Anda di halaman 1dari 154

1

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF


TIPE STUDENT TEAMS ACHI EVEMENT DI VI SI ONS DALAM
MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR
SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH
KELAS XI DI MAN MALANG I

S K R I P S I

Oleh :
RIA SAFINATUR ROHMAH
NIM: 06130035






PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK
IBRAHIM MALANG
Juli, 2010


2
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE STUDENT TEAMS ACHI EVEMENT DI VI SI ONS DALAM
MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR
SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH
KELAS XI DI MAN MALANG I


S K R I P S I
Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Malang Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Strata Satu
Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh :
RIA SAFINATUR ROHMAH
NIM : 06130035




PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK
IBRAHIM MALANG
Juli, 2010
3

LEMBAR PERSETUJUAN

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE STUDENT TEAMS ACHI EVEMENT DI VI SI ONS DALAM
MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR
SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH
KELAS XI DI MAN MALANG I


SKRIPSI

Oleh :
Ria Safinatur Rohmah
NIM : 06130035

Telah Disetujui
Pada tanggal, 19 Juli 2010

Oleh:
Dosen Pembimbing


Dr. H. Nur Ali, M. Pd
NIP. 19650403199803 1 002


Mengetahui
Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial



Drs. Muh. Yunus, M.Si
NIP. 196903241996031 002
4
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
STUDENT TEAMS ACHI EVEMENT DI VI SI ONS DALAM
MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA
PADA MATA PELAJARAN SEJARAH
KELAS XI DI MAN MALANG I

SKRIPSI
Oleh
Ria Safinatur Rohmah
NIM. 06130035
Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal
27 Juli 2010 dengan nilai: A
dan telah dinyatakan diterima sebagai salah satu persyaratan
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan IPS (S. Pd)
Pada Tanggal, 3 Agustus 2010

Panitia Ujian

Ketua Sidang
M. Walid. MA
NIP. 19730823200003 1 002



:


Sekretaris Sidang
Dr.H. Nur Ali, M.Pd
NIP.19650403 199803 1 002



:


Pembimbing,
Dr.H. Nur Ali, M.Pd
NIP.19650403 199803 1 002



:


Penguji Utama
Drs. H. M. Padil M.Pdi
NIP.19651205199403 1 003



:


Mengesahkan,
Dekan Fakultas Tarbiyah UIN MALIKI Malang




Dr. H. M. Zainuddin, MA
NIP. 1962507 199503 1 001
5

Halaman Persembahan

Segala puji kepada Sang Khaliq Allah Taala
Sang pemilik hidup dan mati serta Cinta sejati
Shalawat serta salam terlantunkan kepada
Nabi Agung Muhammad Saw
Skripsi ini penulis hadiahkan kepada:
Kusampaikan rasa sayang dan salam hormatku untuk Ayah dan
Ibundaku (Rahmat dan Muflikhatun)
atas segala kasih sayang yang tiada hentinya
Salam Cintaku untuk kakak dan adik-adiku atas inspirasi dan
motivasi yang selalu ku rindukan
Salam hormat untuk Bp. Dr. H. Nur Ali. M.Pd yang telah meluangkan
waktunya untuk membimbing penulis menyelesaikan skripsi ini,
Barokallohufik
Untuk para pendidikku yang senantiasa menjadi sumber inspirasi
dan pewaris kehidupan yang tak ternilai harganya
Ibu Luluk dan warga MAN Malang 1 terimakasih atas
kepercayaannya kepada penulis
Teman-teman kelas IPS A dan B angkatan 2006 yang selalu memberi
warna dan arti di kehidupan dan di hatiku
Semua keluarga kecilku di Mahad Sunan Ampel Al-Aly,
yang selalu kurindukan
Untuk seseorang yang selalu kuharpakan semangat dan doanya,
terimakasih banyak atas pelajarannya
Semua sepupu, keluarga dan teman-teman (Bumi Ruwai Jurai) di
Malang yang selalu mensuport dan menemaniku
Semua guru dan warga MASPA di Yogyakarta yang selalu
memberikan doa dan sandaran kepadaku
Keluarga kecil baruku di MT Haryono yang unik-unik
Semua teman-temanku di manapun berada, yang selalu meberi
dukungan kepada penulis, terimakasih.


6
MOTTO

.!-. _ls l _1`.l .!-. _ls . .`-l 1. < |
< .,.: ,!1-l _
dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa,
dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan
bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya









7
Dosen Fakultas Tarbiyah
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

NOTA DINAS PEMBIMBING
Hal : Skripsi Ria Safinatur Rohmah Malang, 19 Juli2010
Lamp : 6 (enam) Ekslempar

Kepada Yth.
Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
di
Malang

Assalamualaikum Wr. Wb.
Sesudah melakukan beberapa kali bimbingan, baik dari segi isi, bahasa
maupun tehnik penulisan, dan setelah membaca skripsi mahasiswa tersebut di
bawah ini:
Nama : Ria Safinatur Rohmah
NIM : 06130035
Judul Skripsi : Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Student
Teams Achievement Divisions dalam Meningkatkan
Keaktifan dan Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran
Sejarah Kelas XI di MAN Malang 1

Maka selaku pembimbing, kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah layak
diajukan untuk diujikan.
Demikian, mohon dimaklumi adanya.
Wassalamualaikum Wr. Wb

Pembimbing,




Dr. H. Nur Ali, M. Pd
NIP. 19650403199803 1 002




8
SURAT PERYATAAN

Bismillahirrahmanirrahim.
Dengan ini saya Ria Safinatur Rohmah (06130035) menyatakan, bahwa
dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh
gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi, dan sepanjang sepengetahuan saya,
juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh
orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan
dalam daftar rujukan.


Malang, 19 Juli 2010


Ria Safinatur Rohmah






9
KATA PENGANTAR


Alkhamdulillah, tiada kata yang pantas dan patut penulis ucapakan selain
rasa syukur ke hadirat Allah SWT Al-Muhaimin yang telah melimpahkan
Rahmat-Nya yang tiada batas, sehingga penulis dapat menyelesaikan skrispsi in.
Shalawat serta salam semoga senantiasa tetap tercurahkan kepada teladan kita
Rosululloh Muhammad SAW, pemimpin dan pembimbing abadi seluruh umat.
Penulis menyadari daalm penyelesaian skripsi ini banyak memperoleh
bimbingan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan permohonan maaf dan ucapan terimaksih yang sedalm-dalamnya
kepada:
1. Kedua orang tuaku, Ayahanda dan Ibunda (Rahmat dan Muflikhatun)
tercinta yang dengan ikhlas memberikan kasih dan sayangnya serta segala
pengorbanan, saudara-saudaraku dan segenap kelurga besarku (yang tidak
dapat disebutkan satu persatu) yang selalu memberi dorongan baik moril
maupun materiil.
2. Bapak Prof. Dr. H. Imam Suprayogo, selaku rektor Universitas Negeri
Maulana Malik Ibrahim Malang.
3. Bapak Dr. H. M. Zainuddin, MA selaku Dekan Fakultas Tarbiyah atas
arahannya selama ini.
4. Bapak Drs. Muh. Yunus, M. Si selaku ketua jurusan IPS atas bimbingan
dan saran-sarannya kepada penulis.
10
5. Bapak Dr. H. Nur Ali M.Pd selaku dosen pembimbing atas bimbingan dan
arahannya dalam menyelesaikan skripsi ini
6. Bapak Drs. H. Zainal Mahmudi, M.Ag selaku kepala MAN Malang 1 yang
telah memberikan izin bagi peneliti untuk melakukan penelitian di MAN
Malang 1
7. Ibu Dra. Luluk Machsufah selaku guru mata pelajaran sejarah kelas XI IPS
2 yang telah memberi kesempatan dan kepercayaan bagi penulis untuk
melakukan penelitian
8. Ibu Aguswati selaku Guru SMPN 1 Singosari yang telah memotivasi dan
inspirasi bagi penulis
9. Siswa-siswa kelas XI IPS 2 MAN Malang 1 yang rame-rame
10. Siswa-siswi SMPN 1 Singosari , dlaft tercinta yang selalu memberi
motivasi pada penulis
11. Teman-teman seperjuangan di IPS angkatan 2006 atas kebersamaan,
semangat dan kerjasamanya selama ini
12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu
Semoga Allah SWT membalas semua amal ibadah atas bantuan dan
bimbingan semua pihak-pihak selama penulisan skripsi ini. Penulis berharap
skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis pada
khususnya.
Malang, 19 Juli 2010

Penulis
11
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iv
PERSEMBAHAN .............................................................................................. v
MOTTO ............................................................................................................. vi
HALAMAN NOTA DINAS PEMBIMBING ................................................. vii
HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................... viii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ix
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvi
ABSTRAK .........................................................................................................xvii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 8
E. Pembatasan Penelitian ............................................................................. 9
F. Definisi Operasional................................................................................ 10
G. Sistematika Penulisan ............................................................................. 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pembelajaran .......................................................................................... 13
1. Pengertian Pembelajaran ............................................................ 13
2. Tujuan Pembelajaran ................................................................... 15
B. Strategi Belajar Mengajar ...................................................................... 16
12
1. Pengertian .................................................................................. 16
2. Klasifikasi Strategi Belajar Mengajar ......................................... 16
C. Pembelajaran Kooperatif ......................................................................... 22
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif........................................... 22
2. Unsur-unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif ............................. 24
3. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif ............................................... 26
4. Tujuan Pembelajaran Kooperatif ................................................ 27
5. Perbedaan Pembelajaran Kooperatif dan Pembelajaran
Tradisional................................................................................... 29
6. Pentingnya Pembelajaran Kooperatif .......................................... 30
7. Peran Guru dalam Pembelajaran Kooperatif............................... 32
D. Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Divisions .... 33
E. Aktifitas Belajar ...................................................................................... 39
1. Pengertian Aktifitas Belajar ........................................................ 39
2. Jenis-jenis Aktifitas ..................................................................... 39
3. Nilai Aktifitas dalam pengajaran ................................................ 41
4. Penggunaan Aktifitas dalam Pengajaran ..................................... 41
5. Indikator Keaktifan Siswa ........................................................... 44
6. Pengertian Aktif Belajar .............................................................. 46
F. Belajar dan Prestasi Belajar .................................................................... 48
1. Pengertian Belajar dan Prestasi Belajar ...................................... 48
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ................... 53
G. Pembelajaran Sejarah .............................................................................. 54
1. Pengertian Ilmu Sejarah .............................................................. 55
2. Sasaran Pembelajaran Sejarah di Sekolah Menengah Atas ........ 57
3. Tujuan Instruksional Pembelajaran Sejarah di Sekolah
Menengah Atas............................................................................ 58
4. Ruang Lingkup Sejarah ............................................................... 59
5. Standart Kompetensi ................................................................... 60
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian.............................................................. 63
B. Kehadiran Peneliti ................................................................................... 66
C. Lokasi ...................................................................................................... 67
D. Data dan Sumber Data ............................................................................ 67
E. Teknik Pengmpulan Data ........................................................................ 68
F. Teknik Analisis data ................................................................................ 71
G. Pengecekan Keabsahan Data................................................................... 73
H. Tahap Penelitian ...................................................................................... 73
BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN
13
A. Latar Belakang Objek Penelitian ............................................................ 76
1. Kronologi Berdirinya MAN Malang 1 .............................................. 76
2. VISI dan MISI dan Tujuan MAN Malang 1 ..................................... 77
3. Keadaan Sarana dan Prasarana di MAN Malang 1 ........................... 79
B. Paparan Data Sebelum Penelitian ........................................................... 80
1. Deskripsi siswa kelas XI IPS 2 ........................................................ 80
2. Observasi Awal ................................................................................ 80
3. Perencanaan Tindakan...................................................................... 81
4. Pretest ............................................................................................... 82
C. Siklus I .................................................................................................... 87
D. Siklus II ................................................................................................... 98
E. Siklus III .................................................................................................. 117
BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ............................................. 120
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................. 131
B. Saran ........................................................................................................ 132
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN












14
DAFTAR TABEL

2.1 Tabel Perbedaan Model Pembelajaran Kooperatif dengan
Pembelajaran Tradisional ......................................................................... 29
2.2 Tabel Lembar Rangkuman Tim ................................................................. 38
2.3 Tabel Standart Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Sejarah Untuk
SMA kelas XI Semester I .......................................................................... 61
2.4 Tabel Standart Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Sejarah Untuk
SMA kelas XI Semester II ......................................................................... 61
3.2 Tabel Lembar Skor Kuis ............................................................................ 72
3.3 Tabel Observasi Keaktifan Siswa .............................................................. 73
3.4 Tabel Penentuan Taraf Keberhasilan Keaktifan Siswa ............................. 73
4.1 Tabel Sarana dan Prasarana di MAN Malang 1 ........................................ 79
4.2 Tabel Jumlah Siswa Kelas XI IPS 2 .......................................................... 79
4.3 Tabel Keaktifan Siswa Sebelum Tindakan (Pretest) ................................. 84
4.4 Tabel Prestasi Belajar Siswa Sebelum Tindakan (Pretest) ........................ 85
4.5 Tabel Keaktifan Siswa pada Siklus I ......................................................... 94
.4.6 Tabel Prestasi Belajar Siswa pada Siklus I ................................................ 95
4.7 Tabel Keaktifan Siswa pada Siklus II ........................................................ 105
4.8 Tabel Prestasi Belajar Siswa pada Siklus II .............................................. 106
4.9 Tabel Keaktifan Siswa pada Siklus III ...................................................... 116
4.10 Tabel Prestasi Belajar Siswa pada Siklus III ............................................. 116









15
DAFTAR GAMBAR

2.1 Hubungan Tujuan Kegiatan Pembelajaran dan Evaluasi ........................ 53
3.1 Gambar Alat Pelaksanaan Tindakan Kelas (Kemmis dan Taggert) ........ 66


































16
DAFTAR LAMPIRAN

Struktur Organisasi MAN Malang 1 Tahun 2009/2010
Pedoman Wawancara dengan Siswa
Garfik peningkatan keaktifan dan prestasi belajar siswa
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Lembar Informasi dan Materi sejarah
Keaktifan Belajar Siswa pada Observasi Awal (Pretest)
Prestasi Belajar siswa pada Observasi Asal (Pretest)
Keaktifan Belajar Siswa Pada Siklus I
Prestasi Belajar Siswa Pada Siklus I
Keaktifan Belajar Siswa Pada Siklus II
Prestasi Belajar Siswa Pada Siklus II
Keaktifan Belajar Siswa Pada Siklus III
Prestasi Belajar Siswa Pada Siklus III
Rokognisi Tim dari Siklus I-III
Perhitungan Predikat Tm Bedasarkan Skor Kuis
Perhitungan Skor Peningkatan Prestasi Belajar Siswa
Dokumentasi berupa Foto-foto saat Pembelajaran
Surat izin penelitian dari Fakultas Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim
Surat Rekomondasi dari Dinas Pendidikan kota Malang
Surat Keterangan Penelitian dari MAN Malang 1
Biodata Penulis

















17
ABSTRAK

Safinatur R, Ria. 2010. Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe
Student Teams Achievement Divisions dalam Meningkatkan Keaktifan
dan Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Sejarah Kelas XI di
MAN Malang 1. Skripsi, Jurusan Pendidikan Ilmu Sosial, Fakultas
Tarbiyah, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
Pembimbing: Dr. H. Nur Ali, M.Pd

Kata kunci: Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Divisions,
Keaktifan Belajar, Prestasi Belajar

Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju dan
pesat, sehingga membawa pengaruh yang besar terhadap semua spek kehidupan, salah
satunya dalam bidang pendidikan. Oleh karena itu pengolahan dan penyempurnaan
pendidikan terus dilaksanakan guna tercapainya tujuan pendidikan nasional yaitu
mencerdaskan kehidupan Bangsa.
Dalam proses belajar mengajar sejarah perlu dilakukan variasi metode
pembelajaran. Variasi metode pembelajaran tersebut bertujuan agar siswa tidak merasa
bosan ketika belajar sejarah dan siswa akan berantusias untuk belajar sejarah.
Pembelajaran kooperatif menawarkan beberapa metode. Salah satu yang
termasuk metode pembelajaran kooperatif yaitu model pembelajaran student team
achievement divisions (STAD). Pembelajaran tipe student team achievement divisions
merupakan model pembelajaran yang dapat mengaktifkan seluruh siswa selama proses
pembelajaran dan memberikan kesempatan untuk bekerjasama antar siswa dengan
kemampuan homogenya. Model pembelajaran student team achievement divisions
menerapkan berbagai ciri pembelajaran dan merupakan model yang sangat mudah
diterpkan dalam pembelajaran. Tahapan dalam pembelajaran koopertif tipe student team
achievement divisions yaitu dimulai dengan presentasi kelas, diskusi kelompok, tes
individu, dan dilanjutkan dengan pemberian penghargaan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan proses perencanaan,
pelaksanaan dan penilaian dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe student
team achievement divisions untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar sisiwa
pada mata pelajaran sejarah kelas XI IPS 2 MAN Malang 1.
Penelitian ini menggunkan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) tahapan
penelitian mengikuti Kemmis dan Taggart yaitu berupa suatu siklus yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Pengumpulan data penelitain ini
menggunakan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Tehnik analisis data yang
bersifat kualitatif yang terdiri dari hasil observasi dan dokumentasi dianalisis secara
deskriptif kualitatif, sedangkan data yang berupa angka atau data kuantitatif dianalisis
dengan mengunakan rumus:


18
P= Post rate base rate x 100 %
Base rate

Keterangan : presentase peningkatan
Post rate : nilai rata-rata sesudah tindakan
Base rate : nilai rata-rata sebelum tindakan

Bedasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
penerapan pembelajaran kooperatif tipe student team achievement divisions dapat
meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas XI IPS 2 di MAN Malang 1. Hal
ini terlihat dari peningkatan keaktifan dan prestasi belajar siswa pada setiap siklusnya.
Pada siklus I aspek kemandirian meningkat menjadi 57,75 %, aspek kerjasama
ditemukan prosentase sebesar 59,48 % dan aspek keberanian siswa dalam
berargument 52,58% . Pada siklus II aspek kemandirian meningkat menjadi 66,37
%, aspek kerjasama menjadi 68,96% dan aspek keberanian menjadi 57,75 %.
Pada siklus III aspek kemandirian meningkat sebesar 77,58 % , aspek kerjasama
meningkat menjadi 75,86 %, dan aspek keberanian meningkat menjadi 70, 68 %.
Prestasi belajar siswa juga meningkat pada tiap siklusnya 15% pada siklus I, 26
% pada siklus II, dan 31% pada siklus III.
Langkah-langkah meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa
melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe student team achievement divisions
sebagaimana yang telah peneliti lakukan adalah: sesuai dengan tiga tahapan, yaitu
perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian. Ditambah lagi dengan pemberian
motivasi yang tinggi kepada siswa dan reward (hadiah) berupa pujian kepada
kelompok yang aktif dan kompak, sehingga siswa termotivasi untuk
meningkatkan prestasi belajarnya.









19
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam keseluruhan proses pendidikan, kegiatan belajar mengajar adalah
proses pokok yang harus dilalui oleh seorang pendidik atau guru. Berhasil
tidaknya suatu tujuan pendidikan bergantung kepada bagaimana proses belajar
mengajar dirancang dan disajikan.
Dengan dilaksanakannya Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan (KTSP)
bedasarkan Permendiknas No 22 tahun 2006 mata pelajaran sejarah mengalami
pasang surut, karena jam mata pelajarannya dikurangi menjadi satu jam pelajaran
pada kelas I dan II
1
, sedangkan materi yang harus dipelajari sangat padat. Hal
inilah yang menyebabakan ketidak seimbangan antara materi dan jam pelajaran,
sehingga hasil yang diterimapun kurang maksimal. Mata pelajaran sejarah yang
sebagian besar materinya berisi deskriptif tentang masa lalu sering menjadikan
guru tidak memiliki pilihan lain selain menggunakan metode ceramah dan
menerangkan secara lisan sehingga mengakibatkan kejenuhan pada siswa. Dari
hal ini dapat dilihat bahwa keaktifan siswa kurang berperan, dan prestasi belajar
siswa pun mengalami hambatan. Oleh karena itu dalam proses belajar mengajar
perlu adanya pendekatan pembelajaran yang lebih efektif dan mampu
menciptakan suasana lebih mengaktifkan siswa khususnya pada mata pelajaran
sejarah. Dari kerangka dasar ini guru sejarah harus dapat menyiasati pengajaran

1
Permen Diknas RI No 22 Tahun 2006, Tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah.
20
sejarah dengan tidak mengubah hakikat pembelajaran pengajaran sejarah itu
sendiri.
Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang meneyediakan
kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri, yang mana siswa
belajar sambil bekerja. Dengan bekerja mereka memperoleh pengetahuan,
pemahaman dan aspek-aspek tingkah laku lainnya, serta mengembangkan
keterampilan yang bermakna untuk hidup di masyarakat.
2

Dewasa ini jika diamati lebih mendalam mata pelajaran Sejarah
membutuhkan pemikiran-pemikiran kritis tentang masa lalu agar siswa bebas dari
prasangka yang irasional dan fanatik, pikiran sempit dan komunalisme, dan
mencerahkannya dengan pemikiran ilmiah yang berorientasi ke masa depan.
Selain itu tujuan intruksional pembelajaran sejarah di SMA adalah untuk
mencapai pengetahuan, pemahaman, pemikiran kritis, keterampilan praktis, minat,
dan prilaku.
3
Karena materi Sejarah berisikan tentang gambaran masa lalu
manusia sebagai makhluk sosial yang disusun secara ilmiah dan lengkap.
Singkatnya, siswa akan lebih memahami mata pelajaran tersebut jika siswa
dapat mengenali fakta yang ada. Karena mata pelajaran sejarah terdiri dari urutan
waktu dan fakta yang dilengkapi dengan tafsiran dan penjelasan sehingga
memberi pengertian tentang apa yang telah berlalu. Dari gambaran masa lalu
tersebut manusia dapat belajar urutan masa lalu, masa kini dan masa yang akan
datang, mata pelajaran tersebut pun akan dirasa lebih bermakana dan target
pengusaan materipun berhasil.

2
Oemar Hamalik. Proses Belajar Mengajar. (Jakarta: bumi aksara, 2001) hlm: 170
3
S.K. Kochhar, Pembelajaran Sejarah Teaching of History. (Jakarta: Grasindo, 2008). hlm: 51-53
21
Hasil pengamatan peneliti menunjukan bahawa motivasi dan keaktifan
belajar siswa kelas XI IPS 2 MAN Malang 1 terlihat menurun, hal ini di sebabkan
Guru lebih sering menggunakan metode lama berupa ceramah dan tanya jawab
tanpa memperhatikan siswa. Sehingga siswa merasa terjebak dengan metode yang
digunakan oleh guru, kemampuan diskusi siswa menurun dan mengakibatkan
siswa tidak aktif karena mereka lebih sering disuguhkan dengan pertanyaan-
pertanyaan dari guru, diperkirakan menjadi penyebab rendahnya kemampuan
siswa untuk aktif belajar dan menurunnya prestasi belajar.
Hal ini juga terbukti dari hasil wawancara dengan guru sejarah yang
bersangkutan, beliau menceritakan keaadaan siswa saat proses belajar mengajar
berlangsung :
Anak-anak itu waktu ditanya sepertinya sudah bisa menjawab dengan
baik, walupun yang menjawab kadang-kadang hanya anak-anak tertentu
saja, yang membuat saya heran kalau diadakan ujian atau kuis kenapa nilai
mereka jelek-jelek, belum sesuai dengan yang saya harapkan. Maka dari
itu saya setuju dengan diadakannya penelitian ini, saya ingin tahu
bagaimana perkembanagan siswa dengan metode yang anda tawarkan

Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang
bedasarkan faham konstruktivis. Pemb elajaran kooperatif merupakan strategi
belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat
kemamapuannya berbeda.
4
Dalam menyelesaikan tugas, setiap siswa harus
bekerja sama dan saling membantu dalam memahami materi pelajaran. Sehingga
pada pembelajaran kooperatif ini belajar dikatakan belum selesai apabila salah
satu teman dalam kelompoknya belum menguasai materi pelajaran.

