TIPE STUDENT TEAMS ACHI EVEMENT DI VI SI ONS DALAM MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH KELAS XI DI MAN MALANG I
S K R I P S I
Oleh : RIA SAFINATUR ROHMAH NIM: 06130035
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG Juli, 2010
2 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHI EVEMENT DI VI SI ONS DALAM MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH KELAS XI DI MAN MALANG I
S K R I P S I Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Strata Satu Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh : RIA SAFINATUR ROHMAH NIM : 06130035
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG Juli, 2010 3
LEMBAR PERSETUJUAN
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHI EVEMENT DI VI SI ONS DALAM MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH KELAS XI DI MAN MALANG I
SKRIPSI
Oleh : Ria Safinatur Rohmah NIM : 06130035
Telah Disetujui Pada tanggal, 19 Juli 2010
Oleh: Dosen Pembimbing
Dr. H. Nur Ali, M. Pd NIP. 19650403199803 1 002
Mengetahui Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Drs. Muh. Yunus, M.Si NIP. 196903241996031 002 4 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHI EVEMENT DI VI SI ONS DALAM MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH KELAS XI DI MAN MALANG I
SKRIPSI Oleh Ria Safinatur Rohmah NIM. 06130035 Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 27 Juli 2010 dengan nilai: A dan telah dinyatakan diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan IPS (S. Pd) Pada Tanggal, 3 Agustus 2010
Panitia Ujian
Ketua Sidang M. Walid. MA NIP. 19730823200003 1 002
:
Sekretaris Sidang Dr.H. Nur Ali, M.Pd NIP.19650403 199803 1 002
:
Pembimbing, Dr.H. Nur Ali, M.Pd NIP.19650403 199803 1 002
:
Penguji Utama Drs. H. M. Padil M.Pdi NIP.19651205199403 1 003
:
Mengesahkan, Dekan Fakultas Tarbiyah UIN MALIKI Malang
Dr. H. M. Zainuddin, MA NIP. 1962507 199503 1 001 5
Halaman Persembahan
Segala puji kepada Sang Khaliq Allah Taala Sang pemilik hidup dan mati serta Cinta sejati Shalawat serta salam terlantunkan kepada Nabi Agung Muhammad Saw Skripsi ini penulis hadiahkan kepada: Kusampaikan rasa sayang dan salam hormatku untuk Ayah dan Ibundaku (Rahmat dan Muflikhatun) atas segala kasih sayang yang tiada hentinya Salam Cintaku untuk kakak dan adik-adiku atas inspirasi dan motivasi yang selalu ku rindukan Salam hormat untuk Bp. Dr. H. Nur Ali. M.Pd yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing penulis menyelesaikan skripsi ini, Barokallohufik Untuk para pendidikku yang senantiasa menjadi sumber inspirasi dan pewaris kehidupan yang tak ternilai harganya Ibu Luluk dan warga MAN Malang 1 terimakasih atas kepercayaannya kepada penulis Teman-teman kelas IPS A dan B angkatan 2006 yang selalu memberi warna dan arti di kehidupan dan di hatiku Semua keluarga kecilku di Mahad Sunan Ampel Al-Aly, yang selalu kurindukan Untuk seseorang yang selalu kuharpakan semangat dan doanya, terimakasih banyak atas pelajarannya Semua sepupu, keluarga dan teman-teman (Bumi Ruwai Jurai) di Malang yang selalu mensuport dan menemaniku Semua guru dan warga MASPA di Yogyakarta yang selalu memberikan doa dan sandaran kepadaku Keluarga kecil baruku di MT Haryono yang unik-unik Semua teman-temanku di manapun berada, yang selalu meberi dukungan kepada penulis, terimakasih.
6 MOTTO
.!-. _ls l _1`.l .!-. _ls . .`-l 1. < | < .,.: ,!1-l _ dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya
7 Dosen Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
NOTA DINAS PEMBIMBING Hal : Skripsi Ria Safinatur Rohmah Malang, 19 Juli2010 Lamp : 6 (enam) Ekslempar
Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang di Malang
Assalamualaikum Wr. Wb. Sesudah melakukan beberapa kali bimbingan, baik dari segi isi, bahasa maupun tehnik penulisan, dan setelah membaca skripsi mahasiswa tersebut di bawah ini: Nama : Ria Safinatur Rohmah NIM : 06130035 Judul Skripsi : Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions dalam Meningkatkan Keaktifan dan Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Sejarah Kelas XI di MAN Malang 1
Maka selaku pembimbing, kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah layak diajukan untuk diujikan. Demikian, mohon dimaklumi adanya. Wassalamualaikum Wr. Wb
Pembimbing,
Dr. H. Nur Ali, M. Pd NIP. 19650403199803 1 002
8 SURAT PERYATAAN
Bismillahirrahmanirrahim. Dengan ini saya Ria Safinatur Rohmah (06130035) menyatakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi, dan sepanjang sepengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar rujukan.
Malang, 19 Juli 2010
Ria Safinatur Rohmah
9 KATA PENGANTAR
Alkhamdulillah, tiada kata yang pantas dan patut penulis ucapakan selain rasa syukur ke hadirat Allah SWT Al-Muhaimin yang telah melimpahkan Rahmat-Nya yang tiada batas, sehingga penulis dapat menyelesaikan skrispsi in. Shalawat serta salam semoga senantiasa tetap tercurahkan kepada teladan kita Rosululloh Muhammad SAW, pemimpin dan pembimbing abadi seluruh umat. Penulis menyadari daalm penyelesaian skripsi ini banyak memperoleh bimbingan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan permohonan maaf dan ucapan terimaksih yang sedalm-dalamnya kepada: 1. Kedua orang tuaku, Ayahanda dan Ibunda (Rahmat dan Muflikhatun) tercinta yang dengan ikhlas memberikan kasih dan sayangnya serta segala pengorbanan, saudara-saudaraku dan segenap kelurga besarku (yang tidak dapat disebutkan satu persatu) yang selalu memberi dorongan baik moril maupun materiil. 2. Bapak Prof. Dr. H. Imam Suprayogo, selaku rektor Universitas Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. 3. Bapak Dr. H. M. Zainuddin, MA selaku Dekan Fakultas Tarbiyah atas arahannya selama ini. 4. Bapak Drs. Muh. Yunus, M. Si selaku ketua jurusan IPS atas bimbingan dan saran-sarannya kepada penulis. 10 5. Bapak Dr. H. Nur Ali M.Pd selaku dosen pembimbing atas bimbingan dan arahannya dalam menyelesaikan skripsi ini 6. Bapak Drs. H. Zainal Mahmudi, M.Ag selaku kepala MAN Malang 1 yang telah memberikan izin bagi peneliti untuk melakukan penelitian di MAN Malang 1 7. Ibu Dra. Luluk Machsufah selaku guru mata pelajaran sejarah kelas XI IPS 2 yang telah memberi kesempatan dan kepercayaan bagi penulis untuk melakukan penelitian 8. Ibu Aguswati selaku Guru SMPN 1 Singosari yang telah memotivasi dan inspirasi bagi penulis 9. Siswa-siswa kelas XI IPS 2 MAN Malang 1 yang rame-rame 10. Siswa-siswi SMPN 1 Singosari , dlaft tercinta yang selalu memberi motivasi pada penulis 11. Teman-teman seperjuangan di IPS angkatan 2006 atas kebersamaan, semangat dan kerjasamanya selama ini 12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu Semoga Allah SWT membalas semua amal ibadah atas bantuan dan bimbingan semua pihak-pihak selama penulisan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya. Malang, 19 Juli 2010
Penulis 11 DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... ii HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iv PERSEMBAHAN .............................................................................................. v MOTTO ............................................................................................................. vi HALAMAN NOTA DINAS PEMBIMBING ................................................. vii HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................... viii KATA PENGANTAR ....................................................................................... ix DAFTAR ISI ...................................................................................................... xi DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiv DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xv DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvi ABSTRAK .........................................................................................................xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................................... 7 C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 7 D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 8 E. Pembatasan Penelitian ............................................................................. 9 F. Definisi Operasional................................................................................ 10 G. Sistematika Penulisan ............................................................................. 11 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran .......................................................................................... 13 1. Pengertian Pembelajaran ............................................................ 13 2. Tujuan Pembelajaran ................................................................... 15 B. Strategi Belajar Mengajar ...................................................................... 16 12 1. Pengertian .................................................................................. 16 2. Klasifikasi Strategi Belajar Mengajar ......................................... 16 C. Pembelajaran Kooperatif ......................................................................... 22 1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif........................................... 22 2. Unsur-unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif ............................. 24 3. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif ............................................... 26 4. Tujuan Pembelajaran Kooperatif ................................................ 27 5. Perbedaan Pembelajaran Kooperatif dan Pembelajaran Tradisional................................................................................... 29 6. Pentingnya Pembelajaran Kooperatif .......................................... 30 7. Peran Guru dalam Pembelajaran Kooperatif............................... 32 D. Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Divisions .... 33 E. Aktifitas Belajar ...................................................................................... 39 1. Pengertian Aktifitas Belajar ........................................................ 39 2. Jenis-jenis Aktifitas ..................................................................... 39 3. Nilai Aktifitas dalam pengajaran ................................................ 41 4. Penggunaan Aktifitas dalam Pengajaran ..................................... 41 5. Indikator Keaktifan Siswa ........................................................... 44 6. Pengertian Aktif Belajar .............................................................. 46 F. Belajar dan Prestasi Belajar .................................................................... 48 1. Pengertian Belajar dan Prestasi Belajar ...................................... 48 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ................... 53 G. Pembelajaran Sejarah .............................................................................. 54 1. Pengertian Ilmu Sejarah .............................................................. 55 2. Sasaran Pembelajaran Sejarah di Sekolah Menengah Atas ........ 57 3. Tujuan Instruksional Pembelajaran Sejarah di Sekolah Menengah Atas............................................................................ 58 4. Ruang Lingkup Sejarah ............................................................... 59 5. Standart Kompetensi ................................................................... 60 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian.............................................................. 63 B. Kehadiran Peneliti ................................................................................... 66 C. Lokasi ...................................................................................................... 67 D. Data dan Sumber Data ............................................................................ 67 E. Teknik Pengmpulan Data ........................................................................ 68 F. Teknik Analisis data ................................................................................ 71 G. Pengecekan Keabsahan Data................................................................... 73 H. Tahap Penelitian ...................................................................................... 73 BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN 13 A. Latar Belakang Objek Penelitian ............................................................ 76 1. Kronologi Berdirinya MAN Malang 1 .............................................. 76 2. VISI dan MISI dan Tujuan MAN Malang 1 ..................................... 77 3. Keadaan Sarana dan Prasarana di MAN Malang 1 ........................... 79 B. Paparan Data Sebelum Penelitian ........................................................... 80 1. Deskripsi siswa kelas XI IPS 2 ........................................................ 80 2. Observasi Awal ................................................................................ 80 3. Perencanaan Tindakan...................................................................... 81 4. Pretest ............................................................................................... 82 C. Siklus I .................................................................................................... 87 D. Siklus II ................................................................................................... 98 E. Siklus III .................................................................................................. 117 BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ............................................. 120 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................................. 131 B. Saran ........................................................................................................ 132 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
14 DAFTAR TABEL
2.1 Tabel Perbedaan Model Pembelajaran Kooperatif dengan Pembelajaran Tradisional ......................................................................... 29 2.2 Tabel Lembar Rangkuman Tim ................................................................. 38 2.3 Tabel Standart Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Sejarah Untuk SMA kelas XI Semester I .......................................................................... 61 2.4 Tabel Standart Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Sejarah Untuk SMA kelas XI Semester II ......................................................................... 61 3.2 Tabel Lembar Skor Kuis ............................................................................ 72 3.3 Tabel Observasi Keaktifan Siswa .............................................................. 73 3.4 Tabel Penentuan Taraf Keberhasilan Keaktifan Siswa ............................. 73 4.1 Tabel Sarana dan Prasarana di MAN Malang 1 ........................................ 79 4.2 Tabel Jumlah Siswa Kelas XI IPS 2 .......................................................... 79 4.3 Tabel Keaktifan Siswa Sebelum Tindakan (Pretest) ................................. 84 4.4 Tabel Prestasi Belajar Siswa Sebelum Tindakan (Pretest) ........................ 85 4.5 Tabel Keaktifan Siswa pada Siklus I ......................................................... 94 .4.6 Tabel Prestasi Belajar Siswa pada Siklus I ................................................ 95 4.7 Tabel Keaktifan Siswa pada Siklus II ........................................................ 105 4.8 Tabel Prestasi Belajar Siswa pada Siklus II .............................................. 106 4.9 Tabel Keaktifan Siswa pada Siklus III ...................................................... 116 4.10 Tabel Prestasi Belajar Siswa pada Siklus III ............................................. 116
15 DAFTAR GAMBAR
2.1 Hubungan Tujuan Kegiatan Pembelajaran dan Evaluasi ........................ 53 3.1 Gambar Alat Pelaksanaan Tindakan Kelas (Kemmis dan Taggert) ........ 66
16 DAFTAR LAMPIRAN
Struktur Organisasi MAN Malang 1 Tahun 2009/2010 Pedoman Wawancara dengan Siswa Garfik peningkatan keaktifan dan prestasi belajar siswa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Lembar Informasi dan Materi sejarah Keaktifan Belajar Siswa pada Observasi Awal (Pretest) Prestasi Belajar siswa pada Observasi Asal (Pretest) Keaktifan Belajar Siswa Pada Siklus I Prestasi Belajar Siswa Pada Siklus I Keaktifan Belajar Siswa Pada Siklus II Prestasi Belajar Siswa Pada Siklus II Keaktifan Belajar Siswa Pada Siklus III Prestasi Belajar Siswa Pada Siklus III Rokognisi Tim dari Siklus I-III Perhitungan Predikat Tm Bedasarkan Skor Kuis Perhitungan Skor Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Dokumentasi berupa Foto-foto saat Pembelajaran Surat izin penelitian dari Fakultas Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim Surat Rekomondasi dari Dinas Pendidikan kota Malang Surat Keterangan Penelitian dari MAN Malang 1 Biodata Penulis
17 ABSTRAK
Safinatur R, Ria. 2010. Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions dalam Meningkatkan Keaktifan dan Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Sejarah Kelas XI di MAN Malang 1. Skripsi, Jurusan Pendidikan Ilmu Sosial, Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Pembimbing: Dr. H. Nur Ali, M.Pd
Kata kunci: Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Divisions, Keaktifan Belajar, Prestasi Belajar
Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju dan pesat, sehingga membawa pengaruh yang besar terhadap semua spek kehidupan, salah satunya dalam bidang pendidikan. Oleh karena itu pengolahan dan penyempurnaan pendidikan terus dilaksanakan guna tercapainya tujuan pendidikan nasional yaitu mencerdaskan kehidupan Bangsa. Dalam proses belajar mengajar sejarah perlu dilakukan variasi metode pembelajaran. Variasi metode pembelajaran tersebut bertujuan agar siswa tidak merasa bosan ketika belajar sejarah dan siswa akan berantusias untuk belajar sejarah. Pembelajaran kooperatif menawarkan beberapa metode. Salah satu yang termasuk metode pembelajaran kooperatif yaitu model pembelajaran student team achievement divisions (STAD). Pembelajaran tipe student team achievement divisions merupakan model pembelajaran yang dapat mengaktifkan seluruh siswa selama proses pembelajaran dan memberikan kesempatan untuk bekerjasama antar siswa dengan kemampuan homogenya. Model pembelajaran student team achievement divisions menerapkan berbagai ciri pembelajaran dan merupakan model yang sangat mudah diterpkan dalam pembelajaran. Tahapan dalam pembelajaran koopertif tipe student team achievement divisions yaitu dimulai dengan presentasi kelas, diskusi kelompok, tes individu, dan dilanjutkan dengan pemberian penghargaan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan proses perencanaan, pelaksanaan dan penilaian dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe student team achievement divisions untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar sisiwa pada mata pelajaran sejarah kelas XI IPS 2 MAN Malang 1. Penelitian ini menggunkan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) tahapan penelitian mengikuti Kemmis dan Taggart yaitu berupa suatu siklus yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Pengumpulan data penelitain ini menggunakan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Tehnik analisis data yang bersifat kualitatif yang terdiri dari hasil observasi dan dokumentasi dianalisis secara deskriptif kualitatif, sedangkan data yang berupa angka atau data kuantitatif dianalisis dengan mengunakan rumus:
18 P= Post rate base rate x 100 % Base rate
Keterangan : presentase peningkatan Post rate : nilai rata-rata sesudah tindakan Base rate : nilai rata-rata sebelum tindakan
Bedasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe student team achievement divisions dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas XI IPS 2 di MAN Malang 1. Hal ini terlihat dari peningkatan keaktifan dan prestasi belajar siswa pada setiap siklusnya. Pada siklus I aspek kemandirian meningkat menjadi 57,75 %, aspek kerjasama ditemukan prosentase sebesar 59,48 % dan aspek keberanian siswa dalam berargument 52,58% . Pada siklus II aspek kemandirian meningkat menjadi 66,37 %, aspek kerjasama menjadi 68,96% dan aspek keberanian menjadi 57,75 %. Pada siklus III aspek kemandirian meningkat sebesar 77,58 % , aspek kerjasama meningkat menjadi 75,86 %, dan aspek keberanian meningkat menjadi 70, 68 %. Prestasi belajar siswa juga meningkat pada tiap siklusnya 15% pada siklus I, 26 % pada siklus II, dan 31% pada siklus III. Langkah-langkah meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe student team achievement divisions sebagaimana yang telah peneliti lakukan adalah: sesuai dengan tiga tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian. Ditambah lagi dengan pemberian motivasi yang tinggi kepada siswa dan reward (hadiah) berupa pujian kepada kelompok yang aktif dan kompak, sehingga siswa termotivasi untuk meningkatkan prestasi belajarnya.
19 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Dalam keseluruhan proses pendidikan, kegiatan belajar mengajar adalah proses pokok yang harus dilalui oleh seorang pendidik atau guru. Berhasil tidaknya suatu tujuan pendidikan bergantung kepada bagaimana proses belajar mengajar dirancang dan disajikan. Dengan dilaksanakannya Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan (KTSP) bedasarkan Permendiknas No 22 tahun 2006 mata pelajaran sejarah mengalami pasang surut, karena jam mata pelajarannya dikurangi menjadi satu jam pelajaran pada kelas I dan II 1 , sedangkan materi yang harus dipelajari sangat padat. Hal inilah yang menyebabakan ketidak seimbangan antara materi dan jam pelajaran, sehingga hasil yang diterimapun kurang maksimal. Mata pelajaran sejarah yang sebagian besar materinya berisi deskriptif tentang masa lalu sering menjadikan guru tidak memiliki pilihan lain selain menggunakan metode ceramah dan menerangkan secara lisan sehingga mengakibatkan kejenuhan pada siswa. Dari hal ini dapat dilihat bahwa keaktifan siswa kurang berperan, dan prestasi belajar siswa pun mengalami hambatan. Oleh karena itu dalam proses belajar mengajar perlu adanya pendekatan pembelajaran yang lebih efektif dan mampu menciptakan suasana lebih mengaktifkan siswa khususnya pada mata pelajaran sejarah. Dari kerangka dasar ini guru sejarah harus dapat menyiasati pengajaran
1 Permen Diknas RI No 22 Tahun 2006, Tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. 20 sejarah dengan tidak mengubah hakikat pembelajaran pengajaran sejarah itu sendiri. Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang meneyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri, yang mana siswa belajar sambil bekerja. Dengan bekerja mereka memperoleh pengetahuan, pemahaman dan aspek-aspek tingkah laku lainnya, serta mengembangkan keterampilan yang bermakna untuk hidup di masyarakat. 2
Dewasa ini jika diamati lebih mendalam mata pelajaran Sejarah membutuhkan pemikiran-pemikiran kritis tentang masa lalu agar siswa bebas dari prasangka yang irasional dan fanatik, pikiran sempit dan komunalisme, dan mencerahkannya dengan pemikiran ilmiah yang berorientasi ke masa depan. Selain itu tujuan intruksional pembelajaran sejarah di SMA adalah untuk mencapai pengetahuan, pemahaman, pemikiran kritis, keterampilan praktis, minat, dan prilaku. 3 Karena materi Sejarah berisikan tentang gambaran masa lalu manusia sebagai makhluk sosial yang disusun secara ilmiah dan lengkap. Singkatnya, siswa akan lebih memahami mata pelajaran tersebut jika siswa dapat mengenali fakta yang ada. Karena mata pelajaran sejarah terdiri dari urutan waktu dan fakta yang dilengkapi dengan tafsiran dan penjelasan sehingga memberi pengertian tentang apa yang telah berlalu. Dari gambaran masa lalu tersebut manusia dapat belajar urutan masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang, mata pelajaran tersebut pun akan dirasa lebih bermakana dan target pengusaan materipun berhasil.
2 Oemar Hamalik. Proses Belajar Mengajar. (Jakarta: bumi aksara, 2001) hlm: 170 3 S.K. Kochhar, Pembelajaran Sejarah Teaching of History. (Jakarta: Grasindo, 2008). hlm: 51-53 21 Hasil pengamatan peneliti menunjukan bahawa motivasi dan keaktifan belajar siswa kelas XI IPS 2 MAN Malang 1 terlihat menurun, hal ini di sebabkan Guru lebih sering menggunakan metode lama berupa ceramah dan tanya jawab tanpa memperhatikan siswa. Sehingga siswa merasa terjebak dengan metode yang digunakan oleh guru, kemampuan diskusi siswa menurun dan mengakibatkan siswa tidak aktif karena mereka lebih sering disuguhkan dengan pertanyaan- pertanyaan dari guru, diperkirakan menjadi penyebab rendahnya kemampuan siswa untuk aktif belajar dan menurunnya prestasi belajar. Hal ini juga terbukti dari hasil wawancara dengan guru sejarah yang bersangkutan, beliau menceritakan keaadaan siswa saat proses belajar mengajar berlangsung : Anak-anak itu waktu ditanya sepertinya sudah bisa menjawab dengan baik, walupun yang menjawab kadang-kadang hanya anak-anak tertentu saja, yang membuat saya heran kalau diadakan ujian atau kuis kenapa nilai mereka jelek-jelek, belum sesuai dengan yang saya harapkan. Maka dari itu saya setuju dengan diadakannya penelitian ini, saya ingin tahu bagaimana perkembanagan siswa dengan metode yang anda tawarkan
Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang bedasarkan faham konstruktivis. Pemb elajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemamapuannya berbeda. 4 Dalam menyelesaikan tugas, setiap siswa harus bekerja sama dan saling membantu dalam memahami materi pelajaran. Sehingga pada pembelajaran kooperatif ini belajar dikatakan belum selesai apabila salah satu teman dalam kelompoknya belum menguasai materi pelajaran.
