga tau deh, mungkin aja sih Pa.”
Pembicaraan pun bisa berlanjut. Intinya, jangan tiba-tiba datang berceramah panjang lebar
tentang hal itu ataupun menuduh mereka terlibat dalam pergaulan ‘bebas’. Anda juga perlu
memberikan informasi yang jelas dan spesifik jika mereka bertanya, jangan berikan jawaban
yang menggantung atau menerawang karena justru akan memicu rasa penasarannya. Jangan
lupa, Anda adalah model mereka, jika tidak ingin mereka menjadi perokok, maka Anda pun
jangan merokok.
Kesimpulannya, dengan berupaya bersikap responsif mendengarkan perasaan mereka (remaja),
bekerja sama mencari penyelesaian masalah, mendukung mimpi dan harapan mereka, Anda
telah menyampaikan kepada putra putri Anda betapa setiap hari Anda menghormati, mencintai
dan menghargai mereka. Dan mereka, yang merasa dihargai oleh Anda sebagai orang tuanya,
akan lebih mudah untuk menghargai diri mereka sendiri. Mereka akan lebih mudah untuk
bertanggung jawab terhadap pilihan mereka dan menghindarkan diri dari perilaku yang dapat
menjerumuskan dan menghancurkan masa depan mereka. Itu semua karena ‘siapapun kita,
anak ataupun orang tua, perlu untuk dihargai.

Remaja Indonesia Masih Sangat


Membutuhkan Informasi Kesehatan
Reproduksi
Oleh redaksi pada Jum, 05/30/2008 - 09:51.

• Artikel

Oleh: Adek Ratna Jameela

Menjadi remaja berarti menjalani proses berat yang membutuhkan banyak penyesuaian
dan menimbulkan kecemasan. Lonjakan pertumbuhan badani dan pematangan organ-
organ reproduksi adalah salah satu masalah besar yang mereka hadapi. Perasaan seksual
yang menguat tak bisa tidak dialami oleh setiap remaja meskipun kadarnya berbeda satu
dengan yang lain. Begitu juga kemampuan untuk mengendalikannya.

Di Indonesia saat ini 62 juta remaja sedang bertumbuh di Tanah Air. Artinya, satu dari
lima orang Indonesia berada dalam rentang usia remaja. Mereka adalah calon generasi
penerus bangsa dan akan menjadi orangtua bagi generasi berikutnya. Tentunya, dapat
dibayangkan, betapa besar pengaruh segala tindakan yang mereka lakukan saat ini kelak
di kemudian hari tatkala menjadi dewasa dan lebih jauh lagi bagi bangsa di masa depan.

Ketika mereka harus berjuang mengenali sisi-sisi diri yang mengalami perubahan fisik-
psikis-sosial akibat pubertas, masyarakat justru berupaya keras menyembunyikan segala
hal tentang seks, meninggalkan remaja dengan berjuta tanda tanya yang lalu lalang di
kepala mereka.

Pandangan bahwa seks adalah tabu, yang telah sekian lama tertanam, membuat remaja
enggan berdiskusi tentang kesehatan reproduksi dengan orang lain. Yang lebih
memprihatinkan, mereka justru merasa paling tak nyaman bila harus membahas
seksualitas dengan anggota keluarganya sendiri!

Tak tersedianya informasi yang akurat dan "benar" tentang kesehatan reproduksi
memaksa remaja bergerilya mencari akses dan melakukan eksplorasi sendiri. Arus
komunikasi dan informasi mengalir deras menawarkan petualangan yang menantang.

Majalah, buku, dan film pornografi yang memaparkan kenikmatan hubungan seks tanpa
mengajarkan tanggung jawab yang harus disandang dan risiko yang harus dihadapi,
menjadi acuan utama mereka. Mereka juga melalap "pelajaran" seks dari internet, meski
saat ini aktivitas situs pornografi baru sekitar 2-3%, dan sudah muncul situs-situs
pelindung dari pornografi . Hasilnya, remaja yang beberapa generasi lalu masih malu-
malu kini sudah mulai melakukan hubungan seks di usia dini, 13-15 tahun!

Memang hasil penelitian di beberapa daerah menunjukkan bahwa seks pra-nikah belum
terlampau banyak dilakukan. Di Jatim, Jateng, Jabar dan Lampung: 0,4 - 5% Di
Surabaya: 2,3% Di Jawa Barat: perkotaan 1,3% dan pedesaan 1,4%. Di Bali: perkotaan
4,4.% dan pedesaan 0%.
Tetapi beberapa penelitian lain menemukan jumlah yang jauh lebih fantastis, 21-30%
remaja Indonesia di kota besar seperti Bandung, Jakarta, Yogyakarta telah melakukan
hubungan seks pra-nikah.

