LEMBAR PENGESAHAN
PAKET PENYULUHAN CA OVARIUM DENGAN KEMOTERAPI di RUANG 9 RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Mengetahui,
Kepala Ruang 9
Preceptor Klinik,
PAKET PENYULUHAN
: Ca Ovarium & Kemoterapi : Pasien, Keluarga pasien, dan Masyarakat : Ruang 9 RSSA Malang : Rabu, 23 Januari 2013 : 30 menit : power point : Ceramah dan Tanya Jawab
A. Latar Belakang Kanker ovarium merupakan penyebab kematian utama pada kasus keganasan ginekologi, dan sampai tahun 1998 kanker ovarium merupakan kanker kelima tersering yang menyebabkan kematian wanita di Amerika Serikat setelah kanker paru-paru, kolorektal, payudara, dan pankreas. Insidensinya pada wanita dibawah 50 tahun 5,3 per 100.000 dan meningkat menjadi 41,4 per 100.000 pada wanita di atas 50 tahun (Hurteau, 2001). Di Indonesia kanker ovarium menduduki urutan ke enam terbanyak dari keganasan pada wanita setelah karsinoma serviks uteri, payudara, kolorektal, kulit dan limfoma (Djuana, 2001). Pada umumnya kanker ovarium ditemukan pada stadium lanjut. Tumor membesar dan menyebar keorgan sekitarnya tanpa keluhan. Itulah sebabnya tumor ini dikenal sebagai penyakit yang tumbuh diam-diam namun mematikan (silen killer). Kanker ovarium umumnya baru menimbulkan keluhan apabila telah menyebar kerongga peritoneum, pada keadaan seperti ini tindakan pembedahan dan terapi adjuvan sering kali tidak menolong. Penderita akan meninggal karena malnutrisi dan obstruksi usus halus akibat tumor intraperitoneal (Hurteau ; Djuana, 2001). Lima belas sampai dua puluh persen tumor ovarium berasal dari sel germinal dan teratoma matur merupakan kasus terbanyak (60%). Tumor ganas sel germinal ovarium merupakan 5% dari kanker ovarium dan banyak terjadi pada wanita muda dan remaja. Walaupun perjalanan penyakitnya agresif namun umumnya dapat diobati dengan kemoterapi yang adekuat. Dan walaupun pembedahan memegang peranan penting dalam mendiagnosis dan sebagai terapi awal, reseksi komplet organ reproduksi jarang diperlukan pada wanita wanita yang ingin mempertahankan fungsi reproduksinya. Namun begitu peran surgical staging dan pembedahan reduksi tumor tidak dapat diabaikan. Informasi
yang didapat dari patologi-pembedahan dapat membantu klinisi dalam penggunaan terapi adjuvant (Ghersenson, 1992). Dalam penanganannya, yang sering digunakan adalah kemoterapi.
Kemoterapi adalah tindakan/terapi pemberian senyawa kimia (obat kanker) untuk mengurangi, menghilangkan atau menghambat pertumbuhan parasit atau mikroba di tubuh pasien (hospes). Kemoterapi sebagai salah satu cara terapi kanker dengan menggunakan obat untuk membunuh atau meinimalkan proliferasi sel kanker. Metode pemberian kemoterapi sangat beragam dan tentunya mempunyai efek samping yang perlu dipahami oleh penderita dan petugas kesehatan. Oleh karena pentingnya pengetahuan tentang kanker ovarium dan
kemoterapi, maka dalam materi penyuluhan ini akan dijelaskan tentang kanker ovarium dan kemoterapi.