4 Isjoni . Cooperative Learning, (Bandung: Alfabeta, 2009). hlm: 12 22 Pada pembelajaran Sejarah dalam meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa peneliti menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division, yang mana metode ini dikenal sangat sederhana dan mengena. Pada metode ini siswa dilatih untuk berdiskusi dengan kelompoknya dan saling mengeluarkan kemampuannya dalam berargumen. Disinilah peneliti akan mengamati bagaimana keaktifan siswa berkelompok. Selain itu pada saat siswa diberi kuis penelitipun akan mengamati hasil prestasi siswa secara individu dalam bentuk tulisan atau jawaban terhadap kuis yang diberi. Penelitian terdahulu menunjukan bahwa pembelajaran kooperatif Student Teams Achievement Divisions yang telah dilaksanakan oleh Ika Fitria Atiningtiyas di kelas XI IPS SMA Ardjuna Malang tahun pelajaran 2006/2007 dapat meningkatkan aktvitas dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi. Dari penelitian yang telah dilakukan rata-rata aktivitas belajar siswa meningkat dari 38, 62% menjadi 58,62%. Sedangkan prestasi belajar siswa sebelum menggunakan pembelajaran koopertif tipe Student Teams Achievement Divisions adalah 54,59 % dengan ketentuan belajar klasikal 20,69 % . Setelah pneliti menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Teams Achievement Divisions rata- rata prestasi belajar siswa naik menjadi 79,45% dengan ketuntasan belajar klasikal 82,76 %. 5
Pembelajaran kooperatif dapat digunakan dalam membuat laporan penelitian pada pelajaran IPA dan IPS. Namun, Juliati (2000) 6 mengemukakan,
5 Ika Fitria Atiningtyas, 2007. Penggunaan Pembelajaran Kooperatif tipe STAD untuk Menigkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Ekonomi kelas XI IPS SMA Ardjuna Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Program Studi Pendidikan Ekonomi UM 6 Isjoni . Cooperative Learning,op cit. hlm: 12 23 pembelajaran kooperatif lebih tepat digunakan pada pembelajaran IPS. 7 Hal ini dikarenakan selain dapat membantu siswa memahami materi pelajaran, juga dapat menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, bekerja sama, dan membantu teman. Sehingga dapat meningkatkan kualitas interaksi sosial dan komunikasi yang bagus pada siswa. Pembelajaran adalah sesuatu yang dilakuakn oleh siswa, bukan dibuat untuk siswa. Pada dasarnya pembelajaran merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar. Tujuan belajar sangat banyak dan bervariasi ada dalam bentuk eksplisit berupa pengetahuan dan ketrampilan, sedagakan tujuan belajar sebagai hasil berupa kemampuan berpikir kritis, kreatif, sikap terbuka dan demokratis, menerima orang lain, dan sebagainya. 8
Dari tujuan belajar yang ada, pembelajaran kooperatif sangat sesuai untuk digunakan, karena dalam pembelajaran kooperatif ini siswa dituntut untuk aktif dan memiliki sikap terbuka serta demokratis. Ada banyak alasan mengapa pembelajaran kooperatif mampu memasuki mainstream (kelaziman) praktik pendidikan. Selain bukti-bukti nyata tentang keberhasilan pendekatan ini, pada masa sekarang masyarakat pendidikan menyadari betapa pentingnya para siswa berlatih berpikir, memecahkan masalah, serta menggabungkan kemampuan dan keahlian. 9
7 Ibid 8 Agus Suprijono. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2009) , hlm: 5 9 Isjoni , 2009. Cooperative Learning. op, cit. hlm; 17 24 Dalam konteks ini, siswa perlu memahami makna belajar, apa manfaatnya, dan bagaimana siswa harus mencapainya. Siswa sadar apa yang dipelajari akan berguna bagi kehidupannya, sehingga siswa belajar hal-hal yang bermananfaat dan berusaha untuk menaggapinya. Dalam proses ini, siswa membutuhkan guru sebagai pembimbing dan pengarah. Dalam kelas kooperatif, tugas guru adalah sebagai fasilitator, mediator, director-motivator, dan evaluator. Sehingga guru harus mampu menciptakan kelas sebagai laboraturium demokrasi, supaya peserta didik terlatih dan terbiasa berbeda pendapat, jujur, sportif dalam mengakui kekurangannya dan siap memerima pendapat orang lain yang lebih baik, serta mampu mencari pemecahan masalah. Perbedaan pendapat yang mengarah pada konflik interpersonal asalkan menurut aturan diskusi yang baik disertai sikap yang positif dapat membantu menumbuhkan kesehatan mental siswa. Di samping itu, guru juga berperan dalam menyediakan sarana pembelajaran, agar suasana belajar tidak monoton dan membosankan. Dengan kreativitasnya, sang guru dapat mengatasi keterbatasan sarana, sehingga proses belajar mengajar tidak terhambat. 10
Bertolak dari fenomena tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pembelajaran Sejarah dengan pendekatan pembelajaran kooperatif.
10 Ibid. hlm: 63 25 Dengan bedasarkan pada uraian di atas maka peneliti mengambil judul: PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE Student Teams Achievement Divisions dalam MENINGKATKAN KEAKTIFAN dan PRESTASI BELAJAR SISWA pada MATA PELAJARAN SEJARAH KELAS XI di MAN MALANG 1.
B. Rumusan Masalah Dengan mengacu pada latar belakang diatas maka secara umum dapat dirumuskan permasalahnnya sebagai berikut: 1. Bagaimana perencanaan metode pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions dalam meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Sejarah kelas XI di MAN Malang 1? 2. Bagaimana implementasi metode pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions dalam meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Sejarah kelas XI di MAN Malang 1? 3. Bagaimana proses evaluasi metode pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions dalam maningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Sejarah kelas XI di MAN Malang 1? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini secara umum adalah mendeskripsikan implementasi keaktifan dan prestasi belajar siswa dengan metode pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions pada siswa kelas XI di MAN Malang 1. 26 Secara khusus tujuan penelitian ini adalah: 1. Mendiskripsikan perencanaan metode pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions dalam meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Sejarah kelas XI di MAN Malang 1. 2. Mendeskripsikan implementasi metode pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions dalam meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Sejarah kelas XI di MAN Malang 1. 3. Mendiskripsikan proses evaluasi metode pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions dalam meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Sejarah kelas XI di MAN Malang 1. D. Manfaat Penelitian Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkandapat memiliki manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis penelitian ini dapat menambah pemahaman terhadap pendekatan teori dan strategi pembelajaran melalui pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions dalam meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Sejarah. 2. Manfaat praktis a. Bagi siswa 27 Menumbuhkan keaktifan dan prestasi belajar siswa secara optimal dalam pelaksanaan proses belajar sehingga lebih bermakna. b. Bagi Guru Sebagai referensi dalam proses belajar mengajar terhadap ketepatan dan keefektifan penggunaan strategi pengajaran. c. Bagi MAN Malang 1 Hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan yang berarti dalam rangka meningkatkan kualitas proses belajar mengajar sehingga dapat menjadikan MAN Malang 1 sebagai lembaga pendidikan yang dinamis dan inisiatif. d. Bagi Peneliti Mendapatkan pengalaman langsung pelaksanaan pembelajaran pada mata pelajaran sejarah, sekaligus sebagai model yang dapat dilaksanakan dan dikembangkan kelak. Selain itu memberikan bekal agar mahasiswa sebagai calon guru mata pelajaran sejarah siap melaksanakan tugas sesuai kebutuhan dan perkembangan zaman. E. Pembatasan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan batasan untuk mengetahui implementasi metode pembelajaran kooperatif dalam meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa. Yang mana penelitian ini di lakukan pada mata pelajaran Sejarah kelas XI IPS 2 semester genap pada Standar kompetensi (SK) 2 tentang Menganalisis Perkembangan bangsa Indonesia sejak masuknya pengaruh Barat sampai dengan Pendudukan Jepang. Metode pembelajaran kooperatif yang digunakan dengan pendekatan pada tipe Student Teams Achievement Division. 28 F. Definisi Operasional Pembelajaran adalah upaya mengorganisasi lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar bagi peserta didik. 11
Pembelajaran kooperatif : adalah model belajar dengan mengelompokkan siswa di dalam kelas ke dalam suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut. 12
Tipe student team achievement divisions (STAD) merupakan suatu metode pembelajaran kooperatif yang terdiri atas lima komponen utama: prestasi kelas, tim kuis, sekor kemajuan individu, rekognisi tim. 13
Aktivitas belajar adalah segala bentuk atau kegiatan untuk melakukan proses pembelajaran. 14
Prestasi belajar: adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan murid yang berkenan dengan penugasan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka serta nilai-nilai yang terdapat pada kurikulum. 15
Sasaran dan tujuan pembelajaran sejarah khususnya pada siswa menengah atas adalah untuk mengajarkan siswa tentang peristiwa-peristiwa yang disertai dengan pemahaman, pemikiran kritis dan tujuan intruksional lainnya. 16
11 Oemar Hamalik. Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007 ). hlm: 61 12 Isjoni . Cooperative Learning,op cit. hlm: 17 13 Robert E Slavin, cooperative learning teori, riset dan praktik, (Bandung: Nusa Media, 2009). hlm: 143 14 Tim Penyusun . Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989 : 17 15 ibid 16 S.k. kochhar, pembelajaran sejarah teaching of history. op. cit, hal: 27
29 G. Sistematika Penulisan Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan menyeluruh, sistematika pembahasan skripsi ini dibagi dalam enam bab: Bab I memaparkan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, asumsi penelitian, pembatasan penelitian, serta sistematika penulisan. Bab II merupakan pembahasan tentang kajian teori, yang mencakup pembahasan tentang karekteristik pembelajaran kooperatif yang meliputi: pengertian pembelajaran, pengertian strategi pembelajaran, pengertian pembelajaran kooperatif, unsur-unsur pembelajaran kooperatif, ciri-ciri pembelajaran kooperatif, tujuan pembelajaran kooperatif, peran guru dalam pembelajaran kooperatif, pembelajaraan kooperatif tipe Student Team-Achievement Division. Tinjauan tentang aktif belajar dan prestasi belajar yang meliputi: pengertian aktif belajar dan prestasi belajar . Serta tinjauan tentang mata pelajaran Sejarah bagi SMA. Bab III merupakan penjelasan metode penelitian yang mencakup pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran peneliti, lokasi, variable yang diselidiki, rencana tindakan, pengumpulan data, keabsahan data, indikator kinerja. Bab IV merupakan penjelasan tentang laporan hasil penelitian, yang telah dilakukan oleh peneliti, meliputi penjelasan tentang latar belakang obyek penelitian, penjelasan observasi awal, siklus I, dan siklus II. Bab V merupakan pembahasan dari hasil penelitian yang sudah dilakukan. 30 Bab VI merupakan bab terakhir yang berisikan tentang kesimpulan dari semua isi atau hasil penelitian ini. Dalam bab ini, juga dikemukakan beberapa saran yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan.
31 BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pembelajaran 1. Pengertian Pembelajaran Pendidikan lebih menitik beratkan pada pembentukan dan pengembangan kepribadian, jadi mengandung pengertian yang lebih luas. Namun demikian pendidikan kepribadian saja tentu kurang lengkap, para siswa perlu juga memiliki keterampilan. 17
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlenggkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Manusia yang terlibat dalam sistem pengajaran terdiri dari siswa, guru, dan tenaga laiannya. Material meliputi buku-buku, papan tulis, dan lain sebagainya. Fasilitas dan perlengkapan, terdiri dari ruang kelas, perlengkapan audio visual, juga komputer. Prosedur, meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi, praktik, belajar, ujian dan sebagainya. Teori-teori pembelajaran: Mengajar adalah upaya menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik / siswa di sekolah. 18
Rumusan ini sesuai dengan pendapat dalam teori pendidikan yang mementingkan mata pelajaran yang harus dipelajari oleh peserta didik. Dalam rumusan ini terkandung konsep-konsep sebagai berikut; pembelajaran merupakan
17 Oemar Hamalik. Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara. 2007) hal: 55-57 18 Ibid 32 persiapan di masa depan, pembelajaran merupakan suatu proses penyampaian pengetahuan, guru dipandang sebagai orang yang sangat berkuasa, siswa selalu bersikap dan bertindak pasif serta kegiatan pembelajaran hanya berlangsung dalam kelas. Mengajar adalah mewariskan kebudayaan kepada generasi muda melalui lembaga pendidikan sekolah. Rumusan ini bersifat lebih umum bila dibandingkan dengan rumusan pertama, implikasi dari rumusan ini adalah; pembelajaran bertujuan membentuk manusia berbudaya, pembelajaran berarti suatu pewarisan, bahan pembelajaran bersumber dari kebudayaan, dan siswa sebagai generasi muda ahli waris kebudayaan. Pembelajaran adalah upaya mengorganisasi lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar bagi peserta didik. Rumusan ini dianggap lebih maju dibandingkan dengan rumusan terdahulu, sebab lebih menitikberatkan pada unsur peserta didik, lingkungan dan proses belajar. Implikasi dan pengertian tersebut ialah sebagai berikut ; pendidikan bertujuan mengembangkan atau mengubah tingkah laku peserta didik, kegiatan pembelajaran berupa pengorganisasian lingkungan, peserta didik sebagi suatu organisme yang hidup. Pembelajaran adalah suatu proses membantu siswa menghadapi kehidupan masyarakat sehari-hari. Pandangan ini didukung oleh para pakar yang berorientasi pada kehidupan masyarakat. Sekolah dan masyarakat adalah suatu integrasi, pendidikan adalah di 33 sini dan sekarang ini (G. E. Olson, 1945). 19 Implikasi dari pengertian ini adalah sebagai berikut ; tujuan pembelajaran adalah mempersiapkan sisiwa untuk hidup dalam masyarakatnya, kegiatan pembelajaran berlangsuang dalam hubungan sekolah dan masyarakat, siswa belajar secara aktif, guru juga bertugas sebagai komunikator. 2. Tujuan Pembelajaran Yang menjadi kunci dalam rangka menentukan tujuan pembelajaran adalah kebutuhan siswa, mata ajaran, dan guru itu sendiri. Bedasarkan kebutuhan siswa dapat ditetapkan apa yang hendak dicapai, dan dikembangkan dan diapresiasi. Tujuan pembelajaran seyogianya memenuhi kriteria sebagai berikut: 1. Tujuan itu menyediakan situasi atau kondisi untuk belajar 2. Tujuan mendefinisikan tingkah laku siswa dalam bentuk dapat diukur dan dapat diamati. 3. Tujuan menyatakan tingkat minimal prilaku yang dikehendaki. 20
Pembelajaran bedasarkan makna berarti proses, cara, perbuatan mempelajari. Pada pembelajaran guru mengajar diartikan sebagai upaya guru mengorganisir lingkungan terjadinya pembelajaran, yang mana guru menyediakan fasilitas belajar bagi peserta didiknya. Jadi subjek pembelajaran adalah peserta didik. Namun yang menjadi kunci dalam menentukan tujuan pembelajaran adalah kebutuhan siswa itu sendiri karena dalam pembelajaran para siswa bukan hanya menerima pelajaran berupa mata pelajaran saja tapi mewariskan beberapa ilmu pengetahuan lainnya.
19 Ibid, hlm; 58-64 20 Ibid,hlm76-77 34 B. Strategi Belajar-Mengajar 1. Pengertian Mengajar adalah penciptaan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar mengajar. Sistem lingkungan ini terdiri dari komponen- komponen yang saling mempengaruhi, yakni tujuan intruksional yang ingin dicapai, materi yang diajarkan, guru dan siswa yang harus memainkan peranan serta ada dalam hubungan sosial tertentu, jenis kegiatan yang dilakukan, serta sarana dan prasarana belajar yang tersedia. Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik. Interaksi yang berniali edukatif karena kegiatan belajar mengajar yang dilakukan, diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pengajaran berlangsung. Starategi belajar-mengajar adalah pola umum perbuatan guru-murid didalam perwujudan kegiatan belajar-mengajar. Pengertian strategi dalam hal ini menunjuk kepada karakteristik abstrak dari rentetan perbuatan guru-murid dalam peristiwa belajar-mengajar. Sedangkan rentetan perbuatan guru murid dalam suatu peristiwa belajar mengajar aktual tertentu, dinamakan prosedur intruksional. 21
Secara umum strategi memmpuanyai pengertian suatu garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan dengan belajar-mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola
21 Hasibun, Moedjiono. Proses Belajar Mengajar ( Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002 ) hlm: 3 35 umum kegiatan guru-anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan. 22
Ada empat strategi dasar dalam belajar mengajar yang meliputi hal-hal berikut: a) Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan. b) Memilih sistem pendekatan belajar mengajarkan bedasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat. c) Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh guru dalam menunaikan kegiatan mengajarnya. d) Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria serta standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar yang selanjutnya akan dijadikan umpan balik buat penyempurnaan sistem intruksional yang bersangkutan secara keseluruhan. 23
2. Klasifikasi Strategi Belajar-Mengajar Ada beberapa dasar yang dapat digunakan untuk mengklasifikasikan strategi belajar-mengajar, hal ini sesuai dengan CBSA yang mementingkan peranan aktif siswa di dalam proses belajar-mengajar, sehingga mengajar dikonsepsikan sebagai penyediaan kondisi untuk membelajarkan siswa. 24
22 Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar , (Jakarta: Rineka Citra, 1996), hlm: 5 23 Ibid, hlm; 5-6 24 Hasibun, Moedjiono. Proses Belajar Mengajar. Op.cit, hlm: 4-5 36 a) Pengaturan guru dan siswa Dari segi pengaturan guru dapat dibedakan pengajaran oleh seorang guru atau oleh suatu tim, selanjutnya dapat pula dibedakan apakah hubungan guru-murid terjadi secar tatap muka ataukah dengan perantara media baik cetak maupun visual. Sedangkan dari segi siswa dapat dibedakan pengajaran klasikal (kelompok besar), kelompok kecil (5-7 orang siswa) atau pengajaran seseorang. b) Struktur peristiwa belajar-mengajar Struktur peristiwa belajar-mengajar dapat bersifat tertutup, dalam arti segala sesuatu telah ditentukan secara relativ ketat; dan dapat juga bersifat terbuka, dalam arti tujuan khusus, materi serta prosedur yang akan ditempuh untuk mencapainya ditentukan sementara kegiatan belajar-mengajar berlangsung. c) Peran guru-murid di dalam mengola pesan Pelajaran yang menyampaikan pesan dalam keadaan telah siap (telah diolah secara tuntas oleh guru sebelum disampaikan) dinamika bersifat ekspositorik, sedangakan yang mengharuskan pengolahan oleh siswa dinamika. Ada dua sub strategi di dalam strategi heuristic yang akhir-akhir ini sering dikemukakan orang, yaitu penemuan (discoveri) dan inkuiri (inquiri) . d) Proses pengolahan pesan 37 Pristiwa belajar-mengajar yang bertolak dari yang umum untuk dilihat keberlakuannya atau akibatnya pada yang khusus dinamakan strategi belajar-mengajar yang bersifat deduktif, sedangkan strategi belajar- mengajar yang ditandai oleh proses berpikir yang bergerak dari khusus ke umum dinamakan strategi belajar-mengajar yang bersifat induktif. e) Tujuan belajar Robert M. Gagne mengelompokan kondisi-kondisi belajar (sistem lingkungan belajar) sesuai dengan tujuan-tujuan belajar yang ingin dicapai. Gagne mengemukakan delapan macam, yang kemudian disederhanakan menjadi lima macam kemampuan manusia yang merupakan hasi belajar sehingga, pada gilirannya, membutuhkan sekian macam kondisi belajar (atau sisitem lingkungan belajar) untuk pencapaiannya. Kelima macam kemampuan hasil belajar tersebut adalah: a. Keterampilan intelektual (yang merupakan hasil belajar terpenting dari sistem lingkungan skolastik). b. Strategi kognitif, mengatur cara belajar dan berpikir seseorang di dalam arti seluas-luasnya, termasuk kemampuan memecahkan masalah. c. Invormasi verbal, pengetahuan dalam arti informasi dan fakta, kemampuan ini umumnya dikenal dan tidak jarang. 38 d. Keterampilan motorik yang diperoleh di sekolah, antara lain keterampilan menulis, mengetik, menggunakan jangka, dan sebagainya. e. Sikap dan nilai, berhubungan dengan arah serta intensitas emosional yang dimiliki seseorang, sebagaimana dapat disimpulkan dari kecenderungannya bertingkah laku terhadap orang, barang, atau kejadian. 25
Menurut Tabrani Rusyan dkk, terdapat berbagai masalah sehubungan dengan strategi belajar mengajar yang secara keseluruhan di klasifikasikan sebagai berikut: 26
1. Konsep dasar strategi belajar mengajar Hal ini meliputi a). menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku, b). menentukan pilihan berkenan dengan pendekatan terhadap masalah belajar mengajar, c). memilih prosedur, metode dan teknik belajar mengajar, dan d). menerapkan norma dan kriteria keberhasilan kegiatan belajar mengajar. 2. Sasaran kegiatan belajar mengajar Sasaran itu harus diterjemahkan ke dalam ciri-ciri prilaku yang didambakan. Pada tingkat sasaran atau tujuan yang universal, manusia yang diidamkan tersebut harus memiliki kualifikasi ; a). pengembangan bakat secara optimal, b). hubungan antar manusia, c). efisiensi ekonomi, dan d). tanggung jawab selaku warga Negara.