4
Isjoni . Cooperative Learning, (Bandung: Alfabeta, 2009). hlm: 12
22
Pada pembelajaran Sejarah dalam meningkatkan keaktifan dan prestasi
belajar siswa peneliti menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Student
Team Achievement Division, yang mana metode ini dikenal sangat sederhana dan
mengena. Pada metode ini siswa dilatih untuk berdiskusi dengan kelompoknya
dan saling mengeluarkan kemampuannya dalam berargumen. Disinilah peneliti
akan mengamati bagaimana keaktifan siswa berkelompok. Selain itu pada saat
siswa diberi kuis penelitipun akan mengamati hasil prestasi siswa secara individu
dalam bentuk tulisan atau jawaban terhadap kuis yang diberi.
Penelitian terdahulu menunjukan bahwa pembelajaran kooperatif Student
Teams Achievement Divisions yang telah dilaksanakan oleh Ika Fitria Atiningtiyas
di kelas XI IPS SMA Ardjuna Malang tahun pelajaran 2006/2007 dapat
meningkatkan aktvitas dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi.
Dari penelitian yang telah dilakukan rata-rata aktivitas belajar siswa meningkat
dari 38, 62% menjadi 58,62%. Sedangkan prestasi belajar siswa sebelum
menggunakan pembelajaran koopertif tipe Student Teams Achievement Divisions
adalah 54,59 % dengan ketentuan belajar klasikal 20,69 % . Setelah pneliti
menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Teams Achievement Divisions rata-
rata prestasi belajar siswa naik menjadi 79,45% dengan ketuntasan belajar klasikal
82,76 %.
5

Pembelajaran kooperatif dapat digunakan dalam membuat laporan
penelitian pada pelajaran IPA dan IPS. Namun, Juliati (2000)
6
mengemukakan,

5
Ika Fitria Atiningtyas, 2007. Penggunaan Pembelajaran Kooperatif tipe STAD untuk
Menigkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Ekonomi kelas XI IPS SMA Ardjuna Malang. Skripsi
tidak diterbitkan. Malang: Program Studi Pendidikan Ekonomi UM
6
Isjoni . Cooperative Learning,op cit. hlm: 12
23
pembelajaran kooperatif lebih tepat digunakan pada pembelajaran IPS.
7
Hal ini
dikarenakan selain dapat membantu siswa memahami materi pelajaran, juga dapat
menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, bekerja sama, dan membantu
teman. Sehingga dapat meningkatkan kualitas interaksi sosial dan komunikasi
yang bagus pada siswa.
Pembelajaran adalah sesuatu yang dilakuakn oleh siswa, bukan dibuat
untuk siswa. Pada dasarnya pembelajaran merupakan upaya pendidik untuk
membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar. Tujuan belajar sangat
banyak dan bervariasi ada dalam bentuk eksplisit berupa pengetahuan dan
ketrampilan, sedagakan tujuan belajar sebagai hasil berupa kemampuan berpikir
kritis, kreatif, sikap terbuka dan demokratis, menerima orang lain, dan
sebagainya.
8

Dari tujuan belajar yang ada, pembelajaran kooperatif sangat sesuai untuk
digunakan, karena dalam pembelajaran kooperatif ini siswa dituntut untuk aktif
dan memiliki sikap terbuka serta demokratis. Ada banyak alasan mengapa
pembelajaran kooperatif mampu memasuki mainstream (kelaziman) praktik
pendidikan. Selain bukti-bukti nyata tentang keberhasilan pendekatan ini, pada
masa sekarang masyarakat pendidikan menyadari betapa pentingnya para siswa
berlatih berpikir, memecahkan masalah, serta menggabungkan kemampuan dan
keahlian.
9


7
Ibid
8
Agus Suprijono. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
2009) , hlm: 5
9
Isjoni , 2009. Cooperative Learning. op, cit. hlm; 17
24
Dalam konteks ini, siswa perlu memahami makna belajar, apa manfaatnya,
dan bagaimana siswa harus mencapainya. Siswa sadar apa yang dipelajari akan
berguna bagi kehidupannya, sehingga siswa belajar hal-hal yang bermananfaat
dan berusaha untuk menaggapinya. Dalam proses ini, siswa membutuhkan guru
sebagai pembimbing dan pengarah.
Dalam kelas kooperatif, tugas guru adalah sebagai fasilitator, mediator,
director-motivator, dan evaluator. Sehingga guru harus mampu menciptakan kelas
sebagai laboraturium demokrasi, supaya peserta didik terlatih dan terbiasa berbeda
pendapat, jujur, sportif dalam mengakui kekurangannya dan siap memerima
pendapat orang lain yang lebih baik, serta mampu mencari pemecahan masalah.
Perbedaan pendapat yang mengarah pada konflik interpersonal asalkan menurut
aturan diskusi yang baik disertai sikap yang positif dapat membantu
menumbuhkan kesehatan mental siswa. Di samping itu, guru juga berperan dalam
menyediakan sarana pembelajaran, agar suasana belajar tidak monoton dan
membosankan. Dengan kreativitasnya, sang guru dapat mengatasi keterbatasan
sarana, sehingga proses belajar mengajar tidak terhambat.
10

Bertolak dari fenomena tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian pembelajaran Sejarah dengan pendekatan pembelajaran kooperatif.




10
Ibid. hlm: 63
25
Dengan bedasarkan pada uraian di atas maka peneliti mengambil judul:
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE Student
Teams Achievement Divisions dalam MENINGKATKAN KEAKTIFAN dan
PRESTASI BELAJAR SISWA pada MATA PELAJARAN SEJARAH
KELAS XI di MAN MALANG 1.

B. Rumusan Masalah
Dengan mengacu pada latar belakang diatas maka secara umum dapat
dirumuskan permasalahnnya sebagai berikut:
1. Bagaimana perencanaan metode pembelajaran kooperatif tipe Student
Teams Achievement Divisions dalam meningkatkan keaktifan dan prestasi
belajar siswa pada mata pelajaran Sejarah kelas XI di MAN Malang 1?
2. Bagaimana implementasi metode pembelajaran kooperatif tipe Student
Teams Achievement Divisions dalam meningkatkan keaktifan dan prestasi
belajar siswa pada mata pelajaran Sejarah kelas XI di MAN Malang 1?
3. Bagaimana proses evaluasi metode pembelajaran kooperatif tipe Student
Teams Achievement Divisions dalam maningkatkan keaktifan dan prestasi
belajar siswa pada mata pelajaran Sejarah kelas XI di MAN Malang 1?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini secara umum
adalah mendeskripsikan implementasi keaktifan dan prestasi belajar siswa dengan
metode pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions pada
siswa kelas XI di MAN Malang 1.
26
Secara khusus tujuan penelitian ini adalah:
1. Mendiskripsikan perencanaan metode pembelajaran kooperatif tipe
Student Teams Achievement Divisions dalam meningkatkan keaktifan dan
prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Sejarah kelas XI di MAN
Malang 1.
2. Mendeskripsikan implementasi metode pembelajaran kooperatif tipe
Student Teams Achievement Divisions dalam meningkatkan keaktifan dan
prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Sejarah kelas XI di MAN
Malang 1.
3. Mendiskripsikan proses evaluasi metode pembelajaran kooperatif tipe
Student Teams Achievement Divisions dalam meningkatkan keaktifan dan
prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Sejarah kelas XI di MAN
Malang 1.
D. Manfaat Penelitian
Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkandapat memiliki manfaat
sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini dapat menambah pemahaman terhadap
pendekatan teori dan strategi pembelajaran melalui pembelajaran kooperatif tipe
Student Teams Achievement Divisions dalam meningkatkan keaktifan dan prestasi
belajar siswa pada mata pelajaran Sejarah.
2. Manfaat praktis
a. Bagi siswa
27
Menumbuhkan keaktifan dan prestasi belajar siswa secara optimal dalam
pelaksanaan proses belajar sehingga lebih bermakna.
b. Bagi Guru
Sebagai referensi dalam proses belajar mengajar terhadap ketepatan dan
keefektifan penggunaan strategi pengajaran.
c. Bagi MAN Malang 1
Hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan yang berarti dalam rangka
meningkatkan kualitas proses belajar mengajar sehingga dapat menjadikan
MAN Malang 1 sebagai lembaga pendidikan yang dinamis dan inisiatif.
d. Bagi Peneliti
Mendapatkan pengalaman langsung pelaksanaan pembelajaran pada mata
pelajaran sejarah, sekaligus sebagai model yang dapat dilaksanakan dan
dikembangkan kelak. Selain itu memberikan bekal agar mahasiswa sebagai
calon guru mata pelajaran sejarah siap melaksanakan tugas sesuai kebutuhan
dan perkembangan zaman.
E. Pembatasan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan batasan untuk mengetahui implementasi
metode pembelajaran kooperatif dalam meningkatkan keaktifan dan prestasi
belajar siswa. Yang mana penelitian ini di lakukan pada mata pelajaran Sejarah
kelas XI IPS 2 semester genap pada Standar kompetensi (SK) 2 tentang
Menganalisis Perkembangan bangsa Indonesia sejak masuknya pengaruh Barat
sampai dengan Pendudukan Jepang. Metode pembelajaran kooperatif yang
digunakan dengan pendekatan pada tipe Student Teams Achievement Division.
28
F. Definisi Operasional
Pembelajaran adalah upaya mengorganisasi lingkungan untuk
menciptakan kondisi belajar bagi peserta didik.
11

Pembelajaran kooperatif : adalah model belajar dengan mengelompokkan
siswa di dalam kelas ke dalam suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerja
sama dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu
sama lain dalam kelompok tersebut.
12

Tipe student team achievement divisions (STAD) merupakan suatu metode
pembelajaran kooperatif yang terdiri atas lima komponen utama: prestasi kelas,
tim kuis, sekor kemajuan individu, rekognisi tim.
13

Aktivitas belajar adalah segala bentuk atau kegiatan untuk melakukan
proses pembelajaran.
14

Prestasi belajar: adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan dan
kemajuan murid yang berkenan dengan penugasan bahan pelajaran yang disajikan
kepada mereka serta nilai-nilai yang terdapat pada kurikulum.
15

Sasaran dan tujuan pembelajaran sejarah khususnya pada siswa menengah
atas adalah untuk mengajarkan siswa tentang peristiwa-peristiwa yang disertai
dengan pemahaman, pemikiran kritis dan tujuan intruksional lainnya.
16



11
Oemar Hamalik. Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007 ). hlm: 61
12
Isjoni . Cooperative Learning,op cit. hlm: 17
13
Robert E Slavin, cooperative learning teori, riset dan praktik, (Bandung: Nusa Media, 2009).
hlm: 143
14
Tim Penyusun . Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989 : 17
15
ibid
16
S.k. kochhar, pembelajaran sejarah teaching of history. op. cit, hal: 27

29
G. Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan menyeluruh, sistematika
pembahasan skripsi ini dibagi dalam enam bab:
Bab I memaparkan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, asumsi penelitian, pembatasan penelitian, serta sistematika
penulisan.
Bab II merupakan pembahasan tentang kajian teori, yang mencakup pembahasan
tentang karekteristik pembelajaran kooperatif yang meliputi: pengertian
pembelajaran, pengertian strategi pembelajaran, pengertian pembelajaran
kooperatif, unsur-unsur pembelajaran kooperatif, ciri-ciri pembelajaran
kooperatif, tujuan pembelajaran kooperatif, peran guru dalam pembelajaran
kooperatif, pembelajaraan kooperatif tipe Student Team-Achievement Division.
Tinjauan tentang aktif belajar dan prestasi belajar yang meliputi: pengertian aktif
belajar dan prestasi belajar . Serta tinjauan tentang mata pelajaran Sejarah bagi
SMA.
Bab III merupakan penjelasan metode penelitian yang mencakup pendekatan dan
jenis penelitian, kehadiran peneliti, lokasi, variable yang diselidiki, rencana
tindakan, pengumpulan data, keabsahan data, indikator kinerja.
Bab IV merupakan penjelasan tentang laporan hasil penelitian, yang telah
dilakukan oleh peneliti, meliputi penjelasan tentang latar belakang obyek
penelitian, penjelasan observasi awal, siklus I, dan siklus II.
Bab V merupakan pembahasan dari hasil penelitian yang sudah dilakukan.
30
Bab VI merupakan bab terakhir yang berisikan tentang kesimpulan dari semua isi
atau hasil penelitian ini. Dalam bab ini, juga dikemukakan beberapa saran yang
dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan.




















31
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Pembelajaran
1. Pengertian Pembelajaran
Pendidikan lebih menitik beratkan pada pembentukan dan pengembangan
kepribadian, jadi mengandung pengertian yang lebih luas. Namun demikian
pendidikan kepribadian saja tentu kurang lengkap, para siswa perlu juga memiliki
keterampilan.
17

Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur
manusiawi, material, fasilitas, perlenggkapan, dan prosedur yang saling
mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Manusia yang terlibat dalam
sistem pengajaran terdiri dari siswa, guru, dan tenaga laiannya. Material meliputi
buku-buku, papan tulis, dan lain sebagainya. Fasilitas dan perlengkapan, terdiri
dari ruang kelas, perlengkapan audio visual, juga komputer. Prosedur, meliputi
jadwal dan metode penyampaian informasi, praktik, belajar, ujian dan sebagainya.
Teori-teori pembelajaran:
Mengajar adalah upaya menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik /
siswa di sekolah.
18

Rumusan ini sesuai dengan pendapat dalam teori pendidikan yang
mementingkan mata pelajaran yang harus dipelajari oleh peserta didik. Dalam
rumusan ini terkandung konsep-konsep sebagai berikut; pembelajaran merupakan

17
Oemar Hamalik. Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara. 2007) hal: 55-57
18
Ibid
32
persiapan di masa depan, pembelajaran merupakan suatu proses penyampaian
pengetahuan, guru dipandang sebagai orang yang sangat berkuasa, siswa selalu
bersikap dan bertindak pasif serta kegiatan pembelajaran hanya berlangsung
dalam kelas.
Mengajar adalah mewariskan kebudayaan kepada generasi muda melalui
lembaga pendidikan sekolah.
Rumusan ini bersifat lebih umum bila dibandingkan dengan rumusan
pertama, implikasi dari rumusan ini adalah; pembelajaran bertujuan membentuk
manusia berbudaya, pembelajaran berarti suatu pewarisan, bahan pembelajaran
bersumber dari kebudayaan, dan siswa sebagai generasi muda ahli waris
kebudayaan.
Pembelajaran adalah upaya mengorganisasi lingkungan untuk menciptakan
kondisi belajar bagi peserta didik.
Rumusan ini dianggap lebih maju dibandingkan dengan rumusan
terdahulu, sebab lebih menitikberatkan pada unsur peserta didik, lingkungan dan
proses belajar. Implikasi dan pengertian tersebut ialah sebagai berikut ;
pendidikan bertujuan mengembangkan atau mengubah tingkah laku peserta didik,
kegiatan pembelajaran berupa pengorganisasian lingkungan, peserta didik sebagi
suatu organisme yang hidup.
Pembelajaran adalah suatu proses membantu siswa menghadapi kehidupan
masyarakat sehari-hari.
Pandangan ini didukung oleh para pakar yang berorientasi pada kehidupan
masyarakat. Sekolah dan masyarakat adalah suatu integrasi, pendidikan adalah di
33
sini dan sekarang ini (G. E. Olson, 1945).
19
Implikasi dari pengertian ini adalah
sebagai berikut ; tujuan pembelajaran adalah mempersiapkan sisiwa untuk hidup
dalam masyarakatnya, kegiatan pembelajaran berlangsuang dalam hubungan
sekolah dan masyarakat, siswa belajar secara aktif, guru juga bertugas sebagai
komunikator.
2. Tujuan Pembelajaran
Yang menjadi kunci dalam rangka menentukan tujuan pembelajaran
adalah kebutuhan siswa, mata ajaran, dan guru itu sendiri. Bedasarkan kebutuhan
siswa dapat ditetapkan apa yang hendak dicapai, dan dikembangkan dan
diapresiasi. Tujuan pembelajaran seyogianya memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Tujuan itu menyediakan situasi atau kondisi untuk belajar
2. Tujuan mendefinisikan tingkah laku siswa dalam bentuk dapat diukur
dan dapat diamati.
3. Tujuan menyatakan tingkat minimal prilaku yang dikehendaki.
20

Pembelajaran bedasarkan makna berarti proses, cara, perbuatan
mempelajari. Pada pembelajaran guru mengajar diartikan sebagai upaya guru
mengorganisir lingkungan terjadinya pembelajaran, yang mana guru menyediakan
fasilitas belajar bagi peserta didiknya. Jadi subjek pembelajaran adalah peserta
didik. Namun yang menjadi kunci dalam menentukan tujuan pembelajaran adalah
kebutuhan siswa itu sendiri karena dalam pembelajaran para siswa bukan hanya
menerima pelajaran berupa mata pelajaran saja tapi mewariskan beberapa ilmu
pengetahuan lainnya.

19
Ibid, hlm; 58-64
20
Ibid,hlm76-77
34
B. Strategi Belajar-Mengajar
1. Pengertian
Mengajar adalah penciptaan sistem lingkungan yang memungkinkan
terjadinya proses belajar mengajar. Sistem lingkungan ini terdiri dari komponen-
komponen yang saling mempengaruhi, yakni tujuan intruksional yang ingin
dicapai, materi yang diajarkan, guru dan siswa yang harus memainkan peranan
serta ada dalam hubungan sosial tertentu, jenis kegiatan yang dilakukan, serta
sarana dan prasarana belajar yang tersedia.
Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai
edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik. Interaksi
yang berniali edukatif karena kegiatan belajar mengajar yang dilakukan,
diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum
pengajaran berlangsung.
Starategi belajar-mengajar adalah pola umum perbuatan guru-murid
didalam perwujudan kegiatan belajar-mengajar. Pengertian strategi dalam hal ini
menunjuk kepada karakteristik abstrak dari rentetan perbuatan guru-murid dalam
peristiwa belajar-mengajar. Sedangkan rentetan perbuatan guru murid dalam suatu
peristiwa belajar mengajar aktual tertentu, dinamakan prosedur intruksional.
21

Secara umum strategi memmpuanyai pengertian suatu garis besar haluan
untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan.
Dihubungkan dengan belajar-mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola

21
Hasibun, Moedjiono. Proses Belajar Mengajar ( Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002 ) hlm: 3
35
umum kegiatan guru-anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar
untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.
22

Ada empat strategi dasar dalam belajar mengajar yang meliputi hal-hal
berikut:
a) Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan
tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan.
b) Memilih sistem pendekatan belajar mengajarkan bedasarkan aspirasi dan
pandangan hidup masyarakat.
c) Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar mengajar
yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan
oleh guru dalam menunaikan kegiatan mengajarnya.
d) Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria
serta standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru
dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar yang
selanjutnya akan dijadikan umpan balik buat penyempurnaan sistem
intruksional yang bersangkutan secara keseluruhan.
23

2. Klasifikasi Strategi Belajar-Mengajar
Ada beberapa dasar yang dapat digunakan untuk mengklasifikasikan
strategi belajar-mengajar, hal ini sesuai dengan CBSA yang mementingkan
peranan aktif siswa di dalam proses belajar-mengajar, sehingga mengajar
dikonsepsikan sebagai penyediaan kondisi untuk membelajarkan siswa.
24


22
Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar , (Jakarta: Rineka Citra, 1996),
hlm: 5
23
Ibid, hlm; 5-6
24
Hasibun, Moedjiono. Proses Belajar Mengajar. Op.cit, hlm: 4-5
36
a) Pengaturan guru dan siswa
Dari segi pengaturan guru dapat dibedakan pengajaran oleh seorang
guru atau oleh suatu tim, selanjutnya dapat pula dibedakan apakah
hubungan guru-murid terjadi secar tatap muka ataukah dengan
perantara media baik cetak maupun visual. Sedangkan dari segi siswa
dapat dibedakan pengajaran klasikal (kelompok besar), kelompok kecil
(5-7 orang siswa) atau pengajaran seseorang.
b) Struktur peristiwa belajar-mengajar
Struktur peristiwa belajar-mengajar dapat bersifat tertutup, dalam arti
segala sesuatu telah ditentukan secara relativ ketat; dan dapat juga
bersifat terbuka, dalam arti tujuan khusus, materi serta prosedur yang
akan ditempuh untuk mencapainya ditentukan sementara kegiatan
belajar-mengajar berlangsung.
c) Peran guru-murid di dalam mengola pesan
Pelajaran yang menyampaikan pesan dalam keadaan telah siap (telah
diolah secara tuntas oleh guru sebelum disampaikan) dinamika bersifat
ekspositorik, sedangakan yang mengharuskan pengolahan oleh siswa
dinamika.
Ada dua sub strategi di dalam strategi heuristic yang akhir-akhir ini
sering dikemukakan orang, yaitu penemuan (discoveri) dan inkuiri
(inquiri) .
d) Proses pengolahan pesan
37
Pristiwa belajar-mengajar yang bertolak dari yang umum untuk dilihat
keberlakuannya atau akibatnya pada yang khusus dinamakan strategi
belajar-mengajar yang bersifat deduktif, sedangkan strategi belajar-
mengajar yang ditandai oleh proses berpikir yang bergerak dari khusus
ke umum dinamakan strategi belajar-mengajar yang bersifat induktif.
e) Tujuan belajar
Robert M. Gagne mengelompokan kondisi-kondisi belajar (sistem
lingkungan belajar) sesuai dengan tujuan-tujuan belajar yang ingin
dicapai. Gagne mengemukakan delapan macam, yang kemudian
disederhanakan menjadi lima macam kemampuan manusia yang
merupakan hasi belajar sehingga, pada gilirannya, membutuhkan sekian
macam kondisi belajar (atau sisitem lingkungan belajar) untuk
pencapaiannya. Kelima macam kemampuan hasil belajar tersebut
adalah:
a. Keterampilan intelektual (yang merupakan hasil belajar terpenting
dari sistem lingkungan skolastik).
b. Strategi kognitif, mengatur cara belajar dan berpikir seseorang di
dalam arti seluas-luasnya, termasuk kemampuan memecahkan
masalah.
c. Invormasi verbal, pengetahuan dalam arti informasi dan fakta,
kemampuan ini umumnya dikenal dan tidak jarang.
38
d. Keterampilan motorik yang diperoleh di sekolah, antara lain
keterampilan menulis, mengetik, menggunakan jangka, dan
sebagainya.
e. Sikap dan nilai, berhubungan dengan arah serta intensitas emosional
yang dimiliki seseorang, sebagaimana dapat disimpulkan dari
kecenderungannya bertingkah laku terhadap orang, barang, atau
kejadian.
25

Menurut Tabrani Rusyan dkk, terdapat berbagai masalah sehubungan
dengan strategi belajar mengajar yang secara keseluruhan di klasifikasikan
sebagai berikut:
26

1. Konsep dasar strategi belajar mengajar
Hal ini meliputi a). menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan
tingkah laku, b). menentukan pilihan berkenan dengan pendekatan
terhadap masalah belajar mengajar, c). memilih prosedur, metode
dan teknik belajar mengajar, dan d). menerapkan norma dan kriteria
keberhasilan kegiatan belajar mengajar.
2. Sasaran kegiatan belajar mengajar
Sasaran itu harus diterjemahkan ke dalam ciri-ciri prilaku yang
didambakan. Pada tingkat sasaran atau tujuan yang universal,
manusia yang diidamkan tersebut harus memiliki kualifikasi ; a).
pengembangan bakat secara optimal, b). hubungan antar manusia, c).
efisiensi ekonomi, dan d). tanggung jawab selaku warga Negara.

25
Hasibun, Moedjiono. Proses Belajar Mengajar. (Bandung: Rosda karya, 1985) hlm 4-5
26
Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain,. Strategi Belajar Mengajar, op cit, hlm: 8-21
39
3. Belajar mengajar sebagai suatu sistem
Belajar mengajar selaku suatu sistem intruksional mengacu pada
pengertian sebagai perangkat komponen yang saling tergantung satu
sama lain untuk mencapai tujuan. Selaku suatu sistem, belajar
mengajar meliputi suatu komponen, antara lain: tujuan, bahan, siswa,
guru, metode, situasi dan evaluasi. Agar tujuan itu tercapai, semua
komponen yang ada harus diorganisasikan sehingga antar sesama
komponen terjadi kerja sama.
4. Hakikat proses belajar mengajar
Belajar mengajar adalah proses perubahan perilaku berkat
pengalaman dan latihan. Artinya, tujuan kegiatan adalah perubahan
tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan
maupun sikap, jadi hakikat belajar adalah perubahan.
5. Entering behavior siswa
Hasil belajar mengajar tercermin dalam perubahan perilaku, baik
secara material-subtansial, strukturtural-fungsional, maupun secara
behavior. Tingkat dan jenis karakteristik prilaku anak didik yang
telah dimilikinya ketika mau mengikuti kegiatan belajar mengajar
itulah yang dimaksud Entering Behavior Siswa.
6. Pola-pola belajar siswa
7. Memilih sistem belajar mengajar
Strategi belajar merupakan kumpulan komponen yang harus dilaksanakan
oleh guru dan murid saat proses belajar-mengajar, karena komponen yang ada
40
saling ketergantungan satu sama lain, secara garis besar komponen-komponen
dalam strategi belajar diwujudkan dengan pola kegiatan yang dilakukan oleh guru
dan murid saat di dalam kelas, sehingga pembelajaran yang sudah direncanakan
tepat sasaran.
C. Pembelajaran Kooperatif
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
David Ausubel adalah seorang ahli psikologi pendidikan. Menurut
Ausubel (1996) bahan pelajaran yang dipelajari harus bermakna. Pembelajaran
bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-
konsep releven yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Struktur kognitif
adalah fakta-fakta, konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi yang telah
dipelajari dan diingat siswa. Pembelajaran bermakna terjadi bila pelajar mencoba
menghubungkan fenomena baru ke dalam struktur pengetahuan mereka. Artinya,
bahan pelajaran itu harus cocok dengan kemampuan pelajar dan harus relevan
dengan struktur kognitif yang dimiliki pelajar.
27

Pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) berasal dari kata
cooperative yang artinya mengajarkan sesuatau secara bersama-sama dengan
saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim. Slavin
(1995) mengemukaan pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran
dimana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang

27
Isjoni. cooperative learning. op, cit. hlm; 35
41
berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih
bergairah dalam belajar.
28

Istilah cooperative learning dalam pengertian bahasa Indonesia dikenal
dengan nama pembelajaran kooperatif. Menurut Johnson & johnson (1994)
pembelajaran kooperatif adalah mengelompokkan siswa di dalam kelas ke dalam
suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan
maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok
tersebut.
29

Anita Lie (2000) menyebut istilah Cooperative Learning dengan istilah
pembelajaran gotong royong, yaitu sistem pembelajaran yang memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja sama dengan siswa lain dalam
tugas-tugas yang terstruktur. Lebih jauh dikatakan pembelajaran kooperatif hanya
berjalan kalau sudah terbentuk suatu kelompok atau suatu tim yang didalamnya
siswa bekerja secara terarah untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan dengan
jumlah anggota kelompok, pada umumnya terdiri dari 4-6 orang saja.
30

Djahiri K (2004) menyebutkan pembelajaran kooperatif sebagai
pembelajaran kelompok yang menuntut diterapkannya pendekatan belajar siswa
sentris, humanistik, dan demokratis yang disesuaikan dengan kemampuan siswa
dan lingkungan belajarnya. Dengan demikian, maka pembelajaran kooperatif
mampu membelajarkan diri dan kehidupan siswa baik di kelas atau di sekolah.
31


28
ibid, hlm: 15
29
ibid, hal: 17
30
Ibid, hlm: 16
31
Ibid hlm: 16
42
Jadi pembelajaran kooperatif dapat dirumuskan sebagai kegiatan
pembelajaran kelompok yanag terarah, terpadu, efektif-efisien, ke arah mencari
atau mengkaji sesuatu melalui proses kerja sama dan saling membantu sehingga
pencapaian proses dan hasil belajar yang produktif.
32

Dari uraian-uraian di atas dapat diketahui tentang pengertian pembelajaran
kooperatif (cooperative learning) adalah pembelajaran yang mengutamakan
adanya kelompok-kelompok kecil atau tim yang di dalamnya terdiri dari 4-6
orang. Dalam proses pembelajarn kooperatif siswa dituntut untuk bekerja sama
dan bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru,
dengan memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan belajar.
Dalam hubungannya dengan pembelajaran, teori yang ada mengacu pada
kegiatan pembelajaran yang harus melibatkan partisipasi peserta didik. Sebagai
realisasi maka dalam pembelajaran siswa haruslah bersifat aktif. Pembelajaran
kooperatif adalah model pembelajaran yang aktif dan partisipatif.
2. Unsur-unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif
Roger dan David Johnson mengatakan bahwa tidak semua belajar
kelompok bisa dinggap pembelajaran kooperatif.
33
Untuk mencapi hasil yang
maksimal, harus menyusun lima komponen mendasar ke dalam aktivitas
pengajaran:
a) Interdependensi Positif (saling ketergantungan positif)
Unsur ini merupakan inti dari pembelajaran kooperatif, yang mana siswa
harus percaya bahwa mereka berenang bersama. Karena setiap kelompok

32
Ibid, hlm:19
33
Agus Suprijono. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem, op. cit. hal; 58
43
memiliki dua tanggung jawab, yaitu; tanggung jawab mempelajari bahan
yang ditugaskan dan menjamin semua anggota kelompok secara individu
mempelajari bahan yang ditugaskan tersebut. Maka siswa harus yakin
bahwa mereka secara positif saling tergatung dengan anggota lainya
dalam kelompok belajar mereka.
b) Interaksi promotif langsung
Adalah kemampuan untuk saling mempengaruhi penalaran dan
kesimpulan orang lain, pemodelan sosial, saling membantu, mendukung,
menolong dan saling menghargai upaya belajar masing-masing anggota
kelompok.
c) Akuntabilitas Individu (tanggung jawab individu)
Tujuan pembelajaran kooperatif adalah: membentuk semua aggota
kelompok menjadi pribadi yang kuat. Siswa belajar bersama sehingga
mereka pada akhirnya bisa bekerja dengan lebih baik secara
perseorangan. Untuk memastikan semua aggota kelompok memiliki
pribadi yang kuat guru bisa melakukan berbagai cara, contohnya;
memililih siswa secara acak untuk mewakili kelompok.
d) Keterampilan Sosial
Kontribusi terhadap keberhasilan pembelajaran kooperatif adalah saling
mengenal dan percaya, mampu berkomunikasi, dan mengelola konflik
secara konstruktif.


