Anda di halaman 1dari 8

A. Latar Belakang Perkawinan merupakan salah satu tindak perilaku manusia untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Di Indonesia ketentuan yang berkenaan dengan perkawinan telah diatur dalam peraturan perundang-undangan negara yang khusus berlaku bagi warganegara Indonesia. Aturan perkawinan yang dimaksud adalah dalam bentuk undang-undang yaitu Undang-Undang Nomor 1 ahun 1!"# dan peraturan pelaksanaannya dalam bentuk ahun 1!"$. Undang-undang inimerupakan hukum Peraturan Pemerintah Nomor !

materiil dari perkawinan% sedangkan hukum &ormalnya ditetapkandalam Undang-Undang Nomor " ahun 1!'!% Undang-Undang Nomor ( ahun)**+. ,edangkan sebagai aturan pelengkap yang akan menjadi pedoman bagi hakim di lembaga Peradilan Agama adalah -ompilasi .ukum Islam di Indonesia yang telah ditetapkan dan di sebarluaskan melalui Instruksi Presiden Nomor 1 ahun 1!!1 tentang -ompilasi .ukum Islam. /ang dimaksud dengan Undang-Undang Perkawinan adalah segala sesuatu dalam bentuk aturan yang dapat dan dijadikan petunjuk dalam hal perkawinan dan dijadikan pedoman hakim di lembaga Peradilan Agama dalam memeriksa dan memutuskan perkara perkawinan% baik secara resmi dinyatakan sebagai peraturanperundang-undangan negara atau tidak. ,etiap perilaku manusia pasti menimbulkan beberapa akibat. Dalam kajian kali ini akibat-akibat hukum yang ditimbulkan oleh pelaksanaan perkawinan salah satunya mengenai harta benda. Perjanjian -awin merupakan perjanjian tertulis yang dibuat oleh kedua calon suami istri sebelum melangsungkan perkawinan sebagaimana diatur dalam ketentuan pada Pasal )! UU Perkawinan. .arta benda yang diperoleh selama perkawinan merupakan harta bersama. Perjanjian perkawinan dalam hal ini merupakan suatu kesepakatan yang disetujui oleh kedua belah pihak dalam perkawinan% yang menyangkut harta benda perkawinan. Perjanjian perkawinan menurut undang-undang harus diadakan sebelum atau pada saat perkawinan dilangsungkan. ,elain untuk melakukan pemisahan kepemilikan harta kekayaan dalam perkawinan% alasan lain dibuatnya perjanjian perkawinan yaitu untuk

melindungi hak-hak seseorang atas harta kekayaan yang dimilikinya. Perjanjian perkawinan tunduk kepada peraturan-peraturan yang mengikat. Adapun hal yang diatur dalam perjanjian kawin adalah mengenai adanya pemisahan atau persatuan harta kekayaan% hutang-piutang maupun untung-rugi antara si suami dan si istri sepanjang disepakati dan atas persetujuan bersama. Pasal )! ayat 011 UUP juga menyebutkan bahwa setelah perjanjian perkawinan dibuat oleh kedua belah pihak% perjanjian tersebut harus disahkan oleh Pegawai Pencatatan Perkawinan di tempat mereka menikah. Akan tetapi% pada praktiknya% masih banyak perjanjian perkawinan yang tidak disahkan sesuai dengan apa yang telah ditentukan oleh undang-undang. .al ini antara lain disebabkan oleh ketidaktahuan pihak yang telah membuat perjanjian perkawinan bahwa terdapat ketentuan bahwa perjanjian perkawinan harus disahkan. ,etiap perjanjian baik secara langsung maupun tidak langsung pasti menimbulkan dampak terhadap pihak ketiga. -etidakjelasan keabsahan dari perjanjian perkawinan yang tidak disahkan membuat adanya permasalahan bagi salah satu pihak dalam perkawinan apabila hendak melakukan peralihan hak atas harta kekayaannya kepada pihak ketiga. Apabila perjanjian perkawinan tidak disahkan% masih belum jelas apakah perjanjian tersebut memiliki kekuatan hukum yang si&atnya mengikat atau tidak. Pengesahan perjanjian perkawinan pada hakikatnya merupakan salah satu syarat sah pembuatan perjanjian perkawinan. ,ehingga dalam hal ini belum diketahui bagaimana akibat hukum dari perjanjian perkawinan yang tidak disahkan terhadap peristiwa peralihan hak tanpa persetujuan pasangan. ,elain itu ditinjau dari peristiwa peralihan hak atas kebendaan juga masih tidak jelas keabsahaannya terkait dengan perjanjian perkawinan yang tidak disahkan.