25 Hasibun, Moedjiono. Proses Belajar Mengajar. (Bandung: Rosda karya, 1985) hlm 4-5 26 Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain,. Strategi Belajar Mengajar, op cit, hlm: 8-21 39 3. Belajar mengajar sebagai suatu sistem Belajar mengajar selaku suatu sistem intruksional mengacu pada pengertian sebagai perangkat komponen yang saling tergantung satu sama lain untuk mencapai tujuan. Selaku suatu sistem, belajar mengajar meliputi suatu komponen, antara lain: tujuan, bahan, siswa, guru, metode, situasi dan evaluasi. Agar tujuan itu tercapai, semua komponen yang ada harus diorganisasikan sehingga antar sesama komponen terjadi kerja sama. 4. Hakikat proses belajar mengajar Belajar mengajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya, tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap, jadi hakikat belajar adalah perubahan. 5. Entering behavior siswa Hasil belajar mengajar tercermin dalam perubahan perilaku, baik secara material-subtansial, strukturtural-fungsional, maupun secara behavior. Tingkat dan jenis karakteristik prilaku anak didik yang telah dimilikinya ketika mau mengikuti kegiatan belajar mengajar itulah yang dimaksud Entering Behavior Siswa. 6. Pola-pola belajar siswa 7. Memilih sistem belajar mengajar Strategi belajar merupakan kumpulan komponen yang harus dilaksanakan oleh guru dan murid saat proses belajar-mengajar, karena komponen yang ada 40 saling ketergantungan satu sama lain, secara garis besar komponen-komponen dalam strategi belajar diwujudkan dengan pola kegiatan yang dilakukan oleh guru dan murid saat di dalam kelas, sehingga pembelajaran yang sudah direncanakan tepat sasaran. C. Pembelajaran Kooperatif 1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif David Ausubel adalah seorang ahli psikologi pendidikan. Menurut Ausubel (1996) bahan pelajaran yang dipelajari harus bermakna. Pembelajaran bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep- konsep releven yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Struktur kognitif adalah fakta-fakta, konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan diingat siswa. Pembelajaran bermakna terjadi bila pelajar mencoba menghubungkan fenomena baru ke dalam struktur pengetahuan mereka. Artinya, bahan pelajaran itu harus cocok dengan kemampuan pelajar dan harus relevan dengan struktur kognitif yang dimiliki pelajar. 27
Pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) berasal dari kata cooperative yang artinya mengajarkan sesuatau secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim. Slavin (1995) mengemukaan pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang
27 Isjoni. cooperative learning. op, cit. hlm; 35 41 berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar. 28
Istilah cooperative learning dalam pengertian bahasa Indonesia dikenal dengan nama pembelajaran kooperatif. Menurut Johnson & johnson (1994) pembelajaran kooperatif adalah mengelompokkan siswa di dalam kelas ke dalam suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut. 29
Anita Lie (2000) menyebut istilah Cooperative Learning dengan istilah pembelajaran gotong royong, yaitu sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja sama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur. Lebih jauh dikatakan pembelajaran kooperatif hanya berjalan kalau sudah terbentuk suatu kelompok atau suatu tim yang didalamnya siswa bekerja secara terarah untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan dengan jumlah anggota kelompok, pada umumnya terdiri dari 4-6 orang saja. 30
Djahiri K (2004) menyebutkan pembelajaran kooperatif sebagai pembelajaran kelompok yang menuntut diterapkannya pendekatan belajar siswa sentris, humanistik, dan demokratis yang disesuaikan dengan kemampuan siswa dan lingkungan belajarnya. Dengan demikian, maka pembelajaran kooperatif mampu membelajarkan diri dan kehidupan siswa baik di kelas atau di sekolah. 31
28 ibid, hlm: 15 29 ibid, hal: 17 30 Ibid, hlm: 16 31 Ibid hlm: 16 42 Jadi pembelajaran kooperatif dapat dirumuskan sebagai kegiatan pembelajaran kelompok yanag terarah, terpadu, efektif-efisien, ke arah mencari atau mengkaji sesuatu melalui proses kerja sama dan saling membantu sehingga pencapaian proses dan hasil belajar yang produktif. 32
Dari uraian-uraian di atas dapat diketahui tentang pengertian pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok kecil atau tim yang di dalamnya terdiri dari 4-6 orang. Dalam proses pembelajarn kooperatif siswa dituntut untuk bekerja sama dan bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru, dengan memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan belajar. Dalam hubungannya dengan pembelajaran, teori yang ada mengacu pada kegiatan pembelajaran yang harus melibatkan partisipasi peserta didik. Sebagai realisasi maka dalam pembelajaran siswa haruslah bersifat aktif. Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang aktif dan partisipatif. 2. Unsur-unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif Roger dan David Johnson mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dinggap pembelajaran kooperatif. 33 Untuk mencapi hasil yang maksimal, harus menyusun lima komponen mendasar ke dalam aktivitas pengajaran: a) Interdependensi Positif (saling ketergantungan positif) Unsur ini merupakan inti dari pembelajaran kooperatif, yang mana siswa harus percaya bahwa mereka berenang bersama. Karena setiap kelompok
32 Ibid, hlm:19 33 Agus Suprijono. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem, op. cit. hal; 58 43 memiliki dua tanggung jawab, yaitu; tanggung jawab mempelajari bahan yang ditugaskan dan menjamin semua anggota kelompok secara individu mempelajari bahan yang ditugaskan tersebut. Maka siswa harus yakin bahwa mereka secara positif saling tergatung dengan anggota lainya dalam kelompok belajar mereka. b) Interaksi promotif langsung Adalah kemampuan untuk saling mempengaruhi penalaran dan kesimpulan orang lain, pemodelan sosial, saling membantu, mendukung, menolong dan saling menghargai upaya belajar masing-masing anggota kelompok. c) Akuntabilitas Individu (tanggung jawab individu) Tujuan pembelajaran kooperatif adalah: membentuk semua aggota kelompok menjadi pribadi yang kuat. Siswa belajar bersama sehingga mereka pada akhirnya bisa bekerja dengan lebih baik secara perseorangan. Untuk memastikan semua aggota kelompok memiliki pribadi yang kuat guru bisa melakukan berbagai cara, contohnya; memililih siswa secara acak untuk mewakili kelompok. d) Keterampilan Sosial Kontribusi terhadap keberhasilan pembelajaran kooperatif adalah saling mengenal dan percaya, mampu berkomunikasi, dan mengelola konflik secara konstruktif.
44 e) Pemrosesan Kelompok Pemrosesan kelompok terjadi saat para anggota kelompok mendiskusikan seberapa baik mereka mencapai tujuan dan menjaga hubungan kerja efektif. 34
Paparan mengenai unsur-unsur dari pembelajaran kooperatif merupakan komponen-komponen yang harus dilakukan oleh guru saat berlangsungnya proses belajar mengajar. Siswa dapat memahami bahan ajar jika komponen yang ada dilakukan dengan baik. Manfaat pembelajaran kooperatif ini pun bisa dirasakan di saat komponen-komponen ini dilaksanakan. Karena dalam unsur-unsur tersebut terdapat hal-hal yang menjadi inti dari pembelajaran kooperatif, yaitu pertangung jawaban individu, penghargaan kelompok dan kesempatan yang sama untuk berhasil. 3. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif Beberapa ciri dari pembelajaran kooperatif: a) Setiap anggota memiliki peran b) Terjadi hubungan interaksi langsung diantara siswa c) Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya d) Guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok e) Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukaan. 35
34 Shlomo Sharan. Handbook of Cooperative Learning, (Yogyakarta: Imperium. 2009). hal; 83-86 35 Isjon. Cooperative Learning. op, cit. hal; 20 45 Dari ciri-ciri prmbelajaran kooperatif dapat diambil garis besar bahwa pembelajaran kooperatif mengutamakan keaktifan dari semua pihak, baik siswa maupun guru, namun guru tidak sepenuhnya berinteraksi dengan siswa. Guru berinteraksi sepenuhnya saat siswa membutuhkannya. 4. Tujuan Pembelajaran Kooperatif Pada dasarnya pembelajaran kooperatif dikembangkan setidak-tidaknya untuk mencapai tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum oleh Ibrahim, et al. (2000) yaitu: a) Hasil belajar akademik Beberapa ahli berpendapat bahwa metode ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-kosep yang sulit. Model struktur penghargaan kooperatif dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. b) Penerimaan terhadap perbedaan individu Penerimaan secara luas dari orang-orang yang bebeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan dan ketidak mampuan. Dari hal ini siswa akan belajar untuk saling menghargai. c) Pengembangan keterampilan individu Tujuan penting dari pembelajaran kooperatif adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. 36
36 Ibid, hlm; 27 46 Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik pembelajaran kooperatif Sebagaimana dikemukakan oleh Slavin (1995), yaitu: a) Penghargaan kelompok Pembelajaran kooperatif menggunakan tujuan-tujuan kelompok untuk memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok diperoleh jika kelompok mencapai sekor diatas kriteria yang ditentukan. Keberhasilan kelompok didasarkan pada penampilan individu sebagai anggota kelompok dalam menciptakan hubungan antara personal yang saling mendukung, saling membantu dan saling peduli. b) Pertanggung jawaban individu Keberhasilan kelompok tergantung dari pembelajaran individu dari semua anggota kelompok. Pertanggung jawaban tersebut menitik beratkan pada aktivitas anggota kelompok yang saling membantu dalam menjadikan setiap anggota siap untuk menghadapi tes dan tugas-tugas lainya secara mandiri tanpa bantuan teman sekelompoknya. c) Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan Pembelajaran menggunakan metode sekoring yang mencakup nilai perkembangan bedasarkan peningkatan prestasi yang diperoleh siswa dari yang terdahulu. Dengan menggunakan metode sekoring ini setiap siswa baik yang berprestasi rendah, sedang, atau tinggi sama-sama memperoleh kesempatan untuk berhasil dan melakukan yang terbaik bagi kelompoknya. 37
37 Ibid, hlm: 22 47 5. Perbedaan Pembelajaran Kooperatif dan Pembelajaran Tradisional Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud. 38
Dalam pembelajaran tradisional juga dikenal belajar kelompok. Meskipun demikian, ada sejumlah perbedaan prinsipil antara kelompok belajar kooperatif dengan kelompok belajar tradisional. Abdurrahman dan Bintaro, (2000 dalam Nurhadi, 2003) mengemukakan beberapa perbedaan antara kelompok belajar kooperatif dengan kelompok belajar tradisional sebagai berikut: 2.1. Table Perbedaan Model Pembelajaran Kooperatif dengan Pembelajaran Tradisoanal Kelompok belajar kooperatif Kelompok belajar tradisioanl Adanya saling ketergantungan positif, saling membantu dan saling memberikan motivasi sehingga ada interaksi promotif. Guru sering membiarkan adanya siswa yang mendominasi kelompok atau menggantungkan diri pada kelompok. Adanya akuntabilitas individual yang mengukur penguasaan materi pelajaran tiap anggota kelompok, dan kelompok diberi umpan balik tentang hasil belajar para anaggotanya sehingga mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberi bantuan
Akuntabilitas individual sering diabaikan sehingga tugas-tugas sering diborong oleh salah seorang anggota kelompok, sedangkan anggota kelompok lainnya enak-enak saja diatas keberhasilan temannya yang dianggap pemborong.
38 Agus Suprijono. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem, op. cit. hlm; 54 48 Kelompok belajar heterogen, baik dalam kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, etnik dan sebagainya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang memberikan bantuan. Kelompok belajar biasanya homogen. Ketua kelompok dipilih secara demokratis atau mengalir untuk memberikan pengalaman memimpin bagi para anggota kelompok. Ketua kelompok sering ditentukan oleh guru atau kelompok dibiarkan untuk memilih ketuanya dengan cara masing- masing. Keterampilan sosial yang diperlukan dalam kerja gotong royong seperti kepemimpinan, kemmapuan berkomunikasi, mempercayai orang lain, dan mengelola konflik secara langsung. Keterampilan sosial sering tidak secara langsung. Pada saat belajar kooperatif sedang berlangsung , guru terus melakukan permantauan melalui obsevasi dan melakukan intervensi jika terjadi masalah dalam kerja sama antar anggota kelompok Pemantaun melalui observasi dan intervensi sering tidak dilakukan oleh guru pada saat belajar kelompok sedang berlangsung. Guru memperhatikan secara langsung proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar. Guru sering tidak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar. Penekanan tidak hanya pada penyelesaian tugas tetapi juga hubungan interpersonal (hubungan antar pribadi yang saling menghargai) Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas. (Diadobsi dari Kunandar) 6. Pentingnya Pembelajaran Kooperatif Bila dibandingkan dengan pembelajaran yang masih bersifat konvensional, pembelajaran kooperatif memiliki beberapa keunggulan. Menurut Jarolimek & Parker mengatakan keunggulan yang diperoleh dalam pembelajaran ini adalah:
49 1) Saling ketergantungan yang positif 2) Adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu 3) Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas 4) Suasana kelas yang rileks dan menyenangkan 5) Terjalinnya hubungan yang hangat dan bersahabat antar siswa dengan guru 6) Memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikan pengalaman emosi yang menyenangkan. Keunggulannya dilihat dari aspek siswa, adalah memberi peluang kepada siswa agar mengemukakan dan membahas suatu pandangan, pengalaman, yang diperoleh siswa belajar secara bekerja sama dalam merumuskan kearah satu pandangan kelompok. Vigotsky menyatakan bahwa perkembangan kognitif seseorang akan berkembang apabila ia berinteraksi dengan orang lain, dengan demikian belajar manusia juga akan berkembang ketika kognitif mereka berkembang . Al- Quran sangat mendorong permusyawarahan dan memuji kaum mukmin yang mengadakan musyawarah untuk memecahkan persoalan yang mereka hadapi dengan harapan sampai ditemukan kebenaran dan perwujudan keadilan. Firman Allah: _ ,!>.`. ,l `.! :l.l >`. _: '., !.. .. 1.`, __
50 Artinya : Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang kami berikan kepada mereka.(QS. As-Syura: 38) Dari kandungan ayat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa melalui dialog, diskusi dan permusyawaratan seseorang akan dapat mengarahkan pikiran untuk dapat menemukan kebenaran dan memilih solusi yang tepat atas segala permasalahan yang sedang dikaji. 39 Sama halnya belajar kooperatif, siswa diminta untuk berdiskusi agar menemukan ide dan membuat keputusan yang bijak dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru. 7. Peran Guru dalam Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Pada pembelajaran kooperatif guru harus menjadi insinyur bukan teknisi, dimana guru secara konseptual memahami pembelajaran kooperatif, sehingga biasa menerapkannya pada lingkungan pengajaran yang spesifik kepada siswa dan kurikulum, kemudian memperbaikinya ketika sistem ini gagal dijalankan. Sebuah pendekatan konseptual memerlukan guru yang harus terlibat dalam proses yang sama, dengan:
39 Baharudin, Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran.( Jogjakarta: Ar-ruzz. 2007) hlm: 37 51 a) Mempelajari konseptualisasi unsur mendasar dari pembelajaran kooperatif. b) Menerapkan model konseptual tersebut untuk situasi pengajaran, lingkungan, siswa, dan kebutuhan pengajaran mereka yang unik. Tiap-tiap guru harus mengadaptasi dan memperbaiki pembelajaran kooperaif agar cocok dengan situasi idiosinkratis-nya. 40
D. Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team-Achievement Divisions (STAD) Student team-achievement divisions merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para guru. 41 . Student team-achievement divisions salah satu rangkaian teknik pengajaran yang dikembangkan dan diteliti di Universitas Jhon Hopkins yang secara umum dikenal sebagai kelompok belajar siswa. Metode ini sangat mudah diadaptasi dan telah digunakan dalam matematika, sains, ilmu pengetahuan sosial, bahasa inggris, dan teknik. 42
Dengan diterapkannya pembelajaran koopertaif tipe student team achievement ini peneliti berharap keaktifan dan prestasi belajar siswa dapat meningkat karena gagasan utama STAD adalah memicu siswa agar saling mendorong dan membantu satu sama lain. 43
Student team-achievement divisions (STAD) terdiri dari lima komponen utama yaitu presentasi kelas, tim, kuis, sekor kemajuan individual, rekognisi tim.
40 Shlomo Sharan. Handbook of Cooperative Learning. Op. cit. hlm: 92-93 41 Robet e. Slavin. Cooperative Learning, Teori Riset dan Praktek.op cit, hlm: 143 42 Shlomo Sharan, Handbook of Cooperative Learning. op. cit. hlm: 3-5 43 Sholomo Sharan, Op. cit. hlm: 5 52 Presentasi Kelas Materi pada tipe Student team-achievement divisions pada awalnya diperkenalkan dalam presentasi kelas. Bedanya presentasi kelas dengan pengajaran biasa hanyalah bahwa presentasi tersebut haruslah benar-benar terfokus pada unit Student team-achievement divisions. Dengan cara ini para siswa akan menyadari bahwa mereka harus benar-benar memperhatian penuh selama presentasi kelas, karena dengan demikian akan sangat membantu siswa dalam mengerjakan kuis-kuis, dan skor kuis mereka menentukan sekor tim mereka. 44
Tim Pada tahap ini setiap siswa diberi lembar tugas sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok siswa saling berbagi tugas, saling membantu memberikan penyelesaian agar semua anggota kelompok dapat memahami materi yang dibahas, dan satu lembar dikumpul sebagai hasil kerja kelompok. 45
Kuis Setelah sekitar satu atau dua periode guru melakukan presentasi dan sekitar satu atau dua periode parktek tim, para siswa akan mengerjakan kuis individual. Para siswa tidak boleh saling membantu dalam mengerjakan kuis. Sehingga tiap siswa bertanggung jawab secara individual untuk memahami materinya. Skor perolehan individu didata
44 Robet e. Slavin,. Cooperative Learning, Teori Riset dan Praktek. op. cit. hlm; 144 45 Isjoni . Cooperative Learning. op, cit. hlm: 52 53 dan diarsipkan, yang akan digunakan pada perhitungan perolehan skor kelompok. 46
Sekor Kemajuan Individu Gagasan dibalik skor kemajuan individual adalah untuk memberikan kepada tiap siswa tujuan kinerja yang akan didapat apabila mereka bekerja dengan giat dan memberikan kinerja yang lebih baik daripada sebelumnya. Rekognisi Tim (penghargaan kelompok) Perhitungan skor kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan masing- masing perkembangan skor individu dan hasilnya dibagi sesuai jumlah anggota kelompok. Pemberian penghargaan diberikan bedasarkan perolehan sekor rata-rata yang dikategorikan menjadi kelompok baik, kelompok hebat dan kelompok super. 47
Persiapan dalam pembelajaran kooperatif tipe student team achievement divisioans ialah: a. Materi Guru menyiapakan materi yang akan disampaikan ke pada siswa 48
b. Membagi siswa ke dalam tim Sebuah tim terdiri dari berbagi latar belakang siswa. Dari yang berprestasi, sedang atau pun kurang berprestasi. Jika memungkinkan jumlah tim adalah empat orang. 49
c. Menentukan skor awal
46 Robet e. Slavin. Cooperative Learning, teori riset dan praktek. op. cit. hlm: 9 47 Isjoni. Cooperative Learning. op, cit. hlm: 53 48 Robet E. Slavin. Cooperative Learning, Teori Riset Dan Praktek. op. cit. hlm; 147 49 Ibid , hlm 149 54 Skor awal mewakili skor rata-rata siswa pada kuis sebelumnya. 50
d. Membangun tim Setiap tim diberi waktu saling mengenal satu sama lain. 51
Langkah-langkah : a. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku dan lain-lain) b. Guru menyajikan pelajaran dalam bentuk presentasi di depan kelas. Dan membuat siswa menemukan konsep-konsep terhadap materi pelajaran yang sedang diajarkan. c. Guru memberi tugas kepada keompok untuk dikerjakan oleh anggota kelompok. Anggota yang yang sudah mengerti dapat menjelaskan pada anggota lain. Sebelumnya dibuat aturan tim sebagai berikut: 52
Para siswa punya tanggung jawab untuk memastikan bahwa teman satu tim mereka telah mempelajari materinya Tak ada yang boleh berhenti belajar sampai semua teman satu tim menguasai pelajaran tersebut Mintalah bantuan dari semua teman satu tim untuk membantu temannya sebelum bertanya kepada guru
50 Ibid, hlm 151 51 Ibid, hlm 151 52 Ibid, hlm 156 55 d. Guru memberi kuis pada seluruh siswa, pada saat menjawab dilarang saling membantu. e. kesimpulan 53
Evaluasi Hasil Pembelajaran Seperti langkah-langkah sebelumnya, tim-tim pada student team achievement divisions (STAD) mewakili seluruh bagian dalam kelas. Maka dalam mengevaluasi hasil pembelajaran ada penilaian tim dan penilain individual. Menghitung skor kemajuan individual dan skor tim dan memberikan sertifikat atau bentuk penghargaan lainnya, sesegera mungkin setelah melakukan kuis, hitunglah skor kemajuan individual dan skor tim, dan berikanlah sertifikat atau bentuk penghargaan lainnya kepada tim dengan skor tertinggi. Jika memungkinkan umumkanlah skor tim pada setiap periode setelah mengerjakan kuis. Ini akan membuat jelas hubungan antara melakukan tugas dengan baik dan menerima rekognisi, pada akhirnya akan meningkatkan motivasi mereka untuk melakukan yang terbaik. Merekognisi prestasi tim, ada tiga cara macam tingkatan penghargaan yang diberikan di sini. Ketiganya didasarkan pada rata-rata skor tim, sebagai berikut: 54
Kriteria rata-rata tim Penghargaan 15 TIM BAIK 16 TIM SANGAT BAIK 17 TIM SUPER
53 Agus Suprijono, 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem, op. cit. hlm;133 54 Robet e. Slavin,. Cooperative Learning, Teori Riset Dan Praktek. op. cit. hlm: 159-161 56 Lembar Rangkuman Tim 55
2.2. Tabel Lembar Rangkuman Tim Nama tim : Anggota tim Total
Total skor tim Rata-rata tim Penghargaan tim Rata-rata = total skor tim + jumlah anggota tim KRITERIA POIN KEMAJUAN Jika skor kuis adalah. Seorang siswa akan mendapatkan.. Sebuah lembar yang sempurna 30 poin kemajuan tanpa melihat skor dasar Lebih dari sepuluh poin di atas 30 poin kemajuan skor dasar Skor dasar sampai sepuluh poin 20 poin kemajuan di atas skor dasar Sepuluh sampai satu poin 10 poin kemajuan di bawah skor dasar Lebih dari sepuluh poin 5 poin kemajuan di bawah skor dasar Paparan di atas menunjukan bagaiman langkah-langkah pembelajaran koopertaif tipe Student Team-Achievement Division, siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok agar terjadi ketergantungan positif antar siswa pada kelompok
55 Ibid, hlm 333 57 tersebut, sehingga tercipta kerjasama tim untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Pemahaman yang dicapai siswapun merata yang kemudian dibuktikan dengan kuis bagi tiap individu, dari kuis inilah guru dapat melihat bagaimana hasil belajar siswa secara personal. E. Aktifitas Belajar 1. Pengertian Aktifitas Belajar Pendidikan tradisional dengan Sekolah Dengar-nya tidak mengenal bahakan sama sekali tidak menggunakan asas aktifitas dalam proses belajar- mengajar. Para sisiwa hanya mendengarkan hal-hal yang dipompakan oleh guru. Kegiatan mandiri dianggap tidak ada maknanya, karena guru adalah orang yang serba tahu dan menentukan segala hal yang dianggap penting bagi siswa. Di sisi lain sisiwa hanya bertugas menerima dan menelan, mereka pasif atau tidak aktif. 56
Aktifitas adalah keaktifan; kegiatan; kesibukan. Aktifitas belajar adalah segala bentuk atau kegiatan untuk melakukan proses pembelajaran. 57
Dalam kemajuan metodologi dewasa ini asas aktifitas lebih ditonjolkan melalui suatu program unit activity, sehingga kegiatan belajar siswa menjadi dasar untuk mencapai tujuan dan hasil belajar yang lebih memadai. 2. Jenis-jenis Aktifitas Karena aktifitas belajar itu banyak sekali macamnya maka para ahli mengadakan klasifikasi atas macam-macam aktifitas tersebut. Beberapa diantaranya: Paul D. Dierich membagi kegitan belajar dalam 8 kelompok : 58
56 Oemar Hamalik. Proses Belajar Mengajar , (Jakarta: Bumi Aksara, 2001). hlm: 170 57 Tim Penyusun . Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989 : 17 58 a) Kegiatan-kegiatan visual Membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, mengamati orang lain bekaerja dan lain sebagainya. b) Kegiatan-kegiatan lisan Mengemukakan fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi dan lain sebagainya. c) Kegiatan-kegiatan mendengarkan Mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok. d) Kegiatan-kegiatan menulis Menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, membuat rangkuman, mengerjakan tes. e) Kegiatan-kegiatan menggambar Menggambar, membuat grafik, diagram peta dan pola. f) Kegiatan-kegiatan metrik Melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan. g) Kegiatan-kegiatan mental Merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, dan membuat keputusan. h) Kegiatan-kegiatan emosional
58 Oemar Hamalik. Proses Belajar Mengajar. Op cit, hlm: 172-173 59 Minat, membedakan, berani, tenang dan lain-lain. 3. Nilai Aktifitas dalam Pengajaran Penggunaan asas aktivitas besar nialinya bagi pengajaran para siswa oleh karena: a) Para sisiwa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri. b) Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara integral. c) Memupuk kerjasama yang harmonis dikalangan siswa d) Para siswa bekerja menurut minat dan kemampuan sendiri e) Memupuk disiplin kelas secara wajar dan suasana belajar menjadi demokratis f) Pengajaran di sekolah menjadi hidup sebagaimana aktivitas dalam kehidupan di masyarakat. 4. Penggunaan Aktifitas dalam Pengajaran Asas aktifitas digunakan dalam semua jenis metode mengajar, baik metode dalam kelas maupun metode mengajar di luar kelas. Hanya saja penggunaanya dilaksanakan dalam bentuk yang berlain-lainan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai dan disesuaikan pula pada orientasi sekolah yang menggunakan jenis kegiatan itu. a) Sekolah tradisional menggunakan asas dalam bentuk mendengarkan, menulis, dan oral dalam hal-hal yang terbatas. 60 b) Sekolah Maria Montesseori, menggunakan asas ini dalam kegiatan bermain dan mengenal benda-benda. c) Killpatrick, menggunakan asas ini dalam berproyek. Menurut pendapatnya proyek terdiri dari 4 macam yakni: Tipe kesatu: Construction on creative project, bertujuan mengembangkan ide-ide atau merealisasikan suatu ide dalam suatu bentuk tertentu. Tipe kedua: the appretiation on enjoyment project, bertujuan menikmati pengalamn-pengalaman. Tipe ketiga: the problem project, bertujuan memecahkan suatu kesulitan intelektual. Tipe keempat: the drill or efeciafic project, bertujuan memperoleh pengalaman dan keterampilan tertentu. d) J. Dewey, terkenal dengan sekolah kerja, menggunakan asas aktifitas dalam proyek kerja dan metode problem solving, dengan langkah- langkah sebagi berikut: Menyadari dan merumuskan masalah Menentukan hipotesis Mengumpulkan data-data Menegetes hipotesis dengan data Menarik kesimpulan Melaksanakan keputusan 61 e) Sekolah-sekolah yang telah maju banyak menggunakan asas ini dalam metode tugas pekerjaan rumah, kerja kelompok, demonstrasi, eksperimen, sosiodrama dan lain sebagainya. f) Dr. keller, terkenal dengan Comperehensive high school, di mana kegiatan belajar untuk memperoleh keterampilan diutamakan disamping pendidikan umum. g) Konsep sekolah pembangunan di Indonesia juga menekankan adanya aktifitas kerja sebagai persiapan kader-kader pembangunan. 59
Manusia diciptakan oleh Allah dalam keadaan tidak berpengetahuan, namun Allah telah membekali manusia dengan sarana-sarana baik fisik maupun psikis agar manusia dapat menggunakannya untuk belajar dan mengembangkan ilmu dan teknnologi.