44
e) Pemrosesan Kelompok
Pemrosesan kelompok terjadi saat para anggota kelompok mendiskusikan
seberapa baik mereka mencapai tujuan dan menjaga hubungan kerja
efektif.
34

Paparan mengenai unsur-unsur dari pembelajaran kooperatif merupakan
komponen-komponen yang harus dilakukan oleh guru saat berlangsungnya proses
belajar mengajar. Siswa dapat memahami bahan ajar jika komponen yang ada
dilakukan dengan baik. Manfaat pembelajaran kooperatif ini pun bisa dirasakan di
saat komponen-komponen ini dilaksanakan. Karena dalam unsur-unsur tersebut
terdapat hal-hal yang menjadi inti dari pembelajaran kooperatif, yaitu pertangung
jawaban individu, penghargaan kelompok dan kesempatan yang sama untuk
berhasil.
3. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif
Beberapa ciri dari pembelajaran kooperatif:
a) Setiap anggota memiliki peran
b) Terjadi hubungan interaksi langsung diantara siswa
c) Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga
teman-teman sekelompoknya
d) Guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan
interpersonal kelompok
e) Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukaan.
35


34
Shlomo Sharan. Handbook of Cooperative Learning, (Yogyakarta: Imperium. 2009). hal; 83-86
35
Isjon. Cooperative Learning. op, cit. hal; 20
45
Dari ciri-ciri prmbelajaran kooperatif dapat diambil garis besar bahwa
pembelajaran kooperatif mengutamakan keaktifan dari semua pihak, baik siswa
maupun guru, namun guru tidak sepenuhnya berinteraksi dengan siswa. Guru
berinteraksi sepenuhnya saat siswa membutuhkannya.
4. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Pada dasarnya pembelajaran kooperatif dikembangkan setidak-tidaknya
untuk mencapai tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum oleh Ibrahim,
et al. (2000) yaitu:
a) Hasil belajar akademik
Beberapa ahli berpendapat bahwa metode ini unggul dalam membantu
siswa memahami konsep-kosep yang sulit. Model struktur penghargaan
kooperatif dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan
perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar.
b) Penerimaan terhadap perbedaan individu
Penerimaan secara luas dari orang-orang yang bebeda berdasarkan ras,
budaya, kelas sosial, kemampuan dan ketidak mampuan. Dari hal ini
siswa akan belajar untuk saling menghargai.
c) Pengembangan keterampilan individu
Tujuan penting dari pembelajaran kooperatif adalah mengajarkan kepada
siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi.
36



36
Ibid, hlm; 27
46
Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik pembelajaran kooperatif
Sebagaimana dikemukakan oleh Slavin (1995), yaitu:
a) Penghargaan kelompok
Pembelajaran kooperatif menggunakan tujuan-tujuan kelompok untuk
memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok diperoleh
jika kelompok mencapai sekor diatas kriteria yang ditentukan.
Keberhasilan kelompok didasarkan pada penampilan individu sebagai
anggota kelompok dalam menciptakan hubungan antara personal yang
saling mendukung, saling membantu dan saling peduli.
b) Pertanggung jawaban individu
Keberhasilan kelompok tergantung dari pembelajaran individu dari
semua anggota kelompok. Pertanggung jawaban tersebut menitik
beratkan pada aktivitas anggota kelompok yang saling membantu dalam
menjadikan setiap anggota siap untuk menghadapi tes dan tugas-tugas
lainya secara mandiri tanpa bantuan teman sekelompoknya.
c) Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan
Pembelajaran menggunakan metode sekoring yang mencakup nilai
perkembangan bedasarkan peningkatan prestasi yang diperoleh siswa
dari yang terdahulu. Dengan menggunakan metode sekoring ini setiap
siswa baik yang berprestasi rendah, sedang, atau tinggi sama-sama
memperoleh kesempatan untuk berhasil dan melakukan yang terbaik bagi
kelompoknya.
37


37
Ibid, hlm: 22
47
5. Perbedaan Pembelajaran Kooperatif dan Pembelajaran Tradisional
Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua
jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau
diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih
diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan
serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu
peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud.
38

Dalam pembelajaran tradisional juga dikenal belajar kelompok.
Meskipun demikian, ada sejumlah perbedaan prinsipil antara kelompok belajar
kooperatif dengan kelompok belajar tradisional. Abdurrahman dan Bintaro, (2000
dalam Nurhadi, 2003) mengemukakan beberapa perbedaan antara kelompok
belajar kooperatif dengan kelompok belajar tradisional sebagai berikut:
2.1. Table Perbedaan Model Pembelajaran Kooperatif dengan
Pembelajaran Tradisoanal
Kelompok belajar kooperatif Kelompok belajar tradisioanl
Adanya saling ketergantungan positif,
saling membantu dan saling
memberikan motivasi sehingga ada
interaksi promotif.
Guru sering membiarkan adanya siswa
yang mendominasi kelompok atau
menggantungkan diri pada kelompok.
Adanya akuntabilitas individual yang
mengukur penguasaan materi
pelajaran tiap anggota kelompok, dan
kelompok diberi umpan balik tentang
hasil belajar para anaggotanya
sehingga mengetahui siapa yang
memerlukan bantuan dan siapa yang
dapat memberi bantuan

Akuntabilitas individual sering
diabaikan sehingga tugas-tugas sering
diborong oleh salah seorang anggota
kelompok, sedangkan anggota
kelompok lainnya enak-enak saja
diatas keberhasilan temannya yang
dianggap pemborong.

38
Agus Suprijono. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem, op. cit. hlm; 54
48
Kelompok belajar heterogen, baik
dalam kemampuan akademik, jenis
kelamin, ras, etnik dan sebagainya
sehingga dapat saling mengetahui
siapa yang memerlukan bantuan dan
siapa yang memberikan bantuan.
Kelompok belajar biasanya homogen.
Ketua kelompok dipilih secara
demokratis atau mengalir untuk
memberikan pengalaman memimpin
bagi para anggota kelompok.
Ketua kelompok sering ditentukan oleh
guru atau kelompok dibiarkan untuk
memilih ketuanya dengan cara masing-
masing.
Keterampilan sosial yang diperlukan
dalam kerja gotong royong seperti
kepemimpinan, kemmapuan
berkomunikasi, mempercayai orang
lain, dan mengelola konflik secara
langsung.
Keterampilan sosial sering tidak secara
langsung.
Pada saat belajar kooperatif sedang
berlangsung , guru terus melakukan
permantauan melalui obsevasi dan
melakukan intervensi jika terjadi
masalah dalam kerja sama antar
anggota kelompok
Pemantaun melalui observasi dan
intervensi sering tidak dilakukan oleh
guru pada saat belajar kelompok sedang
berlangsung.
Guru memperhatikan secara langsung
proses kelompok yang terjadi dalam
kelompok-kelompok belajar.
Guru sering tidak memperhatikan
proses kelompok yang terjadi dalam
kelompok-kelompok belajar.
Penekanan tidak hanya pada
penyelesaian tugas tetapi juga
hubungan interpersonal (hubungan
antar pribadi yang saling menghargai)
Penekanan sering hanya pada
penyelesaian tugas.
(Diadobsi dari Kunandar)
6. Pentingnya Pembelajaran Kooperatif
Bila dibandingkan dengan pembelajaran yang masih bersifat
konvensional, pembelajaran kooperatif memiliki beberapa keunggulan. Menurut
Jarolimek & Parker mengatakan keunggulan yang diperoleh dalam pembelajaran
ini adalah:

49
1) Saling ketergantungan yang positif
2) Adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu
3) Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas
4) Suasana kelas yang rileks dan menyenangkan
5) Terjalinnya hubungan yang hangat dan bersahabat antar siswa dengan guru
6) Memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikan pengalaman emosi
yang menyenangkan.
Keunggulannya dilihat dari aspek siswa, adalah memberi peluang kepada
siswa agar mengemukakan dan membahas suatu pandangan, pengalaman, yang
diperoleh siswa belajar secara bekerja sama dalam merumuskan kearah satu
pandangan kelompok.
Vigotsky menyatakan bahwa perkembangan kognitif seseorang akan
berkembang apabila ia berinteraksi dengan orang lain, dengan demikian belajar
manusia juga akan berkembang ketika kognitif mereka berkembang .
Al- Quran sangat mendorong permusyawarahan dan memuji kaum
mukmin yang mengadakan musyawarah untuk memecahkan persoalan yang
mereka hadapi dengan harapan sampai ditemukan kebenaran dan perwujudan
keadilan.
Firman Allah:
_ ,!>.`. ,l `.! :l.l >`. _: '., !.. .. 1.`, __

50
Artinya : Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya
dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah
antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang kami berikan
kepada mereka.(QS. As-Syura: 38)
Dari kandungan ayat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa melalui
dialog, diskusi dan permusyawaratan seseorang akan dapat mengarahkan pikiran
untuk dapat menemukan kebenaran dan memilih solusi yang tepat atas segala
permasalahan yang sedang dikaji.
39
Sama halnya belajar kooperatif, siswa diminta
untuk berdiskusi agar menemukan ide dan membuat keputusan yang bijak dalam
menyelesaikan tugas yang diberikan guru.
7. Peran Guru dalam Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua
jenis kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau
diarahkan oleh guru.
Pada pembelajaran kooperatif guru harus menjadi insinyur bukan
teknisi, dimana guru secara konseptual memahami pembelajaran kooperatif,
sehingga biasa menerapkannya pada lingkungan pengajaran yang spesifik kepada
siswa dan kurikulum, kemudian memperbaikinya ketika sistem ini gagal
dijalankan.
Sebuah pendekatan konseptual memerlukan guru yang harus terlibat
dalam proses yang sama, dengan:

39
Baharudin, Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran.( Jogjakarta: Ar-ruzz. 2007)
hlm: 37
51
a) Mempelajari konseptualisasi unsur mendasar dari pembelajaran
kooperatif.
b) Menerapkan model konseptual tersebut untuk situasi pengajaran,
lingkungan, siswa, dan kebutuhan pengajaran mereka yang unik. Tiap-tiap
guru harus mengadaptasi dan memperbaiki pembelajaran kooperaif agar
cocok dengan situasi idiosinkratis-nya.
40

D. Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team-Achievement Divisions
(STAD)
Student team-achievement divisions merupakan salah satu metode
pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan model yang
paling baik untuk permulaan bagi para guru.
41
. Student team-achievement
divisions salah satu rangkaian teknik pengajaran yang dikembangkan dan diteliti
di Universitas Jhon Hopkins yang secara umum dikenal sebagai kelompok belajar
siswa. Metode ini sangat mudah diadaptasi dan telah digunakan dalam
matematika, sains, ilmu pengetahuan sosial, bahasa inggris, dan teknik.
42

Dengan diterapkannya pembelajaran koopertaif tipe student team
achievement ini peneliti berharap keaktifan dan prestasi belajar siswa dapat
meningkat karena gagasan utama STAD adalah memicu siswa agar saling
mendorong dan membantu satu sama lain.
43

Student team-achievement divisions (STAD) terdiri dari lima komponen
utama yaitu presentasi kelas, tim, kuis, sekor kemajuan individual, rekognisi tim.

40
Shlomo Sharan. Handbook of Cooperative Learning. Op. cit. hlm: 92-93
41
Robet e. Slavin. Cooperative Learning, Teori Riset dan Praktek.op cit, hlm: 143
42
Shlomo Sharan, Handbook of Cooperative Learning. op. cit. hlm: 3-5
43
Sholomo Sharan, Op. cit. hlm: 5
52
Presentasi Kelas
Materi pada tipe Student team-achievement divisions pada awalnya
diperkenalkan dalam presentasi kelas. Bedanya presentasi kelas dengan
pengajaran biasa hanyalah bahwa presentasi tersebut haruslah benar-benar
terfokus pada unit Student team-achievement divisions. Dengan cara ini
para siswa akan menyadari bahwa mereka harus benar-benar
memperhatian penuh selama presentasi kelas, karena dengan demikian
akan sangat membantu siswa dalam mengerjakan kuis-kuis, dan skor kuis
mereka menentukan sekor tim mereka.
44

Tim
Pada tahap ini setiap siswa diberi lembar tugas sebagai bahan yang akan
dipelajari. Dalam kerja kelompok siswa saling berbagi tugas, saling
membantu memberikan penyelesaian agar semua anggota kelompok dapat
memahami materi yang dibahas, dan satu lembar dikumpul sebagai hasil
kerja kelompok.
45

Kuis
Setelah sekitar satu atau dua periode guru melakukan presentasi dan
sekitar satu atau dua periode parktek tim, para siswa akan mengerjakan
kuis individual. Para siswa tidak boleh saling membantu dalam
mengerjakan kuis. Sehingga tiap siswa bertanggung jawab secara
individual untuk memahami materinya. Skor perolehan individu didata

44
Robet e. Slavin,. Cooperative Learning, Teori Riset dan Praktek. op. cit. hlm; 144
45
Isjoni . Cooperative Learning. op, cit. hlm: 52
53
dan diarsipkan, yang akan digunakan pada perhitungan perolehan skor
kelompok.
46

Sekor Kemajuan Individu
Gagasan dibalik skor kemajuan individual adalah untuk memberikan
kepada tiap siswa tujuan kinerja yang akan didapat apabila mereka bekerja
dengan giat dan memberikan kinerja yang lebih baik daripada sebelumnya.
Rekognisi Tim (penghargaan kelompok)
Perhitungan skor kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan masing-
masing perkembangan skor individu dan hasilnya dibagi sesuai jumlah
anggota kelompok. Pemberian penghargaan diberikan bedasarkan
perolehan sekor rata-rata yang dikategorikan menjadi kelompok baik,
kelompok hebat dan kelompok super.
47

Persiapan dalam pembelajaran kooperatif tipe student team achievement
divisioans ialah:
a. Materi
Guru menyiapakan materi yang akan disampaikan ke pada siswa
48

b. Membagi siswa ke dalam tim
Sebuah tim terdiri dari berbagi latar belakang siswa. Dari yang berprestasi,
sedang atau pun kurang berprestasi. Jika memungkinkan jumlah tim
adalah empat orang.
49

c. Menentukan skor awal

46
Robet e. Slavin. Cooperative Learning, teori riset dan praktek. op. cit. hlm: 9
47
Isjoni. Cooperative Learning. op, cit. hlm: 53
48
Robet E. Slavin. Cooperative Learning, Teori Riset Dan Praktek. op. cit. hlm; 147
49
Ibid , hlm 149
54
Skor awal mewakili skor rata-rata siswa pada kuis sebelumnya.
50

d. Membangun tim
Setiap tim diberi waktu saling mengenal satu sama lain.
51

Langkah-langkah :
a. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen
(campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku dan lain-lain)
b. Guru menyajikan pelajaran dalam bentuk presentasi di depan kelas. Dan
membuat siswa menemukan konsep-konsep terhadap materi pelajaran
yang sedang diajarkan.
c. Guru memberi tugas kepada keompok untuk dikerjakan oleh anggota
kelompok. Anggota yang yang sudah mengerti dapat menjelaskan pada
anggota lain.
Sebelumnya dibuat aturan tim sebagai berikut:
52

Para siswa punya tanggung jawab untuk memastikan bahwa teman
satu tim mereka telah mempelajari materinya
Tak ada yang boleh berhenti belajar sampai semua teman satu tim
menguasai pelajaran tersebut
Mintalah bantuan dari semua teman satu tim untuk membantu
temannya sebelum bertanya kepada guru


50
Ibid, hlm 151
51
Ibid, hlm 151
52
Ibid, hlm 156
55
d. Guru memberi kuis pada seluruh siswa, pada saat menjawab dilarang
saling membantu.
e. kesimpulan
53

Evaluasi Hasil Pembelajaran
Seperti langkah-langkah sebelumnya, tim-tim pada student team
achievement divisions (STAD) mewakili seluruh bagian dalam kelas. Maka dalam
mengevaluasi hasil pembelajaran ada penilaian tim dan penilain individual.
Menghitung skor kemajuan individual dan skor tim dan memberikan
sertifikat atau bentuk penghargaan lainnya, sesegera mungkin setelah melakukan
kuis, hitunglah skor kemajuan individual dan skor tim, dan berikanlah sertifikat
atau bentuk penghargaan lainnya kepada tim dengan skor tertinggi. Jika
memungkinkan umumkanlah skor tim pada setiap periode setelah mengerjakan
kuis. Ini akan membuat jelas hubungan antara melakukan tugas dengan baik dan
menerima rekognisi, pada akhirnya akan meningkatkan motivasi mereka untuk
melakukan yang terbaik.
Merekognisi prestasi tim, ada tiga cara macam tingkatan penghargaan
yang diberikan di sini. Ketiganya didasarkan pada rata-rata skor tim, sebagai
berikut:
54

Kriteria rata-rata tim Penghargaan
15 TIM BAIK
16 TIM SANGAT BAIK
17 TIM SUPER

53
Agus Suprijono, 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem, op. cit. hlm;133
54
Robet e. Slavin,. Cooperative Learning, Teori Riset Dan Praktek. op. cit. hlm: 159-161
56
Lembar Rangkuman Tim
55

2.2. Tabel Lembar Rangkuman Tim
Nama tim :
Anggota tim Total



Total skor tim
Rata-rata tim
Penghargaan tim
Rata-rata = total skor tim + jumlah anggota tim
KRITERIA POIN KEMAJUAN
Jika skor kuis adalah. Seorang siswa akan mendapatkan..
Sebuah lembar yang sempurna 30 poin kemajuan
tanpa melihat skor dasar
Lebih dari sepuluh poin di atas 30 poin kemajuan
skor dasar
Skor dasar sampai sepuluh poin 20 poin kemajuan
di atas skor dasar
Sepuluh sampai satu poin 10 poin kemajuan
di bawah skor dasar
Lebih dari sepuluh poin 5 poin kemajuan
di bawah skor dasar
Paparan di atas menunjukan bagaiman langkah-langkah pembelajaran
koopertaif tipe Student Team-Achievement Division, siswa dibentuk menjadi
beberapa kelompok agar terjadi ketergantungan positif antar siswa pada kelompok

55
Ibid, hlm 333
57
tersebut, sehingga tercipta kerjasama tim untuk menyelesaikan tugas yang
diberikan oleh guru. Pemahaman yang dicapai siswapun merata yang kemudian
dibuktikan dengan kuis bagi tiap individu, dari kuis inilah guru dapat melihat
bagaimana hasil belajar siswa secara personal.
E. Aktifitas Belajar
1. Pengertian Aktifitas Belajar
Pendidikan tradisional dengan Sekolah Dengar-nya tidak mengenal
bahakan sama sekali tidak menggunakan asas aktifitas dalam proses belajar-
mengajar. Para sisiwa hanya mendengarkan hal-hal yang dipompakan oleh guru.
Kegiatan mandiri dianggap tidak ada maknanya, karena guru adalah orang yang
serba tahu dan menentukan segala hal yang dianggap penting bagi siswa. Di sisi
lain sisiwa hanya bertugas menerima dan menelan, mereka pasif atau tidak aktif.
56

Aktifitas adalah keaktifan; kegiatan; kesibukan. Aktifitas belajar adalah
segala bentuk atau kegiatan untuk melakukan proses pembelajaran.
57

Dalam kemajuan metodologi dewasa ini asas aktifitas lebih ditonjolkan
melalui suatu program unit activity, sehingga kegiatan belajar siswa menjadi dasar
untuk mencapai tujuan dan hasil belajar yang lebih memadai.
2. Jenis-jenis Aktifitas
Karena aktifitas belajar itu banyak sekali macamnya maka para ahli
mengadakan klasifikasi atas macam-macam aktifitas tersebut. Beberapa
diantaranya:
Paul D. Dierich membagi kegitan belajar dalam 8 kelompok :
58


56
Oemar Hamalik. Proses Belajar Mengajar , (Jakarta: Bumi Aksara, 2001). hlm: 170
57
Tim Penyusun . Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989 : 17
58
a) Kegiatan-kegiatan visual
Membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, mengamati
orang lain bekaerja dan lain sebagainya.
b) Kegiatan-kegiatan lisan
Mengemukakan fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian,
mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat,
wawancara, diskusi dan lain sebagainya.
c) Kegiatan-kegiatan mendengarkan
Mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau
diskusi kelompok.
d) Kegiatan-kegiatan menulis
Menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, membuat
rangkuman, mengerjakan tes.
e) Kegiatan-kegiatan menggambar
Menggambar, membuat grafik, diagram peta dan pola.
f) Kegiatan-kegiatan metrik
Melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran,
membuat model, menyelenggarakan permainan.
g) Kegiatan-kegiatan mental
Merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, dan
membuat keputusan.
h) Kegiatan-kegiatan emosional

58
Oemar Hamalik. Proses Belajar Mengajar. Op cit, hlm: 172-173
59
Minat, membedakan, berani, tenang dan lain-lain.
3. Nilai Aktifitas dalam Pengajaran
Penggunaan asas aktivitas besar nialinya bagi pengajaran para siswa
oleh karena:
a) Para sisiwa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami
sendiri.
b) Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa
secara integral.
c) Memupuk kerjasama yang harmonis dikalangan siswa
d) Para siswa bekerja menurut minat dan kemampuan sendiri
e) Memupuk disiplin kelas secara wajar dan suasana belajar menjadi
demokratis
f) Pengajaran di sekolah menjadi hidup sebagaimana aktivitas dalam
kehidupan di masyarakat.
4. Penggunaan Aktifitas dalam Pengajaran
Asas aktifitas digunakan dalam semua jenis metode mengajar, baik metode
dalam kelas maupun metode mengajar di luar kelas. Hanya saja penggunaanya
dilaksanakan dalam bentuk yang berlain-lainan sesuai dengan tujuan yang hendak
dicapai dan disesuaikan pula pada orientasi sekolah yang menggunakan jenis
kegiatan itu.
a) Sekolah tradisional menggunakan asas dalam bentuk mendengarkan,
menulis, dan oral dalam hal-hal yang terbatas.
60
b) Sekolah Maria Montesseori, menggunakan asas ini dalam kegiatan
bermain dan mengenal benda-benda.
c) Killpatrick, menggunakan asas ini dalam berproyek. Menurut
pendapatnya proyek terdiri dari 4 macam yakni:
Tipe kesatu: Construction on creative project, bertujuan
mengembangkan ide-ide atau merealisasikan suatu ide dalam
suatu bentuk tertentu.
Tipe kedua: the appretiation on enjoyment project, bertujuan
menikmati pengalamn-pengalaman.
Tipe ketiga: the problem project, bertujuan memecahkan suatu
kesulitan intelektual.
Tipe keempat: the drill or efeciafic project, bertujuan
memperoleh pengalaman dan keterampilan tertentu.
d) J. Dewey, terkenal dengan sekolah kerja, menggunakan asas aktifitas
dalam proyek kerja dan metode problem solving, dengan langkah-
langkah sebagi berikut:
Menyadari dan merumuskan masalah
Menentukan hipotesis
Mengumpulkan data-data
Menegetes hipotesis dengan data
Menarik kesimpulan
Melaksanakan keputusan
61
e) Sekolah-sekolah yang telah maju banyak menggunakan asas ini dalam
metode tugas pekerjaan rumah, kerja kelompok, demonstrasi,
eksperimen, sosiodrama dan lain sebagainya.
f) Dr. keller, terkenal dengan Comperehensive high school, di mana
kegiatan belajar untuk memperoleh keterampilan diutamakan disamping
pendidikan umum.
g) Konsep sekolah pembangunan di Indonesia juga menekankan adanya
aktifitas kerja sebagai persiapan kader-kader pembangunan.
59

Manusia diciptakan oleh Allah dalam keadaan tidak berpengetahuan,
namun Allah telah membekali manusia dengan sarana-sarana baik fisik maupun
psikis agar manusia dapat menggunakannya untuk belajar dan mengembangkan
ilmu dan teknnologi.

