MODUL - 1
KERANGKA DASAR HORIZONTAL
kemudian
Menafsir fakta-fakta yang ada di permukaan bumi dan menggambarkannya dengan simbol-simbol, seperti sungai, saluran irigasi, bangunan, bentuk permukaan tanah, dll
Titik-titik muka bumi yang yang di ukur dikelompokkan ke dalam 2 (dua) kelompok besar yaitu : Titik-titik kerangka dasar dan titik-titik detail. Titiktitik kerangka dasar adalah sejumlah titik yang ditandai dengan patok kayu atau beton yang dibuat dengan kerapatan tertentu yang akan digunakan untuk menentukan koordinat dan ketinggian titik-titik detail. Ada dua macam titik kerangka, yaitu Titik Kerangka Dasar Horizontal (KDH) dan Titik Kerangka Dasar Vertikal (KDV). Sedangkan titik detail adalah titik-titik posisi horizontal dan ketinggian yang telah ada di lapangan, seperti titik-titik di sepanjang sungai, bangunan, jalan, spot height (titik tinggi), sawah, dll. Untuk menghitung koordinat, diperlukan adanya hitungan tertentu, mengingat bahwa permukaan bumi fisik sangat tidak beraturan sehingga tidak dapat digunakan sebagai bidang hitungan. Di dalam geodesi, permukaan bumi tersebut diganti dengan bidang yang mempunyai bentuk dan ukuran mendekati permukaan air laut rata-rata (MSL). Bidang tersebut merupakan bentuk elipsoida. Setelah data ukuran dihitung pada elipsoida, kemudian hasilnya dipindahkan ke bidang datar peta dengan mengikuti aturan-aturan menurut Ilmu Proyeksi Geodesi. Sebagian permukaan bumi yang panjangnya kurang dari 100 km, dapat dianggap sebagai bola dengan jari-jari tertentu, sedangkan jika panjangnya tidak lebih dari 55 km, dapat dianggap sebagai bidang datar. Pada modul untuk pelatihan ini, kita gunakan bidang datar untuk penghitungan pada proses pengukuran dan pemetaan. B. Bentuk Bumi dan Elipsoida Referensi Di dalam geodesi, permukaan bumi diganti dengan permukaan matematis yang mendekati ukuran dan bentuk geoid yaitu permukaan laut rata-rata
SP (denny s. permana)
(2) / (24)
dalam kondisi tenang. Bentuk geoid secara global mendekati bentuk permukaan sebuah elipsoida dengan ukuran-ukuran tertentu. Elipsoida yang digunakan untuk perhitungan-perhitungan geodesi dinamakan Elipsoida Referensi. Ada bermacam nama, bentuk dan ukuran elipsoida referensi yang diperoleh banyak ahli dan lembaga-lembaga geodesi dunia. Indonesia saat ini menggunakan Datum Geodesi Nasional 1995 (DGN 95) selain pada beberapa peta cetakan lama masih digunakan elipsoida referensi Bessel 1841. Sistem DGN 95 ini pada prinsipnya adalah sistem koordinat WGS (World Geodetic System) 1984, yang juga digunakan oleh Sistem GPS secara global di seluruh dunia. Empat parameter utama WGS84 ditunjukkan pada tabel di bawah ini
Empat parameter utama ellipsoid WGS 84 [NIMA, 2000] Parameter Sumbu panjang Pegepengan Kecepatan sudut bumi Konstanta gravitasi bumi (termasuk massa atmosfir)
Permukaan bumi fisik
Notasi a 1/f GM
Nilai 6378137.0 m 298.257223563 7292115.0 x 10-11 rad s-1 3986004.418 x 108 m3 s-2
KU
b Elipsoida referensi KS Gambar Elipsoida Bumi O KU KS KU-KS E-K a b f = = = = = = = = pusat bumi (pusat elipsoida bumi) kutub utara bumi kutub selatan bumi sumbu rotasi bumi ekuator bumi jari-jari ekuator bumi = setengah sumbu panjang setengah sumbu pendek (a-b)/a = pegepengan, parameter untuk menentukan bentuk elipsoid Geoid muka laut rata-rata MSL
SP (denny s. permana)
(3) / (24)
C. Sistem Koordinat Proyeksi Peta UTM/TM-3 Posisi suatu titik biasanya dinyatakan dengan koordinat (e.g. dua-dimensi atau tiga-dimensi) yang mengacu pada suatu sistem koordinat tertentu. Sistem koordinat itu sendiri dapat didefinisikan dengan menspesfikasi tiga parameter berikut, yaitu : Lokasi titik nol dari sistem koordinat Orientasi dari sumbu-sumbu koordinat Parameter-parameter (kartesian, curvilinear) yang digunakan untuk mendefiniskan posisi suatu titik dalam sistem koordinat tersebut. Posisi suatu titik di permukaan Bumi umumnya ditetapkan dalam/terhadap suatu sistem koordinat terestris. Titik nol dari sistem koordinat terestris ini dapat berlokasi di titik pusat massa Bumi (sistem koordinat geosentrik), maupun di salah satu titik di permukaan Bumi (sistem koordinat toposentrik). Posisi tiga-dimensi (3D) suatu titik di permukaan Bumi umumnya dinyatakan dalam suatu sistem koordinat geosentrik. Tergantung dari parameterparameter pendefinisi koordinat yang digunakan, dikenal dua sistem koordinat yang umum digunakan, yaitu sistem koordinat Kartesian (X,Y,Z) dan sistem koordinat Geodetik (L,B,h), yang keduanya diilustrasikan pada Gambar berikut.