B. Tujuan instruksional 1. Tujuan Umum Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit peserta mampu mengetahui dan memahami tentang kanker ovarium dan kemoterapi 2. Tujuan Khusus Setelah diberikan penyuluhan, peserta dapat: 1. Mengetahui pengertian kanker ovarium 2. Mengetahui penyebab kanker ovarium 3. Mengetahui tanda dan gejala kanker ovarium 4. Mengetahui penanganan kanker ovarium 5. Mengetahui pengertian kemoterapi 6. Mengetahui cara pemberian kemoterapi 7. Mengetahui efek samping kemoterapi 8. Mengetahui jenis-jenis kemoterapi C. Sub Pokok Bahasan 1. Pengertian kanker ovarium 2. Penyebab kanker ovarium 3. Tanda dan gejala kanker ovarium 4. Penanganan kanker ovarium 5. Pengertian kemoterapi 6. Cara pemberian kemoterapi
D. Kegiatan Penyuluhan Tahap Waktu Kegiatan Perawat 1. Memberi salam 2. Memperkenalkan diri Kegiatan Klien 1. Menjawab salam Metode Ceramah dan Tanya Jawab Media
Pendahuluan 5 menit
3. Menjelaskan tujuan penyuluhan 2. Mendengarkan dan pokok materi yang akan disampaikan dan memperhatikan
4. Menggali pengetahuan keluarga 3. Menjawab pasien tentang perawatan masa nifas Penyajian 15 menit Menjelaskan materi: 1. Pengertian kanker ovarium 2. Penyebab kanker ovarium 3. Tanda ovarium 4. Penanganan kanker ovarium 5. Pengertian kemoterapi 6. Cara pemberian kemoterapi 7. Efek samping kemoterapi Penutup 10 menit 1. Penegasan materi 2. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya 3. Meminta peserta untuk 1. Mengajukan pertanyaan 2. Menjawab pertanyaan yang diberikan Tanya Jawab dan gejala kanker 1. Mendengarkan dan memperhatikan Ceramah dan Tanya Jawab PPT pertanyaan
oleh penyuluh
peserta sendiri 4. Memberikan pertanyaan kepada peserta tentang materi yang telah disampaikan 5. Menutup acara dan
mengucapkan salam
Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelum dan saat penyuluhan Pelaksanaan penyuluhan sesuai yang telah dirumuskan pada SAP Peserta didik hadir di ruang penyuluhan di ruang 9 RSSA Jumlah peserta didik yang datang minimal 10 orang Kesiapan penyuluh termasuk kesiapan modul dan media yang akan digunakan Kesiapan peserta didik meliputi kesiapan menerima penyuluhan 2. Proses, diharapkan: Berjalan dengan baik dan tepat waktu sesuai dengan perencanaan Peserta memperhatikan selama kegiatan penyuluhan dilakukan 3. Hasil, diharapkan: Kriteria penilaian yang digunakan adalah, jumlah peserta yang aktif berpendapat atau yang mampu menjawab pertanyaan dengan tepat, dibagi dengan jumlah seluruh peserta yang hadir dalam penyuluhan, kemudian hasilnya dikalikan 100%. Sehingga kriteria hasil yang diharapkan: Pre : 80% dari keseluruhan jumlah peserta yang hadir mampu memberikan
pendapat mengenai kanker ovarium dan Kemoterapi sesuai dengan kemampuan masing-masing peserta Post : 90% dari keseluruhan jumlah peserta yang hadir mampu memberikan jawaban yang tepat saat diberikan pertanyaan oleh perawat
F.
G. Materi (terlampir)
KANKER OVARIUM
