Anda di halaman 1dari 23

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Kehilangan gigi biasa disebabkan oleh beberapa hal, antara lain trauma, karies, penyakit periodontal dan iatrogenik. Kehilangan gigi akan menyebabkan gangguan fungsi fonetik, mastikasi, dan estetik serta menyebabkan perubahan lingir alveolar. Tanggalnya gigi dapat mengakibatkan kemampuan menelan dan mencerna makanan berkurang. Kelemahan dan tidak adanya koordinasi dari lidah akan menyebabkan terjadinya retensi makanan di bagian bukal mulut. Sisa makanan yang terus tertimbun dapat mengakibatkan bau mulut, kerusakan gigi, penyakit periodontal, bone loss, dan jika tidak segera diganti dengan gigi tiruan maka dapat menyebabkan bergesernya gigi alami ke ruang bekas gigi yang hilang. Dan bila keadaan ini terus berlanjut, akan terjadi disorientasi dari sendi temporomandibula yang dapat menimbulkan rasa nyeri. Kelainan yang mungkin timbul akibat hilangnya gigi yang tidak segera diganti adalah resorbsi tulang alveolar, perubahan dimensi vertikal, dan status kesehatan gigi dan mulut. Dengan terjadinya kehilangan beberapa gigi alami dari lengkung gigi, maka gigi yang telah hilang itu harus digantikan dengan menempatkan gigitiruan pada bagian dari lengkung gigi yang telah kehilangan gigi. Telah dikembangkan beberapa jenis gigitiruan sehubungan dengan perbaikan fungsi kunyah dan kenyamanan untuk mengunyah bagi pasien. Secara umum gigitiruan dapat dibedakan atas gigitiruan lepasan dan gigitiruan cekat. Dewasa ini, penggunaan gigitiruan cekat (GTC) di kalangan masyarakat sudah sangat populer untuk menggantikan gigi yang hilang. Hal ini dikarenakan GTC memiliki konstruksi yang baik dan hanya menutupi sedikit jaringan penyangga sehingga lebih nyaman untuk digunakan serta terpasang secara cekat di dalam mulut.
1

Tujuan utama perawatan gigi geligi dengan gigi tiruan cekat adalah mempertahankan dan memelihara kesehatan gigi geligi yang masih ada beserta seluruh sistem pengunyahan supaya dapat berfungsi dengan baik. Untuk mencapai tujuan dengan keberhasilan perawatan ini, harus dipertimbangkan beberapa faktor pendukung diantaranya pertimbangan faktor periodontal dari gigi-gigi penyangga khususnya pada perawatan dengan gigi tiruan cekat. Jaringan penyangga gigi terdiri dari jaringan gingiva, tulang alveolar, ligamentum periodontal dan cementum yang melekat pada akar gigi. Kehilangan gigi geligi pada umumnya disebabkan karena karies gigi yang tidak dirawat, tetapi banyak pula disebabkan rusaknya salah satu atau lebih jaringan penyangga gigi yang akan menyebabkan gigi menjadi kehilangan dukungan, goyang dan sampai terlepas dari socketnya. Kenyataan ini mutlak harus diperhatikan oleh para dokter gigi untuk membuat diagnosa dan rencana perawatan yang tepat dalam perawatan gigi dan jaringan penyangganya dengan restorasi cekat pada umumnya dan gigi tiruan cekat pada khususnya, yang setelah dipasang didalam mulut akan merupakan satu kesatuan dengan gigi yang masih ada beserta jaringan penyangganya.

