STROKE HEMORAGIC
Oleh :
RETYANINGSIH IDA YANTI
NIM 22020113210006
LAPORAN PENDAHULUAN
STROKE HEMORAGIK
I. Definisi
Menurut WHO stroke adalah gangguan fungsional otak sebagian
atau menyeluruh yang timbul secara mendadak dan akut yang berlangsung
lebih dari 24 jam, yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak.
(Junaidi, 2004). Stroke adalah penyakit gangguan fungsional otak fokal
maupun global akut dengan gejala dan tanda sesuai bagian otak yang
terkena, yang sebelumnya tanpa peringatan; dan dapat sembuh sempurna,
sembuh dengan cacat, atau kematian, yang diakibatkan oleh gangguan
aliran darah ke otak karena perdarahan ataupun non perdarahan (Junaidi,
2004). Stroke adalah suatu penyakit defisit neurologis akut yang
disebabkan oleh gangguan pembuluhan darah otak, terjadi secara
mendadak dan menimbulkan gejala atau tanda yang sesuai dengan daerah
otak yang terganggu (Bustan, 2007).
Stroke hemoragik adalah disfungsi neurologi fokal yang akut dan
disebabkan oleh perdarahan primer substansi otak yang terjadi secara
spontan bukan oleh karena trauma kapitis, disebabkan oleh karena
pecahnya pembuluh arteri, vena dan kapiler. (Djoenaidi Widjaja et. al,
1994). Stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan perdarahan
intrakranial non traumatik. Perdarahan intrakranial yang sering terjadi
adalah perdarahan intraserebral (PIS) dan perdarahan subarakhnoid (PSA).
II. Etiologi
Stroke disebabkan adanya sumbatan di pembuluh darah arteri
karena thrombus atau emboli dan juga disebabkan oleh terjadinya
perdarahan karena hipertensi, aneurisma yang pecah atau AVM
( ArterioVenous Malformation ).
Faktor-faktor resiko stroke dapat dikelompokkan sebagai berikut:
A. Faktor Resiko yang tidak dapat dimodifikasi
1. Umur
2.
3.
4.
5.
6.
otak
maupun
ruangan
otak
(ventrikuler,
di
subdural,
subarahnoid)
Ada dua bentuk Stroke hemoragik
a. Perdarahan Intra Serebral (PIS)
Pecahnya pembuluh darah otak terutama karena hipertensi
mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak, membentuk
massa
atau
hematom
yang
menekan
jaringan
otak
dan
kesadaran.
Perdarahan
subarakhnoid
dapat
Hemisfer kanan
hemiparese sebelah kiri tubuh
penilaian buruk
Disfagia global
sisi
Afasia
Mudah frustasi
V. Pemeriksaan Penunjang
kontralateral
sehingga
1. Laboratorium :
Pe Hb, Ht biasa menyertai pada stroke yang berat
Pe Leukosit menandakan selain adanya infeksi juga stress fisik
ataupun terjadi kematian jaringan
PT / PTT untuk melihat fungsi pembekuan darah sebelum pemberian
terapi antikoagulan
Lumbal Pungsi dilakukan bila tidak ada peningkatan TIK, untuk
melihat adanya perdarahan subarahnoid, ditandai dengan adanya
darah pada cairan CSF dari lumbal pungsi
2. Radiografi:
CT Scan, untuk melihat adanya edema, hematoma, iskemi dan infark
MRI : menunjukkan daerah yang mengalami infark, hemoragik, dan
adanya AVM
Angiografi serebral : menentukan penyebab stroke secara spesifik,
seperti perdarahan, oklusi, rupture, obstruksi
Rontgen Kepala : menggambarkan perubahan kelenjar lempeng
pineal daerah yang berlawanan dari massa yang meluas, kalsifikasi
karotis interna.
VI. PENGKAJIAN PRIMER
1. Airway: pengkajian mengenai kepatenan jalan. Kaji adanya obstruksi
pada jalan napas karena dahak, lendir pada hidung, atau yang lain.
2. Breathing: kaji adanya dispneu, kaji pola pernapasan yang tidak
teratur, kedalaman napas, frekuensi pernapasan, ekspansi paru,
pengembangan dada.
3. Circulation: meliputi pengkajian volume darah dan kardiac output serta
perdarahan. Pengkajian ini meliputi tingkat kesadaran, warna kulit,
nadi, dan adanya perdarahan.