Berdasarkan hasil penelitian Annisa Foundation pada tahun 2006 yang melibatkan siswa
SMP dan SMA di Cianjur terungkap 42,3 persen pelajar telah melakukan hubungan seks
yang pertama saat duduk di bangku sekolah. Beberapa dari siswa mengungkapkan, dia
melakukan hubungan seks tersebut berdasarkan suka dan tanpa paksaan.

Mana yang lebih akurat? Beberapa pakar berpendapat bahwa angka yang diperoleh
melalui penelitian itu hanyalah puncak dari sebuah gunung es, yang kakinya masih
terbenam dalam samudera.

Biaya Sosial

Kelalaian untuk menanggapi kebutuhan remaja (dan sejujurnya, masyarakat luas) akan
informasi tentang kesehatan reproduksi dan seks yang bertanggung jawab ternyata
berbuah pahit. Begitu populernya perilaku berisiko, begitu banyak korban berjatuhan,
begitu tinggi biaya sosial yang harus kita bayar.

Percaya atau tidak, angka statistik pernikahan dini --dengan pengantin berumur di bawah
16 tahun-- secara nasional mencapai lebih dari seperempat. Bahkan di beberapa daerah
sepertiga, dari pernikahan yang terjadi, tepatnya di Jawa Timur 39,43%; Kalimantan
Selatan 35,48%; Jambi 30,63%; Jawa Barat 36% . Di banyak daerah pedesaan,
pernikahan seringkali dilakukan segera setelah anak perempuan mendapat haid pertama.
Padahal pernikahan dini berarti mendorong remaja untuk menerabas alur tugas
perkembangannya, menjalani peran sebagai dewasa tanpa memikirkan kesiapan fisik,
mental dan sosial si pengantin.

Di sebuah daerah, 36% penderita penyakit menular seksual adalah pelajar. Mengejutkan
memang, tetapi dapat dipahami karena dalam sebuah survei ditemukan hanya 27%
remaja Indonesia yang tahu kegunaan kondom, artinya kurang lebih 27% pula yang tahu
bahwa kondom dapat mengurangi risiko tertular penyakit seksual. Dari jumlah itu, 1%
pernah memakai, 10% mungkin akan membeli bila perlu, sedangkan 12% menyatakan
tidak tahu .

Dari 14.628 kasus HIV/AIDS, 242 kasus di antaranya adalah anak muda berusia 15-19
tahun (98 kasus karena penggunaan narkoba suntik),4.884 kasus terjadi pada remaja 20-
29 tahun (3.089 kasus karena penggunaan narkoba suntik ). Ini artinya, 1 dari 2 penderita
HIV/AIDS adalah remaja berusia 15-29 tahun.

Jumlah ini masih dapat berlipatganda dan nyatanya banyak remaja memiliki informasi
yang salah tentang HIV/AIDS. Hasil survei UNICEF menunjukkan bahwa 20% dari
responden remaja yakin bahwa Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) pasti terlihat sangat
sakit, 7% mengenali ODHA dari bercak di kulitnya, 4% dari wajah yang pucat pasi, dan
41% mengaku tidak tahu bagaimana mengenali ODHA. Hanya 12% yang percaya pada
hasil tes darah.

Nasib Remaja Putri

Nilai-nilai patriarkhis yang berurat akar di masyarakat kita telah meletakkan remaja putri
jauh di luar jarak pandang kita dalam kesehatan reproduksi. Undang-undang no. 20/ 1992
mentabukan pula pemberian layanan KB untuk remaja putri yang belum menikah.

Bahkan mitos pun memojokkan remaja putri, untuk membujuk-paksa mereka supaya
bersedia berhubungan seks secara "suka-sama-suka", bahwa hubungan seks yang hanya
dilakukan sekali takkan menyebabkan kehamilan. Berbagai metode kontrasepsi "fiktif"
juga beredar luas di kalangan remaja: basuh vagina dengan minuman berkarbonasi, lari-
lari di tempat atau squat-jump segera setelah berhubungan seks.