Skenario GANGGUAN PENAMPILAN Chyntia berumur 28 tahun datang ke praktik dokter gigi ingin dibuatkan gigi tiruan cekat untuk mengantikan gigi depan atas yang hilang agar dapat memperbaiki penampilannya. Berdasarkan hasil pemeriksaan foto rontgen periapikal menunjukkan bahwa pada gigi 21,12 mempunyai crown and root ratio adalah 1:2. Hasil pemeriksaan intra oral, gigi 21 menunjukkan adanya karies superfisial pada bagian palatal. Pada pemeriksaan klinis, gigi-gigi anterior menunjukkan overjet 2mm dan overbiet 2mm. Pemeriksaan kedalaman sulkus gingiva (probing depth) pada gigi 12 dan 21 menunjukkan 1,5 mm pada semua sisi. Dokter gigi telah mempertimbangkan jaringan periodontal gigi penyangga dan menjelaskan rencana perawatan yang akan dilakukan pada chyntia. 1.2 Rumusan masalah 1. Apa definisi dari gigi tiruan jembatan? 2. Apa tujuan pemakaian gigi tiruan jembatan? 3. Apa saja indikasi dan kontraindikasi gigi tiruan jembatan? 4. Bagaimana desain gigi tiruan jembatan pada kasus diskenario? 1.3 Tujuan 1. Menjelaskan definisi dari gigi tiruan jembatan. 2. Menjelaskan tujuan pemakaian gigi tiruan jembatan. 3. Menjelaskan indikasi dan kontraindikasi gigi tiruan jembatan. 4. Menjelaskan desain gigi tiruan jembatan.

1.4 Mapping

Pemeriksaan Klinis & Pemeriksaaan Penunjang

Diagnosis

Rencana Perawatan

Gigi Tiruan Jembatan

Tujuan

Desain

Komponen

Retainer

Konektor

Pontik

Penyangga (abutment)

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Definisi Gigi Tiruan Jembatan Gigi tiruan jembatan adalah gigi tiruan yang menggantikan kehilangan satu atau lebih gigi-geligi asli yang dilekatkan secara permanen dengan semen serta didukung sepenuhnya oleh satu atau beberapa gigi, akar gigi atau implan yang telah dipersiapkan. 2.2 Tujuan Pemakaian gigi Tiruan Jembatan 1. Keserasian Oklusi Terdapat keserasian antara gigi dengan sendi/oto kunyah/temporo mandibula. Keserasian ini didapatkan apabola mandibula dapat menutup langsung pada oklusi sentris tanpa kontak prematur, dalam hal ini jarak antar oklusal antara dimensi vertikal istirahat dan dimensi vertikal oklusi 3 mm. 2. Manfaat psikologi Terutama kehilangan gigi depan dapat membawa dampak psikologik pada penderita yaitu karena estetika terganggu. Terutama berhubungan dengan profesi yang harus selalu berhadapan dengan khalayak ramai,misal; guru, penyiar tv. 3. 4. 5. Perbaikan fonetic Perbaikan dan peningkatan fungsi kunyah. Mengembalikan stabilitas oklusal. Stabilitas oklusal dapat hilang karena adanya gigi yang hilang. Kehilangan gigi dapat menyebabkan gigi disekitarnya ekstrusi, migrasi dan merusak stabilitas oklusi pasien. 6. Memperbaiki penampilan. Pada pasien dengan kehilangan gigi, terutama gigi anterior, tentu saja penampilan haru diperhatikan.

7.

Sebagai splinting periodontal. Kehilangan gigi dapat menyebabkan gigi tetangganya goyang, jadi gigi tiruan

jembatan dapat berfungsi juga sebagai splinting. 8. 9. Peningkatan Fungsi estetik Peningkatan distribusi beban kunyah Mampu menyebarkan beban oklusal secara merata ke jaringan periodonsium dan tulang rahang sehingga dapat mengembalikan kesehatan jaringan penyangga dan otot kunyah.

2.3 Indikasi dan Kontraindikasi Gigi Tiruan Jembatan Indikasi pembuatan gigi tiruan jembatan adalah sebagai berikut : 1. Oral hygiene pasien yang baik. Untuk mencegah karies dan kerusakan jaringan periodontal pada gigi abutment. 2. Sikap kooperatif pasien sehingga dapat menunjang keberhasilan perawatan. 3. Pada kehilangan satu gigi atau lebih dimana membran periodontal pada akar gigi abutment harus sama atau lebih dari gigi yang akan diganti. 4. Adanya gigi penyangga yang membutuhkan restorasi. 5. Diastema abnormal 6. crown and root ratio (perbandingan mahkota dan akar) yang optimal untuk gigi penyangga GTJ adalah 2:3 atau minimal 1:1 Merupakan perbandingan antara jarak oklusal gigi ke alveolar crest dan panjang akar yang tertanam dalam tulang alveolar.