Firman Allah: < >>> _. L, >... _.l-. !:,: _-> `>l _..l .., :.: >l-l _`>:. __ Artinya: Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.(QS. An-Nahl: 78)
59 Oemar Hamalik. Proses Belajar Mengajar. Op cit, hlm: 175-176 62 Dari ayat di atas dapat dikatakana bahwa dalam proses belajar mengajar atau mencari ilmu manusia telah diberi sarana berupa indra eksternal, yaitu mata, telinga, serta psikis berupa daya nalar atau intelektual. Bagi seorang siswa yang sedang melaksanakan pembelajaran hendaknya dapat lebih aktif atau mengaktifkan diri karena dengan adanya karunia yang di berikan Allah berupa indra-indra tersebut sangat membantu siswa untuk lebih mudah memahami apa yang mereka pelajari. 60
Dapat disimpulkan bahwa aktifitas belajar memiliki artian segala jenis kesibukan yang dilakukan pada proses pembelajaran, ada berbagai aktifitas kegiatan yang dilaukan dalam proses pembelajaran,seperti menulis, membaca, mengemukakan pendapat, bertanya dan diskusi kelompok. Tujuan dalam aktifitas pemebelajaran adalah untuk mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa dan pengajaran di sekolah menjadi hidup sebagaimana aktifitas dalam kehidupan di masyarakat. 5. Indikator Keaktifan Siswa Indikator keaktifan siswa dapat dilihat dari tingkah-laku mana yang muncul dalam suatu proses belajar mengajar, yaitu: a) Dari sudut siswa, dapat dilihat dari: - Keinginan, keberanian menampilkan minat, kebutuhan dan permasalahannya. - Keinginan, keberanian serta kesempatan untuk berpartisipasi dalam kegiatan persiapan, proses, dan kelanjutan belajar.
60 Baharudin, Esa Nur Wahyuni. Teori Belajar dan Pembelajaran. (Jogjakarta: Ar-ruzz, 2007). hlm: 38 63 - Penampilan berbagai usaha/kekreatifan belajar dalam menjalani dan menyelesaikan kegiatan belajar mengajar sampai mencapai keberhasilannya. - Kebebasan atau keluasan melakukan hal tersebut diatas tanpa tekanan guru/pihak lainnya (kemandiriannya belajar). b) Dari sudut guru, nampak adanya: - Usaha mendorong, membina gairah belajar dan partisipasi siswa secara aktif. - Peranan guru tidak mendominasi kegiatan proses belajar mengajar. - Memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar menurut cara dan keadaan masing-masing. - Menggunakan berbagai jenis metode mengajar serta pendekatan multi media. c) Dilihat dari segi program, hendaknya: - Tujuan intraksional serta konsep maupun isi pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan, minat, serta kemampuan subyek didik. - Program cukup jelas dapat dimengerti siswa dan menantang siswa untuk melakukan kegiatan belajar. - Bahan pelajaran mengandung fakta/ informasi, konsep, prinsip dan keterampilan.
64 d) Dilihat dari situasi belajar, nampak adanya: - Iklim hubungan intim dan erat antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, guru dengan guru, serta dengan unsur pimpinan di sekolah. - Gairah serta kegembiraan belajar siswa sehingga siswa memiliki motivasi yang kuat serta keleluasaan mengembangkan cara belajar masing-masing. e) Dilihat dari sarana belajar, nampak adanya: - Sumber-sumber belajar bagi siswa. - Flexsibilitas waktu untuk melakukan kegiatan belajar. - Dukungan dari berbagai jenis media pengajaran. - Kegiatan belajar siswa tidak terbatas didalam kelas tapi juga diluar kelas. 61
Dengan adanya tanda-tanda diatas, maka akan lebih mudah bagi guru dalam merencanakan dan melaksanakan pengajaran. 6. Pengertian Aktif Belajar Cara belajar siswa aktif (CBSA) merupakan istilah yang bermakana sama dengan Student Active Learning (SAL), sebagai konsep CBSA adalah suatu proses kegiatan belajar mengajar yang subjek didiknya terlibat secara intelektual dan emosional, sehingga subjek didik betul-betul berperan dan berpartisipasi aktif
61 Abu Ahmadi & Widodo Supriyono. Psikologi Belajar. (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1991). hlm: 196 65 dalam melakukan kegiatan belajar. CBSA menempatkan siswa sebagai inti dalam kegiatan belajar-mengajar, siswa dipandang sebagai objek dan sebagai subjek. 62
Aktif, pembelajaran harus menumbuhkan suasana sedemikian rupa, sehingga peserta didik aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Belajar memang merupakan proses aktif dari si pembelajar dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Pembelajaran aktif adalah proses belajar menumbuhkan dinamika belajar bagi peserta didik. Dinamika untuk mengartikulasikan dunia idenya dan dengan realitas yang dihadapinya. 63
Bertitik tolak dari uraian di atas, maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan CBSA adalah salah satu cara strategi belajar- mengajar yang menuntut keaktifan dan partisipasi subjek didik seoptimal mungkin sehingga siswa mampu mengubah tigkah lakunya secara lebih efektif dan efisien. Ada beberapa indikator siswa belajar aktif dapat dilihat dari tingkah laku mana yang muncul dalam suatu proses belajar mengajar, berdasarkan apa yang dirancang oleh guru. Pendidikan adalah usaha sadar memanusiakan manusia, atau membudayakan manusia. Pendidikan adalah proses sosialisasi menuju kedewasaan intelektual, sosial, moral, sesuai dengan kemampuan dan martabatnya sebagai manusia, atas dasar itu maka hakikat pendidikan adalah: Interaksi mansiawi Membina dan mengembangkan potensi manusia
62 Sujana, nana. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar , (Bandung: Sinar Baru. 1988) hal: 32-35 63 Agus Suprijono. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Op. cit hal: x 66 Berlangsusng sepanjang hayat Sesuai dengan kemampuan dan tingkat perkembangan individu Ada dalam keseimbangan antara kebebasan subjek didik dengan kewibawaan guru Meningkatkan kualitas hidup manusia 64
Ulasan di atas menjelaskan bahwa aktif belajar sama artinya dengan Student Active Learning yang mana pembelajaran ditujukan untuk mengaktifkan siswa karena untuk berani menampilkan minat serta kesempatan berpartisipasi dalam proses belajar-mengajar, sehingga peserta didik tidak dinilai pasif. F. Belajar Dan Prestasi Belajar 1. Pengerian Belajar dan Prestasi Belajar Belajar adalah suatu aktifitas yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari. 65 Menurut kamus bahasa Indonesia belajar adalah berusaha (dan sebagainya) supaya mendapatkan suatu kepandaian. 66 Belajar adalah suatu aktifitas yang sadar akan tujuan. Tujuan dalam belajar adalah terjadinya perubahan dalam diri individu. Perubahan dalam arti menuju keperkembangan pribadi individu seutuhnya. Sadirman A.M mengemukakan suatu rumusan bahwa belajar sebagai rangkaian kegiatan jiwa-raga psikofisisk menuju keperkembangan pribadi
64 Sujana, nana. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar , (Bandung: Sinar Baru. 1988) hal: 32-35 65 ibid 66 Wjs. Poerwadarminta. Kamus Umum Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka, 1982) 67 manusia seutuhnya, yang menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, efektif dan psikomotorik. 67
Morgan dan kawan-kawan menyatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan atau pengalaman. pernyataan morgan dan kawan-kawan ini senada dengan apa yang dikemukakan para ahli yang menyatakan bahwa belajar adalah proses yang dapat menyebabkan perubahan tingkah laku disebabkan adanya reaksi terhadap suatu situasi tertentu atau adanya proses internal yang terjadi dalam diri seseorang. Perubahan ini tidak terjadi karena adanya warisan genetic atau respons secara alamiah, kedewasaan atau keadaan rganisme yang bersifat temporer, seperti kelelahan, pengaruh obat- obatan, rasa takut dan sebagainya. Melainkan perubahan dalam pemahaman, prilaku, persepsi, motivasi, atau gabungan dari semuanya. 68
Dari bebrabagi definisi di atas dapat ditemukan kesamaan-kesamaan pengertian yang dikemukakan oleh para ahli dan psikologi maupun ahli pendidikan. Ahli psikologi memandang belajar sebagai perubahan yang dapat dilihat dan tidak peduli apakah hasil belajar tersebut menghambat atau tidak menghambat proses adaptasi seseorang terhadap kebutuhan-kebutuhan dengan masyarakat dan lingkungannya. Sedangkan para ahli pendidikan memandang bahwa belajar adalah proses perubahan manusia kearah tujuan yang lebih baik dan bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain.
67 Syaiful bahri djamarah. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. op. cit. hlm: 23 68 Baharudin, Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran. Op cit, hlm: 14 68 Ciri-ciri Belajar Dari beberapa definisi para ahli di atas, dapat disimpulkan adanya beberapa ciri belajar, yaitu: 69
1) Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku (change behavior). Ini berarti bahwa hasil dari belajar hanya dapat diamati dari tingkah laku, yaitu adanya perubahan tingkah laku, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak trampil menjadi trampil. 2) Perubahan perilaku, ini berarti, bahwa perubahan tingkah laku yang terjadi karena belajar untuk waktu tertentu tidak berubah-ubah. 3) Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diamati pada saat proses belajar sedang berlangsung. 4) Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau pengalaman. 5) Pengalaman atau latihan dapat memberi penguatan. Sesuatu yang memperkuat itu akan memberikan semangat atau dorongan untuk mengubah tingkah laku. Prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata, yakni prestasi dan belajar. Antara kata prestasi dan belajar mempunyai arti yang berbeda. Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individu maupun kelompok. Prestasi tidak akan pernah dihasilkan selama seseorang tidak melakukan kegiatan. 70
Prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan dan sebagainya). Penugasan pengetahuan atau keterampilan yang
69 Ibid . hal: 15 70 Syaiful Bahri Djamarah. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, (Surabaya: Usaha Nasional, 1991). hlm : 19-21 69 dikembangkan oleh mata pelajaran. Lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan guru. 71
WJS. Poerwadarminta berpendapat, bahwa prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan dan sebagainya). Sedangkan menurut Khasan Abdul Qohar, prestasi adalah apa yang telah diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja. 72
Nasrun Harahap dan kawan-kawan memberikan batasan, bahwa prestasi adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan murid yang berkenan dengan penugasan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka serta nilai-nilai yang terdapat pada kurikulum. 73
Prestasi belajar seperti itu diukur melalui tes. Tes semacam itu bukan hanya untuk mengukur kemampuan individual melainkan juga untuk mengevaluasi keefektifan suatu program pembelajaran. Tes biasa dilakukan setelah peserta didik mengikuti suatu program pembelajaran. Oleh karena itu, skor yang diperoleh dari tes seperti itu cenderung sebagai akibat dilakukannya proses pembelajaran bukan karena pengaruh tingkat intelegensi. Dari skor tersebut dapat diperoleh informasi tentang pengetahuan dan keterampilan yang telah diperoleh siswa. Dengan demikian, prestasi belajar memiliki fungsi untuk memperlihatkan sejauh mana peserta didik mampu menampilkan keterampilan tertentu atau dengan kata lain memiliki fungsi untuk mengukur capaian kompetensi tertentu. Prestasi belajar juga dapat berfungsi untuk memberikan rangsangan belajar, di
71 Dep Pendidikan dan Kebudayaan . Kamus Besar Bahasa Indonesia.: Balai Pustaka. hlm: 700 72 Syaiful Bahri Djamarah. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, op cit, hlm : 19-21 73 ibid 70 samping fungsi yang lain lagi yakni untuk dijadikan petunjuk seberapa jauh telah terjadi peningkatan kualitas pendidikan pada umumnya. Terdapat hubungan yang erat antara tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan evaluasi. Kegiatan pembelajaran harus mengacu pada tujuan pembelajaran yang ditetapkan, sedangkan evaluasi harus mengacu pada tujuan pembelajaran dan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. Hubungan ketiganya dapat diperlihatkan dalam gambar 2.3. Dari gambar 2.3 tampak hubungan erat antara kegiatan pembelajaran, tujuan, dan evaluasi. Kegiatan pembelajaran yang dirancang dalam bentuk rencana mengajar disusun oleh guru dengan mengacu pada tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan namun sebaliknya dengan ada tujuan pembelajaran yang telah terumuskan akan memberikan arah dari kegiatan pembelajaran. Evaluasi merupakan kegiatan pengumpulan data untuk mengukur sejauh mana tujuan pembelajaran telah tercapai. Dilihat dari segi proses langkah penyusunan alat evaluasi sudah barang tentu harus mengacu pada tujuan yang telah dirumuskan. Selain mengacu pada tujuan, evaluasi juga harus mengacu atau disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Sebaliknya, kegiatan pembelajaran juga harus mempunyai arah untuk keberhasilan evaluasi yang nanti akan dilakukan. 74
74 Suharsimi Arikunto. Dasar-dasar evaluasi pendidikan (edisi revisi), (Jakrta: Bumi Aksara, 2002) hlm: 24
71
2.3. Gambar Hubungan Tujuan, Kegiatan Pembelajaran, dan Evaluasi (Sumber: Suharsimi Arikunto.1999.Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, p. 24). Kurikulum 2004 menuntut penilaian secara berkelanjutan, karena hasil penilaian hasil belajar siswa harus dapat menunjukkan tingkat pencapaian standar kompetensi yang ditetapkan secara nasional. Penilaian pencapaian kompetensi siswa harus dilakukan secara komprehensif selama proses pembelajaran berlangsung antara lain melalui ujian/ulangan harian, mingguan, bulanan atau akhir semester. Hasil pencapaian kompetensi siswa perlu dianalisis secara berkesinambungan, yang hasilnya digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan program tindak lanjut berupa program pembelajaran remidial atau program pengayaan. 2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Prestasi belajar siswa banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Prestasi belajar yang dicapai siswa pada hakikatnya dipengaruhi oleh berbagai faktor tersebut. Adapun faktor-faktor yang dimaksud meliputi hal-hal sebagai berikut:
Evaluasi pembelajaran Kegiatan tujuan 72
a) Faktor internal Adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu, meliputi: Faktor jasmaniah (fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Yang termasuk faktor ini ialah pancaindera yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya, seperti mengalami sakit, cacat tubuh atau perkembangan yang tidak sempurna. Faktor psikologis, baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh, terdiri atas: 1) faktor interaktif yang mempengaruhi faktor potensial, yaitu kecerdasan dan bakat serta faktor kecakapan nyata, yaitu prestasi yang dimiliki. 2) faktor noninteraktif yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat kebutuhan, motivasi, emosi, dan penyesuaian diri. Faktor kematangan fisik maupun psikis b) Faktor eksternal (berasal dari luar diri) Faktor sosial, yang terdiri atas: 1) Lingkungan keluarga, lingkungan ini sangat mempengaruhi kegiatan belajar. Hubungan antara anggota keluarga, orang tua, anak, kakak, adik yang harmonis akan membantu siswa melakukan aktifitas belajar dengan baik. 2) Lingkungan sekolah, seperti guru, administrasi, teman-teman sekelas dapat mempengaruhi proses belajar seorang siswa. Hubungan yang harmonis antara ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baik di sekolah. 73
3) Lingkungan masyarakat, kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan mempengaruhi belajar siswa. Faktor budaya, seperti adat istiadat, ilmu pemgetahuan, teknologi dan kesenian. Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah dan fasilitas belajar. Faktor lingkungan spiritual atau keagamaan. 75
Setelah menelusuri uraian di atas, maka dapat difahami mengenai makna kata prestasi dan belajar. Prestasi pada dasarnya adalah hasil yang diperoleh dari suatu aktifitas. Sedangkan belajar adalah aktifitas atau kegiatan dan penguasaan tentang sesuatu. Dengan demikian dapat diambil pengertian yang cukup sederhana mengenai hal ini. Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai aktivitas dalam belajar atau dapat diartika bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati yang diperoleh dari keuletan kerja. G. Pembelajaran Sejarah 1. Pengertian Ilmu Sejarah Istilah history (sejarah) diambil dari kata historia dalam bahasa Yunani yang berarti informasi atau penenlitian yang ditunjukan untuk memperoleh kebenaran. Sejarah pada masa itu hanya berisi tentang manusiakisahnya kisah tentang usaha-usahanya dalam memenuhi kebutuhannya untuk menciptakan
75 User usman, Lilis setiawati, 1993. Upaya optimalisasi kegiatan belajar mengajar, Bandung: Rosda Karya. Hal: 9-10 74
kehidupan yang tertib dan teratur, kecintaanya pada kemerdekaan, serta khusunya akan keindahan dan pengetahuan. 76
Sejarah (setudi tentang manusia beserta perkembangannya melewati abad- abad keberhasilan). Pada abad ke-18, para filusuf mulai memandang sejarah sebagai ilmu tentang manusia dalam masyarakat. Sejarah menjadi bidang yang mengkaji masyarakat secara keseluruhan dalam semua aspeknya. Perubahan dan perkembangan masyarakat menjadi subjek kajian para sejarawan. Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 ketika peranan ilmu pengetahuan semakin penting, sejarah mulai dianggap sebagai ilmu yang sesungguhnya tentang masyarakat dan dengan demikian menjadi ilmu tentang ilmu pengetahuan. Orang-orang yang meyakini bahwa sejarah merupakan ilmu mengajukan pandangan-pandangan sebagai berikut: a. Sasaran sejarah adalah menemukan dan mengumpulkan fakta-fakta dari masa lampau dan menginterpretasikannya secara objektif. Seperti halnya ilmu-ilmu alam, sejarah menggunakan berbagai metode penelitian seperti observasi, klasifikasi, formulasi hipotesis, dan analisis bukti-bukti sebelum menginterpretasi dan merekonstruksi masa lampau. b. Sejarah berusaha menjelaskan kebenaran, keadaan yang sebenarnya dan kebenaran semata. Untuk menemukan kebenaran, sejarah menggunakan metode penelitian. Diatas semuanya itu sejarah
76 S.K. Kochhar. Pembelajaran Sejarah Teaching of History. op. cit, hlm: 1-10 75
berusaha mengungkapkan kebenaran dengan menggunakan pendekatan ilmiah, jadi sejarah adalah ilmu. Sejarah adalah ilmu sosial dan membahas kenyataan; sejarah mengkaji pengalaman manusia yang tidak dapat diringkas menjadi rumus apapun. Sejarah berhadapan dengan fakta-fakta yang tidak terorganisasi dan bahkan dirinya tidak dapat diambil suatu kesimpulan. 77