Firman Allah:
< >>> _. L, >... _.l-. !:,: _-> `>l _..l .., :.:
>l-l _`>:. __
Artinya: Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan
hati, agar kamu bersyukur.(QS. An-Nahl: 78)

59
Oemar Hamalik. Proses Belajar Mengajar. Op cit, hlm: 175-176
62
Dari ayat di atas dapat dikatakana bahwa dalam proses belajar mengajar
atau mencari ilmu manusia telah diberi sarana berupa indra eksternal, yaitu mata,
telinga, serta psikis berupa daya nalar atau intelektual. Bagi seorang siswa yang
sedang melaksanakan pembelajaran hendaknya dapat lebih aktif atau
mengaktifkan diri karena dengan adanya karunia yang di berikan Allah berupa
indra-indra tersebut sangat membantu siswa untuk lebih mudah memahami apa
yang mereka pelajari.
60

Dapat disimpulkan bahwa aktifitas belajar memiliki artian segala jenis
kesibukan yang dilakukan pada proses pembelajaran, ada berbagai aktifitas
kegiatan yang dilaukan dalam proses pembelajaran,seperti menulis, membaca,
mengemukakan pendapat, bertanya dan diskusi kelompok. Tujuan dalam aktifitas
pemebelajaran adalah untuk mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa dan
pengajaran di sekolah menjadi hidup sebagaimana aktifitas dalam kehidupan di
masyarakat.
5. Indikator Keaktifan Siswa
Indikator keaktifan siswa dapat dilihat dari tingkah-laku mana yang
muncul dalam suatu proses belajar mengajar, yaitu:
a) Dari sudut siswa, dapat dilihat dari:
- Keinginan, keberanian menampilkan minat, kebutuhan dan
permasalahannya.
- Keinginan, keberanian serta kesempatan untuk berpartisipasi dalam
kegiatan persiapan, proses, dan kelanjutan belajar.

60
Baharudin, Esa Nur Wahyuni. Teori Belajar dan Pembelajaran. (Jogjakarta: Ar-ruzz, 2007).
hlm: 38
63
- Penampilan berbagai usaha/kekreatifan belajar dalam menjalani
dan menyelesaikan kegiatan belajar mengajar sampai mencapai
keberhasilannya.
- Kebebasan atau keluasan melakukan hal tersebut diatas tanpa
tekanan guru/pihak lainnya (kemandiriannya belajar).
b) Dari sudut guru, nampak adanya:
- Usaha mendorong, membina gairah belajar dan partisipasi siswa
secara aktif.
- Peranan guru tidak mendominasi kegiatan proses belajar mengajar.
- Memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar menurut cara dan
keadaan masing-masing.
- Menggunakan berbagai jenis metode mengajar serta pendekatan
multi media.
c) Dilihat dari segi program, hendaknya:
- Tujuan intraksional serta konsep maupun isi pelajaran yang sesuai
dengan kebutuhan, minat, serta kemampuan subyek didik.
- Program cukup jelas dapat dimengerti siswa dan menantang siswa
untuk melakukan kegiatan belajar.
- Bahan pelajaran mengandung fakta/ informasi, konsep, prinsip dan
keterampilan.



64
d) Dilihat dari situasi belajar, nampak adanya:
- Iklim hubungan intim dan erat antara guru dengan siswa, siswa
dengan siswa, guru dengan guru, serta dengan unsur pimpinan di
sekolah.
- Gairah serta kegembiraan belajar siswa sehingga siswa memiliki
motivasi yang kuat serta keleluasaan mengembangkan cara belajar
masing-masing.
e) Dilihat dari sarana belajar, nampak adanya:
- Sumber-sumber belajar bagi siswa.
- Flexsibilitas waktu untuk melakukan kegiatan belajar.
- Dukungan dari berbagai jenis media pengajaran.
- Kegiatan belajar siswa tidak terbatas didalam kelas tapi juga diluar
kelas.
61

Dengan adanya tanda-tanda diatas, maka akan lebih mudah bagi
guru dalam merencanakan dan melaksanakan pengajaran.
6. Pengertian Aktif Belajar
Cara belajar siswa aktif (CBSA) merupakan istilah yang bermakana sama
dengan Student Active Learning (SAL), sebagai konsep CBSA adalah suatu
proses kegiatan belajar mengajar yang subjek didiknya terlibat secara intelektual
dan emosional, sehingga subjek didik betul-betul berperan dan berpartisipasi aktif

61
Abu Ahmadi & Widodo Supriyono. Psikologi Belajar. (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1991). hlm:
196
65
dalam melakukan kegiatan belajar. CBSA menempatkan siswa sebagai inti dalam
kegiatan belajar-mengajar, siswa dipandang sebagai objek dan sebagai subjek.
62

Aktif, pembelajaran harus menumbuhkan suasana sedemikian rupa,
sehingga peserta didik aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan
gagasan. Belajar memang merupakan proses aktif dari si pembelajar dalam
membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran
ceramah guru tentang pengetahuan. Pembelajaran aktif adalah proses belajar
menumbuhkan dinamika belajar bagi peserta didik. Dinamika untuk
mengartikulasikan dunia idenya dan dengan realitas yang dihadapinya.
63

Bertitik tolak dari uraian di atas, maka dapat diambil suatu kesimpulan
bahwa yang dimaksud dengan CBSA adalah salah satu cara strategi belajar-
mengajar yang menuntut keaktifan dan partisipasi subjek didik seoptimal
mungkin sehingga siswa mampu mengubah tigkah lakunya secara lebih efektif
dan efisien. Ada beberapa indikator siswa belajar aktif dapat dilihat dari tingkah
laku mana yang muncul dalam suatu proses belajar mengajar, berdasarkan apa
yang dirancang oleh guru.
Pendidikan adalah usaha sadar memanusiakan manusia, atau
membudayakan manusia. Pendidikan adalah proses sosialisasi menuju
kedewasaan intelektual, sosial, moral, sesuai dengan kemampuan dan martabatnya
sebagai manusia, atas dasar itu maka hakikat pendidikan adalah:
Interaksi mansiawi
Membina dan mengembangkan potensi manusia

62
Sujana, nana. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar , (Bandung: Sinar
Baru. 1988) hal: 32-35
63
Agus Suprijono. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Op. cit hal: x
66
Berlangsusng sepanjang hayat
Sesuai dengan kemampuan dan tingkat perkembangan individu
Ada dalam keseimbangan antara kebebasan subjek didik dengan
kewibawaan guru
Meningkatkan kualitas hidup manusia
64

Ulasan di atas menjelaskan bahwa aktif belajar sama artinya dengan
Student Active Learning yang mana pembelajaran ditujukan untuk mengaktifkan
siswa karena untuk berani menampilkan minat serta kesempatan berpartisipasi
dalam proses belajar-mengajar, sehingga peserta didik tidak dinilai pasif.
F. Belajar Dan Prestasi Belajar
1. Pengerian Belajar dan Prestasi Belajar
Belajar adalah suatu aktifitas yang dilakukan secara sadar untuk
mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari.
65
Menurut kamus
bahasa Indonesia belajar adalah berusaha (dan sebagainya) supaya mendapatkan
suatu kepandaian.
66
Belajar adalah suatu aktifitas yang sadar akan tujuan. Tujuan
dalam belajar adalah terjadinya perubahan dalam diri individu. Perubahan dalam
arti menuju keperkembangan pribadi individu seutuhnya.
Sadirman A.M mengemukakan suatu rumusan bahwa belajar sebagai
rangkaian kegiatan jiwa-raga psikofisisk menuju keperkembangan pribadi

64
Sujana, nana. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar , (Bandung: Sinar
Baru. 1988) hal: 32-35
65
ibid
66
Wjs. Poerwadarminta. Kamus Umum Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka, 1982)
67
manusia seutuhnya, yang menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif,
efektif dan psikomotorik.
67

Morgan dan kawan-kawan menyatakan bahwa belajar adalah perubahan
tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan atau pengalaman.
pernyataan morgan dan kawan-kawan ini senada dengan apa yang dikemukakan
para ahli yang menyatakan bahwa belajar adalah proses yang dapat menyebabkan
perubahan tingkah laku disebabkan adanya reaksi terhadap suatu situasi tertentu
atau adanya proses internal yang terjadi dalam diri seseorang. Perubahan ini tidak
terjadi karena adanya warisan genetic atau respons secara alamiah, kedewasaan
atau keadaan rganisme yang bersifat temporer, seperti kelelahan, pengaruh obat-
obatan, rasa takut dan sebagainya. Melainkan perubahan dalam pemahaman,
prilaku, persepsi, motivasi, atau gabungan dari semuanya.
68

Dari bebrabagi definisi di atas dapat ditemukan kesamaan-kesamaan
pengertian yang dikemukakan oleh para ahli dan psikologi maupun ahli
pendidikan. Ahli psikologi memandang belajar sebagai perubahan yang dapat
dilihat dan tidak peduli apakah hasil belajar tersebut menghambat atau tidak
menghambat proses adaptasi seseorang terhadap kebutuhan-kebutuhan dengan
masyarakat dan lingkungannya. Sedangkan para ahli pendidikan memandang
bahwa belajar adalah proses perubahan manusia kearah tujuan yang lebih baik dan
bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain.



67
Syaiful bahri djamarah. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. op. cit. hlm: 23
68
Baharudin, Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran. Op cit, hlm: 14
68
Ciri-ciri Belajar
Dari beberapa definisi para ahli di atas, dapat disimpulkan adanya
beberapa ciri belajar, yaitu:
69

1) Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku (change behavior).
Ini berarti bahwa hasil dari belajar hanya dapat diamati dari tingkah laku,
yaitu adanya perubahan tingkah laku, dari tidak tahu menjadi tahu, dari
tidak trampil menjadi trampil.
2) Perubahan perilaku, ini berarti, bahwa perubahan tingkah laku yang terjadi
karena belajar untuk waktu tertentu tidak berubah-ubah.
3) Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diamati pada saat proses
belajar sedang berlangsung.
4) Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau pengalaman.
5) Pengalaman atau latihan dapat memberi penguatan. Sesuatu yang
memperkuat itu akan memberikan semangat atau dorongan untuk
mengubah tingkah laku.
Prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata, yakni
prestasi dan belajar. Antara kata prestasi dan belajar mempunyai arti
yang berbeda. Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan,
diciptakan baik secara individu maupun kelompok. Prestasi tidak akan pernah
dihasilkan selama seseorang tidak melakukan kegiatan.
70

Prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan,
dikerjakan dan sebagainya). Penugasan pengetahuan atau keterampilan yang

69
Ibid . hal: 15
70
Syaiful Bahri Djamarah. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, (Surabaya: Usaha Nasional,
1991). hlm : 19-21
69
dikembangkan oleh mata pelajaran. Lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau
angka nilai yang diberikan guru.
71

WJS. Poerwadarminta berpendapat, bahwa prestasi adalah hasil yang telah
dicapai (dilakukan, dikerjakan dan sebagainya). Sedangkan menurut Khasan
Abdul Qohar, prestasi adalah apa yang telah diciptakan, hasil pekerjaan, hasil
yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja.
72

Nasrun Harahap dan kawan-kawan memberikan batasan, bahwa prestasi
adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan murid yang
berkenan dengan penugasan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka serta
nilai-nilai yang terdapat pada kurikulum.
73

Prestasi belajar seperti itu diukur melalui tes. Tes semacam itu bukan
hanya untuk mengukur kemampuan individual melainkan juga untuk
mengevaluasi keefektifan suatu program pembelajaran. Tes biasa dilakukan
setelah peserta didik mengikuti suatu program pembelajaran. Oleh karena itu, skor
yang diperoleh dari tes seperti itu cenderung sebagai akibat dilakukannya proses
pembelajaran bukan karena pengaruh tingkat intelegensi. Dari skor tersebut dapat
diperoleh informasi tentang pengetahuan dan keterampilan yang telah diperoleh
siswa.
Dengan demikian, prestasi belajar memiliki fungsi untuk memperlihatkan
sejauh mana peserta didik mampu menampilkan keterampilan tertentu atau
dengan kata lain memiliki fungsi untuk mengukur capaian kompetensi tertentu.
Prestasi belajar juga dapat berfungsi untuk memberikan rangsangan belajar, di

71
Dep Pendidikan dan Kebudayaan . Kamus Besar Bahasa Indonesia.: Balai Pustaka. hlm: 700
72
Syaiful Bahri Djamarah. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, op cit, hlm : 19-21
73
ibid
70
samping fungsi yang lain lagi yakni untuk dijadikan petunjuk seberapa jauh telah
terjadi peningkatan kualitas pendidikan pada umumnya.
Terdapat hubungan yang erat antara tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran,
dan evaluasi. Kegiatan pembelajaran harus mengacu pada tujuan pembelajaran
yang ditetapkan, sedangkan evaluasi harus mengacu pada tujuan pembelajaran
dan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. Hubungan ketiganya dapat
diperlihatkan dalam gambar 2.3.
Dari gambar 2.3 tampak hubungan erat antara kegiatan pembelajaran,
tujuan, dan evaluasi. Kegiatan pembelajaran yang dirancang dalam bentuk
rencana mengajar disusun oleh guru dengan mengacu pada tujuan pembelajaran
yang telah dirumuskan namun sebaliknya dengan ada tujuan pembelajaran yang
telah terumuskan akan memberikan arah dari kegiatan pembelajaran. Evaluasi
merupakan kegiatan pengumpulan data untuk mengukur sejauh mana tujuan
pembelajaran telah tercapai. Dilihat dari segi proses langkah penyusunan alat
evaluasi sudah barang tentu harus mengacu pada tujuan yang telah dirumuskan.
Selain mengacu pada tujuan, evaluasi juga harus mengacu atau disesuaikan
dengan kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Sebaliknya, kegiatan
pembelajaran juga harus mempunyai arah untuk keberhasilan evaluasi yang nanti
akan dilakukan.
74


74
Suharsimi Arikunto. Dasar-dasar evaluasi pendidikan (edisi revisi), (Jakrta: Bumi Aksara,
2002) hlm: 24

71






2.3. Gambar
Hubungan Tujuan, Kegiatan Pembelajaran, dan Evaluasi
(Sumber: Suharsimi Arikunto.1999.Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, p. 24).
Kurikulum 2004 menuntut penilaian secara berkelanjutan, karena hasil
penilaian hasil belajar siswa harus dapat menunjukkan tingkat pencapaian standar
kompetensi yang ditetapkan secara nasional. Penilaian pencapaian kompetensi
siswa harus dilakukan secara komprehensif selama proses pembelajaran
berlangsung antara lain melalui ujian/ulangan harian, mingguan, bulanan atau
akhir semester. Hasil pencapaian kompetensi siswa perlu dianalisis secara
berkesinambungan, yang hasilnya digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan
program tindak lanjut berupa program pembelajaran remidial atau program
pengayaan.
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Prestasi belajar siswa banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik
internal maupun eksternal. Prestasi belajar yang dicapai siswa pada hakikatnya
dipengaruhi oleh berbagai faktor tersebut. Adapun faktor-faktor yang dimaksud
meliputi hal-hal sebagai berikut:

Evaluasi
pembelajaran
Kegiatan
tujuan
72

a) Faktor internal
Adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu, meliputi:
Faktor jasmaniah (fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun yang
diperoleh. Yang termasuk faktor ini ialah pancaindera yang tidak
berfungsi sebagaimana mestinya, seperti mengalami sakit, cacat tubuh
atau perkembangan yang tidak sempurna.
Faktor psikologis, baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh,
terdiri atas: 1) faktor interaktif yang mempengaruhi faktor potensial,
yaitu kecerdasan dan bakat serta faktor kecakapan nyata, yaitu prestasi
yang dimiliki. 2) faktor noninteraktif yaitu unsur-unsur kepribadian
tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat kebutuhan, motivasi, emosi, dan
penyesuaian diri.
Faktor kematangan fisik maupun psikis
b) Faktor eksternal (berasal dari luar diri)
Faktor sosial, yang terdiri atas:
1) Lingkungan keluarga, lingkungan ini sangat mempengaruhi
kegiatan belajar. Hubungan antara anggota keluarga, orang tua,
anak, kakak, adik yang harmonis akan membantu siswa melakukan
aktifitas belajar dengan baik.
2) Lingkungan sekolah, seperti guru, administrasi, teman-teman
sekelas dapat mempengaruhi proses belajar seorang siswa.
Hubungan yang harmonis antara ketiganya dapat menjadi motivasi
bagi siswa untuk belajar lebih baik di sekolah.
73

3) Lingkungan masyarakat, kondisi lingkungan masyarakat tempat
tinggal siswa akan mempengaruhi belajar siswa.
Faktor budaya, seperti adat istiadat, ilmu pemgetahuan, teknologi dan
kesenian.
Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah dan fasilitas belajar.
Faktor lingkungan spiritual atau keagamaan.
75

Setelah menelusuri uraian di atas, maka dapat difahami mengenai makna
kata prestasi dan belajar. Prestasi pada dasarnya adalah hasil yang diperoleh
dari suatu aktifitas. Sedangkan belajar adalah aktifitas atau kegiatan dan
penguasaan tentang sesuatu. Dengan demikian dapat diambil pengertian yang
cukup sederhana mengenai hal ini. Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh
berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai
aktivitas dalam belajar atau dapat diartika bahwa prestasi adalah hasil dari suatu
kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati yang
diperoleh dari keuletan kerja.
G. Pembelajaran Sejarah
1. Pengertian Ilmu Sejarah
Istilah history (sejarah) diambil dari kata historia dalam bahasa Yunani
yang berarti informasi atau penenlitian yang ditunjukan untuk memperoleh
kebenaran. Sejarah pada masa itu hanya berisi tentang manusiakisahnya
kisah tentang usaha-usahanya dalam memenuhi kebutuhannya untuk menciptakan

75
User usman, Lilis setiawati, 1993. Upaya optimalisasi kegiatan belajar mengajar, Bandung:
Rosda Karya. Hal: 9-10
74

kehidupan yang tertib dan teratur, kecintaanya pada kemerdekaan, serta khusunya
akan keindahan dan pengetahuan.
76

Sejarah (setudi tentang manusia beserta perkembangannya melewati abad-
abad keberhasilan). Pada abad ke-18, para filusuf mulai memandang sejarah
sebagai ilmu tentang manusia dalam masyarakat. Sejarah menjadi bidang yang
mengkaji masyarakat secara keseluruhan dalam semua aspeknya. Perubahan dan
perkembangan masyarakat menjadi subjek kajian para sejarawan.
Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 ketika peranan ilmu
pengetahuan semakin penting, sejarah mulai dianggap sebagai ilmu yang
sesungguhnya tentang masyarakat dan dengan demikian menjadi ilmu tentang
ilmu pengetahuan.
Orang-orang yang meyakini bahwa sejarah merupakan ilmu mengajukan
pandangan-pandangan sebagai berikut:
a. Sasaran sejarah adalah menemukan dan mengumpulkan fakta-fakta
dari masa lampau dan menginterpretasikannya secara objektif. Seperti
halnya ilmu-ilmu alam, sejarah menggunakan berbagai metode
penelitian seperti observasi, klasifikasi, formulasi hipotesis, dan
analisis bukti-bukti sebelum menginterpretasi dan merekonstruksi
masa lampau.
b. Sejarah berusaha menjelaskan kebenaran, keadaan yang sebenarnya
dan kebenaran semata. Untuk menemukan kebenaran, sejarah
menggunakan metode penelitian. Diatas semuanya itu sejarah

76
S.K. Kochhar. Pembelajaran Sejarah Teaching of History. op. cit, hlm: 1-10
75

berusaha mengungkapkan kebenaran dengan menggunakan
pendekatan ilmiah, jadi sejarah adalah ilmu.
Sejarah adalah ilmu sosial dan membahas kenyataan; sejarah mengkaji
pengalaman manusia yang tidak dapat diringkas menjadi rumus apapun. Sejarah
berhadapan dengan fakta-fakta yang tidak terorganisasi dan bahkan dirinya tidak
dapat diambil suatu kesimpulan.
77

Adapun paparan diatas menjelaskan tentang pengertian ilmu sejarah yang
mana ilmu sejarah adalah ilmu sosial yang membahas tentang kenyataan,
menemukan, dan mengumpulkan fakta-fakta dari masa lampau dengan
menggunakan berbagai metode penelitian, karena fakta-fakta yang ada tidak
terorganisasi sehingga untuk menemukan suatu kebenaran membutuhkan
pendekatan ilmiah berupa penelitian, observasi, analisis dan laian sebagainya.
2. Sasaran Pembelajaran Sejarah di Sekolah Menengah Atas
Tidak ada mata pelajaran yang dimasukan ke dalam kurikulum sekolah
dengan tujuan sekedar mata pelajaranitu ada, semua mata pelajaran selalu
didahului dengan sejumlah sasaran dan tujuan tertentu.
Sasaran pengajaran sejarah harus mengacu pada tujuan pendidikan yang
lebih luas. Tujuan yang harus dimiliki seorang guru di lapangan untuk mengajar
haruslah tepat dan jelas.
78





77
ibid, hlm : 13-14
78
S.k. kochhar, Pembelajaran Sejarah Teaching of History. op. cit, hal: 27
76

Sasaran utama pembelajaran sejarah adalah sebagai berikut:
a. Meningkatkan pemahaman terhadap proses pertumbuhan dan
perkembangan yang dilalui umat manusia hingga mampu mencapai tahap
perkembangan yang sekarang ini.
b. Meningkatkan pemahaman terhadap akar peradaban manusia dan
penghargaan terhadap kesatuan dan dasar manusia.
c. Menghargai berbagai sumbangan yang diberikan oleh semua kebudayaan
pada peradaban manusia secara keseluruhan.
d. Memperkokoh pemahaman bahwa interaksi saling menguntungkan antar-
berbagai kebudayaan merupakan faktor yang penting dalam kemajuan
kehidupan manusia.
e. Memberikan kemudahan kepada sisiwa yang berminat mempelajari
sejarah suatu Negara dalam kaitannya dengan sejarah umat manusia
keseluruhan.
3. Tujuan Intruksional Pembelajaran Sejarah di Sekolah Menengah Atas
a. Pengetahuan, siswa harus mendapatkan pengetahuan tentang istilah,
konsep, fakta, peristiwa, gagasan, perjanjian dan lain-lain yang berkaitan
dengan pendidikan sejarah.
b. Pemahaman, siswa harus mengembangkan pemahaman tentang istilah,
fakta, peristiwa yang penting.
c. Pemikiran kritis, pelajaran sejarah harus membuat para sisiwa mampu
mengembangkan pemikiran yang kritis.
77

d. Keterampilan praktis, pelajaran sejarah harus membuat siswa mampu
mengembangkan keterampilan praktis dalam studinya dan memahami
fakta-fakta sejarah.
e. Minat, pelajaran sejarah harus membuat siswa mampu mengembangkan
minatnya dalam studi tentang sejarah.
f. Prilaku, pelajaran sejarah harus membuat siswa mampu mengembangkan
prilaku sosial yang sehat.
79

Sasaran dan tujuan pembelajaran sejarah khususnya pada siswa menengah
atas adalah untuk mengajarkan siswa tentang peristiwa-peristiwa yang disertai
dengan pemahaman, pemikiran kritis dan tujuan intruksional lainnya. Hal ini
dikarenakan pada siswa menengah atas belajar sejarah melalui gagasan, yaitu
gagasan dari para tokoh yang mana gagasan ini merupakan dasar semua tindakan
yang dilakukan oleh tokoh dan semua tindakan yang dilakukan oleh tokoh dan ada
di belakang semua peristiwa sehingga kedudukannya lebih tinggi dari pada
keduanya. gagasan, yang dalam agama dan politik merupakan kekuatan.
80

sejarah pemikiran yang bertujuan memberikan pemahaman yang mendalam
tentang gerak sejarah dan membantu para siswa dalam menarik kesimpulan dan
menyatukan berbagai kesimpulan.
4. Ruang lingkup Sejarah
Ruang lingkup sejarah sangat luas, tentang kisah tentang manusia-yang
mempelajari prilaku manusia secara keseluruhan. Ruang lingkupnya diawali dari
masa lampau, dan membuat masa kini sebagai tempat berlabuh dan persinggahan

79
Ibid, hlm: 50-53
80
ibid, hlm: 74
78

ke masa depan. Tentang materi (ruang lingkup) pembelajarn sejarah adalah
sebagai berikut:
Sejarah dunia, tentang masa sejak manusia muncul sebagai makhluk yang
berbeda sampai sekarang ini. Harus ada pembahasannya secara memadai
untuk disampaikan kepada kelompok-kelompok yang berbeda.
Sejarah nasional, materi ini menjadi inti setiap silabus sejarah.
Sejarah lokal
Sejarah sosial, ekonomi, dan kebudayaan, sebagai tambahan untuk sejarah
politik, sejarah sosial, ekonomi dan kebudayaan perlu diajarkan.
Sejarah kontemporer, berbagai peristiwa yang baru saja berlalu dan
menjadi latar belakang berita yang mereka baca hari ini layak dimasukan
ke dalam silabus, terutama untuk siswa menengah ke atas.
Sejarah daerah terpencil
Sejarah kota-kota besar.
81

5. Standar Kompetensi
Mata pelajaran Sejarah untuk jenjang SMA disusun secara sistematis,
dalam kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan
pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang
lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan.