Sumber: Shillingburg HT, et al. Fundamental of fixed Prosthodontics. 3rd ed.Carol stream: Quintessence Publishing Co, Inc. 1997.
8

7. Gigi penyangga yang memiliki akar dengan dimensi fasiolingual lebih lebar daripada mesiodistal lebih baik daripada gigi penyangga yang berakar bulat.

Gambar: a. dimensi fasiolingual akar lebih lebar daripada mesiodistal. b. akar dengan potongan melintang bulat. Sumber: Shillingburg HT, et al. Fundamental of fixed Prosthodontics. 3rd ed.Carol stream: Quintessence Publishing Co, Inc. 1997. 8. Discolorisation abutment. 9. Semua gigi telah erupsi (rentang usia 20-50 th). 10. Perlekatan ligamen periodontal yang baik, berawal dari cemento-enamel junction dengan kedalaman sulkusnya kurang dari atau sama dengan 3. Kontraindikasi untuk pembuatan gigi tiruan jembatan adalah : 1. Pasien terlalu muda atau tua Pada pasien yang usianya kurang dari 20 tahun mempunyai saluran akar yang masih lebar serta foramen apikal masih lebar. Sedangakan, pada pasien dengan umur diatas 50 tahun biasanya sudah terjadi resorbsi tulang alveolar. 2. 3. Sikap pasien yang tidak kooperatif Memiliki penyakit sistemik yang tidak terkontrol/kesehatan umum jelek

4. Struktur gigi lemah 5. Oral Hygiene buruk, indeks karies yang tinggi 6. Kondisi daerah tak bergigi mengalami resorbsi berlebih 7. Alveolus pendukung gigi kurang dari 2/3 akar gigi (akar tipis dan berbentuk taper) 8. jaringan periodonsium tidak sehat 9. edge to edge
9

10. Mempunyai bad habit 11. Daerah tidak bergigi yang panjang

2.4 Macam-macam Desain Gigi Tiruan Jembatan/Gigi Tiruan Cekat (GTC) Adapun 5 macam desain dari Gigi Tiruan Jembatan yang perbedaannya terletak pada dukungan yang ada pada masing-masing ujung pontik. Kelima desain ini adalah: a. Fixed-fixed bridge Suatu gigitiruan yang pontiknya didukung secara kaku pada kedua sisi oleh satu atau lebih gigi penyangga. Pada bagian gigi yang hilang yang terhubung dengan gigi penyangga, harus mampu mendukung fungsional dari gigi yang hilang. GTC merupakan restorasi yang kuat dan retentif untuk menggantikan gigi yang hilang dan dapat digunakan untuk satu atau beberapa gigi yang hilang. Indikasi dari perawatan dengan menggunakan fixed-fixed bridge yaitu jika gigi yang hilang dapat terhubung dengan gigi penyangga yang mampu mendukung fungsional dari gigi yang hilang. Seperti pada gambar 1, Fixed-fixed bridge dengan menggunakan bahan porselen pada gigi insisivus sentralis.

Gambar 1. Gambaran fixed-fixed bridge pada gigi Insisivus sentralis (Sumber : Barclay CW, Walmsley AD. Fixed and removable prosthodontics. 2nd ed. Tottenham: Churchill livingstone;2001.p. 115) 10

b. Semi fixed bridge Suatu gigitiruan yang didukung secara kaku pada satu sisi, biasanya pada akhir distal dengan satu atau lebih gigi penyangga. Satu gigi penyangga akan menahan perlekatan intracoronal yang memungkinkan derajat kecil pergerakan antara komponen rigid dan penyangga gigi lainnya atau gigi

Gambar 2. Gambaran semi-fixed bridge (Sumber : Barclay CW, Walmsley AD. Fixed and removable prosthodontics. 2nd ed. Tottenham: Churchill livingstone;2001.p.118)

c. Cantilever bridge Suatu gigitiruan yang didukung hanya pada satu sisi oleh satu atau lebih abutment. Pada cantilever bridge ini, gigi penyangga dapat mengatasi beban oklusal dari gigitiruan.