1. DEFINISI KANKER OVARIUM Kanker ovarium berasal dari sel - sel yang menyusun ovarium yaitu sel epitelial, sel germinal dan sel stromal. Sel kanker dalam ovarium juga dapat berasal dari metastasis organ lainnya terutama sel kanker payudara dan kanker kolon tapi tidak dapat dikatakan sebagai kanker ovarium (Manuaba, 2004). Kanker ovarium adalah tumor ganas pada ovarium atau indung telur yang disebabkan oleh pertumbuhan cepat serta pembelahan yang terjadi dalam satu atau kedua kelenjar reproduksi ovarium di mana ova atau telur dan hormon pada wanita dibuat membelah banyak dan cepat serta menyebar hingga ke jaringan bahkan ke organ lain. Kanker ovarium paling sering ditemukan pada wanita berusia 50-70 tahun dan 1 dari 70 wanita, menderita kanker ovarium (Prawirohardjo, 2005). 2. ETIOLOGI Penyebab kanker ovarium sampai saat ini belum diketahui secara pasti. Ca mamae diduga memeliki hubungan terhadap kejadian kanker ovarium pada wanita. Sebaliknya pada wanita pada wanita yang mengidap Ca ovarium juga mempunyai faktor resiko mengidap Ca mamae 3-4x lipat. Akan tetapi banyak teori yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya: a. Hipotesis incessant ovulation Teori menyatakan bahwa terjadi kerusakan pada sel-sel epitel ovarium untuk penyembuhan luka pada saat terjadi ovulasi. Proses penyembuhan sel-sel epitel yang terganggu dapat menimbulkan proses transformasi menjadi sel-sel tumor. b. Hipotesis androgen Androgen mempunyai peran penting dalam terbentuknya kanker ovarium. Hal ini didasarkan pada hasil percobaan bahwa epitel ovarium mengandung reseptor androgen. Dalam percobaan in-vitro, androgen dapat menstimulasi pertumbuhan epitel ovarium normal dan sel-sel kanker ovarium. FAKTOR RESIKO Penyebab pasti kanker ovarium masih dipertanyakan, beberapa hal yang diperkirakan sebagai faktor resiko kanker ovarium adalah sebagai berikut: Riwayat keluarga kanker ovarium dan kanker payudara Riwayat keluarga kanker kolon dan kanker endometrial
Wanita diatas usia 50 75 tahun Wanita yang tidak memiliki anak (nullipara) Wanita yang memiliki anak > 35 tahun Membawa mutasi gen BRCA1 atau BRCA2 Sindroma herediter kanker kolorektal nonpolipoid Ras kaucasia > Afrika-Amerika
FAKTOR PREDISPOSISI Diit tinggi lemak Merokok dan alcohol Infertilitas Riwayat Ca mamae, kolon, dan endometrium Nullipara
3. JENIS KANKER OVARIUM a. Tumor epitelial Tumor epitelial ovarium berkembang dari permukaan luar ovarium, pada umumnya jenis tumor yang berasal dari epitelial adalah jinak, karsinoma adalah tumor ganas dari epitelial ovarium (EOCs : Epitelial ovarium carcinomas) merupakan jenis tumor yang paling sering ( 85 90% ) dan penyebab kematian terbesar dari jenis kanker ovarium. Gambaran tumor epitelial yang secara mikroskopis tidak jelas teridentifikasi sebagai kanker dinamakan sebagai tumor bordeline atau tumor yang berpotensi ganas (LMP tumor : Low Malignat Potential). Beberapa gambaran EOC dari pemeriksaan mikroskopis berupa serous, mucous, endometrioid dan sel jernih. b. Tumor germinal Tumor sel germinal berasal dari sel yang menghasilkan ovum atau telur, umumnya tumor germinal adalah jinak meskipun beberapa menjadi ganas, bentuk keganasan sel germinal terutama adalah teratoma, dysgerminoma dan tumor sinus endodermal. Insiden keganasan tumor germinal terjadi pada usia muda kadang dibawah usia 20 tahun, sebelum era kombinasi kemoterapi harapan hidup satu tahun kanker ovarium germinal stadium dini hanya mencapai 10 - 19% sekarang ini 90 % pasien kanker ovarium germinal dapat disembuhkan dengan fertilitas dapat dipertahankan. c. Tumor stromal
Tumor ovarium stromal berasal dari jaringan penyokong ovarium yang memproduksi hormon estrogen dan progesteron, jenis tumor ini jarang ditemukan, bentuk yang didapat berupa tumor theca dan tumor sel sartoli-leydig termasuk kanker dengan derajat keganasan yang rendah.