Adapun paparan diatas menjelaskan tentang pengertian ilmu sejarah yang mana ilmu sejarah adalah ilmu sosial yang membahas tentang kenyataan, menemukan, dan mengumpulkan fakta-fakta dari masa lampau dengan menggunakan berbagai metode penelitian, karena fakta-fakta yang ada tidak terorganisasi sehingga untuk menemukan suatu kebenaran membutuhkan pendekatan ilmiah berupa penelitian, observasi, analisis dan laian sebagainya. 2. Sasaran Pembelajaran Sejarah di Sekolah Menengah Atas Tidak ada mata pelajaran yang dimasukan ke dalam kurikulum sekolah dengan tujuan sekedar mata pelajaranitu ada, semua mata pelajaran selalu didahului dengan sejumlah sasaran dan tujuan tertentu. Sasaran pengajaran sejarah harus mengacu pada tujuan pendidikan yang lebih luas. Tujuan yang harus dimiliki seorang guru di lapangan untuk mengajar haruslah tepat dan jelas. 78
77 ibid, hlm : 13-14 78 S.k. kochhar, Pembelajaran Sejarah Teaching of History. op. cit, hal: 27 76
Sasaran utama pembelajaran sejarah adalah sebagai berikut: a. Meningkatkan pemahaman terhadap proses pertumbuhan dan perkembangan yang dilalui umat manusia hingga mampu mencapai tahap perkembangan yang sekarang ini. b. Meningkatkan pemahaman terhadap akar peradaban manusia dan penghargaan terhadap kesatuan dan dasar manusia. c. Menghargai berbagai sumbangan yang diberikan oleh semua kebudayaan pada peradaban manusia secara keseluruhan. d. Memperkokoh pemahaman bahwa interaksi saling menguntungkan antar- berbagai kebudayaan merupakan faktor yang penting dalam kemajuan kehidupan manusia. e. Memberikan kemudahan kepada sisiwa yang berminat mempelajari sejarah suatu Negara dalam kaitannya dengan sejarah umat manusia keseluruhan. 3. Tujuan Intruksional Pembelajaran Sejarah di Sekolah Menengah Atas a. Pengetahuan, siswa harus mendapatkan pengetahuan tentang istilah, konsep, fakta, peristiwa, gagasan, perjanjian dan lain-lain yang berkaitan dengan pendidikan sejarah. b. Pemahaman, siswa harus mengembangkan pemahaman tentang istilah, fakta, peristiwa yang penting. c. Pemikiran kritis, pelajaran sejarah harus membuat para sisiwa mampu mengembangkan pemikiran yang kritis. 77
d. Keterampilan praktis, pelajaran sejarah harus membuat siswa mampu mengembangkan keterampilan praktis dalam studinya dan memahami fakta-fakta sejarah. e. Minat, pelajaran sejarah harus membuat siswa mampu mengembangkan minatnya dalam studi tentang sejarah. f. Prilaku, pelajaran sejarah harus membuat siswa mampu mengembangkan prilaku sosial yang sehat. 79
Sasaran dan tujuan pembelajaran sejarah khususnya pada siswa menengah atas adalah untuk mengajarkan siswa tentang peristiwa-peristiwa yang disertai dengan pemahaman, pemikiran kritis dan tujuan intruksional lainnya. Hal ini dikarenakan pada siswa menengah atas belajar sejarah melalui gagasan, yaitu gagasan dari para tokoh yang mana gagasan ini merupakan dasar semua tindakan yang dilakukan oleh tokoh dan semua tindakan yang dilakukan oleh tokoh dan ada di belakang semua peristiwa sehingga kedudukannya lebih tinggi dari pada keduanya. gagasan, yang dalam agama dan politik merupakan kekuatan. 80
sejarah pemikiran yang bertujuan memberikan pemahaman yang mendalam tentang gerak sejarah dan membantu para siswa dalam menarik kesimpulan dan menyatukan berbagai kesimpulan. 4. Ruang lingkup Sejarah Ruang lingkup sejarah sangat luas, tentang kisah tentang manusia-yang mempelajari prilaku manusia secara keseluruhan. Ruang lingkupnya diawali dari masa lampau, dan membuat masa kini sebagai tempat berlabuh dan persinggahan
79 Ibid, hlm: 50-53 80 ibid, hlm: 74 78
ke masa depan. Tentang materi (ruang lingkup) pembelajarn sejarah adalah sebagai berikut: Sejarah dunia, tentang masa sejak manusia muncul sebagai makhluk yang berbeda sampai sekarang ini. Harus ada pembahasannya secara memadai untuk disampaikan kepada kelompok-kelompok yang berbeda. Sejarah nasional, materi ini menjadi inti setiap silabus sejarah. Sejarah lokal Sejarah sosial, ekonomi, dan kebudayaan, sebagai tambahan untuk sejarah politik, sejarah sosial, ekonomi dan kebudayaan perlu diajarkan. Sejarah kontemporer, berbagai peristiwa yang baru saja berlalu dan menjadi latar belakang berita yang mereka baca hari ini layak dimasukan ke dalam silabus, terutama untuk siswa menengah ke atas. Sejarah daerah terpencil Sejarah kota-kota besar. 81
5. Standar Kompetensi Mata pelajaran Sejarah untuk jenjang SMA disusun secara sistematis, dalam kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan.
81 ibid, hal; 89-90 79
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar mata pelajaran Sejarah kelas XI program IPS : 2.5. Tabel Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Sejarah untuk SMA Kelas XI Semester I Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar PERMENDIKNAS NO. 22/2006 1. Menganalisis Perjalanan Bangsa Indonesia pada Masa Negara-negara Tradisional
1.1 Menganalisis Pengaruh Perkembangan Agama dan Kebudayaan Hindu-Budha terhadap Masyarakat di Berbagai Daerah di Indonesia 1.2 Menganalisis Perkembangan Kehidupan Negara-negara Kerajaan Hindu-Budha di Indonesia 1.3 Menganalisis Pengaruh Perkembangan Agama dan Kebudayaan Islam terhadap Masyarakat di Berbagai Daerah di Indonesia 1.4 Menganalisis Perkembangan Kehidupan Negara-negara Kerajaan Islam di Indonesia 1.5 Menganalisis Proses Interaksi antara Tradisi Lokal, Hindu-Budha, dan Islam di Indonesia
2.6. Tabel Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Sejarah untuk SMA Kelas XI Semester II Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar PERMENDIKNAS NO. 22/2006 2. Menganalisis Perkembangan bangsa Indonesia sejak masuknya pengaruh Barat sampai dengan Pendudukan Jepang
2.1 Menganalisis Perkembangan Pengaruh Barat dan Perubahan Ekonomi, Demografi, dan Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat di Indonesia pada masa Kolonial 2.2 Menganalisis Hubungan antara Perkembangan Paham-paham Baru dan Transformasi Sosial dengan Kesadaran dan Pergerakan Kebangsaan
80
2.3 Menganalisis Proses Interaksi Indonesia-Jepang dan Dampak Pendudukan Militer Jepang terhadap Kehidupan Masyarakat di Indonesia 3. Menganalisis Sejarah Dunia yang Mempengaruhi Sejarah Bangsa Indonesia dari Abad ke-18 sampai dengan Abad ke-20
3.1 Membedakan Pengaruh Revolusi Prancis Revolusi Amerika, dan Revolusi Rusia terhadap Perkembangan Pergerakan Nasional Indonesia 3.2 Menganalisis pengaruh Revolusi Industri di Eropa terhadap Perubahan Sosial, Ekonomi, dan Politik di Indonesia
81
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian Dalam penelitian ini jenis penelitian yang digunakan adalah PTK (penelitian tindakan kelas), yaitu penelitian yang bertujuan memberikan sumbangan nyata peningkatan profesionalisme guru, menyiapkan pengetahuan, pemahaman dan wawasan tentang prilaku guru pengajar dan murid belajar. Pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan kualitatif, sebab dalam melakukan tindakan kepada subyek penelitian sangat diutamakan adalah mengungkap makna yakni makna dan proses pembelajaran sebagai upaya meningkatkan motivasi, kegairahan dan prestasi belajar melalui tindakan yang dilakukan sebagimana dikemukakan oleh Bogdan dan biklen (1998). Sifat PTK yang dilakukan adalah kolaboratif partisipatoris, yakni kerjasama antara peneliti dengan praktisi dilapangan. 82
Ebbut (1985) dalam Hopkins (1993), penelitian tindakan kelas adalah kajian sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktik pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut. Burns (1999): penelitian tindakan merupakan penerapan penemuan fakta pada pemecahan masalah dalam situasi sosial dengan pandangan untuk
82 Wahid Murni, Nur Ali, 2008. Penelitian Tindakan Kelas, Malang: Um Press. hal: 50-52 82
meningkatkan kualitas tindakan yang dilakukan di dalamnya, yang melibatkan kolaborasi dan kerja sama para peneliti, praktisi, dan orang awam. Pada intinya PTK merupakan suatu penelitian yang akar permasalahannya muncul dikelas dan dirasakan langsung oleh guru yang bersangkutan sehingga sulit dibenarkan jika ada anggapan bahwa permasalahan dalam tindakan kelas diperoleh dari persepsi atau lamunan seorang peneliti. 83
Dengan demikian penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) terkait dengan persoalan praktik pembelajaran sehari-hari yang dihadapi oleh guru. PTK termasuk penelitian dengan pendekatan kualitatif, walaupun data yang dikumpulkan dapat berupa dat kuantitatif dan data kualitataif. PTK memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut: 84
1. (on-the job problem orientied) didasarkan pada masalah yang benar- benar dihadapi oleh guru dalam proses belajar-mengajar di kelas. 2. (problem-solving-oriented) berorientasi pada pemecahan masalah. 3. (improvement-oriented) berorientasi pada peningkatan mutu. 4. (Cyclic) siklus, konsep tindakan dalam PTK ditetapkan melalui urutan yang terdiri dari beberapa tahap berdaur ulang. 5. (Action orientied) selalu didasarkan pada adanya tindakan.
83 Suharsimi Arikunto, Suharjono dan Supardi. Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hlm. 104. 84 Kunandar. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Rajawali Pers. 2008) hlm: 58- 60 83
Di samping memiliki karekteristik tersebut, penelitian tindakan kelas memiliki tiga ciri pokok, yaitu: 85
a) Inkuiri reflektif. Penelitian tindakan kelas berangkat dari permasalahan pembelajaran riil yang sehari-hari dihadapi guru dan siswa, yaitu kegiatan penelitian bedasarkan pada pelaksanaan tugas (practice driven) dan pengambilan tindakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi (actiondriven) b) Kolaboratif. Upaya perbaikan proses dan hasil pembelajaran tidak dapat dilakukan sendiri oleh peneliti di luar kelas, tetepi peneliti harus berkolaborasi dengan guru. Penelitian tindakan kelas merupakan upaya bersama dari berbagai pihak untuk mewujudkan perbaikan yang diinginkan. c) Reflektif. Penelitian tindakan kelas memiliki ciri khusus, yaitu sikap reflektif yang berkelanjutan. Penelitian tindakan kelas lebih menekankan pada proses refleksi terhadap proses dan hasil penelitian. PTK dilaksanakan dalam bentuk siklus berulang yang didalamnya terdapat empat tahapan utama kegiatan, yaitu perencanaan tindakan (planing), pelaksanaan tindakan (action), pengamatan (observation) dan refleksi (reflecting) dan seterusnya sampai perbaikan atau peningkatan yang diharapkan tercapai (kriteria keberhasilan), 86 sebagaimana gambar berikut:
3.1. Gambar Alat pelaksanaan tindakan kelas (Kemmis dan Taggart)
(diadopsi dari Suharsimi Arikunto) B. Kehadiran Peneliti Karena desain penelitian yang dipilih adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan jenis kolaboratif, sehingga mengharuskan kehadiran peneliti di lapangan untuk melakukan kolaborasi dan terlibat aktif dalam proses belajar mengajar di dalam kelas yang dijadikan objek penelitian. Pada penelitian tindakan kelas ini peneliti bertindak sebagai instrument sekaligus pengumpul data. Hal ini disebabkan peneliti dapat menghadapi situasi yang berubah-ubah dan tidak Pengamatan/peng umpulan I Pelaksanaan tindakan I Perencanaan tindakan Refleksi I Permasalahan Permasalahan baru hasil refleksi Perencanaan tindakan II Pelaksanaan tindakan II Pengamatan/peng umpulan II Refleksi II Apabila Permasalahan belum terselesaikan Dilanjutkan ke siklus berikutnya Siklus II Siklus I 85
menentu yang terjadi dalam proses belajar mengajar di kelas, terkait dengan kondisi awal, proses dan hasil. 87
C. Lokasi Lokasi penelitian adalah tempat dimana penelitian akan dilakukan untuk memperoleh data atau informasi yang diperlukan dan berkaitan dengan permasalahan penelitian. Dalam penelitian ini mengambil lokasi di MAN Malang 1 yang terletak di Jl. Baiduri Bulan No. 40 Dinoyo Malang. Pemilihan ini dilakukan karena MAN Malang 1 merupakan satu-satunya MA Negeri yang prestis di masyarakat khususnya kota Malang. Penelitian ini dilakukan dikelas sebelas, karena berdasarkan standar komptensi 2006, Siswa kelasa XI harus mampu mengungkapkan pikiran, pendapat, gagasan, dan perasaan secara lisan melalui menanggapi suatu persoalan atau peristiwa yang terjadi di sekitar, berwawancara dan melaporkan hasil wawancara, mendeskripsikan benda atau alat, dan menyimpulkan dialog atau percakapan serta memerankan drama pendek di depan kelas. Dan pada kenyataannya, tingkat kemampuan siswa kelas XI MAN Malang 1 dalam melatih keaktifan siswa dinilai menurun, karena Guru lebih sering menggunakan metode ceramah yang menurunkan kemanmpuan belajar bersama dan keaktifan siswa. D. Data Dan Sumber Data Terkait dengan penelitian ini yang akan dijadikan sebagai sumber data adalah siswa-siswi kelas XI IPS 2 di MAN Malang 1, dimana siswa-siswi tersebut tidak hanya diperlukan sebagai obyek yang dikenai tindakan, tetapi juga aktif
87 Kunandar. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Rajawali Pers.2008). hal: 135- 137 86
dalam kegiatan yang dilakukan. Hal ini sesuai dengan salah satu karakteristik penelitian tindakan kelas yaitu adanya kolaborasi dalam pelaksanaannya. 88
Data penelitian ini mencakup: 1. Skor tes formatif siswa dalam mengerjakan soal yang diberikan pada setiap akhir siklus. 2. Hasil lembar observasi untuk mengukur peningkatan hasil belajar siswa atau prestasi belajar siswa. 3. Hasil observasi dan catatan lapangan yang berkaitan dengan aktivitas siswa pada pembelajaran sejarah berlangsung. Data penelitian ini berupa hasil pengamatan, wawancara, kumpulan, pencatatan lapangan dan dokumentasi dari setiap tindakan perbaikan dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe student team achievement devisions dalam meningkatkan aktifitas dan prestasi belajar sejarah siswa kelas XI IPS 2 MAN Malang 1. Data yang diperoleh dari penelitian tindakan ini ada yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Data yang bersifat kualitatif diperoleh dari: (1) dokumentasi, (2) observasi, (3) interview, sedangkan data yang bersifat kuantitatif berasal dari nilai tes formatif dan lembar observasi. E. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang benar dan akurat dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan beberapa metode yang antara lain sebagai berikut:
88 Suharsimi Arikunto, Suharjono dan Supardi, op.cit., hlm. 63. 87
1. Metode Observasi Adapun jenis observasi yang peneliti gunakan adalah: 89
1) Observasi Partisipatif Cara ini digunakan agar data yang diinginkan sesuai dengan apa yang dimaksud oleh peneliti. Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kehidupan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data. Dengan observasi partisipan, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak. Selain peneliti ikut berpartisipasi dalam observasi, peneliti juga berperan sebagai fasilitator. Sehingga peneliti juga turut mengarahkan siswa yang diteliti untuk melaksanakan tindakan yang mengarah pada data yang diinginkan oleh peneliti. Dengan menggunakan metode ini, peneliti dapat mengamati secara langsung terhadap obyek yang sedang diselidiki. Pendekatan ini digunakan untuk memperoleh data-data tentang keadaan lokasi penelitian, kegiatan-kegiatan yang dilakukan siswa-siswi dan lain-lain. 2) Observasi aktivitas kelas Hal ini merupakan pengamatan langsung terhadap siswa dengan memperhatikan tingkah laku siswa dalam proses belajar mengajar. Sehingga
peneliti mendapat gambaran langsung bagaimana tingkah laku siswa, kerjasama, serta komunikasi diantara siswa dalam kelompok dan pembelajaran. 2. Pengukuran Tes Hasil Belajar Tes ialah seperangkat rangsangan yang diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapatkan jawaban-jawaban yang dapat dijadikan dasar bagi penetapan skor angka. 90
Pengukuran tes hasil belajar ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan pada prestasi belajar sisiwa. Tes tersebut juga sebagai salah satu rangkaian yang dilakukan dalam kegiatan penerapan pembelajaran kooperatif tipe student team achievement divisios dalam meningkatkan prestasi belajar siswa kelas XI IPS 2 MAN Malang 1. Tes yang dilakukan berbentuk tes formatif yang dilaksanakan pada setiap akhir pembelajaran, hasil tes ini akan digunakan untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe student team achievement divisios. 3. Metode Dokumentasi Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu, berupa catatan, gambar, karya-karya dan lain sebagainya. 91
Peneliti menggunakan pendekatan ini untuk mengetahui data-data terkait dengan sejarah berdirinya MAN Malang 1, stuktur organisasi, jumlah guru, absensi kelas untuk mengetahui data siswa kelas XI IPS 2 yang mengikuti bidang studi sejarah, serta data-data yang terkait lainnya.
90 Arief Furchan. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan . (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hlm. 268 91 Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Op cit. hlm: 82 89
F. Teknik Analisis Data Data yang diperoleh dari tindakan yang dilakukan dianalisis untuk memastikan bahwa dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe student team achievement divisions dapat meningkatakan keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas XI IPS 2 MAN Malang 1. Teknik analisis data kualitatif terdiri dari tiga tahap pokok, yaitu reduksi data, paparan data, dan penyimpulan. Reduksi data adalah proses penyederhanaan yang dilakukan melalui seleksi, pemfokusan dan pengabtraksian data mentah menjadi informasi yang bermakna. Paparan data adalah proses penampilan data secara lebih sederhana dalam bentuk naratif. Sedangkan penyimpulan adalah proses pengambilan intisari dari sajian data yang terorganisasi dalam bentuk pernyataan kalimat. 92
Sedangkan data yang dikumpulkan dari hasil observasi berupa angka atau data kuantitatif, untuk mengetahui apakah ada peningkatan prestasi belajar siswa seperti yang diharapkan dilakukan dengan cara menghitung prosentase kemudian dideskripsikan. Dalam penelitian ini peneliti menilai secara kelompok (tim) dan individual yang mana pencapain nilai siswa dapat diperoleh dari skor kuis, dengan melihat apakah ada peningkatan dari skor awal mereka.