Gambar 3. Gambaran cantilever bridge (Sumber : Barclay CW, Walmsley AD. Fixed and removable prosthodontics. 2nd ed.Tottenham: Churchill livingstone;2001.p. 120) 11

d. Spring cantilever bridge Suatu gigitiruan yang didukung oleh sebuah bar yang dihubungkan ke gigi atau penyangga gigi. Lengan dari bar yang berfungsi sebagai penghubung ini dapat dari berbagai panjang, tergantung pada posisi dari lengkung gigi penyangga dalam kaitannya dengan gigi yang hilang. Lengan dari bar mengikuti kontur dari palatum untuk memungkinkan adaptasi pasien. Jenis gigitiriruan ini digunakan pada pasien yang kehilangan gigi anterior dengan satu gigi yang hilang atau terdapat diastema di sekitar anterior gigi yang hilang.

Gambar 4. Gambaran spring cantilever bridge (Sumber : Barclay CW, Walmsley AD. Fixed and removable prosthodontics. 2nd ed. Tottenham: Churchill livingstone;2001.p. 122)

e. Compound bridge Ini merupakan gabungan atau kombinasi dari dua macam gigitiruan cekat dan bersatu menjadi suatu kesatuan.

Gambar 5. : Compound bridge

12

Komponen Gigi Tiruan Jembatan Gigi tiruan jembatan terdiri dari dari beberapa komponen, yakni sebagai berikut. 1. 2. 3. 4. Retainer Konektor Pontik Penyangga (abutment)

Gambar 1. Komponen-komponen Gigi Tiruan.

Gambar 2. Gigi Tiruan Jembatan (Bridge).

1.

Retainer Merupakan bagian dari gigi tiruan jembatan yg menghubungkan gigi tiruan

tersebut dengan gigi penyangga. Fungsinya: a. b. Memegang/menahan (to retain) supaya gigi tiruan tetap stabil di tempatnya. Menyalurkan beban kunyah (dari gigi yang diganti) ke gigi penyangga.

13

Macam-macam retainer: a. Extra Coronal Retainer

Yaitu retainer yang meliputi bagian luar mahkota gigi, dapat berupa: 1) Full Veneer Crown Retainer Indikasi: Keuntungan Kerugian: Jaringan gigi yg diasah lebih banyak Estetis kurang optimal (terutama bila terbuat dari all metal) Indikasi luas Memberikan retensi dan resistensi yg terbaik Memberikan efek splinting yg terbaik Tekanan kunyah normal/besar Gigi-gigi penyangga yang pendek Intermediate abutment pasca perawatan periodontal Untuk gigi tiruan jembatan yang pendek maupun panjang

Gambar 3. Extra Coronal Retainer

2) Partial Veneer Crown Retainer Indikasi : Gigi tiruan jembatan yang pendek Tekanan kunyah ringan/normal Bentuk dan besar gigi penyangga harus normal Salah satu gigi penyangga miring

14

Gambar 4. Partial Veneer Crown Retainer Keuntungan Pengambilan jaringan gigi lebih sedikit Estetis lebih baik daripada FVC retainer

Kerugian: Indikasi terbatas b. Kesejajaran preparasi antar gigi penyangga sulit Kemampuan dalam hal retensi dan resistensi kurang Pembuatannya sulit (dlm hal ketepatan).

Intra Coronal Retainer Yaitu retainer yang meliputi bagian dalam mahkota gigi penyangga.

Bentuk: Onlay Inlay MO/DO/MOD Indikasi: Gigi tiruan jembatan yang pendek Tekanan kunyah ringan atau normal Gigi penyangga dengan karies kelas II yang besar Gigi penyangga mempunyai bentuk/besar yang normal Keuntungan: Jaringan gigi yang diasah sedikit Preparasi lebih mudah Estetis cukup baik Kerugian: Indikasi terbatas

15

Kemampuan dlm hal retensi resistensi kurang Mudah lepas/patah

Gambar 5. Intra Coronal Retainer Bentuk Onlay. c. Dowel retainer Adalah retainer yang meliputi saluran akar gigi, dengan sedikit atau tanpa jaringan mahkota gigi dengan syarat tidak sebagai retainer yang berdiri sendiri. Indikasi: Gigi penyangga yang telah mengalami perawatan syaraf Gigi tiruan pendek Tekanan kunyah ringan Gigi penyangga perlu perbaikan posisi/inklinasi Keuntungan: Estetis baik Posisi dapat disesuaikan Kerugian: Sering terjadi fraktur akar

Gambar 6. Dowel Retainer.