4. KLASIFIKASI KANKER OVARIUM Stadium kanker ovarium menurut FIGO: Staging I Keterangan Tumor terbatas pada ovarium IA Tumor terbatas pada satu ovarium, kapsul tumor utuh, tidak ada pertumbuhan tumor di permukaan ovarium, tidak ada sel tumor di cairan asites ataupun pada bilasan cairan di rongga peritoneum. IB Tumor terbatas pada dua ovarium, kapsul tumor utuh, tidak ada pertumbuhan tumor pada permukaan ovarium, tidak ada sel tumor di cairan asites ataupun pada bilasan cairan di rongga peritoneum. IC Tumor terbatas pada satu atau dua ovarium dengan salah satu faktor yaitu kapsul tumor pecah, pertumbuhan tumor pada permukaan ovarium, ada sel tumor di cairan asites ataupun pada bilasan cairan di rongga peritoneum. II Tumor pada satu atau dua ovarium dengan perluasan di pelvis IIA Tumor meluas ke uterus dan/atau ke tuba tanpa sel tumor di cairan asites ataupun bilasan cairan di rongga peritoneum. IIB Tumor meluas ke jaringan/organ pelvis lainnya tanpa sel tumor di cairan asites ataupun bilasan cairan di rongga peritoneum. IIC Perluasan di pelvis (IIA atu IIB) dengan sel tumor di cairan asites ataupun bilasan cairan di rongga peritoneum. III Tumor pada satu atau dua ovarium disertai dengan perluasan
10
tumor pada rongga peritoneum di luar pelvis dengan/atau metastasis kelenjar getah bening regional. IIIA Metastasis mikroskopik di luar pelvis. IIIB Metastasis makroskopik di luar pelvis dengan besar lesi < 2 cm. IIIC Metastasis makroskopik di luar pelvis dengan besar lesi > 2 cm dan/atau metastasis ke kelenjar getah bening. IV Metastasis jauh (di luar rongga peritoneum).
Derajat keganasan kanker ovarium Derajat 1 : differensiasi baik Derajat 2 : differensiasi sedang Derajat 3 : differensiasi buruk
Dengan derajat differensiasi semakin rendah pertumbuhan dan prognosis akan lebih baik 5. TANDA DAN GEJALA Kanker ovarium sulit terdeteksi, hanya sekitar 10 % dari kanker ovarium yang terdeteksi pada stadium awal, keluhan biasanya nyeri daerah abdomen disertai keluhankeluhan: Pembesaran abdomen akibat penumpukan cairan dalam rongga abdomen (ascites) Gangguan sistem gastrointestinal; konstipasi, mual, rasa penuh, hilangnya nafsu makan dll Gangguan sistem urinaria; inkontinensia uri Perasaan tidak nyaman pada rongga abdomen dan pelvis Menstruasi tidak teratur Lelah Keluarnya cairan abnormal pervaginam (vaginal discharge) Nyeri saat berhubungan seksual Penurunan berat badan
6. DETEKSI DINI KANKER OVARIUM Semakin dini tumor ovarium ditemukan dan mendapat pengobatan harapan hidup akan semakin baik metode pemeriksaan yang sekarang ini digunakan sebagai penyaring kanker ovarium adalah:
11
a. Pemeriksaan pelvik dan rektal : termasuk perabaan uterus dan ovarium untuk mengetahui bentuk dan ukuran yang abnormal, meskipun pemeriksaan rektovaginal tidak dapat mendeteksi stadium dini kanker ovarium. b. Ultrasounografi (USG): Dengan gelombang ultrasound untuk membedakan gambaran jaringan sehat, kista dan bentuk tumor padat, melalui abdomen ataupun pervaginam, dimana mampu mendeteksi keganasan dengan keluhan asimtomatik tapi ketepatan pada stadium dini rendah. c. Penanda tumor CA-125: Pemeriksaan darah CA-125 digunakan untuk menilai kadar CA-125 dimana peningkat pada kanker ovarium, wanita dengan kanker ovarium stadium lanjut terjadi peningkatan CA-125 (>35/ml) sekitar 80% walaupun ketepatan pemeriksaan ini baru mencapai 50 % pada stadium dini, pada wanita premonopause, kehamilan, endometriosis, fibroid uterine, penyakit ganguan fungsi hati dan kista ovarium juga terjadi peningkatan kadar CA-125. 7. PEMERIKSAAN PENUNJANG Anamnesis dan pemeriksaan fisik pelvik Radiologi: USG Transvaginal, CT scan, MRI Tes darah khusus : CA-125 (Penanda kanker ovarium epitelial), LDH, HCG, dan AFP (penanda tumor sel germinal) Laparoskopi Laparotomi Pemeriksaan untuk mengetahui perluasan kanker ovarium Pielografi intravena (ginjal, ureter, dan vesika urinaria), sistoskopi dan sigmoidoskopi. Foto rontgen dada dan tulang. Scan KGB (Kelenjar Getah Bening) Scan traktus urinarius
8. PENATALAKSANAAN a. Operasi b. Radioterapi c. Kemoterapi Kanker ovarium epitelial : Stadium I : Pilihan terapi stadium I dengan derajat diferensiasi baik sampai sedang, operasi salpingo-ooforektomi bilateral (operasi pengangkatan tuba fallopi dan ovarium) atau disertai histerektomi abdominal total
12
selama 5 tahun mencapai 90%, pada stadium I dengan diferensiasi buruk atau stadium Ic pilihan terapi berupa: Radioterapi Kemoterapi sistemik Histerektomi total abdominal dan radioterapi
Stadium II: Pilihan terapi utama operasi disertai kemoterapi atau radioterapi, dengan terapi ajuvan memperpanjang waktu remisi dengan harapan hidup selama 5 tahun mendekati 80%.