Ketika pencegahan gagal dan berujung pada kehamilan, lagi-lagi remaja putri yang harus
bertanggung jawab. Memilih untuk menjalani kehamilan dini seperti dilakukan 9,5%
remaja di bawah 20 tahun , dengan risiko kemungkinan kematian ibu pada saat
melahirkan 28% lebih tinggi dibanding yang berusia 20 tahun ke atas , disertai
kegamangan karena tak siap menghadapi peran baru sebagai ibu. Atau menjalani pilihan
lain yang tersedia: aborsi!

Ketakutan akan hukuman dari masyarakat dan terlebih lagi tidak diperbolehkannya
remaja putri belum menikah menerima layanan keluarga berencana memaksa mereka
untuk melakukan aborsi, yang sebagian besar dilakukan secara sembunyi-sembunyi tanpa
mempedulikan standar medis. Data WHO menyebutkan bahwa 15-50 persen kematian
ibu disebabkan karena pengguguran kandungan yang tiudak aman. Bahkan Departemen
Kesehatan RI mencatat bahwa setiap tahunnya terjadi 700 ribu kasus aborsi pada remaja
atau 30 persen dari total 2 juta kasus di mana sebgaian besar dilakukan oleh dukun.

Dari penelitian yang dilaukan PKBI tahun 2005 di 9 kota mengenai aborsi dengan 37.685
responden, 27 persen dilakukan oleh klien yang belum menikah dan biasanya sudah
mengupayakan aborsi terlebih dahulu secara sendiri dengan meminum jamu khusus.
Sementara 21,8 persen dilakukan oleh klien dengan kehamilan lanjut dan tidak dapat
dilayani permintaan aborsinya.

Pengetahuan Seks

Menyedihkan, kekukuhan kita untuk terus mengingkari kenyataan bahwa remaja butuh
pengetahuan tentang seks dan kesehatan reproduksi yang benar, telah menjerumuskan
mereka membentuk keluarga tak berkualitas: bapak-ibu belia yang tak siap fisik-
psikisnya untuk menjadi orangtua, ibu tanpa suami, juga anak-anak yang ditinggal mati
ibunya saat melahirkan.

Padahal memberikan informasi tentang kesehatan reproduksi tidak serta-merta


memberikan pula kesempatan untuk melakukan seks bebas. Pengalaman menunjukkan, di
banyak negara yang telah memberlakukan pendidikan kesehatan reproduksi remaja, yang
terjadi kemudian bukanlah promiskuitas atau seks bebas di kalangan remaja seperti yang
selalu dikuatirkan, tetapi sebaliknya pendidikan kesehatan reproduksi justru membuat
remaja menunda keaktifan seksualnya.

Meski perdebatan belum surut, akhirnya Pemerintah Republik Indonesia pun


memaklumkan pentingnya kesehatan reproduksi remaja. Ini sudah tertuang dalam
Propenas 2001. Betapa melegakan, Indonesia akhirnya menapak maju mengejar
ketertinggalannya dibanding negara lain, setidaknya dengan mengawali upaya untuk
memberikan informasi yang benar dan akurat tentang kesehatan reproduksi remaja.

Tetapi untuk mengejar ketertinggalan dari masalah yang terus berlipatganda bagai deret
ukur dibutuhkan lebih dari sekedar pencanangan pelaksanaan pendidikan kesehatan
reproduksi remaja. Begitu banyak hal terkait yang bisa dilakukan melalui kerja sama
antara pemerintah dengan berbagai pihak antara lain:

Mengkaji ulang dan membuka peluang perubahan aturan, hukum dan perundangan;
seperti Undang-Undang nomor 1 tahun 1974 yang memberikan celah bagi terjadinya
pernikahan dini, dan Undang-undang nomor 20 tahun 1992 yang mengganjal layanan
kesehatan reproduksi untuk remaja putri yang belum menikah, serta seluruh aturan dan
kebijakan yang dibuat berlandaskan undang-undang tersebut.

Mengembangkan kebijakan dan program berdasar paradigma baru yang lebih peka
gender dan "ramah" pada remaja dengan menempatkan remaja sebagai subjek aktif yang
patut didengar, dilibatkan, dan dengan demikian turut bertanggung jawab atas
kepentingan mereka sendiri.

Pendidikan kesehatan reproduksi remaja, termasuk di dalamnya informasi tentang


keluarga berencana dan hubungan antargender, diberikan tak hanya untuk remaja melalui
sekolah dan media lain, tetapi juga untuk keluarga dan masyarakat.