4. Disability: yang dinilai adalah tingkat kesadran serta ukutan dan reaksi
pupil.
penyakit
jantung,
polisitemia,
hipotensi
postural,
c. Integritas Ego :
Perasaan tidak berdaya, putus asa, emosi yang labil, kesulitan
untuk mengekspresikan diri
d. Eliminasi :
Perubahan pola berkemih seperti inkontinensia urin, anuria,
distensi abdomen, bising usus bisa negatif
e. Makanan/cairan ;
Nafsu makan berkurang, mula muntah selama fase akut,
kehilangan sensasi pada lidah, pipi, tenggorokan, disfagia, adanya
riwayat DM, penngkatan lemak dalam darah, obesitas.
f. Neurosensori ;
5 area pengkajian neurologik yaitu :
1) Fungsi serebral meliputi status mental, fungsi intelektual, daya
pikir, status emosional, persepsi, kemampuan motorik,
kemampuan bahasa.
2) Fungsi syaraf cranial meliputi nervus cranial I sampai XII
3) Fungsi sensori meliputi sensasi taktil, sensasi nyeri dan suhu,
vibrasi dan propiosepsi, merasakan posisi, dan integrasi sensasi
4) Fungsi motorik meliputi ukuran otot, tonus otot, kekuatan otot,
keseimbangan dan koordinasi
5) Fungsi Refleks meliputi refleks brakoiradialis, patella, ankle,
kontraksi abdominal, dan babinski.
g. Nyeri / kenyamanan :
Sakit kepala, tingkah laku yang berbeda-beda, gelisah, ketegangan
otot
h. Pernafasan :
Riwayat merokok, ketidakmampuan menelan, membatukkan, nafas
tidak teratur, suara nafas ronkhi karena aspirasi
i. Keamanan :
Gangguan penglihatan, perubahan sensori persepsi, tidak mampu
mengenali objek, warna, kata dan wajah, gangguan respon
perfusi
jaringan
otak
yang
berhubungan
dengan
Tujuan :
Perfusi jaringan otak dapat tercapai secara optimal
b.
Kriteria hasil :
1) Klien tidak gelisah
2) Tidak ada keluhan nyeri kepala
3) GCS 4,5,6
4) Tanda-tanda vital normal(nadi : 60-100 kali permenit, suhu:
36-36,7 C, pernafasan 16-20 kali permenit)
c.
Rencana tindakan
1)
Berikan penjelasan kepada keluarga klien tentang sebabsebab gangguan perfusi jaringan otak dan akibatnya
2)
3)
4)
letak
6)
7)
neuroprotektor
2. Gangguan
mobilitas
fisik
berhubungan
dengan
hemiparese/hemiplegia
a.
Tujuan :
Klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan
kemampuannya
b.
Kriteria hasil
1) Tidak terjadi kontraktur sendi
2) Bertambahnya kekuatan otot
3) Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas
c.
Rencana tindakan
1) Ubah posisi klien tiap 2 jam
2) Ajarkan klien untuk melakukan latihan gerak aktif pada
ekstrimitas yang tidak sakit
3) Lakukan gerak pasif pada ekstrimitas yang sakit
4) Berikan papan kaki pada ekstrimitas dalam posisi
fungsionalnya
5) Tinggikan kepala dan tangan
6) Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien
Tujuan :
Meningkatnya persepsi sensorik : perabaan secara optimal.
b.
Kriteria hasil :
1) Klien dapat mempertahankan tingakat kesadaran dan fungsi
persepsi
2) Klien mengakui perubahan dalam kemampuan untuk
meraba dan merasa
3) Klien dapat menunjukkan perilaku untuk mengkompensasi
terhadap perubahan sensori
c.
Rencana tindakan
stimulasi
terhadap
rasa
sentuhan,
seperti
Tujuan
Proses komunikasi klien dapat berfungsi secara optimal
b.
Kriteria hasil
1) Terciptanya suatu komunikasi dimana kebutuhan klien
dapat dipenuhi
2) Klien mampu merespon setiap berkomunikasi secara verbal
maupun isarat
c.
Rencana tindakan
1)
2)
3)
4)
5)
6)
5. Kurangnya
perawatan
diri
berhubungan
dengan
hemiparese/hemiplegi
a.
Tujuan
Kebutuhan perawatan diri klien terpenuhi
b.
Kriteria hasil
1) Klien dapat melakukan aktivitas perawatan diri sesuai
dengan kemampuan klien
2) Klien dapat mengidentifikasi sumber pribadi/komunitas
untuk memberikan bantuan sesuai kebutuhan
c.