Stadium III dan IV: Sedapat mungkin massa tumor dan daerah metastasis sekitarnya diangkat (sitoreduktif) berupa pengeluran asites, omentektomi, reseksi daerah permukaan peritoneal, dan usus, jika masih memungkinkan salpingo-ooforektomi bilateral dilanjutkan terapi ajuvan kemoterapi dan atau radioterapi.
Kanker ovarium germinal : Disgerminoma: pengangkatan ovarium dan tuba fallopi dimana kanker ditemukan dilanjutkan radioterapi atau kemoterapi. Tumor sel germinal lainnya: pengangkatan ovarium dan tuba fallopi dilanjutkan kemoterapi. Kanker ovarium stromal : Operasi yang dilanjutkan dengan kemoterapi. Kombinasi standar sistemik kemoterapi berupa TP (paclitaxel + cisplatin atau carboplatin), CP (cyclophosphamide + cisplatin), CC (cyclophosphamide + carboplatin).
13
KEMOTERAPI
1. Definisi Kemoterapi adalah penggunaan zat kimia untuk melawan penyakit. Kemoterapi adalah tindakan/terapi pemberian senyawa kimia (obat kanker) untuk mengurangi, menghilangkan atau menghambat pertumbuhan parasit atau mikroba di tubuh pasien (hospes). Kemoterapi sebagai salah satu cara terapi kanker dengan menggunakan obat untuk membunuh atau meinimalkan proliferasi sel kanker. Kemoterapi adalah suatu bentuk terapi kanker yg mengalami kemajuan cepat & aplikasi baru. Bahan-bahan kemoterapi adalah obat sitotoksik yg bekerja dalam berbagai cara pada sel-sel spesifik selama berbagai fase siklus kehidupan sel. Kemoterapi hampir tidak perah dilakukan bersama dengan terapi pembedahan karena untuk menghindari efek toksik dari kontak dengan obat-obat tersebut yg terdapat di dalam darah & cairan tubuh pasien (Gruendemann, 2006).
2. Cara Pemberian Kemoterapi Menurut Otto (2005) ada 4 cara penggunaan kemoterapi: a. Terapi adjuvan Suatu sesi kemoterapi yg digunakan sebagai tambahan dengan modalitas terapi lainnya (pembedahan, radiasi, & bioterapi) & ditujukan untuk mengobati mikrometastasis b. Kemoterapi neoadjuvan Pemberian kemoterapi untuk mengecilkan tumor sebelum dilakukannya
pembedahan pengangkatan tumor c. Terapi primer Obat diberikan sebagai terapi primer untuk pasien kanker yg tidak memiliki alternatif terapi d. Kemoterapi kombinasi Pemberian dua atau lebih zat kemoterapi dalam terapi kanker, yg menyebabkan setiap pengobatan memperkuat aksi obat lainnya atau bertindak secara sinergis
14
a. Alkylating agent: obat golongan ini bekerja dengan antara lain mengikat DNA di inti sel, sehingga sel-sel tersebut tidak bisa melakukan replikasi
(Cyclophosphamid, Busulfan, Ifosfamid) b. Antimetabolite: bekerja langsung pada molekul basa inti sel, yang berakibat menghambat sintesis DNA. (MTX, 5FU, Hydroxyurea) c. Antimitosis: bekerja pada gangguan pembentukan tubulin, sehingga terjadi hambatan mitosis sel. (Vincrisin, Vinblastin) d. Antibiotic antracylin: obat golongan ini bekerja dengan antara lain mengikat DNA di inti sel, sehingga sel-sel tersebut tidak bisa melakukan replikasi (Doxorubicine, Daunorubicine) e. Antibiotic non antracylin: Bleomycin, Mytomicin f. Antihormonal: Prednison, Tamoxipen