16

2.

Pontik Merupakan bagian dari gigi tiruan jembatan yang menggantikan gigi asli yang

hilang dan berfungsi untuk mengembalikan: Fungsi kunyah dan bicara Estetis Comfort (rasa nyaman) Mempertahankan hubungan antar gigi tetangga mencegah migrasi / hubungan dengan gigi lawan ektrusi Berikut adalah klasifikasi pontik, antara lain: a. Berdasarkan bahan Berdasarkan bahan pembuatan pontik dapat diklasifikasikan atas:3 1) Pontik logam Logam yang digunakan untuk membuat pontik pada umumnya terdiri dari alloy, yang setara dengan alloy emas tipe III. Alloy ini memiliki kekuatan dan kelenturan yang cukup sehingga tidak mudah menjadi patah atau berubah bentuk (deformasi) akibat tekanan pengunyahan. Pontik logam biasanya dibuat untuk daerah-daerah yang kurang mementingkan faktor estetis, namun lebih

mementingkan faktor fungsi dan kekuatan seperti pada jembatan posterior. 2) Pontik porselen Pontik jenis ini merupakan pontik dengan kerangka dari logam sedangkan seluruh permukaannya dilapisi dengan porselen. Pontik ini biasanya diindikasikan untuk jembatan anterior dimana faktor estetis menjadi hal yang utama. Pontik porselen mudah beradaptasi dengan gingival dan memberikan nilai estetik yang baik untuk jangka waktu yang lama. 3) Pontik akrilik Pontik akrilik adalah pontik yang dibuat dengan memakai bahan resin akrilik. Dibandingkan dengan pontik lainnya, pontik akrilik lebih lunak dan tidak kaku sehingga membutuhkan bahan logam untuk kerangkanya agar mampu menahan daya kunyah / gigit. Pontik ini biasanya diindikasikan untuk jembatan anterior dan berfungsi hanya sebagai bahan pelapis estetis saja.

17

4)

Kombinasi Logam dan Porselen Pontik ini merupakan kombinasi logam dan porselen dimana logam akan

memberikan kekuatan sedangkan porselen pada jenis pontik ini memberikan estetis. Porselen pada bagian labial/bukal dapat dikombinasikan dengan logam yang bertitik lebur tinggi (lebih tinggi dari temperature porselen). Tidak berubah warna jika dikombinasikan dengan logam, sangat keras, kuat dan kaku dan mempunyai pemuaian yang sama dengan porselen. Porselen ditempatkan pada bagian labial/bukal dan daerah yang menghadap linggir, sedangkan logam ditempatkan pada oklusal dan lingual. Pontik ini dapat digunakan pada jembatan anterior maupun posterior. 5) Kombinasi Logam dan Akrilik Pada kombinasi logam dan akrilik ini, akrilik hanya berfungsi sebagai bahan estetika sedangkan logam yang memberi kekuatan dan dianggap lebih dapat diterima oleh gingival sehingga permukaan lingual/palatal dan daerah yang menghadap gusi dibuat dari logam sedangkan daerah labial/bukal dilapisi dengan akrilik. b. Pontik yang berkontak dengan residual ridge 1. Saddle/saddle ridge lap pontic Merupakan pontik yang berkontak bidang dengan edentulous ridge. Pontik tipe ini tidak memiliki akses untuk dental floss sehingga tidak dapat dibersihkan dan menyebabkan akumulasi plak. Pontik ini juga dapat menyebabkan inflamasi oleh karena itu tidak seharusnya digunakan.

Gambar 7.: Saddle ridge lap pontic Sumber: Rosentiel SF, Land MF, Fujimoto j. Contemporary Fixed Prosthodontics. 4 th.ed. St. Louis. mosby, inc. 2006

18

2. Modified ridge lap pontic Merupakan kombinasi antara pontik tipe saddle dan hygienic. Memiliki permukaan fasial yang menutupi residual ridge dan bagian lingual tidak berkontak dengan ridge. Sehingga estetiknya bagus dan mudah dibersihkan. Pontik tipe ini diindikasikan untuk mengganti gigi hilang pada daerah yang tampak saat berfungsi (gigi anterior, premolar, dan molar pertama).