B. Rumusan Masalah 2erdasarkan uraian diatas% maka dapat ditarik suatu permasalahan% yaitu 3 1. 2agaimana akibat hukum yang timbul dari perjanjian perkawinan yang tidak

disahkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 ahun 1!"#4 ). 2agaimana keabsahan peralihan hak atas kebendaan tanpa persetujuan pasangan yang dikaitkan dengan perjanjian perkawinan yang tidak disahkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 ahun 1!"#4

C. Pembahasan (. Akibat Hukum atas Perjanjian Perkawinan yang tidak disahkan berdasarkan Undang- undang N ! "ahun !#$% "entang Perkawinan. 5engacu pada ketentuan yang terdapat pada Pasal )! ayat 011 UUP% salah satu unsur dari peraturan tersebut yaitu perjanjian perkawinan wajib disahkan oleh pihak yang berwenang yakni Pegawai Pencatat Perkawinan di tempat perkawinan dilangsungkan% untuk selanjutnya berlaku bagi pihak ketiga. Perjanjian perkawinan yang telah disahkan oleh Pegawai Pencatat Perkawinan berlaku mengikat dan berlaku seperti layaknya undang-undang bagi kedua belah pihak dalam perkawinan% dan juga pihak ketiga apabila terdapat pihak ketiga yang tersangkut. 5eskipun tidak terdapat peraturan mengenai akibat maupun sanksi apabila perjanjian perkawinan tidak disahkan% namun dapat disimpulkan dari bunyi Pasal )! ayat 011 UUP bahwa perjanjian perkawinan baru berlaku bagi pihak ketiga apabila telah disahkan oleh Pegawai Pencatat Perkawinan. Dalam praktiknya% terdapat beberapa pihak yang telah membuat perjanjian perkawinan sebelum atau pada saat perkawinan dilangsungkan% namun perjanjian perkawinan tersebut tidak disahkan oleh Pegawai Pencatat Perkawinan seperti yang telah diatur dalam Pasal )! ayat 011 UUP. ,eperti pada contoh yang telah diuraikan pada bab sebelumnya% dimana terdapat pasangan yang telah membuat perjanjian perkawinan beberapa bulan sebelum melangsungkan perkawinan namun perjanjian perkawinan tersebut tidak disahkan oleh Pegawai Pencatat Perkawinan. Dalam contoh kasus yang telah diuraikan pada bab sebelumnya% pasangan A dan 2 yang telah resmi bercerai% kemudian salah satu pihak 0yaitu A1 hendak

melakukan proses peralihan hak atas kebendaan miliknya dengan pihak ketiga yang bersangkutan. 6bjek peralihan hak tersebut adalah termasuk kebendaan yang turut diperjanjikan dalam perjanjian perkawinan yang telah dibuat oleh A dan 2 pada saat sebelum mereka melangsungkan perkawinan. ,etelah ditelaah lebih lanjut% perjanjian perkawinan tersebut belum pernah disahkan oleh Pegawai Pencatat Perkawinan. .al ini disebabkan karena adanya ketidaktahuan dari kedua belah pihak mengenai aturan bahwa setelah perjanjian perkawinan dibuat kemudian harus disahkan. ,elama perjanjian perkawinan belum disahkan oleh Pegawai Pencatat Perkawinan sesuai dengan ketentuan yang terdapat di dalam UUP% secara otomatis pihak ketiga yang terlibat dapat menganggap bahwa perjanjian perkawinan tersebut tidak diakui keberadaannya% atau dalam artian dalam perkawinan pasangan tersebut berlaku sistem percampuran harta. Perjanjian perkawinan yang tidak disahkan tetap dianggap sah namun hanya berlaku bagi kedua belah pihak dalam perkawinan% tidak berlaku bagi pihak ketiga yang tersangkut. &. 'eabsahan Peralihan Hak Atas 'ebendaan "an(a Persetujuan Pasangan )ikaitkan dengan Perjanjian Perkawinan yang "idak )isahkan Berdasarkan Undang-Undang N m r ! "ahun !#$% tentang Perkawinan -eberadaan perjanjian perkawinan mempengaruhi segala perbuatan hukum yang dilakukan oleh pasangan suami isteri. Dalam praktiknya% proses peralihan hak atas harta benda perkawinan oleh salah satu pihak dalam perkawinan% khususnya terhadap benda-benda tetap atau benda tidak bergerak% selalu meminta persetujuan pasangannya. Notaris dan7atau PPA akan selalu meminta agar pasangan ikut membubuhkan tanda tangan pada akta kesepakatan jual beli atas tanah7rumah tersebut% meski serti&ikat tanah7rumah tersebut atas nama salah satu pihak dalam perkawinan. Dalam hal kedua pasangan suami isteri telah membuat perjanjian perkawinan pada saat atau sebelum perkawinan berlangsung% ketentuan peralihan hak atas kebendaan dalam perkawinan dapat disesuaikan dengan isi dari perjanjian