4. Efek Samping Kemoterapi a. Demam atau infeksi Kemoterapi akan mengakibatkan penurunan jumlag sel darah putih atau yang biasa disebut leukosit. Penurunan sel darah putih akan mengakibatkan kekebalan individu menurun. Kekebalan tubuh yang menurun mengakibatkan individu mudah sekali terserang menimbulkan infeksi. b. Mual dan muntah Mual dan muntah juga termasuk efek samping yg paling sering ditemukan pada pasien dengan kemoterapi. Untuk mengurangi efek tersebut ada beberapa tips yang bisa dilakukan, antara lain sebelum dilakukan kemoterapi pasien dianjurkan makan makanan kecil, hindari perut kosong maupun isi perut yg berlebihan. c. Rambut rontok Umumnya rambut rontok akan timbul pada minggu ke-2 dan ke-3 setelah dilakukan kemoterapi. Selain rontok pada kulit kepala, rambut seperti alis, bulu mata, dsb juga mengalami kerontokan. d. Diare atau sembelit Ada beberapa jenis obat kemoterapi yg dapat menyebabkan diare atau bahkan sembelit. Disarankan jangan meggunakan obat pencahar atau apapun tanpa resep dari dokter. Untuk mengatasi sembelit pasien dianjurkan minum 8 gelas air putih per hari dan olahraga semampunya. berbagai macam penyakit yg dapat
15
5. Cara Pemberian Cara pemberian obat sitostatika dapat dilakukan secara : 1. PO : Per Oral 2. SC : Sub Cutan 3. IM : Intra Muscular 4. IV : Intra Vena 5. IT : Intra Thecal 6. IP : Intra Peritoneal / Pleural Pemilihan vena dan tempat penusukan Pemilihan vena dan arteri yang tepat serta peralatan yang harus dipakai ditentukan oleh usia pasien, status vena dan obat yang diberikan melalui infus. Lakukan pemilihan vena diatas area yang lentur serta pemilihan iv cateter yang paling pendek dan ukurannya yang paling kecil yang sesuai. Vena yang sering digunakan adalah : Basillic, cephalica dan metakarpal. Tempat penusukan harus diganti setiap 72 jam dan vena yang cocok untuk penusukan terasa halus dan lembut, tidak keras dan menonjol serta memilih vena yang cukup lebar untuk tempat peralatan, media kemoterapi dapat membuat iritasi pada vena dan jarigan lunak. 6. Prosedur a. Persiapan
Sebelum diberikan kemoterapi maka harus dipersiapkan ukuran TB, BB, luas badan, darah lengkap, fungsi ginjal, fungsi liver, gula darah, urin lengkap, EKG, foto thorax AP/lateral, Ekokardiografi, BMP.
Periksa protokol dan program terapi yang digunakan, serta waktu pemberian obat sebelumnya.
Periksa nama pasien, dosis obat, jenis obat, cara pemberian obat. Periksa adanya inform concernt baik dari penderita maupun keluarga. Siapkan obat sitostatika Siapkan cairan NaCl 0,9 %, D5% atau intralit. Pengalas plastik, dengan kertas absorbsi atau kain diatasnya Gaun lengan panjang, masker, topi, kaca mata, sarung tangan, sepatu Spuit disposible 5cc, 10cc, 20 cc, 50 cc. Infus set dan vena kateter kecil Alkohol 70 % dengan kapas steril
16
Bak spuit besar Label obat Plastik tempat pembuangan bekas Kardex (catatan khusus)
b. Cara kerja Semua obat dicampur oleh staf farmasi yang ahli dibagian farmasi dengan memakai alat biosafety laminary airflow kemudian dikirim ke bangsal perawatan dalam tempat khusus tertutup. Diterima oleh perawat dengan catatan nama pasien, jenis obat, dosis obat dan jam pencampuran. Bila tidak mempunyai biosafety laminary airflow maka, pencampuran dilakukan diruangan khusus yang tertutup dengan cara :
Meja dialasi dengan pengalas plastik diatasnya ada kertas penyerap atau kain
Pakai gaun lengan panjang, topi, masker, kaca mata, sepatu. Ambil obat sitostatika sesuai program, larutkan dengan NaCl 0,9%, D5% atau intralit.