Gambar 8.: modified ridge lap pontic Sumber: Rosenstiel SF, Land MF, Fujimoto j. Contemporary Fixed Prosthodontics. 4 th.ed. St. Louis. mosby, inc. 2006 3. Conical pontic Merupakan pontik yang hanya memiliki satu titik kontak pada titik tengah residual ride, sehingga mudah dibersihkan. Diindikasikan untuk mengganti gigi hilang pada ridge yang pipih di daerah posterior.

Gambar 9.: Conical Pontic Sumber: Shillinburg HT, et. al. Fundamental of Fixed Prosthodontics, 3rd ed. Carol Stream: Quintessence Publishing Co, Inc. 1997. 4. Ovate pontic Merupakan pontik yang sangat estetis, dasar pontik membulat dan masuk kedalam cekungan (concavity) residual ridge, sehingga mudah dibersihkan.

19

Residual ridge cekung dapat dibentuk dengan cara penempatan GTJ sementara segera setelah ekstraksi, dengan memperluas pontik bagian servikal dan dimasukkan ke residual ridge atau juga dapat dibentuk dengan tindakan bedah. Diindikasikan untuk kebutuhan esteetik yang optimal, misalnya pada kehilangan gigi insisiv, kaninus, dan premolar rahang atas.

Gambar 10.: Ovate Pontic Sumber: Rosenstiel SF, Land MF, Fujimoto j. Contemporary Fixed Prosthodontics. 4 th.ed. St. Louis. mosby, inc. 2006 b.Pontik yang tidak berkontak dengan residual ridge 1. sanitary/hygienic pontic Merupakan pontik yang mudah dibersihkan karena tidak berkontak dengan edentulous ridge. Mesiodistal dan fasiolingualnya berbentuk cembun, serta dasar pontik berbentuk bulat (gambar a) tidak rata/flat (gambar b) untuk mencegah terjadinya retensi makanan. Ketebalan oklusogingiva pontik minimal 3 mm dan jarak ke edentulous ridge minimal 2mm. Dengan kondisi tersebut akan memudahkan plaque control, dengan cara menyisipkan dental floss dibawah pontik (gambar a). Pontik tipe ini dindikasikan untuk gigi posterior rahang bawah atau pasien dengan oral hygiene buruk.

20

Gambar 11.: Sanitary Pontic (a) Dasar pontik berbentuk cembung (b) Dasar pontik berbentuk rata/flat. Sumber: Shillinburg HT, et. al. Fundamental of Fixed Prosthodontics, 3rd ed.Carol Stream: Quintessence Publishing Co, Inc. 1997.

2. Modified sanitary (hygienic) pontic/perel pontic Merupakan modifikasi sanitary pontic. Permukaan dasar pontik

cekung/melengkung pada arah mesiodistal dan fasiolingual. Konektor yang menghubungkan pontik ini dengan retainer dapat dibuat dengan keteebalan maksimal. Sehingga konektor lebih dapat menahan stress/tekanan. Desain pontik ini memungkinkan self cleansing sehingga diindikasikan untuk gigi posterior rahang bawah.

Gambar 12.: Modified sanitary pontic Sumber: Shillinburg HT, et. al. Fundamental of Fixed Prosthodontics, 3rd ed.Carol Stream: Quintessence Publishing Co, Inc. 1997. 3. Konektor (Connector) Merupakan bagian dari gigi tiruan jembatan yang menghubungkan pontik dengan retainer, pontik dengan pontik atau retainer dengan retainer sehingga menyatukan bagian-bagian tersebut untuk dapat berfungsi sebagai splinting dan penyalur beban kunyah.

21

Terdapat 2 macam konektor, yakni: 1. Rigid connector 2. Non Rigid Connnector 3. Lingual bar/connecting strap 4. Penyangga (Abutment)

Sesuai dgn jumlah, letak dan fungsinya dikenal istilah: 1. Single abutment hanya mempergunakan satu gigi penyangga 2. Double abutment bila memakai dua gigi penyangga 3. Multiple abutment bila memakai lebih dari dua gigi penyangga 4. Terminal abutment 5. Intermediate/pier abutment 6. Splinted abutment 7. Double splinted

Gambar 13. Contoh Gambar Double Abutment dan Terminal Abutment.