Rencana tindakan
1) Tentukan kemampuan dan tingkat kekurangan dalam
melakukan perawatan diri
2) Beri motivasi kepada klien untuk tetap melakukan aktivitas
dan beri bantuan dengan sikap sungguh
3) Hindari melakukan sesuatu untuk klien yang dapat
dilakukan klien sendiri, tetapi berikan bantuan sesuai
kebutuhan
4) Berikan umpan balik yang positif untuk setiap usaha yang
dilakukannya atau keberhasilannya
5) Kolaborasi dengan ahli fisioterapi/okupasi
Tujuan
Tidak terjadi gangguan nutrisi
b. Kriteria hasil
1)
2)
c.Rencana tindakan
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
Anjurkan
klien
untuk
berpartisipasidalam
program
latihan/kegiatan
9)
Tujuan
Klien tidak mengalami kopnstipasi
b.
Kriteria hasil
1) Klien dapat defekasi secara spontan dan lancar tanpa
menggunakan obat
2) Konsistensi feses lunak
3) Tidak teraba masa pada kolon ( scibala )
4) Bising usus normal ( 7-12 kali per menit )
c.
Rencana tindakan
pada
klien
untuk
makan
makanan
yang
mengandung serat
4) Berikan intake cairan yang cukup (2 liter perhari) jika tidak
ada kontraindikasi
5) Lakukan mobilisasi sesuai dengan keadaan klien
6) Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian pelunak
feses (laxatif, suppositoria, enema)
8. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring
lama
a. Tujuan
Klien mampu mempertahankan keutuhan kulit
b. Kriteria hasil
1)
2)
3)
c. Rencana tindakan
1) Anjurkan untuk melakukan latihan ROM (range of motion)
dan mobilisasi jika mungkin
2) Rubah posisi tiap 2 jam
3) Gunakan bantal air atau pengganjal yang lunak di bawah
daerah-daerah yang menonjol
4) Lakukan masase pada daerah yang menonjol yang baru
mengalami tekanan pada waktu berubah posisi
5) Observasi terhadap eritema dan kepucatan dan palpasi area
sekitar terhadap kehangatan dan pelunakan jaringan tiap
merubah posisi
6) Jaga kebersihan kulit dan seminimal mungkin hindari trauma,
panas terhadap kulit
Tujuan :
Jalan nafas tetap efektif.
b. Kriteria hasil :
1) Klien tidak sesak nafas
2) Tidak terdapat ronchi, wheezing ataupun suara nafas
tambahan
3) Tidak retraksi otot bantu pernafasan
4) Pernafasan teratur, RR 16-20 x per menit
c. Rencana tindakan :
1) Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga tentang sebab
dan akibat ketidakefektifan jalan nafas
2) Rubah posisi tiap 2 jam sekali
3) Berikan intake yang adekuat (2000 cc per hari)
4) Observasi pola dan frekuensi nafas
5) Auskultasi suara nafas
6) Lakukan fisioterapi nafas sesuai dengan keadaan umum
klien
10.Gangguan eliminasi uri (incontinensia uri) yang berhubungan dengan
penurunan sensasi, disfungsi kognitif, ketidakmampuan untuk
berkomunikasi
a.
Tujuan :
Klien mampu mengontrol eliminasi urinnya
b. Kriteria hasil :
1) Klien
akan
melaporkan
penurunan
atau
hilangnya
inkontinensia
2) Tidak ada distensi bladder
c. Rencana tindakan :
1) Identifikasi pola berkemih dan kembangkan jadwal berkemih
sering
2) Ajarkan untuk membatasi masukan cairan selama malam hari
3) Ajarkan
teknik
(rangsangan
untuk
kutaneus
mencetuskan
dengan
refleks
penepukan
berkemih
suprapubik,
DAFTAR PUSTAKA
Bustan, MN. (2007). Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineka
Cipta
Departemen Kesehatan RI. (2007). Pedoman Pengendalian Penyakit Jantung
dan Pembuluh Darah. Jakarta: Direktorat
Doenges, M.(2000). Rencana asuhan keperawatan: Pedoman untuk
perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. (edisi ke-3).
EGC: Jakarta.
Ignativicius, D. (1999). Medical surgical nursing : across the health care
continuum. ( 3rd edition). W.B. Saunders Company: Philadelphia.
Junaidi, Iskandar. (2004). Panduan Praktis Pencegahan dan Pengobatan
Stroke. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer
Lewis, Heitkemper & Dirksen. (2000). Medical surgical nursing: Assesment
and managements clinical problems. (5th ed.). Mosby Company.
Luckman & Sorensen. (1995). Medical surgical nursing:
psychophysiologic approach. (2nd ed.). WB Saunders Co.