Anda di halaman 1dari 105

1

MODUL
PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU
(PLPG)


PENDALAMAN MATERI BIDANG STUDI

FISIKA














Oleh :

Dwi Teguh Rahardjo, S.Si, M.Si
Drs. Supurwoko, M.Si







PANITIA SERTIFIKASI GURU RAYON 113
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013
ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT., atas Rahmat dan Kurnia
yang telah dilimpahkan kepada penulis, sehingga penyusunan modul ini dapat
terlaksana dengan baik. Penulisan modul ini dapat terlaksana dengan baik berkat
kerja keras penulis dan partisipasi dari berbagai pihak. Berkenaan dengan itu,
penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta yang sekaligus selaku Ketua
Panitia Sertifikasi Guru Rayon 113 yang telah mempercayakan penulisan
materi ini.
2. Dekan FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta yang sekaligus selaku
Wakil Ketua Panitia Sertifikasi Guru Rayon 113 yang telah
mempercayakan penulisan materi ini.
3. Rekan-rekan Panitia Sertifikasi Guru atas kebersamaannya sehingga
dalam waktu singkat mampu menyiapkan berbagai hal berkenaan dengan
penyiapan PLPG, khususnya penulisan modul.
4. Semua pihak yang telah memberikan berbagai jenis bantuan
Semoga segala bantuan dan pengorbanan yang telah diberikan menjadi
amal baik dan dilimpahi Rahmat oleh Allah SWT. Akhirnya, semoga modul ini
dapat memberikan manfaat pada kita, khususnya bagi peserta Pendidikan dan
Latihan Profesi Guru dalam meningkatkan kompetensinya.











iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I. PENDAHULUAN 1
BAB II. GERAK 2
BAB III. DINAMIKA GERAK 13
BAB IV. KALOR DAN PERUBAHAN WUJUD ZAT 28
BAB V. LISTRIK STATIS 34
BAB VI. LISTRIK DINAMIS 50
BAB VII. FISIKA MODERN ............ 61
DAFTAR PUSTAKA 101



















iv




1. Bacalah terlebih dahulu kompetensi dan tujuan yang tertulis di
setiap awal setiap bab.
2. Pelajarilah materi pelatihan dengan seksama, bila perlu bacalah
buku rujukan sampai anda benar-benar memahami.
3. Lakukan kegiatan yang disarankan di setiap pokok bahasan,
analisislah setiap kejadian dan simpulkan temuan anda.
4. Kerjakan pertanyaan-pertanyaan dan tugas-tugas yang terletak
di dalam setiap akhir kegiatan atau pokok bahasan.
5. Bila menjumpai kesulitan, diskusikan dengan teman dan atau
instruktur pada saat pelatihan atau tatap muka.
6. Bila tidak mendapatkan kesulitan, anda dapat mempelajari
materi pelatihan baru, rangkuman dan buku acuan dari bab-bab
berikutnya.



1

BAB I
PENDAHULUAN

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memerlukan kemampuan
untuk mengelola dan memanfaatkannya, dan kemampuan ini membutuhkan
pemikiran yang cerdas, sistematis, dan kritis yang kesemuannya membutuhkan
kesiapan dari para pengelola atau praktisi pendidikan untuk menyambutnya.
Fisika merupakan pelajaran yang mempersiapkan anak didik untuk dapat
mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, atau bahkan Fisika
merupakan bagian dari perkembangan itu sendiri. Sementara di lain pihak tidak
sedikit siswa bahkan orang tua yang menganggap Fisika itu pelajaran momok
yang susah dipelajari. Oleh karena itu para guru dan praktisi pendidikan harus
mencari jalan keluar agar Fisika dapat disajikan dengan mudah dan menarik,
sehingga peserta didik dengan senang belajar Fisika. Ruang lingkup materi pada
standar kompetensi Fisika di SMA memang luas dan padat, maka pada modul ini
hanya disajikan 6 pokok bahasan yang dianggap sulit di sekolah, yaitu konsep
tentang mekanika, suhu dan kalor, konsep tentang muatan dan listrik statis, listrik
dinamis dan fisika modern.
A. Tujuan Pelatihan
Peserta Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) untuk bidang studi
FIisika diharapkan dapat:
1. Menjelaskan konsep dasar tentang mekanika, suhu dan kalor
2. Menjelaskan sifat-sifat muatan dan pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari.
3. Menjelaskan konsep arus listrik dan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari.
4. Menjelaskan konsep dasar tentang fisika modern
B. Manfaat Pelatihan
Manfaat umum Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) untuk bidang
studi Fisika adalah memberikan bekal kepada peserta PLPG tentang materi dasar
Fisika dan permasalahan-permasalahan yang sering muncul dalam pembelajaran
serta beberapa alternatif penyelesainnya. Sedangkan manfaat khusus dari kegiatan
PLPG bidang studi Fisika yaitu peserta PLPG mempunyai ketrampilan :
1. Menjelaskan konsep dasar tentang mekanika, suhu dan kalor.
2. Menjelaskan sifat-sifat muatan dan pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari.
3. Menjelaskan konsep-konsep konsep arus listrik dan manfaatnya dalam
kehidupan sehari-hari.
4. Menjelaskan konsep dasar tentang fiika modern
C. Strategi Pelatihan
Pelatihan disajikan dengan strategi mendiskusikan beberapa permasalahan
yang sering muncul dalam proses pembelajaran Fisika, khususnya pada pokok
materi gerak, dinamika gerak, suhu dan kalor, listrik statis, dan listrik dinamis,
serta fisika modern dipadu dengan kegiatan-kegiatan yang bersifat
eksperimentasi, untuk memantapkan konsep yang sedang dipelajari. Selanjutnya
peserta diharapkan dapat mempraktekkan proses pembelajaran (peer teaching).
D. Hasil yang Diharapkan
Dengan berakhirnya PLPG bidang studi Fisika, peserta pelatihan diharapkan
dapat meningkat kompetensi profesionalnya dalam membelajarkan Fisika kepada
peserta didiknya.
2

BAB II
GERAK

STANDAR KOPETENSI :
memahami konsep gerak beserta kaitan antara besaran besaran fisis yang terlibat
dalam melukiskan gerak benda.
KOMPETENSI DASAR :
Menjelaskan konsep gerak dalam 1 dimensi dan 2 dimensi.
INDIKATOR :
1. Menjelaskan perbedaan antara kecepatan dan kelajuan dengan benar.
2. Menjelaskan gerak lurus beraturan dengan benar.
3. Menjelaskan gerak lurus berubah beraturan dengan benar.
4. Menganalisa gerak parabola dengan benar.
5. Menganalisa gerak melingkar dengan benar.

Fenomena gerak bukanlah suatu yang asing bagi kita. Kita sendiri hampir
setiap saat melakukan gerakan, baik gerakan - gerakan yang yang kita sadari
maupun yang bersifat reflek. Meskipun demikian jika ditanyakan apakah yang
dimaksud dengan gerak? Tentunya kita akan berfikir hati hati untuk
mendefinisikan. Jika kita mengatakan bahwa suatu benda dikatakan bergerak
apabila benda tersebut mengalami perubahan kedudukan, ini juga akan
menimbulkan permasalahan. Apakah seseorang yang duduk dikursi yang sama
selama mengikuti kuliah dapat dikatakan diam ?, apakah orang yang tidur di
dalam kereta api yang sedang berjalan dikatakan bergerak ?. ini merupakan
pertanyaan yang tidak sederhana, karena memerlukan pertimbangan
pertimbangan untuk menjawabnya. Sebenarnya selain mengalami perubahan
kedudukan, suatu benda dikatakan bergerak atau tidak itu juga ditentukan oleh
pengamatnya. Bagi pengamat dikereta api yang sedang bergerak, orang yang tidur
disampingnya dikatakan tidak bergerak, tapi bagi pengamat di luar kereta api
orang tersebut dikatakan bergerak. Oleh karena itu dapatlah didefinisikan bahwa
suatu benda dikatakan bergerak apabila benda tersebut mengalami perubahan
kedudukan terhadap variabel waktu diukur relatif terhadap pengamatnya.
Gerakan benda sediri kalau diamati bentuk lintasannya bermacam-
macam, ada yang lurus, ada yang melingkar, ada yang parabola dan lain-lain. Hal
ini digunakan untuk mengelompokan jenis jenis gerak. Gerak yang lintasannya
3

lurus disebut gerak lurus, gerak yang lintasannya lingkaran disebut gerak
melingkar, dan gerak yang lintasannya parabola disebut gerak parabola. Ketiga
jenis gerak tersebut akan kita bahas pada bab ini.
LAJU DAN KECEPATAN
Dalam pergaulan sehari hari jarang sekali kita mendengar kata laju
digunakan untuk menggambarkan gerakan suatu benda. Seringkali kita
mengatakan kecepatan motor saya bisa mencapai sekian puluh kilometer per jam
untuk melukiskan seberapa cepat kita mengendarai motor. Istilah kecepatan yang
digunakan disini sebenarnya kurang tepat, karena kecepatan merupakan besaran
vektor sehingga harus disertakan arahnya dalam menyebutnya. Jika kita tidak
tertarik untuk menyebutkan arahnya lebih tepat kalau kita menggunakan kata
laju atau besar kecepatan.
Dalam fisika kata laju dihubungkan dengan jarak tempuh yang merupakan
besaran skalar, sedangkan kecepatan dihubungkan dengan perpindahan yang
merupakan besaran verktor. Untuk memahami konsep ini marilah kita
memperhatikan gambar 1.


Gambar 1 : Grafik yang melukiskan lintasan yang dilalui seseorang
dalam perjalanan dari A ke C.
Gambar 1, melukiskan lintasan yang dilalui seseorang ketika melakukan
perjalanan dari kota A ke kota C. Jarak total yang ditempuh orang tersebut adalah
= jarak AB + jarak BC yaitu 400 km + 500 km = 900 km, sedangkan besar
perpindahan (perubahan kedudukan atau perubahan posisi) orang tersebut relatif
terhadap kedudukan semula hanya sepanjang jarak AC yaitu 300 km dan tidak
tergantung pada lintasan yang dilaluinya. Jika waktu yang digunakan orang
y ( . 10
2
km )
x ( . 10
2
km )
O
A B
C
1
1
5
4
4

tersebut untuk menempuh seluruh perjalanannya adalah 15 jam maka kelajuan
rata rata orang tersebut adalah 900 km /15 jam = 60 km/jam, sedangkan
kecepatannya mempunyai besar (kecepatan) rata rata adalah 300 km / 15 jam =
20 km/jam dengan arah sejajar sumbu Y positip.
Secara matematis kelajuan rata-rata dituliskan sebagai
Kelajuan rata-rata =
tempuh waktu
tempuh jarak
................................................... (1.1)
Sedangkan kecepatan rata-rata dituliskan sebagai
Kecepatan rata-rata =
tempuh waktu
n perpindaha
.............................................. (1.2)
Jika kedudukan awal orang tersebut adalah
A
r

dan kedudukan akhirnya


C
r

maka kecepatan rata-ratanya menjadi


Kecepatan rata-rata =
tempuh waktu
r r
A C

.................................................
(1.3)
Jika Kecepatan rata-rata diberi simbol
rata rata
v

,
A C
r r

diberi simbol r

A dan
waktu tempuh diberi simbul , t A maka rumus (1.3) dapat dituliskan sebagai
t
r
v
rata rata
A
A
=

........................................................................... (1.4)
Jadi jelaslah disini bahwa ada perbedaan yang mendasar antara kelajuan
dan kecepatan. Akan tetapi dalam pembicaraan sehari-hari yang kita maksud
sebagai kelajuan atau kecepatan seringkali bukanlah kelajuan rata-rata dan
kecepatan rata-rata, melainkan kelajuan dan kecepatan saat tertentu yang dalam
fisika disebut dengan kelajuan sesaat dan kecepatan sesaat.
Kelajuan sesaat didefinisikan sebagai jarak yang ditempuh suatu obyek
tiap satuan waktu pada saat tertentu apabila pengukuran dilakukan selama periode
waktu t 0. Sedangkan kecepatan sesaat didefinisikan sebagai perpindahan
kedudukan suatu obyek tiap satuan waktu pada saat tertentu apabila pengukuran
dilakukan selama periode waktu t 0. Dalam buku ini kelajuan sesaat atau
kecepatan sesaat selanjutnya akan sering disebut sebagai kelajuan atau kecepatan.
Andaikata seseorang menempuh perjalanan dengan lintasan seperti yang
ditunjukkan oleh gambar 2, dari waktu ke waktu arah perpindahan orang tersebut
diukur dari titik A selalu mengalami perubahan arah. Perubahan arah tersebut
5

semakin tidak berarti jika periode waktu pengukuran semakin kecil atau
kedudukan akhirnya berada disekitar titik A. Pada 0 Ar

arah perpindahannya
sejajar dengan arah garis singgung di titik A tersebut. Pada keadaan ini besar
kecepatannya akan sama dengan kelajuannya.
Dengan demikian
t
r
v
t
sesaat
A
A
=
A

lim
0
........................................................................... (1.5)
dapat dituliskan sebagai
dt
r d
v v
sesaat


= = ........................................................................... (1.6)
dan besarnya dituliskan sebagai
dt
r d
v

= ........................................................................... (1.7)
yang juga merupakan kelajuan (sesaat) orang tersebut.








Gambar 2 : Grafik yang melukiskan perubahan posisi seseorang
yang bergerak dengan lintasan kontinu.

GERAK LURUS
Seperti telah disinggung sebelumnya, gerak lurus merupakan gerak yang
mempunyai lintasan berupa garis lurus. Gerak ini juga dapat diperlakukan sebagai
gerak dalam 1 dimensi karena lintasannya dapat dilukiskan dalam salah satu
variable ruang pada koordinat kartesius. Dalam buku ini sebagian besar akan
menggunakan simbol x untuk melukiskan jarak maupun perpindahan benda dalam
1 dimensi. Selain itu gerak lurus yang akan dibahas pada buku ini adalah gerak
lurus dengan kecepatan tetap yang biasa disebut gerak lurus beraturan (GLB) dan
gerak lurus dengan percepatan tetap yang biasa disebut gerak lurus berubah
beraturan (GLBB).
y
x
A
r

A
r


t
0
t
1
t
2
t
3
6

GERAK LURUS DENGAN KECEPATAN TETAP
Seperti namanya, gerak lurus dengan kecepatan tetap merupakan gerak
disamping mempunyai lintasan berupa garis lurus juga mempunyai besar
kecepatan tetap. Karena tan kons v =

maka jika seseorang menempuh perjalanan


selama waktu t, maka jarak yang ditempuh orang tersebut dituliskan sebagai
x = v . t .......................................................................... (1.8)
dengan v adalah besar kecepan orang tersebut.
GERAK LURUS DENGAN PERCEPATAN TETAP
Selain kecepatan, variabel lain yang berhubungan dengan gerak adalah
percepatan. Pada gerak lurus dengan kecepatan tetap variabel ini tidak muncul
karena nilainya nol, namun pada gerak lurus dengan percepatan tetap variabel ini
memegang peranan yang penting terutama untuk meramalkan jarak yang akan
ditempuh benda dan kecepatan benda dari waktu ke waktu.
Seperti halnya kecepatan, percepatan juga dapat dibedakan menjadi percepatan
rata-rata dan percepatan sesaat. Percepatan rata-rata didefinisikan sebagai
perubahan kecepatan tiap satuan waktu selama perjalanan dan secara matematis
dituliskan sebagai
t
v
a
rata rata
A
A
=

.......................................................................... (1.9)
Sedangkan percepatan sesaat adalah perubahan kecepatan pada saat tiap
satuaan waktu pada saat tertentu apabila pengukuran dilakukan selama periode
waktu t 0., dan secara matematis dituliskan sebagai
t
v
a
t
A
A
=
A

0
lim
dt
v d
a

= ......................................................................... (1.10)
Pada gerak lurus ini selain lintasannya berupa garis lurus, besar
kecepatannya juga berubah dari waktu ke waktu secara beraturan atau perubahan
kecepatannya tiap satuan waktu tetap.
Hal ini berarti
a
dt
v d

= = tetap . (1.11)
Rumus (1.11) dapat dituliskan sebagai
7

dt a v d

=
Selanjutnya jika keadaan awal benda yang bergerak tersebut ditandai
dengan waktu awal t
0
dan kecepatan awal v
0
, sedangkan keadaan akhir benda
ditandai dengan waktu akhir t
1
dan kecepatan akhir v
1
maka persamaan (1.11)
dapat dituliskan sebagai
} }
=
1
0
1
0
t
t
v
v
dt a v d

. (1.12)
Karena percepatannya tetap maka integrasi pada persamaan (1.12) menghasilkan
) t (t a v v
0 1 0 1
=

. (1.13)
Grafik hubungan antara v dan t untuk GLBB dapat dilukiskan seperti pada
gambar 3. Pada grafik tersebut besar kemiringan grafik menunjukkan besar
percepatannya yaitu a. Pada persamaan (1.13), karena
0 1
t t adalah waktu yang
diperlukan untuk menempuh perjalanan dari kedudukan awal ke kedudukan akhir,
maka variabelnya dapat diganti dengan variabel waktu tempuh t. Dengan
demikian persamaan (1.13) menjadi
t a v v

=
0 1

atau t a v v

+ =
0 1
. (1.14)






Gambar 3 : Grafik hubungan antara kecepatan dan waktu pada
gerak lurus dengan percepatan tetap (GLBB)

Simbol kecepatan akhir
1
v

biasanya diganti dengan v

, oleh karena itu


persamaan (1.14) dapat dituliskan
t a v v

+ =
0
......................................................................... (1.15)
Karena v

disini adalah kecepatan sesaat, maka persamaan (15) dapat


dituliskan sebagai
t
v
v
0
t
0
t
1
v
1
8

t a v
dt
r d

+ =
0
......................................................................... (1.16)
( )dt t a v r d

+ =
0
......................................................................... (1.17)
Pada gerak lurus vektor r

dapat diganti dengan salah satu variabel ruang


dalam koordinat kartesius, dan pada buku ini variabel yang digunakan adalah x.
Sehingga persamaan (1.17) dapat dituliskan sebagai
( )dt t a v dx + =
0
......................................................................... (1.18)
Pada rumus (1.18) semua simbol vektor diganti dengan simbol skalar
karena lintasannya dapat dibuat pada 1 variabel ruang saja. Lalu dengan
mengintegrasikan dari x
0
(sebagai kedudukan awal saat t = 0) sampai x
1
(sebagai
kedudukan akhir saat t > 0 )
( )
} }
+ =
t r
r
dt t a v dx
0
0
1
0

diperoleh
2
2
1
0 0 1
t a t v x x + = ................................................. (1.19)
Karena
0 1
x x merupakan jarak tempuh benda , maka dapat diganti dengan
simbol x, sehingga persamaan (1.19) dapat dituliskan sebagai
2
2
1
0
t a t v x + = ......................................................................... (1.20)
Adapun hubungan antara jarak tempuh benda dengan kecepatannya dapat
dicari sebagai berikut :
Dari rumus (1.10)
a
dt
v d

=
lalu kedua sisi persamaan dikalikan (perkalian dot) dengan s d

menghasilkan
x d a x d
dt
v d

=
x d a
dt
x d
v d

=
x d a v v d

= . (1.21)
Perkalian dot 2 buah vektor pada persamaan (1.21) menghasilkan
perkalian scalar karena arah v d

sama dengan arah a

dan arah v

sama dengan
arah x d

sehingga dapat dituliskan sebagai


dx a dv v = . (1.22)
9

lalu dengan mengintegrasikannya pada batas sesuai dengan kedudukan awal

} }
=
1
0
1
0
x
x
v
v
dx a dv v
diperoleh
1
0
1
0
2
2
1
x
x
v
v
x a v =
( ) ( )
0 1
2
0
2
1 2
1
x x a v v =
( )
a
v v
x x
2
0
2
1
2
1
0 1

+ = . (1.23)
jika diinginkan rumus kecepatan sebagai fungsi posisi maka rumus (1.23)
dituliskan sebagai
( )
0 1
2
0 1
2 x x a v v + = . (1.24)
atau x a v v 2
2
0
+ = . (1.25)
Keterangan :
v
0
= kecepatan akhir v = v
1
= kecepatan akhir
x
0
= kedudukan awal x
1
= kedudukan akhir
a = percepatan x = jarak tempuh.
GERAK PARABOLA
Seperti sudah disinggung sebelumnya, gerak parabola adalah gerak dengan
litasan berupa parabola. Salah satu contoh dari gerak ini adalah gerak peluru yang
ditembakkan ke udara, asal saja gaya gesek antara peluru dengan angin dapat
diabaikan. Meskipun gerakan ini berada dalam ruang 3 dimensi namun dapat
diberlakukan sebagai gerakan dalam bidang 2 dimensi.
Sekarang marilah kita tinjau gambar 4.









Gambar 4 : Grafik yang melukiskan lintasan bola yang ditendang dengan
kecepatan awal v
0
membentuk sudut terhadap garis horisontalnya.
y
x
v
0
v
0
sin
v
0
cos

y
maks
x
maks
10

Pada gambar 4, dapat diamati bahwa gerak parabola terdiri dari 2
komponen gerak yaitu gerak vertical (sejajar sumbu y) dan gerak horisontal
(sejajar sumbu x). Gerak vertikal mempunyai kecepatan awal v
0
cos dan kearah
vertikal horisontal mempunyai kecepatan awal v
0
sin . Karena gerak kearah
horisontal tidak mempunya percepatan (a = 0), maka berlaku
o cos
0
v v
x
= ......................................................................... (1.26)
( )
0
cos
x
x v t v t o = = ....................................................................... (1.27)
Sedangkan gerak arah vertikalnya dipengaruhi oleh percepatan gravitasi
bumi g (a = g), sehingga berlaku
o sin
0 0
v v
y
= ............................................................. (1.27)
0 0
sin
y y
v v a t v g t o = + = ..................................... (1.28)
2
2
1
0
t a t v y
y
+ =
2
2
1
0
sin t g t v = o ..................................... (1.29)
Bola pada gambar 4 akan mencapai tinggi maksimum apabila kecepatan
arah y (v
y
) nol, oleh karena itu pada keadaan ini berlaku persamaan
2 / 1 0
sin 0 t g v = o ............................................................. (1.30)
t
1/2
adalah waktu untuk menempuh tinggi maksimum, yaitu setengah perjalanan
kembali ke tanah. Selanjutnya pers (1.30) dapat dituliskan sebagai
g
v
t
o sin
0
2 / 1
= ............................................................. (1.31)
Substitusi pers (1.31) kedalam pers (1.29) menghasilkan persamaan
ketinggian maksimum yang dicapai bola sepanjang pergerakkannya yaitu
2
0
2
1 0
0
sin sin
sin
|
|
.
|

\
|

|
|
.
|

\
|
=
g
v
g
g
v
v y
maks
o o
o

2 2 2 2 2 2
0 0 0 1 1
2 2
sin sin sin v v v
g g g
o o o
= = ........................................... (1.32)
Sedangkan jarak maksimum yang ditempuh bola dapat dicari dengan
mensubstitusikan 2 t
1/2
ke dalam persamaan (1.31).
0
1/ 2
2 sin
2
maks
v
t t
g
o
= = ........................................................ (1.33)
Sehingga diperoleh persamaan
g
v
v x
maks
o
o
sin 2
cos
0
0
=

2 2
0 0
2 sin cos sin 2 v v
g g
o o o
= = ............................................. (1.33)
11

Selain itu dapat dibuktikan bahwa gerak seperti ini mempunyai lintasan
berupa parabola. Dari persamaan (1.27)
( ) t v x o cos
0
= ......................................................................... (1.34)
dihasilkan
o cos
0
v
x
t = ............................................................. (1.35)
Substitusi persamaan (1.35) ke dalam persamaan (1.29)
2
2
1 1
0 0 2 2
0 0
sin sin
cos cos
x x
y v t g t v g
v v
o o
o o
| |
= =
|
\ .

Menghasilkan persamaan
2
2 2
0
2
1
cos cos
sin
x
v
g
x y
o o
o

|
|
.
|

\
|
= ................................................. (1.36)
yang merupakan persamaan parabola
2
x b x a y = ......................................................................... (1.37)
Keterangan :
o
o
o
tan
cos
sin
=
|
|
.
|

\
|
= a dan
o
2 2
0
2
1
cos v
g
b=

PERCEPATAN SENTRIPETAL
Gerak melingkar beraturan, selain mempunyai lintasan berupa lingkaran
atau bagian dari sebuah lingkaran juga mempunyai kelajuan tetap. Gerak
melingkar ini dapat dianggap sebagai gerak dalam 2 dimensi, dan untuk
memahaminya marilah kita tinjau gambar 5.











Gambar 5 : Lintasan sebuah benda yang bergerak melingkar dengan jejari r= r
1

r
2
.
1
r


2
r

A

1
v


2
v


s A

u A
1
P
2
P
1
v


2
v

A

u A

12

Gambar 5, melukiskan lintasan sebuah benda yang sedang bergerak
melingkar dengan jari jari r yang dalam waktu t A menempuh jarak sejauh s A .
Berdasarkan gambar tersebut diperoleh hubungan diantara besaran besaran
fisika sebagai berikut
1 2
r r r

= A ......................................................................... (1.38)
u A = A r s ......................................................................... (1.39)
1 2
v v v

= A ......................................................................... (1.40)
2 1
r r r

= = merupakan merupakan jari jari lintasannya.
Pada keadaan ini kecepatan benda selalu berubah arah dari waktu ke
waktu, walaupun besarnya (kelajuannya) tetap. Dengan demikian percepatan
benda tidak sama dengan nol (0). Karena kelajuannya tetap, maka percepatan
yang arahnya sejajar dengan kecepatannya sama dengan nol (0), oleh karena itu
percepatan yang muncul pasti arahnya selalu tegak lurus dengan lintasannya dan
selalu menuju ketitik pusat lingkaran. Percepatan yang seperti ini yang disebut
dengan percepatan sentripetal.
Karena kelajuan benda tetap, maka
v v v = =
2 1

........................................................................ (1.41)
untuk 0 At , berlaku
v
v
r
s

A
=
A
= Au ......................................................................... (1.42)
karena
t v s A = A
maka persamann (1.42) menjadi
v
v
r
t v

A
=
A

r
v
t
v
2
=
A
A

......................................................................... (1.43)
karena 0 At maka percepatannya dapat dituliskan sebagai
r
v
t
v
a
t
2
0
lim =
A
A
=
A

......................................................................... (1.44)
ini merupakan besar percepatan sentripetalnya.
Soal :
Gambarkan grafik hubungan antara v (kecepatan) dan t (waktu tempuh), x (jarak
tempuh) dan t serta x dan v dalam :
a. Gerak Lurus Beraturan.
b. Gerak lurus berubah beraturan.
c. Gerak parabola.
d. Gerak melingkar beraturan.
13

BAB III
DINAMIKA GERAK

STANDAR KOPETENSI : Memahami hubungan antara gerak dan penyebabnya.
KOMPETENSI DASAR : Menjelaskan hukum Newton tentang gerak beserta
implementasinya.
INDIKATOR :
1. Menjelaskan Hukum Newton I dengan benar.
2. Menjelaskan Hukum Newton II dengan benar.
3. Menjelaskan Hukum Newton III dengan benar.
4. Menjelaskan konsep usaha dengan benar.
5. Menjelaskan konsep energi dengan benar.
6. Menganalisis hukum kekekalan energi.
5. Menganalisis hukum kekekalan momentum.