81
ibid, hal; 89-90
79

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar mata pelajaran Sejarah kelas XI
program IPS :
2.5. Tabel
Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar
Mata Pelajaran Sejarah untuk SMA Kelas XI Semester I
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar PERMENDIKNAS NO. 22/2006
1. Menganalisis
Perjalanan Bangsa
Indonesia pada Masa
Negara-negara
Tradisional

1.1 Menganalisis Pengaruh Perkembangan Agama
dan Kebudayaan Hindu-Budha terhadap
Masyarakat di Berbagai Daerah di Indonesia
1.2 Menganalisis Perkembangan Kehidupan
Negara-negara Kerajaan Hindu-Budha di
Indonesia
1.3 Menganalisis Pengaruh Perkembangan Agama
dan Kebudayaan Islam terhadap Masyarakat di
Berbagai Daerah di Indonesia
1.4 Menganalisis Perkembangan Kehidupan
Negara-negara Kerajaan Islam di Indonesia
1.5 Menganalisis Proses Interaksi antara Tradisi
Lokal, Hindu-Budha, dan Islam di Indonesia

2.6. Tabel
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Mata Pelajaran Sejarah untuk SMA Kelas XI Semester II
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar PERMENDIKNAS NO. 22/2006
2. Menganalisis
Perkembangan bangsa
Indonesia sejak
masuknya pengaruh
Barat sampai dengan
Pendudukan Jepang

2.1 Menganalisis Perkembangan Pengaruh Barat
dan Perubahan Ekonomi, Demografi, dan
Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat di
Indonesia pada masa Kolonial
2.2 Menganalisis Hubungan antara Perkembangan
Paham-paham Baru dan Transformasi Sosial
dengan Kesadaran dan Pergerakan Kebangsaan

80

2.3 Menganalisis Proses Interaksi Indonesia-Jepang
dan Dampak Pendudukan Militer Jepang
terhadap Kehidupan Masyarakat di Indonesia
3. Menganalisis Sejarah
Dunia yang
Mempengaruhi Sejarah
Bangsa Indonesia dari
Abad ke-18 sampai
dengan Abad ke-20

3.1 Membedakan Pengaruh Revolusi Prancis
Revolusi Amerika, dan Revolusi Rusia terhadap
Perkembangan Pergerakan Nasional Indonesia
3.2 Menganalisis pengaruh Revolusi Industri di
Eropa terhadap Perubahan Sosial, Ekonomi, dan
Politik di Indonesia


















81

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini jenis penelitian yang digunakan adalah PTK
(penelitian tindakan kelas), yaitu penelitian yang bertujuan memberikan
sumbangan nyata peningkatan profesionalisme guru, menyiapkan pengetahuan,
pemahaman dan wawasan tentang prilaku guru pengajar dan murid belajar.
Pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan kualitatif, sebab dalam melakukan
tindakan kepada subyek penelitian sangat diutamakan adalah mengungkap makna
yakni makna dan proses pembelajaran sebagai upaya meningkatkan motivasi,
kegairahan dan prestasi belajar melalui tindakan yang dilakukan sebagimana
dikemukakan oleh Bogdan dan biklen (1998). Sifat PTK yang dilakukan adalah
kolaboratif partisipatoris, yakni kerjasama antara peneliti dengan praktisi
dilapangan.
82

Ebbut (1985) dalam Hopkins (1993), penelitian tindakan kelas adalah
kajian sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktik pendidikan oleh
sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran,
berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut.
Burns (1999): penelitian tindakan merupakan penerapan penemuan fakta
pada pemecahan masalah dalam situasi sosial dengan pandangan untuk

82
Wahid Murni, Nur Ali, 2008. Penelitian Tindakan Kelas, Malang: Um Press. hal: 50-52
82

meningkatkan kualitas tindakan yang dilakukan di dalamnya, yang melibatkan
kolaborasi dan kerja sama para peneliti, praktisi, dan orang awam.
Pada intinya PTK merupakan suatu penelitian yang akar permasalahannya
muncul dikelas dan dirasakan langsung oleh guru yang bersangkutan sehingga
sulit dibenarkan jika ada anggapan bahwa permasalahan dalam tindakan kelas
diperoleh dari persepsi atau lamunan seorang peneliti.
83

Dengan demikian penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research)
terkait dengan persoalan praktik pembelajaran sehari-hari yang dihadapi oleh
guru.
PTK termasuk penelitian dengan pendekatan kualitatif, walaupun data
yang dikumpulkan dapat berupa dat kuantitatif dan data kualitataif. PTK memiliki
beberapa karakteristik sebagai berikut:
84

1. (on-the job problem orientied) didasarkan pada masalah yang benar-
benar dihadapi oleh guru dalam proses belajar-mengajar di kelas.
2. (problem-solving-oriented) berorientasi pada pemecahan masalah.
3. (improvement-oriented) berorientasi pada peningkatan mutu.
4. (Cyclic) siklus, konsep tindakan dalam PTK ditetapkan melalui urutan
yang terdiri dari beberapa tahap berdaur ulang.
5. (Action orientied) selalu didasarkan pada adanya tindakan.



83
Suharsimi Arikunto, Suharjono dan Supardi. Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: Bumi Aksara,
2006), hlm. 104.
84
Kunandar. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Rajawali Pers. 2008) hlm: 58-
60
83

Di samping memiliki karekteristik tersebut, penelitian tindakan kelas
memiliki tiga ciri pokok, yaitu:
85

a) Inkuiri reflektif. Penelitian tindakan kelas berangkat dari permasalahan
pembelajaran riil yang sehari-hari dihadapi guru dan siswa, yaitu
kegiatan penelitian bedasarkan pada pelaksanaan tugas (practice
driven) dan pengambilan tindakan untuk memecahkan masalah yang
dihadapi (actiondriven)
b) Kolaboratif. Upaya perbaikan proses dan hasil pembelajaran tidak
dapat dilakukan sendiri oleh peneliti di luar kelas, tetepi peneliti harus
berkolaborasi dengan guru. Penelitian tindakan kelas merupakan
upaya bersama dari berbagai pihak untuk mewujudkan perbaikan yang
diinginkan.
c) Reflektif. Penelitian tindakan kelas memiliki ciri khusus, yaitu sikap
reflektif yang berkelanjutan. Penelitian tindakan kelas lebih
menekankan pada proses refleksi terhadap proses dan hasil penelitian.
PTK dilaksanakan dalam bentuk siklus berulang yang didalamnya terdapat
empat tahapan utama kegiatan, yaitu perencanaan tindakan (planing), pelaksanaan
tindakan (action), pengamatan (observation) dan refleksi (reflecting) dan
seterusnya sampai perbaikan atau peningkatan yang diharapkan tercapai (kriteria
keberhasilan),
86
sebagaimana gambar berikut:



85
Suharsimi Arikunto, Suharjono dan Supardi, 2006. op.cit., hlm. 110-111.
86
Ibid, hal: 74
84

3.1. Gambar Alat pelaksanaan tindakan kelas (Kemmis dan Taggart)












(diadopsi dari Suharsimi Arikunto)
B. Kehadiran Peneliti
Karena desain penelitian yang dipilih adalah Penelitian Tindakan Kelas
dengan jenis kolaboratif, sehingga mengharuskan kehadiran peneliti di lapangan
untuk melakukan kolaborasi dan terlibat aktif dalam proses belajar mengajar di
dalam kelas yang dijadikan objek penelitian. Pada penelitian tindakan kelas ini
peneliti bertindak sebagai instrument sekaligus pengumpul data. Hal ini
disebabkan peneliti dapat menghadapi situasi yang berubah-ubah dan tidak
Pengamatan/peng
umpulan I
Pelaksanaan
tindakan I
Perencanaan
tindakan
Refleksi I
Permasalahan
Permasalahan baru
hasil refleksi
Perencanaan
tindakan II
Pelaksanaan
tindakan II
Pengamatan/peng
umpulan II
Refleksi II
Apabila
Permasalahan
belum terselesaikan
Dilanjutkan ke
siklus berikutnya
Siklus II
Siklus I
85

menentu yang terjadi dalam proses belajar mengajar di kelas, terkait dengan
kondisi awal, proses dan hasil.
87

C. Lokasi
Lokasi penelitian adalah tempat dimana penelitian akan dilakukan untuk
memperoleh data atau informasi yang diperlukan dan berkaitan dengan
permasalahan penelitian. Dalam penelitian ini mengambil lokasi di MAN Malang
1 yang terletak di Jl. Baiduri Bulan No. 40 Dinoyo Malang. Pemilihan ini
dilakukan karena MAN Malang 1 merupakan satu-satunya MA Negeri yang
prestis di masyarakat khususnya kota Malang.
Penelitian ini dilakukan dikelas sebelas, karena berdasarkan standar
komptensi 2006, Siswa kelasa XI harus mampu mengungkapkan pikiran,
pendapat, gagasan, dan perasaan secara lisan melalui menanggapi suatu persoalan
atau peristiwa yang terjadi di sekitar, berwawancara dan melaporkan hasil
wawancara, mendeskripsikan benda atau alat, dan menyimpulkan dialog atau
percakapan serta memerankan drama pendek di depan kelas. Dan pada
kenyataannya, tingkat kemampuan siswa kelas XI MAN Malang 1 dalam melatih
keaktifan siswa dinilai menurun, karena Guru lebih sering menggunakan metode
ceramah yang menurunkan kemanmpuan belajar bersama dan keaktifan siswa.
D. Data Dan Sumber Data
Terkait dengan penelitian ini yang akan dijadikan sebagai sumber data
adalah siswa-siswi kelas XI IPS 2 di MAN Malang 1, dimana siswa-siswi tersebut
tidak hanya diperlukan sebagai obyek yang dikenai tindakan, tetapi juga aktif

87
Kunandar. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Rajawali Pers.2008). hal: 135-
137
86

dalam kegiatan yang dilakukan. Hal ini sesuai dengan salah satu karakteristik
penelitian tindakan kelas yaitu adanya kolaborasi dalam pelaksanaannya.
88

Data penelitian ini mencakup:
1. Skor tes formatif siswa dalam mengerjakan soal yang diberikan pada
setiap akhir siklus.
2. Hasil lembar observasi untuk mengukur peningkatan hasil belajar siswa
atau prestasi belajar siswa.
3. Hasil observasi dan catatan lapangan yang berkaitan dengan aktivitas
siswa pada pembelajaran sejarah berlangsung.
Data penelitian ini berupa hasil pengamatan, wawancara, kumpulan,
pencatatan lapangan dan dokumentasi dari setiap tindakan perbaikan dengan
menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe student team achievement
devisions dalam meningkatkan aktifitas dan prestasi belajar sejarah siswa kelas
XI IPS 2 MAN Malang 1. Data yang diperoleh dari penelitian tindakan ini ada
yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Data yang bersifat kualitatif diperoleh dari:
(1) dokumentasi, (2) observasi, (3) interview, sedangkan data yang bersifat
kuantitatif berasal dari nilai tes formatif dan lembar observasi.
E. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang benar dan akurat dalam penelitian ini, maka
penulis menggunakan beberapa metode yang antara lain sebagai berikut:



88
Suharsimi Arikunto, Suharjono dan Supardi, op.cit., hlm. 63.
87

1. Metode Observasi
Adapun jenis observasi yang peneliti gunakan adalah:
89

1) Observasi Partisipatif
Cara ini digunakan agar data yang diinginkan sesuai dengan apa yang
dimaksud oleh peneliti. Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kehidupan
sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data
penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang
dikerjakan oleh sumber data. Dengan observasi partisipan, maka data yang
diperoleh akan lebih lengkap, tajam dan sampai mengetahui pada tingkat makna
dari setiap perilaku yang nampak.
Selain peneliti ikut berpartisipasi dalam observasi, peneliti juga berperan
sebagai fasilitator. Sehingga peneliti juga turut mengarahkan siswa yang diteliti
untuk melaksanakan tindakan yang mengarah pada data yang diinginkan oleh
peneliti.
Dengan menggunakan metode ini, peneliti dapat mengamati secara
langsung terhadap obyek yang sedang diselidiki. Pendekatan ini digunakan untuk
memperoleh data-data tentang keadaan lokasi penelitian, kegiatan-kegiatan yang
dilakukan siswa-siswi dan lain-lain.
2) Observasi aktivitas kelas
Hal ini merupakan pengamatan langsung terhadap siswa dengan
memperhatikan tingkah laku siswa dalam proses belajar mengajar. Sehingga

89
Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2007), hlm. 64.
88

peneliti mendapat gambaran langsung bagaimana tingkah laku siswa, kerjasama,
serta komunikasi diantara siswa dalam kelompok dan pembelajaran.
2. Pengukuran Tes Hasil Belajar
Tes ialah seperangkat rangsangan yang diberikan kepada seseorang
dengan maksud untuk mendapatkan jawaban-jawaban yang dapat dijadikan dasar
bagi penetapan skor angka.
90

Pengukuran tes hasil belajar ini dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui peningkatan pada prestasi belajar sisiwa. Tes tersebut juga sebagai
salah satu rangkaian yang dilakukan dalam kegiatan penerapan pembelajaran
kooperatif tipe student team achievement divisios dalam meningkatkan prestasi
belajar siswa kelas XI IPS 2 MAN Malang 1.
Tes yang dilakukan berbentuk tes formatif yang dilaksanakan pada setiap akhir
pembelajaran, hasil tes ini akan digunakan untuk mengetahui peningkatan prestasi
belajar siswa melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe student team
achievement divisios.
3. Metode Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu, berupa catatan,
gambar, karya-karya dan lain sebagainya.
91

Peneliti menggunakan pendekatan ini untuk mengetahui data-data terkait
dengan sejarah berdirinya MAN Malang 1, stuktur organisasi, jumlah guru,
absensi kelas untuk mengetahui data siswa kelas XI IPS 2 yang mengikuti bidang
studi sejarah, serta data-data yang terkait lainnya.

90
Arief Furchan. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan . (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004),
hlm. 268
91
Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Op cit. hlm: 82
89

F. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dari tindakan yang dilakukan dianalisis untuk
memastikan bahwa dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe student team
achievement divisions dapat meningkatakan keaktifan dan prestasi belajar siswa
kelas XI IPS 2 MAN Malang 1.
Teknik analisis data kualitatif terdiri dari tiga tahap pokok, yaitu reduksi
data, paparan data, dan penyimpulan. Reduksi data adalah proses penyederhanaan
yang dilakukan melalui seleksi, pemfokusan dan pengabtraksian data mentah
menjadi informasi yang bermakna. Paparan data adalah proses penampilan data
secara lebih sederhana dalam bentuk naratif. Sedangkan penyimpulan adalah
proses pengambilan intisari dari sajian data yang terorganisasi dalam bentuk
pernyataan kalimat.
92

Sedangkan data yang dikumpulkan dari hasil observasi berupa angka atau
data kuantitatif, untuk mengetahui apakah ada peningkatan prestasi belajar siswa
seperti yang diharapkan dilakukan dengan cara menghitung prosentase kemudian
dideskripsikan.
Dalam penelitian ini peneliti menilai secara kelompok (tim) dan individual
yang mana pencapain nilai siswa dapat diperoleh dari skor kuis, dengan melihat
apakah ada peningkatan dari skor awal mereka.




92
Ibid . hal: 16-18

90

3.2. Tabel Lembar skor kuis
No Nama siswa Skor dasar Kuis Poin




Jumlah skor tim
Rata-rata sekor tim

Peneliti mendesain kriteria penghargaan sebagai berikut:
Kriteria (rata-rata tim) Penghargaan
18-22 Tim bagus
23-27 Tim sangat bagus
28-32 Tim super
Sedangkan nilai individu dilihat dari keaktifan siswa selama
berlangsungnya kegiatan belajar mengajar, serta prestasi belajar siswa yaitu hasil
belajar yang diperoleh dari skor hasil tes formatif siswa.
Keaktifan sisiwa merupakan salah satu aspek dalam penilain, karena
dengan ini dapat diketahui tingkah laku siswa selama mengikuti kegiatan belajar
mengajar, hal yang diamati antara lain : kemandirian dalam mengerjakan
tugas/kuis, , keberanian dalam bertanya, menjawab dan berargumen, dan
kerjasama saat berdiskusi. Penilain keaktifan siswa dapat dilihat dalam tabel:





91

3.3. Tabel Observasi Keaktifan Siswa

No Nama
siswa
Penilaian skor Kategori
Kemandirian kerjasama Keberanian


keseluruhan
Rata-rata
Prosentae

3.4. Tabel Penentuan taraf keberhasilan keaktifan siswa
Prosentase keberhasilan
Tindakan
Taraf keberhasilan Dengan
Huruf
Dengan
Angka
85-100 % Sangat Baik A 4
70-84 % Baik B 3
55-69 % Cukup Baik C 2
40-54 % Kurang D 1
0-39 % Sangat Kurang E 0

Data yang bersifat kualitatif yang didapatkan dari hasil pembelajaran yang
dapat diketahui peningkatannya melalui nilai-nilai kuis dan untuk melihat
peningkatan prestasi belajar dari keadaan sebelumnya maka peneliti menggunakan
rumus:
93


Keterangan:
P : prosentase peningkatan
Post rate : nilai rata-rata (sesudah tindakan)
Base rate : nilai rata-rata (sebelum tindakan).

93
Gugus Action Research (1999/2000, 175), dalam Siti Markhamah penerapan pembelajaran
kooperatif struktural dalam meningkatkan motivasi pemahaman dan prestasi belajar siswa pada
mata pelajaran fiqih kelas VIII A di MTs Hidayatul mubtadiin , skripsi (fakultas Tarbiyah UIN
Malang, 2007),hlm 64
92

G. Pengecekan Keabsahan Data
Dalam keabsahan data, peneliti melakukan pengecekan data yang bersifat
kualitatif, dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti menggunakan triangulasi.
Triangulasi adalah cara pengecekan keabsahan data dengan memanfaatkan
sesuatu diluar data sebagai pembanding,
94
misalnya konsultasi dengan guru wali
kelas XI IPS 2, guru mata pelajaran, dan pengurus kurikulum.
Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan adalah pemeriksaan
sumber lainnya. Adapun pengecekan keabsahan data dalam penelitian ini, penulis
menggunakan triangulasi sumber, yaitu yang berarti membandingkan dan
mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui
waktu dan alat yang berbeda dalam pendekatan kualitatif.
Pengecekan keabsahan data dilakukan dalam beberapa tahapan,yaitu:
95

1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.
2. Membandingkan hasil pengamatan dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan.
H. Tahap Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan 3 tahapan, yaitu:
a. Rencana penelitian
Pada tahap ini peneliti memulai dengan membuat proposal penelitian,
setelah proposal disetujui oleh dosen pembimbing dilanjutkan dengan mengurus
perizinan agar diberi izin penelitian. Kemudian peneliti merencanakan tindakan
dengan berdiskusi dengan guru Sejarah.

94
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosda Karya,
2005), hlm. 330.
95
Ibid
93

b. Pelaksanaan Penelitian
Pada tahap ini peneliti melaksanakan tindakan di dalam kelas seoptimal
mungkin sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran dan melaksanakan
observasi pada saat pelaksanaan tindakan serta refleksi.
c. Pelaporan penelitian
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah kegiatan penulisan laporan
penelitian yang dibuat sesuai dengan hasil pelaksanaan tindakan dan sesuai
dengan format pedoman penulisan skripsi.















94

BAB IV
LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. LATAR BELAKANG OBYEK PENELITIAN
1. Kronologi Berdirinya MAN Malang 1
Madrasah Aliyah Negeri Malang 1 lahir bedasarkan SK Menteri
Agama No.17 Tahun 1978, yang merupakan alih fungsi dari PGAN 6 Tahun
Puteri Malang. Pengalih fungsian PGAN 6 Tahun Puteri menjadi dua
madrasah, yaitu MTsN Malang II (saat ini pindah ke Jl. Cemorokandang 77
Malang) dan MAN Malang I .
MAN I sejak masih berstatus PGAN 6 Tahun Puteri menempati
gedung milik Lembaga Pendidikan Maarif di Jalan MT. Haryono 139 Malang
dengan hak sewa sampai akhir Desember 1988. Kemudian pada tanggal 2
Januari 1989 MAN Malang I pindah ke lokasi baru yang bersetatus milik
sendiri di jalan Simpang Tlogomas I/40 Malang. Di tempat terakhir inilah
yang saat ini bernama Jalan Baiduri Bulan 40 Malang, sampai sekarang MAN
Malang 1 berkembang.
MAN Malang 1 memiliki geografis yang strategis yang strategis yaitu
berada di tengah kota Malang yang dilalui dari Kota Batu
Malang/Surabaya/Blitar. MAN Malang 1 letaknya dikelilingi oleh perguruan
tinggi yaitu Unibraw, UIN, UM Malang, Unisma, Unmuh, ITN sehingga
anak-anak yang akan melanjutkan ke perguruan tinggi akan lebih mudah
mengakses ke perguruan tinggi.
95

MAN Malang 1 adalah sebagai lembaga pendidikan umum ditingkat
menengah, yang diselenggarakan oleh Depertemen Agama yang mempunyai
keunggulan dibidang pemahaman agama Islam secara fisik, citra yang
ditampilkan adalah bernafaskan islam, sehingga terkesan berwibawa, sejuk,
rapi dan indah. Cerminan pokok yang ditampilkan kampus MAN Malang 1
adalah islami dan terkesan modern serta dihuni oleh oarng-orang yang dekat
dengan Allah SWT, ramah terhadap sesama, santun, selalu tersenyum, serta
peduli terhadap lingkungan.
Ditinjau dari kelembagaan, MAN Malang 1 mempunyai tenaga
akademik yang handal dalam pemikiran, meiliki manajemen yang kokoh
yang mampu menggerakan seluruh potensi untuk mengembangkan kreatifitas
civitas akademika MAN Malang 1, serta memiliki kemmapuan antisipatif
masa depan dan profokatif. Selain itu MAN Malang 1 memiliki pimpinan
yang mampu mengakomodasikan seluruh potensi yang dimiliki menjadi
kekuatan penggerak lembaga secara menyeluruh. Sejak resmi memiliki
sebutan MAN Malang 1, madrasah ini telah mengalami 5 masa
kepemimpinan yaitu:
Raimin BA : Tahun 1978- 1986
Drs. H. kusnan A : Tahun 1986- 1993
Drs. H. Toras : Tahun 1993- 2004
Drs. H . Tonem Hadi : Tahun 2004- 2006
Drs. Zainal Mahmudi : Tahun 2006- sekarang
96

2. Visi, Misi, dan Tujuan MAN Malang 1
a. Visi
Terwujunya insan berkualitas tinggi dalam iptek yang religious dan
humanis.
b. Misi
1) Menumbuhkan semangat belajar untuk mengembangkan iptek dan
imtaq
2) Mengembangkan penelitian untuk mendapatkan gagasan baru yang
berorientasi masa depan
3) Mewujudkan kegiatan pembelajaran yang menyenangkan, kreatif
dan inovatif
4) Menumbuhkembangkan semangat penghayatan dan pengalaman
ajaran islam dalam kehidupan sehari-hari
5) Mewujudkan warga sekolah yang memiliki kepedulian terhadap
diri, lingkungan dan berestetika tinggi
c. Tujuan
1) Meningkatkan pengetahuan dan daya saing peserta didik
2) Meningkatkan wawasan berfikir ilmiah warga madrasah melalui
kegiatan penelitian
3) Menciptakan proses pembelajaran yang mengasyikan,
menyenagkan dan mencerdaskan
97

4) Meningkatkan pengetahuan siswa untuk mengembangkan diri
sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan
kesenian yang berjiwa ajaran agama islam
5) Meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat
dalam mengadakan hubungan tibal balik dalam lingkungan sosoial,
budaya dan alam sekitarnya yang dijiwai ajaran agama islam
3. Keadaan sarana dan Prasarana di MAN Malang 1
Adapun sarana dan prasarana yang menunjang proses belajar
mengajar di MAN Malang 1 adalah sebagai berikut:
4.1. Table sarana dan prasarana di MAN Malang 1
No Sarana dan prasarana Keteranagan
1 Perpustakaan digital Baik
2 Laboraturium biologi Baik
3 Laboraturium kimia Baik
4 Laboraturium fisika Baik
5 Laboraturium computer Baik
6 Laboraturium bahasa Baik
7 Laboraturium elektronika Baik
8 Laboraturium ketrampilan Baik
9 Masjid / laboraturium keagamaan Baik
10 Pusat computer Baik
11 UKS Baik
12 Koperasi bilkis Baik
13 Koperasi siswa MAGESA Baik
14 Kantin Baik
15 Area Hotspot Baik
16 SMSGate Baik
17 Lapangan basket, futsal,volyball, bulutangkis,
tenis meja
Baik
18 Aula MAGESA Baik

98

B. PAPARAN DATA SEBELUM PENELITIAN
1. Deskripsi Siswa Kelas XI IPS 2
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas XI IPS 2, adapun
jumlah siswa kelas XI IPS 2 adalah sebagai berikut:
4.2. Tabel jumlah siswa kelas XI IPS 2
NO Keterangan Jumlah
1 Putra 15
2 Putri 14
Jumlah 29

Mata pelajaran sejarah dilaksanakan selama 3 jam setiap minggunya,
pada hari Senin dan Kamis, guru Sejarahnya adalah ibu Dra. Luluk
Machsufah.
2. Observasi Awal
Uraian berikut adalah upaya peneliti untuk mendiskripsikan hasil
penelitian tindakan kelas dengan penerapan pambelajaran kooperatif tipe
student team achievement devisions (STAD) dalam meningkatkan keaktifan
dan prestos belajar siswa kelas XI IPS 2 MAN Malang 1.
Penelitian tindakan kelas ini mulai dilakukan pada tanggal 26 April
2010, namun sebelumnya peneliti melakukan observasi awal untuk
mengamati proses kegiatan belajar mengajar sejarah yang diterapkan pada
siswa kelas XI IPS 2 di MAN Malang 1. Pada pertemuan ini, peneliti
99

menyampaikan tujuan untuk melaksanakan penelitian di sekolah tersebut.
Kemudian peneliti mengadakan wawancara dengan guru sejarah tentang
model pembelajaran yang dilaksanakan dalam pembelajaran sejarah.
Hasil dari observasi tersebut guru masih menggunakan pembelajaran
konvensional ceramah dan tanya jawab, sehingga keaktifan dan prestasi
belajar siswa masih rendah. Setelah memperoleh beberapa data khususnya
data tentang kelas XI IPS 2, maka peneliti harus memberikan tindakan
dengan tujuan meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar pada mata
pelajaran sejarah. Kemudian penelitian dilaksanakan pada tanggal 29 April
2010, setelah mendapat izin dari pihak fakultas dan kepala sekolah.
Selain itu peneliti juga meminta data yang digunakan sebagai tolak
ukur keberhasilan dalam menerapkan model pembelajaran yang akan
dilaksanakan. Di samping peneliti melakukan penelitian, peneliti juga terlibat
langsung sebagai pelaksana dalam proses pembelajaran .
3. Perencanaan Tindakan
Sebelum melaksanakan penelitian langung di kelas, peneliti membuat:
a. Rancangan pelaksanaan pembelajaran
b. Tabel penilaian proses keaktifan dan prestasi belajar siswa
c. Membuat rangkuman materi
d. Membuat LKPD (Lembar kerja panduan diskusi)