perkawinan tersebut. Dalam perjanjian perkawinan yang tidak disahkan oleh Pegawai Pencatat Perkawinan% seperti yang terjadi pada pasangan A dan 2 dalam contoh kasus yang telah dibahas pada bab sebelumnya% perjanjian perkawinan tersebut hanya mengikat bagi kedua belah pihak yang membuat perjanjian perkawinan% namun tidak mengikat bagi pihak ketiga yang tersangkut. 2erdasarkan hal tersebut% berarti pihak ketiga menganggap bahwa dalam perkawinan pasangan suami isteri tersebut tidak terjadi pemisahan harta seperti yang tercantum dalam perjanjian perkawinan. ,uatu perjanjian baru dianggap sah apabila memenuhi syarat-syarat sahnya perjanjian berdasarkan Pasal 1()* -U.Perdata. Apabila salah satu syarat tidak terpenuhi% dalam hal syarat subjekti& yaitu adanya kata sepakat% maka perjanjian tersebut dianggap tidak sah dan dapat dibatalkan. Dalam hal ini maka keabsahan peralihan hak atas kebendaan tersebut tergantung dari kesepakatan kedua belah pihak yang terlibat dalam proses peralihan hak. Akta -esepakatan 8ual 2eli dapat diminta pembatalannya karena tidak memenuhi salah satu unsur pembuatan perjanjian. .al ini tentunya disesuaikan dengan kesepakatan kedua belah pihak. erdapat beberapa alternati& penyelesaian permasalahan hukum yang dialami oleh para pihak yang bersangkutan. ,alah satunya yaitu dengan cara perdamaian antara A dan 2 yang mengakibatkan 2 memperoleh sebagian nilai aset hasil penjualan objek perjanjian% karena 2 menganggap harta tersebut merupakan harta bersama. Atau apabila A tidak berkehendak dengan hal tersebut% kemungkinan permasalahan hukum tersebut dapat diajukan ke pengadilan. ,elain itu% alternati& lainnya yaitu para pihak yang bersangkutan dapat mengajukan permohonan kepada Pengadilan Negeri untuk mengeluarkan Penetapan Pengadilan yang bertujuan untuk mencatatkan perjanjian perkawinan tersebut di buku register pencatatan nikah di tempat para pihak melangsungkan perkawinan% baik di -antor Urusan Agama maupun di 9atatan ,ipil. ,etelah dikeluarkan Penetapan Pengadilan% perjanjian perkawinan dinilai memiliki kekuatan hukum yang tetap dan akan berlaku terhadap pihak ketiga yang bersangkutan. -esepakatan antara kedua belah pihak yang tercantum dalam perjanjian perkawinan dianggap sudah

berlaku% sehingga pihak ketiga dapat menganggap adanya pemisahan harta diantara pasangan tersebut.

A. -esimpulan:

1. Perjanjian perkawinan yang tidak disahkan oleh Pegawai Pencatat Perkawinan tetap dianggap sah namun hanya berlaku bagi kedua belah pihak dalam perkawinan% tidak berlaku mengikat terhadap pihak ketiga yang bersangkutan karena tidak memenuhi syarat pembuatan perjanjian perkawinan sebagaimana yang dimaksud dalam ketentuan Pasal )! ayat 011 UUP% dimana perjanjian perkawinan harus disahkan oleh Pegawai Pencatat Perkawinan sebelum atau pada saat perkawinan dilangsungkan. ). -eabsahan peralihan hak atas kebendaan yang didasarkan terhadap perjanjian perkawinan yang tidak disahkan kepada Pegawai Pencatat Perkawinan dapat disesuaikan dengan kesepakatan kedua belah pihak yang bersangkutan% apabila salah satu pihak keberatan dengan keberadaan perjanjian perkawinan yang tidak disahkan tersebut maka berdasarkan Pasal 1()* -U.Perdata apabila syarat subjekti& perjanjian tidak terpenuhi% perjanjian tersebut dianggap tidak sah

dan dapat dibatalkan. 6leh karena itu% perjanjian jual beli sebagai bentuk dari peralihan hak atas kebendaan tersebut dapat dibatalkan. Namun terdapat pula alternati& lain yaitu para pihak dapat mengajukan permohonan kepada Pengadilan Negeri untuk mengeluarkan Penetapan Pengadilan yang bertujuan untuk mencatatkan perjanjian perkawinan tersebut di buku register pencatatan nikah di tempat para pihak melangsungkan perkawinan sehingga kelak perjanjian perkawinan dapat dianggap berlaku mengikat terhadap pihak ketiga yang bersangkutan.

:2.

::,aran:

::

1. ,ebaiknya calon suami isteri yang hendak membuat perjanjian perkawinan mencari tahu terlebih dahulu mengenai hal-hal yang berkenaan dengan ketentuan pembuatan perjanjian perkawinan untuk menghindari adanya permasalahan. ). Untuk pihak Notaris dan PPA dalam membuat akta kesepakatan jual beli% apabila terdapat perjanjian perkawinan% hendaknya harus memperhatikan apakah perjanjian perkawinan tersebut telah disahkan oleh Pegawai Pencatat Perkawinan agar dapat ditentukan apakah

perjanjian perkawinan tersebut berlaku terhadap pihak ketiga yang bersangkutan.

Anda mungkin juga menyukai