GAYA
Gaya merupakan besaran fisika yang mempunyai peran penting dalam
mempelajai gerakan obyek. Sebuah satelit dapat bergerak mengelilingi bumi,
sebuah benda yang dilempar ke atas akan kembali jatuh ke bumi, serpihan besi
dapat ditarik oleh magnet dan masih banyak contoh ain yang menunjukkan
keberadaan gaya.
Dalam fisika, gaya diartikan sebagai dorongan atau tarikan. Jika sebuah benda
mengalami dorongan atau tarikan dikatakan bahwa pada benda tersebut bekerja
gaya, entah benda tersebut diam ataupun bergerak. Hubungan antara gaya dan
gerak benda diatur berdasarkan hukum Newton.
Hukum Newton I
Hukum Newton I yang disebut juga dengan hukum kelembaman
menjelaskan keadaan benda jika tidak ada gaya yang bekerja pada benda tersebut.
Menurut hukum Newton I : Sebuah benda akan senantiasa diam atau bergerak
lurus beraturan jika tidak ada gaya yang bekerja pada benda tersebut. Hukum
Newton ini mengandung implikasi sebagai berikut : Sebuah benda yang mula
mula diam, akan memerlukan gaya untuk menggerakkannya. Sebaliknya jika
benda mula mula bergerak akan memerlukan gaya untuk menghentikannya.
Sifat yang demikin disebut dengan sifat kelembaman benda, yatu sifat benda yang
cenderung mempertahankan keadaannya.
14

Sekarang marilah kita memperhatikan gambar 6. Pada gambar tersebut
sebuah kelereng diletakkan di atas kertas yang ada di atas meja. Mula mula
kelereng diam tidak bergerak, lalu pelan pelan kertas ditarik mendatar sepanjang
permukaan meja apa yang terjadi? Kelereng tersebut tentunya akan bergerak
mengikuti gerakan kertas. Tetapi seandainya kita menarik kertas tersebut secara
cepat (mendadak) apa yang akan terjadi ? ternyata kelereng tersebut cenderung
tetap pada tempatnya. Kenapa bisa demikian? Inilah salah satu contoh yang
menunjukkan sifat kelembaman benda.




Gambar 6 : Sebuah kelereng diletakkan di atas kertas yang ada di atas meja .
Hukum Newton II
Pada hukum Newton I telah dijelaskan sifat benda jika tidak ada resultan
gaya yang bekerja pada benda tersebut, tetapi tidak dijelaskan bagaimanakah
hubungan antara gaya dengan gerak benda yang mengalami gaya tersebut.
Hubungan antara gerak dan gaya dinyatakan dalam hukum Newton II. Hukum
Newton II menyatakan bahwa adanya resultan gaya yang bekerja pada suatu
benda akan menghasilkan percepatan, besar percepatan benda berbanding lurus
dengan besar resultan gayanya dan berbanding terbalik dengan massa benda
tersebut, sedangkan arahnya searah dengan arah resultan gaya yang bekerja pada
benda tersebut.
Jika gaya diberi simbol F

dan massa benda diberi simbol m maka


percepatan benda secara matematis dapat dituliskan sebagai
m
F
a

=

......................................................................... (2.1)
Hukum Newton III
Jika kita membicarakan masalah kesetimbangan pada benda, maka secara
tidak langsung kita membicarakan hukum Newton III. karena hukum Newton III
ini menjelaskan munculnya gaya - gaya reaksi suatu benda sebagai akibat
bekerjanya gaya pada benda tersebut. Karena itu hukum Newton III dikenal
15

sebagai hukum aksi reaksi. Hukum ini menjelaskan bahwa apabila benda pertama
melakukan gaya ( yang disebut gaya aksi ) pada benda kedua maka benda kedua
juga akan melakukan gaya ( yang disebut gaya reaksi ) pada benda pertama yang
besarnya sama dengan besar gaya aksi tetapi arahnya berlawanan.
Untuk memahami hukum ini marilah kita memperhatikan gambar 7.

Gambar 7 : Seorang anak sedang mendorong almari diatas permukaan lantai yang
kasar tetapi almari tetap tidak bergerak.
Gambar 7, melukiskan seseorang yang sedang mendorong almari yang
terletak diatas permukaan lantai yang kasar tetapi almari tetap tidak bergerak.
Gaya dorong anak diberi simbol F
anak
, dalam keadaan diam (setimbang) mestinya
resultan gayanya nol (0), oleh karena itu pastilah ada gaya yang melawan gaya
dorong anak tersebut yang besarnya sama dengan gaya dorong anak tetapi
arahnya berlawanan. Gaya inilah yang disebut gaya reaksi, dan pada kejadian ini
diberi simbol F
almari
untuk menunjukkan gaya yang berasal dari almari bekerja di
telapak tangan orang tersebut.
USAHA DAN ENERGI
Usaha dan energi dalam fisika merupakan 2 buah konsep yang saling
berkaitan erat, karena disamping energi dapat didefinisikan sebagai kemampuan
untuk melakukan usaha atau kerja juga dalam rumusan matematisnya energi
diturunkan dari usaha. Oleh karena itu pembahasan energi tidak bisa dipisahkan
dari usaha.
Usaha
Seperti sudah disinggung di sebelumnya, adanya gaya pada suatu benda
tidak menjamin bahwa benda tersebut bergerak. Bergerak atau tidaknya benda
ditentukan oleh resultan gaya yang bekerja pada benda tersebut. Jika benda tidak
bergerak meskipun diberi gaya dikatakan bahwa tidak ada usaha yang dilakukan
oleh gaya tersebut, sebaliknya jika benda itu bergerak maka ada usaha yang
dilakukan gaya.
F
anak
F
almari
16









Gambar 8 : Sebuah balok bergerak diatas lantai garena adanya gaya F

yang sejajar
lantai.
Usaha merupakan besaran skalar dan didefinisikan sebagai hasil kali
antara komponen gaya yang sejajar lintasannya dengan panjang lintasannya. Jika
gaya yang bekerja pada benda sejajar dengan lintasannya seperti yang ditunjukkan
oleh gambar 8, maka usaha yang dilakukan oleh gaya F

untuk memindahkan
benda sejauh x dituliskan sebagai
x F w= ......................................................................... (2.2)
sedangkan jika gaya yang bekerja pada benda membentuk sudut u seperti yang
ditunjukan oleh gambar 9 maka usaha yang dilakukan F

dituliskan sebagai
u cos x F w= ......................................................................... (2.3)
oleh karena itu secara umum usaha oleh gaya dituliskan sebagai
x F w

- = ......................................................................... (2.4)
yaitu perkalian dot antara vector F

dan x

.
Sebenarnya rumus (2.4) berlaku jika gaya yang bekerja pada benda tetap
dan lintasan benda berupa garis lurus.






Gambar 9 : Sebuah balok bergerak diatas lantai garena adanya gaya F

yang
membentuk sudut u dengan lantai.
Pada ruang 2 atau 3 dimensi bisa saja lintasan benda tidaklah lurus dan
gayannya juga tidak tetap, sehingga rumus (2.4) tidak bisa lagi digunakan. Pada
F


t = 0
F


t = t
1
x

F


t = 0
t = t
1
x

F


u
u
17

kondisi seperti ini langkah yang kita ambil adalah membagi lintasan tersebut
menjadi elemen elemen kecil r d

yang nilainya mendekati nol ( r d

dapat
dianggap sebagai garis lurus dan gayanya sepanjang perpindahan r d

dapat
dianggap tetap), lalu mencari besarnya usaha yang dilakukan gaya untuk
perpindahan sebesar r d

tersebut dan mengintegrasikan sepanjang seluruh lintasan.


proses ini dilukiskan oleh gambar 10.








Gambar 10 : Lintasan sebuah benda yang bergerak dibawah pengaruh gaya F

.
Gambar 10, melukiskan lintasan sebuah benda yang bergerak dibawah
pengaruh gaya F

.
i
r

adalah vector posisi kedudukan awal benda dan


f
r

adalah
vector posisi kedudukan akhir benda. Usaha yang dilakukan gaya untuk
memindahkan benda sejauh r d

dituliskan sebagai
r d F dw

- = ......................................................................... (2.5)
Dengan demikian usaha (w) yang dilakukan oleh gaya tersebut untuk menempuh
seluruh lintasan secara matematis dituliskan sebagai
}
- =
f
i
r
r
r d F w

......................................................................... (2.6)
Energi kinetik
Jika kita membicarakan energi tidaklah bisa dilepaskan dari konsep usaha.
Memang dalam masalah praktis pembicaraan tentang energi seringkali tidak
berhubungan sama sekali dengan usaha, akan tetapi jika kita ingin memahami
konsepnya dengan benar kita harus mempelajari kaitan antara keduanya..
Energi kinetik yang diberi simbol
k
E merupakan energi yang
berhubungan dengan gerak benda, bila sebuah benda melakukan gerak (sedang
x
y
z
r d


i
r


f
r


18

bergerak) maka benda tersebut mempunyai energi kinetik ( 0 =
k
E ). Sebaliknya
jika benda berada dalam keadaan diam maka benda tersebut tidak mempunyai
energi kinetik ( 0 =
k
E ).
Secara matematis energi kinetik dituliskan sebagai
2
2
1
v m E
k
= ......................................................................... (2.7)
dengan m = massa benda dan v adalah kecepatan benda.
Hubungan antara energi kinetik dengan usaha dapat dipahami dengan
meninjau kembali gambar 11.







Gambar 11 : Lintasan sebuah benda yang bergerak dibawah pengaruh gaya F

.
Gambar 11, .melukiskan lintasan sebuah benda yang bergerak dibawah pengaruh
gaya F

yang arahnya sejajar dengan sumbu x positip.


i
r

adalah vector posisi


kedudukan awal benda dan
f
r

adalah vector posisi kedudukan akhir benda.


Usaha yang dilakukan benda untuk menempuh lintasannya menurut
persamaan (2.7) dituliskan sebagai
f f
i i
r r
r r
w F dr m a dr = - = -
} }

}
- =
f
i
r
r
r d a m

......................................................................... (2.8)
karena gaya yang bekerja pada benda searah dengan sumbu x positip maka dapat
dituliskan
x F x F F
x
= =


sehingga percepatannya menjadi
x a x a a
x
= =


x
y
z
r d


i
r


f
r


19

dengan
dx
dv
a a
x
x
= =
oleh karena
z dz y dy x dx r d + + =


maka berlaku
dx a r d a
x
= -


dengan mengabaikan batas integrasi persamaan (2.8) dapat dituliskan sebagai
x
x
dv
w m a dx m dx
dt
= =
} }

}
= dx
dt
dx
dx
dv
m
x
......................................................................... (2.9)
karena
x
v
dt
dx
= yaitu komponen kecepatan arah x maka persamaan (2.9) menjadi
x x x x
w m dv v m v dv = =
} }
................................................... (2.10)
Jika kecepatan awal arah x diberi simbul
ix
v dan kecepatan akhir arah x
diberi symbol
fx
v maka persamaan (2.10) dapat dituliskan sebagai
2 2 2
1 1 1
2 2 2
fx fx
ix ix
v v
x x x fx ix
v v
w m v dv m v m v m v
| |
= = =
|
\ .
}
............................ (2.11)
pada kejadian ini selain mampunyai komponen kecepatan arah x benda juga
mempunyai komponen kecepatan arah y dan z. jika pada kedudukan awal
komponen kecepatan arah y diberi simbol
iy
v dan ke arah z diberi simbul
iz
v ,
sedangkan pada kedudukan akhir komponen kecepatan arah y diberi simbol
fy
v
ke arah z diberi simbul
fz
v maka berlaku persamaan
2 2 2 2
iz iy ix i
v v v v + + =
2 2 2 2
fz fy fx f
v v v v + + =
atau
( )
2 2 2 2
iz iy i ix
v v v v + + =
( )
2 2 2 2
fz fy f fx
v v v v + = ............................................................. (2.12)
substitusi persamaan (2.12) kedalam persamaan (2.11) dihasilkan
( ) ( ) ( ) ( )
2 2 2 2 2 2
2
1
2
1
iz iy i fz fy f
v v v m v v v m w + + =
( ) ( ) ( )
2 2 2 2 2 2
2
1
2
1
2
1
iz fz iy fy i f
v v m v v m v v m + + =
karena gaya yang bekerja mempunyai arah sejajar dengan arah sumbu x positip
maka kecepatan arah y dan arah z tidak mengalami perubahan, sehingga
fy iy
v v = ......................................................................... (2.13)
20

substitusi persamaan (2.13) kedalam persamaan (2.12) dihasilkan
2 2
2
1
2
1
i f
v m v m w = ............................................................. (2.14)
yang berarti bahwa usaha yang dilakukan oleh gaya besarnya sama dengan
perubahan energi kinetik benda.
Persamaan (2.14) secara sederhana dapat dituliskan sebagai
k
E w A =
Keterangan :
k
E A adalah perubahan energi kinetik benda.
Energi Potensial Gravitasi
Berbeda dengan energi kinetik, energi potensial ini tidak brhubungan
secara langsung dengan gerakan benda. Benda yang berada dalam keadaan diam
bisa jadi mempunyai energi potensial, hal itu ditentukan oleh kedudukannya
dalam sistem. Seperti namanya, setiap benda yang mempunyai energi potensial
tentu saja mempunyai potensi (kemampuan) untuk melakukan usaha.








Gambar 12 : Lintasan sebuah benda yang bergerak dibawah pengaruh gaya
g
F

.
Gambar 12, melukiskan lintasan benda yang bergerak ke atas dari
ketinggian y
1
ke ketinggian y
2
.
g
F

adalah gaya gravitasi yang dialami benda


selama pergerakkannya tentu saja besarnya sama dengan berat benda. Besarnya
usaha oleh gaya gravitasi untuk memindahkan benda dari ketinggian y
1
ke
ketinggian y
2
melalui lintasan tersebut dituliskan sebagai
2 2
1 1
r r
g
r r
w F dr F dr = - = -
} }
........................................................... (2.14)
karena gaya yang bekerja pada benda searah dengan sumbu y negatip maka dapat
dituliskan
x
y
r d


g
F



2
y
1
y
21

y F F
g g
=


dan z dz y dy x dx r d + + =


maka
dy F r d F
g g
= -

......................................................................... (2.15)
sehingga persamaan (2.14) menjadi
}
=
2
1
y
y
g
dy F w ......................................................................... (2.16)
dengan
g
F adalah besar gaya gravitasi bumi (sama dengan berat benda) yang
besarnya adalah m g, sehingga persamaan (2.16) menjadi
}
=
2
1
y
y
dy g m w ......................................................................... (2.17)
di dekat permukaan bumi nilai g dapat dianggap konstan sehingga persamaan
(2.17) menjadi
( )
1 2
y y g m w = ......................................................................... (2.18)
Nilai m g y ini yang disebut dengan energi potensial gravitasi dan diberi
simbol E
p
. Energi potensial gravitasi ini diberi nilai nol ( 0 ) apabila benda berada
di permukaan bumi, sehingga y merupakan ketinggian tempat relative terhadap
permukaan bumi dan biasanya diganti dengan h. sehingga energi potensial yang
dimiliki oleh benda pada ketinggian h relatif terhadap permukaan bumi dituliskan
sebagai
h g m E
p
= ......................................................................... (2.19)
Persamaan (2.18) menunjukkan hubungan antara usaha yang dilakukan
oleh gaya gravitasi dengan perubahan energi potensial benda. Persamaan (2.18)
dapat dituliskan sebagai
( ) ( )
2 1 2 1 p p
w m g y m g y E E = =
p
E A = ......................................................................... (2.20)
dengan demikian dapat dikatakan bahwa usaha yang dilakukan oleh gaya gravitasi
sama dengan negatip perubahan energi potensial bendanya.
Hukum Kekekalan Energi
Pada pembahasan sebelumnya telah ditunjukkan bagaimana hubungan
antara usaha dan energi kinetik, juga antara usaha dengan energi potensial.
Namun demikian khusus energi potensial yang dibahas barulah energi potensial
22

gravitasi yaitu energi yang berhubungan dengan gaya gravitasi. Besarnya usaha
yang dilakukan oleh gaya gravitasi menurut rumus (2.20) adalah
( )
1 2
y g m y g m w =
Hal ini berarti bahwa apabila benda bergerak menempuh lintasan tertutup
sembarang (seperti yang terlihat pada gambar 13) dan kembali keposisi semula
besarnya usaha yang dilakukan gaya gravitasi pasti sama dengan nol ( 0 ). Gaya
yang mempunyai sifat seperti ini disebut dengan gaya konservatif dan diberi
simbol F
c
.






Gambar 13 : Lintasan tertutup sebuah benda yang bergerak dibawah pengaruh
gaya
g
F

.
Di alam ini banyak ditemui gaya gaya yang tidak mempunyai sifat
seperti itu, misalkan saja gaya gesek. Jika gaya yang bekerja pada benda
menempuh lintasan tertutup seperti yang dilukiskan pada gambar 13, adalah gaya
gesek maka usaha yang dilakukan oleh gaya tidaklah sama dengan nol. Hal ini
dapat dimengerti apabila kita mengambil potongan potongan kecil elemen
lintasan, menafsirkan hasilnya secara kasar besarnya usaha tiap potongan kecil
tersebut, lalu menjumlahkan meliputi seluruh lintasan tertutup tersebut. Kita
mendapatkan bahwa usaha yang dilakukan oleh gaya gesek selalu bernilai negatip
oleh karena itu kalau dijumlahkan tidak mungkin bernilai nol ( 0 ). Gaya seperti
ini disebut gaya non konservatif dan diberi simbol F
nc
.
Jika sebuah benda bergerak karena adanya gaya konservatif dan
nonkonservatif maka usaha yang dilakukan benda tersebut dituliskan sebagai
( )
f f
i i
r r
c nc
r r
w F dr F F dr = - = + -
} }

} }
- + - =
f
i
f
i
r
r
nc
r
r
c
r d F r d F

............................................................. (2.21)
untuk gaya konservatif berlaku rumus (2.20) sehingga persamaan (2.21) menjadi
1 2
y y =
x
y
r d


g
F



1 2
x x =
23

}
- + A =
f
i
r
r
nc p
r d F E w

............................................................. (2.22)
Menurut rumus (2.14) usaha oleh gaya sembarang F

sama dengan
perubahan energi kinetiknya, oleh karena itu substitusi rumus (2.14) kedalam
rumus (2.22) menghasilkan
}
- + A = A
f
i
r
r
nc p k
r d F E E


atau
k p
r
r
nc
E E r d F
f
i
A + A = -
}


2
1
2
2 1 2
2
1
2
1
v m v m y g m y g m + =

|
.
|

\
|
+ |
.
|

\
|
+ =
2
1 1
2
2 2
2
1
2
1
v m y g m v m y g m

( ) ( )
1 1 2 2 k p k p
E E E E + + =
..................................... (2.23)
nilai
k p
E E + disebut dengan energi mekanik benda dan biasanya diberi simbol
E. Karena itu persamaan (2.23) dapat dituliskan sebagai
1 2
E E r d F
f
i
r
r
nc
= -
}

......................................................................... (2.24)
Hal ini berarti bahwa usaha oleh gaya nonkonservatif besarnya sama
dengan selisih antara energi mekanik awal dengan energi mekanik akhir.
Jika tidak ada gaya nonkonservatif yang bekerja pada benda atau gaya
konservatifnya diabaikan, rumus (2.24).menjadi
1 2
0 E E = atau
2 1
E E = .................................... (2.25)
dengan demikian selama tidak ada gaya nonkonservatif yang bekerja pada benda
energi mekanik benda bersifat kekal.
IMPULS DAN MOMENTUM
Pada bab sebelumnya telah disinggung bahwa setiap benda di alam ini
selalu berusaha untuk mempertahankan keadaannya (Hukum Newton I). Apabila
kita ingin mengubah keadaan benda diperlukan energi. Besarnya energi yang
diperlukan untuk mengubah keadaan benda tergantung dengan massa benda dan
seberapa besar perubahan keadaan yang kita inginkan. Sebagai contoh misalkan
24

kita ingin menghentikan sebuah troli yang bergerak, energi yang diperlukan untuk
menghentikannya ditentukan oleh besar kecepatan dan massa troli, makin besar
massanya energi yang diperlukan makin besar, demikian juga makin besar
kecepatannya energi yang diperlukan makin besar.
Dalam fisika, besaran yang berhubungan dengan keadaan benda tersebut
disebut momentum. Dan khusus dalam bab ini yang akan dibahas adalah
momentum linear yaitu momentum yang berhubungan dengan gerak translasi.
Momentum Linear
Seperti telah disinggung di depan bahwa momentum benda ditentukan
oleh massa benda dan kecepatannya. Karena nilainya sebanding dengan kedua
besaran tersebut maka didefinisikan momentum sebagai massa benda dikalikan
dengan kecepatannya. Atau secara matematis dituliskan dengan
v m p

= ......................................................................... (2.26)
dengan p

adalah momentum linear benda dan merupakan besaran vector yang


arahnya sama dengan arah kecepatannya, sedangkan satuannya dalam SI adalah
1
s m kg . Dalam buku ini momentum linear akan disebut momentum, sedangkan
momentum yang berhubungan dengan gerak rotasi akan disebut momentum
anguler atau momentum sudut.
Hubungan antara gaya dan momentum pertama kali dikemukakan oleh Sir
Isaac Newton pada tahun 1686 dalam presentasinya yang berjudul Principia
Mathematica Philosophiae Naturalis. Hukum tersebut mendefinisikan bahwa
gaya (resultan gaya) yang dialami oleh benda sama dengan perubahan momentum
benda tiap satuan waktu. Secara matematis hukum ini dituliskan sebagai
dt
p d
F

= ......................................................................... (2.27)
Persamaan (2.27) merupakan bentuk lain dari hukum Newton II. Rumus
(2.27) dapat dituliskan sebagai
dt F p d

= ......................................................................... (2.28)
Sistem Partikel
Sebagian besar konsep kosep yang kita pelajari hingga saat ini,
diterapkan pada benda dengan memperlakukan benda benda sebagai partikel
tunggal, terutama dalam hubungan antara gaya dan gerak. Hal itu memang dapat
25

dibenarkan asalkan benda tidak mengalami perubahan bentuk dan tidak
mengalami rotasi. Akan tetapi jika kita ingin mempelajari lebih jauh tentang gerak
benda kita harus memperlakukan benda sebagai system partikel (sekumpulan
partikel yang membentuk suatu system).
Sebuah benda pejal dapat dianggap tersusun dari partikel partikel kecil
yang keadaannya menentukan sifat fisis benda tersebut. Meskipun gaya antar
partikel tidak sama dengan nol ( 0 ), namun jika tidak ada gaya luar yang bekerja
pada benda maka benda akan mempunyai keadaan yang tetap (benda yang mula
mula diam benda yang mula mula bergerak akan tetap bergerak kecepatan
tetap). Demikian juga yang terjadi dengan bola plastik yang berisi udara, bola ini
tidak akan bergerak jika tidak ada gaya luar yang bekerja pada bola sekalipun
partikel partikel udara dalam bola bergerak secara acak. Benda maupun bola
plastik tadi itulah yang disebut system partikel.
Pengertian system partikel ini dapat diperluas, meliputi semua obyek yang
menjadi pembicaraan sekalipun secara fisik tidak ada batasan yang jelas seperti
yang ditunjukkan oleh benda pejal ataupun udara yang dibatasi oleh kulit bola.
Misalkan saja jika kita membicarakan tumbukan 2 benda, kedua benda tersebut
dapat dianggap system partikel asalkan interaksi yang terjadi adalah interaksi
antara keduanya dan tidak melibatkan obyek yang lainnya.
Sekarang marilah kita tinjau gambar 14.