92 Ibid . hal: 16-18
90
3.2. Tabel Lembar skor kuis No Nama siswa Skor dasar Kuis Poin
Jumlah skor tim Rata-rata sekor tim
Peneliti mendesain kriteria penghargaan sebagai berikut: Kriteria (rata-rata tim) Penghargaan 18-22 Tim bagus 23-27 Tim sangat bagus 28-32 Tim super Sedangkan nilai individu dilihat dari keaktifan siswa selama berlangsungnya kegiatan belajar mengajar, serta prestasi belajar siswa yaitu hasil belajar yang diperoleh dari skor hasil tes formatif siswa. Keaktifan sisiwa merupakan salah satu aspek dalam penilain, karena dengan ini dapat diketahui tingkah laku siswa selama mengikuti kegiatan belajar mengajar, hal yang diamati antara lain : kemandirian dalam mengerjakan tugas/kuis, , keberanian dalam bertanya, menjawab dan berargumen, dan kerjasama saat berdiskusi. Penilain keaktifan siswa dapat dilihat dalam tabel:
91
3.3. Tabel Observasi Keaktifan Siswa
No Nama siswa Penilaian skor Kategori Kemandirian kerjasama Keberanian
keseluruhan Rata-rata Prosentae
3.4. Tabel Penentuan taraf keberhasilan keaktifan siswa Prosentase keberhasilan Tindakan Taraf keberhasilan Dengan Huruf Dengan Angka 85-100 % Sangat Baik A 4 70-84 % Baik B 3 55-69 % Cukup Baik C 2 40-54 % Kurang D 1 0-39 % Sangat Kurang E 0
Data yang bersifat kualitatif yang didapatkan dari hasil pembelajaran yang dapat diketahui peningkatannya melalui nilai-nilai kuis dan untuk melihat peningkatan prestasi belajar dari keadaan sebelumnya maka peneliti menggunakan rumus: 93
Keterangan: P : prosentase peningkatan Post rate : nilai rata-rata (sesudah tindakan) Base rate : nilai rata-rata (sebelum tindakan).
93 Gugus Action Research (1999/2000, 175), dalam Siti Markhamah penerapan pembelajaran kooperatif struktural dalam meningkatkan motivasi pemahaman dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran fiqih kelas VIII A di MTs Hidayatul mubtadiin , skripsi (fakultas Tarbiyah UIN Malang, 2007),hlm 64 92
G. Pengecekan Keabsahan Data Dalam keabsahan data, peneliti melakukan pengecekan data yang bersifat kualitatif, dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti menggunakan triangulasi. Triangulasi adalah cara pengecekan keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu diluar data sebagai pembanding, 94 misalnya konsultasi dengan guru wali kelas XI IPS 2, guru mata pelajaran, dan pengurus kurikulum. Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan adalah pemeriksaan sumber lainnya. Adapun pengecekan keabsahan data dalam penelitian ini, penulis menggunakan triangulasi sumber, yaitu yang berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam pendekatan kualitatif. Pengecekan keabsahan data dilakukan dalam beberapa tahapan,yaitu: 95
1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara. 2. Membandingkan hasil pengamatan dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. H. Tahap Penelitian Penelitian ini akan dilakukan 3 tahapan, yaitu: a. Rencana penelitian Pada tahap ini peneliti memulai dengan membuat proposal penelitian, setelah proposal disetujui oleh dosen pembimbing dilanjutkan dengan mengurus perizinan agar diberi izin penelitian. Kemudian peneliti merencanakan tindakan dengan berdiskusi dengan guru Sejarah.
b. Pelaksanaan Penelitian Pada tahap ini peneliti melaksanakan tindakan di dalam kelas seoptimal mungkin sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran dan melaksanakan observasi pada saat pelaksanaan tindakan serta refleksi. c. Pelaporan penelitian Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah kegiatan penulisan laporan penelitian yang dibuat sesuai dengan hasil pelaksanaan tindakan dan sesuai dengan format pedoman penulisan skripsi.
94
BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN A. LATAR BELAKANG OBYEK PENELITIAN 1. Kronologi Berdirinya MAN Malang 1 Madrasah Aliyah Negeri Malang 1 lahir bedasarkan SK Menteri Agama No.17 Tahun 1978, yang merupakan alih fungsi dari PGAN 6 Tahun Puteri Malang. Pengalih fungsian PGAN 6 Tahun Puteri menjadi dua madrasah, yaitu MTsN Malang II (saat ini pindah ke Jl. Cemorokandang 77 Malang) dan MAN Malang I . MAN I sejak masih berstatus PGAN 6 Tahun Puteri menempati gedung milik Lembaga Pendidikan Maarif di Jalan MT. Haryono 139 Malang dengan hak sewa sampai akhir Desember 1988. Kemudian pada tanggal 2 Januari 1989 MAN Malang I pindah ke lokasi baru yang bersetatus milik sendiri di jalan Simpang Tlogomas I/40 Malang. Di tempat terakhir inilah yang saat ini bernama Jalan Baiduri Bulan 40 Malang, sampai sekarang MAN Malang 1 berkembang. MAN Malang 1 memiliki geografis yang strategis yang strategis yaitu berada di tengah kota Malang yang dilalui dari Kota Batu Malang/Surabaya/Blitar. MAN Malang 1 letaknya dikelilingi oleh perguruan tinggi yaitu Unibraw, UIN, UM Malang, Unisma, Unmuh, ITN sehingga anak-anak yang akan melanjutkan ke perguruan tinggi akan lebih mudah mengakses ke perguruan tinggi. 95
MAN Malang 1 adalah sebagai lembaga pendidikan umum ditingkat menengah, yang diselenggarakan oleh Depertemen Agama yang mempunyai keunggulan dibidang pemahaman agama Islam secara fisik, citra yang ditampilkan adalah bernafaskan islam, sehingga terkesan berwibawa, sejuk, rapi dan indah. Cerminan pokok yang ditampilkan kampus MAN Malang 1 adalah islami dan terkesan modern serta dihuni oleh oarng-orang yang dekat dengan Allah SWT, ramah terhadap sesama, santun, selalu tersenyum, serta peduli terhadap lingkungan. Ditinjau dari kelembagaan, MAN Malang 1 mempunyai tenaga akademik yang handal dalam pemikiran, meiliki manajemen yang kokoh yang mampu menggerakan seluruh potensi untuk mengembangkan kreatifitas civitas akademika MAN Malang 1, serta memiliki kemmapuan antisipatif masa depan dan profokatif. Selain itu MAN Malang 1 memiliki pimpinan yang mampu mengakomodasikan seluruh potensi yang dimiliki menjadi kekuatan penggerak lembaga secara menyeluruh. Sejak resmi memiliki sebutan MAN Malang 1, madrasah ini telah mengalami 5 masa kepemimpinan yaitu: Raimin BA : Tahun 1978- 1986 Drs. H. kusnan A : Tahun 1986- 1993 Drs. H. Toras : Tahun 1993- 2004 Drs. H . Tonem Hadi : Tahun 2004- 2006 Drs. Zainal Mahmudi : Tahun 2006- sekarang 96
2. Visi, Misi, dan Tujuan MAN Malang 1 a. Visi Terwujunya insan berkualitas tinggi dalam iptek yang religious dan humanis. b. Misi 1) Menumbuhkan semangat belajar untuk mengembangkan iptek dan imtaq 2) Mengembangkan penelitian untuk mendapatkan gagasan baru yang berorientasi masa depan 3) Mewujudkan kegiatan pembelajaran yang menyenangkan, kreatif dan inovatif 4) Menumbuhkembangkan semangat penghayatan dan pengalaman ajaran islam dalam kehidupan sehari-hari 5) Mewujudkan warga sekolah yang memiliki kepedulian terhadap diri, lingkungan dan berestetika tinggi c. Tujuan 1) Meningkatkan pengetahuan dan daya saing peserta didik 2) Meningkatkan wawasan berfikir ilmiah warga madrasah melalui kegiatan penelitian 3) Menciptakan proses pembelajaran yang mengasyikan, menyenagkan dan mencerdaskan 97
4) Meningkatkan pengetahuan siswa untuk mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian yang berjiwa ajaran agama islam 5) Meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan tibal balik dalam lingkungan sosoial, budaya dan alam sekitarnya yang dijiwai ajaran agama islam 3. Keadaan sarana dan Prasarana di MAN Malang 1 Adapun sarana dan prasarana yang menunjang proses belajar mengajar di MAN Malang 1 adalah sebagai berikut: 4.1. Table sarana dan prasarana di MAN Malang 1 No Sarana dan prasarana Keteranagan 1 Perpustakaan digital Baik 2 Laboraturium biologi Baik 3 Laboraturium kimia Baik 4 Laboraturium fisika Baik 5 Laboraturium computer Baik 6 Laboraturium bahasa Baik 7 Laboraturium elektronika Baik 8 Laboraturium ketrampilan Baik 9 Masjid / laboraturium keagamaan Baik 10 Pusat computer Baik 11 UKS Baik 12 Koperasi bilkis Baik 13 Koperasi siswa MAGESA Baik 14 Kantin Baik 15 Area Hotspot Baik 16 SMSGate Baik 17 Lapangan basket, futsal,volyball, bulutangkis, tenis meja Baik 18 Aula MAGESA Baik
98
B. PAPARAN DATA SEBELUM PENELITIAN 1. Deskripsi Siswa Kelas XI IPS 2 Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas XI IPS 2, adapun jumlah siswa kelas XI IPS 2 adalah sebagai berikut: 4.2. Tabel jumlah siswa kelas XI IPS 2 NO Keterangan Jumlah 1 Putra 15 2 Putri 14 Jumlah 29
Mata pelajaran sejarah dilaksanakan selama 3 jam setiap minggunya, pada hari Senin dan Kamis, guru Sejarahnya adalah ibu Dra. Luluk Machsufah. 2. Observasi Awal Uraian berikut adalah upaya peneliti untuk mendiskripsikan hasil penelitian tindakan kelas dengan penerapan pambelajaran kooperatif tipe student team achievement devisions (STAD) dalam meningkatkan keaktifan dan prestos belajar siswa kelas XI IPS 2 MAN Malang 1. Penelitian tindakan kelas ini mulai dilakukan pada tanggal 26 April 2010, namun sebelumnya peneliti melakukan observasi awal untuk mengamati proses kegiatan belajar mengajar sejarah yang diterapkan pada siswa kelas XI IPS 2 di MAN Malang 1. Pada pertemuan ini, peneliti 99
menyampaikan tujuan untuk melaksanakan penelitian di sekolah tersebut. Kemudian peneliti mengadakan wawancara dengan guru sejarah tentang model pembelajaran yang dilaksanakan dalam pembelajaran sejarah. Hasil dari observasi tersebut guru masih menggunakan pembelajaran konvensional ceramah dan tanya jawab, sehingga keaktifan dan prestasi belajar siswa masih rendah. Setelah memperoleh beberapa data khususnya data tentang kelas XI IPS 2, maka peneliti harus memberikan tindakan dengan tujuan meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar pada mata pelajaran sejarah. Kemudian penelitian dilaksanakan pada tanggal 29 April 2010, setelah mendapat izin dari pihak fakultas dan kepala sekolah. Selain itu peneliti juga meminta data yang digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan dalam menerapkan model pembelajaran yang akan dilaksanakan. Di samping peneliti melakukan penelitian, peneliti juga terlibat langsung sebagai pelaksana dalam proses pembelajaran . 3. Perencanaan Tindakan Sebelum melaksanakan penelitian langung di kelas, peneliti membuat: a. Rancangan pelaksanaan pembelajaran b. Tabel penilaian proses keaktifan dan prestasi belajar siswa c. Membuat rangkuman materi d. Membuat LKPD (Lembar kerja panduan diskusi)
100
4. Pretes a. Rancangan pretest Pretest dirancang sebagai tindakan observasi lapangan untuk mengetahui situasi pembelajaran dengan menerapakan metode ceramah dan tanya jawab. Pada akhir pertemuan dilakasanakn tes formatif untuk mengukur hasil belajar kognitif siswa. Adapun beberapa persiapan dalam melaksanakan pretest antara lain: a) Membuat rencana pembelajaran Rencana pembelajaran ceramah dan Tanya jawab dibagi menjadi tiga tahap, yaitu: Kegiatan awal, peneliti memperkenalkan diri dan menjelasakan maksud melakukan penelitian di kelas XI IPS 2. Kegiatan inti, guru (peneliti) menuliskan materi yang akan dipelajarai dan menerangkan materi tersebut ke pada siswa. Kegiatan akhir, peneliti sebelum menutup pelajaran memberikan pretes pada sisiwa b) Mempersiapakan instrument penelitian berupa lembar obsevasi yang digunakan dalam mengukur keaktifan dan prestasi belajar siswa. b. Pelaksanaan pretest Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 29 April 2010 jam 08:00 dengan indikator pelajaran menghubungkan faham liberalisme. Pembelajarn ini hanya berlangsung selama 1 45 menit, menggunakan 101
metode ceramah dan Tanya jawab, tanpa menggunakan media pembelajaran, guru hanya menjelaskan dan memberikan contonya saja. Pada saat itu siswa nampak bosan, karena mereka hanya diam saja bahkan ada yang mengalihkan dengan bermain-main. Setelah selesai menerangkan, guru memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya dengan cara mengangkat tangannya, akan tetapi tidak ada yang merespon, ada beberapa siswa yang sibuk berbicara dengan teman-temannya. Kemudian guru melempar pertanyaan kepada siswa, namun hanya ada dua siswa yang menjawab, hal ini terkesan kelas tidak hidup. Setelah itu guru langsung membagikan soal kepada siswa untuk dikerjakan selama 25 menit, dan pelajaran diakhiri dengan doa dan salam. Pada pretest ini, peneliti belum memperoleh ketercapaian tujuan pembelajaran secara individual melalui tes individu. c. Observasi hasil pretest Dari pretes yang telah dilaksanakan dapat diketahui bahwa slama pelajaran berlangsung hanya sedikit sisiwa yang memperhatikan, khusunya pada saat guru menerangkan materi pelajaran. Siswa banyak yang ribut sendiri dan bermain-main, bahkan ada yang mengeluh bosan dengan pelajaran sejarah, saat pelajarn berlangsung ada salah satu sisiwa yang mengeluh: 102
Bu, saya bosan dengan pelajaran sejarah, bikin ngantuk. Sudah bu, pulang saja tidak usah belajar sejarah 96
Dari hasil observasi dapat dilihat bahwa keaktifan siswapun nampak pasif, hal ini terbukti saat guru melemparkan pertanyaan dan meminta siswa untuk mengangkat tangan namun hanya ada sedikit siswa yang mengangkat tangannya, siswa yang lainya hanya diam saja dan bermain-main. Setelah guru selesai menerangkan, siswa diberi soal yang berhubungan dengan materi, saat mengerjakan banyak siswa yang menyontek temannya bahkan ada beberapa siswa yang membuka buku untuk menemukan jawabannya. Sebagaimana hasil pretest keaktifan dan hasil prestasi siswa dapat dilihat pada table di bawah ini: 4.3. Tabel Keaktifan siswa sebelum tindakan (pretest) Pertemu an Hari/ tanggal Indikator Prosentase keberhasil an Nilai dengan huruf Nilai dengan angka Taraf keberhasilan Pretest Kamis, 20 april 2010 Kemandirian 41,37 % D 1 kurang Kerjasama 0,00 % - - - Keberanian 36,20 % E 0 Sangat kurang Hasil ini dapat dilihat dari hasil lembar observasi keaktifan siswa yang dilihat dari tiga aspek yaitu: kemandirian dalam mengerjakan soal,
96 Keluhan salah satu sisawa kelas XI IPS 2 saat sedang berlangsung proses belajar mengajar sejarah 103
kerjasama dalam tim ,dan keberanian dalam bertanya, menjawab dan berargumen. Dapat diketahui keberhasilan dari aspek kemandirian adalah 41,37 %, nilai D untuk penilain dengan huruf dan 1 untuk penilain dengan angka, taraf keberhasilan kurang. Aspek kerjasama dalam tim 0,00 %, hal ini belum di ketahui prosentasenya karena peneliti belum menerapkan pembelajaran kooperatif. Aspek keberanian dalam bertanya dan menjawab adalah 36,20 %, niali E untuk penilaian dengan huruf dan 0 untuk penilaian dengan angka, taraf keberhasilan sangat kurang. 4.4. Prestasi belajar siswa sebelum tindakan (pretest) Hari/tanggal Kategori taraf keberhasilan Ketuntasan
skor Rata- rata SB B C K SK T BT Kamis, 29 April 2010 1652 56,96 0,00% 10,34% 62,5% 20,7 % 6,89 % 6,89 % 93,10 % Bedasarkan tabel di atas dapat dikatakan bahwa tingkat keberhasilahan kelas 6,89% yakni dari 29 peserta tes yang dinyatakan lulus sebanyak 2 siswa, sedangkan yang gagal sebanyak 27 siswa atau 93,10%. Hasil pretes dia atas menunjukan bahwa keaktifan siswa masih rendah sehingga mempengaruhi prestasi siswa yang masih di bawah standar ketuntasan minimum, di mana nilai pretest belajar siswa menunjukan rata-rata kelas 56,96. 104
Untuk penilaian kelompok, belum diketahui prosentasenya, karena peneliti masih menggunakan metode konvensional ceramah dan tanay jawab. d. Refleksi hasil pretest Dari hasil pretest yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa, menggunakan metode ceramah dan tanya jawab adalah tidak cocok, karena pada metode ceramah dan tanya jawab keaktifan siswa sangat pasif karena didominasi oleh beberapa siswa saja, hal ini tampak pada saat guru mulai memberikan pertanyaan dan kesempatan untuk bertanya terbukti bahwa siswa tidak merespon sama sekali, hanya ada beberapa siswa yang mampu menjawab sedangkan yang lainnya tidak memperhatikan. Selain itu juga dari hasil nilai pretes siswa dapat dilihat bahwa menggunakan metode ceramah dan tanya jawab banyak siswa yang belum mencapai ketuntasan dalam belajarnya, hal ini dikarenakan masih banyak jawaban siswa yang kurang tepat dalam mengisi soal.selain itu banyak siswa yang tidak segan-segan membuka buku untuk mencarai jawabannya, hal ini menunjukan ketidak jujuran siswa dalam mengerjakan soal. Maka sebaiknya metode ceramah dan tanya jawab ini tidak diteruskan karena akan menjadi ketidak seimbangan antara keaktifan dan prestasi yang dicapai siswa.
105
1. Siklus I a. Rencana Tindakan Siklus I Pada rencana tindakan siklus I ini, peneliti menerapkan pembelajaran kooperatif tipe student team achievement divisions dengan tujuan untuk membantu siswa lebih aktif dalam pelaksanaan proses belajar-mengajar agar tidak hanya terpusat pada guru saja. Siklus ini dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan, sebelum melaksanakan siklus I peneliti sebelumnay melakukan beberapa tahap persiapan antara lain: a) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe student team achievement divisions yang terdiri dari: pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup/refleksi. b) Menyususn lembar informasi dan soal untuk didiskusikan dengan materi faham liberalisme, sosialisme, nasionalisme, pan-islamisme dan demokrasi serta kesadaran nasionalisme di Asia-Afrika. c) Membentuk kelompok diskusi bedsarkan tim-tim heterogen d) Menyiapkan instrument penelitian yaitu lembar observasi untuk mengetahui hasil belajar efektif siswa. e) Menyusun soal tes formatif, tes formatif dilaksanakan setelah pelaksanaan siklus I yang bertujuan untuk mengetahui apakah ada peningkatan pada prestasi belajar siswa dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe student team achievement divisions.