Rumusan baru 'kejantanan' yang lebih menekankan tanggung jawab dan saling
menghormati dalam relasi antargender perlu pula dipopulerkan di antara remaja putra.
Program pelayanan kesehatan reproduksi remaja harus mulai dipikirkan, dengan penyedia
layanan yang 'ramah remaja': menjaga kerahasiaan, tidak menghakimi, peka pada
persoalan remaja.

Meneruskan upaya meretas hambatan sosial budaya dan agama dalam persoalan
reproduksi dan seksualitas remaja, melibatkan kelompok masyarakat yang lebih luas,
seperti ulama-rohaniwan, petinggi adat untuk menilai, merencanakan dan melaksanakan
program yang paling tepat untuk kesehatan reproduksi remaja, termasuk juga mendorong
keterbukaan dan komunikasi dalam keluarga.

Apa pun yang dirancang dengan baik takkan berjalan sempurna tanpa kerja yang
sungguh-sungguh untuk mendengar remaja kita, berupaya memenuhi kebutuhan
psikologisnya, memuaskan rasa ingin tahunya, sembari mengajari mereka menjalani
kehidupan dengan bertanggung jawab.

Haid Pertama Datang, Perlukah Takut?


Oleh redaksi pada Sel, 02/03/2009 - 11:12.

• Artikel

Haid Pertama Datang, Perlukah Takut? HAID atau menstruasi adalah sesuatu yang
banyak ditakuti para gadis atau perempuan remaja. Mereka yang tidak mengenal tubuh
mereka dan proses reproduksi dapat mengira bahwa haid merupakan bukti adanya
penyakit atau bahkan hukuman akan tingkah laku yang buruk.

Para gadis yang tidak diberi pemahaman yang benar bahwa haid sebagai fungsi tubuh
normal, dapat mengalami rasa malu yang amat dan perasaan kotor saat haid pertama
mereka datang. Bahkan, saat haid akhirnya dikenali sebagai proses yang normal, perasaan
kotor dapat tinggal sampai masa dewasa.

Namun, di masa-masa belakangan ini pendidikan anatomi dan fisiologi yang lebih baik
telah membantu memberi pemahaman perihal haid kepada para remaja. Malah, sudah
banyak gadis yang melihat haid dengan bangga sebagai proses yang hanya terjadi pada
wanita. Di beberapa kelompok masyarakat atau keluarga tertentu bahkan memiliki
perayaan khusus untuk menghormati kedewasaan seorang perempuan muda
pascadatangnya haid pertamanya.

Sikap terhadap haid memang dapat berbeda pada setiap masyarakat. Banyak orang yang
memandang perempuan sebagai terkontaminasi atau tercemar saat haid dan tidak
mengikutsertakan mereka dalam kegiatan-kegiatan masyarakat karena takut akan ikut
tercemar. Haid adalah satu dari banyak pembenaran yang telah diberikan untuk
menghalangi perempuan memasuki peran-peran keagamaan pada beberapa agama. Ritual
pembersihan di akhir haid dianjurkan pada beberapa masyarakat. Namun, masyarakat lain
menganggap haid sebagai fungsi tubuh normal dan tidak menghukum atau menghalangi
perempuan saat mereka mengalaminya.

Saat Pubertas

Haid (menstruasi atau mens) adalah pengeluaran secara periodik darah dan sel-sel tubuh
dari vagina yang berasal dari dinding rahim perempuan. Haid dimulai saat pubertas dan
menandai kemampuan seorang perempuan untuk mengandung anak, walaupun mungkin
faktor-faktor kesehatan lain dapat membatasi kapasitas ini.
Haid biasanya dimulai antara umur 10-16 tahun, tergantung pada berbagai faktor seperti
kesehatan perempuan, status nutrisi, dan berat tubuh relatif terhadap tinggi tubuh. Haid
berlangsung sampai perempuan mencapai usia 45-50 tahun -- ini pun tergantung pada
kesehatan dan pengaruh-pengaruh lainnya. Akhir dari kemampuan wanita untuk haid
disebut menopause dan menandai akhir dari masa-masa kehamilan seorang perempuan.

Panjang rata-rata daur haid adalah 28 hari, namun berkisar antara 21-40 hari. Panjang
daur bervariasi pada satu perempuan selama saat-saat yang berbeda dalam hidupnya, dan
bahkan dari bulan ke bulan tergantung pada berbagai hal, termasuk kesehatan fisik,
emosi, dan nutrisi perempuan itu.