Gambar 14 : 2 buah partikel dalam system partikel yang masing masing berturut
turut mempunyai massa m
1
dan m
2
pisisi dalam sumbu x adalah x
1

dan x
2
serta mempunyai kecepatan v
1
dan v
2
.
Gambar 14, melukiskan 2 buah partikel dalam system partikel yang masing
masing berturut turut mempunyai massa m
1
dan m
2
, pisisi dalam sumbu x adalah
x
1
dan x
2
serta mempunyai kecepatan v
1
dan v
2
. titik pusat massa system partikel
tersebut pada sumbu x didefinisikan sebagai
2 1
2 2 1 1
m m
x m x m
x
cm
+
+
= ......................................................................... (2.29)
x
y
x
1 x
2
m
2
m
1
v
1
v
2
26

karena
2 1
m m + adalah massa total system partikel maka dapat diganti dengan
simbol M sehingga persamaan (2.29) dapat dituliskan sebagai
M
x m x m
x
cm
2 2 1 1
+
= atau

=
=
2
1
1
i
i i cm
x m
M
x ........................ (2.30)
dan kecepatan titik pusat massanya adalah

=
=
2
1
1
i
i
i
cm
dt
dx
m
M dt
dx

=
=
2
1
1
i
i i cm
v m
M
v ......................................................................... (2.31)
karena kecepatan merupakan besaran vektor, maka dapat dituliskan sebagai
( )
2
1 1 2 2
1
1 1
cm i i
i
v m v m v m v
M M
=
= = +

.............................. (2.32)
sedangkan percepatan pusat massanya dapat dituliskan sebagai

=
=
2
1
1
i
i
i
cm
dt
v d
m
M dt
v d


( )
2
1 1 2 2
1
1 1
cm i i
i
a m a m a m a
M M
=
= = +

................................. (2.33)
Rumus (2.31), rumus (2.32) dan rumus (2.33) dapat diperluas untuk sistem
partikel yang tersusun dari N buah partikel dan terdistribusi dalam ruang. Pada
kejadian ini posisi partikel dinyatakan oleh vektor posisi
N
r r r r

, ... , , ,
3 2 1
sehingga
rumus (2.31) menjadi

=
=
N
i
i i cm
r m
M
r
1
1
......................................................................... (2.34)
rumus (2.32) menjadi

=
=
N
i
i i cm
v m
M
v
1
1
................................................. (2.35)
Atau

=
=
N
i
i i cm
v m v M
1

......................................................................... (2.36)
dan rumus (2.33) menjadi

=
=
N
i
i i cm
a m
M
a
1
1
..................................... (2.37)
sedangkan momentum total system partikel
2
1 1 2 2
1
i i
i
p m v m v m v
=
= + =

............................................... (2.38)
substitusi rumus 2.36) kedalam rumus (2.38) diperoleh
cm
v M p

= ......................................................................... (2.39)
yang berarti bahwa momentum total system partikel sama dengan massa total
system dikalikan dengan kecepatan pusat massanya.
27

Tumbukan
Peristiwa tumbukan bukanlah sesuatu yang asing bagi kita. Tumbukan
antara bola bola boling ketika melakukan permainan, tumbukan antara kaki
dengan bola waktu menendang bola dan tumbukan antara tangan dengan bola
pada waktu mengoper bola dalam permainan bola voli, merupakan contoh
terjadinya tumbukan. Jika kita perhatikan lebih cermat ada beberapa kejadian
yang spesifik ketika terjadi tumbukan. Misalkan saja tumbukan antara 2 buah bola
boling, setelah tumbukan ada kemungkinan bola boling yang menumbuk
dibelokkan, dipantulkan berbalik arah atau berhenti demikian juga dengan bola
boling yang di tumbuk, setelah tumbukan arah gerakannya tergantung arah bola
boling yang menumbuknya. Kecepatan bola boling setelah tumbukan, baik
kecepatan bola boling yang manumbuk maupun yang ditumbuk tidak bisa
sembarangan tetapi mengikuti suatu hukum tertentu.
Sekarang marilah kita tinjau system partikel seperti yang ditunjukkan oleh
gambar 14. Jika
2 1
v v > pastilah suatu saat kedua benda tersebut akan
bertumbukkan. Karena tidak ada gaya eksternal yang bekerja maka berlaku
0 = =
dt
p d
F

......................................................................... (2.40)
Persamaan (2.40) menghasilkan tetap P=

.................................... (2.41)
yang berarti bahwa momentum total system partikel sebelum dan sesudah
tumbukan sama. Jika sesudah tumbukan kecepatan partikel dengan massa
1
m
adalah '
1
v

dan kecepatan partikel dengan


2
m adalah '
2
v maka rumus (2.41) dapat
dituliskan sebagai
' '
2 2 1 1 2 2 1 1
v m v m v m v m

+ = +
inilah yang disebut dengan hukum kekekalan momentum.
Soal :
1. Sebuah bom yang beratnya 2 kg yang dilepaskan dari sebuah pesawat meledak
menjadi 2 bagian ketika menyentuh tanah. Pesawat tersebut terbang sejajar
permukaan bumi pada ketinggian 100 m dan kecepatan 500 km/jam. Jika salah
satu pecahan bom tersebut bergerak vertikal, hitung :
a. Energi kinetiknya ketika bom tersebut menyentuh tanah.
b. Ketinggian maksimum pecahan bom.
Catatan : - Anggap pada ledakan tersebut tidak ada energi yang hilang dan gaya
gesek udara diabaikan.


28

BAB IV
KALOR DAN PERUBAHAN WUJUD ZAT

STANDAR KOPETENSI : Memahami konsep kalor dalam hubungannya dengan
suhu benda beserta perambatannya.
KOMPETENSI DASAR : Menjelaskan konsep kalor, suhu dan perambatan kalor.
INDIKATOR : 1. Menjelaskan hubungan antara perubahan suhu dan kalor.
2. Menjelaskan terjadinya perambatan kalor.
3. Menjelaskan hubungan antara kalor dan perubahan bentuk.
4. Menganalisis perubahan suhu pada campuran beberapa bahan.

Panas merupakan salah satu bentuk energi yang berhubungan dengan suhu
benda. Bentuk energi ini dapat dideteksi oleh tubuh kita meskipun tidak dapat kita
lihat, misalkan saja panas sinar matahari, panasnya api atau uap air yang
mendidih, panasnya udara pada siang hari di musim kemarau dll. Energi ini
sangat kita perlukan hampir pada setiap bidang kehidupan kita, bahkan ini
merupakan salah satu kebutuhan utama kita antara lain sebagai penghangat tubuh,
memasak makanan, mengeringkan pakaian dan bahkan sampai pada
penerapannya dalam teknologi tinggi. Akan tetapi energi ini juga dapat merugikan
kita apabila tidak kita kendalikan, misalkan saja terjadinya kebakaran hutan,
penyebab ledakan pada tabung gas, dan bahkan bisa menyebabkan kerusakan
pada jaringan tubuh. Selain itu energi panas juga mempunyai pengaruh yang
signifikan pada sifat fisis benda yang dikenainya, bahkan pada tingkat tertentu
dapat merubah fasa (wujud) zat. Es berubah menjadi cair apabila dipanaskan
demikian juga air bisa berubah menjadi uap apabila dipanaskan hingga titik
didihnya.
Kapasitas Panas dan Panas Jenis
Apabila suatu benda diberi panas, suhunya akan naik jika tidak terjadi
perubahan wujud. Suhu akhir benda selain ditentukan oleh volumenya (dalam hal
ini berarti massanya) juga ditentukan oleh jenis benda tersebut. Besi dengan kayu
jika beri panas yang sama, suhunya akan berbeda meskipun massanya sama.
Demikian juga air, minyak dan kaca akan berbeda suhunya apabila diberi panas
yang sama.
29

Jenis benda yang dimaksud oleh alinea diatas diwakili oleh apa yang disebut
dengan panas jenis yang biasa diberi simbul c. Apabila suatu benda yang
bermassa m diberi panas sebesar Q sehingga suhunya berubah sebesar T, maka
hubungannya dengan panas jenis dapat dituliskan sebagai
Q = m c T ......................................................................... (3.1)
Beberapa ketentuan ketentuan yang berhubungan dengan rumus (3.1):
1. Jika c dalam satuan kkal/kg K, maka Q dalam satuan kkal, m dalam kg dan
T dalam K.
2. Jika c dalam satuan kJ/kg K, maka Q dalam satuan kJ, m dalam kg dan T
dalam K
3. Jika c dinyatakan dalam SI yaitu J/kg K, maka Q dalam satuan J, m dalam
kg dan T dalam K
Hubungan antara kal (kalori) dan J (joule) adalah
1 kal = 4,184 J
atau
1 J = 0,24 kal
Dengan demikian panas jenis dapat didefinisikan sebagai energi panas yang
dibutuhkan untuk menaikan suhu 1 satuan massa zat sebesar 1 derajat.
Selain itu persamaan (3.1) dapat dituliskan sebagai
Q = C T ........................................................................... (3.2)
dengan C adalah kapasitas panas zat.
Hubungan antara C dengan c menurut persamaan (3.2) dan persamaan (3.1)
dituliskan sebagai
C = m c ........................................................................... (3.3)
Dengan demikian kapasitas panas zat adalah energi panas yang diperlukan untuk
menaikan suhu zat sebesar 1 derajat. Satuan C dalam SI adalah J/K.
Perambatan Panas
Panas dapat merambat melalui medium padat, cair maupun gas, bahkan
pada gelombang elektromagnetik panas dapat dihantarkan sekalipun tidak ada
medium/zat perantaranya. . Perambatan panas ini ditandai oleh kenaikan suhu
benda sekalipun benda tersebut tidak bersentuhan langsung dengan sumber panas.
Kita dapat merasakan panas jika berada disekitar api unggun sekalipun kita tidak
menyentuh api unggun tersebut, kita juga dapat merasakan panas ketika
menyentuh ujung logam yang ujung lainnya bersentuhan dengan sumber panas,
kita juga dapat merasakan panas ketika kita mencelupkan tangan kita ke
30

permukaan air yang sedang direbus. Ini merupakan bukti bahwa panas merambat
baik melalui medium gas, padat maupun cair.
Konduksi (hantaran) Panas
Konduksi panas merupakan peristiwa perambatan panas yang tidak
disertai oleh perpindahan atom atau molekul zat perantaranya. Peristiwa
perambatan panas seperti ini terjadi pada zat padat dimana atom atau molekul zat
mempunyai ikatan yang kuat sehingga posisinya relatif tetap dalam strukturnya.
Jika sebatang logam homogen dengan panjang , memiliki luas
penampang A, ujung pertama bersuhu T
2
sedangkan ujung yang lain bersuhu T
1

(T
1
< T
2
), maka aliran panas H dinyatakan sebagai
T
Q
H
A
A
= ........................................................................... (3.4)
dapat pula dinyatakan sebagai
H = k A

T A
........................................................................... (3.5)
dengan k adalah koefisien konduktivitas zat (dinyatakan dalam satuan Wm
-1
K
-1
),
T = T
2
T
1
(dinyatakan dalan K) dan A luas penampang bahan (dinyatakan
dalam m
2
).
Persamaan (3.5) dapat dituliskan sebagai
H =
R
T A
........................................................................... (3.6)
dengan
A k
R

= yang disebut dengan hambatan panas.
Bila dua batang logam yang berbeda masing masing suhunya T
1
dan T
2

mempunyai luas penampang sama A saling disambungkan maka pada suatu saat
sambungan kedua logam tersebut akan mencapai suhu kesetimbangan T diman T
1

< T < T
2
. Pada keadaan ini terdapat 2 aliran panas yang terjadi yaitu pada lapisan
1 terjadi aliran panas dari suhu T ke T
1
dan pada lapisan 2 terjadi aliran panas dari
suhu T
2
ke T. Menurut hukum kekekalan energi haruslah dipenuhi H
1
= H
2
.

Pada
lapisan 1 aliran panasnya berasal dari T ke T
1
dituliskan sebagai :
H
1
= k
1
A
|
|
.
|

\
|
1
1

T T

atau
T T
1
= H
1

|
|
.
|

\
|
A k
1
1

........................................................................... (3.7)
31

pada lapisan 2 aliran panasnya berasal dari T
2
ke T dituliskan sebagai
H
2
= k
2
A
|
|
.
|

\
|
2
2

T T

atau
T
2
T = H
2

|
|
.
|

\
|
A k
2
2

........................................................................... (3.8)
Lalu dengan menjumlahkan persamaan (3.7) dan persamaan (3.8) diperoleh
T
2
T
1
= H
1

|
|
.
|

\
|
A k
1
1

+ H
2

|
|
.
|

\
|
A k
2
2

................................................... (3.9)
Karena H
1
= H
2
dan dapat diganti H maka persamaan (3.9) menjadi
T
2
T
1
= H
|
|
.
|

\
|
+
A k A k
2
2
1
1

................................................................ (3.10)
Sehingga aliran panasnya dapat dituliskan sebagai
H =
2 1 2 1
1 2
1 2 1 2
1 2
T T T T T
R R R R
k A k A
A
= =
+ +
+
.............................. (3.11)
Dengan demikian jika n buah batang logam dengan suhu berturut turut
T
1
, T
2
, T
3
, ...... T
n
disambungkan secara berurutan maka aliran panas yang terjadi
dapat dituliskan sebagai
H =
n
R R R R
T
+ + + +
A
...
3 2 1
................................................................... (3.12)
Konsveksi (Aliran) Panas
Konsveksi panas pemindahan panas yang disertai dengan perpindahan zat
perantaranya (mungkin atom atau molekul). Konsveksi panas terjadi pada fluida
atau zat alir.
Secara empiris hubungan antara aliran panas dengan perubahan suhu benda
dinyatakan oleh
H = h A t ......................................................................... (3.13)
Pada persamaan (3.13) h adalah koefisien konveksi zat (dinyatakan sebagai Wm
-
2
K
-1
) dan A adalah luas penampang.
Rumus matematik yang berhubungan dengan konveksi panas, sebenarnya
sangat rumit. Hal tersebut disebabkan karena adanya energi (panas) yang hilang,
ataupun berhubungan dengan sifat-sifat fluida itu sendiri antara lain :bentuk
permukaan, jenis fluida, karakteristik fluida, aliran fluida dan keadaan fluida
32

Radiasi (Pancaran) Panas
Radiasi panas adalah perambatan panas melalui pancaran gelombang
elektromagnet. Apabila gelombang elektromagnet yang dipancarkan dari sumber
panas terhalang oleh sesuatu benda, maka energi gelombang tersebut akan diserap
dan sebagai akibatnya akan menaikkan suhu benda.
Rendah atau tingginya suhu radiasi gelombang elektromagnet tergantung
pada panjang gelombangnya (). Menurut Hukum Pegeseran Wien hubungan
antara panjang gelombang dari gelombang elektromagnetik dengan suhu
dinyatakan sebagai
T
B
= ......................................................................... (3.14)
Persamaan (3.14) B tetapan nilai 2,898 .10
-3
mK, T suhu mutlak dan panjang
gelombang maksimum yang dipancarkan oleh benda panas tersebut.
Hubungan antara radiasi panas dengan suhu menurut

Josef Stefan
dinyatakan dalam bentuk,
H = e A T4 ......................................................................... (3.15)
Pada persamaan (3,15) adalah tetapan Stefan-Boltzman yang besarnya 5,67
.10
-8
Wm
-2
K
-4
, e koefisien emisi yang nilainya antara (0 1) tergantung pada
keadaan permukaan zat.
Asas Black
Pada dasarnya setiap benda dialam ini akan berusaha mencapai suhu
kesetimbangan mereka. Dua buah logam yang suhunya berbeda jika disentuhkan
lama kelamaan akan mempunyai suhu yang sama, demikian juga udara disekitar
kita meskipun mekanisme untuk mencapainya berbeda. Untuk menaikan suhu
suatu zat memerlukan panas, sebaliknya untuk menurunkan suhu, suatu zat perlu
melepaskan panas.
Hubungan antara perubahan suhu sistem tersebut diatur oleh azas Black.
Menurut Black, bila dua buah zat yang suhunyn berbeda disentuhkan maka
besarnya panas yang dilepaskan oleh benda pertama akan sama dengan besarnya
panas yang diterima oleh benda ke dua. Secara matematis hubungan ini dituliskan
sebagai
Q
lepas
= Q
masuk
......................................................................... (3,16)
33

Jika zat pertama massa m
1
, suhu
o
1
t dan kapasitas jenisnya c
1
, dan zat kedua
massa m
2
bersuhu
o
2
t dan berkapasitas jenis c
2
(dengan nilai
o
1
t <
o
2
t ), maka suhu
akhir akan sama yaitu t
o
dengan rumus.
m
1
c
1
(t
o
-
o
1
t ) = m
2
c
2
(
o
2
t - t
o
) ................................................. (3.17)
Perubahan Wujud Zat
Seperti yang kita ketahui, zat yang sama bisa mempunyai tiga wujud,
yakni padat, cair dan gas. Sebagai contoh, air dapat berbentuk es (padat) pada
suhu 0
0
C, air (cair) pada suhu antara 0
0
C sampai 100
0
C dan uap (gas) pada
suhu 100
0
C pada tekanan 1 atmosfir. Pada proses perubahan wujud suatu zat
menyerap atau melepaskan kalor. Besarnya panas yang diserap atau dilepaskan
oleh 1 kg zat untuk merubah wujud disebut dengan kalor laten.
Hubungan antara panas yang diserap atau dilepaskan dengan kalor laten
dapat dituliskan sebagai :
L m Q . = ......................................................................... (3.18)
Pada rumus (3.18), L adalah kalor laten (joule/kg)
Hubungan antara panas dan perubahan wujud zat dapat dilukiskan seperti pada
gambar 15




Gambar 15 : Grafik hubungan antara suhu dan panas pada sebagian besar zat.
Soal
1. Sebuah ruangan bersuhu 10
0
C mempunyai 2 buah jendela kaca berukuran 40 x
60 cm
2
. Suhu diluar ruangan adalah 30
0
C, dan aliran kalor antara ruangan
dengan bagian luar terjadi hanya melalui kedua jendela tersebut. Hitung laju
aliran kalor yang terjadi.
2. Hitung banyaknya air yang bersuhu 50
0
C yang diperlukan untuk mencairkan
400 gr es bersuhu 5
0
C.
3. 200 gr es bersuhu 10
0
C dicampur dengan 500 gr air bersuhu 27
0
C. Hitung
suhu akhir campuran! Jelaskan juga keadaan akhir campuran.



100
0
T (
o
C)
cair
gas / uap
Q (kkal)
Q1 Q2
Q3 Q4
Padat
34

BAB V
LISTRIK STATIS
Standar Kompetensi :
Menerapkan konsep kelistrikan dan kemagnetan dalam berbagai penyelesaian
masalah dan produk teknologi
Kompetensi Dasar :
Memformulasikan gaya listrik, kuat medan listrik, fluks, potensial listrik,
energi potensial listrik serta penerapannya pada keping sejajar.
Tujuan Pembelajaran : Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta dapat
- Mendeskripsikan muatan listrik
- Mendeskripsikan sifat-sifat muatan listrik
- Mendeskripsikan cara membuat benda bermuatan listrik
- Mendeskripsikan hukum gaya Coulomb
- Menuliskan rumus gaya Coulomb
- Mendeskripsikan medan Listrik
- Menuliskan rumus medan Listrik
- Mendeskripsikan hukum Gauss
- Menuliskan rumus hukum Gauss
- Mendeskripsikan Energi Potensial Listrik
- Menuliskan rumus Energi Potensial Listrik
- Mendeskripsikan Potensial Listrik
- Menuliskan rumus Potensial Listrik
- Menerapkan Listrik Statik
Listrik statis merupakan suatu cabang pengetahuan yang mempelajari
segala aspek tentang muatan listrik yang dalam keadaan diam dan interaksi
muatan listrik dengan lingkungan di sekitarnya.
5.1 Muatan Listrik
Konsep muatan listrik dalam teori Elektromagnet (teori Listrik dan
Magnet) mirip dengan konsep massa dalam teori Mekanika. Di dalam teori
Elektromagnet klasik hanya ditunjukkan bagaimana muatan bertingkah laku dan
tidak pernah menjelaskan apa sebenarnya muatan itu. Untuk menjelaskan apa
sebenarnya muatan diperlukan teori yang lain yaitu teori Kuantum.
Setiap benda tersusun atas sejumlah besar atom yang membentuk pola
susunan tertentu. Sebuah atom tersusun atas inti atom dan elektron (untuk atom
Hidrogen hanya ada satu proton dan satu elektron). Proton bermuatan positif,
elektron bermuatan negatif dan neutron tidak bermuatan (netral). Umumnya atom
tidak bermuatan atau netral, jika jumlah muatan positif (proton) dan muatan
negatif (elektron) sama. Atom dapat juga tidak netral, jika jumlah muatan positif
35

dan muatan negatif tidak sama dan jika atom mengalami gangguan sehingga
elektron terlepas dari atom. Atom yang kehilangan satu elektron maka jumlah
muatan positif dan muatan negatif tidak sama lagi sehingga kelebihan muatan
positif disebut ion bermuatan positif. Jika jumlah muatan negatif lebih banyak
dari pada muatan positif, maka disebut ion bermuatan negatif.
Benyamin Fraklin (17061790) melalui eksperimen menunjukkan
terdapat 2 jenis muatan listrik yaitu muatan listrik positif dan muatan listrik
negatif. Menurut konvensi yang disarankan oleh Benyamin Franklin jika batang
plastik digosok kain wool maka batang plastik akan bermuatan negatif, dan jika
batang kaca digosok kain sutra maka batang kaca bermuatan positif. Batang
plastik yang digosok kain wool, muatan negatif (elektron) di kain wool pindah ke
batang plastik, sehingga batang plastik menjadi bermuatan negatif. Sedangkan
pada batang kaca yang digosok kain sutra, muatan negatif (elektron) yang ada di
batang kaca pindah ke kain sutra, sehingga batang kaca kekurangan elektron dan
menjadi bermuatan positif. Untuk membuat suatu benda menjadi bermuatan dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu : Cara Konduksi dan Cara Induksi.
Cara Konduksi yaitu
a. Benda subjek bermuatan (misal bermuatan negatif) didekatkan pada benda
objek netral, maka benda objek netral akan mengalami polarisasi muatan, yaitu
muatan positif terpisah mendekat benda subjek sedangkan muatan negatif
menjauhi benda subjek.
b. Benda subjek bermuatan negatif lalu disentuhkan ke benda objek sehingga
elektron dari benda subjek mengalir ke benda objek untuk menetralkan muatan
positif lokal dan yang tersisa pada benda objek hanya muatan negatif.
c. Benda subjek lalu dijauhkan dari benda objek, sehingga benda objek yang
tadinya netral kini telah menjadi bermuatan negatif seperti benda subjek.
Cara Induksi yaitu
a. Benda subjek bermuatan (misal bermuatan negatif) didekatkan pada benda
objek netral, maka benda objek netral akan mengalami polarisasi muatan, yaitu
muatan positif lokal terpisah mendekat benda subjek sedangkan muatan negatif
lokal menjauhi benda subjek.
b. Pada benda objek, muatan negatif lokal lalu dihubungkan ke bumi (ground)
sehingga elektron dari benda objek mengalir ke bumi dan pada benda objek
tersisa muatan positif lokal.
c. Benda subjek lalu dijauhkan dari benda objek, sehingga benda objek yang
tadinya netral kini telah menjadi bermuatan positif.
Pada cara konduksi, benda objek yang tadinya netral, berubah menjadi
bermuatan negatif yang sama dengan muatan benda subjek. Sedangkan pada cara
36

induksi, benda objek yang tadinya netral, berubah menjadi bermuatan positif yang
berbeda dengan muatan benda subjek.
5.2 Gaya Coulomb
Besar kecilnya muatan listrik dari suatu benda diukur dalam satuan
coulomb, misal besar muatan listrik dari satu partikel elementer elektron yaitu
1,6.10
19
coulomb dan besar muatan satu partikel elementer proton yaitu 1,6.10
19

coulomb. Jadi besarnya muatan satu partikel elektron sama besarnya dengan
muatan satu partikel proton, tetapi hanya berbeda jenis muatannya. Coulomb pada
tahun 1785 melakukan percobaan dengan menggunakan alat ukur yang sangat
peka yaitu neraca puntir. Dari hasil kesimpulan percobaannya, Coulomb
kemudian merumuskan hukum Coulomb yaitu Besarnya gaya tarik menarik atau
tolak menolak antara dua bauh benda bermuatan sebanding dengan besarnya
masing-masing muatan dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara kedua
benda tersebut. Secara matematis hukum coulomb dapat ditulis dengan
persamaan sebagai berikut :

12
1 2
2
q q
F k r
r
= (4.1)
dan F = gaya coulomb,
9
0
1
k 9.10
4
= = Nm
2
C
2

q
1
= besarnya muatan ke 1 dan q
2
= besarnya muatan ke 2
r = jarak antara kedua muatan

0
= permitivitas ruang hampa
Gaya coulomb adalah vektor, yang arahnya ditentukan oleh jenis muatan yang
berinteraksi.
Gaya coulomb F berupa gaya tolak, jika muatan q
1
dan q
2
jenisnya sama.
Gaya coulomb F berupa gaya tarik, jika muatan q
1
dan q
2
jenisnya beda.
Arah gaya coulomb pada muatan uji q
2
ditentukan oleh jenis muatan sumber dan
muatan sumber q
2

Jika muatan sumber positif dan muatan uji q
2
positif, maka arah gaya coulomb
pada muatan uji q
2
yaitu menjauhi muatan sumber.
Jika muatan sumber positif dan muatan uji q
2
negatif, maka arah gaya coulomb
pada muatan uji q
2
yaitu mendekati muatan sumber.
Besar dan arah resultan gaya coulomb digunakan hitungan vektor



+ +
q
1
q
2
q
3
21 F 23 F
37

Besar resultan gaya coulomb pada muatan q
2
adalah
2 23 12 F F F =

2 2
23 21
2 3 2 1
2
q q q q
F k
r r
| |
=
|
\ .



Gambar 5.1 Interaksi antar muatan
Besar resultan gaya coulomb pada muatan q
2
yang tidak sejajar q
1
dan q
3
adalah

2 2
2 21 23 21 23
F F F 2F F cos = + +
Sudut adalah sudut antara vektor 21 F dengan 23 F
contoh
Tinjau tiga muatan q
1
=6.10
9
C, q
2
= 2.10
9
C,
dan q
3
= 5.10
9
C. k = 9.10
9
Nm
2
/C
2

a. Hitung komponen gaya F
23
akibat muatan q
2
pada q
3

b. Hitung komponen gaya F
13
akibat muatan q
1
pada q
3

c. Tentukan resultan gaya pada muatan q
2
besar dan
arahnya.
Jawab :
a.
( )( )
9 9
2 3 9 9
23
2
23
2.10 5.10
q q
F k 9.10 6, 57.10 N
r 4

= = = dan
9
23x
F 6, 57.10 N

=
b.
( )( )
9 9
1 3 9 9
13
2
13
6.10 5.10
q q
F k 9.10 10,8.10 N
r 5

= = =

9 9
23x
4
F 10,8.10 N 8, 64.10 N
10

| |
= =
|
\ .
dan
9 9
23y
3
F 10,8.10 N 6, 48.10 N
5

| |
= =
|
\ .

c.
9 9 9
x
F 6, 57.10 N 8, 64.10 N 2, 07.10 N

= + =

( ) ( )
2 2
2 2 9 9 9
x y
F F F 2, 07.10 6, 48.10 6,8.10 N

= + = + =
tan =
y
x
F
6, 48
tan 3,13 dan 72, 335
F 2, 07
= = = =

+ +

q
1
q
2
q
3
21 F
23 F
2 F

+
+

q
1
q
3
q
2
4 m
5 m
3 m
F
13
F
23
38

5.3 Medan Listrik
Medan listrik adalah medan yang terletak di sekitar muatan dan medan
listrik dapat melakukan gaya pada suatu benda bermuatan melalui ruang
walaupun tidak menyentuh benda tersebut. Setiap benda yang bermuatan listrik
akan menghasilkan medan listrik di sekitarnya. Satuan medan listrik (E) yaitu
newton/ coulomb (N/C).