106
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I Pada siklus I ini dilaksanakan dua kali pertemuan pada tanggal 3 Mei 2010. Pembelajaran berlangsung selama 3 x 45 menit untuk setiap minggu. Adapaun langkah-langkah pembelajaran sebagaimana yang telah direncanakan dalam rencan tindakan yaitu sebagai berikut: Pertemuan I: 2 x 45 menit (Senin, 3 Mei 2010) a. Pendahuluan 1) Mengucapkan salam 2) Guru memberi motivasi dengan memberi pertanyaan apa arti nasionalisme, berkaitan dengan materi yang akan disampaikan. 3) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dipelajarai 4) Guru mengeksplorasi pengetahuan awal siswa dengan menunjukan gambar-gambar bendera dari beberapa Negara. b. Kegiatan Inti 1) Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 5 siswa 2) Guru menyampaikan materi pembelajaran kepada sisiwa, sesuai dengan kompetensi dasar yang akan dicapai 3) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum difahami 4) Guru membagikan lembar informasi dan LKPD (lembar kerja panduan diskusi) , tiap kelompok melaksanakan tugas yang diberikan guru, yaitu: 107
Menjawab soal yang telah diberikan dengan membaca lembar informasi Setiap kelompok berdiskusi dan bekaerjasama untuk mencarai jawaban dari LKPD yang telah dibagikan Semua anggota kelompok bertanggung jawab atas kelompoknya masing-masing. 5) Selama kegiatan berlangsung guru melakukan penilaian c. Kegiatan Penutup/Refleksi 1) Mengadakan refleksi terhadap proses dan hasil belajar hari itu tentang faham-faham yang ada di Asia-Afrika dan pengaruhnya terhadap Indonesia 2) Guru memberi ulasan tentang materi yang sudah diterangkan 3) Guru mengucap salam Pertemuan II : 1 X 45 menit (Kamis, 6 Mei 2010) a. Pendahuluan 1) Mengucapakan salam 2) Guru memotivasi siswa dengan Tanya jawab 3) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai 4) Guru mengeksplorasi pengetahuan awal siswa dengan mengulas pelajaran yang telah lalu b. Kegiatan Inti Pertemuan ini adalah kelanjutan dari pertemuan sebelumnya, guru hanya sedikit mengulas pelajaran lalu kemudian menunjuk beberapa siswa 108
untuk membacakan hasil jawaban yang bertujuan untuk memperluas pemahaman siswa. c. Kegiatan penutup/Refleksi 1) Guru memberikan soal tes formatif, masing-masing siswa dilarang untuk saling membantu 2) Mengadakan refleksi terhadap proses dan hasil belajar hari itu tentang beberapa hal yang perlu mendapat paerhatian yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari 3) Menutup pelajaran dengan doa bersama dan salam d. Obsevasi Siklus I Selama pelaksanaan pembelajaran, peneliti bertindak sebagai guru sekaligus sebagai observer yang mencatat lembar observasi pada pedoman observasi. Variable yang diamati adalah keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas XI IPS 2, meliputi hasil belajar kognitif dan hasil belajar afektif. Peningkatan prestasi belajar siswa dilihat dari tes formatif yang dilaksanakan pada akhir pembelajaran dan peningkatan keaktifan siswa dilihat dari proses belajar mengajar aspek kejujuran dalam mengerjakan tugas, penghargaan dalam menghargai pendapat orang lain, keberanian dalam betanya, menjawab dan berargumen dalam diskusi dan dapat bekerjasama. Pada siklus I, ditekankan pada siswa untuk melakukan proses pembelajaran dengan menjawab lembar kerja panduan diskusi yang telah dibagikan, peneliti menggunakan pembelajaran kooperatif tipe student 109
team achievement yang diterapkan sesuai dengan cara pelaksanaannya. Sedangkan dalam kegiatan belajar peneliti berperan sebagai narasumber yang utama. Pada pertemuan siklus I, KBM membahas tentang faham liberalisme, sosialisme, nasionalisme, pan-islmisme dan demokrasi serta kesadaran nasionalisme di Asia-Afrika. Pada kegiatan pendahuluan, terlebih dahulu peneliti memotivasi dan mengeksplorasi pengetahuan siswa dikaitkan dengan materi yang akan disampaikan dengan menunjukan beberapa gambar bendera dari berbagai Negara yang ada di Asia-Afrika, namun hanya beberapa siswa yang mampu menjawab pertanyaan guru saat di tanya asal Negara bendera tersebut, siswa yang lainnya hanya mengikuti jawaban dari temannya. Memasuki kegiatan inti, peneliti membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok menjadi 5 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari lima sampi enam orang, dan masing-masing kelompok memiliki anggota yang heterogen, baik jenis kelamin maupun kemapuannya. Pada saat pembagian kelompok siswa masih gaduh dan tampak bingung dengan maksud peneliti, sehingga siswa masih tampak enggan dan mengajukan usul agar anggota kelompoknya memeilih sendiri, setelah suasana kelas mulai tertib peneliti mulai menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai. Sebelum memulai diskusi peneliti menjelaskan maksud dari kerja kelompok (tim), dan menjelaskan juga pada akhir pertemuan akan 110
diadakan rekognisi tim yaitu memilih tim super, tim sangat baik dan tim baik, yang mana rekognisi ini ditentuka oleh poin yang diperoleh dari tiap tim. Setelah materi disamapaikan peneliti meminta memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya tentang materi yang sudah disampaikan, namun pada kesempatan ini hanya didominasi oleh para siswa yang aktif saja, sedangkan siswa yang pasif cenderung diam dan tidak bertanya. Setelah melaksanakan tanya jawab peneliti membagikan LKPD dan lembar informasi ke pada masing-masing kelompok, dan peneliti meminta tiap kelompok untuk bekerjasama dalam mengerjakan LKPD yang telah dibagikan. Pada saat pelaksanaan diskusipun masih didominasi oleh siswa yang aktif saja, sedangkan siswa yang pasif cenderung mengikuti hasil yang telah didiskusikan oleh kelompoknya. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan individual pada masing-masing siswa. Siswa yang aktif mayoritas adalah siswa berprestasi di kelas dan siswa yang kurang berprestasi cenderung kurang percaya diri dengan kemmapuannya. Pada kegiatan penutup refleksi peneliti memberi ulasan materi, dan meminta siswa untuk mengemukakan pendapatnya tentang beberapa faham-faham yang telah dijelaskan. Namun sepertinaya siswa masih kesulitan dalam melakukan kegiatan tersebut, hanya beberapa siswa saja yang berani. Pada pertemuan ke-dua dari siklus I, kegiatan belajar mengajar membahas tentang materi perkembangan beberapa pergerakan 111
kebangsaan di Asia-Afrika. Kegitan pembelajaran ini merupakan lanjutan dari pertemuan sebelumnya. Pada pertemuan ini peneliti menunjuk perwakilan dari kelompok untuk membacakan hasil jawabannya dan siswa yang lain diberi kesempatan untuk menaggapi jawabannya. Salah satu siswa yang ditunjuk nampaknya masih ragu-ragu dan takut dalam membacakan hasil jawabannya dan sebagaian besar siswa yang lainnya juga masih ragu-ragu dalam menanggapi jawaban. Setelah peneliti melihat hasil jawaban siswa, kemudian peneliti mengulas jawaban siswa dengan tujuan untuk memperluas pemahaman siswa. Pada akhir pembelajaran siswa diberikan tes formatif. Pertanyaan- pertanyaan untuk siswa telah peneliti persiapkan, siswa menyelesaiakn pertanyaan-pertanyaan dari materi yang telah dipelajarai. Namun ada sebagian siswa yang kurang mandiri dalam mengerjakan soal karena pada saat belajar bersama (kelompok) siswa kurang berperan aktif. Dalam hal ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar prestasi belajar siswa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe student team achievement divisions. Keaktifan siswa merupakan aspek hasil belajar yang diamati selama proses pembelajaran, tiga aspek yang diamati yaitu: kemandirian dalam mengerjakan tugas, kerjasama dalam tim, keberanian dalam bertanya menjawab dan berargumen.
112
4.5. Table Keaktifan Siswa Pada Siklus I
pertemu an Hari/ tanggal Indikator Prosentase keberhasil an Nilai dengan huruf Nilai dengan angka Taraf keberhasilan I dan II Kamis, 3 Mei dan 6 Mei 2010 Kemandirian 57, 75 % C 2 Cukup Kerjasama 59,48 % C 2 Cukup Keberanian 52,58 % D 1 Kurang
Bedasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa prosentase keberhasilan aspek kemandirian dalam mengerjakan tugas pada siklus I adalah 56,03 %, nilai C untuk penilain dengan huruf dan 1 untuk penilain dengan angka, taraf keberhasilan cukup. Aspek kerjasama dalm tim adalah 59,48 %, niali C untuk penilaian dengan huruf dan 2 untuk penilain dengan angka, taraf keberhasilan Cukup . Aspek keberanian dalam bertanya menjawab dan berargumen 52,58 %, nialai D untuk penilaian jenis huruf dan 1 untuk penilaian dengan angka, taraf keberhasilan kurang Pada akhir siklus I dilaksankan tes formatif untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap matei yang telah dipelajarai dan keaktifan siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe student team achievement divisions. Tes formatif ini dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 6 Mei 2010 yang diikuti oleh 29 siswa.
113
4.6. Prestasi Belajar Siswa Pada Siklus I Hari/tan ggal Kategori taraf keberhasilan Ketuntasan
skor Rata- rata SB B C K SK T BT Kamis, 6 Mei 2010 1910 65,86 0,00% 65,51% 34,48% 0,00% 0,00% 10,34 % 89,65 %
Dari table di atas dapat diketahui total sekor prestasi belajar siswa dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe student team achievement divisions yang dapat diketahui adalah 1910 dengan rata-rata 65,86. Prosentase taraf prestasi belajar siswa kategori sangat baik masih 0,00%, kategori baik 65,51 %, kategori cukup 34,48 %, kategori kurang 0,00 %, dan kategori sangat kurang 0,00 %. Dapat disimpulkan bahwa taraf prestasi belajar siswa yang paling banyak adalah kategori baik dengan prosentase 65,86 %. Prestasi siswa siklus I menunjukan tingkat ketuntasan siswa, dari 29 siswa yang tuntas sebanyak 3 siswa (10,34 %) dan siswa yang tidak tuntas belajar sebanyak 26 siswa (89,65 %) . e. Refleksi Siklus I Penerapan pembelajaran kooperatif tipe student team achievement divisions (STAD) pada siklus I ini bertujuan untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas XI IPS 2 di MAN Malang 1. Pada awal pelaksanaan penerapan pembelajaran kooperatif tipe student 114
team achievement divisions (STAD) para siswa Nampak bingung dengan maksud peneliti, hal ini ditunjukan pada waktu mengerjakan soal awal yaitu menjawab pertanyaan yang diberikan dengan melihar lembar informasi. Kegiatan mengerjakan LKPD dalam kelompok, yang mana siswa berprestasi lebih dominan sementara yang lain cenderung diam dan mengikuti hasil diskusi kelompoknya serta kurang aktif dalam mengemukakan pendapat sehingga satu atau dua siswa saja yang berdiskusi, sedangkan yang lainnya hanya sebagai pendengar. Pembelajaran kooperatif mengutamakan tanggung jawab individu, penghargaan kelompok dan kesempatan yang sama untuk berhasil sehingga keaktifan dari semua pihak, baik siswa maupun guru sangat penting. Namun guru tidak sepenuhnya berinteraksis dengan siswa. Kembali pada tujuan peneliti dalam menerpakan pembelajaran kooperatif tipe student team achievement divisions adalah untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa , maka peneliti menyimpulkan bahwa pada siklus I ini, penerapan pembelajaran kooperatif tipe student team achievement divisions, mampu menunjukan peningkatan keaktifan dan prestasi belajar sisiwa, namaun hasil yang diperoleh belum maksimal, secara umum hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: a) Siswa belum terbiasa dengan pembelajaran kooperatif tipe student team acihievement divisions atau dengan kata lain masih terbiasa dengan metode ceramah. 115
b) Siswa masih pasif dalam mengemukakan pendapat dalam berkelompok dan hanya beberapa siswa yang aktif sehingga proses pelaksanaan diskusi kurang bisa membawa siswa untuk aktif berbicara mengemukakan pendapat, bertanya dan menjawab pertanyaan. c) Keaktifan siswa terhadap pelajaran sejarah hanya dimiliki siswa yang sebagaian besar memiliki prestasi di kelas, sedangkan mereka yang kurang berprestasi cenderung pasif dalam kegiatan belajar mengajar. d) Siswa kurang yakin dengan kemampuannya, hal ini ditunjukan dengan sikap kurang mandiri dlam mengerjakn tes formatif. Sebagaimana hasil observasi di atas, setelah terlebih dahulu berdiskusi dengan guru mata pelajaran peneliti berinisiatif untuk tetap melakukan perubahan dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe student team achievement divisions, diharapkan akan lebih dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa. Menyikapi fakta sebagaimana tersebut di atas, maka diambil langkah-langkah perbaikan untuk tindakan pada siklus berikutnya, sebagai berikut: a) Memberi pengertian pembelajaran kooperatif secara umum, kemudian menjelaskan penerapan kooperatif tipe student team achievement divisions 116
b) Guru berusaha untuk mengaktifkan dan mendorong siswa untuk mengemukakan pendapat terutama pada siswa yang pasif dan kurang bersemangat dalam proses pembelajaran, khususnya pada saat berdiskusi mengarahkan kelompok untuk memastikan bahwa teman satu kelompok mereka telah mempelajarai materi c) Memotivasi siswa agar lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar, terutama bagi siswa yang prestasi belajarnya relatif rendah agar tidak ada lagi dominasi dari siswa yang berprestasi. Dan pada pertemuan selanjutnya didesain kuis yang nnati hasilnya direkognisi menjadi skor kuis. d) Meningkatkan rasa percaya diri siswa akan kemampuan yang dimiliki dan memberi keyakinan kepada siswa bahwa pekerjaan yang dikerjakan sendiri akan memberikan hasil yang baik. e) Mempersiapakan segala sesuatu yang terkait dengan siklus II, sehingga kekurangan pada siklus I tidak terulang. C. Siklus II 1. Rencana tindakan siklus II Dalam perencanaan tindakan pada siklus II, yang menjadi materi adalah kehidupan perkotaan dan munculnya pergerakan kebangsaan Indonesia. setelah mengetahui hasil darai refleksi siklus I peneliti akan tetap menggunakan pembelajaran koopertif tipe student team achievement divisions, hal-hal yang dipersiapkan dalam tahap perencanaanya adalah:
117
a. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) b. Membuat lembar informasi dan LKPD ( lembar kerja panduan diskusi), dan menyiapkan sumber belajar lain, seperti gambar- gambar yang berhubungan dengan materi. c. Membentuk kelas menjadi beberapa kelompok d. Menyiapkan instrument penelitian yaitu lembar observasi untuk mengetahui peningkatan hasil belajar afektif e. Menyusun soal tes formatif, tes formatif dilaksanakan setelah pelaksanaan siklus II yang bertujuan untuk mengetahui apakah ada peningkatan hasil belajar siswa dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe student team acihievement division. 2. Pelaksanaan Tindakan Siklus II Pertemuan I: 2 x 45 menit (Senin, 10 Mei 2010) a. Kegiatan pendahuluan 1) Mengucapakan salam 2) Memotivasi siswa dengan pertanyaan hari-hari Nasional yang biasanya diperingati oleh Indonesia 3) Menjelaskan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai 4) Mengeksplorasi pengetahuan awal siswa dengan menyebutkan beberapa golongan yang muncul pada pergerakan kebangsaan Indonesia.
118
b. Kegiatan inti 1) Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 5 siswa 2) Guru menyampaikan materi pembelajaran sesuai dengan kompetensi dasar yang akan dicapai dengan menekankan pada pemaknaan bukan penghafalan 3) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum difahami 4) Guru membagikan lembar informasi dan LKPD ke pada setiap kelompok, untuk didsikusikan oleh masing-masing kelompok. 5) Setiap kelompok diberikan kesempatan untuk bertanya tentang penjelasan materi 6) Tiap kelompok bertanggung jawab atas anggota kelompoknya 7) Selama kegiatan berlangsung guru melakukan penilaian c. Kegiatan penutup/ refleksi 1) Mengadakan refleksi terhadap proses dan hasil belajar hari itu 2) Guru mengulas tentang materi yang telah dipelajari 3) Guru menutup pelajaran dengan doa bersama dan mengucap salam Pertemuan II : 2 x 45 menit (Senin, 17 mei 2010 ) a. Kegiatan Pendahuluan 1) Mengucapkan salam 119
2) Guru Memotivasi siswa dengan menyayikan lagu Indonesia Raya 3) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai 4) Guru mengeksplorasi pengetahuan awal siswa dengan menanyakan materi yang telah lalu b. Kegitan inti Pelaksanaan pembelajaran adalah kelanjutan dari pertemuan sebelumnya. 1) Guru langsung menerangkan lanjutan materi minggu lalu 2) Guru menunjuk beberapa siswa tentang jawaban hasil diskusi yang telah dilakukan 3) Guru mengulas jawaban siswa dengan tujuan untuk memperluas pemahaman siswa c. Kegiatan penutup/refleksi 1) Guru memberikan soal tes formatif dan menghimbau para siswa agar tidak saling bekerjasama 2) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan pendapatnya tentang kehidupan sehari-hari tentang contoh sikap Nasionalisme 3) Guru menutup dengan berdoa bersama dan mengucap salam 3. Observasi Siklus II Pada siklus II, ditekankan kepada siswa untuk lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar sehingga tujuan penerapan pembelajaran 120
kooperatif tipe student team achievement divisions ini dapat berjalalan sesuai dengan rencana. Pada pertemuan pertama siklus II, kegiatan belajar mengajar membahas tentang kehidupan kekutaan dan munculnya pergerakan kebangsaan Indonesia. Pada kegiatan pendahulaun peneliti terlebih dahulu memotivasi siswa dan mengeksplor pengetahuan awal siswa dikaitkan dengan materi yang disampaikan, peneliti menanyakan pertanyaan mengenai hari-hari Nasional yang biasa dirayakan oleh Negara kita Indonesia, dan nampaknya sebagian siswa bisa menjawab dengan baik . Memasuki kegitan inti, peneliti meminta siswa untuk berkelompok dengan kelompoknya masing-masing, saat berkelompok siswa sudah mulai tertib, namun masih ada 1-2 siswa yang enggan berkelompok. Kemudian peneliti mulai menerangkan materi yang dipelajari hari ini, dengan memfokuskan pada pemaknaan materi, bukan penghafalan. Sebagian siswa memperhatikan dengan baik dan seksama, terbukti saat peneliti memberi beberapa pertanyaan pada siswa banyak sisiwa yang berebut untuk menjawabnya. Hal ini menunjukan bahwa siswa sudah mulai antusias dalam mengikuti proses belajar mengajar khususnya mata pelajaran sejarah. Setelah guru selesai menjelaskan materi, guru mulai membagikan lembar Informasi dan LKPD pada setiap kelompok, siswa menerima tugas dengan penuh semangat dan antusias. Pada saat berdiskusi guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum dipahami, namun hal ini tidak lepas dari tanggung jawab tiap 121
kelompok, guru tetap meyakinkan tiap kelompok untuk tidak berhenti meminta bantuan dari teman satu kelompoknya sebelum mereka bertanya kepada guru. Keaktifan siswa dalam berdiskusi sudah tidak didominasi oleh siswa yang aktif-aktif saja, semua kelompok sudah terlihat aktif, mengingat hari ini skor LKPD akan direkognisi menjadi skor kuis, namun ada beberapa sisiwa masih nampak ragu-ragu dalam berpendapat. Sisiwa tersebut hanya diam saja mengikuti hasil diskusi teman-temannya, bahkan ada salah satu kelompok yang hanya menyerahkan tugas pada satu siswa saja. Kegiatan penutup/refleksi peneliti memberi ulasan materi, dan meminta siswa untuk mengemukakan pendapatnya tentang beberapa pendidikan yang berkembang di daerah perkotaan. Pada saat mengemukakan tampak beberapa siswa mulai terbiasa melakukan kegiatan tersebut, walaupun masih ada sebagian siswa yang nampak kesulitan. Pada pertemuan kedua dari siklus II, kegiatan belajar mengajar membahas materi tentang latar belakang lahirnya nasionalisme di Indonesia. kegiatan pembelajaran ini merupakan kelanjutan dari kegiaatn sebelumnya. Peneliti langsung menjelaskan materi yang merupakan lanjutan dari pertemuan sebelumnya. Setelah siswa memahami materi, peneliti menanyakan tentang jawaban hasil diskusi. Pertemuan kali ini peneliti tidak langsung menunjuk perwakilan dari tiap kelompok untuk 122
membacakan hasil jawabannya namun membiarkan para siswa langsung membacakannya sendiri, hal ini dilakukan dengan tujuan agar siswa memiliki keberanian untuk mengeluarkan pendapatnya, dan siswa yang lain diberi kesempatan untuk menaggapi jawaban dari temannya tersebut. Karena sebelumnya peneliti tidak menunjuk perwakilan dari tiap kelompok jadi peneliti dpat melihat keberanian siswa dalam mengutarak jawabannya, mereka sudah tidah ragu dan takut lagi daalm membacakan hasil jawabannya dan sebagian sisiwa yang lainnya sudah tidak ragu dlam menanggapi jawaban temannya. Setelah peneliti melihat hasil jawaban siswa, kemudian peneliti mengulas jawaban siswa dengan tujuan untuk memperluas pemahaman siswa. Pada akhir pembelajaran siklus II ini siswa diberikan soal tes formatif/ soal latihan hasil belajar. Pertanyaan-pertanyaan untuk sisiwa telah peneliti persiapkan, soal diambil dari materi yang telah dipelajari, pada saat mengerjakan siswa nampak tertib dan mandiri namun masih ada siswa yang kurang yakin sehingga kadang-kadang melihat jawaban temannya. Tes formatif dilakukan untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang telah dipelajari dan hasil belajar kognitif siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar ini dengan menerapkan pebelajaran koopertaif tipe student team acihievement dalam meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas XI IPS 2 pada mata pelajaran sejarah. 123
Keaktifan merupakan aspek hasil belajar yang diamati selama proses pembelajaran, tiga aspek yang diamati yaitu: kemandirian dalam mengerjakan tugas, kerjasama dalam tim , keberanian dalam bertanya, menjawab dan berargumen dalam diskusi, dan dapat bekerjasama dalam kelompok. 4.7. Tabel keaktifan siswa pada siklus II
Dapat diketahui bahwa total keaktifan siswa dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe Student Team achievement division , prosentase keberhasilan aspek kemandirian dalam mngerjakan soal pada siklus II adalah 66,37 % nilai C untuk penilain dengan huruf dan 2 untuk penilaian dengan angka, taraf keberhasilan cukup. Aspek kerjasama dalam tim adalah 68,96 %, nilai C untuk penilaian dengan huruf dan 2 untuk penilaian dengan angka, taraf keberhasilan cukup. Aspek keberanian dalam bertanya, menjawab dan berargumen dalam diskusi adalah 57,75 %, Pertem uan Hari/tang gal Indikator Prosentasi keberhasilan Nilai dengan huruf Nilai dengan angka Taraf keberhasila n I dan II Senin , 10 Mei 2010 dan Kamis, 17 Mei 2010
Kemandirian 66,37 % C 2 Cukup Kerjasama 68,96 % C 2 Cukup Keberanian 57,75 % C 2 Cukup 124
nilai C untuk penilaian dengan huruf dan 2 untuk penilaian dengan angka, taraf keberhasilan cukup. Tes formatif ini dilakukan pada hari senin tanggal 17 Mei 2010 yang diikuti oleh 29 sisiwa. 4.8. Table prestasi belajar siswa siklus II Hari/tang gal Kategori taraf keberhasilan Ketuntasan
skor Rata -rata SB B C K SK T BT Senin , 17 Mei 2010 2088 72 6,89% 82,75 % 10,34% 0,00% 0,00% 37,93 % 62,06 %
Dari table di atas dpat diketahui bahwa total skor prestasi belajar siswa pada siklus II dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe student team achievement division yang dapat diketahui adalah 2.088 dengan rata-rat hasil belajar adalah 72. Prosentase taraf keberhasilah sangat baik adalah 6,89%, kategori cukup 10,34%, kategori kurang 0,00% dan kategori sangat kurang 0,00%. Dapat disimpulkan bahwa taraf keberhasilan belajar siswa yang paling banyak adalah kategori baik dengan prosentasi 82,75%. Prestasi belajar siswa pada siklus II menunjukan tingkat ketuntasan siswa, siswa yang tuntas sebanyak 11 siswa (37,93%) dan siswa yang tidak tuntas belajar sebanyak sebanyak 18 siswa (62,06 %).