Haid merupakan bagian dari proses mempersiapkan tubuh perempuan setiap bulannya
untuk kehamilan. Daur ini melibatkan beberapa tahap yang dikendalikan oleh interaksi
hormon yang dikeluarkan oleh hipotalamus, kelenjar di bawah otak depan, dan indung
telur. Pada permulaan daur, lapisan sel rahim mulai berkembang dan menebal. Lapisan
ini berperan sebagai penyokong bagi janin yang sedang tumbuh jika perempuan itu
hamil.

Hormon memberi sinyal pada telur di dalam indungnya untuk mulai berkembang. Tak
lama kemudian, sebuah telur dilepaskan dari indungnya dan mulai bergerak menuju tuba
falopii terus ke rahim. Jika telur tidak dibuahi oleh sperma pada saat berhubungan intim
(atau saat inseminasi buatan), lapisan rahim akan berpisah dari dinding uterus dan mulai
luruh serta akan dikeluarkan melalui vagina.

Periode pengeluaran darah dikenal sebagai periode haid, berlangsung selama 3-7 hari.
Jika seorang perempuan menjadi hamil, haid bulanannya akan berhenti. Oleh karena itu,
menghilangnya haid bulanan merupakan tanda (walaupun tidak selalu) bahwa seorang
perempuan sedang hamil. Kehamilan dapat dikonfirmasi dengan pemeriksaan darah atau
urin sederhana.

Tidak Nyaman

Meskipun begitu, banyak perempuan mengalami ketidaknyamanan fisik selama beberapa


hari sebelum periode haid mereka datang. Kira-kira setengah dari seluruh perempuan
menderita akibat dismenore atau haid yang menyakitkan. Hal ini khususnya sering terjadi
awal-awal masa dewasa. Gejala-gejala dari gangguan haid dapat berupa payudara yang
melunak, puting susu yang nyeri, bengkak, dan mudah tersinggung.

Beberapa perempuan mengalami gangguan yang cukup berat seperti keram yang
disebabkan oleh kontraksi otot-otot halus rahim, sakit kepala, sakit pada bagian tengah
perut, gelisah, letih, hidung tersumbat, dan ingin menangis. Dalam bentuk yang paling
berat, sering melibatkan depresi dan kemarahan.

Juga, beberapa perempuan mengalami suatu kondisi yang dikenal sebagai amenore atau
kegagalan alami haid selama masa waktu perpanjangan. Kondisi ini dapat disebabkan
bermacam-macam faktor termasuk stres, hilang berat badan, olahraga berat secara teratur,
atau penyakit. Sebaliknya, beberapa perempuan mengalami menoragi atau aliran haid
yang berlebihan. Tidak hanya aliran darah menjadi banyak, namun dapat berlangsung
lebih lama dari periode normal. (mif/isc/tin)

Dampak Pubertas dan Menstruasi pada


Kesehatan Gigi
Oleh Julie pada Sel, 12/11/2007 - 12:08.

• Artikel

Peningkatan produksi hormon seks pada saat pubertas umumnya akan menyisakan keadaan
yang konstan bagi kehidupan reproduksi seorang perempuan. Masa pubertas pada perempuan
ditandai dengan dimulainya siklus menstruasi. Peningkatan hormon seks memicu pelebaran
pembuluh darah kecil pada gusi. Pelebaran darah tersebut dapat dilihat dengan adanya gusi
yang memerah, perdarahan pada radang gusi, dan bengkak.

Mikroba pada fase di atas berubaha dari flora mikroba yang “menyehatkan” menjadi mikroba
yang bersifat destruktif atau bersifat pathogen. Perubahan ini mengakibatkan peningkatan kadar
hormon dalam darah dimana bakteri patogen dapat menggunakannya untuk terus tumbuh dan
bertambah banyak (berproliferasi). Keberadaan plak dan karang pada gigi juga akan semakin
memperburuk kondisi di atas.

Hal ini semakin menguatkan akan pentingnya penanaman kebiasaan kesehatan gigi di usia dini,
serta melakukan pemeriksaan dan pembersihan gigi secara rutin. Kecenderungan kasus
peradangan dan gigi yang bengkak dihubungkan pada masa pubertas dan akan semakin
menurun ketika sudah usia lanjut.

Namun demikian, perempuan mengalami peradangan menjelang datangnya masa menstruasi.


Munculnya gusi merah, bengkak, perih pada gusi.dan luka pada mulut menjadi tanda yang biasa.
Tanda-tanda peradangan akan menghilang seiring dengan datangnya periode menstruasi. Oleh
karena itu, higienitas mulut yang tidak adekuat dapat meningkatkan keparahan gangguan mulut
yang menyebabkan rasa tak nyaman.