0
F
E
q
=


Gambar 5.2 Medan listrik benda bermuatan (Serway, 2009)
Benda bermuatan yang menghasilkan medan listrik di sekitarnya disebut
muatan sumber. JIka pada daerah di sekitar muatan sumber diletakkan sebuah
muatan uji positif q
0
, maka kuat medan listrik pada titik di mana muatan uji q
0
itu
berada, dinyatakan sebagai gaya coulomb yang bekerja pada muatan uji itu dibagi
dengan muatan uji itu sendiri. Besarnya kuat medan pada suatu titik adalah

0
0 0
2 2
qq F q
E k k
q q r r
= = = (4.2)
E = besar kuat medan listrik di suatu titik
q = muatan sumber
r = jarak antara titik dengan muatan sumber
Arah kuat medan listrik di suatu titik ditentukan oleh jenis muatan sumber.
Jika muatan sumber positif, maka arah kuat medan listrik di suatu titik
menjauhi muatan sumber.
Jika muatan sumber negatif, maka arah kuat medan listrik di suatu titik
mendekati muatan sumber.




Besar resultan kuat medan listrik di titik A adalah :

A 1 2
E E E = +

1 2
A 2 2
1 2
q q
E k
r r
| |
= +
|
\ .

Gambar 5.3 Interaksi medan listrik
+
q
1
A

q
2
2 E
1 E
1
r
2
r
+


q
1
A

q
2

2 E

1 E

A E

39

Besar resultan kuat medan listrik di titik A adalah :

2 2
A 1 2 1 2
E E E 2E E cos = + +
Sudut adalah sudut antara vektor 1 E dengan 2 E
Garis-garis Medan Listrik
Untuk menggambarkan adanya medan listrik digunakan garis-garis gaya
listrik atau garis-garis medan listrik. Beberapa hal penting tentang garis-garis
gaya listrik yaitu :
Garis-garis medan listrik merupakan garis khayal dan setiap titik pada garis ini
mempunyai kuat medan listrik E dengan arah sesuai garis singgung.
Garis-garis medan listrik berbentuk simetris, meninggalkan atau masuk ke
muatan.
Garis-garis medan listrik bermula dari muatan positif dan berakhir pada
muatan negatif.
Garis-garis medan listrik tidak ada yang berpotongan satu sama lainnya
Jumlah medan listrik per satuan luas permukaan yang tegak lurus garis-garis
medan pada setiap titik sebanding dengan besar kuat medan listrik di titik
tersebut.
Tempat dengan garis-garis medan listrik yang rapat mempunyai medan listrik
yang kuat, sebaliknya tempat dengan garis-garis medan listrik yang renggang
mempunyai medan listrik yang lemah.
Fluks Listrik
Fluks listrik adalah jumlah garis-garis medan listrik yang menembus
tegak lurus suatu bidang. Misal suatu medan listrik E menembus suatu bidang
seluas A, maka fluks listrik () dapat dinyatakan sebagai :
= E A cos .. (4.3)



Gambar 5.4 Fluks listrik yang menembus luasan A
Sudut adalah sudut antara arah vektor E dengan vektor n normal bidang. Jika
tegak lurus permukaan bidang, maka = 0
o
atau cos = 1, sehingga = E A
bidang
E
n

40

5.4 Hukum Gauss
Hukum Gauss didasarkan pada konsep garis-garis gaya fluks listrik.
Bunyi hukum Gauss adalah sebagai berikut :
Fluks listrik total yang menembus suatu luasan permukaan tertutup sama
dengan jumlah muatan-muatan listrik yang dilingkupi oleh permukaan
tertutup itu dibagi dengan permitivitas ruang udara
0

Rumusan hukum Gauss dapat dinyatakan sebagai berikut :

0
q

E
u =


Gambar 5.5 Permukaan tertutup A
Muatan q
1
, q
2
, dan q
3
berada di dalam luasan A, sedangkan q
4
berada di luar
permukaan A. Fluks listrik total yang menembus permukaan akibat muatan q
1
, q
2
,
dan q
3
adalah :
total
1 2 3
0
q q q

| | +
u =
|
\ .

Penerapan hukum Gauss
a. Kuat medan listrik E dekat muatan titik
Permukaan tertutup A melingkupi muatan q menurut hukum Gauss

0
q
EAcos

u = =
Arah E dan n di titik a adalah radial ke luar,
maka = 0
o
atau cos = 1.
sehingga

0
q
EA

= atau
( )
2
0
q
E 4r

= maka
2
0
q
E
4r
=
b. Kuat medan listrik E di dekat bidang muatan tak berhingga.
Rapat muatan yaitu

q

A
=
Permukaan tertutup berbentuk silindris dengan
luas penampang A melingkupi muatan q
Menurut hukum Gauss

total n n
0
q
E A E A

u = + =
n
0
A
2E A

= maka
n
0

E
2
=
n
E adalah kuat medan listrik dalam arah normal penampang silinder
+
q

a

r

A

a E

+
+
+
+
+

n E n E
+
+

q
1
q
3
q
2
A

+
q
4
41

c. Kuat medan listrik E di antara konduktor dua keping sejajar.
Rapat muatannya :
q

A
=
Di antara kedua keping, masing-masing keping
menimbulkan kuat medan listrik :

0
q
E
2
=
Dengan arah ke kanan, sehingga resultan kuat medan
listrik di tempat itu adalah :

0 0 0
S S S
E
2 2
= + =
Dengan arah ke kanan tegak lurus bidang keping. Kuat medan listrik di luar
keping oleh keping bermuatan positif dan keping bermuatan negatif arah
berlawanan, sehingga resultannya nol.
d. Kuat medan listrik E di dalam dan di luar konduktor bola berongga. dengan
jari-jari R.
Untuk permukaan Gauss 1 (r < R), muatan yang dilingkupi oleh permukaan 1
sama dengan nol, sebab di dalam bola tidak ada muatan.
Menurut hukum Gauss :

0
q
EAcos

= atau
0
q
E
Acos
= dan E 0 = untuk q = 0
Untuk permukaan Gauss 2 (r > R), muatan yang
dilingkupi oleh permukaan 2 sama dengan q.
Menurut hukum Gauss :

0
q
EAcos

=

( )
2
2 0
0
0
q q
E
4r
4r cos 0
= =
e. Kuat medan listrik E di dalam dan di luar konduktor bola pejal.
Dengan distribusi muatan seragam, untuk permukaan Gauss 1, muatan
yang dilingkupi adalah adalah q= sV. Karena s = q/V, q adalah muatan yang
terdistribusi merata dalam volume bola jejari = R yaitu :

3
4
V R
3
=
sehingga :
3
3
3
3
4
r
q r
3
q' V' q q
4
V R
R
3
| |
|
| |
| |
= = =
| | |
\ .
\ .
|
|
\ .

+
+
+
+
+
+
E




2 1
r <
R
r>R
R
+
+
+
+
+ +
+
+ +
+
+
+
+
+ +
+
2 1
r <
R
r>R
R
+
+
+
+
+
+ +
+
42

Untuk medan listrik di dalam bola, hukum Gauss akan menghasilkan :
o
0
q'
EAcos 0

= atau
( )
2
0
q'
E 4r

= dengan
2
A 4r = dan
0
cos 0 =
( )
3
0
1 q
E r untuk r R
4 R
= s
Untuk medan listrik di luar bola, permukaan Gauss 2, muatan yang dilingkupi
adalah q. Menurut hukum Gauss :
o
0
q'
EAcos 0

=
dengan
2
A 4r = dan
0
cos 0 =
( )
2
0
1 q
E untuk r R
4 r
= >



5.5 Energi Potensial Listrik
Sebagaimana medan gravitasi Bumi,
medan listrik statis bersifat konservatif, artinya
usaha yang diperlukan untuk memindahkan sebuah
muatan titik dalam medan listrik tidak bergantung
pada bentuk lintasannya, tetapi hanya bergantung
pada kondisi awal dan kondisi akhir proses.
Dari gambar di atas, usaha yang diperlukan untuk memindahkan muatan
uji q' dari titik (1) ke titik (2) dalam medan listrik yang ditimbulkan oleh muatan
sumber q dirumuskan sebagai berikut :

1.2
2 1
1 1
W kqq'
r r
| |
=
|
\ .

Karena medan listrik statis bersifat konservatif, maka usaha yang dilakukan
tersebut merupakan penambahan energi potensial muatan uji q' , sehingga

1.2
2 1
q' q'
W kq kq
r r
=
Dari kedua persamaan di atas, diperoleh rumus energi potensial (besaran skalar)
sebagai berikut :

P
qq'
E k
r
= ... (4.4)
q = muatan sumber
q' = muatan uji

R
r
E
r
R
2
0
1 q
E
4 r
=

3
0
1 q
E r
4 R
=
+
q

(1
)

(2
)

r
1
r
2
q'
43

5.6 Potensial Listrik
Potensial listrik pada sebuah titik dalam medan listrik homogen
didefinisikan sebagai energi potensial listrik dibagi dengan muatan uji di titik
tersebut.

P
E q
V k
q' r
= = ... (4.5)
V = potensial listrik pada jarak r dari muatan sumber q
r = jarak titik terhadap muatan sumber
q = muatan sumber dan q' = muatan uji
Potensial listrik termasuk besaran skalar. Oleh karena itu potensial listrik
di sebuah titik yang ditimbulkan oleh banyak muatan cukup dijumlahkan secara
aljabar biasa (tanda + dan pada muatan sumber diikutsertakan).
Misal : Potensial listrik di titik P yang ditimbulkan oleh 4 muatan sumber q
1
, q
2
,
dan q
3
ditulis :
P 1 2 3
V V V V = + +

3 3 1 2 1 2
P
1 2 3 1 2 3
q q q q q q
V k k k k
r r r r r r
| |
= + = +
|
\ .

Beda Potensial Listrik
Beda potensial listrik antara dua titik di dalam medan listrik homogen
sama dengan besarnya usaha yang diperlukan untuk memindahkan muatan uji
positif q' dari titik yang potensialnya lebih tinggi dibagi dengan muatan uji itu
sendiri.
( )
P Q
W q V V q ' ' V = = A
Beda potensial antara titik Q dan titik P yaitu
P Q
V V V= A
Hubungan antara E dan V
a. Pada konduktor keping sejajar.
Rapat muatannya

q

A
=
Kuat medan listrik pada konduktor keping sejajar
V
E
d
= (0 < r d)
E 0 = (r > d)
Potensial listrik antara kedua keping
V = E r (0 < r d)
Potensial listrik di luar keping sejajar
V = E d (r > d)
+
q
1
r
1
r
2
+
q
2 q
3
r
3
P Q
V
P V
Q
+
q'
+
+
+
+
+q
E


q
d
44

Grafik antara E r Grafik antara V r




b. Pada konduktor bola logam berongga
Sebuah konduktor bola logam berongga yang diberi muatan (misal :
muatan positif), maka distribusi muatan pada konduktor bola berongga akan
menyebar di permukaan bola, sedangkan di dalam bola tidak ada muatan.
Kuat medan listrik pada konduktor bola berongga (jejari = R)
E = 0 (r < R)
2
q
E k
r
= (r R)
Potensial listrik pada konduktor bola berongga (jejari = R)

q
V k
R
= (r R)

q
V k
r
= (r > R)
Grafik antara E r Grafik antara V r




Potensial di dalam bola adalah serba sama, yaitu setiap titik pada bidang
tersebut memiliki potensial listrik yang sama, sehingga bidang di dalam bola
disebut bidang ekipotensial. Jadi untuk memindahkan muatan listrik dari suatu
titik ke titik lain pada bidang ekipotensial tidak memerlukan usaha.
5.7 Kapasitor
Kapasitor adalah suatu komponen elektronika yang dapat menyimpan
muatan listrik. Kapasitor terdiri dari dua penghantar atau konduktor yang terpisah
oleh udara atau bahan dielektrik. Dua penghantar (keping konduktor) dalam
kapasitor mempunyai jenis muatan yang berbeda. Salah keping konduktor
dihubungakan dengan kutub positif sumber tegangan, sedangkan keping
konduktor yang lain dihibungkan dengan kutub negatif sumber tegangan.
Besarnya kapasitas C kapasitor dinyatakan sebagai perbandingan antara
besar muatan Q pada tiap keping penghantar dengan beda potensial V antara
r
V
0 d
E d
V = E r
r
V
0 R
q
k
R

q
V k
r
=

r
E
0 R
2
q
k
r

2
q
E k
r
=

r
E
0 d
V
d

45

kedua keping penghantar dan besar muatan Q pada tiap-tiap keping penghantar
berbanding lurus dengan beda potensial V antara kedua keping penghantar. Jika
dirumuskan dalam bentuk persamaan, maka hubungan antara C, Q, dan V yaitu

Q
C
V
=
Nilai C suatu kapasitor bergantung pada struktur dan jenis bahan
penyekat antara kedua keping penghantar, yaitu :
a. Luas keping penghantar (A). Semakin luas keping penghantar maka semakin
besar kapasitas kapasitor.
b. Jarak antara kedua keping penghantar (d). Semakin kecil jarak antara kedua
keping penghantar maka semakin besar kapasitas kapasitor.
c. Permitivitas zat dielektrik () bahan penyekat antara kedua keping. Semakin
besar permitivitas dari bahan penyekat maka semakin besar kapasitas kapasitor
Kapasitor Keping Sejajar
Dua keping penghantar dengan luas masing-masing A disusun sejajar
dengan jarak antar keping satu dengan lain yaitu d, maka merupakan sebuah
kapasitor keping sejajar. Karena kedua keping disusun berdekatan, maka dianggap
kuat medan listriknya homogen dan besarnya kuat medan yaitu :

0
Q
E
A
=
dan beda potensial antara dua keping
0
Qd
V E d
A
= =
Kapasitas kapasitor keping sejajar yaitu

Q
C
V
= atau
0 0
A
C
d
=
0
= permitivitas listrik dalam vakum =
2
12
2
C
8,85.10
Nm


0
C = kapasitas kapasitor keping sejajar ketika berisi udara
Jika ruang di antara kedua keping kapasitor disisipi dengan zat
dielektrikyang memiliki tetapan k, maka permitivitas listrik zat dielektrik tersebut
yaitu

0
K = dengan K = tetapan dielektrik
Sehingga kapasitor keping sejajar dapat ditulis menjadi :

A
C
d
= atau
0
A
C K
d
=
dengan
0
C KC = dan
0
C C > karena K > 1
Kapasitas sebuah kapasitor keping sejajar, besarnya ::
a. Berbanding lurus luas (A) tiap keping kapasitor
b. Berbanding lurus tetapan dielektrik (K)
c. Berbanding terbalik jarak pisah antar keping (d)
+
+
+
+
+Q
E


Q
d
46

Kapasitor Bola Berongga
Muatan Q yang diberikan pada konduktor bola berongga akan tersebar
merata pada permukaan bola. Bola ini dapat dianggap sebagai sebuah kapasitor,
dan keping yang lainnya adalah sebuah bola konduktor yang jari-jarinya tak
berhingga, sehingga potensialnya nol.
Potensial listrik padas kulit bola konduktor yang berjari-jari
R dirumuskan :

0
Q 1 Q
V k
R 4 R
= =
Kapasitas sebuah kapasitor bola berongga yang berjari-jari R
dapat diperoleh dari persamaan :

0
Q Q R
C 4 R
Q
V k
k
R
= = = =
Misalkan sebuah kapasitor terdiri dari dua bola konduktor berongga yang
konsentris, masing-masing dengan jari-jari R
1
dan R
2
, di mana R
1
< R
2
, seperti
gambar di samping
Potensial bola berongga 1 dan bola berongga 2 dirumuskan sebagai berikut

1 2
1 2
Q Q
V k dan V k
R R
= =
Beda potensial antara bola berongga 1 dan bola berongga 2 yaitu :

1 2
1 2
1 1
V V V kQ
R R
| |
A = =
|
\ .


2 1
1 2
R R
V kQ
R R
| |
A =
|
\ .

Kapasitas kapasitor dapat C dirumuskan :
2 1
1 2
Q 1
C
V R R
k
R R
= =
A | |
|
\ .
dan
( ) ( )
0 1 2 1 2
2 1 2 1
4 R R R R
C
k R R R R
= =


Pengaruh Zat Dielektrik
a. Kedua keping tidak dihubungkan baterai




Gambar kiri, sebuah kapasitor dengan muatan tiap kepingnya Q
0
dan beda
potensial antar kepingnya V
0

Gambar kanan, sebuah kapasitor disisipi zat dielektrik yang memiliki tetapan
dielektrik K dengan muatan tiap keping Q dan beda potensial antar keping V.
+
+
+
+
+Q
0


Q
0
V
0
+
+
+
+
+Q


Q
V

R
+Q
R
2
+Q
R
1
Q
47

Muatan yang tersimpan dalam kapasitor sebelum dan sesudah disisipi zat
dielektrik adalah sama, maka
0
0
0 0 0
Q Q
C
C V CV atau V V
C
=
= =
karena
0
0
C C 1
K atau
C C K
= =
maka
0
V
V
K
=
Karena sisipan bahan dielektrik nilai K > 1, maka V < V
0
artinya bahwa beda
potensial antar keping sesudah disisipi zat dielektrik menjadi lebih kecil
daripada sebelum disisipi (sisipan udara atau vakum, nilai K = 1).
Kuat medan listrik dalam ruangan antar keping dirumuskan

V
E
d
=
Karena d = tetap dan V < V
0
, maka E < E
0
.
Energi listrik yang tersimpan dalam kapasitor dirumuskan

1
W QV
2
=
karena Q tetap dan V < V
0
, maka W < W
0


2
1 Q
W
2 C
=
karena Q tetap dan C > C
0
, maka W < W
0

b. Kedua keping dihubungkan baterai





Gambar kiri, sebuah kapasitor dengan muatan tiap kepingnya Q dan beda
potensial antar kepingnya V
0

Gambar kanan, sebuah kapasitor disisipi zat dielektrik dengan muatan tiap
kepingnya Q dan beda potensial antar kepingnya V
Karena kedua keping dihubungkan oleh baterai yang sama, maka beda
potensial antar keping tidak berubah, yaitu sama dengan beda potensial baterai.

0
0
0 0
0 0
V V
Q Q C
atau Q Q maka Q KQ
C C C
=
= = =

nilai K > 1 jika ada sisipan bahan dielektrik, maka Q > Q
0
artinya bahwa
muatan pada masing-masing keping sesudah disisipi zat dielektrik menjadi
lebih besar daripada sebelum disisipi.
Kuat medan listrik dalam ruangan antar keping dirumuskan

V
E
d
=
+
+
+
+
+Q


Q

V
0
+
+
+
+
+Q


Q
V
48

Karena jarak antara keping kapasitor (d) dan beda potensial antar kepingnya
(V) adalah tetap, maka E = E
0
.
Energi listrik yang tersimpan dalam kapasitor dirumuskan

1
W QV
2
=
Karena Q > Q
0
dan V tetap, maka W > W
0

W
0
= Energi listrik yang tersimpan dalam kapasitor tanpa zat dielektrik
W
0
= Energi listrik yang tersimpan dalam kapasitor dengan zat dielektrik
Q
0
= muatan pada masing-masing keping sebelum disisipi zat dielektrik
Q
0
= muatan pada masing-masing keping setelah disisipi zat dielektrik
Susunan Kapasitor
Susunan Seri
Dalam susunan seri, keping negatif dari salah satu kapasitor dihubungkan
dengan keping positif kapasitor yang lain, dan seterusnya. Sebagai hasilnya,
semua kapasitor memiliki muatan Q yang sama, positif atau negatif, pada tiap-tiap
kepingnya.
dengan menerapkan hubungan rumus Q = CV pada
setiap kapasitor, maka
1
1
Q
V
C
= ,
2
2
Q
V
C
= ,
3
3
Q
V
C
= , . . .
n
n
Q
V
C
=
Beda potensial total yaitu
n 1 2 3
V V V V ... V = + + + + atau
n 1 2 3
1 1 1 1
V Q ...
C C C C
| |
= + + + +
|
\ .

Kapasitas kapasitor ekivalennya yaitu
n 1 2 3
Q 1
C
V
1 1 1 1
...
C C C C
= =
| |
+ + + +
|
\ .
atau
n 1 2 3
1 1 1 1 1
...
C C C C C
= + + + +
Susunan Paralel
Dalam susunan paralel, semua keping positif dihubungkan ke satu titik
dan semua keping negatif juga dihubungkan ke satu titik yang lain, sehingga beda
potensial V sama untuk semua kapasitor.


dengan menerapkan hubungan rumus Q = CV pada setiap kapasitor, maka
1 1
Q C V = ,
2 2
Q C V = ,
3 3
Q C V = , ,
n n
Q C V =
maka muatan total yaitu
n 1 2 3
Q Q Q Q ... Q = + + + + atau ( )
n 1 2 3
Q C C C ... C V = + + + +
Kapasitas kapasitor ekivalennya yaitu
( )
n 1 2 3
C C C ... C V
Q
C
V V
+ + + +
= = atau
n 1 2 3
C C C C ... C = + + + +
V
+ + + +
C
1
C
2
C
3
C
n
+

C
1
C
2
C
3
C
n
+

+

+

V
49

Energi yang tersimpan dalam kapasitor
Kapasitor pelat sejajar tidak menyimpan muatan apabila beda potensial
antara kedua keping kapasitor V = 0. Jika kapasitor pelat sejajar dihubungkan
dengan baterai, sehingga beda potensial antara kedua keping kapasitor V, maka
pada keadaan setimbang, muatan yang terdapat pada kapasitor adalah Q. Beda
potensial rata-rata selama proses pengisihan muatan adalah :
0
Q
0
V V Q
C
V
2 2 2C
+
+
= = =
Usaha yang diperlukan untuk memberi muatan Q adalah hasil kali antara
muatan Q dengan beda potensial rata-rata, yaitu :
2
1 Q
W QV
2 C
= = di mana Q CV = atau
Q
C
V
=
maka
2
1
W CV
2
= atau
1
W QV
2
=
Rapat energi dalam medan listrik
Kapasitas kapasitor keping sejajar dengan dengan
dielektrik udara yaitu :

0 0
A
C
d
=
Kuat medan listrik dalam ruang di antara kedua keping adalah :

0
q
E

=
Hubungan beda potensial antar keping dengan kuat medan listrik yaitu :
V = E d
Energi yang tersimpan di dalam kapasitor keping sejajar yaitu :
( ) ( )
0
0
2
2
2
E 1 1 A
W CV E d A d
2 2 d 2
| |
= = =
|
\ .

Hasil bagi antara W dengan volume (V) disebut rapat energi listrik (u
e
)

0
2
E W
A d 2
=

0
2
e
W 1
u E
V 2
= =
Latihan soal-soal
1. Dua muatan listrik masing-masing sebesar 0,05 C dipisahkan pada jarak 10
cm. Tentukan (a) besar gaya yang dilakukan oleh satu muatan terhadap muatan
lainnya dan (b) energi potensial dari sistem tersebut.
2. Dua buah muatan masing-masing +2q dan +5q yang terpisah sejauh r
mengalami gaya tolak menolak sebesar F. Jika gaya tarik menarik antara
muatan +2,5q dan -q adalah F juga tentukan jarak antar kedua muatan tersebut
dinyatakan dalam r.


d
+

0

=


+ + + + +
50

BAB VI
LISTRIK DINAMIS
Standar Kompetensi :
Menerapkan konsep kelistrikan dalam berbagai penyelesaian masalah dan
berbagai produk teknologi
Kompetensi Dasar :
- Memformulasikan besaran-besaran listrik rangkaian tertutup sederhana.
- Mengidentifikasi penerapan listrik AC dan DC dalam kehidupan sehari-hari.
- Menggunakan alat ukur listrik.
Tujuan Pembelajaran : Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta dapat
- Mendeskripsikan konsep Arus Listrik
- Mendeskripsikan konsep hukum Ohm
- Mendeskripsikan konsep hukum Kirchoff
- Menyusun rangkaian resistor seri atau paralel
- Menyusun rangkaian resistor jembatan wheatstone
- Mendeskripsikan konsep energi listrik
- Mendeskripsikan konsep daya listrik
- Mengetahui konsep alat ukur arus listrik
- Mengetahui konsep alat ukur voltase listrik
6.1 Arus Listrik
Elektron-elektron mengalir dalam suatu penghantar dari ujung
berpotensial rendah ke ujung berpotensial lebih tinggi, sedangkan arus listrik
kebalikan dengan arah alir elektron. Menurut konvensi, arah arus listrik dianggap
searah dengan aliran muatan positif. Konvensi ini ditetapkan sebelum diketahui
bahwa elektron-elektron bebas bermuatan negatif yang sebenarnya bergerak dan
menghasilkan arus listrik pada suatu penghantar. Arah arus listrik dalam suatu
penghantar berlawanan arah dengan gerak elektron-elektron dalam penghantar
yang sama. Arus listrik mengalir dari titik berpotensial tinggi ke titik lain
berpotensial rendah dalam suatu penghantar.
Arus listrik adalah aliran muatan listrik pada suatu penghantar.
Penghantar yang mudah mengalirkan arus listrik disebut konduktor yang
umumnya dari bahan logam. Dalam masing-masing atom logam terdapat satu atau
beberapa elektron yang bebas bergerak melalui atom-atom lain. Elektron-elektron
ini merupakan pembawa muatan negatif yang disebut elektron-elektron konduksi.
Dalam logam penghantar juga terdapat muatan positif yaitu proton, tetapi proton
tidak bergerak karena terikat ke inti atom. Jadi konsep bahwa arus listrik mengalir
searah dengan aliran muatan positif sebenarnya bukan proton yang mengalir tetapi
elektron yang secara bertahap bergerak dari satu atom ke atom lain.
51

Penjelasannya yaitu, pada suatu penghantar logam ketika belum diberi beda
potensial, atom-atom dalam kondisi netral yaitu jumlah muatan negatif (elektron)
dan jumlah muatan positif (proton) adalah sama. Ketika diberi beda potensial,
atom-atom dalam suatu penghantar sebagian menjadi tidak netral, terutama yang
dekat kutub positif atau beda potensial tinggi, karena beberapa elektron pada
atom-atom dekat kutub positif terlepas bergerak menuju kutub positif, akibatnya
atom-atom tersebut menjadi bermuatan positif karena kekurangan elektron.
Akibat dari beda potensial, elektron-elektron pada atom-atom netral yang berada
pada di sebelahnya bergerak menuju atom-atom yang bermuatan positif dan
mengubahnya menjadi netral. Sebaliknya atom-atom yang kehilangan elektron
akan menjadi bermuatan positif, begitu seterusnya sehingga seolah-olah muatan
positif bergerak dari beda potensial tinggi ke beda potensial rendah yang
digambarkan sebagai berikut:
belum diberi beda potensial (atom-atom masih netral)

jika diberi beda potensial (elektron di atom no 1 bergerak ke kutub positif
sehinga atom no 1 kekurangan elektron dan menjadi bermuatan positif)


elektron yang ada di atom no 2 pindah ke atom no 1 yang kekurangan elektron,
sehingga atom no 1 menjadi netral dan no 2 menjadi bermuatan positif

elektron yang ada di atom no 3 pindah ke atom no 2 yang kekurangan elektron,
sehingga atom no 2 menjadi netral dan no 3 menjadi bermuatan positif

elektron yang ada di atom no 4 pindah ke atom no 3 yang kekurangan elektron,
sehingga atom no 3 menjadi netral dan no 4 menjadi bermuatan positif


begitu seterusnya dan jika diperhatikan maka muatan negatif (elektron) bergerak
ke kutub positif atau ke potensial tinggi sedangkan label muatan positif (yang
melekat di atom) bergerak ke kutub negatif atau ke potensial rendah. Jadi yang
bergerak dari potensial tinggi ke potensial rendah adalah label muatan positif yang
+ +