Sebelum membuka ampul pastikan bahwa cairan tersebut tidak berada pada puncak ampul. Gunakan kasa waktu membuka ampul agar tidak terjadi luka dan terkontaminasi dengan kulit. Pastikan bahwa obat yang diambil sudah cukup, dengan tidak mengambil 2 kali
Keluarkan udara yang masih berada dalam spuit dengan menutupkan kapas atau kasa steril diujung jarum spuit.
Masukkan perlahan-lahan obat kedalam flabot NaCl 0,9 % atau D5% dengan volume cairan yang telah ditentukan
Jangan tumpah saat mencampur, menyiapkan dan saat memasukkan obat kedalam flabot atau botol infus.
Buat label, nama pasien, jenis obat, tanggal, jam pemberian serta akhir pemberian atau dengan syringe pump.
Masukkan kedalam kontainer yang telah disediakan. Masukkan sampah langsung ke kantong plastik, ikat dan beri tanda atau jarum bekas dimasukkan ke dalam tempat khusus untuk menghindari tusukan.
Periksa pasien, jenis obat, dosis obat, jenis cairan, volume cairan, cara pemberian, waktu pemberian dan akhir pemberian.
17
Pakai proteksi : gaun lengan panjang, topi, masker, kaca mata, sarung tangan dan sepatu.
Lakukan tehnik aseptik dan antiseptik Pasang pengalas plastik yang dilapisi kertas absorbsi dibawah daerah tusukan infus
Berikan anti mual jam sebelum pemberian anti neoplastik (primperan, zofran, kitril secara intra vena)
Lakukan aspirasi dengan NaCl 0,9 % Beri obat kanker secara perlahn-lahan (kalau perlu dengan syringe pump) sesuai program
Bila selesai bilas kembali dengan NaCl 0,9% Semua alat yang sudah dipakai dimasukkan kedalam kantong plastik dan diikat serta diberi etiket.
Buka gaun, topi, asker, kaca mata kemudian rendam dengan deterjen. Bila disposible masukkkan dalam kantong plasrtik kemudian diikat dan diberi etiket, kirim ke incinerator / bakaran.
Awasi keadaan umum pasien, monitor tensi, nadi, RR tiap setengah jam dan awasi adanya tanda-tanda ekstravasasi.
7. Syarat pemberian obat Kemoterapi Sebelum pengobatan dimulai beberapa kondisi pasien harus dipenuhi yaitu : a. Keadaan umum harus cukup baik b. Penderita mengerti pengobatan dan mengetahui efek samping yang akan terjadi c. Faal ginjal ( kadar ureum < 40 mg % dan kadar kreatinin < 1,5 mg % ) dan faal hati baik d. Diagnosis hispatologik diketahui e. Jenis kanker diketahui sensitif terhadap kemoterapi f. Hemoglobin > 10 gr %
18
DAFTAR PUSTAKA Djuana A, Rauf S, Manuaba IBGF. 2001. Pengenalan dini kanker ovarium. Makalah ilmiah PIT XII POGI Palembang. Ghersenson DM, 1992. Malignant germ cell tumors of ovary clinical features and management. In: Coppleson DM, Monohan JM, Morrow CP, Tatersal MHN. Gynecology oncology fundamental principles and clinical practice. 2nd edition. London: Churchill Livingstone;935 Gruendemann, B. 2006. Keperawatan Perioperatif. Jakarta. ECG. Hidayati, S. 2012. Mobile Phone Nursing pada Pasien dengan Kemoterapi. http://www.fik.ui.ac.id/pkko/files/UTS-SIM-SRI%20HIDAYATI.pdf. Hurteau JA, Williams SJ. 2001. Ovarian germ cell tumor. In: Rubin SC, Sutton GP. Ovarian cancer. 2nd edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins,;371-82 Manuaba, I. 2004. Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi. Jakarta. EGC. Otto, S. 2005. Buku Saku Keperawatan Onkologi. Jakarta. ECG. Prawirohardjo. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sastrawinata, sulaiman. 1981. Ginekologi. Bandung : Elstar offset
19