Z Kutub hA
A Permukaan Bumi
Elipsoid referensi
Koordinat 3D suatu titik juga bisa dinyatakan dalam suatu sistem koordinat toposentrik, yaitu umumnya dalam bentuk sistem koordinat Kartesian (N,E,U) yang diilustrasikan pada Gambar berikut.
SP (denny s. permana)
(4) / (24)
Koordinat Kartesian :
NA
Sesuai dengan peraturan yang diputuskan oleh Bakosurtanal tahun 1996, bahwa setiap kegiatan survey dan pemetaan di wilayah Republik Indonesia harus mengacu kepada Datum Geodesi Nasional 1995 (DGN95) dengan spheroid acuan adalah WGS84. Untuk tampilan ke dalam peta, digunakan sistem proyeksi Universal Transverse Mercator (UTM) dan/atau Transverse Mercator 3 Derajat (TM-3). Untuk sistem UTM, spesifikasi dasar yang harus digunakan adalah : lebar zone = 60 titik nol adalah perpotongan meridian sentral dengan ekuator, koordinat semu dari titik nol (N,E) adalah (0 m, 500.000 m) untuk titik di Utara ekuator, dan (10.000.000 m, 500.000 m) untuk titik di Selatan ekuator. faktor skala meridian sentral = 0.9996.
Sedangkan untuk sistem TM-3, spesifikasi dasar yang harus digunakan : lebar zone = 30, titik nol adalah perpotongan meridian sentral dengan ekuator, koordinat semu dari titik nol (N,E) adalah (1.500.000 m, 200.000 m), faktor skala meridian sentral = 0.9999.
SP (denny s. permana)
(5) / (24)
No ZONE TM-3
6 LU
46.2
47.1
47.2
48.1
48.2
49.1
49.2
50.1
50.2
51.1
51.2
52.1
52.2
53.1
53.2
54.1
54.2
11 LS
No Zone UTM
46
47
48
49
50
51
52
53
54
SP (denny s. permana)
(6) / (24)
D. Metode Penentuan Posisi Horizontal Adalah untuk menentukan koordinat titik baru dari satu atau beberapa koordinat yang sudah diketahui koordinatnya. (1) Metode Polar
= A (Xa, Ya) = Jarak AB (Dab) dan Azimuth AB (ab) Y
Diketahui Diukur
Yb
ab
Ya A
Dab
Yab
Xab
Xa
Xb
= Xa + Xab = Ya + Yab
ab = Ya + Dab Cos ab
= Xa + Dab Sin
(2)
Diketahui Diukur
Yc
ac
Ya Yb A
Dab
Yac
2
B
Yab
Xa
Xb
Xc
ac ac
bc bc
(7) / (24)
SP (denny s. permana)
(3)
D 1 2
1
1
2
A 2
3
B
ad = Ya + Dad Cos ad
= Xa + Dad Sin
= Xh + Dhd Sin
hd = Yh + Dhd Cos hd
1 2
ad
ah - 2
E. Metode Penentuan Kerangka Dasar Horizontal Secara umum dibagi 2 (dua) yaitu metode terestris dan ekstra-terestris. Pada survey dengan metode terestris, penentuan posisi titik-titik dilakukan dengan melakukan pengamatan terhadap target atau objek yang terletak di permukaan bumi. Dalam hal ini, metode-metode penentuan posisi terestris yang umum digunakan saat ini adalah metode poligon, metode pengikatan ke muka (intersection), metode pengikatan ke belakang (resection), atau kombinasi antara metode-metode tersebut. Karakteristik umum dari metode-metode ini diberikan secara skematis pada gambar di bawah ini. Perlu juga dicatat di sini bahwa ada beberapa lagi metode penentuan posisi terestris, seperti triangulasi, trilaterasi, dan triangulaterasi. Tapi metode-metode ini sudah tidak banyak lagi digunakan, terutama setelah adanya metode penentuan posisi yang berbasiskan satelit atau ekstra-terestris. Metode ekstra-terestris yang sekarang sudah umum digunakan oleh bermacam pengguna dan keperluan adalah dengan teknologi GPS (Global Positioning System).