+
+

+ +

+
+
52

melekat pada atom akibat kekurangan elektron dan atom itu sendiri maupun
proton yang bermuatan positif tidak bergerak. Sehingga arus listrik adalah
gerak label muatan positif yang melekat pada atom dari potensial tinggi ke
potensial rendah akibat gerak elektron. Pada penghantar berbentuk cairan, atom
atau ion positif yang bergerak seperti pada cara kerja accu.
Gerak elektron dalam penghantar logam juga dapat menimbulkan
kenaikan suhu pada logam tersebut, ini dikarenakan tumbukan elektron-elektron
pada kisi atom-atom pada logam yang menyebabkan getaran atom meningkat
sehingga resistivitas logam penghantar meningkat. Perbedaan suhu antara ujung-
ujung penghantar logam juga dapat membuat elektron bergerak dari ujung
penghantar bersuhu tinggi ke ujung penghantar bersuhu rendah. Ketika ujung
logam bersuhu tinggi, atom-atom akan mudah melepaskan elektron, sehingga
terjadi kelebihan elektron.
Rata-rata arus listrik mengalir diukur dengan menggunakan satuan
ampere. Satu amper adalah aliran muatan satu qoulomb per detik dan satuan baku
1 qoulomb adalah muatan listrik dari 6,25.10
18
elektron, sehingga jika sebuah
kawat mengalirkan arus 1 ampere, maka ada 6,25.10
18
elektron yang bergerak
melintasi kawat tiap detiknya. Untuk menyatakan besarnya arus listrik, digunakan
konsep kuat arus listrik, yang didefinisikan sebagai muatan listrik yang mengalir
melalui penampang lintang suatu penghantar tiap satuan waktu. Jika dalam waktu
t terdapat n partikel yang masing-masing bermuatan q dan mengalir melalui
penampang lintang suatu penghantar, maka besar muatan yang mengalir yaitu Q
= nq dan kuat arus listriknya yaitu :

nq Q
I
t t
= =
I = kuat arus listrik (A) n = banyaknya partikel bermuatan
Q = besar muatan (C) q = muatan satu partikel (C)
Jika Q adalah sejumlah muatan yang melewati suatu permukaan tegak
lurus dan dalam selang waktu t , maka rata-rata arus (I
avg
) yaitu

avg
Q
I
t
A
=
A

Jika aliran muatan berubah terhadap waktu, maka arus juga berubah terhadap
waktu, sehingga menghasilkan arus sesaat yaitu

dQ
I
dt
=

53

6.2 Hukum Ohm
Suatu konduktor yang terdapat muatan-muatan dalam keadaan
kesetimbangan statik, maka medan listrik dalam konduktor tersebut bernilai nol.
Tetapi jika muatan-muatan di konduktor tidak berada dalam kesetimbangan statik,
maka medan listrik dalam konduktor tersebut tidak nol, dan pembahasan berikut
untuk muatan-muatan di konduktor tidak berada dalam kesetimbangan statik.
Tinjau sebuah konduktor berpenampang lintang A dan membawa arus I,
maka rapat arus J dalam konduktor tersebut yaitu arus yang melewati konduktor
tersebut per satuan luas

d
I
J nqv
A
= =
v
d
= laju hanyut elektron (electron drift speed)
Rapat arus dan medan listrik akan muncul dalam konduktor jika terdapat
beda potensial antara ujung-ujung konduktor, di beberapa material (konduktor)
rapat arus (J) sebanding dengan medan listrik (E)
J = E
= konduktivitas konduktor
Material yang memenuhi persamaan J = E dikatakan mengikuti hukum Ohm
yang pernyataannya sebagai berikut :
Untuk beberapa material (termasuk logam umumnya) rasio rapat arus (J)
dengan medan listrik (E) adalah konstan ( = konduktivitas konduktor) dan
tidak bergantung medan listrik yang menghasilkan arus listrik.
Material yang mengikuti hukum Ohm dikatakan material Ohmic.
Tinjau kawat lurus dengan luas penampang lintang seragam (A) dan
panjang , kemudian beda potensial (V) yang dipertahankan tetap dikenakan ke
kawat tersebut, sehingga menghasilkan medan listrik dan arus listrik. Jika medan
listrik dalam kawat dianggap seragam, maka beda potensialnya
V = E
dan rapat arusnya

V
J E
A
= = atau
I V

A
A
=
maka V I
A
A = dan R
A
=
R = hambatan dari konduktor dan V = V
b
- V
a

54

Hambatan (R) dari suatu konduktor dinyatakan sebagai rasio beda potensial (V)
antara ujung-ujung konduktor dengan arus (I) dalam konduktor tersebut.

V
R
I
A
=
Satu ohm adalah satu volt per amper
1 = 1 V/A
Komponen elektronika yang digunakan untuk mengatur arus listrik pada suatu
rangkaian disebut resistor R
A
=
adalah resistivitas bahan penghantar yang karakteristiknya bergantung pada
sifat bahan dan suhu bahan tersebut.
Jika kurva antara arus I dan V suatu bahan penghantar berbentuk lurus dan
kemiringannya sebanding 1/R, maka dikatakan bahan ohmic atau mematuhi
hukum Ohm. Jika kurva antara arus I dan V suatu bahan penghantar berbentuk
tidak lurus dan kemiringannya tidak sebanding 1/R, maka dikatakan bahan non
ohmic atau tidak mematuhi hukum Ohm.
Hubungan antara resistansi dan suhu (dalam jangkauan terbatas) suatu
bahan dapat dianggap linier serta dapat dirumuskan sebagai berikut :
( )
0 0
1 T T ( = +


= resistivitas pada suatu suhu tertentu

0
= resistivitas pada suatu suhu acuan tertentu(misal pada suhu 20
0
C)
= koeffisien suhu resistivitas

0
1

T
= dan =
0
, T = T T
0

Karena resistivitas () sebanding dengan hambatan (R), maka
( )
0 0
R R 1 T T ( = +


R
0
= hambatan pada suhu T
0

Umumnya logam mempunyai resistivitas
yang linier pada suhu sedang, tetapi ketika suhu
menuju ke nol Kelvin, resistivitas logam (misal
Tembaga) tidak menuju ke nol tetapi pada nilai
resistivitas
0
tertentu.
Resistivitas
0
disebut resistivitas residu yang disebabkan utamanya oleh
tumbukan elektron-elektron dengan impuritas atau kecacatan dalam kristal logam.
I
E
A
V
b
V
a


0

0
T
55

Tabel 6.1. Resistivitas dan Koeffisien Suhu dari Resistivitas beberapa
bahan pada suhu 20
0
C. (Serway,2009)

Berdasarkan kemampuannya menghantarkan muatan listrik, suatu zat
dapat diklasifikasikan sebagai Isolator, Semikonduktor, Konduktor, dan
Superkonduktor. Isolator adalah material yang sulit menghantarkan muatan listrik
contoh kaca, quartz, dan sulfur. Semikonduktor adalah material yang mudah
menghantarkan muatan listrik jika suhu dinaikkan dan umumnya mempunyai
koeffisien suhu () negatif, contoh Silikon dan Germanium. Konduktor adalah
material yang mudah menghantarkan muatan listrik, contoh semua logam
umumnya konduktor. Jika konduktor didinginkan menuju suhu nol Kelvin, maka
umumnya resistivitas konduktor tidak menjadi nol, tetapi mempunyai nilai
resistivitas tertentu
0
yang biasa disebut resistivitas residu. Superkonduktor
adalah material yang sangat mudah menghantarkan muatan listrik.
Superkonduktor memiliki sifat resistivitas nol pada suhu di bawah suhu kritis dan
diamagnetisme sempurna di bawah suhu kritis. Resistivitas nol pada suhu di
bawah suhu kritis artinya elektron yang bergerak dalam bahan superkonduktor
(akibat beda potensial antara ujung-ujung) tidak mengalami hambatan sama
sekali. Diamagnetisme sempurna di bawah suhu kritis yaitu bahan superkonduktor
dapat menolak fluks magnet yang mengenainya, pada suhu di bawah suhu kritis.

56

6.3 Hukum Kirchhoff
Suatu rangkaian yang akan dianalisis, maka perlu mencari :
a. beda potensial masing-masing komponen dalam rangkaian
b. arus listrik masing-masing komponen dalam rangkaian
Analisis rangkaian didasarkan pada hukum Kirchhoff, yaitu total arus
listrik yang masuk titik cabang harus sama dengan total arus listrik yang keluar
titik cabang dan jumlah beda potensial pada loop tertutup adalah nol.
Hukum I Kirchhoff
Jumlah aljabar kuat arus listrik yang melalui titik cabang sama dengan nol
i 0 E =
Kuat arus listrik i diberi tanda positif untuk arah arus listrik yang menuju titik
cabang dan diberi tanda negatif jika arah arus listrik meninggalkan titik
percabangan yang sama.
Hukum II Kirchhoff
Dalam rangkaian (loop) tertutup, jumlah aljabar GGL () dan jumlah
penurunan potensial (iR) sama dengan nol
iR 0 E +E =
Ketentuan untuk menggunakan hukum Loop Kirchhoff, yaitu :
a. Gambar diagram rangkaian dan beri label semua quantitas yang diketahui
maupun yang tidak diketahui.
b. Tandai arah untuk arus listrik dan gambar panah arus listrik untuk menunjukkan
pilihan kita.
Jika arah arus diketahui secara pasti, maka pilih arah tersebut
Jika arah arus tidak diketahui secara pasti, maka pilih arah sembarang jika
salah maka nilai arus listrik (i) akan negatif
c. Mulai bergerak mengikuti arah loop untuk menentukan beda potensial pada
sumber tegangan
Jika gerak kita mengikuti arah loop bertemu kutub negatif sumber tegangan
terlebih dahulu, maka V
GGL
= + (potensial meningkat)



Jika gerak kita mengikuti arah loop bertemu kutub positif sumber tegangan
terlebih dahulu, maka V
GGL
= (potensial menurun)



d. Mulai bergerak mengikuti arah loop untuk menentukan arus listrik pada resistor
Jika gerak kita mengikuti arah loop bertemu kutub negatif resistor terlebih
dahulu, maka potensial meningkat atau V
R
= + i R



Jika gerak kita mengikuti arah loop bertemu kutub positif resistor terlebih
dahulu, maka potensial menurun atau V
R
= i R



potensial
meningkat
arah loop
potensial menurun
arah loop
potensial
meningkat
arah loop
+

potensial menurun
arah loop
+

57

6.4 Susunan Rangkaian Resistor
Rangkaian Seri


Hambatan total yaitu
1 2
R R R = +
Dalam bentuk umum
n 1 2 3
R R R R ... R = + + + +
Rangkaian Paralel


Hambatan total yaitu
1 2
1 1 1
R R R
= + dan
1 2
2 1
R R
R
R R
=
+

Dalam bentuk umum
n 1 2 3
1 1 1 1 1
...
R R R R R
= + + + +
n 1 2 3
n 1 2 3
R R R ... R 1
R R R R ...R
+ + + +
= dan
n 1 2 3
n 1 2 3
R R R ...R
R
R R R ... R
=
+ + + +

Rangkaian Jembatan Wheatstone
Untuk memudahkan perhitungan, maka diperlukan hambatan pengganti yaitu
1 3
a
5 1 3
R R
R
R R R
=
+ +

5 1
b
5 1 3
R R
R
R R R
=
+ +

5 3
c
5 1 3
R R
R
R R R
=
+ +



Sehingga hambatan totalnya yaitu
( )( )
( ) ( )
c 2 4 b
a
c 2 4 b
R R R R
R R
R R R R
+ +
= +
+ + +

c c 4 2 2 4 b b
a
c 2 4 b
R R R R R R R R
R R
R R R R
+ + +
= +
+ + +


R
2
R
1
R
R
2
R
1
R
R
2
R
b
R
c
R
4
R
a
R
2
R
1
R
3
R
4
R
5
R
b
R
c
R
a
R
1
R
3
R
5
58

6.5 Energi dan Daya Listrik
Energi Listrik
Energi tidak dapat diciptakan maupun dimusnahkan tetapi dapat berubah
bentuk dari bentuk energi yang satu ke bentuk energi yang lain. Misal setrika
listrik, mengubah energi listrik menjadi energi panas. Energi merupakan besaran
yang bersifat kekal dan energi diperoleh dari sumber tegangan listrik. Untuk
memindahkan muatan listrik dari titik satu ke titik yang lain dalam suatu
penghantar, sumber tegangan yang terpasang harus mengeluarkan energi.Energi
yang dikeluarkan sumber tegangan untuk memindahkan muatan listrik Q dari satu
ujung ke ujung lain dalam suatu penghantar per satuan muatan dinyatakan sebagai
beda potensial antara kedua ujung penghantar tersebut. Hubungan antara energi
dan beda potensial yaitu
W = QV
W = energi listrik (J) dan V = beda potensial (V)
Q = muatan yang dipindahkan (C)
Q = i t dan V = i R
maka W = i
2
R t
R = hambatan listrik () dan i = kuat arus listrik (A)
Arus listrik yang melewati suatu hambatan R, akan menimbulkan panas
atau kalor pada penghantar tersebut (kecuali jika penghantarnya terbuat dari
bahan superkonduktor). Untuk arus i yang tetap, banyaknya kalor yang timbul
dalam penghantar selama waktu t, yaitu :
Q = 0,24 V i t kalori
dengan 1 joule = 0,24 kalori
satuan energi listrik dapat juga dinyatakan dalam watt second, watt jam, atau
kilowatt jam (kWh) dengan ketentuan
1 kWh = 3,6.10
6
joule
Atau 1 kWh = 8,46.10
5
kalori
Daya Listrik
Daya listrik (P) didefinisikan sebagai energi listrik per satuan waktu atau
perkalian antara beda potensial (V) dengan kuat arus (I)

W
P
t
= atau P = V I atau
2
V
P
R
= atau P = i
2
R
Satuan daya listrik dapat juga digunakan kW (kilo watt) atau daya kuda/horse
power (HP) yaitu 1 HP = 746 watt.
Misal bola lampu tertulis 60 watt 220 volt
Artinya bola lampu tersebut menyerap daya listrik 60 watt, di mana kondisi ini
dikatakan sebagai kondisi normal. Jika bola lampu tersebut dipasang pada sumber
59

tagangan yang lebih kecil dari 220 volt, maka lampu tersebut menyerap daya
listrik kurang dari 60 watt dan lampu menyala lebih redup. Jika bola lampu
tersebut dipasang pada sumber tagangan yang lebih besar dari 220 volt, maka
lampu tersebut menyerap daya listrik lebih dari 60 watt dan lampu menyala lebih
terang. Kondisi kedua terakhir ini tidak normal.
6.6 Pengukur Kuat Arus, Tegangan, dan Hambatan
Ampere Meter (Ammeter)
Ammeter adalah alat untuk mengukur kuat arus listrik, untuk mengukur
kuat arus listrik yang melalui resistor dalam suatu rangkaian, ammeter perlu
dipasang seri dengan hambatan R.
Ammeter mempunyai hambatan dalam
yang sangat kecil, sehingga kuat arus yang
terukur oleh ammeter A, sama dengan kuat
arus yang melewati hambatan R.
Karena hambatan dalam ammeter sangat kecil, maka ammeter harus
dipasang seri dengan hambatan yang akan diukur, karena jika dipasang paralel
dengan hambatan yang diukur, maka arus dari rangkaian akan banyak melewati
ammeter sehingga dapat merusak alat ammeter.
Batas ukur ammeter dapat diperbesar dengan menambahkan suatu
hambatan paralel (hambatan shunt)
Dari rangkaian di samping, misal batas ukur
ammerter i A, jika ingin dipakai untuk
mengukur n i A, maka
A sh
1
R R
n 1
=


R
A
= hambatan dalam ammeter dan R
sh
= hambatan shunt
Voltmeter
Voltmeter adalah alat untuk mengukur tegangan listrik, untuk mengukur
tegangan listrik pada resistor dalam suatu rangkaian, voltmeter perlu dipasang
paralel dengan hambatan R.
Voltmeter mempunyai hambatan dalam yang
sangat besar, sehingga jika dipasang paralel
dengan hambatan yang akan diukur, maka nilai
tegangan yang terukur oleh Voltmeter V, sama
dengan tegangan pada hambatan R
Karena hambatan dalam voltmeter sangat besar, maka voltmeter harus
dipasang paralel dengan hambatan yang akan diukur, karena jika dipasang seri
A
R
i
, r
A
R
sh
i a
i
sh
i
A b
R
i
V
60

dengan hambatan yang diukur, maka voltmeter mengukur hambatan R dan baterai
sehingga pengukuran menggunakan alat voltmeter menjadi tidak akurat.
Batas ukur voltmeter dapat diperbesar dengan menambahkan suatu
hambatan seri (hambatan depan R
p
)
Dari rangkaian di samping, misal batas ukur maksimum voltmeter Vv volt, jika
ingin dipakai untuk mengukur n Vv volt, maka ( )
p v
R n 1 R =
R
V
= hambatan dalam voltmeter dan R
p
= hambatan depan
Jembatan Wheatstone
Rangkaian jembatan Wheatstone
dapat mengukur suatu hambatan, capasitansi,
dan induktansi suatu komponen elektronika
secara tidak langsung. Untuk hambatan di
salah satu lengan jembatan, maka harus
mengetahui nilai R di ketiga lengan lain dan
harus mengatur hambatan variabel, sehingga
galvanometer G menunjukkan nilai arus nol.
Jika tidak terdapat arus yang melewati galvanometer, maka beda
potensial titik B D sama dengan nol, sehingga perbandingan antara lengan-
lengan hambatan yaitu :

1 4 2 3
R R R R =
R
4
sebagai hambatan variabel
Untuk mengukur kapasitansi suatu
kapasitor perlu digunakan sumber
tegangan AC.
1 4 2 3
C R R C = atau
2
1 3
4
R
C C
R
= C
3
sebagai kapasitor acuan
Latihan soal-soal
1. Beda potensial 100 V menghasilkan arus 3 A dalam suatu resistor. (a) Berapa-
kah resistansinya? (b) berapakah arusnya ketika beda potensialnya 25 V?
2. Sebuah batang karbon memiliki panjang 3 cm dan penampang lintang bujur
sangkar dengan sisi-sisi 0,5 cm. Beda potensial 8,4 V diberikan sepanjang
batang. (a) Berapakah resistansi pada batang tersebut? (b) Berapakah arus
dalam resistor ini?
3. Berapakah daya yang didisipasikan dalam sebuah resistor 10,0 jika diberi
beda potensial sebesar 50 V?.
V
R
p
i
a
R
V
b c
D
, r
R
2
R
1
R
3
R
4
G
A C
B
i
D
, r
R
2
C
1
C
3
R
4
G
A C
B
i
~
61

BAB VII
FISIKA MODERN

Standar Kompetensi : Menerapkan konsep dan prinsip Relativitas serta Teori
Kuantum dalam paradigma Fisika Modern
Kompetensi Dasar :
1. Menganalisis secara kualitatif teori Relativitas
2. Menganalisis secara kualitatif berbagai fenomena kuantum
3. Menganalisis secara kualitatif berbagai model atom sebagai penyusun materi
4. Menganalisis secara kualitatif peristiwa radioaktivitas
Tujuan Pembelajaran : Setelah mengikuti pembelajaran ini, siswa dapat
merumuskan transformasi Galileo
menganalisis proses interferometer Michelson Morley
merumuskan transformasi Lorentz
mendeskripsikan postulat Einstein
merumuskan konsekuensi-konsekuensi dari postulat Einstein
merumuskan hubungan massa-energi berdasarkan relativitas khusus Einstein
merumuskan efek Doppler relativistik dari cahaya
merumuskan radiasi benda hitam
merumuskan konsep efek fotolistrik
merumuskan efek Compton
merumuskan konsep gelombang materi de Broglie
merumuskan ketidakpastian posisi dan momentum Heisenberg
mendeskripsikan model atom Bohr
menghitung perubahan energi dari eksitasi elektron pada model atom Bohr
mendeskripkan peluruhan unsur radioaktif
merumuskan umur paruh waktu unsur radioaktif
merumuskan umur rata-rata unsur radioaktif

Pada awal abad ke 20 muncul teori relativitas khusus Einstein dan
terdapat beberapa eksperimen yang tidak dapat dijelaskan oleh ilmuwan fisika
klasik (fisikawan yang merujuk sepenuhnya pada mekanika Newton dan teori
gelombang elektromagnet Maxwell) yaitu : radiasi benda hitam, efek fotolistrik,
efek Compton, dan garis terang pada spektrum optik. Peristiwa-peristiwa tersebut
semuanya melibatkan interaksi antara radiasi dengan materi.
7.1 Relativitas
Posisi suatu benda ditentukan oleh ukuran jaraknya dari suatu benda lain
sebagai titik acuan, di mana titik acuan yang menentukan posisi benda-benda lain
ini juga dapat berupa sumbu-sumbu koordinat. Sekumpulan sumbu koordinat
sebagai acuan/referensi di mana posisi dan waktu sebuah benda/obyek diukur atau
ditentukan disebut kerangka acuan/referensi. Terdapat beberapa jenis sistem
62

koordinat kerangka acuan yaitu sistem koordinat kartesian, sistem koordinat bola,
sistem koordinat silinder, sistem koordinat kurvilinier, dan lain-lain. Hubungan
antara suatu sistem koordinat kerangka acuan dengan sistem koordinat kerangka
acuan lain disebut transformasi koordinat.
Kerangka acuan juga dapat bergerak relatif terhadap kerangka acuan lain.
Misal pengamat di dalam mobil yang bergerak dengan kecepatan v menjatuhkan
bola di dalam mobil, oleh pengamat di dalam mobil, bola tersebut terlihat jatuh
lurus ke lantai mobil dan memantul lurus ke atas, tetapi oleh pengamat yang
berada di pinggir jalan, bola tersebut terlihat jatuh dan memantul menurut lintasan
parabola. Dua kerangka acuan yang bergerak lurus dengan kecepatan tetap satu
sama lain adalah ekuivalen dan hukum gerak Newton sama-sama dapat
diterapkan pada kedua kerangka acuan tersebut.
Transformasi Galileo
Posisi suatu peristiwa sering kali perlu ditentukan berdasarkan suatu
kerangka acuan. Persamaan transformasi koordinat suatu peristiwa di kerangka
diam O menurut pengamat di kerangka bergerak O' yaitu
x = x vt '
y = y ' .. (7.01)
z = z '
t = t '
persamaan transformasi koordinat suatu peristiwa di kerangka bergerak O'
menurut pengamat di kerangka diam O yaitu
x = x + vt ' '
y = y' ... (7.02)
z = z'
t = t'
Hubungan transformasi di atas dikenal sebagai persamaan transformasi
koordinat Galileo. Persamaan transformasi koordinat (7.02) biasanya disebut
transformasi koordinat invers. Jika persamaan tersebut didiferensialkan terhadap
waktu, maka akan didapatkan persamaan transformasi kecepatan Galileo yaitu
x x
u = u v '
y y
u = u ' ...(7.03)
z z
u = u '
63

di mana
( )
x
d x vt
dx dx dt dx
u = = = = v
dt dt dt dt dt
' '
'
'

| || |

| |
\ . \ .

dengan t = t' dan v = tetap, jika persamaan di atas didiferensialkan sekali lagi,
maka akan didapatkan persamaan transformasi percepatan Galileo, yaitu
x x
a = a '
y y
a = a ' ..(7.04)
z z
a = a '
Kerangka acuan yang bergerak lurus dengan kecepatan tetap relatif terhadap
kerangka acuan yang lain disebut kerangka inersial. Kesetaraan kerangka inersial
terhadap hukum mekanika klasik dikenal sebagai relativitas Newton.
Newton beranggapan bahwa alam semesta merupakan ruang
absolut/mutlak dan dalam keadaan diam (tidak bergerak), sehingga hukum gerak
Newton tetap berlaku baik di kerangka acuan diam maupun di kerangka acuan
bergerak (dengan kecepatan tetap v) terhadap ruang absolut ini. Jadi hukum gerak
Newton tetap sama di semua kerangka-kerangka inersial.
Contoh :
Seorang anak berenang bolak-balik dengan kecepatan c menyeberangi sungai
yang kecepatan arusnya v di mana lebar sungai yaitu L. Kemudian ia mencoba
berenang searah aliran sungai sejauh L dan kembali (menentang arus) sejauh L.
Tentukan waktu tempuh anak tersebut ketika bolak-balik menyeberangi sungai
dan tentukan juga waktu ketika ia berenang searah dan berlawanan arus sungai.
Jawab :




Gambar 7.1. Aliran sungai dengan kecepatan tetap v
Waktu bolak-balik menyeberangi sungai
2
A 2
2 2
2L 2L v
t = 1+
c 2c
c v
| |
~
|
\ .
...(7.05)
Waktu berenang searah dan berlawanan arus sungai
2
B 2 2 2
2Lc 2L v
t = 1+
c c v c
| |
~
|

\ .
.. ....(7.06)
dengan deret binomial : ( )
( ) n
2
n n 1
1+x = 1+ nx + x +
2!

g g g
L
L
v
64

Interferometer Michelson Morley
Menurut pendapat ilmuwan fisika klasik waktu itu, gelombang cahaya
termasuk juga gelombang elastik yang memerlukan medium untuk
perambatannya dan karena kecepatan gelombang cahaya sangat tinggi maka
medium untuk perambatannya harus mempunyai elastisitas yang sangat tinggi dan
kerapatan yang sangat rendah. Medium hipotetik (dugaan) ini mereka namakan
ether. Ketika bumi mengelilingi matahari, bumi dianggap akan melewati medium
ether dan hal ini akan menimbulkan angin ether yang dianggap akan
mempengaruhi kecepatan cahaya pada percobaan Michelson-Morley.