Sepuluh Penyebab Perdarahan Berat


Saat Haid
Oleh Julie pada Sel, 12/11/2007 - 16:18.

• Artikel
Sebagian perempuan mungkin pernah mengalami dan merasakan perdarahan yang berat
saat haid. Terkadang kita sering berpikir apakah perdarahan tersebut termasuk normal
atau tidak (perdarahan berat saat haid/ menorrhagia).

Lalu bagaimana cara kita tahu perdarahan yang kita alami termasuk tidak normal? Cara
termudah adalah dengan mencatat seberapa sering kita mengganti pembalut atau tampon.
Seseorang didiagnosa menderita menorrhagia (perdarahan berat saat haid), jika selama
haid, harus sering mangganti pembalut lebih dari 1-2 jam sekali, atau jika selama
seminggu penuh kita mengalami perdarahan yang banyak.

Sepuluh penyebab teratas perdarahan berat saat haid (menorrhagia):

1. Ketidakseimbangan hormon saat remaja atau menjelang masa menopause


merupakan penyebab yang terbanyak . Pada saat remaja setelah datangnya haid
untuk pertama kalinya, dan beberapa tahun sebelum datangnya menopause, kadar
hormon mengalami proses fluktuasi yang bisa berakibat perdarahan berat. Oleh
karena itu, seringkali untuk menangani menorrhagia akibat ketidakseimbangan
hormon melalui pemberian pil KB atau hormon lain.
2. Tumor fibroid pada rahim. Perlu diketahui bahwa tumor fibroid bersifat tumor
jinak dan biasanya terjadi di usia 30an atau 40an tahunan. Hingga kini
penyebabnya belum jelas. Beberapa operasi tersedia untuk mengatasi tumor
fibroid mulai dari myomectomy, endometrial ablation, uterine artery
embalization, dan terapi balon rahim seperti juga hysterectomy. Pengobatan non-
operasi menggunakan agonists gonadotropin releasing hormone (GnRH),
kontrasepsi oral, hormon androgen, RU486 atau mifepristone salah satu jenis pil
aborsi, dan gestrinon. Agonist GnRH adalah obat yang bekerja melawan GnRH
pada otak. Sedangkan beberapa perempuan mengaku pengobatan alami lebih
efektif. Jika masa menopause muncul, tumor biasanya ukurannya mengecil dan
menghilang meski dengan tanpa pengobatan.
3. Polip serviks. Polip berukuran kecil, tumbuh di permukaan mukosa serviks, atau
pada saluran endoserviks dan menonjol pada mulut serviks. Penyebabnya belum
jelas, namun seringkali akibat infeksi dan dikaitkan dengan respon abnormal
terhadap meningkatnya kadar estrogen atau terhalangnya pembuluh darah kecil
pada serviks. Sebagian besar perempuan yang menderita polip serviks adalah
yang berusia 20 tahun dan telah memiliki anak. Biasanya diobati dengan
pengobatan rawat jalan.
4. Polip endometrium. Dia bukan kanker, tumbuh dan menonjol dipermukaan rahim.
Penyebab belum jelas, walaupun demikian keberadaannya sering dihubungkan
dengan kelebihan kadar estrogen atau beberapa tipe tumor ovarium. Pengobatan
dilakukan dengan hysteroscopy dan D&C. Dengan pemeriksaan laboratorium
patologi maka akan diketahui status polip, apakah mengarah ke kanker atau tidak.
5. Penyakit Lupus. Lupus adalah peradangan kronis pada beberapa bagian tubuh,
khususnya kulit, tulang sendi, darah dan ginjal dan termasuk penyakit autoimun.
Para penderita Lupus diyakini mempunyai kecenderungan genetik Lupus.
ilmuwan meyakini bahwa faktor lingkungan, infeksi, antibiotik (Sulfa dan
Penicillin), sinar UV, stres yang berat, hormon dan obat-obatan memicu
munculnya gejala Lupus. Gejala-gejala antar pasien satu dan yang lain bervariasi,
pengobatan dilakukan melalui mengindari stres berat hingga pengobatan non-
steroid anti peradangan atau NSAIDS, asetaminofen, steroids, antimalarial
sytoksik atau obat immunosuppressif, dan antikoagulan.
6. Penyakit Radang Panggul (PRP) adalah infeksi satu atau lebih organ yang
berakibat pada rahim, tuba falopi, dan serviks. PRP sering disebabkan oleh infeksi
menular seksual. Pengobatan PRP yang dianjurkan yaitu dengan terapi antibiotic.
7. Kanker serviks. Muncul ketika sel-sel pada serviks berkembang abnormal dan
jumlahnya tidak terkendali dan menghancurkan bagian-bagian tubuh yang sehat.
Hampir lebih dari 90% kanker serviks disebabkan oleh Human papillomavirus
(HPV). Pengobatan dapat dilakukan dengan operasi, kemoterapi dan terapi
dengan radiasi.
8. Kanker endometrium. Perempuan yang divonis kanker endometrium, umumnya
berusia lebih dari 50 tahun, pernah mengalami hyperplasia pada endometrium,
atau sering menggunakan terapi penggantian hormon (hormone replacement
therapy). Pengobatan pertama dilakukan melalui pengangkatan rahim
(hysterectomy), jika memungkinkan dengan kemoterapi atau radiasi.
9. Intrauterine devices (IUD). Perempuan yang menggunakan IUD berisiko
mengalami perdarahan saat haid. Bila hal ini terjadi segera ganti IUD dengan
metode kontrasepsi yang lain yang sesuai.
10. Gangguan perdarahan. Jika perdarahan yang timbul sulit untuk dihentikan. Jenis
paling umum penyebab gangguan perdarahan von Willebrand Disease (VWD).