Gambar 14. Contoh Gambar Intermediet/ Pier Abutment

22

Desain gigi tiruan jembatan pada kasus di skenario Pada skenario pemeriksaan klinis dan pemeriksaan penunjang didapatkan: Overjet dan overbite normal: gigi-gigi anterior menunjukkan overjet 2mm dan overbite 2mm. Probing depth normal (tidak ada poket): Pemeriksaan kedalaman sulkus gingiva (probing depth) pada gigi 12 dan 21 menunjukkan 1,5 mm. Perbandingan mahkota-akar yang optimal untuk gigi penyangga: Pada hasil pemeriksaan foto rontgen periapikal menunjukkan bahwa pada gigi 21,12 mempunyai crown and root ratio adalah 1:2. Hasil pemeriksaan intra oral, gigi 21 menunjukkan adanya karies superfisial pada bagian palatal. Memakai fixed-fixed bridge Indikasi : anterior / posterior. Connector lekat (fixed) pada kedua sisi pontic (penyulih), diperoleh dengan dituang/disolder. Keuntungan : - retensi & kekuatan maksimal - dapat dipakai sebagai splint (belat) untuk kelainan periodontal (mengikat) - dapat dipakai untuk jembatan yang panjang - tahap pekerjaan laboratorium relatif lebih singkat. Kerugian : - pengasahan abutment (gigi penyangga) harus sejajar - pengasahan abutment relatif banyak - penyemenan bersama-sama. Memakai pontik Memakai retainer Memakai konektor Abutment :modified ridge lap pontic :ekstrakorona : rigid connector : pada gigi 12,21

23

BAB 3 PENUTUP

3.1

Kesimpulan

Gigi tiruan jembatan adalah gigi tiruan yang menggantikan kehilangan satu atau lebih gigi-geligi asli yang dilekatkan secara permanen dengan semen serta didukung sepenuhnya oleh satu atau beberapa gigi, akar gigi atau implant yang telah dipersiapkan. Keuntungan dan Kerugian Keuntungan : 1. Karena dilekatkan pada gigi asli maka tidak mudah terlepas atau tertelan. 2. Dirasakan sebagai gigi sendiri oleh pasien. 3. Dapat mempunyai efek splint yang melindungi gigi terhadap stress. 4. Menyebarkan tekanan fungsi ke seluruh gigi sehingga menguntungkan jaringan pendukungnya. Namun, gigi tiruan juga memiliki beberapa kerugian dalam pemakaiannya, yakni : 1. Kerusakan gigi dan pulpa. 2. Karies sekunder.

24

DAFTAR PUSTAKA
1. Barclay, C.W; Walmsley, A.D. 1998. Fixed and Removable

Prosthodontics.Birmingham: Churcill Livingstone, hal 115. 2. Smith,Bernard G N;Howe, Leslie C. 2007. Planning and Making Crown and Bridges, 4th ed. New York: Informa Healthcare. 3. Ewing JE. Fixed Partial Prosthesis. 2nd ed. Philadelphia: Lea & Febinger, 1959: 169-77. 4. Tylman SD. Construction of Pontics For Fixed Partial Dentures: Indications, Types, and Materials. In Theory and Practice of Crown and Fixed Partial Prosthodontics. 6th ed. Saint Louis: CV Mosby 1970: 26, 165, 650-81. 5. Prajitno, H.R. 1991. Ilmu Geligi Tiruan Jembatan: Pengetahuan Dasar dan Rancangan Pembuatan. Jakarta : EGC. 6. Martanto, P.1985.Teori dan praktek ilmu mahkota dan jembatan.Jilid 1 Edisi 2.Bandung:Penerbit Alumni. 7. Rosenstiel SF, Land MF, Fujimoto j. Contemporary Fixed Prosthodontics. 4
th .ed.

St. Louis. mosby, inc. 2006

25

Anda mungkin juga menyukai