Gambar 7.2. Interferometer Michelson-Morley
Dari gambar 7.2. didapatkan selisih waktu antara waktu tempuh cahaya dari M ke
M
1
dan dari M ke M
2
yaitu At dan setelah alat diputar 90
0
yaitu t '
( )
( )
2
2
B A
B A 2 3
L + L v
2 v
t t L + L
c 2c c
'
(
~ ~
(


Selisih ini menghasilkan perubahan fase antara 2 cahaya yang masuk pengamat
atau pada layar. Jika periode getaran sumber cahaya monokromatik yaitu T, maka
pergeseran lingkaran yang teramati diharapkan menjadi
2
B A
2
L + L t t v
N = =
T c
'
| |

|
\ .
.........(7.07)
Jika terjadi selisih lintasan 1 panjang gelombang () antara 2 cahaya, maka akan
menghasilkan pergeseran 1 lingkaran (fringe). Selisih lintasan cahaya sebelum
dan sesudah alat diputar 90
0
(jika L
A
= L
B
= L) yaitu

2 2 2
2 2 2
Lv Lv 2Lv
=
c c c
| |

|
\ .
...(7.08)
di mana
S = sumber cahaya
M = cermin semi transparan
M
1
& M
2
= cermin datar
v = kecepatan rotasi bumi
L
A
= jarak M ke M
1

L
B
= jarak M ke M
2

P = pengamat
P
M
M
1

M
2

S
L
A

L
B

v
65

Jika kecepatan revolusi bumi v ~ 30 km/s. maka
2
8
2
v
10
c

dan jika L = 12,5
meter, sehingga perubahan yang diharapkan pada selisih lintasan karena
perputaran alat 90
0
yaitu
( )
( )
2
8
2
2Lv
= 2 12,5 10 m = 2500A
c





Gambar 7.3 Lingkaranlingkaran (fringe) interferensi pada interferometer
Michelson-Morley menggunakan cahaya dengan panjang gelombang =5000
o
A ,
maka selisih lintasan di atas sebesar panjang gelombang sumber cahaya yang
digunakan, sehingga diharapkan akan menghasilkan pergeseran lingkaran
interferensi sebesar atau 0,5 yaitu posisi lingkaran pertama berubah menjadi
lingkaran yang terletak antara lingkaran pertama dengan lingkaran kedua (garis
putus-putus). Tetapi pergeseran lingkaran sebesar 0,5 tersebut ternyata tidak
teramati pada eksperimen, sehingga Michelson-Morley kemudian menyimpulkan
1. Tidak terdapat kecepatan relatif antara bumi dan ether (tidak ada ether).
2. Kerangka acuan absolut yang diusulkan Newton tidak ada dalam kenyataan.
3. Kecepatan cahaya sama di semua kerangka inersial.
Contoh :
Suatu percobaan dipakai interferometer Michelson-Morley untuk menguji
keberadaan zat eather sebagai medium perambatan cahaya. Jarak antara cermin
datar dan cermin semi transparan 22,5 meter dan kecepatan revolusi bumi v ~ 30
km/s serta sumber cahaya = 600 nm. Alat diletakkan di atas gunung dan
percobaan dilaksanakan saat tidak ada angin. Jika misal terdapat eather di luar
angkasa, tentukan berapa persen jarak pergeseran fringe pada alat interferometer?
Jawab:
( )( )
( )
( )( )
2 8
7
2 16
8
2
2
2 22, 5 9.10
2 22, 5 30000
2Lv
m 4, 5.10 m 4500A
9.10
c
3.10

= = = = =
o

maka persentase pergeseran fringe
4500
x100% 75%
6000
| |
=
|
\ .

66

Transformasi Koordinat Lorentz
Transformasi Lorentz didasarkan atas dua hal yaitu
1. Waktu pada kedua kerangka inersial berbeda (t = t' )
2. Kecepatan cahaya sama menurut pengamat di kedua kerangka.
Persamaan transformasi koordinat Lorentz untuk kerangka acuan yang
bergerak searah sumbu x dengan kecepatan tetap v terhadap kerangka lain yaitu
( ) x = x vt ' ..... (7.09)
y = y ' ..... (7.10)
z = z ' ..... (7.11)

2
vx
t t
c
'
| |
=
|
\ .
..... (7.12)
dan
2
2
1

v
1
c
=


persamaan transformasi koordinat invers Lorentz yaitu
( )
x = x + vt ' ' ..... (7.13)
y = y ' ..... (7.14)
z = z ' ..... (7.15)

2
vx
t t +
c
'
'
| |
=
|
\ .
.......... . (7.16)
Transformasi Kecepatan Lorentz
Persamaan transformasi kecepatan Lorentz untuk kerangka acuan
yang bergerak dengan kecepatan tetap v searah sumbu x terhadap kerangka acuan
lain :
( )
x
x
x
2
u v
u =
v u
1
c
'

| |

|
\ .
..... (7.17)

y
y
x
2
u
u =
v u
1
c
'
| |

|
\ .
..... (7.18)

z
z
x
2
u
u =
v u
1
c
'
| |

|
\ .
..... (7.19)
67

Transfomasi kecepatan Lorentz invers yaitu :

x
x
x
2
u + v
u =
v
1 + u
c
'
'
| |
|
\ .
..... (7.20)
y
y
x
2
u
u
v u
1
c
'
'
=
| |
+
|
\ .
..... (7.21)
z
z
x
2
u
u
v u
1
c
'
'
=
| |
+
|
\ .
..... (7.22)
Contoh :
Dalam kerangka S, 2 elektron mendekat dalam arah sumbu x satu sama lain,
masing-masing mempunyai laju v = 0,5 c. Berapakah laju relatif kedua elektron?
Jawab :
Laju relatif 2 elektron adalah laju salah satu elektron dalam kerangka di mana
elektronnya diam. Misal kerangka O' sebagai pengamat bergerak dengan laju
0,5c arah sumbu x (negatif). Elektron lain bergerak dengan laju 0,5c dalam arah
sumbu x+ (positif).
( )
x
x
x
2 2
0, 5c 0, 5c
u v c c 4c
u 0,8c
v 0, 5c 1 0, 25 1,25 5
1 u 1 0, 5c
c c
'

= = = = = =
+ | | | |

| |
\ . \ .

di mana u
x
= gerak elektron (arah sumbu x+) dan v = gerak kerangka O' (arah x )
Transformasi Percepatan Lorentz
Persamaan transformasi percepatan Lorentz untuk kerangka acuan
yang bergerak dengan kecepatan tetap v searah sumbu x. yaitu
x
x
3
3
x
2
a
a
v u
1
c
' =
| |

|
\ .
..... (7.23)
( )
y y x
y
2 3
2
2
x x
2 2
a vu a
a
v u v u
1 c 1
c c
' = +
| | | |

| |
\ . \ .
..... (7.24)
( )
z z x
z
2 3
2
2
x x
2 2
a vu a
a
v u v u
1 c 1
c c
' = +
| | | |

| |
\ . \ .
..... (7.25)
68

Relativitas Khusus Einstein
Einstein tahun 1905 mengusulkan prinsip relativitas baru yang dikenal
sebagai teori relativitas khusus yang berupa dua postulat sebagai berikut :
1. Semua hukum-hukum fisika, elektromagnet dan mekanika, harus kovarian di
dalam semua kerangka acuan yang bergerak linier dengan v tetap, relatif
terhadap kerangka acuan yang lain (di dalam semua kerangka inersial).
2. Kecepatan cahaya adalah sama di dalam semua kerangka-kerangka inersial
dan tidak bergantung kecepatan pengamat atau kecepatan sumber cahaya.
Sepintas nampak postulat pertama mirip dengan relativitas Newton, tapi
sebenarnya beda karena Newton mempostulatkan adanya kerangka acuan absolut
sedang Einstein tanpa kerangka acuan absolut. Inti postulat Enistein yaitu
hukum-hukum fisika sama di dalam kerangka acuan inersial dan kecepatan
cahaya sama di semua pengamat.
Konsekuensi-konsekuensi dari postulat Einstein yaitu :
1. Keserempakan yang Relatif
2. Dilatasi Waktu
3. Kontraksi Panjang
Keserempakan yang Relatif
Einstein menunjukkan prinsip relativitas yang merupakan ekuivalensi
kerangka-kerangka inersial berbeda di mana kecepatan cahaya c sama di semua
kerangka inersial. Seorang pengamat mengirim sinyal cahaya ke ujung depan
gerbong dan ke ujung belakang gerbong secara bersamaan. Menurut pengamat
yang berada di gerbong, sinyal cahaya nampak mencapai kedua ujung gerbong
secara bersamaan
L
t
c
= . Menurut pengamat di luar gerbong, sinyal cahaya
nampak mencapai ke dua ujung gerbong dengan waktu yang berbeda yaitu :
1
L
t =
c v
dan
2
L
t =
c+v
sehingga t
1
= t
2





Gambar 7.4. Ilustrasi tentang Keserempakan yang Relatif
v
69

Dua kejadian pada lokasi berbeda yang nampak serempak di suatu kerangka
acuan, tidak serempak pada kerangka acuan inersial lain. Ini menunjukkan
bahwa keserempakan itu relatif dan koordinat waktu tidak sama pada kerangka
acuan inersial yang berbeda.
Dilatasi Waktu
Peristiwa dilatasi waktu (pemuluran waktu) merupakan salah satu
implikasi dari teori relativitas khusus Einstein yang dapat dibuktikan secara
eksperimen. Pemahaman tentang dilatasi waktu dapat dirumuskan sebagai berikut,
t = t ' ..... (7.26)
t' adalah selisih waktu benda bergerak yang diamati oleh pengamat diam dan t
adalah selisih waktu benda dalam kondisi diam.
Efek dilatasi waktu adalah efek yang nyata dan telah dibuktikan secara
eksperimen di laboratorium, di mana waktu hidup partikel muon di laboratorium
yaitu 2.10
6
detik. Partikel muon tercipta secara alami pada ketinggian beberapa
kilometer di atas permukaan laut (di atmosfir bumi) dan ternyata banyak
terdeteksi partikel muon yang sampai di permukaan laut padahal jarak tempuh
muon kalau dihitung diperkirakan hanya x = vt = (3.10
8
)(2.10
6
) = 600 m.
Banyaknya muon yang sampai di permukaan bumi secara nyata dapat terdeteksi,
Contoh :
Sebuah partikel muon (meson) tercipta di ketinggian atmosfir dan mempunyai
kecepatan 0,9c. Muon akan meluruh setelah menempuh perjalanan 5,4 km.
Berapa waktu muon meluruh jika diukur
(i) oleh kerangka kita di bumi
(ii) oleh kerangka di muon itu sendiri
(iii) berapa jarak yang ditempuh muon menurut kerangka acuan muon?
Jawab :
(i)
( )
( )
3
5
8
5,4.10
t = = 2.10 s
0,9 3.10
'


(ii) t t ' = dan
( )
( )
2
2
5
2
v
t t 1 2.10 1 0,9
c
'

= =
( )
( )
5 6
t = 2.10 0,436 = 8,72.10 s


(iii) s = vt = (0,9 c)(8,72.10
-
6
) = 2354 m = 2,354 km
70

Paradox Kembar
A dan B berteman, mempunyai usia yang sama yaitu 20 tahun. B
kemudian pergi ke planet X naik pesawat dengan kecepatan 0,8 c. Setelah sampai
di planet X, B lalu kembali ke Bumi dengan kecepatan pesawat 0,8c. Setelah
sampai di bumi, B bertemu lagi dengan A yang telah menunggu 10 tahun dan
saling membicarakan usia mereka.
Menurut A : usia-nya 30 tahun dan usia B yaitu 26 tahun. Menurut A , B
bergerak menjauhinya dengan kecepatan 0,8c sehingga B mengalami perlambatan
waktu dan hanya menempuh waktu yaitu 10 thn x (0,6) = 6 tahun untuk B pergi
dan kembali.. A melihat jarum jam yang ada di pesawat B bergerak lebih lambat.
Menurut B : usia-nya 26 tahun dan usia A yaitu 23,6 tahun. Menurut B , A
bergerak menjauhinya dengan kecepatan 0,8c sehingga A mengalami perlambatan
waktu dan hanya menempuh waktu yaitu 6 thn x (0,6) = 3,6 tahun untuk A pergi
dan kembali. B melihat jarum jam yang ada di pesawat A bergerak lebih lambat.
Mereka saling mengklaim usia temannya lebih muda saat mereka bertemu.
Bagaimana mungkin ini terjadi ? Inilah yang disebut paradoks.
Terjadinya paradoks dikarenakan B mengalami percepatan dan perlambatan saat
meninggalkan Bumi serta saat sampai di planet X.
Untuk menyelesaikan paradoks tersebut, perlu memakai pengamat lain yaitu C
yang sedang dalam perjalanan ke bumi dengan kecepatan 0,8c. Saat C melintas
planet X, tepat saat B sampai planet X, sehingga C tidak mengalami
percepatan/perlambatan.
Ketika C melintasi Bumi, A berusia 30 tahun (karena menunggu 5 tahun B
mencapai planet X dan menunggu 5 tahun perjalanan C dari planet X ke Bumi,
sedangkan menurut A, C hanya memerlukan 3 tahun perjalanan dari planet X ke
Bumi ). Menurut C yang menempuh 3 tahun perjalanan Bumi planet X, seolah-
olah A bergerak mendatanginya, sehingga menurut C, A menempuh waktu 1,8
tahun perjalanan. Jika A berusia 30 tahun ketika C sampai bumi, dan A
menempuh waktu 1,8 tahun selama perjalanan, maka A haruslah berusia 28,2
tahun menurut C.


71

Kontraksi Panjang Lorentz Fitzgerald
Pengukuran ruang dan waktu tidak absolut tetapi bergantung pada gerak
relatif pengamat dan obyek yang diamati. Misal sebuah batang logam panjang L
0

bergerak searah sumbu x dan mempunyai koordinat ujung-ujungnya x
1
dan x
2

dalam kerangka A. Pengamat di kerangka A mengukur panjang batang logam L
0

= x
2
x
1
. Misal kerangka B bergerak dengan kecepatan tetap v (sepanjang sumbu
x) terhadap kerangka A. Pengamat di kerangka B mengukur ujung koordinat
batang sebagai
1
x' dan
2
x' dengan panjang L =
2
x'
1
x' .
Menurut transformasi invers Lorentz.
( )
2 1 2 1
x x = x x ' '

2
0 2
v
L = L 1
c
..... (7.27)
Ini menunjukkan bahwa benda terlihat lebih pendek oleh pengamat yang
bergerak.
Contoh :
Sebuah batang kayu 2 m di luar angkasa, kemudian melintas pesawat ruang
angkasa di dekat dan sejajar batang kayu dengan kecepatan 0,6 c relatif terhadap
batang kayu tersebut. Tentukan panjang kayu menurut orang pesawat angkasa.
Jawab :
( )
2
2
0 2 2
0,6c
v
L = L 1 = 2 1 = 2 1 0,36 2 0, 64 1, 6 m
c c
= =
Relativitas Massa
Suatu benda yang bergerak dapat mengalami peningkatan massa yang
bergantung pada kecepatan benda tersebut. Persamaan relativitas massa yaitu

0
m = m ... (7.28)
Contoh :
Berapakah panjang 2 meter tongkat yang bergerak sejajar panjangnya jika massa
tongkat
3
2
massa diamnya.
Jawab :
0
m = m dan
0
L L = dari kedua persamaan tersebut
2
0
2
0
L L v
= 1
m m c
| |

|
\ .
dan ( )
2
0 0
0 0
0
m m m 2 4
L L L 2 1,33 m
m m m 3 3
| |
| | | | | |
= = = = =
| | | |
\ . \ . \ .
\ .

Persamaan Transformasi Momentum dan Energi
Hubungan Momentum dan Energi suatu benda pada kecepatan tinggi
dapat berupa Persamaan Transformasi Momentum dan Energi sebagai berikut

x
2
x
Ev
p = p
c
'
(

(

..... (7.29)
| |
x
E = E vp ' ..... (7.30)
72

Hubungan Massa Energi
Peningkatan energi kinetik (E
k
) jika sebuah gaya F dikenakan pada sebuah
benda pada jarak sepanjang dS, diberikan oleh
( )
1
2 2
k 0
2
dS v
dE = F dS = F dt = Fvdt= vd mv = vd m v 1
dt c
.

(
| |
| |
(

| |
( \ .
\ .


0
k 3
2
2
2
vm dv
dE =
v
1
c
| |

|
\ .
di mana
0
2
2
m
m =
v
1
c

dan
0
3
2
2
2
2
m vdv
dm =
v
c 1
c
| |

|
\ .

maka
2
k
dE = c dm dan ( )
0
2 2
0 0
m
2 2
k
m
E = c dm = c m m = mc m c
}

Total energi = E
k
benda bergerak + energi benda diam

( )
2 2 2 2
k 0 0 0
E = E + m c = mc m c + m c ..... (7.31)
maka hubungan massa dan energi yaitu

2
E = mc ..... (7.32)
Jika benda massa m bergerak dengan kecepatan v , momentumnya
p = mv di mana
0
m = m serta
2
E = mc
maka
2 2 2 2 4 2 2 2 2 2 4 2 2 2 2 2 4
0 0 0
E c p = m c c m v = m c m c v = m c
sehingga hubungan momentum dan energi yaitu

2 2 2 2 4
0
E = c p + m c ..... (7.33)
Contoh :
Air 10
6
kg dipanaskan dari 273 K sampai 373 K. Hitung kenaikan massa air.
(panas jenis air = 10
3
kal/kg.K)
Jawab :
Panas yang diperlukan untuk menaikkan suhu 10
6
kg air dari 273 K sampai 373 K
yaitu 10
6
x 10
3
x 100 = 10
11
kalori (1 kalori = 4,18 joule)
kenaikan energi E = 10
11
x 4,18 joule dan
( )
11
6
2 2
8
E 4,18.10
m = = = 4,64.10 kg
c
3.10


Contoh :
Berapa rasio laju elektron (yang energi kinetiknya 0,5 Mev) dengan laju cahaya ?
(m
0
= 9,1.10
-31
kg)
Jawab :
E = (m m
0
)c
2
= 0,5 Mev = 0,5 x 10
6
x 1,6.10
-19
joule = 0,8.10
-13
J
0,8.10
-13
J = (m 9,1.10
-31
kg)(3.10
8
m/s)
2
dan m = 18.10
-31
kg
2
2
2 31
0
2 31
m v 9,1.10
= 1 =
m c 1,8.10

| | | |
| |
=
| | |
\ .
\ . \ .
maka ( )
2
2
2
v
1 = 0,5055
c
| |

|
\ .

2
v
= 0,7445
c
| |
|
\ .
maka
v
= 0,863
c



73

Efek Doppler Relativistik




Gambar 7.5. Ilustrasi Efek Doppler Cahaya
Pengamat berada di kerangka acuan S (gambar 6.5), bintang bergerak dengan
kecepatan v membentuk sudut terhadap garis lurus pengamat dengan posisi 1
bintang. Bintang memancarkan cahaya frekuensi f
s
di kerangka acuan S. Selisih
waktu antara pancaran cahaya pada posisi1dan posisi 2 adalah t
s
dan jarak antara
posisi 1 dan posisi 2 yaitu vt
s
. Jika diproyeksikan ke garis antara pengamat dan
posisi 2 bintang, maka didapat jarak ekstra ~vt
s
cos (~) (lambang ~ sebagai
pendekatan), waktu cahaya menempuh jarak ekstra yaitu ~ vt
s
cos (~)/c. Waktu
antara kedatangan cahaya bintang dari kedua posisi bintang ke pengamat yaitu

s
p s s
v t cos v
t t t 1 cos
c c
A | |
A = A + = A +
|
\ .
. (7.34)
Selisih waktu teramati yaitu t
p
dan selisih waktu sumber cahaya yaitu t
s
.
Periode sumber T
s
adalah interval waktu antara pemancaran dua muka gelombang
cahaya berturut-turut dari posisi 1 dan posisi 2 dalam kerangka acuan S. Karena
muka gelombang dihasilkan pada tempat sama dalam kerangka acuan S, maka
interval waktu antara pemancaran muka gelombang menurut kerangka acuan S
adalah lebih lama atau mengalami dilatasi waktu yaitu t
s
= T
s
. Hubungan
antara periode waktu cahaya teramati (t
p
T
p
) dengan periode sumber cahaya

p s
v
T T 1 cos
c
| |
= +
|
\ .
dan
s
p
f
f
v
1 cos
c
=
| |
+
|
\ .
..... (7.35)
a. Efek Doppler Longitudinal
Untuk bintang yang bergerak menjauhi pengamat, = 0
0

2
2
p s s s s
v v v
v
1 1 1
1
c c c c v
c
f f f f f
v c v
v v v
1
1 1 1
c
c c c
| || | | |
+

| | |

\ .\ . \ .
= = = =
+ | |
| || | | |
+
+ + + |
| | |
\ .
\ .\ . \ .
dan
p s
f f <
1
2

~
~ vt
s
cos (~)
vt
s

~ 90
0
74

Untuk bintang yang bergerak mendekati pengamat, = 180
0


2
2
p s s s s
v v v
v
1 1 1
1
c c c c v
c
f f f f f
v c v
v v v
1
1 1 1
c
c c c
| || | | |
+ +

| | |
+
\ .\ . \ .
= = = =
| |
| || | | |

|
| | |
\ .
\ .\ . \ .
dan
p s
f f >
b. Efek Doppler Transversal
Untuk bintang yang bergerak tegak lurus pengamat, = 90
0

Bintang bergerak menjauh secara tegak lurus pengamat

2
p s
2
v
f f 1
c
= di mana
p s
f f <
Pada bintang bergerak menjauh secara tegak lurus pengamat bumi, frekuensi
cahaya yang diamati oleh pengamat di Bumi lebih kecil dari frekuensi sumber
cahaya bintang yang memancarkan cahaya dengan frekuensi khas. Spektrum
bintang menunjukkan garis-garis diskrit dari frekuensi khas cahaya yang
dipancarkan suatu bintang. Frekuesi khas ini berasal dari materi yang menyususn
suatu bintang. Telah teramati bahwa garis-garis spektrum dari galaksi-galaksi
bergeser ke arah frekuensi merah (red shift). Ini menunjukkan bahwa galaksi-
galaksi bergerak menjauhi bumi.
7.2 Radiasi Benda Hitam
Suatu benda jika dipanaskan akan memancarkan radiasi gelombang
elektromagnetik dengan rentang frekuensi yang lebar. Benda yang dapat
memancarkan seluruh frekuensi radiasi maupun menyerap seluruh frekuensi
radiasi gelombang elektromagnetik yang mengenai benda tersebut disebut benda
hitam. Dinding dalam sebuah rongga yang dipanaskan juga dapat memancarkan
radiasi gelombang elektromagnet dengan rentang panjang gelombang yang lebar
melalui sebuah lubang kecil. Rongga ini mewakili karakteristik benda hitam.






Gambar 7.6 Distribusi radiasi benda hitam
T
1
< T
2
< T
3
< T
4

T
4

T
3

T
2

T
1

m1

m2

m3

m4


I

75

Variasi intensitas radiasi (I) yang dipancarkan sebagai fungsi panjang
gelombang ditunjukkan dalam gambar 7.6. Beberapa teori yang menjelaskan
kurva distribusi radiasi benda hitam tersebut yaitu distribusi energi radiasi Wien,
Rayleigh-Jeans, dan Planck. Teori Planck tentang distribusi energi radiasi adalah
teori yang paling mendekati eksperimen.
Distribusi Energi Radiasi Planck
Jumlah mode getaran antara f dan f + df dapat ditentukan dengan
menghitung jumlah titik-titik antara dua lingkaran
2f
r
c
=
l
dan
( ) 2 f df
r dr
c
+
+ =
l
dalam kuadrant pertama. Kuadrant pertama dipilih karena n
1

dan n
2
dianggap hanya bernilai positif. Jumlah titik-titik tersebut N
f
df sama
dengan volume kulit bola pada kuadrant pertama dibagi volume masing-masing
satuan kubus, yaitu
( ) ( )
2
3 2
2
f
3
1 1 2f 2 df 4 f df
N df 4r dr 4
8 8 c c c
| | | |
= = =
| |
\ . \ .
l l l






Gambar 7.7 Mode-mode getaran Gambar 7.8 Satu mode getaran
2
f
3
4Vf df
N df
c
= di mana
3
V= l
maka jumlah mode-mode getaran per satuan volume selubung untuk frekuensi
antara f dan f + df yaitu
2
f
f
3
2N df 8f df
n df = =
V c
.... (7.36)
angka 2 dimasukkan karena radiasi elektromagnetik di alam adalah transversal
yang mempunyai dua arah polarisasi, sehingga jumlah osilator per satuan volume
radiasi yang dipancarkan dengan panjang gelombang antara dan + d yaitu

4
8d
n d =

..... (7.37)
n
1
n
2
n
3
n
1
n
2
n
3
76

Max Planck lalu mengajukan postulat berkenaan dengan getaran alamiah
osilator-osilator harmonik linier yang berada dalam kesetimbangan dengan radiasi
gelombang elektromagnet dalam rongga yaitu sebuah osilator dapat mempunyai
energi diskrit yang merupakan kelipatan energi kuantum e
0
= hf , di mana f
adalah frekuensi osilator, sehingga energi osilator dapat bernilai e
n
= ne
0
= nhf ,
(di mana n = 0,1,2, ). Planck juga menganggap bahwa perubahan energi osilator
disebabkan pancaran atau serapan radiasi yang juga bernilai diskrit.