Seksualitas Remaja Indonesia


Oleh redaksi pada Rab, 01/02/2008 - 11:06.

• Artikel

Oleh: Siti Rokhmawati Darwisyah

Sebuah survei terbaru terhadap 8084 remaja laki-laki dan remaja putri usia 15-24 tahun di 20 kabupaten
pada empat propinsi (Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Lampung) menemukan 46,2% remaja
masih menganggap bahwa perempuan tidak akan hamil hanya dengan sekali melakukan hubungan seks.
Kesalahan persepsi ini sebagian besar diyakini oleh remaja laki-laki (49,7%) dibandingkan pada remaja
putri (42,3%) (LDFEUI & NFPCB, 1999a:92).

Dari survei yang sama juga didapatkan bahwa hanya 19,2% remaja yang menyadari peningkatan risiko
untuk tertular PMS bila memiliki pasangan seksual lebih dari satu. 51% mengira bahwa mereka akan
berisiko tertular HIV hanya bila berhubungan seks dengan pekerja seks komersial (PSK) (LDFEUI &
NFPCB, 1999b:14).

Sumber Informasi Kesehatan Reproduksi

Remaja seringkali merasa tidak nyaman atau tabu untuk membicarakan masalah seksualitas dan kesehatan
reproduksinya. Akan tetapi karena faktor keingintahuannya mereka akan berusaha untuk mendapatkan
informasi ini. Seringkali remaja merasa bahwa orang tuanya menolak membicarakan masalah seks
sehingga mereka kemudian mencari alternatif sumber informasi lain seperti teman atau media massa.

Kebanyak orang tua memang tidak termotivasi untuk memberikan informasi mengenai seks dan kesehatan
reproduksi kepada remaja sebab mereka takut hal itu justru akan meningkatkan terjadinya hubungan seks
pra-nikah. Padahal, anak yang mendapatkan pendidikan seks dari orang tua atau sekolah cenderung
berperilaku seks yang lebih baik daripada anak yang mendapatkannya dari orang lain (Hurlock, 1972
dikutip dari Iskandar, 1997).

Keengganan para orang tua untuk memberikan informasi kesehatan reproduksi dan seksualitas juga
disebabkan oleh rasa rendah diri karena rendahnya pengetahuan mereka mengenai kesehatan reproduksi
(pendidikan seks). Hasil pre-test materi dasar Reproduksi Sehat Anak dan Remaja (RSAR) di Jakarta
Timur (perkotaan) dan Lembang (pedesaan) menunjukkan bahwa apabila orang tua merasa meiliki
pengetahuan yang cukup mendalam tentang kesehatan reproduksi, mereka lebih yakin dan tidak merasa
canggung untuk membicarakan topik yang berhubungan dengan masalah seks (Iskandar, 1997:3).

Hambatan utama adalah justru bagaimana mengatasi pandangan bahwa segala sesuatu yang berbau seks
adalah tabu untuk dibicarakan oleh orang yang belum menikah (Iskandar, 1997:1).