100

4. Pretes
a. Rancangan pretest
Pretest dirancang sebagai tindakan observasi lapangan untuk
mengetahui situasi pembelajaran dengan menerapakan metode ceramah
dan tanya jawab. Pada akhir pertemuan dilakasanakn tes formatif untuk
mengukur hasil belajar kognitif siswa.
Adapun beberapa persiapan dalam melaksanakan pretest antara lain:
a) Membuat rencana pembelajaran
Rencana pembelajaran ceramah dan Tanya jawab dibagi menjadi tiga
tahap, yaitu:
Kegiatan awal, peneliti memperkenalkan diri dan menjelasakan
maksud melakukan penelitian di kelas XI IPS 2.
Kegiatan inti, guru (peneliti) menuliskan materi yang akan
dipelajarai dan menerangkan materi tersebut ke pada siswa.
Kegiatan akhir, peneliti sebelum menutup pelajaran memberikan
pretes pada sisiwa
b) Mempersiapakan instrument penelitian berupa lembar obsevasi yang
digunakan dalam mengukur keaktifan dan prestasi belajar siswa.
b. Pelaksanaan pretest
Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 29 April 2010 jam 08:00
dengan indikator pelajaran menghubungkan faham liberalisme.
Pembelajarn ini hanya berlangsung selama 1 45 menit, menggunakan
101

metode ceramah dan Tanya jawab, tanpa menggunakan media
pembelajaran, guru hanya menjelaskan dan memberikan contonya saja.
Pada saat itu siswa nampak bosan, karena mereka hanya diam saja bahkan
ada yang mengalihkan dengan bermain-main.
Setelah selesai menerangkan, guru memberikan kesempatan pada
siswa untuk bertanya dengan cara mengangkat tangannya, akan tetapi tidak
ada yang merespon, ada beberapa siswa yang sibuk berbicara dengan
teman-temannya.
Kemudian guru melempar pertanyaan kepada siswa, namun hanya
ada dua siswa yang menjawab, hal ini terkesan kelas tidak hidup. Setelah
itu guru langsung membagikan soal kepada siswa untuk dikerjakan selama
25 menit, dan pelajaran diakhiri dengan doa dan salam.
Pada pretest ini, peneliti belum memperoleh ketercapaian tujuan
pembelajaran secara individual melalui tes individu.
c. Observasi hasil pretest
Dari pretes yang telah dilaksanakan dapat diketahui bahwa slama
pelajaran berlangsung hanya sedikit sisiwa yang memperhatikan, khusunya
pada saat guru menerangkan materi pelajaran. Siswa banyak yang ribut
sendiri dan bermain-main, bahkan ada yang mengeluh bosan dengan
pelajaran sejarah, saat pelajarn berlangsung ada salah satu sisiwa yang
mengeluh:
102

Bu, saya bosan dengan pelajaran sejarah, bikin ngantuk. Sudah
bu, pulang saja tidak usah belajar sejarah
96

Dari hasil observasi dapat dilihat bahwa keaktifan siswapun
nampak pasif, hal ini terbukti saat guru melemparkan pertanyaan dan
meminta siswa untuk mengangkat tangan namun hanya ada sedikit siswa
yang mengangkat tangannya, siswa yang lainya hanya diam saja dan
bermain-main.
Setelah guru selesai menerangkan, siswa diberi soal yang
berhubungan dengan materi, saat mengerjakan banyak siswa yang
menyontek temannya bahkan ada beberapa siswa yang membuka buku
untuk menemukan jawabannya.
Sebagaimana hasil pretest keaktifan dan hasil prestasi siswa dapat
dilihat pada table di bawah ini:
4.3. Tabel Keaktifan siswa sebelum tindakan (pretest)
Pertemu
an
Hari/
tanggal
Indikator Prosentase
keberhasil
an
Nilai
dengan
huruf
Nilai
dengan
angka
Taraf
keberhasilan
Pretest Kamis,
20 april
2010
Kemandirian 41,37 % D 1 kurang
Kerjasama 0,00 % - - -
Keberanian 36,20 % E 0 Sangat kurang
Hasil ini dapat dilihat dari hasil lembar observasi keaktifan siswa
yang dilihat dari tiga aspek yaitu: kemandirian dalam mengerjakan soal,

96
Keluhan salah satu sisawa kelas XI IPS 2 saat sedang berlangsung proses belajar mengajar
sejarah
103

kerjasama dalam tim ,dan keberanian dalam bertanya, menjawab dan
berargumen.
Dapat diketahui keberhasilan dari aspek kemandirian adalah 41,37
%, nilai D untuk penilain dengan huruf dan 1 untuk penilain dengan angka,
taraf keberhasilan kurang. Aspek kerjasama dalam tim 0,00 %, hal ini
belum di ketahui prosentasenya karena peneliti belum menerapkan
pembelajaran kooperatif. Aspek keberanian dalam bertanya dan menjawab
adalah 36,20 %, niali E untuk penilaian dengan huruf dan 0 untuk
penilaian dengan angka, taraf keberhasilan sangat kurang.
4.4. Prestasi belajar siswa sebelum tindakan (pretest)
Hari/tanggal Kategori taraf keberhasilan Ketuntasan

skor
Rata-
rata
SB B C K SK T BT
Kamis, 29
April 2010
1652 56,96 0,00% 10,34% 62,5% 20,7
%
6,89
%
6,89
%
93,10
%
Bedasarkan tabel di atas dapat dikatakan bahwa tingkat
keberhasilahan kelas 6,89% yakni dari 29 peserta tes yang dinyatakan
lulus sebanyak 2 siswa, sedangkan yang gagal sebanyak 27 siswa atau
93,10%. Hasil pretes dia atas menunjukan bahwa keaktifan siswa masih
rendah sehingga mempengaruhi prestasi siswa yang masih di bawah
standar ketuntasan minimum, di mana nilai pretest belajar siswa
menunjukan rata-rata kelas 56,96.
104

Untuk penilaian kelompok, belum diketahui prosentasenya, karena
peneliti masih menggunakan metode konvensional ceramah dan tanay
jawab.
d. Refleksi hasil pretest
Dari hasil pretest yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa,
menggunakan metode ceramah dan tanya jawab adalah tidak cocok, karena
pada metode ceramah dan tanya jawab keaktifan siswa sangat pasif karena
didominasi oleh beberapa siswa saja, hal ini tampak pada saat guru mulai
memberikan pertanyaan dan kesempatan untuk bertanya terbukti bahwa
siswa tidak merespon sama sekali, hanya ada beberapa siswa yang mampu
menjawab sedangkan yang lainnya tidak memperhatikan.
Selain itu juga dari hasil nilai pretes siswa dapat dilihat bahwa
menggunakan metode ceramah dan tanya jawab banyak siswa yang belum
mencapai ketuntasan dalam belajarnya, hal ini dikarenakan masih banyak
jawaban siswa yang kurang tepat dalam mengisi soal.selain itu banyak
siswa yang tidak segan-segan membuka buku untuk mencarai jawabannya,
hal ini menunjukan ketidak jujuran siswa dalam mengerjakan soal. Maka
sebaiknya metode ceramah dan tanya jawab ini tidak diteruskan karena
akan menjadi ketidak seimbangan antara keaktifan dan prestasi yang
dicapai siswa.


105

1. Siklus I
a. Rencana Tindakan Siklus I
Pada rencana tindakan siklus I ini, peneliti menerapkan
pembelajaran kooperatif tipe student team achievement divisions dengan
tujuan untuk membantu siswa lebih aktif dalam pelaksanaan proses
belajar-mengajar agar tidak hanya terpusat pada guru saja. Siklus ini
dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan, sebelum melaksanakan siklus I
peneliti sebelumnay melakukan beberapa tahap persiapan antara lain:
a) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan
pembelajaran kooperatif tipe student team achievement divisions
yang terdiri dari: pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan
penutup/refleksi.
b) Menyususn lembar informasi dan soal untuk didiskusikan dengan
materi faham liberalisme, sosialisme, nasionalisme, pan-islamisme
dan demokrasi serta kesadaran nasionalisme di Asia-Afrika.
c) Membentuk kelompok diskusi bedsarkan tim-tim heterogen
d) Menyiapkan instrument penelitian yaitu lembar observasi untuk
mengetahui hasil belajar efektif siswa.
e) Menyusun soal tes formatif, tes formatif dilaksanakan setelah
pelaksanaan siklus I yang bertujuan untuk mengetahui apakah ada
peningkatan pada prestasi belajar siswa dengan menerapkan
pembelajaran kooperatif tipe student team achievement divisions.

106

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Pada siklus I ini dilaksanakan dua kali pertemuan pada tanggal 3
Mei 2010. Pembelajaran berlangsung selama 3 x 45 menit untuk setiap
minggu. Adapaun langkah-langkah pembelajaran sebagaimana yang telah
direncanakan dalam rencan tindakan yaitu sebagai berikut:
Pertemuan I: 2 x 45 menit (Senin, 3 Mei 2010)
a. Pendahuluan
1) Mengucapkan salam
2) Guru memberi motivasi dengan memberi pertanyaan apa arti
nasionalisme, berkaitan dengan materi yang akan disampaikan.
3) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dipelajarai
4) Guru mengeksplorasi pengetahuan awal siswa dengan menunjukan
gambar-gambar bendera dari beberapa Negara.
b. Kegiatan Inti
1) Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok, setiap kelompok terdiri
dari 5 siswa
2) Guru menyampaikan materi pembelajaran kepada sisiwa, sesuai
dengan kompetensi dasar yang akan dicapai
3) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang
materi yang belum difahami
4) Guru membagikan lembar informasi dan LKPD (lembar kerja
panduan diskusi) , tiap kelompok melaksanakan tugas yang
diberikan guru, yaitu:
107

Menjawab soal yang telah diberikan dengan membaca
lembar informasi
Setiap kelompok berdiskusi dan bekaerjasama untuk
mencarai jawaban dari LKPD yang telah dibagikan
Semua anggota kelompok bertanggung jawab atas
kelompoknya masing-masing.
5) Selama kegiatan berlangsung guru melakukan penilaian
c. Kegiatan Penutup/Refleksi
1) Mengadakan refleksi terhadap proses dan hasil belajar hari itu
tentang faham-faham yang ada di Asia-Afrika dan pengaruhnya
terhadap Indonesia
2) Guru memberi ulasan tentang materi yang sudah diterangkan
3) Guru mengucap salam
Pertemuan II : 1 X 45 menit (Kamis, 6 Mei 2010)
a. Pendahuluan
1) Mengucapakan salam
2) Guru memotivasi siswa dengan Tanya jawab
3) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai
4) Guru mengeksplorasi pengetahuan awal siswa dengan mengulas
pelajaran yang telah lalu
b. Kegiatan Inti
Pertemuan ini adalah kelanjutan dari pertemuan sebelumnya, guru
hanya sedikit mengulas pelajaran lalu kemudian menunjuk beberapa siswa
108

untuk membacakan hasil jawaban yang bertujuan untuk memperluas
pemahaman siswa.
c. Kegiatan penutup/Refleksi
1) Guru memberikan soal tes formatif, masing-masing siswa dilarang
untuk saling membantu
2) Mengadakan refleksi terhadap proses dan hasil belajar hari itu
tentang beberapa hal yang perlu mendapat paerhatian yang
berkaitan dengan kehidupan sehari-hari
3) Menutup pelajaran dengan doa bersama dan salam
d. Obsevasi Siklus I
Selama pelaksanaan pembelajaran, peneliti bertindak sebagai guru
sekaligus sebagai observer yang mencatat lembar observasi pada pedoman
observasi. Variable yang diamati adalah keaktifan dan prestasi belajar
siswa kelas XI IPS 2, meliputi hasil belajar kognitif dan hasil belajar
afektif. Peningkatan prestasi belajar siswa dilihat dari tes formatif yang
dilaksanakan pada akhir pembelajaran dan peningkatan keaktifan siswa
dilihat dari proses belajar mengajar aspek kejujuran dalam mengerjakan
tugas, penghargaan dalam menghargai pendapat orang lain, keberanian
dalam betanya, menjawab dan berargumen dalam diskusi dan dapat
bekerjasama.
Pada siklus I, ditekankan pada siswa untuk melakukan proses
pembelajaran dengan menjawab lembar kerja panduan diskusi yang telah
dibagikan, peneliti menggunakan pembelajaran kooperatif tipe student
109

team achievement yang diterapkan sesuai dengan cara pelaksanaannya.
Sedangkan dalam kegiatan belajar peneliti berperan sebagai narasumber
yang utama.
Pada pertemuan siklus I, KBM membahas tentang faham
liberalisme, sosialisme, nasionalisme, pan-islmisme dan demokrasi serta
kesadaran nasionalisme di Asia-Afrika. Pada kegiatan pendahuluan,
terlebih dahulu peneliti memotivasi dan mengeksplorasi pengetahuan
siswa dikaitkan dengan materi yang akan disampaikan dengan
menunjukan beberapa gambar bendera dari berbagai Negara yang ada di
Asia-Afrika, namun hanya beberapa siswa yang mampu menjawab
pertanyaan guru saat di tanya asal Negara bendera tersebut, siswa yang
lainnya hanya mengikuti jawaban dari temannya.
Memasuki kegiatan inti, peneliti membagi siswa ke dalam
kelompok-kelompok menjadi 5 kelompok, masing-masing kelompok
terdiri dari lima sampi enam orang, dan masing-masing kelompok
memiliki anggota yang heterogen, baik jenis kelamin maupun
kemapuannya. Pada saat pembagian kelompok siswa masih gaduh dan
tampak bingung dengan maksud peneliti, sehingga siswa masih tampak
enggan dan mengajukan usul agar anggota kelompoknya memeilih sendiri,
setelah suasana kelas mulai tertib peneliti mulai menyampaikan materi
pembelajaran kepada siswa sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.
Sebelum memulai diskusi peneliti menjelaskan maksud dari kerja
kelompok (tim), dan menjelaskan juga pada akhir pertemuan akan
110

diadakan rekognisi tim yaitu memilih tim super, tim sangat baik dan tim
baik, yang mana rekognisi ini ditentuka oleh poin yang diperoleh dari tiap
tim.
Setelah materi disamapaikan peneliti meminta memberi
kesempatan pada siswa untuk bertanya tentang materi yang sudah
disampaikan, namun pada kesempatan ini hanya didominasi oleh para
siswa yang aktif saja, sedangkan siswa yang pasif cenderung diam dan
tidak bertanya. Setelah melaksanakan tanya jawab peneliti membagikan
LKPD dan lembar informasi ke pada masing-masing kelompok, dan
peneliti meminta tiap kelompok untuk bekerjasama dalam mengerjakan
LKPD yang telah dibagikan. Pada saat pelaksanaan diskusipun masih
didominasi oleh siswa yang aktif saja, sedangkan siswa yang pasif
cenderung mengikuti hasil yang telah didiskusikan oleh kelompoknya. Hal
ini dikarenakan adanya perbedaan individual pada masing-masing siswa.
Siswa yang aktif mayoritas adalah siswa berprestasi di kelas dan siswa
yang kurang berprestasi cenderung kurang percaya diri dengan
kemmapuannya.
Pada kegiatan penutup refleksi peneliti memberi ulasan materi, dan
meminta siswa untuk mengemukakan pendapatnya tentang beberapa
faham-faham yang telah dijelaskan. Namun sepertinaya siswa masih
kesulitan dalam melakukan kegiatan tersebut, hanya beberapa siswa saja
yang berani. Pada pertemuan ke-dua dari siklus I, kegiatan belajar
mengajar membahas tentang materi perkembangan beberapa pergerakan
111

kebangsaan di Asia-Afrika. Kegitan pembelajaran ini merupakan lanjutan
dari pertemuan sebelumnya. Pada pertemuan ini peneliti menunjuk
perwakilan dari kelompok untuk membacakan hasil jawabannya dan siswa
yang lain diberi kesempatan untuk menaggapi jawabannya. Salah satu
siswa yang ditunjuk nampaknya masih ragu-ragu dan takut dalam
membacakan hasil jawabannya dan sebagaian besar siswa yang lainnya
juga masih ragu-ragu dalam menanggapi jawaban. Setelah peneliti melihat
hasil jawaban siswa, kemudian peneliti mengulas jawaban siswa dengan
tujuan untuk memperluas pemahaman siswa.
Pada akhir pembelajaran siswa diberikan tes formatif. Pertanyaan-
pertanyaan untuk siswa telah peneliti persiapkan, siswa menyelesaiakn
pertanyaan-pertanyaan dari materi yang telah dipelajarai. Namun ada
sebagian siswa yang kurang mandiri dalam mengerjakan soal karena pada
saat belajar bersama (kelompok) siswa kurang berperan aktif. Dalam hal
ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar prestasi belajar siswa
dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe student team
achievement divisions.
Keaktifan siswa merupakan aspek hasil belajar yang diamati
selama proses pembelajaran, tiga aspek yang diamati yaitu: kemandirian
dalam mengerjakan tugas, kerjasama dalam tim, keberanian dalam
bertanya menjawab dan berargumen.

112

4.5. Table Keaktifan Siswa Pada Siklus I

pertemu
an
Hari/
tanggal
Indikator Prosentase
keberhasil
an
Nilai
dengan
huruf
Nilai
dengan
angka
Taraf
keberhasilan
I dan II Kamis,
3 Mei
dan 6
Mei
2010
Kemandirian 57, 75 % C 2 Cukup
Kerjasama 59,48 % C 2 Cukup
Keberanian 52,58 % D 1 Kurang

Bedasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa prosentase
keberhasilan aspek kemandirian dalam mengerjakan tugas pada siklus I
adalah 56,03 %, nilai C untuk penilain dengan huruf dan 1 untuk penilain
dengan angka, taraf keberhasilan cukup. Aspek kerjasama dalm tim adalah
59,48 %, niali C untuk penilaian dengan huruf dan 2 untuk penilain
dengan angka, taraf keberhasilan Cukup . Aspek keberanian dalam
bertanya menjawab dan berargumen 52,58 %, nialai D untuk penilaian
jenis huruf dan 1 untuk penilaian dengan angka, taraf keberhasilan kurang
Pada akhir siklus I dilaksankan tes formatif untuk mengetahui
tingkat penguasaan siswa terhadap matei yang telah dipelajarai dan
keaktifan siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan penerapan
pembelajaran kooperatif tipe student team achievement divisions. Tes
formatif ini dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 6 Mei 2010 yang diikuti
oleh 29 siswa.

113

4.6. Prestasi Belajar Siswa Pada Siklus I
Hari/tan
ggal
Kategori taraf keberhasilan Ketuntasan

skor
Rata-
rata
SB B C K SK T BT
Kamis, 6
Mei 2010
1910 65,86 0,00% 65,51% 34,48% 0,00% 0,00% 10,34
%
89,65
%

Dari table di atas dapat diketahui total sekor prestasi belajar siswa
dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe student team
achievement divisions yang dapat diketahui adalah 1910 dengan rata-rata
65,86. Prosentase taraf prestasi belajar siswa kategori sangat baik masih
0,00%, kategori baik 65,51 %, kategori cukup 34,48 %, kategori kurang
0,00 %, dan kategori sangat kurang 0,00 %. Dapat disimpulkan bahwa
taraf prestasi belajar siswa yang paling banyak adalah kategori baik
dengan prosentase 65,86 %.
Prestasi siswa siklus I menunjukan tingkat ketuntasan siswa, dari
29 siswa yang tuntas sebanyak 3 siswa (10,34 %) dan siswa yang tidak
tuntas belajar sebanyak 26 siswa (89,65 %) .
e. Refleksi Siklus I
Penerapan pembelajaran kooperatif tipe student team achievement
divisions (STAD) pada siklus I ini bertujuan untuk meningkatkan
keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas XI IPS 2 di MAN Malang 1.
Pada awal pelaksanaan penerapan pembelajaran kooperatif tipe student
114

team achievement divisions (STAD) para siswa Nampak bingung dengan
maksud peneliti, hal ini ditunjukan pada waktu mengerjakan soal awal
yaitu menjawab pertanyaan yang diberikan dengan melihar lembar
informasi. Kegiatan mengerjakan LKPD dalam kelompok, yang mana
siswa berprestasi lebih dominan sementara yang lain cenderung diam dan
mengikuti hasil diskusi kelompoknya serta kurang aktif dalam
mengemukakan pendapat sehingga satu atau dua siswa saja yang
berdiskusi, sedangkan yang lainnya hanya sebagai pendengar.
Pembelajaran kooperatif mengutamakan tanggung jawab individu,
penghargaan kelompok dan kesempatan yang sama untuk berhasil
sehingga keaktifan dari semua pihak, baik siswa maupun guru sangat
penting. Namun guru tidak sepenuhnya berinteraksis dengan siswa.
Kembali pada tujuan peneliti dalam menerpakan pembelajaran
kooperatif tipe student team achievement divisions adalah untuk
meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa , maka peneliti
menyimpulkan bahwa pada siklus I ini, penerapan pembelajaran kooperatif
tipe student team achievement divisions, mampu menunjukan peningkatan
keaktifan dan prestasi belajar sisiwa, namaun hasil yang diperoleh belum
maksimal, secara umum hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor,
antara lain:
a) Siswa belum terbiasa dengan pembelajaran kooperatif tipe
student team acihievement divisions atau dengan kata lain masih
terbiasa dengan metode ceramah.
115

b) Siswa masih pasif dalam mengemukakan pendapat dalam
berkelompok dan hanya beberapa siswa yang aktif sehingga
proses pelaksanaan diskusi kurang bisa membawa siswa untuk
aktif berbicara mengemukakan pendapat, bertanya dan
menjawab pertanyaan.
c) Keaktifan siswa terhadap pelajaran sejarah hanya dimiliki siswa
yang sebagaian besar memiliki prestasi di kelas, sedangkan
mereka yang kurang berprestasi cenderung pasif dalam kegiatan
belajar mengajar.
d) Siswa kurang yakin dengan kemampuannya, hal ini ditunjukan
dengan sikap kurang mandiri dlam mengerjakn tes formatif.
Sebagaimana hasil observasi di atas, setelah terlebih dahulu
berdiskusi dengan guru mata pelajaran peneliti berinisiatif untuk tetap
melakukan perubahan dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe
student team achievement divisions, diharapkan akan lebih dapat
meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa.
Menyikapi fakta sebagaimana tersebut di atas, maka diambil
langkah-langkah perbaikan untuk tindakan pada siklus berikutnya, sebagai
berikut:
a) Memberi pengertian pembelajaran kooperatif secara umum,
kemudian menjelaskan penerapan kooperatif tipe student team
achievement divisions
116

b) Guru berusaha untuk mengaktifkan dan mendorong siswa untuk
mengemukakan pendapat terutama pada siswa yang pasif dan
kurang bersemangat dalam proses pembelajaran, khususnya
pada saat berdiskusi mengarahkan kelompok untuk memastikan
bahwa teman satu kelompok mereka telah mempelajarai materi
c) Memotivasi siswa agar lebih aktif dalam kegiatan belajar
mengajar, terutama bagi siswa yang prestasi belajarnya relatif
rendah agar tidak ada lagi dominasi dari siswa yang berprestasi.
Dan pada pertemuan selanjutnya didesain kuis yang nnati
hasilnya direkognisi menjadi skor kuis.
d) Meningkatkan rasa percaya diri siswa akan kemampuan yang
dimiliki dan memberi keyakinan kepada siswa bahwa pekerjaan
yang dikerjakan sendiri akan memberikan hasil yang baik.
e) Mempersiapakan segala sesuatu yang terkait dengan siklus II,
sehingga kekurangan pada siklus I tidak terulang.
C. Siklus II
1. Rencana tindakan siklus II
Dalam perencanaan tindakan pada siklus II, yang menjadi materi
adalah kehidupan perkotaan dan munculnya pergerakan kebangsaan
Indonesia. setelah mengetahui hasil darai refleksi siklus I peneliti akan
tetap menggunakan pembelajaran koopertif tipe student team achievement
divisions, hal-hal yang dipersiapkan dalam tahap perencanaanya adalah:

117

a. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
b. Membuat lembar informasi dan LKPD ( lembar kerja panduan
diskusi), dan menyiapkan sumber belajar lain, seperti gambar-
gambar yang berhubungan dengan materi.
c. Membentuk kelas menjadi beberapa kelompok
d. Menyiapkan instrument penelitian yaitu lembar observasi
untuk mengetahui peningkatan hasil belajar afektif
e. Menyusun soal tes formatif, tes formatif dilaksanakan setelah
pelaksanaan siklus II yang bertujuan untuk mengetahui apakah
ada peningkatan hasil belajar siswa dengan penerapan
pembelajaran kooperatif tipe student team acihievement
division.
2. Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Pertemuan I: 2 x 45 menit (Senin, 10 Mei 2010)
a. Kegiatan pendahuluan
1) Mengucapakan salam
2) Memotivasi siswa dengan pertanyaan hari-hari Nasional yang
biasanya diperingati oleh Indonesia
3) Menjelaskan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai
4) Mengeksplorasi pengetahuan awal siswa dengan menyebutkan
beberapa golongan yang muncul pada pergerakan kebangsaan
Indonesia.