Jumlah osilator-osilator dalam sebuah keadaan energi e
n
= hf ditentukan
menurut fungsi distribusi Maxwell Boltzmann yaitu
n 0 0
n
nhf
N = N exp - = N exp -
kT kT
e | | | |
| |
\ . \ .
.. (7.38)
di mana untuk e
n
= 0 maka N
n
= N
0
sehingga N
0
adalah jumlah osilator-osilator
dalam keadaan ground. Jumlah N
n
menurun secara eksponensial terhadap
kenaikkan energi e
n
, sehingga rata-rata energi osilator yaitu :
hf
kT
hf
=
e 1
<e>

..... (7.39)
jika hf << kT, maka
hf
kT
hf
e 1+
kT
~ sehingga <e> = kT (seperti pada fisika
klasik), maka kerapatan energi radiasi benda hitam menurut Planck yaitu
( )
2 3
3 3 f f hf hf
kT kT
hf 8f df 8hf df
u df = < >n df = =
c c
e 1 e 1
| |
| |
e
|
|
|
\ .
\ .
.. (7.40)

( )
5
hc
kT
8hc d
u d =

e 1
..... (7.41)
persamaan (7.40) dikenal sebagai persamaan distribusi energi Planck.
jika 0
hc hc
kT kT
e 1 e ~ , misal
hc
= b
k
dan 8thc = a
Gambar 7.9 Kurva distribusi radiasi benda hitam

I

dari hasil eksperimen (garis padat)
menurut Rayleigh Jeans (garis putus-putus)
menurut Wien (garis titik-titik)
77

maka
5
0
a b
lim u = exp
T
| |
|
\ .

persamaan di atas sesuai dengan hukum Wien untuk frekuensi tinggi.
jika
hc
kT
hc hc
e 1 = 1+ 1 =
kT kT
| |
|
\ .

maka
4

8kT
lim u =


persamaan di atas sesuai dengan hukum Rayleigh-Jeans untuk frekuensi rendah.
jika
m
= (panjang gelombang pada intensitas maksimum/puncak kurva)
maka

du
= 0
d
, sehingga
m
m
hc
kT
hc
= 5 1 e
kT
| |
|
\ .
dan
m
hc
= 4,965
kT
,
sehingga
3
m
hc
T = = 2,898.10 mK
4,965k

,
di mana
m
T merupakan besaran tetap dan merupakan hukum pergeseran Wien.
Hukum Stefan-Boltzmann tersebut dapat juga diturunkan dari persamaan (7.41)
( )
5 hc
kT
0
8hc d
u =

e 1

}

di mana
hc
x =
kT
;
hc
=
xkT
;
2
hc
d = dx
kTx
;
jika = 0 x =
maka = x = 0 , sehingga batasan integral dibalik
( ) ( )
0
0
5
4 4 3 4 4 4
2 3 3 3 3 x x
kTx 1 hc 8k T x 8k T
u= 8hc dx = dx=
hc 15 kTx h c h c e 1 e 1

| |
| | | |
|
| |
\ . \ .
\ .


} }
5 4
4 4
3 2
c 2 k
I = u = T T
4 15h c
=
di mana
5 4
8 2 4
3 2
2 k
= = 5,67.10 m K
15h c


didapat hasil dengan persamaan di mana intensitas radiasi benda hitam
berbanding lurus suhu pangkat empat.

78

Contoh-contoh soal :
a) Energi rata-rata <e> dari foton sama dengan energi total per satuan volume
dibagi dengan banyaknya foton per satuan volume.
( )( )
( )
3
f
4 4 4 2 3
0
3
f
0
u df
aT 4VT 4VT c h T
=
N
Nc
2,405 2k kT
V n df 8cV 2 1,2025
hc

<e> = = = =
| |
|
\ .
}
}

20
= 3,73.10 joule = 0,233 eV

<e>
2. Tentukan daya energi radiasi dari 1 cm
2
permukaan bintang yang menpunyai

m
= 3500 .
Jawab :
m
3
T = 2,898.10 mK

dan
3
10
2,898.10 mK
T = = 8300 K
3500.10 m


( )
( )
2
4 8
2 4
W KW
E = T = 5,67.10 8300 K 27,1
cm m K

=

7.3 Efek Fotolistrik
Efek fotolistrik pertama kali ditemukan oleh Heinrich Hertz tahun 1888
di Jerman. Sebuah plat logam ketika disinari radiasi ultra violet akan menjadi
bermuatan positif, ini ditunjukkan dengan berkurangnya atau lepasnya muatan
negatif dari permukaan plat logam tersebut. Partikel-partikel bermuatan negatif ini
kemudian diidentifikasikan sebagai elektron oleh P. Lenard tahun 1899. Peristiwa
lepasnya partikel negatif dari permukaan logam akibat disinari radiasi gelombang
elektromagnetik dikenal sebagai efek fotolistrik.
Einstein kemudian memberikan penjelasan tentang efek fotolistrik
(1905), Einstein menganggap bahwa kuantum energi bukan merupakan sifat
khusus atom-atom pada dinding dalam rongga osilator (menurut Planck), tetapi
merupakan sifat radiasi itu sendiri. Energi cahaya datang diserap logam dalam
bentuk paket-paket atau quanta yang disebut juga foton dan energi foton tersebut
E = hf. Sejumlah energi foton diperlukan untuk melintas/melewati permukaan
logam adalah tetap untuk suatu logam tertentu yang disebut fungsi kerja
fotolistrik. Semakin sedikit energi elektron yang hilang dalam tumbukan dengan
79

atom-atom, semakin besar energi kinetik (E
k
) elektron dilontarkan permukaan
logam, sehingga E
k
maksimum elektron yang dilontarkan logam berhubungan
dengan elektron yang terlepas dari ikatan atom ada di permukaan logam.
Energi cahaya datang (E = hf) digunakan untuk :
1. Melepaskan elektron yang terikat dalam atom (nilai energi ambang W).
2. Menggerakkan elektron menuju permukaan logam (E
d
).
3. Melontarkan elektron setelah lepas dari permukaan logam (E
k
).
Menurut hukum kekekalan energi
hf = W + (E
k
+ E
d
)
di mana W = energi ambang/fungsi kerja logam
E
k
= energi kinetik elektron setelah lepas dari permukaan logam
Jika elektron berada jauh dari permukaan, ada kemungkinan energi
cahaya datang hanya digunakan untuk melepaskan elektron dari ikatan atom (W)
dan hanya untuk menggerakkan elektron menuju permukaan logam (E
d
), sehingga
ketika elektron sampai permukaan sudah kehabisan energi dan tidak dapat lepas
dari permukaan logam, sehingga energi kinetiknya nol (E
k
= 0) atau kecepatan
elektron lepas dari permukaan logam nol (v = 0), sehingga
hf = W + E
d
..... (7.42)
Jika elektron berada di permukaan logam, maka tidak diperlukan energi
elektron untuk menuju ke permukaan (E
d
= 0), sehingga energi cahaya datang
hanya digunakan untuk melepaskan elektron dari ikatan atom (W) dan hanya
untuk menggerakkan elektron lepas dari permukaan logam (E
k
), karena W tetap
maka energi kinetik elektron lepas dari permukaan logam akan maksimum (E
k
max
) dan kecepatan elektron lepas dari permukaan logam juga akan maksimum
(v
max
), sehingga Einsten merumuskan persamaan untuk efek fotolistrik yaitu
hf = W + E
k max
..... (7.43)
hf = hf
0
+ eV
s
..... (7.44)
f
0
= frekuensi ambang cahaya datang untuk melepaskan elektron dari ikatan atom.
Ketika katoda disinari cahaya dengan frekuensi f, elektron-elektron akan
terlontar keluar permukaan logam katoda K jika energi cahaya (hf) lebih besar
dari energi ambang W logam katoda, walaupun tegangan antara katoda dan anoda
V = 0 volt akan tetap timbul arus i. Ketika intensitas cahaya datang ditingkatkan
dan panjang gelombang cahaya datang tetap, maka arus yang timbul juga
80

meningkat, sehingga intensitas cahaya datang berbanding lurus arus yang
ditimbulkan. Ketika frekuensi cahaya datang diubah-ubah dan intensitas cahaya
datang tetap, ternyata arus listrik yang timbul tidak berubah.







Jika sumber tegangan dibalik (logam yang disinari mempunyai voltase
lebih tinggi dari plat logam yang tidak disinari cahaya), maka logam yang disinari
cahaya menjadi tegangan positif. Tegangan positif ini akan menarik kembali
elektron yang terlontar dari permukaan logam katoda, di mana ketika voltase
dinaikkan, maka elektron-elektron yang sampai ke katoda jumlahnya menurun
(gambar 7.10), sehingga arus listrik turun tajam menuju nol ampere pada
tegangan tertentu (stopping potensial) antara katoda dan anoda. Ketika intensitas
cahaya datang diubah-ubah dan panjang gelombang cahaya datang tetap, arus
akan menuju nol pada tegangan tertentu V
s
tetap (gambar 7.11).







Untuk panjang gelombang sinar datang yang berbeda-beda, ketika
tegangan listrik dinaikkan maka arus listrik akan turun menuju nol pada tegangan
V
s
yang berbeda-beda (gambar 7.13).
Ketika frekuensi diturunkan terus maka suatu
ketika tidak ada pelontaran elektron dari
logam anoda yang disinari, meskipun
intensitas cahaya datang dinaikkan. Frekuensi
minimum untuk melontarkan elektron suatu
logam disebut frekuensi ambang.
Gambar 7.14 Grafik antara V
s
dan f
pada logam berbeda
V
s
f
0
f
0
(Ce) f
0
(Ca)
cesium
calsium
A
A
V
K
hf
vacum
Gambar 7.10 Skema efek fotolistrik
katoda disinari
I
1
I
3
I
2
i
V
0
I
1
< I
2
< I
3

Gambar 7.11 Grafik antara i dan V pada
intensitas (I) berbeda-beda
-V
s
A
K
V
A
hf
vacum
Gambar 7.12 Skema Efek Fotolistrik
Anoda disinari
V
Gambar 7.13 Grafik antara i dan V pada
berbeda-beda
i
f
1
< f
2
< f
3

0
f
3
f
2
f
1
81

Kesimpulan yang dapat ditarik dari eksperimen efek fotolistrik di atas yaitu
1. Arus fotolistrik tergantung pada intensitas cahaya datang dan tidak tergantung
panjang gelombang cahaya datang.
2. Kecepatan elektron yang terlontar dari permukaan logam tergantung pada
frekuensi cahaya datang dan tidak tergantung intensitas cahaya datang. Energi
kinetik maksimum elektron yang dipancarkan meningkat secara linier terhadap
frekuensi cahaya datang.
3. Pelontaran/pemancaran elektron adalah peristiwa spontan. Tidak ada selisih
waktu antara cahaya datang dengan pelontaran elektron.
4. Terdapat frekuensi ambang (f
0
) atau frekuensi minimum cahaya datang agar
elektron dapat terlontar dari permukaan logam. Frekuensi ambang ini nilainya
tergantung pada jenis material yang digunakan.
Contoh-contoh soal dan jawaban
1. Berapa panjang gelombang cahaya datang yang seharusnya untuk permukaan
Tungsten (Wolfram) yang mempunyai fungsi kerja 4,0 eV.
Jawab :
W = 4,0 eV = 6,4.10
19
joule
0
0
hc
W = hf =

;
( )( )
( )
o
7
0
34 8
19
6,626.10 3.10
hc
= = = 9,64.10 m = 9640A
W
4,5 1,6.10


2. Permukaan sebuah fotolistrik mempunyai fungsi kerja 4 eV. Jika cahaya yang
menumbuk permukaan mempunyai frekuensi 10
15
Hertz, berapakah kecepatan
maksimum fotoelektron yang dilontarkan ?
Jawab :
W = 4 eV = 4 (1,6.10
19
) joule
( )( ) ( )
2 15 34 19 19
1
W = 6,626.10 10 6,4.10 = 0,2.10 joule
2
m
mv hf

=
( )
5
m
19
31
2 0,2.10
m
v = = 2,11.10
s
9.10


3. Hitung energi fotoelektron dari permukaan Tungsten (dalam eV), jika diradiasi
dengan cahaya = 1800 , misal panjang gelombang ambang (
0
) pancaran
fotolistrik yaitu 2300 .
Jawab :
( )
0
0
0 0
1 1
E = h f f = hc = hc

| | | |

| |
\ . \ .

( )( )
( )( )
34 8
8 8
8 8
23.10 18.10
E = 6,626.10 3.10
18.10 23.10

(
(


E = 2,4.10
19
joule
19
19
2,4.10
= eV = 1,5 eV
1,6.10

(energi masing-masing elektron)




82

7.4 Efek Compton
Tahun 1923 A.H. Compton dapat menunjukkan bahwa ketika sinar-X
monokromatik diarahkan ke unsur ringan Carbon, radiasi hamburan terdiri dari
dua komponen, yang pertama lebih panjang dari sinar datang dan yang kedua
sama dengan radiasi sinar datang. Compton juga mengamati bahwa selisih antara
panjang gelombang sinar-X datang dengan panjang gelombang sinar-X
terhambur, meningkat terhadap sudut hamburan, peristiwa ini disebut efek
Compton. Susunan alat eksperimen untuk mempelajari hamburan Compton
adalah sebagai berikut :








Radiasi sinar-X monokromatik Ko dari
Anoda (A) menuju kristal Carbon (C),
setelah dihamburkan melalui sudut yang
diketahui lalu sinar-X tersebut dilewatkan
melalui sejumlah celah (B) menuju kristal S
dalam spektrometer Bragg, di mana sinar-X
didifraksikan oleh kristal S lalu masuk ke
ruang ionisasi (I) yang mengukur intensitas
sinar-X terdifraksi. Sudut difraksi intensitas
maksimum diamati, maka memungkinkan
untuk menentukan panjang gelombang sinar-
X yang dihamburkan oleh C pada sudut
tertentu (u) dari persamaan Bragg.
Perumusan teori efek Compton dapat diuraikan sebagai berikut, misal
foton berenergi hf menumbuk sebuah elektron bebas dalam keadaan diam. Foton
C
u
S
A
B
I
Gambar 7.15 Susunan alat eksperimen Compton
A = Anoda
C = kristal Carbon
S = kristal dalam spektrometer
I = ruang ionisasi
B = kolimator/celah
Gambar 7.16 Grafik intensitas vs
I
n
t
e
n
s
i
t
a
s

s
i
n
a
r
-
X

t
e
r
h
a
m
b
u
r



0


I
0
0
45
0
90
0
135
0

0
= 0,0709 nm

1
= 0,0715 nm

2
= 0,0732 nm

3
= 0,0749 nm
83

terhambur akibat tumbukan mempunyai energi hf

dan mempunyai sudut u


dengan arah foton datang. Sedangkan elektron terpental (recoil) akibat tumbukan
tersebut dan mempunyai sudut dengan arah foton datang.
Dari hukum kekekalan energi

2 2
k 0
hf = hf + E = hf + mc + m c ' '
dimana
2
2
1
=
v
1
c


( )
2
0
hf = hf + m c 1 ' ..... (7.45)
Dari hukum kekekalan momentum
Pada sumbu x,
0
hf hf
= cos + m v cos
c c
'
..... (7.46)
Pada sumbu y,
0
hf
0 = sin m v sin
c
'
. (7.47)
Momentum sebelum tumbukan sama dengan momentum sesudah tumbukan dan
momentun elektron diam = nol.
Dari persamaan (7.45) lalu kedua sisi dikuadratkan

( )
( )
2 2 2
2 2 2
0 0 2 2
h h 2h h h
+ 2m c = m c 1

' '
'
| |
+
|
\ .
..... (7.48)
Kuadratkan persamaan (7.46) dan (7.47) lalu jumlahkan
( )
2 2 2
2 2 2
0 2 2
h h 2h
+ cos = m v

'
'
..... (7.49)
Persamaan (7.48) dikurangi (7.49)
( ) ( )
0
h cos 1 = m c '
sehingga selisih panjang gelombang foton terhambur dengan foton datang
( )
0
h
= 1 cos
m c
A ..... (7.50)
0
h
m c
disebut panjang gelombang Compton;
0
h
m c
= 0,0242
Kesimpulan dari hasil eksperimen hamburan Compton yaitu :
Gambar 7.17 Grafik intensitas vs
E
k
hf
elektron

y
x
hf


u
84

1. Panjang gelombang () radiasi yang dihamburkan pada setiap sudut u selalu
lebih besar dari radiasi sinar datang.
2. Selisih panjang gelombang (A) tidak bergantung sinar-X datang dan pada
sudut tetap hamburan adalah sama untuk semua unsur yang mengandung
elektron tidak terikat (bebas) pada keadaan lain.
3. Selisih panjang gelombang (A) meningkat terhadap sudut hamburan u dan
mempunyai nilai maksimal pada u = 180
0
.
Contoh-contoh soal :
1. Foton sinar-X menumbuk elektron diam yang bebas, foton tersebut
dihamburkan melalui sudut u = 90
0
. Berapa frekuensinya setelah tumbukan,
jika frekuensi awal (sinar datang) f = 3.10
19
Hz ?
Jawab :
0
12
h
= 2,42.10 m
m c

, c = 3.10
8
m/s dan ( )
0
12
h
= 1 cos 2,42.10 m
m c

A =
12
1 1
c + 2,42.10 m
f f
'
'

| |
= =
|
\ .
dan
12
19
8 19
1 2,42.10 1
+ 0, 41.10
f 3.10 3.10 '

= =
19
f 2, 43.10 Hz ' =
2. Sinar gamma 60 KeV dihamburkan oleh elektron bebas, anggap elektron mula-
mula diam, tentukan energi maksimum elektron terhambur ?
Jawab :
Energi sinar datang E = hf = 60 KeV = 9,6.10
15
Joule
( )( )
8 34
10
15
3.10 6, 626.10
c ch
0, 2184.10 m
f E 9, 6.10

= = = =
( )
0
h
= 1 cos
m c
A maksimum jika cos u = 0 , maka A = 0,0242.10
10
.
Jika cos u = 1 , u = 180
0
maka foton akan dipantulkan bukan terhambur.
10 10 10
0, 2184.10 0, 0242.10 0, 2426.10 m '

= +A = + =
energi maksimum elektron terhambur
16
16 3
19
hc 9,1.10
E hc 9,1.10 Joule 5, 69.10 eV
1, 6.10
'
' '

A | |
= = = = =
|
\ .


85

7.5 Gelombang Materi de Broglie
Peristiwa interferensi dan difraksi disebabkan interaksi radiasi dengan
radiasi, di mana radiasi berkelakuan seperti gelombang. Peristiwa efekfotolistrik,
radiasi benda hitam dan efek Compton disebabkan interaksi radiasi dengan
materi, di mana radiasi berkelakuan sebagai partikel yang diskrit. Tahun 1924
Louis de Broglie mengajukan hipotesis bahwa seperti halnya radiasi yang
berkelakuan seperti partikel, materi juga dapat berkelakuan seperti gelombang dan
hal ini telah dibuktikan secara eksperimen oleh C.J. Davison, L.H.Germer dan
G.P.Thomson tahun 1927. Hipotesis de Broglie ini didasarkan pada sifat simetris
alam.
Dua gelombang bidang harmonik sederhana dengan amplitudo sama
tetapi sedikit beda panjang gelombang (), menjalar secara serentak dalam arah
sumbu x positif dalam sebuah medium dispersif, yaitu


Gambar 7.18. Superposisi 2 gelombang bidang harmonik sederhana
( )
1 1 1
y a sin t k x =
( )
2 2 2
y a sin t k x =
superposisi kedua gelombang tersebut yaitu
( ) ( )
1 2 1 1 2 2
y(x,t) y y a sin t k x a sin t k x = + = +
1 2 1 2
k k
y(x,t) = A sin x t
2 2
+ + ( | | | |
( | |
\ . \ .
..... (7.51)
Faktor sinus menyatakan sebuah gelombang pembawa yang menjalar dengan
kecepatan fase
p
v dan amplitudo superposisi gelombang yaitu
2
y
1
y
y
86


1 2 1 2
k k
A = 2a cos x t
2 2
( | | | |
( | |
\ . \ .

dan
2
k =


kecepatan fase yaitu kecepatan penjalaran atau kecepatan sebuah gelombang di
mana perpindahan suatu fase bergerak ke depan.

1
1 2 1
p

1 2 1
2


v lim
k k k k

| | +
= = =
|
+
\ .
..... (7.52)
kecepatan grup yaitu kecepatan di mana amplitudo maksimum (pusat grup
gelombang) bergerak,

1
1 2
g

1 2
2

d
v lim
k k dk

| |
= =
|
\ .

. (7.53)
jika kecepatan fase didiferensialkan terhadap k

( )
p
g p
2
dv
1 d 1 d 1
v v
dk k dk k dk k k k
| |
= = =
|
\ .
dan
2

dk d
2
=

p p
g p p
dv dv
v v k v
dk d
= + = .. (7.54)
Untuk gelombang cahaya dalam ruang hampa udara tidak terdapat dispersi
cahaya, oleh karena itu
p
dv
= 0
dk
sehingga
g p
v = v = c yang sesuai untuk
gelombang elektromagnetik. Hal ini juga dapat terjadi pada gelombang elastik
dalam medium homogen (medium non dispersif) di mana dari persamaan (7.51)
didapatkan
g p
v < v . Louis de Broglie mengusulkan bahwa kecepatan grup
g
v
sama dengan kecepatan partikel (v), maka berdasarkan persamaan Einstein
E = mc
2
dan E = hf =

( )
1
2
0
2
2
m c
=
1
dan
( )
1
2
0
2
p
2
m c
v = =
k
k 1
dengan
v
=
c

misal
( )
1
2
2
p 1

= ,
dp dp d
p = =
dk d dk
' dan
1
q = k

maka, ( ) pq pq p q ' ' ' = +



( )
0
3
2
2
p p
2
dv v
m c d
dk k dk
k 1
= +



( )
0
3
2
2
p
g p
2
dv
m c d
v c v v k
dk dk
1
= = = + =



( )
0
3
2 2
m c
dk = d
1
} }

87


0
2
m c
k C
1
= +

, dianggap k = 0 ketika v = 0, maka C = 0, sehingga



0
2
m v mv p
k
1
= = =

h h
h
dan
h 2 h
p = k = =
2


h h
= =
p

mv
sebagai persamaan gelombang materi de Broglie
Hubungan antara kecepatan fase dengan kecepatan grup

p

v =
k
;
0
2
2
m c
E
1
= =

;
0
2
m c
p k
1
|
= =



2
E c
= =
p v k
, menurut de Broglie
g
v = v

2
p
g
c
v =
v
;
2
p g
v v = c karena v < c , maka
p
v > c
Sifat-sifat gelombang materi de Broglie.
1. Makin besar massa partikel, makin pendek panjang gelombangnya.
2. Gelombang materi tidak sama dengan gelombang elektromagnetik.
3. Gelombang materi dapat menjalar lebih cepat dari kecepatan cahaya.
4. Kecepatan gelombang materi bergantung kecepatan partikel materi.
5. Kecepatan fase dari gelombang materi berbanding terbalik
6. Gelombang materi disebut juga gelombang pemandu partikel materi.
7. Gelombang materi bukan peristiwa fisika, tetapi merupakan representasi
simbol dari apa yang kita ketahui tentang partikel.
8. Gelombang materi adalah sebuah gelombang probabilitas.
Kecepatan fase sebuah gelombang tidak bergantung amplitudonya, tetapi
bergantung pada sifat-sifat dan keadaan medium. Sebuah gelombang cahaya yang
melewati medium gelas, kecepatan fase gelombang bergantung indeks refraksi
medium gelas. Sifat-sifat medium dapat mempengaruhi frekuensi gelombang,
gelombang yang melewati suatu medium, kecepatan fasenya dalam medium tidak
akan tetap, tetapi bergantung frekuensi, peristiwa ini disebut dispersif, di mana
dalam medium dispersif gelombang-gelombang yang -nya berbeda menempuh
perjalanan dengan kecepatan fase berbeda. Gelombang dispersif dalam medium
adalah gelombang yang kecepatan fasenya berubah terhadap . Medium di mana
kecepatan fase berubah terhadap atau frekuensi disebut medium dispersif.
Contoh gelombang dispersif adalah gelombang cahaya dalam medium gelas dan
gelombang pada permukaan air. Sebuah medium di mana kecepatan fase sebuah
gelombang tidak bergantung atau f disebut medium non dispersif, contoh
gelombang elektromagnetik dalam vakum dan gelombang bunyi dalam gas.
88

Contoh-contoh soal :
1. Jika panjang gelombang de Broglie sebuah elektron
10
9.10

m, hitung energi
kinetik elektron tersebut ?
Jawab:
2
k
1
E = mv
2
;
h
p = = mv


( )
( )( )
34
2
19
k 2 2
31 10
6, 626.10
h
E = = = 2,955.10 joule
2m
2 9,1.10 9.10



2. Sebuah partikel massanya 0,51 MeV/c
2
mempunyai energi kinetik 100eV.
Hitunglah panjang gelombang de Broglie nya?
Jawab:
17
k
E = 100 eV = 1,6.10 joule

dan
31
2
0,51 MeV
m = = 9.10 kg
c


2
k
2E = mv ;
( )( )
0
34
31 17
k
h h 6, 626.10
= = = 1,234 A
mv 2mE
2 9.10 1, 6.10


=
3. Cahaya ultraviolet = 3000 membebaskan elektron-elektron dari sebuah
permukaan logam yang mempunyai panjang gelombang ambang
0
= 4000 .
Hitung panjang gelombang de Broglie elektron-elektron yang dipancarkan
permukaan logam dengan energi kinetik elektron maksimum ?
Jawab :
= 3000 = 3.10
7
m ;
0
= 4000 = 4.10
7
m
0 k
hf hf = E - ;
k
0
hc hc
E

=
( )( )
( )( )
7 7
34 8 19
k
7 7
0
1 1 4.10 3.10
E hc 6,626.10 3.10 = 1, 656.10 joule

3.10 4.10



(
| |
(
= =
|
|
(
\ .

panjang gelombang de Broglie


( )
( )( )
0
1
2 2
1
34
2 2
9
31 19
k
6, 626.10
h h
= = 1,2.10 m = 12A
mv 2mE
2 9,1.10 1, 656.10


(
(
(
= =
(
(

(


4. Buktikan bahwa panjang gelombang de Broglie elektron yang dipercepat
melalui voltase V volt diberikan oleh
1
2
150
=
V
(
(


Jawab :
2
1
eV = mv
2
;
1
2
2eV
v =
m
(
(

;
1
2 2
1
2
h h h
= =
mv 2meV
2eV
m
m
(
=
(

(
(


( )
( )( )
( )
1
2 2
1 34
2
10
34 19
6,629.10
150
= 10 m
V
2 9,1.10 1, 6.10 V


(
(
(
=
(
(

(


89

7.6 Ketidakpastian Heisenberg

x

Gambar 7.19. Bentuk gelombang Gaussian
( )
0
(x) = g k cos kx dk

}
. (7.55)
g(k) disebut transfomasi Fourier, yang menggambarkan bagaimana amplitudo
gabungan gelombang berubah terhadap bilangan gelombang k. Hubungan antara
x (panjang grup gelombang) dengan k (penyebaran bilangan gelombang)
bergantung pada bentuk grup gelombang dan juga cara di mana x dan k
didefinisikan. Nilai minimum perkalian x k terjadi ketika grup gelombang
berbentuk gaussian, di mana dalam kasus yang demikian transformasi Fourier
juga sebuah fungsi gaussian. Bentuk grup gelombang sebagai sebuah fungsi
gaussian yang mempunyai nilai minimum x k = , karena di alam umumnya
bentuk grup gelombang tidak gaussian, maka hubungan x dan k dapat
dituliskan dalam bentuk

1
xk
2
>
berdasarkan panjang gelombang de Broglie, bilangan gelombang adalah

2 2p
k = =
h
dan
2 p
k =
h
A
A
sehingga ketidakpastian posisi dan momentum
xp
2
> . (7.56)
di mana
2
p
E =
2m
dan
2p p pp
E = =
2m m
A
A

p mv
Et = p t = p t = px
m m
| | | |
A A
| |
\ . \ .

sehingga ketidakpastian energi dan waktu
Et
2
> . (7.57)


90

Contoh-contoh soal :
1. Sebuah elektron mempunyai laju 600 m/s dengan ketelitian 0,005%. Hitung
kepastian di mana kita dapat menemukan posisi elektron.
Jawab :
( )
( )
31
p = mv = 9,1.10 600 kg m/s


( )
( )
31
0,005
p = 9,1.10 600
100

| |
A
|
\ .
dan xp
2
>
( )( )
( )
34
3
5 34
6, 626.10
x 0,001923 m 1,923.10 m
4p
4 5.10 9,1.10 600
h


> > > >
(jika momentum elektron dapat ditentukan dengan ketepatan tertentu, maka
posisi elektron tidak dapat diukur secara tepat kurang dari 2 mm.
2. Ketidakpastian lokasi sebuah partikel sama dengan panjang gelombang de
Broglienya. Tentukan ketidakpastian kecepatannya ?
Jawab :
xp
4
h
> ; x =
p
h

p
p 4
h h
> ; p
4
p
> ; p = mv ; ( ) p = mv A A
( )
mv
mv
4
A > ;
v
v
4
A >
3. Posisi sebuah elektron 1 KeV yang terletak dalam 10
10
m. Hitung
ketidakpastian momentumnya ?
Jawab :
( )
34
23
10
6, 626.10
p = = = 5, 276.10 kg m/s
4x
4 10
h


4. Rasio ketidakpastian kecepatan sebuah elektron dan sebuah proton yang
dibatasi sebuah kotak 10
18
m.
Jawab :
m proton = 1,67.10
27
kg
31
4
27
ketidakpastian kecepatan elektron 9,1.10
= = 5, 48.10
ketidakpastian kecepatan proton 1, 67.10


91

Soal-soal latihan
1. Permukaan suatu logam mempunyai fungsi kerja W = 4 eV. Berapa kecepatan
maksimum elektron yang dipancarkan permukaan logam ketika disinari cahaya
frekuensi 10
15
Hz.
2. Hitung energi (dalam eV) elektron dari permukaan Tungsten (panjang
gelombang ambang
0
= 2300 ) jika diradiasi dengan cahaya = 1800 .
3. Cahaya = 4300 mengenai permukaan logam Kalium yang mempunyai
fungsi kerja W = 2,3 eV. Hitung kecepatan maksimum elektron dipancarkan.
4. Dari eksperimen efek fotolistrik suatu logam di peroleh data sebagai berikut :
No sinar datang Voltase penghenti (V
s
)
1 4000 4 volt
2 3000 5 volt
Tentukan tetapan Planck (h) dari hasil eksperimen tersebut. (e = 1,6.10
-
19
C)
Jawaban soal-soal latihan
1. W = 4 eV = 4(1,6.10
-19
) = 6,4.10
-19
joule
( )( ) ( )
2 34 15 19 19
1
mv hf W 6, 626.10 10 6, 4.10 0, 2.10
2

= = =
( )
19
5
31
2 0, 2.10
v 2,107.10 m/s
9,1.10

= =
2. ( )
0
0
0

E h f f hc

| |
= =
|
\ .