Sikap Remaja terhadap Kesehatan Reproduksi

Responden survei remaja di empat propinsi yang dilakukan pada tahun 1998 memperlihatkan sikap yang
sedikit berbeda
dalam memandang hubungan seks di luar nikah. Ada 2,2% responden setuju apabila laki-laki berhubungan
seks sebelum
menikah. Angka ini menurun menjadi 1% bila ditanya sikap mereka terhadap perempuan yang
berhubungan seks sebelum menikah. Jika hubungan seks dilakukan oleh dua orang yang saling mencintai,
maka responden yang setuju menjadi 8,6%. Jika mereka berencana untuk menikah, responden yang setuju
kembali bertambah menjadi 12,5% (LDFEUI & NFPCB, 1999a:96-97).

Sebuah studi yang dilakukan LDFEUI di 13 propinsi di Indonesia (Hatmadji dan Rochani, 1993)
menemukan bahwa sebagian besar responden setuju bahwa pengetahuan mengenai kontrasepsi sudah harus
dimiliki sebelum menikah.

Perilaku Seksual Remaja

Survei remaja di empat propinsi kembali melaporkan bahwa ada 2,9% remaja yang telah seksual aktif.
Persentase remaja
yang telah mempraktikkan seks pra-nikah terdiri dari 3,4% remaja putra dan 2,3% remaja putri (LDFEUI &
NFPCB,
1999:101). Sebuah survei terhadap pelajar SMU di Manado, melaporkan persentase yang lebih tinggi, yaitu
20% pada remaja putra dan 6% pada remaja putri (Utomo, dkk., 1998).

Sebuah studi di Bali menemukan bahwa 4,4% remaja putri di perkotaan telah seksual aktif. Studi di Jawa
Barat menemukan perbedaan antara remaja putri di perkotaan dan pedesaan yang telah seksual aktif yaitu
berturut-turut 1,3% dan 1,4% (Kristanti & Depkes, 1996: Tabel 8b).

Sebuah studi kualitatif di perkotaan Banjarmasin dan pedesaan Mandiair melaporkan bahwa interval 8-10
tahun adalah
rata-rata jarak antara usia pertama kali berhubungan seks dan usia pada saat menikah pada remaja putra,
sedangkan pada remaja putri interval tersebut adalah 4-6 tahun (Saifuddin dkk, 1997:78).

Tentu saja angka-angka tersebut belum tentu menggambarkan kejadian yang sebenarnya, mengingat
masalah seksualitas termasuk masalah sensitif sehingga tidak setiap orang bersedia mengungkapkan
keadaan yang sebenarnya. Oleh karena itu, tidaklah mengejutkan apabila angka sebenarnya jauh lebih besar
daripada yang dilaporkan.

Daftar Pustaka

Iskandar, Meiwita B. "Hasil Uji Coba Modul Reproduksi Sehata Anak & Remaja untuk Orang Tua."
Makalah pada Lokakarya Penyusunan Rencana Pengembangan Media, diselenggarakan oleh PKBI, Jakarta,
20-21 Mei 1997.

Kristanti, Ch. M dan Depkes. Status Kesehatan Remaja Propinsi Jawa Barat dan Bali: Laporan Penelitian
1995/1996. Jakarta: Depkes-Binkesmas-Binkesga, 1996.

LDFEUI dan NFPCB. Baseline Survey of Young Adult Reproductive Welfare in Indonesia 1998/1999
Book I. Jakarta: LDFEUI dan NFPCB, Juli 1999a.

LDFEUI dan NFPCB. Baseline Survey of Young Adult Reproductive Welfare in Indonesia 1998/1999.
Executive Summary and Recommendation Program. Jakarta: LDFEUI dan NFPCB, Juli 1999b.

Rosdiana, D. Pokok-Pokok Pikiran Pendidikan Seks untuk Remaja. Dalam N. Kollman (ed). Kesehatan
Reproduksi Remaja. Jakarta: Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, 1998:9-20.

Saifuddin, A. F., dkk. Perilaku Seksual Remaja di Kota dan di Desa: Kasus Kalimantan Selatan. Depok:
Laboratorium Antropologi, FISIP-UI, 1997.

Utomo, B., Haryanto B. Dharmaputra, D. Hartono, R. Makalew, dan J. Moran Mills. Baseline
STD/HIV/Risk Behavioral Surveillance 1996: Result from the Cities of North Jakarta, Surabaya, and
Manado. Jakarta: Center for Health Research University of Indonesia, the Ministry of Health RI, dan
HAPP/Family Health International, 1998.

Anda mungkin juga menyukai