118

b. Kegiatan inti
1) Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok, setiap kelompok
terdiri dari 5 siswa
2) Guru menyampaikan materi pembelajaran sesuai dengan
kompetensi dasar yang akan dicapai dengan menekankan pada
pemaknaan bukan penghafalan
3) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya
tentang materi yang belum difahami
4) Guru membagikan lembar informasi dan LKPD ke pada setiap
kelompok, untuk didsikusikan oleh masing-masing kelompok.
5) Setiap kelompok diberikan kesempatan untuk bertanya tentang
penjelasan materi
6) Tiap kelompok bertanggung jawab atas anggota kelompoknya
7) Selama kegiatan berlangsung guru melakukan penilaian
c. Kegiatan penutup/ refleksi
1) Mengadakan refleksi terhadap proses dan hasil belajar hari itu
2) Guru mengulas tentang materi yang telah dipelajari
3) Guru menutup pelajaran dengan doa bersama dan mengucap
salam
Pertemuan II : 2 x 45 menit (Senin, 17 mei 2010 )
a. Kegiatan Pendahuluan
1) Mengucapkan salam
119

2) Guru Memotivasi siswa dengan menyayikan lagu Indonesia
Raya
3) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai
4) Guru mengeksplorasi pengetahuan awal siswa dengan
menanyakan materi yang telah lalu
b. Kegitan inti
Pelaksanaan pembelajaran adalah kelanjutan dari
pertemuan sebelumnya.
1) Guru langsung menerangkan lanjutan materi minggu lalu
2) Guru menunjuk beberapa siswa tentang jawaban hasil diskusi
yang telah dilakukan
3) Guru mengulas jawaban siswa dengan tujuan untuk
memperluas pemahaman siswa
c. Kegiatan penutup/refleksi
1) Guru memberikan soal tes formatif dan menghimbau para
siswa agar tidak saling bekerjasama
2) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
mengungkapkan pendapatnya tentang kehidupan sehari-hari
tentang contoh sikap Nasionalisme
3) Guru menutup dengan berdoa bersama dan mengucap salam
3. Observasi Siklus II
Pada siklus II, ditekankan kepada siswa untuk lebih aktif dalam
kegiatan belajar mengajar sehingga tujuan penerapan pembelajaran
120

kooperatif tipe student team achievement divisions ini dapat berjalalan
sesuai dengan rencana.
Pada pertemuan pertama siklus II, kegiatan belajar mengajar
membahas tentang kehidupan kekutaan dan munculnya pergerakan
kebangsaan Indonesia. Pada kegiatan pendahulaun peneliti terlebih dahulu
memotivasi siswa dan mengeksplor pengetahuan awal siswa dikaitkan
dengan materi yang disampaikan, peneliti menanyakan pertanyaan
mengenai hari-hari Nasional yang biasa dirayakan oleh Negara kita
Indonesia, dan nampaknya sebagian siswa bisa menjawab dengan baik .
Memasuki kegitan inti, peneliti meminta siswa untuk berkelompok
dengan kelompoknya masing-masing, saat berkelompok siswa sudah mulai
tertib, namun masih ada 1-2 siswa yang enggan berkelompok. Kemudian
peneliti mulai menerangkan materi yang dipelajari hari ini, dengan
memfokuskan pada pemaknaan materi, bukan penghafalan. Sebagian
siswa memperhatikan dengan baik dan seksama, terbukti saat peneliti
memberi beberapa pertanyaan pada siswa banyak sisiwa yang berebut
untuk menjawabnya. Hal ini menunjukan bahwa siswa sudah mulai
antusias dalam mengikuti proses belajar mengajar khususnya mata
pelajaran sejarah. Setelah guru selesai menjelaskan materi, guru mulai
membagikan lembar Informasi dan LKPD pada setiap kelompok, siswa
menerima tugas dengan penuh semangat dan antusias. Pada saat berdiskusi
guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menanyakan hal-hal yang
belum dipahami, namun hal ini tidak lepas dari tanggung jawab tiap
121

kelompok, guru tetap meyakinkan tiap kelompok untuk tidak berhenti
meminta bantuan dari teman satu kelompoknya sebelum mereka bertanya
kepada guru.
Keaktifan siswa dalam berdiskusi sudah tidak didominasi oleh
siswa yang aktif-aktif saja, semua kelompok sudah terlihat aktif,
mengingat hari ini skor LKPD akan direkognisi menjadi skor kuis, namun
ada beberapa sisiwa masih nampak ragu-ragu dalam berpendapat. Sisiwa
tersebut hanya diam saja mengikuti hasil diskusi teman-temannya, bahkan
ada salah satu kelompok yang hanya menyerahkan tugas pada satu siswa
saja.
Kegiatan penutup/refleksi peneliti memberi ulasan materi, dan
meminta siswa untuk mengemukakan pendapatnya tentang beberapa
pendidikan yang berkembang di daerah perkotaan. Pada saat
mengemukakan tampak beberapa siswa mulai terbiasa melakukan kegiatan
tersebut, walaupun masih ada sebagian siswa yang nampak kesulitan.
Pada pertemuan kedua dari siklus II, kegiatan belajar mengajar
membahas materi tentang latar belakang lahirnya nasionalisme di
Indonesia. kegiatan pembelajaran ini merupakan kelanjutan dari kegiaatn
sebelumnya. Peneliti langsung menjelaskan materi yang merupakan
lanjutan dari pertemuan sebelumnya. Setelah siswa memahami materi,
peneliti menanyakan tentang jawaban hasil diskusi. Pertemuan kali ini
peneliti tidak langsung menunjuk perwakilan dari tiap kelompok untuk
122

membacakan hasil jawabannya namun membiarkan para siswa langsung
membacakannya sendiri, hal ini dilakukan dengan tujuan agar siswa
memiliki keberanian untuk mengeluarkan pendapatnya, dan siswa yang
lain diberi kesempatan untuk menaggapi jawaban dari temannya tersebut.
Karena sebelumnya peneliti tidak menunjuk perwakilan dari tiap
kelompok jadi peneliti dpat melihat keberanian siswa dalam mengutarak
jawabannya, mereka sudah tidah ragu dan takut lagi daalm membacakan
hasil jawabannya dan sebagian sisiwa yang lainnya sudah tidak ragu dlam
menanggapi jawaban temannya. Setelah peneliti melihat hasil jawaban
siswa, kemudian peneliti mengulas jawaban siswa dengan tujuan untuk
memperluas pemahaman siswa.
Pada akhir pembelajaran siklus II ini siswa diberikan soal tes
formatif/ soal latihan hasil belajar. Pertanyaan-pertanyaan untuk sisiwa
telah peneliti persiapkan, soal diambil dari materi yang telah dipelajari,
pada saat mengerjakan siswa nampak tertib dan mandiri namun masih ada
siswa yang kurang yakin sehingga kadang-kadang melihat jawaban
temannya.
Tes formatif dilakukan untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa
terhadap materi yang telah dipelajari dan hasil belajar kognitif siswa
setelah mengikuti proses belajar mengajar ini dengan menerapkan
pebelajaran koopertaif tipe student team acihievement dalam
meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas XI IPS 2 pada
mata pelajaran sejarah.
123

Keaktifan merupakan aspek hasil belajar yang diamati selama
proses pembelajaran, tiga aspek yang diamati yaitu: kemandirian dalam
mengerjakan tugas, kerjasama dalam tim , keberanian dalam bertanya,
menjawab dan berargumen dalam diskusi, dan dapat bekerjasama dalam
kelompok.
4.7. Tabel keaktifan siswa pada siklus II

Dapat diketahui bahwa total keaktifan siswa dengan penerapan
pembelajaran kooperatif tipe Student Team achievement division ,
prosentase keberhasilan aspek kemandirian dalam mngerjakan soal pada
siklus II adalah 66,37 % nilai C untuk penilain dengan huruf dan 2 untuk
penilaian dengan angka, taraf keberhasilan cukup. Aspek kerjasama dalam
tim adalah 68,96 %, nilai C untuk penilaian dengan huruf dan 2 untuk
penilaian dengan angka, taraf keberhasilan cukup. Aspek keberanian
dalam bertanya, menjawab dan berargumen dalam diskusi adalah 57,75 %,
Pertem
uan
Hari/tang
gal
Indikator Prosentasi
keberhasilan
Nilai
dengan
huruf
Nilai
dengan
angka
Taraf
keberhasila
n
I dan II Senin ,
10 Mei
2010 dan
Kamis,
17 Mei
2010

Kemandirian 66,37 % C 2 Cukup
Kerjasama 68,96 % C 2 Cukup
Keberanian 57,75 % C 2 Cukup
124

nilai C untuk penilaian dengan huruf dan 2 untuk penilaian dengan angka,
taraf keberhasilan cukup.
Tes formatif ini dilakukan pada hari senin tanggal 17 Mei 2010
yang diikuti oleh 29 sisiwa.
4.8. Table prestasi belajar siswa siklus II
Hari/tang
gal
Kategori taraf keberhasilan Ketuntasan

skor
Rata
-rata
SB B C K SK T BT
Senin , 17
Mei 2010
2088 72 6,89% 82,75
%
10,34% 0,00% 0,00% 37,93
%
62,06
%

Dari table di atas dpat diketahui bahwa total skor prestasi belajar
siswa pada siklus II dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe
student team achievement division yang dapat diketahui adalah 2.088
dengan rata-rat hasil belajar adalah 72. Prosentase taraf keberhasilah
sangat baik adalah 6,89%, kategori cukup 10,34%, kategori kurang 0,00%
dan kategori sangat kurang 0,00%. Dapat disimpulkan bahwa taraf
keberhasilan belajar siswa yang paling banyak adalah kategori baik dengan
prosentasi 82,75%.
Prestasi belajar siswa pada siklus II menunjukan tingkat ketuntasan
siswa, siswa yang tuntas sebanyak 11 siswa (37,93%) dan siswa yang tidak
tuntas belajar sebanyak sebanyak 18 siswa (62,06 %).

125

4. Refleksi Siklus II
Dari hasil pelaksanaa siklus II, proses pembelajaran sudah nampak
berjalan dengan baik, para siswa sudah mulai bersemangat dan antusias
dalam mengikuti proses pembelajaran, penerapan pembelajaran kooperatif
tipe student team achievement division merupakan cara yang tepat untuk
meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar sisiwa kelas XI IPS 2 MAN
Malang 1.
Adapun indikator peningkatan tersebut adlah sebagai berikut:
a) Pada saat pembelajaran berlangsung 57,75 % siswa sudah
berani mengungkapkan pendapatnya dengan bertanya
maupun mengungkapkan ide-ide, khususnya pada saat
berdiskusi, beberapa naggota kelompok diskusi siswa sudah
mulai berani berargumen tentang pendapatnya, hal ini
menunjukan peningkatan, yang lebih baik dibandingkan pada
saat pelaksanaan siklus I, yang mana keaktifan kelas hanya
didominasi oleh siswa yang aktif saja.
b) Pada saat pembelajaran berlangsung siswa nampak
bersemangat, tidak mengantuk dan tidak jenuh, hal ini dapat
diamati dari keikutsertaan siswa saat mengungkapkan
pendapatnya, maupun bertanya serta antusias dalam
mengerjakan tugas yang diberikan peneliti.
126

c) Adanya peningkatan keaktifan siswa dan ketuntasan prestasi
belajar siswa sebesar 37,93 % dari siklus II yang telah
dilakukan.
Namun demikian ada beberapa yang perlu ditingkatkan dlam
melaksankan siklus II, sehingga pada siklus berikutnya penerapan
pembelajaran kooperatif tipe student team acihievement division (STAD)
dapat diaplikasikan dengan hasil yang memuaska. Adapun hal-hal yang
perlu diperhatikan:
a) Tetap mempertahankan keaktifan sisiwa dalam
mengungkapkan pendapat dan mengemukakan pertanyaan
b) Waktunya kurang panjang, terutama pada saat hari Senin.
Karena jadwal pada hari Senin berada pada jam akhir,
sehingga sering kecolongan waktu pada saat bel pulang
berbunyi.
c) Semangat siswa masih kurang, masih ada siswa yang belum
bisa antusias. Masih ada siswa yang bermain-main dengan
temannya saat proses pembelajaran berlangsung.
Setelah peneliti melakuakan diskusi dengan guru mata pelajaran
sejarah untuk pertemuan selanjutnya pada siklus III peneliti akan tetap
menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Student team achievement
divisions, dan untuk mengatasi kekurangan pada siklus II peneliti
melakukan:
127

a) Meningkatkan keaktifan siswa dengan tetap mendorong siswa
untuk mengemukakan pendapatnya.
b) Membuat beberapa petanyaan yang harus dijawab secara
berebut oleh masing-masing kelompok, dengan tujuan untuk
menmpertahankan keaktifan siswa dan pemahaman tentang
materi yang sudah lalu
c) Memotivasi siswa agar tetap besikap berani dan aktif dalam
kegiatan belajar-mengajar.
D. Siklus III
1. Rencana tindkan siklus III
Sesuai dengan hasil analisis dari refleksi pada siklus II, pada
perencanaan tindakan siklus III peneliti tetap menerapkan pembelajaran
kooperatif tipe student team achievement division. Penerapan ini
diharapkan dapat lebih mengoptimalkan proses pembelajaran khususnya
mata eplajaran sejarah.
Sebagaimana halnya dengan pelaksanaan siklus I dan II, pada
siklus III ini dimulai dengan tahap-tahap sebagai berikut:
a) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran
b) Membuat lembar informasi dan LKPD (lembar kerja panduan
diskusi)
c) Membagi siswa menjadi 5 kelompok, tiap kelompok terdiri
dari 5-6 siswa
128

d) Menyiapkan instrument penelitian yaitu lembar observasi
untuk mengetahuai peningkatan hasil belajar efektif
e) Menyusun soal tes formatif, tes formatif dilakukan setelah
pelaksanaan siklus III yang bertujuan untuk mengetahui
apakah ada peningkatan dengan menerapkan pembelajaran
koopertaif tipe student team achievement division
2. Pelaksanaan Tindakan Siklus III
Pada pelaksanaan siklus III ini dilakukan sebanyak dua kali
pertemuan yaitu pada tanggal, 20 dan 24 April 2010. Adapun kegiatan
pembelajaran yang akan diterapakan pada siklus III meliputi langkah-
langkah sebagai berikut:
Pertemuan I: 1 x 45 menit (Kamis, 20 April 2010)
a. Kegiatan pendahuluan
1) Mengucapkan salam
2) Guru memotivasi sisiwa dengan menunjukkan gambar etnik
yang ada di Indonesia
3) Menjelaskan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai
4) Mengeksplorasi pengetahuan awal siswa dengan menanyakan
siapa pertama kali yang menggunakan istilah Indonesia
b. Kegiatan Inti
1) Guru meminta sisiwa untuk berkelompok dengan
kelompoknya masing-masing
129

2) Guru menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan
kepada siswa sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai
3) Guru memberi kesempatan ke pada siswa untuk bertanya
tentang materi yang belum difahami
4) Guru membagikan lembar informasi dan LKPD pada tiap
kelompok untuk didiskusikan
5) Setiap kelompok diberikan kesempatan untuk bertanya tentang
penjelasan materi
6) Tiap kelompok bertanggung jawab atas anggota kelompoknya
7) Selama kegiatan berlangsung guru melakukan penilaian
c. Kegiatan Penutup/Refleksi
1) Guru memberi ulasan tentang materi yang sudah diterangkan
2) Guru mengucap salam
Pertemuan II: 2 x 45 menit (Senin, 24 April 2010 )
a. Kegiatan Pendahuluan
1) Mengucapakan salam
2) Guru memotivasi siswa dengan menanyakan tentang materi yg
telah lalu
3) Menjelaskan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai
4) Mengeksplorasi pengetahuan awal siswa dengan menyebutkan
beberapa organisasi pergerakan nasional di Indonesia


130

b. Kgiatan Inti
Pertemuan ini adalah kelanjutan dari pertemuan sebelumnya, guru
menunjuk beberapa siswa untuk membacakan hasil jawabannya dan dari
hasil jawaban siswa guru mengulas jawaban yang bertujuan untuk
memperluas cakupan pemahaman siswa.
c. Kegiatan Penutup/ Refleksi
1) Guru memberikan tes formatif/soal latihan hasil belajar
2) Mengadakan refleksi terhadap proses dan hasil belajar tentang
materi yang telah dipelajari
3) Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menceritakan
kembali tentang perkembangan nasionalisme di Indonesia
hingga mencapai titik kemajuan
4) Guru menutup pelajaran dengan mengucap salam
3. Observasi siklus III
Pada siklus III ini peneliti tetap menerapkan pembelajaran
kooperatif tipe student team achievement division dengan tujaun lebih
mengoptimalkan proses pembelajaran mata pelajaran sejarah.
Pada pertemuan pertama siklus III, kegiatan belajar mengajar
membahas tentang transformasi etnik dan perkembangannya identitas
kebangsaan Indonesia. pada kegiatan pendahuluan terlebih dahulu peneliti
memotivasi siswa dengan menunjukan beberapa gambar yang
berhubungan dengan etnik Indonesia, kemudian peneliti mengeksplor
pengetahuan awal siswa dengan menanyakan siapa pertama kali yang
131

menggunakan istilah Indonesia. Saat kegiatan ini berlangsung siswa
nampak sudah termotivasi dan dapat menjawab pertanyaan dengan baik
walupun para siswa masih terlihat sibuk membuka buku dan LKS untuk
mencarai jawabannya, namun hal ini cukup menunjukan bahwa siswa
sudah berantusias dalam mengikuti pelajaran sejarah.
Pada saat berkelompok, siswa sudah lebih tertib dan langsung
berbaur dengan kelompoknya masing-masing. Sehingga penelitipun lebih
mudah dalam menerangkan materi , karena siswa sudah tidak ada yang
bermain-main dan rebut sendiri. Setelah selesai menjelaskan materi
peneliti langsung membacakan beberapa soal untuk dijawab oleh masing-
masing kelompok, siswa nampak saling berebut untuk menjawab
pertanyaan tersebut. Kemudian guru membagikan lembar informasi dan
LKPD kepada siswa untuk didiskusikan bersama-sama dengan
kelompoknya. Kegiatan ini sudah tidak didominasi oleh para siswa yang
aktif-aktif saja.
Karena hari Kamis jadwal sejarah hanya satu jam, maka siswa
tidak begitu lama dalam berdiskusi mereka langsung sergap dan cepat
dalam menyelesaiakan LKPD-nya. Namun setiap kelompok tetap memiliki
rasa tanggung jawab terhadap anggota kelompoknya, mereka berusaha
saling membantu dan bekerjasama sehingga semua anggota kelompok
aktif dalam kegiatan diskusi.
132

Kegiatan penutup peneliti hanya memberi ulasan tentang materi
yang sudah dipelajari dan menutup pelajaran dengan salam.
Pada pertemuan kedua dari siklus III, kegiatan belajar mengajar
peneliti melanjutkan materi dari petemuan sebelumnya. Kemudian peneliti
meminta siswa untuk membacakan hasil diskusinya, dan siswapun
langsung tanggap tanpa ditunjuk terlebih dahulu, para siswa nampak
berebut untuk membacakan terlebih dahulu hasil jawabannya. Namun hal
ini dapat diatasi dengan pembagian nomor soal sesuai dengan nomor
kelompoknya, sehingga setiap kelompok kebagian satu nomor dari setiap
soal. Siswa yang mewakili setiapa kelompok nampaknya sudah tidak
segan dan ragu-ragu lagi, mereka sudah terbiasa dengan kegiatan ini.
Hal ini terbukti pada saat salah satu siswa kelas XI IPS 2
diwawancarai oleh peneliti tentang pendapatnya apakah sisiwa menikmati
pembelajaran mengenai penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe
student team achievement divisison ini, siswa itu menjawab:
Tentu, saya sangat menikmatinya karena metode koperatif tipe
student team achievement division ini lebih efisien, tidak
membingungkan dan lebih praktis. Selain itu dalam mengerjakan
tugas dapat berkelompok dan bekerjasama, sehingga lebih mudah
dan lebih cepat dalam mengerjakan tugas
97

Pada saat dilakaukan refleksi mengenai materi yang telah lalu
siswa nampaknya sudah terbiasa, sehingga pada saat peneliti meminta
sisiwa untuk menceritakan kembali tentang perkembangan nasionalisme di

97
Hasil wawancara dengan salah satu siswa kelas XI IPS 2
133

Indonesia hingga mencapai titik kemajuan, tidak sedikit siswa yang
mampu bercerita. Mereka terlihat antusias dan aktif, sehingga kelas
mnjadi hidup.
Pada akhir pembelajaran, sisiwa diberikan soal tes formatif/soal
latihan hasil belajar. Pertanyaan-pertanyaan untuk siswa telah peneliti
persiapkan, siswa berlomba menyelesaikan pertanyaan-pertanyaan dari
materi yang telah dipelajarai. Siswa nampak antusias dalam mengerjakan
tes yang diberikan oleh peneliti dan siswa mengerjakan tes dengan mandiri
karena pada saat kegiatan diskusi siswa berpartisipasi dan aktif dalam
kegiatan tersebut. Peneliti ingin melihat seberapa keaktifan belajar dan
prestasi belajar siswa dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe
student team achievement divison.
Pada akhir siklus III dilaksanakan tes formatif untuk mengetahui
tingkat prestasi siswa teradap materi yang telah dipelajari dan keaktifan
siswa setelah mengikuti pembelajaran kooperatif tipe student team
achievemat division. Tes formatif ini dilaksanakan pada hari Senin tanggal
24 Mei 2010 yang diikuti oleh 29 siswa-siswi.




134

4.9. Tabel keaktifan siswa pada siklus III


Dari table di atas dapat diketahui bahwa prosentase keaktifan siswa
aspek kemandirian dalam mengerjakan pada siklus III adalah 77,58 %,
nilai untuk penilaian dengan huruf dan 3 untuk penilaian dengan angka,
taraf keberhasilan adalah bagus. Aspek kerjasama dalam tim adalah 75,86
%, nilai B untuk penilaian dengan huruf dan nilai 3 untuk penilaian dengan
angka, taraf keberhasilan adalah bagus. Aspek keberanian dalam bertanya
menjawab dan berargumen dalam diskusi adalah 70,68 %, nilai B untuk
penilaian dengan huruf dan nilai 3 untuk penilaian dengan angka, taraf
keberhasilan adalah bagus.
4.10. Table prestasi belajar siswa pada siklus III
Hari/tang
gal
Kategori taraf keberhasilan Ketuntasan

skor
Rata-
rata
SB B C K SK T BT
Senin , 17
Mei 2010
2173 74,93 17,24% 72,41% 10,34% 0,00% 0,00% 79,31 % 20,68 %

Pertemu
an
Hari/tang
gal
Indikator Prosentasi
keberhasila
n
Nilai
dengan
huruf
Nilai
dengan
angka
Taraf
keberhasilan
I dan II Senin , 20
Mei 2010
dan
Kamis, 24
Mei 2010
Kemandirian 77,58 % B 3 Bagus
Kerjasama 75,86 % B 3 Bagus
Keberanian 70,68 % B 3 Cukup

135

Bedasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa total skor prestasi
belajar siswa dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe student
team achievement division adalah 2.173 dengan rata-rata belajar adalah
74,93. Prosentase taraf keberhasilan belajar siswa kategori sangat baik
adalah 17,24%, kategori baik 72,41 %, kategori cukup 10,34%, kategori
kurang 0,00%, dan kategori sangat kurang 0,00%. Dapat disimpulkan
bahwa prestasi belajar siswa yang paling banyak adalah kategori baik
dengan prosentase 72,41 %.
Prestasi belajar sisiwa pada siklus III menunjukan tingkat
ketuntasan siswa, siswa yang tuntas sebanyak 23 sisiwa (79,31 %) dan
siswa yang tidak tuntas belajar sebanyak 6 siswa (20,68 %).
4. Refleksi Siklus III
Pelaksanaan pembelajaran pada siklus III ini tetap sama dengan
siklus-siklus sebelumnya yaitu untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi
belajar sisiwa kelas XI IPS 2 pada mata pelajaran sejarah. Pada siklus III
ini siswa sudah sangat cocok dengan metode pembelajaran yang
diterapkan oleh peneliti dan mulai terbiasa dengan pembelajaran
kooperatif tipe student team achievement division.
Dari hasil observasi siklus III, dapat diketahui bahwa adanya
peningkatan keaktifan dan prestasi belajar sisiwa, peningkatan tersebut
dapat diamati pada lembar-lembar observasi dari siklus I sampai III,
136

dengan peningkatan keaktifan siswa sebesar 73,05 % dan peningkatan
prestasi belajar siswa sebesar 79, 31 %.
Adapun Indikator keberhasilan penggunaan pembelajarn kooperatif
tipe student team achievement division:
1) Pada saat pembelajaran berlangsung, siswa terlihat lebih
bersemangat, lebih aktif tidah bosan dan tidak ngantuk
2) Dengan pendekatan kooperatif tipe student team achievement
division sisiwa dapat lebih bersosialisasi dengan temannya
3) Dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe student team
achievement division siswa lebih aktif dan berani mengungkapkan
pendapatnya dan tidak ragu-ragu lagi dalam bertanya atau
mengungkapkan ide
4) Adanya peningkatan keaktifan dan prestasi belajar siswa yang
dapat dilihat dari lembar observasi yang mengalami kenaikan
pada setiap siklusnya
Dengan demikian, peneliti menilai bahwa penelitian ini sudah
cukup dan tidak perlu dilanjutkan pada siklus selanjutnya, hal ini atas
pertimbangan bahwa dari siklus III sudah meningkat. Selain itu, dari hasil
diskusi dengan teman-teman sejawat dan guru mata pelajaran yang
bersangkutan maka penelitian tindakan kelas ini hanya sampai pada siklus
III.
137

Di akhir pertemuan, peneliti merekognisi hasil tim bersama siswa
dan akhirnya diperolehlah nilai tim, setelah diadakan rekognisi tim
diperolehlah 1 tim (kelompok V) dengan predikat tim Super. 2 tim
(kelompok II dan kelompok IV) menjadi tim sangat bagus , dan 2 tim
(kelompok I dan III) berpredikat tim bagus .