( )( )
( )( )
8 8
34 8 19
8 8
23.10 18.10
E 6, 626.10 3.10 2, 4.10 joule 1,5 eV
18.10 23.10



| |

| = = =
|
\ .

3. permukaan Kalium
( )( )
( )
34 8
0
10
0
19
6, 626.10 3.10
hc
5400.10 m 5400A
W 2, 3 1, 6.10

= = = =
karena
0
> , maka elektron dipancarkan dari permukaan logam Kalium.
( )
2 0
max 0
0
1
mv h f f hc
2
| |
= =
|
\ .

( )( )
( )( )
1
1
2
34 8
2 8 8
0
max
31 8 8
0
2 6, 626.10 3.10
2hc 54.10 43.10
v
m 9,1.10 43.10 54.10



( | |
( | |
( | = =
( |
|
(
\ .
\ .

v
max
= 4,55.10
5
m/s
4. Fotolistrik
2
2 0
hc hc
eV

= + dan
1
1 0
hc hc
eV

= + maka ( )
2 1
2 1
hc hc
e V V

=
dan ( )
1 2
2 1
1 2

hc e V V

| |
=
|
\ .
maka ( )
1 2
2 1
1 2
e
h V V
c
| |
=
|

\ .

( ) ( )
19 19
7 34
8 8
1,6.10 400nm 300nm 1,6.10
h 5 4 4.10 6, 4.10 J.s
3.10 400nm 300nm 10


| |
= = =
|

\ .

92

7.7 Model Atom Bohr
Pola spektrum setiap gas memiliki ukuran yang sangat pasti. Tidak ada
dua unsur yang memiliki pola garis yang sama. Gas berpijar menampakkan pola
spektrum garis-garis terang yang disebut spektrum emisi. Unsur paling sederhana
yang dapat digunakan untuk menyelidiki keterkaitan antara spektrum garis
dengan struktur atom adalah unsur Hidrogen. Pada tahun 1862 A.J.Angstrom
mengukur frekuensi 4 garis terang dalam spektrum emisi gas Hidrogen melalui
metode difraksi kisi dengan alat spektrometer. Johann Jacob Balmer tahun 1885
menerbitkan hasil perhitungannya, setelah berbulan-bulan melakukan manipulasi
numerik terhadap harga-harga frekuensi garis terang spektrum emisi gas Hidrogen
dari data hasil eksperimen. Balmer menemukan rumus yang dapat menghitung
(hampir pasti) harga frekuensi 4 garis terang spektrum emisi gas Hidrogen yaitu :

2 2
f i
a
1 1
f R
n n
| |
=
|
|
\ .
di mana
15
a
R 3, 29163.10 hertz = dan
a
R
R
c
=
di mana R adalah tetapan Rydberg dan n
f
= 2 dan n
i
= 3, 4, 5,
Tabel 7.2 Empat Frekuensi hasil eksperimen Angstrom dan perhitungan Balmer.
no warna garis
frekuensi (10
6
MHz)
hasil eksperimen Angstrom
frekuensi (10
6
MHz)
hasil perhitungan Balmer
1 Merah 457,170 457,171
2 Biru-kehijauan 617,190 617,181
3 Ungu-kebiruan 691,228 691,242
4 Ungu 731,493 731,473
Hasil perhitungan Balmer dan hasil eksperimen Angstorm ternyata
mendekati kesamaan. Rumus Balmer nenunjukkan bahwa berbagai diagram
energi pancaran/serapan cahaya berkaitan penurunan/kenaikan energi atom. Pada
tahun 1912 J.W.Nicholson membatasi harga momentum sudut elektron atom
Hidrogen hanya dalam kelipatan bulat dari yaitu L = mvr = n.
Berdasarkan rumus spektrum Balmer, rumus kuantum PlanckEinstein,
model atom planet Rutherford, dan batasan harga momentum sudut elektron dari
Nicholson, pada tahun 1913 Niels Bohr memperkenalkan 2 postulat untuk model
struktur atom Hidrogen, yaitu :
1. Elektron dapat berada di suatu orbit stasioner tanpa memancarkan radiasi dan
mempunyai harga momentum sudut orbital L = mvr = n.
2. Elektron dapat memancarkan dan menyerap energi, jika melompat dari suatu
keadaan stasioner ke keadaan stasioner lainnya.
93

Gambar 7.20 Transisi elektron
h
f
h
f
n=
1
n=
2
n=
3
Peristiwa transisi elektron dari suatu orbit stasioner ke orbit stasioner
lainnya dapat menghasilkan proses serapan/pancaran radiasi energi hf = E
i
E
f
.
Di mana E
i
dan E
f
adalah energi atom awal dan akhir dalam keadaan stasioner.
Dari batasan harga momentum sudut orbital dan
keadaan orbit stasioner elektron jika tidak ada
transisi dari orbit stasioner ke orbit stasioner
lain, dari postulat tersebut, Bohr dapat
menurunkan rumus-rumus diskrit yang
bergantung bilangan kuantum n
a) Jejari orbit elektron (r
n
)
gaya sentripetal = gaya elektrostatik
2 2
2
mv kZe
r r
= dan
2
2 2
mkZe
r
m v
= di mana
9 2 2
0
1
k 9.10 Nm /C
4
= =
e

mvr n = atau
2 2 2 2 2
m v r n = sehingga
2 2
n
2
n
mkZe
r =
Untuk orbit stasioner elektron pertama Hidrogen, n = 1, Z = 1
( )
( )
( )
( )( )( )
2
2
34
2
10
1 2 2 2
2
31 9 19
7 6,626.10
0,529411.10
4 mke
4 22 9,11.10 9.10 1,6.10
h
r


= = = m
Secara umum dapat dituliskan
o
2
n
0, 53 n A r =
b) Kecepatan revolusi elektron (v
n
)
mvr n = ;
2
2 2
n n mkZe
mr m n
v
| |
| |
= =
|
|
\ .
\ .
dan
2
n
kZe
n
v =
Untuk orbit stasioner elektron pertama pada atom Hidrogen, maka n = 1, Z = 1

( )
( )( )
( )
( )
2
9 19
2
6
1
34
2 22 9.10 1, 6.10
2ke
2, 2.10 m/s
h
7 6, 626.10
v

= = =
Secara umum dapat dituliskan
6
n
2,2.10
m/s
n
v =
c) Frekuensi orbit (f
n
)

2 2
2 2
v 1 kZe mkZe
f
2 2r 2 n n
| || |
= = =
| |
\ .\ .
dan
2 2 4
n
3 3
mk Z e
2 n
f =

Untuk orbit stasioner elektron pertama pada atom Hidrogen, maka n = 1, Z = 1
94


( )
( )( ) ( )
( )
( )
2 4
2
31 9 19
2 2 4
6
1 3 3
2
31
4 22 9,11.10 9.10 1, 6.10
4 mk e
6,568.10 Hz
h
7 6, 626.10
f

= = =

Secara umum dapat dituliskan
6
n
3
6,568.10
n
f = Hertz (putaran per detik)
d) Energi elektron (E
n
)
Energi kinetik elektron (E
k
)
2
2 2 2 4
2
k 2 2
1 1 kZe mk Z e
E mv m
2 2 n 2 n
| |
= = =
|
\ .

Energi potensial elektron (E
p
)
kQ kZe
V
r r
= = di mana V = potensial pada suatu titik jarak r dari inti.
2 2 2 2 4
2
p
2 2 2 2
kZe mkZe mk Z e
E V( e) kZe
r n n
| |
= = = =
|
\ .

Energi orbital elektron (E
n
) yaitu
n p
k
E E E = +
2 2 4 2 2 4
n
2 2 2 2
mk Z e mk Z e
E
n 2n
= + maka
2 2 4
n
2 2
mk Z e
E
2n
=
Dari perumusan energi orbital elektron dapat dijelaskan keadaan atom Hidrogen
1. Jika elektron berada pada orbit n = 1, maka atom Hidrogen dikatakan dalam
keadaan normal. Elektron dalam keadaan energi terendah (n = 1 atau kulit K)
yang disebut ground state (keadaan dasar).
2. Jika elektron berada pada orbit selain n = 1 dan masih berada dalam orbit,
maka atom Hidrogen dikatakan dalam keadaan tereksitasi.
3. Jika elektron secara penuh keluar dari orbit (tidak berada dalam orbit), maka
atom Hidrogen dikatakan dalam keadaan terionisasi.
Pada keadaan ground state, elektron stabil dan mengelilingi inti tanpa menyerap
atau memancarkan energi. Pada postulat ke dua Bohr, transisi elektron dinyatakan

2 2 4 2 2 4
i f 2 2 2 2
i f
mk Z e mk Z e
hf E E
2n 2n
| |
= =
|
|
\ .


2 2 4
2 2 2
f i
hc mk Z e 1 1
2 n n
| |
=
|
|
\ .
; di mana h 2 =

2
2 2
f i
1 1 1
RZ
n n
| |
= =
|
|
\ .
= bilangan gelombang, R = tetapan Rydberg
di mana
2 4
3
mk e
R
4 c
= atau
4
2 3
0
me
R
8 h c
=
e
dan
7 1
R 1, 097374.10 m

=
95

Bohr berhasil membuktikan rumus Balmer melalui perumusan teori.
Selain garis-garis Balmer juga ditemukan garis-garis spektrum Hidrogen lainnya,
yaitu garis-garis Lyman, Paschen, Brackett, dan Pfund, yaitu :
Deret Lyman (terletak di daerah ultraviolet)

2 2
i
1 1 1
R
1 n
| |
=
|
|
\ .
; di mana
f i
n 1 ; n 2, 3, 4,... = =
Deret Balmer (terletak di daerah cahaya tampak)

2 2
i
1 1 1
R
2 n
| |
=
|
|
\ .
; di mana
f i
n 2 ; n 3, 4, 5... = =
Deret Paschen (terletak di daerah infra merah)

2 2
i
1 1 1
R
3 n
| |
=
|
|
\ .
; di mana
f i
n 3 ; n 4, 5, 6... = =
Deret Brackett (terletak di daerah infra merah)

2 2
i
1 1 1
R
4 n
| |
=
|
|
\ .
; di mana
f i
n 4 ; n 5, 6, 7... = =
Deret Pfund (terletak di daerah infra merah jauh)

2 2
i
1 1 1
R
5 n
| |
=
|
|
\ .
; di mana
f i
n 5 ; n 6, 7,8... = =
Lompatan kuantum yang menimbulkan deret spektrum berbeda pada atom
Hidorgen didasarkan perubahan energi elektron pada orbit tertentu yaitu
2
n
2
hcRZ
E
n
= di mana n 1, 2, 3,... =
untuk n = 1 maka
1
E 13, 6 eV = , sehingga energi elektron pada orbit ke n adalah

n
2
13, 6 eV
E
n
=
maka
2
E 3, 4 eV = ;
3
E 1, 5 eV = dan E 0 eV

=
radius elektron dari inti pada orbit ke n yaitu

2 2
2
n 1 2
n
n r
mkZe
r = = untuk n = 1 maka
10
1
0, 53.10 m r

=
di mana
9 2 2
k 9.10 Nm /C = ;
31
m 9,1.10 kg

= dan
34
1, 05459.10 J.s

=
sehingga radius elektron pada orbit ke n adalah

0
2
n
0,53A n r = (n merupakan bilangan kuantum utama).


96

7.8 RADIOAKTIVITAS
Pada Tahun 1896 Henry Becquerel menemukan bahwa garam Uranium
memancarkan radiasi yang dapat menembus kertas maupun selaput tipis perak.
Peristiwa yang ditemukan oleh Henry Becquerel tersebut dikenal sebagai
radioaktivitas. Tahun 1898 Pierri Curie dan Marie Curie menemukan unsur
radioaktivitas yaitu Radium dan Polonium.
Peluruhan Radioaktif
Beberapa inti suatu unsur menunjukkan ketidakstabilan, walaupun
mempunyai gaya inti yang kuat. Sebuah inti yang tidak stabil akan menjadi pecah/
untuk mencapai sebuah konfigurasi yang lebih stabil. Misal jumlah inti yang tidak
meluruh dari unsur radioaktif pada suatu saat adalah N, maka kecepatan di mana
N berubah terhadap waktu berbanding lurus N, jadi
dN
N
dt
= (7.58)
dimana merupakan tetapan peluruhan dan tanda () menunjukkan selama t
meningkat N akan berkurang. Jika diintegralkan terhadap N dan t maka akan
menjadi ln N = t + C dimana C adalah tetapan integrasi.
Misal jumlah inti yang belum meluruh (N) pada t = 0 adalah N
0
(jumlah inti awal)
sehingga ln N = -t + ln N
0

dan
0
t
N = N e

.. (7.59)
Umur Paruh Waktu
Sebuah unsur radioaktif akan berkurang atom-atomnya menjadi setengah
jumlah awal dalam interval waktu T yang tetap. Interval waktu T berikutnya,
jumlah atom akan berkurang menjadi setengah dari jumlah atom pada interval
waktu T sebelumnya.
Interval waktu T ini disebut Umur Paruh
Waktu dari suatu unsur radioaktif (gambar
7.21). Misal umur paruh waktu (T) Radon
3,82 hari, jika terdapat gas Radon awal 1 mg
maka setelah 3,82 hari gas Radon yang
tersisa akan menjadi 0,5 mg.
Umur paruh suatu unsur radioaktif adalah tetap dan tidak dipengaruhi oleh
keadaan lingkungan seperti perubahan tekanan, suhu, kelembaban, medan listrik,
t
N
N
0
/2
N
0
/4
N
0
/8
N
0

T 2T 3T 0
Gambar 7.21 Peluruhan unsur radioaktif
97

dan medan magnet. Jika umur paruh waktu suatu unsur adalah T, ketika waktu
peluruhan suatu unsur radioaktif (t) menjadi T, maka N = N
0
/2 ketika t = T

0
0
N /2
ln = -T
N
sehingga umur paruh waktu (T) yaitu

ln2 0,693
T = =

.. (7.60)
dan T disubstitusikan ke persamaan (7.59)

0
t
0,693
T
N = N e

... (7.61)
Umur Rata-Rata
Umur rata-rata suatu unsur radioaktif adalah perbandingan jumlah umur
semua inti saat sekarang dalam suatu sampel dengan jumlah total inti.

0
0
N t dt
1
t = =

N dt

}
}
.... (7.62)
Aktivitas Unsur Radioaktif
Aktivitas suatu unsur radioaktif adalah kecepatan di mana inti dari atom-
atom unsur radioaktif meluruh atau jumlah inti yang meluruh per satuan waktu.
Satuan aktivitas suatu unsur radioaktif adalah curie (Ci) yaitu 3,7.10
10
perpecahan
(disintegrasi) per detik. Aktivitas 1 gm Radium mendekati sama dengan 1 curie (1
gm = 1 gram mol) aktivitas unsur radioaktif dalam satuan SI yaitu becquerel (Bq).
1 becquerel = 1 Bq = 1 disintegrasi per detik
1 curie = 3,7.10
10
Bq = 37 G Bq
Disintegrasi berturut-turut
Suatu unsur meluruh menjadi unsur lain dan unsur hasil peluruhan itu
dapat meluruh menjadi unsur yang lain juga, misal unsur A (induk) meluruh
menjadi unsur B (anak), lalu unsur B meluruh menjadi unsur C. Jika tetapan
peluruhan unsur A menjadi unsur B yaitu
1
dan tetapan peluruhan unsur B
menjadi unsur C yaitu
2
, maka

1 2

A B C
Misal suatu saat sampel mengandung hanya unsur A, jadi pada t = 0 jumlah inti A
adalah N
0
. Pada waktu t jumlah inti A dalam bentuk campuran menjadi N
1
, maka
98


1 0
1
- t
N = N e .... (7.63)
Setiap sebuah inti A disintegrasi, maka sebuah inti B terbentuk, sehingga
kecepatan pembentukan B yaitu
1
N
1
dan kecepatan B meluruh yaitu
2
N
2
maka
kecepatan pembentukan keseluruhan B =
1
N
1
-
2
N
2
, sehingga

2
1 1 2 2
dN
= N - N
dt
..... (7.64)
dari substitusi persamaan (7.63) didapatkan

2
2 2 1 0
1
- t
dN
+ N = N e
dt

kedua sisi dikalikan
2
t
e

( )
( )
2 1 0
2 1
2

t
t d
N e = N e
dt

... (7.65)

( )
1
2 0
2 1
2 1
2
-
t
t
N e = N e + C
-
di mana C = tetapan integrasi
saat t = 0, maka N
2
= 0 dan

1 0
2 1
N
C = -
-
dan
1 0 1
2 0
2 1 2 1
1 2
- - t t N
N = N e - e
- -


0 1
2
2 1
1 2
- t - t
N
N = e - e
-
(

..... (7.66)
Jika umur paruh waktu induk (T
A
) lebih besar umur paruh waktu anak (T
B
),
sehingga
1
<<
2
dan setelah beberapa interval waktu
( )
2 1
- - t
e 0 ~ , maka


1 0 1 1
2
2 1 2 1
1
- t
N e N
N = =
- -
.... (7.67)
Hasil ini menunjukkan bahwa perbandingan atom-atom anak dan induk
adalah tetap. Ini juga menunjukkan bahwa keduanya baik atom induk maupun
atom anak meluruh pada kecepatan yang ditentukan oleh tetapan peluruhan atom
induk. Ketika keadaan ini telah dicapai, maka sampel dikatakan dalam
kesetimbangan transient. Jika umur paruh waktu inti induk (T
A
) >> umur paruh
waktu anak (T
B
) maka
1
<<
2
dan persamaan (7.67 ) menjadi

2
N
2
=
1
N
1
...... (7.68)
99

Oleh karena itu pada kecepatan di mana atom-atom anak meluruh sama
dengan kecepatan di mana atom anak terbentuk, sehingga jumlah atom-atom anak
tetap. Jenis kesetimbangan ini disebut kesetimbangan secular.
Hukum Pergeseran Radioaktif
hukum I :
Ketika sebuah inti radioaktif disintegrasi memancarkan sebuah partikel o, maka
posisi atom tersebut dalam tabel periodik akan berpindah dua tempat ke kiri.
Misal :
226 222 4
88 86 2
Ra Rn + He (partikel o)
Bentuk Umum :
A A-4 4
Z Z-2 2
L M + He
di mana A = massa atom dan Z = nomor atom
hukum II :
Ketika sebuah inti radioaktif disintegrasi memancarkan sebuah partikel |, maka
posisi atom tersebut dalam tabel periodik akan berpindah satu tempat ke kanan.
Misal :
241 241 0
94 95 -1
Pu Am + e (partikel )
Bentuk Umum :
A A 0
Z Z+1 -1
X Y + e
Soal-soal latihan :
1. Umur paruh waktu Thorium X adalah 3,64 hari. Setelah berapa hari massanya
tinggal 0,1 massa awal ?
2. Uranium 238 dan Uranium 235 terjadi/terdapat di alam dalam perbandingan
140 : 1. Anggap bahwa saat pembentukan bumi, dua isotop tersebut berada
dalam jumlah yang sama. Hitunglah usia bumi ? (di mana umur waktu paruh
U-238 = 4,5.10
9
tahun dan umur waktu paruh U-235 = 7,13.10
8
tahun).
3. Sepotong kayu ditemukan dalam suatu piramida, mempunyai massa 50 gram
dan menunjukkan aktivitas C
14
dengan 320 disintegrasi per menit. Sedangkan
pohon yang masih hidup menunjukkan aktivitas C
14
dengan 12 disintegrasi per
menit per gram. Waktu paruh hidup unsur C
14
yaitu 5730 tahun. Hitung usia
kayu yang ditemukan di piramida tersebut ?
4. Aktivitas sebuah sampel radioaktif turun menjadi 1/16-nya dari nilai awal
dalam waktu 1 jam 20 menit, hitung umur paruh waktunya?
5. Umur paruh waktu U-238 = 4,5.10
9
tahun. Hitung aktivitas 1 gm U-238.
6. Perbandingan massa Pb-208 dengan massa U-238 dalam suatu batu yaitu 0,5.
Anggap bahwa batu tersebut tidak mengandung Pb. Perkirakan umur batu
tersebut? (di mana umur paruh waktu U-238 = 4,5.10
9
tahun).

100

Jawaban soal-soal latihan :
1.
0 0
-0,693t/3,64
0,1N = N e
t = 12,1 hari
2.
1
1
0,693
=
T
;
1
1 0
-0,693t/T
N = N e dan
2
2
0,693
=
T
;
2
2 0
-0,693t/T
N = N e
( )
1
2
2 1 1
2
0,693t/T -0,693t/T
-0,693t/T
-0,693t/T
N e 140
= = = e
N 1 e

1 2
2 1 1 2
0,693t 0,693t T -T
ln 140 = - = 0,693t
T T TT
| |
|
\ .

( )( )
9 8
1 2
9 8
1 2
4,5.10 7,13.10
TT ln140 ln140
t = =
T -T 0,693 4,5.10 -7,13.10 0,693
(
| |
(
|
(
\ .

= 6,04.10
9
tahun
3. Usia kayu yang ditemukan di dalam piramida
0
dN
N 12 per menit per gram
dt
| |
= =
|
\ .

dN 320
N 6, 4 per menit per gram
dt 50
| |
= = =
|
\ .

0
N 12
1,875
N 6, 4
= = dan
t
0
N N e

= atau
t
0
N
e 1,875
N

= =
n 1,875 t = dan 0, 6286 t = di mana
0, 693
T 5730

= = maka
0, 693

5730
=
0, 693
n 1,875 t 0, 6286
5730
| |
= =
|
\ .
maka
5730
t 0, 6286 5197, 5 tahun
0, 693
| |
= =
|
\ .

4.
0
N
= T
2
dan
0
N
16
4T 1 jam 20 menit = 80 menit = 4800 detik
4T = 4800
T = 1200 detik = 20 menit
5.
9
0,693 0,693
= =
T 4,5.10
(238 gm = 6,023.10
23
atom)
Aktivitas = N , (1 gm =
23
6,023.10
N =
238
)

23
9
0,693 6,023.10
= x
238 4,5.10

Aktivitas = 3,89.10
11
disintegrasi per tahun
6.
Pb U Pb
U U
9
N +N N 1 4,5.10
t = ln = ln +1
N 0,693 N
| | | |
| |
\ . \ .

( )
Pb
U
9 9
N 4,5.10 4,5.10
t = ln +1 = ln 0,5+1
0,693 N 0,693
| |
|
\ .

t = 2,63.10
9
tahun

101

DAFTAR PUSTAKA

Bresnick, Stephen. D., 2002. Intisari Fisika. Terjemahan oleh J.F. Gabriel.
Jakarta : Hipokrates

Gonick, Larry dan Huffman, D.A., 2001. Kartun Fisika, Terjemahan oleh
Christiana M Udiani., Jakarta : KPG (Kepustakaan Populer
Gramedia).

Hewitt, P.G. ,2006. Conceptual Physics 10 th editions, New York : Adison
Wesley

Nurul Huda, dkk, 2010. Mahir Fisika SMA Cara Bimbel Kelas 1,2,3 Surabaya
: Linguakata P.T Kawan Pustaka

Serway, R.A., 2009. Physics for Scientists and Engineers with Modern
Physics, 8 th editition, California : Brooks/Cole.

Anda mungkin juga menyukai