SP (denny s. permana)
(8) / (24)
Quasar
Bintang
SLR
GPS
Bumi
Metode
Contoh Geometri
Poligon
Pengikatan Kemuka
Pengikatan Kebelakang
Sudut di titik-titik yang akan ditentukan posisinya Sudut yang diukur Jarak yang diukur
(9) / (24)
F. Klasifikasi Kerangka Dasar Horizontal Kasifikasi suatu jaring kontrol didasarkan pada tingkat presisi dan tingkat akurasi dari jaring yang bersangkutan, yang tingkat presisi diklasifikasikan berdasarkan kelas, dan tingkat akurasi diklasifikasikan berdasarkan orde. r = c ( d + 0.2 ) dalam hal ini : r = panjang maks dari sumbu-panjang yang diperbolehkan dalam mm, c = faktor empirik yang menggambarkan tingkat presisi survei, d = jarak antar titik (dalam km). Berdasarkan nilai faktor c tersebut, dapat dibuat kategorisasi orde jaring titik kontrol horizontal yang diperoleh dari suatu survei geodetik, seperti yang diberikan pada Tabel berikut
Tabel Orde Jaring Titik Kontrol Horizontal
[SNI Jaring Kerangka Horizontal, 2002] c 0.01 0.1 1 10 30 50 Jaring Jaring Jaring Jaring Jaring Jaring Jarak* 1000 500 100 10 2 0.1 Kelas 3A 2A A B C D
Orde 00 0 1 2 3 4
Jaring kontrol fidusial nasional (Jaring tetap GPS) titik kontrol geodetik nasional titik kontrol geodetik regional titik kontrol geodetik lokal titik kontrol geodetik perapatan titik kontrol survey & pemetaan
* jarak tipikal antar titik yang berdampingan dalam jaringan (dalam km).
SP (denny s. permana)
(10) / (24)
Tabel Teknis & Metode GPS dalam penentuan KDH Orde-00 sampai Orde-4
Metode pengamatan Lama pengamatan per sesi (minimum) Data pengamatan utama untuk penentuan posisi Moda pengamatan Pengamatan independen di setiap titik - setidaknya 3 kali (% dari jumlah titik) - setidaknya 2 kali (% dari jumlah titik) Interval data pengamatan (detik) Jumlah satelit minimum Nilai PDOP yang diperlukan Elevasi satelit minimum Pengamatan data meteorologis
50% 100% 30
40% 100% 30
10% 100% 15
15
Ya
Ya
Ya
Tidak
Tidak
Tidak
Tabel Spesifikasi Teknis Pengamatan KDH orde-4 (poligon) [SNI Jaring Kerangka Horizontal, 2002] Orde 4 (Poligon) 10" 2 seri 5" sebelum pengamatan 5 kali di awal dan akhir jaringan pengamatan matahari atau dari 2 titik GPS
Selisih bacaan B dan LB dalam pengukuran sudut Jumlah seri pengamatan suatu sudut (minimum) Selisih ukuran sudut antar sesi Pengecekan kesalahan kolimasi Jumlah pembacaan untuk satu ukuran jarak (minimum) Sudut jurusan (minimal) Teknik pengadaan sudut jurusan
Tabel Spesifikasi teknis metode dan strategi pengolahan data KDH [SNI Jaring Kerangka Horizontal, 2002] Orde 4 (Poligon) hitung perataan kuadrat terkecil metode parameter atau metode bowditch Salah penutup sudut Salah penutup linier jarak 10n, dimana n adalah jumlah titik poligon 1/6.000
SP (denny s. permana)
(11) / (24)
G. Metode Penentuan KDH dengan Poligon Pada umumnya, penentuan KDH dengan metode poligon ini terdapat dua bagian besar, yaitu poligon terbuka dan tertutup.
0
Poligon Terbuka
A 2 1 3 2 0 1
Poligon Tertutup A
4 6 5
SP (denny s. permana)
(12) / (24)
Hitungan Poligon Y
Y3
XA1
X12
X23
3
dst
23
Y2
d3
Y23
2 12
d2
Y12 YA1
Y1 YA
1 A1
A 1 d1
XA
X1
X2
X3
Poligon Terbuka
Data : Diketahui Diukur : Koordinat A (Xa, Ya) : Azimut A1 = A1 Jarak: d1, d2, d3, dst Sudut:
A1 + (1 + 2) 2 x 180
Y1 = YA+ d1 Cos Y2 = Y1 + d2 Cos Y3 = Y2 + d3 Cos