138

BAB V
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Lokasi penelitian tindakan kelas ini berada di kelas XI IPS 2 MAN
Malang 1. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan selama tiga siklus. Masing-
masing siklus dilaksanakan selama dua kali petemuan, yaitu sejak tanggal 26
April 2010 sampai 24 Mei 2010.
Sebelum dilaksanakan tindakan kelas siklus I, terlebih dahulu peneliti
melakukan observasi awal (pretest) dan pada akhir pertemuan diadakan tes
formatif yaitu pada tanggal 26 April 2010, pada saat observasi awal (pretest)
kegaitan belajar kelas XI IPS 2 masih menggunakan metode ceramah dan Tanya
jawab. Adapun tujuan diadakan observasi awal dan pada akhir pertemuan
dilaksankan tes formatif untuk mengetahui dan mengukur keaktifan dan prestasi
belajar sisiwa.
Pada saat observasi awal, materi yang diajarkan adalah perlawanan
masyarakat Indonesia terhadap kekuasaan asing. Dari hasil tes formatif dengan
menggunakan metode ceramah dan Tanya jawab, terlihat prestasi belajar kognitif
siswa masih rendah. Hal ini disebabkan dalam proses belajar pembelajaran masih
menggunakan metode ceramah dan Tanya jawab yang mana metode ini
menjadikan kegiatan belajar mengajar cenderung monoton karena siswa tidak
terlibat aktif dalam kegiatan belajar mengajar dan proses pembelajaran masih
terpusat pada guru, sehingga menjadikan siswa pasif.
139

Sesuai denagn observasi awal, metode yang digunakan masih bersifat
lama dan tanpa alternatif. Artinya, semua yang diajarkan mtlak harus diikuti.
Maka akibatnya siswa yang sedang serba kebingungan akan semakin bingung
sehingga siswa semakin tidak percaya diri.
98

Pada penelitian ini peningkatan prestasi belajar siswa dapat dilihat dari
hasil tes formatif yang dilaksanakan pada akhir pembelajaran, untuk mengetahui
adanya peningkatan dilihat dari meningkatnya prosentase keberhasilan siswa dari
observasi awal (pretest) hingga siklus III.
Syaiful Bahri Djamah mengatakan bahwa prestasi belajar adalah segala
hal yang dipelajari di sekolah yang menyangkut pengetahuan atau
kecakapan/keterampilan yang dinyatakan sesudah hasil penilaian.
99


Peningkatan keaktifan siswa dalam pembelajaran ditandai dengan
meningkatnya kejujuran dalam mengerjakan tugas, kerjasama dalam tim,dan
keberanian dalam bertanya, menjawab dan berargumen dari siklus I sampai siklus
III.
Hasil tes formatif menunjukan bahwa dengan penerapan metode ceramah
dan Tanya jawab yang monoton menghasilkan prestasi belajar siswa yang relatif
rendah. Hal ini ditunjukan dari hasil kuis yang diadakan saat pretest, pelaksanaan
kuis diberikan melalui 5 soal uraian. Setiap siswa memperoleh lembaran kuis

98
Nanang Hanafiah, Cucu Suhana. Konsep Strategi Pembelajaran. (Bandung: Refika Aditama,
2009) hlm: 17
99
Syaiful bahri, djamah. Prestasi belajar dan kompetensi Guru (Surabaya: usaha nasional, 1994),
hlm: 24
140

sehingga setiap siswa dapat mengerjakannya sendiri. Namun walaupun siswa
dianjurkan untuk mengerjakan secara mandiri banyak siswa yang terlihat meminta
bantuan temannya bahkan ada beberapa siswa yang tidak segan-segan untuk
membuka buku mata pelajaran dan menemukan jawabannya. Sikap seperti inilah
yang harus dirubah, karena hal ini menunjukan kelemahan siswa dalam menguasai
materi khususnya sejarah, selain itu rasa percaya diri siswapun masih rendah,
terbukti dari hasil observasi peneliti yang menunjukan aspek kemandirian siswa
saat mengerjakan soal kuis ditemukan prosentase sebesar 41,37%, untuk aspek
kerjasama belum diketahui prosentasenya, hal ini dikarenakan peneliti belum
menggunakan pembelajaran kooperatif tipe student team achievement divisions
(STAD), sedangkan aspek keberanian siswa dalam berargument, mengeluarkan
ide, bertanya dan menjawab prosentase sebesar 36,20 %. Selain itu ada kendala
yang ditemui peneliti, yaitu jadwal hari Senin mata pelajaran sejarah yang terletak
pada jam pelajaran ke 8-9 (jam akhir) sehingga siswa banyak yang mengeluh
kecapekan,. Hal ini adalah salah satu hal yang harus peneliti perhatikan, agar
proses belajar mengajar tetap berjalan dengan baik. Prestasi siswa selama pretest
diketahui rata-rata seluruh siswa 56,96 dengan ketuntasan belajar sebesar 6,9 % (2
siswa), sedangkan jumlah siswa yang belum tuntas sebesar 93,10 % (27 siswa).
Dari pretest yang sudah dilakukan peneliti mengambil tindakan dengan
menerpkan pembelajaran kooperatif tipe student team achievement divisions
(STAD) yang dimulai dari siklus I, pelaksanaan siklus I ini peneliti
memperkenalkan tentang belajar bersama melalui tim (kelompok), selain itu
peneliti juga menyampaikan kepada siswa akan pentingnya materi yang akan
141

dipelajari, serta memotivasi siswa dengan menunjukan beberapa gambar bendera
Negara. Hal ini dilakukan agar siswa termotivasi untuk memulai pelajaran.
Peneliti membagi siswa menjadi beberapa kelompok heterogen, selanjutnya
masing-masing kelompok diberi kesempatan untuk membangun tim dengan
memberi nama, namun tiap kelompok lebih setuju jika menggunakan angka saja,
sehingga tiap kelompok menamakan kelompoknya kelompok I, kelompok II dan
seterusnya. Peneliti juag menjelaskan bahwa pada pertemuan akhir akan diadakan
rekognisi tim, yang mana setiap tim akan direngking dan ditentuakan sebagai tim
super, tim sangat baik dan tim baik. Selanjutnya, peneliti yang juga sebagai guru
menyampaikan materi secara ringkas serta menggunakan kata-kata kunci saja, hal
ini untuk mempermudah siswa dalam memahami materi. Pada siklus I nampak
bahwa siswa masih kurang aktif dan enggan untuk mengeluarkan pendapatnya.
Hal ini terbukti saat peneliti melakukan tanya jawab, pada kesempatan ini hanya
didominasi oleh para siswa yang aktif saja, sedangkan siswa yang pasif cenderung
diam dan tidak bertanya. Pada saat pelaksanaan diskusipun masih didominasi oleh
siswa yang aktif saja, sedangkan siswa yang pasif cenderung mengikuti hasil yang
telah didiskusikan oleh kelompoknya. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan
individual pada masing-masing siswa. Siswa yang aktif mayoritas adalah siswa
berprestasi di kelas dan siswa yang kurang berprestasi cenderung kurang percaya
diri dengan kemampuannya. Pada akhir pertemuan peneliti memberi sedikit
ulasan materi dan meminta siswa untuk mengungkapkan beberapa pendapatnya
tentang materi yang sudah disampaikan. Namun nampaknya siswa masih
kesulitan dalam melakukan kegiatan tersebut dan hanya beberapa sisw saja yang
142

berani. Hal ini juga terjadi pada pertemuan ke-dua dari siklus I yang mana peneliti
menunjuk perwakilan dari kelompok untuk membacakan hasil jawabannya dan
siswa yang lain diberi kesempatan untuk menaggapi jawabannya. Salah satu siswa
yang ditunjuk nampaknya masih ragu-ragu dan takut dalam membacakan hasil
jawabannya dan sebagaian besar siswa yang lainnya juga masih ragu-ragu dalam
menanggapi jawaban. Setelah peneliti melihat hasil jawaban siswa, kemudian
peneliti mengulas jawaban siswa dengan tujuan untuk memperluas pemahaman
siswa. Pada akhir pembelajaran siswa diberikan tes formatif. Pertanyaan-
pertanyaan untuk siswa telah peneliti persiapkan, terdiri dari 5 soal uraian. Namun
ada sebagian siswa yang kurang mandiri dalam mengerjakan soal karena pada saat
belajar bersama (kelompok) siswa kurang berperan aktif. Dari observasi dan tes
formatif yang telah dilakukan dapat ditemukan adanya peningkatan keaktifan dan
prestasi belajar siswa dibandingkan dengan observasi awal (pretest) , aspek
kemandirian dalam mengerjakan soal kuis mengalami peningkatan sebesar 57,75
%, dalam aspek kerjasama tin dinilai masih rendah hal ini dikarenakan peneliti
baru pertama kalinya menerapkan pembelajran kooperatif tipe student team
achievement divisions (STAD) dengan prosentase awal sebesar 59,48 %, dan pada
aspek keberanianpun mengalami peningkatan sebesar 52,58 %. Pada siklus I ini
pun prestasi belajar siswa mengalami peningkatan sebesar 15 %. Hal ini dirasa
kurang maksimal, sehingga perlu diadakan perbaiakan pada siklus berikutnya.
Pada siklus II, peneliti sudah bisa melihat antusias siswa dalam
mengikuti pembelajaran sejarah, siswa mulai tertib namun masih ada 1-2 siswa
yang enggan bergabung dengan kelompoknya. Sehingga guru harus tetap menjaga
143

kondisi kelas agar tetap tertib. Kemudian peneliti mulai menerangkan materi yang
dipelajari hari ini, dengan memfokuskan pada pemaknaan materi, bukan
penghafalan. Sebagian siswa memperhatikan dengan baik dan seksama, terbukti
saat peneliti memberi beberapa pertanyaan pada siswa banyak sisiwa yang berebut
untuk menjawabnya. Hal ini menunjukan bahwa siswa sudah mulai antusias
dalam mengikuti proses belajar mengajar khususnya mata pelajaran sejarah. Pada
saat berdiskusi guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menanyakan hal-
hal yang belum dipahami, namun hal ini tidak lepas dari tanggung jawab tiap
kelompok, guru tetap meyakinkan tiap kelompok untuk tidak berhenti meminta
bantuan dari teman satu kelompoknya sebelum mereka bertanya kepada guru.
Keaktifan siswa dalam berdiskusi sudah tidak didominasi oleh siswa
yang aktif-aktif saja, semua kelompok sudah terlihat aktif, namun ada beberapa
sisiwa masih nampak ragu-ragu dalam berpendapat. Siswa tersebut hanya diam
saja mengikuti hasil diskusi teman-temannya, bahkan ada salah satu kelompok
yang hanya menyerahkan tugas pada satu siswa saja. namun hal ini dapat segera
diatasi oleh peneliti. Antar kelompok mulai muncul kompetisi yang sehat, hal ini
terlihat dari hasil penugasan kelompok yang hasilnyapun beragam.
Menurut Anita Lie dalam Isjoni :
Menyebutkan pembelajaran kooperatif dengan istilah gotong-royong,
yaitu sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta
didik untuk bekerjasama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang
terstrktur. Lebih jauh dikatakan pembelajaran kooperatif hanya berjalan
144

kalau sudah terbentuk suatu kelompok atau suatu tim yang di dalamnya
siswa bekerja secara terarah untuk mencapai tujuan.
100

Pada pertemuan ke-dua dari siklus II peneliti tidak langsung menunjuk
perwakilan dari tiap kelompok untuk membacakan hasil jawabannya namun
membiarkan para siswa langsung membacakannya sendiri, hal ini dilakukan
dengan tujuan agar siswa memiliki keberanian untuk mengeluarkan pendapatnya,
dan siswa yang lain diberi kesempatan untuk menaggapi jawaban dari temannya
tersebut. Karena sebelumnya peneliti tidak menunjuk perwakilan dari tiap
kelompok jadi peneliti dapat melihat keberanian siswa dalam mengutarakan
jawabannya, mereka sudah tidah ragu dan takut lagi daalm membacakan hasil
jawabannya dan sebagian sisiwa yang lainnya sudah tidak ragu dlam menanggapi
jawaban temannya. Setelah peneliti melihat hasil jawaban siswa, kemudian
peneliti mengulas jawaban siswa dengan tujuan untuk memperluas pemahaman
siswa. Pada akhir pembelajaran siklus II ini siswa diberikan soal tes formatif/ soal
latihan hasil belajar. Pertanyaan-pertanyaan untuk sisiwa telah peneliti persiapkan,
soal diambil dari materi yang telah dipelajari, pada saat mengerjakan siswa
nampak tertib dan mandiri namun masih ada siswa yang kurang yakin sehingga
kadang-kadang melihat jawaban temannya.
Keaktifan dan prestasi belajar siswa pada siklus II ini mengalami
peningkatan, keaktifan siswa pada aspek kemandirian meningkat sebesar 66,37 %,
aspek kerjasama dalam tim meningkat sebesar 68,96 % dan untuk aspek
keberanian meningkat menjai 57,75 %. Sedangkan prestasi belajar siswa

100
Isjoni, Cooperative Learning: efektifitas pembelajaran kelompok. (Bandung: Alfabeta, 2009),
hlm: 16
145

meningkat sebesar 26 %. Ini adalah hal yang menggembirakan peneliti, namun
ada beberapa yang harus diperbaiki, agar hasilnya lebih optimal, sehingga peneliti
meminta izin pada guru mata pelajaran sejarah untuk melanjutkan siklus
berikutnya.
Pada siklus III siswa sudah sangat tertib, sehingga memudahkan peneliti
yang berperan sebagai guru untuk langsung masuk pada kegiatan inti. Keaktifan
siswa dalam bertanya sudah nampak bagus dinbanding suklus-siklus sebelumnya.
Hal ini terbukti pad saat peneliti menunjukan beberapa gambar etnik-etnik yang
ada di Indonesia, beberapa pertanyaan dari siswa sudah bisa ditanggapi oleh siswa
yang lainnya, hal ini menunjukan bahwa kelas sudah hidup.
Saat berkelompok, siswa sudah lebih tertib dan langsung berbaur dengan
kelompoknya masing-masing. Kegiatan dalam berdiskusipun sudah tidak
didominasi oleh para siswa yang aktif-aktif saja. Sehingga penelitipun lebih
mudah dalam menerangkan materi , karena siswa sudah tidak ada yang bermain-
main dan rebut sendiri. Setelah selesai menjelaskan materi peneliti langsung
membagikan lembar informasi dan LKPD kepada siswa untuk didiskusikan
bersama-sama dengan kelompoknya.
Karena hari Kamis jadwal sejarah hanya satu jam, maka siswa tidak
begitu lama dalam berdiskusi mereka langsung sergap dan cepat dalam
menyelesaiakan LKPD-nya. Namun setiap kelompok tetap memiliki rasa
tanggung jawab terhadap anggota kelompoknya, mereka berusaha saling
146

membantu dan bekerjasama sehingga semua nggota kelompok aktif dalam
kegiatan diskusi.
Pada pertemuan kedua dari siklus III, kegiatan belajar mengajar peneliti
melanjutkan materi dari petemuan sebelumnya. Kemudian peneliti meminta siswa
untuk membacakan hasil diskusinya, dan siswapun langsung tanggap tanpa
ditunjuk terlebih dahulu, para siswa nampak berebut untuk membacakan terlebih
dahulu hasil jawabannya. Namun hal ini dapat diatasi dengan pembagian nomor
soal sesuai dengan nomor kelompoknya, sehingga setiap kelompok kebagian satu
nomor dari setiap soal. Siswa yang mewakili setiap kelompok nampaknya sudah
tidak segan dan ragu-ragu lagi, mereka sudah terbiasa dengan kegiatan ini.
Isjoni:
Dalam pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja,
tetapi siswa juga harus mempelajari keterampilan-keterampilan khusus
yang disebut keterampilan kooperatif yaitu: menggunakan kesepakatan,
menhargai konstribusi, mengambil giliran dan berbagai tugas, berada
dalam kelompok, berada dalm tugas, menyelesaikan tugas dalam
waktunya.
101


Pada pertemuan terakhir siswa diberikan tes formatif (soal kuis), soal
terdiri dari 5 soal uraian. Siswa nampak antusias dalam mengerjakan tes yang
diberikan oleh peneliti dan siswa mengerjakan tes dengan mandiri karena pada
saat kegiatan diskusi siswa berpartisipasi dan aktif dalam kegiatan tersebut.
Peneliti ingin melihat seberapa keaktifan belajar dan prestasi belajar siswa dengan

101
Ibid, hlm: 47
147

menerapkan pembelajaran kooperatif tipe student team achievement divison
(STAD).
Di akhir pertemuan, peneliti merekognisi hasil tim bersama siswa dan
akhirnya diperolehlah nilai tim, setelah diadakan rekognisi tim diperolehlah 1 tim
(kelompok V) dengan predikat tim Super. 2 tim (kelompok II dan kelompok
IV) menjadi tim sangat bagus , dan 2 tim (kelompok I dan III) berpredikat tim
bagus . Ketika hasil rekognisi tim dibacakan siswa nampak senang dan bangga
dengan hasil yang telah diraihnya. Hasil dari siklus III ini menunjukan adanya
peningkatan pada keaktifan dan prestasi belajar siswa dibandingkan pada siklus-
siklus sebelumnya. Keaktifan mengalami peningkatan, pada aspek kemandirian
dalam mengerjakan soal kuis meningkat sebesar 77,58 %, aspek kerjasama dalam
tim meningkat 75,86 %, dan aspek keberanian meningkat sebesar 70,68 %.
Prestasi belajar siswapun mengalami peningkatan 15% pada siklus I , 26 % pada
siklus II, dan meningkat sebesar 31 % pada siklus III, walaupun tidak ada siswa
yang mendaptkan nilai 100 namun 23 siswa sudah tuntas belajar (79,31 %).
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas telah diperoleh data tentang
peningkatan keaktifan dan prestasi belajar siswa denagn penerapan pembelajarn
kooperatif tipe student team achievement division (STAD) dapat meningkatkan
keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas XI IPS 2 MAN Malang 1 pada mata
pelajaran sejarah.
Secara keseluruhan terjadi peningkatan keaktifan dan prestasi belajar siswa
dengan cukup baik walaupun siswa belum mencapai nilai 100 namun rata-rata
148

nilai sudah melebihi KKM, dimana dengan penerapan pembelajaran kooperatif
tipe student team achievement divisions dapat meningkatkan presentasi kelas
khususnya bagi guru, yang mana presentasi kelas ini memberi kesadaran pada
siswa bahwa mereka harus benar-benar memperhatikan.
















149

BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bedasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan sebanyak tiga siklus, data
lapangan menunjukan bahwa:
1. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe student team achievement
division (STAD) dalam upaya meningkatkan keaktifan dan prestasi
belajar siswa pada mata pelajaran sejarah kelas XI IPS 2 MAN
Malang 1, dimulai dari pembentukan kelompok, menyusun instrument
pembelajaran, serta menyiapkan media dan sumber belajar yang
diperlukan.
2. Pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe student team achievement
divisions (STAD) dalam meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar
siswa pada mata pelajaran sejarah kelas XI IPS 2 MAN Malang 1,
menempatkan guru sebagai pembimbing dan siswa diberikan
kesempatan untuk bekerjasama dengan timnya untuk menyelesaikan
tugas untuk menemukan konsep-konsep hingga menarik kesimpulan
dari materi yang dibahas.
3. Evaluasi hasil pembelajaran dengan menerapakan pembelajaran
kooperatif tipe student team achievement divisions (STAD) dalam
meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran
sejarah kelas XI IPS 2 MAN Malang 1, memberikan hasil yang cukup
baik. Hal ini nampak dapat dilihat dari peningkatan keaktifan dan
150

prestasi belajar siswa pada setiap siklusnya. Keaktifan belajar siswa
dinilai selama proses belajar mengajar dan peningkatan prestasi
belajar siswa dapat dilihat dari hasil tes formatif yang dilakukan pada
setiap akhir siklus. Selain itu data empiris juga menunjukan
peningkatan kekatifan belajar siswa,. Pada siklus I aspek kemandirian
meningkat menjadi 57,75 %, aspek kerjasama ditemukan prosentase
sebesar 59,48 % dan aspek keberanian siswa dalam berargument
52,58% . Pada siklus II aspek kemandirian meningkat menjadi 66,37
%, aspek kerjasama menjadi 68,96% dan aspek keberanian menjadi
57,75 %. Pada siklus III aspek kemandirian meningkat sebesar 77,58
% , aspek kerjasama meningkat menjadi 75,86 %, dan aspek
keberanian meningkat menjadi 70, 68 %.
Prestasi belajar siswa juga meningkat pada tiap siklusnya 15% pada
siklus I, 26 % pada siklus II, dan 31% pada siklus III.
B. Saran
Bedasarkan hasil penelitian, maka peneliti menyarankan:
1. Bagi sekolah
Agar penerapan pembelajaran looperatif tipe student team achievement
divisions ini diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar khususnya pada
mata pelajaran sejarah, karena bedasarkan hasil penelitian terbukti dapat
meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa.
2. Bagi Guru Sejarah
151

Agar dalam penerapan pembelajaran kooperatif tipe student team
achievement divisions benar-benar efektif, guru harus mengikuti prosedur
atau cara-car penerapan metode ini, berusaha untuk mengubah kebiasaan
belajar siswa dengan memberi pengertian tentang pembelajran kooperatif
tipe student team achievement divisions. Disamping itu guru harus lebih
meningkatkan semangat belajar siswa agar siswa aktif dan terpacu untuk
meningkatkan prestasi belajarnya.
3. Bagi Siswa
Agar siswa selalu antusisa dalam kegitan belajar mengajar, lebih jujur dan
percaya diri dengan kemampuannya, menghargai pendapat orang lain,
berani bertanya, menjawab dan beragumen membiasakan kerjasama dengan
teman kelompoknya, membiasakan aktif dalam kegiatan belajar mengajar,
mengaktualisasikan materi yang dipelajari dalam kehidupan sehari-hari,
karena itu merupakan jalan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa yang
lebih baik.
4. Bagi Penulis
Mempunyai wawasan dan pengalaman praktis dibidang penelitian sebagai
bekal untuk menjadi tenaga pendidik yang profesional.
5. Bagi Penelitian Lebih Lanjut
Dapat mempergunakan hasil penelitian ini sebagai kajian untuk
diadakannya penelitian lebih lanjut tentang penerapan pembelajaran
kooperatif tipe student team achievement divisions terhadap variable yang
berbeda.
152

DAFTAR PUSTAKA

Alfian, Magdalia, 2006. SEJARAH untuk SMA dan MA kelas XI Program
Pengetahuan Sosial. Jakarta: ESIS

Ahmadi, Abu, Widodo Supriyono.1991. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka
Cipta

Arikunto, Suharsimi. 2002. Dasar-dasr evaluasi pendidikan (edisi revisi), Jakrta: Bumi
Aksara

Arikunto, Suharsimi, 2002. Prosedur Penelitian Dalam Pendidikan Praktek (edisi
revisi). Jakarta: Rineka Cipta

Arikunto, Suharsimi. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:Bumi Aksara

Bahri Djamarah, Syaiful. 1991. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya:
Usaha Nasional

Dep Pendidikan dan Kebudayaan . Kamus Besar Bahasa Indonesia.: Balai Pustaka

Fitria Atiningtyas, Ika. 2007. Penggunaan Pembelajaran Kooperatif tipe STAD
untuk Menigkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Ekonomi kelas XI
IPS SMA Ardjuna Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang:
Program Studi Pendidikan Ekonomi UM

Furchan, Arif, 2004. Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan. Surabaya: Usaha
Nasional

Hamalik ,Oemar, 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara

Hamalik, Oemar , 2007. Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara

Isjoni , 2009. Cooperative Learning, Bandung: ALFABETA

Kochhar . S.K, 2008. Pembelajaran Sejarah Teaching of History. Jakarta:
Grasindo

153

Kunandar, 2008. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Rajawali
Pers

Moleong, Lexi J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda Karya

Murni , Wahid, Nur Ali, 2008. Penelitian Tindakan Kelas, Malang: UM Press

Nana Sujana. 1988, Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar ,
Bandung: SINAR BARU

Permendiknas RI No 22 Tahun 2006, Tentang Standar Isi Untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah

Sharan Shlomo, 2009. Handbook of Cooperative learning, Yogyakarta: Imperium

Slavin Robert E, 2009. Cooperatve Leraning teori, riset dan prktek, Bandung:
Nusa Media

Sholihatin, Etin. Raharjo, 2009. Cooperative Learning Analisis Model
Pembelajaran IPS, Jakarta: Bumi Aksara

Suprijono Agus, 2009. Cooperative Learning teori dan aplikasi PAIKEM,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Sugiyono. 2007. Memahami penelitian kualitatif. Bandung : ALFABETA

Yamin Martinis, 2008. Paradigma Pendidikan Konstruktivitis, Jakarta: Gaung
Persada Press (GP Press)












154

RIWAYAT HIDUP

Ria Safinatur Rohmah lahir di Gisting Bawah (Lampung),
tepat pada tanggal 28 Agustus 1987 dari Ibunda Muflikhatun
dengan Ayahanda Rahmat. Pendidikan formal ditempuh dari
RA.Rama Mathlaul Anwar (Lampung) tahun 1993-1994,
dilanjutkan di MI Mathlaul Anwar (Lampung) tahun 1994-
2000, MTs Mathlaul Anwar (Lampung) tahun 2000-2003, dan MA Sunan
Pandanaran (Yogyakarta) tahun 2003-2006. Masuk UIN Maulana Malik Ibrahim
Malang tahun 2006, pada Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan IPS.
Penulis beralamat di Jl. Mess Pemda Landsbaw Gisting Bawah Tanggamus
Lampung 35378, dengan alamat e-mail: doux_rohmah@yahoo.co.id .

Anda mungkin juga menyukai