125
4. Refleksi Siklus II Dari hasil pelaksanaa siklus II, proses pembelajaran sudah nampak berjalan dengan baik, para siswa sudah mulai bersemangat dan antusias dalam mengikuti proses pembelajaran, penerapan pembelajaran kooperatif tipe student team achievement division merupakan cara yang tepat untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar sisiwa kelas XI IPS 2 MAN Malang 1. Adapun indikator peningkatan tersebut adlah sebagai berikut: a) Pada saat pembelajaran berlangsung 57,75 % siswa sudah berani mengungkapkan pendapatnya dengan bertanya maupun mengungkapkan ide-ide, khususnya pada saat berdiskusi, beberapa naggota kelompok diskusi siswa sudah mulai berani berargumen tentang pendapatnya, hal ini menunjukan peningkatan, yang lebih baik dibandingkan pada saat pelaksanaan siklus I, yang mana keaktifan kelas hanya didominasi oleh siswa yang aktif saja. b) Pada saat pembelajaran berlangsung siswa nampak bersemangat, tidak mengantuk dan tidak jenuh, hal ini dapat diamati dari keikutsertaan siswa saat mengungkapkan pendapatnya, maupun bertanya serta antusias dalam mengerjakan tugas yang diberikan peneliti. 126
c) Adanya peningkatan keaktifan siswa dan ketuntasan prestasi belajar siswa sebesar 37,93 % dari siklus II yang telah dilakukan. Namun demikian ada beberapa yang perlu ditingkatkan dlam melaksankan siklus II, sehingga pada siklus berikutnya penerapan pembelajaran kooperatif tipe student team acihievement division (STAD) dapat diaplikasikan dengan hasil yang memuaska. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan: a) Tetap mempertahankan keaktifan sisiwa dalam mengungkapkan pendapat dan mengemukakan pertanyaan b) Waktunya kurang panjang, terutama pada saat hari Senin. Karena jadwal pada hari Senin berada pada jam akhir, sehingga sering kecolongan waktu pada saat bel pulang berbunyi. c) Semangat siswa masih kurang, masih ada siswa yang belum bisa antusias. Masih ada siswa yang bermain-main dengan temannya saat proses pembelajaran berlangsung. Setelah peneliti melakuakan diskusi dengan guru mata pelajaran sejarah untuk pertemuan selanjutnya pada siklus III peneliti akan tetap menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Student team achievement divisions, dan untuk mengatasi kekurangan pada siklus II peneliti melakukan: 127
a) Meningkatkan keaktifan siswa dengan tetap mendorong siswa untuk mengemukakan pendapatnya. b) Membuat beberapa petanyaan yang harus dijawab secara berebut oleh masing-masing kelompok, dengan tujuan untuk menmpertahankan keaktifan siswa dan pemahaman tentang materi yang sudah lalu c) Memotivasi siswa agar tetap besikap berani dan aktif dalam kegiatan belajar-mengajar. D. Siklus III 1. Rencana tindkan siklus III Sesuai dengan hasil analisis dari refleksi pada siklus II, pada perencanaan tindakan siklus III peneliti tetap menerapkan pembelajaran kooperatif tipe student team achievement division. Penerapan ini diharapkan dapat lebih mengoptimalkan proses pembelajaran khususnya mata eplajaran sejarah. Sebagaimana halnya dengan pelaksanaan siklus I dan II, pada siklus III ini dimulai dengan tahap-tahap sebagai berikut: a) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran b) Membuat lembar informasi dan LKPD (lembar kerja panduan diskusi) c) Membagi siswa menjadi 5 kelompok, tiap kelompok terdiri dari 5-6 siswa 128
d) Menyiapkan instrument penelitian yaitu lembar observasi untuk mengetahuai peningkatan hasil belajar efektif e) Menyusun soal tes formatif, tes formatif dilakukan setelah pelaksanaan siklus III yang bertujuan untuk mengetahui apakah ada peningkatan dengan menerapkan pembelajaran koopertaif tipe student team achievement division 2. Pelaksanaan Tindakan Siklus III Pada pelaksanaan siklus III ini dilakukan sebanyak dua kali pertemuan yaitu pada tanggal, 20 dan 24 April 2010. Adapun kegiatan pembelajaran yang akan diterapakan pada siklus III meliputi langkah- langkah sebagai berikut: Pertemuan I: 1 x 45 menit (Kamis, 20 April 2010) a. Kegiatan pendahuluan 1) Mengucapkan salam 2) Guru memotivasi sisiwa dengan menunjukkan gambar etnik yang ada di Indonesia 3) Menjelaskan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai 4) Mengeksplorasi pengetahuan awal siswa dengan menanyakan siapa pertama kali yang menggunakan istilah Indonesia b. Kegiatan Inti 1) Guru meminta sisiwa untuk berkelompok dengan kelompoknya masing-masing 129
2) Guru menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan kepada siswa sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai 3) Guru memberi kesempatan ke pada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum difahami 4) Guru membagikan lembar informasi dan LKPD pada tiap kelompok untuk didiskusikan 5) Setiap kelompok diberikan kesempatan untuk bertanya tentang penjelasan materi 6) Tiap kelompok bertanggung jawab atas anggota kelompoknya 7) Selama kegiatan berlangsung guru melakukan penilaian c. Kegiatan Penutup/Refleksi 1) Guru memberi ulasan tentang materi yang sudah diterangkan 2) Guru mengucap salam Pertemuan II: 2 x 45 menit (Senin, 24 April 2010 ) a. Kegiatan Pendahuluan 1) Mengucapakan salam 2) Guru memotivasi siswa dengan menanyakan tentang materi yg telah lalu 3) Menjelaskan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai 4) Mengeksplorasi pengetahuan awal siswa dengan menyebutkan beberapa organisasi pergerakan nasional di Indonesia
130
b. Kgiatan Inti Pertemuan ini adalah kelanjutan dari pertemuan sebelumnya, guru menunjuk beberapa siswa untuk membacakan hasil jawabannya dan dari hasil jawaban siswa guru mengulas jawaban yang bertujuan untuk memperluas cakupan pemahaman siswa. c. Kegiatan Penutup/ Refleksi 1) Guru memberikan tes formatif/soal latihan hasil belajar 2) Mengadakan refleksi terhadap proses dan hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari 3) Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menceritakan kembali tentang perkembangan nasionalisme di Indonesia hingga mencapai titik kemajuan 4) Guru menutup pelajaran dengan mengucap salam 3. Observasi siklus III Pada siklus III ini peneliti tetap menerapkan pembelajaran kooperatif tipe student team achievement division dengan tujaun lebih mengoptimalkan proses pembelajaran mata pelajaran sejarah. Pada pertemuan pertama siklus III, kegiatan belajar mengajar membahas tentang transformasi etnik dan perkembangannya identitas kebangsaan Indonesia. pada kegiatan pendahuluan terlebih dahulu peneliti memotivasi siswa dengan menunjukan beberapa gambar yang berhubungan dengan etnik Indonesia, kemudian peneliti mengeksplor pengetahuan awal siswa dengan menanyakan siapa pertama kali yang 131
menggunakan istilah Indonesia. Saat kegiatan ini berlangsung siswa nampak sudah termotivasi dan dapat menjawab pertanyaan dengan baik walupun para siswa masih terlihat sibuk membuka buku dan LKS untuk mencarai jawabannya, namun hal ini cukup menunjukan bahwa siswa sudah berantusias dalam mengikuti pelajaran sejarah. Pada saat berkelompok, siswa sudah lebih tertib dan langsung berbaur dengan kelompoknya masing-masing. Sehingga penelitipun lebih mudah dalam menerangkan materi , karena siswa sudah tidak ada yang bermain-main dan rebut sendiri. Setelah selesai menjelaskan materi peneliti langsung membacakan beberapa soal untuk dijawab oleh masing- masing kelompok, siswa nampak saling berebut untuk menjawab pertanyaan tersebut. Kemudian guru membagikan lembar informasi dan LKPD kepada siswa untuk didiskusikan bersama-sama dengan kelompoknya. Kegiatan ini sudah tidak didominasi oleh para siswa yang aktif-aktif saja. Karena hari Kamis jadwal sejarah hanya satu jam, maka siswa tidak begitu lama dalam berdiskusi mereka langsung sergap dan cepat dalam menyelesaiakan LKPD-nya. Namun setiap kelompok tetap memiliki rasa tanggung jawab terhadap anggota kelompoknya, mereka berusaha saling membantu dan bekerjasama sehingga semua anggota kelompok aktif dalam kegiatan diskusi. 132
Kegiatan penutup peneliti hanya memberi ulasan tentang materi yang sudah dipelajari dan menutup pelajaran dengan salam. Pada pertemuan kedua dari siklus III, kegiatan belajar mengajar peneliti melanjutkan materi dari petemuan sebelumnya. Kemudian peneliti meminta siswa untuk membacakan hasil diskusinya, dan siswapun langsung tanggap tanpa ditunjuk terlebih dahulu, para siswa nampak berebut untuk membacakan terlebih dahulu hasil jawabannya. Namun hal ini dapat diatasi dengan pembagian nomor soal sesuai dengan nomor kelompoknya, sehingga setiap kelompok kebagian satu nomor dari setiap soal. Siswa yang mewakili setiapa kelompok nampaknya sudah tidak segan dan ragu-ragu lagi, mereka sudah terbiasa dengan kegiatan ini. Hal ini terbukti pada saat salah satu siswa kelas XI IPS 2 diwawancarai oleh peneliti tentang pendapatnya apakah sisiwa menikmati pembelajaran mengenai penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe student team achievement divisison ini, siswa itu menjawab: Tentu, saya sangat menikmatinya karena metode koperatif tipe student team achievement division ini lebih efisien, tidak membingungkan dan lebih praktis. Selain itu dalam mengerjakan tugas dapat berkelompok dan bekerjasama, sehingga lebih mudah dan lebih cepat dalam mengerjakan tugas 97
Pada saat dilakaukan refleksi mengenai materi yang telah lalu siswa nampaknya sudah terbiasa, sehingga pada saat peneliti meminta sisiwa untuk menceritakan kembali tentang perkembangan nasionalisme di
97 Hasil wawancara dengan salah satu siswa kelas XI IPS 2 133
Indonesia hingga mencapai titik kemajuan, tidak sedikit siswa yang mampu bercerita. Mereka terlihat antusias dan aktif, sehingga kelas mnjadi hidup. Pada akhir pembelajaran, sisiwa diberikan soal tes formatif/soal latihan hasil belajar. Pertanyaan-pertanyaan untuk siswa telah peneliti persiapkan, siswa berlomba menyelesaikan pertanyaan-pertanyaan dari materi yang telah dipelajarai. Siswa nampak antusias dalam mengerjakan tes yang diberikan oleh peneliti dan siswa mengerjakan tes dengan mandiri karena pada saat kegiatan diskusi siswa berpartisipasi dan aktif dalam kegiatan tersebut. Peneliti ingin melihat seberapa keaktifan belajar dan prestasi belajar siswa dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe student team achievement divison. Pada akhir siklus III dilaksanakan tes formatif untuk mengetahui tingkat prestasi siswa teradap materi yang telah dipelajari dan keaktifan siswa setelah mengikuti pembelajaran kooperatif tipe student team achievemat division. Tes formatif ini dilaksanakan pada hari Senin tanggal 24 Mei 2010 yang diikuti oleh 29 siswa-siswi.
134
4.9. Tabel keaktifan siswa pada siklus III
Dari table di atas dapat diketahui bahwa prosentase keaktifan siswa aspek kemandirian dalam mengerjakan pada siklus III adalah 77,58 %, nilai untuk penilaian dengan huruf dan 3 untuk penilaian dengan angka, taraf keberhasilan adalah bagus. Aspek kerjasama dalam tim adalah 75,86 %, nilai B untuk penilaian dengan huruf dan nilai 3 untuk penilaian dengan angka, taraf keberhasilan adalah bagus. Aspek keberanian dalam bertanya menjawab dan berargumen dalam diskusi adalah 70,68 %, nilai B untuk penilaian dengan huruf dan nilai 3 untuk penilaian dengan angka, taraf keberhasilan adalah bagus. 4.10. Table prestasi belajar siswa pada siklus III Hari/tang gal Kategori taraf keberhasilan Ketuntasan
skor Rata- rata SB B C K SK T BT Senin , 17 Mei 2010 2173 74,93 17,24% 72,41% 10,34% 0,00% 0,00% 79,31 % 20,68 %
Pertemu an Hari/tang gal Indikator Prosentasi keberhasila n Nilai dengan huruf Nilai dengan angka Taraf keberhasilan I dan II Senin , 20 Mei 2010 dan Kamis, 24 Mei 2010 Kemandirian 77,58 % B 3 Bagus Kerjasama 75,86 % B 3 Bagus Keberanian 70,68 % B 3 Cukup
135
Bedasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa total skor prestasi belajar siswa dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe student team achievement division adalah 2.173 dengan rata-rata belajar adalah 74,93. Prosentase taraf keberhasilan belajar siswa kategori sangat baik adalah 17,24%, kategori baik 72,41 %, kategori cukup 10,34%, kategori kurang 0,00%, dan kategori sangat kurang 0,00%. Dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa yang paling banyak adalah kategori baik dengan prosentase 72,41 %. Prestasi belajar sisiwa pada siklus III menunjukan tingkat ketuntasan siswa, siswa yang tuntas sebanyak 23 sisiwa (79,31 %) dan siswa yang tidak tuntas belajar sebanyak 6 siswa (20,68 %). 4. Refleksi Siklus III Pelaksanaan pembelajaran pada siklus III ini tetap sama dengan siklus-siklus sebelumnya yaitu untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar sisiwa kelas XI IPS 2 pada mata pelajaran sejarah. Pada siklus III ini siswa sudah sangat cocok dengan metode pembelajaran yang diterapkan oleh peneliti dan mulai terbiasa dengan pembelajaran kooperatif tipe student team achievement division. Dari hasil observasi siklus III, dapat diketahui bahwa adanya peningkatan keaktifan dan prestasi belajar sisiwa, peningkatan tersebut dapat diamati pada lembar-lembar observasi dari siklus I sampai III, 136
dengan peningkatan keaktifan siswa sebesar 73,05 % dan peningkatan prestasi belajar siswa sebesar 79, 31 %. Adapun Indikator keberhasilan penggunaan pembelajarn kooperatif tipe student team achievement division: 1) Pada saat pembelajaran berlangsung, siswa terlihat lebih bersemangat, lebih aktif tidah bosan dan tidak ngantuk 2) Dengan pendekatan kooperatif tipe student team achievement division sisiwa dapat lebih bersosialisasi dengan temannya 3) Dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe student team achievement division siswa lebih aktif dan berani mengungkapkan pendapatnya dan tidak ragu-ragu lagi dalam bertanya atau mengungkapkan ide 4) Adanya peningkatan keaktifan dan prestasi belajar siswa yang dapat dilihat dari lembar observasi yang mengalami kenaikan pada setiap siklusnya Dengan demikian, peneliti menilai bahwa penelitian ini sudah cukup dan tidak perlu dilanjutkan pada siklus selanjutnya, hal ini atas pertimbangan bahwa dari siklus III sudah meningkat. Selain itu, dari hasil diskusi dengan teman-teman sejawat dan guru mata pelajaran yang bersangkutan maka penelitian tindakan kelas ini hanya sampai pada siklus III. 137
Di akhir pertemuan, peneliti merekognisi hasil tim bersama siswa dan akhirnya diperolehlah nilai tim, setelah diadakan rekognisi tim diperolehlah 1 tim (kelompok V) dengan predikat tim Super. 2 tim (kelompok II dan kelompok IV) menjadi tim sangat bagus , dan 2 tim (kelompok I dan III) berpredikat tim bagus .
138
BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Lokasi penelitian tindakan kelas ini berada di kelas XI IPS 2 MAN Malang 1. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan selama tiga siklus. Masing- masing siklus dilaksanakan selama dua kali petemuan, yaitu sejak tanggal 26 April 2010 sampai 24 Mei 2010. Sebelum dilaksanakan tindakan kelas siklus I, terlebih dahulu peneliti melakukan observasi awal (pretest) dan pada akhir pertemuan diadakan tes formatif yaitu pada tanggal 26 April 2010, pada saat observasi awal (pretest) kegaitan belajar kelas XI IPS 2 masih menggunakan metode ceramah dan Tanya jawab. Adapun tujuan diadakan observasi awal dan pada akhir pertemuan dilaksankan tes formatif untuk mengetahui dan mengukur keaktifan dan prestasi belajar sisiwa. Pada saat observasi awal, materi yang diajarkan adalah perlawanan masyarakat Indonesia terhadap kekuasaan asing. Dari hasil tes formatif dengan menggunakan metode ceramah dan Tanya jawab, terlihat prestasi belajar kognitif siswa masih rendah. Hal ini disebabkan dalam proses belajar pembelajaran masih menggunakan metode ceramah dan Tanya jawab yang mana metode ini menjadikan kegiatan belajar mengajar cenderung monoton karena siswa tidak terlibat aktif dalam kegiatan belajar mengajar dan proses pembelajaran masih terpusat pada guru, sehingga menjadikan siswa pasif. 139
Sesuai denagn observasi awal, metode yang digunakan masih bersifat lama dan tanpa alternatif. Artinya, semua yang diajarkan mtlak harus diikuti. Maka akibatnya siswa yang sedang serba kebingungan akan semakin bingung sehingga siswa semakin tidak percaya diri. 98
Pada penelitian ini peningkatan prestasi belajar siswa dapat dilihat dari hasil tes formatif yang dilaksanakan pada akhir pembelajaran, untuk mengetahui adanya peningkatan dilihat dari meningkatnya prosentase keberhasilan siswa dari observasi awal (pretest) hingga siklus III. Syaiful Bahri Djamah mengatakan bahwa prestasi belajar adalah segala hal yang dipelajari di sekolah yang menyangkut pengetahuan atau kecakapan/keterampilan yang dinyatakan sesudah hasil penilaian. 99
Peningkatan keaktifan siswa dalam pembelajaran ditandai dengan meningkatnya kejujuran dalam mengerjakan tugas, kerjasama dalam tim,dan keberanian dalam bertanya, menjawab dan berargumen dari siklus I sampai siklus III. Hasil tes formatif menunjukan bahwa dengan penerapan metode ceramah dan Tanya jawab yang monoton menghasilkan prestasi belajar siswa yang relatif rendah. Hal ini ditunjukan dari hasil kuis yang diadakan saat pretest, pelaksanaan kuis diberikan melalui 5 soal uraian. Setiap siswa memperoleh lembaran kuis
98 Nanang Hanafiah, Cucu Suhana. Konsep Strategi Pembelajaran. (Bandung: Refika Aditama, 2009) hlm: 17 99 Syaiful bahri, djamah. Prestasi belajar dan kompetensi Guru (Surabaya: usaha nasional, 1994), hlm: 24 140
sehingga setiap siswa dapat mengerjakannya sendiri. Namun walaupun siswa dianjurkan untuk mengerjakan secara mandiri banyak siswa yang terlihat meminta bantuan temannya bahkan ada beberapa siswa yang tidak segan-segan untuk membuka buku mata pelajaran dan menemukan jawabannya. Sikap seperti inilah yang harus dirubah, karena hal ini menunjukan kelemahan siswa dalam menguasai materi khususnya sejarah, selain itu rasa percaya diri siswapun masih rendah, terbukti dari hasil observasi peneliti yang menunjukan aspek kemandirian siswa saat mengerjakan soal kuis ditemukan prosentase sebesar 41,37%, untuk aspek kerjasama belum diketahui prosentasenya, hal ini dikarenakan peneliti belum menggunakan pembelajaran kooperatif tipe student team achievement divisions (STAD), sedangkan aspek keberanian siswa dalam berargument, mengeluarkan ide, bertanya dan menjawab prosentase sebesar 36,20 %. Selain itu ada kendala yang ditemui peneliti, yaitu jadwal hari Senin mata pelajaran sejarah yang terletak pada jam pelajaran ke 8-9 (jam akhir) sehingga siswa banyak yang mengeluh kecapekan,. Hal ini adalah salah satu hal yang harus peneliti perhatikan, agar proses belajar mengajar tetap berjalan dengan baik. Prestasi siswa selama pretest diketahui rata-rata seluruh siswa 56,96 dengan ketuntasan belajar sebesar 6,9 % (2 siswa), sedangkan jumlah siswa yang belum tuntas sebesar 93,10 % (27 siswa). Dari pretest yang sudah dilakukan peneliti mengambil tindakan dengan menerpkan pembelajaran kooperatif tipe student team achievement divisions (STAD) yang dimulai dari siklus I, pelaksanaan siklus I ini peneliti memperkenalkan tentang belajar bersama melalui tim (kelompok), selain itu peneliti juga menyampaikan kepada siswa akan pentingnya materi yang akan 141
dipelajari, serta memotivasi siswa dengan menunjukan beberapa gambar bendera Negara. Hal ini dilakukan agar siswa termotivasi untuk memulai pelajaran. Peneliti membagi siswa menjadi beberapa kelompok heterogen, selanjutnya masing-masing kelompok diberi kesempatan untuk membangun tim dengan memberi nama, namun tiap kelompok lebih setuju jika menggunakan angka saja, sehingga tiap kelompok menamakan kelompoknya kelompok I, kelompok II dan seterusnya. Peneliti juag menjelaskan bahwa pada pertemuan akhir akan diadakan rekognisi tim, yang mana setiap tim akan direngking dan ditentuakan sebagai tim super, tim sangat baik dan tim baik. Selanjutnya, peneliti yang juga sebagai guru menyampaikan materi secara ringkas serta menggunakan kata-kata kunci saja, hal ini untuk mempermudah siswa dalam memahami materi. Pada siklus I nampak bahwa siswa masih kurang aktif dan enggan untuk mengeluarkan pendapatnya. Hal ini terbukti saat peneliti melakukan tanya jawab, pada kesempatan ini hanya didominasi oleh para siswa yang aktif saja, sedangkan siswa yang pasif cenderung diam dan tidak bertanya. Pada saat pelaksanaan diskusipun masih didominasi oleh siswa yang aktif saja, sedangkan siswa yang pasif cenderung mengikuti hasil yang telah didiskusikan oleh kelompoknya. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan individual pada masing-masing siswa. Siswa yang aktif mayoritas adalah siswa berprestasi di kelas dan siswa yang kurang berprestasi cenderung kurang percaya diri dengan kemampuannya. Pada akhir pertemuan peneliti memberi sedikit ulasan materi dan meminta siswa untuk mengungkapkan beberapa pendapatnya tentang materi yang sudah disampaikan. Namun nampaknya siswa masih kesulitan dalam melakukan kegiatan tersebut dan hanya beberapa sisw saja yang 142
berani. Hal ini juga terjadi pada pertemuan ke-dua dari siklus I yang mana peneliti menunjuk perwakilan dari kelompok untuk membacakan hasil jawabannya dan siswa yang lain diberi kesempatan untuk menaggapi jawabannya. Salah satu siswa yang ditunjuk nampaknya masih ragu-ragu dan takut dalam membacakan hasil jawabannya dan sebagaian besar siswa yang lainnya juga masih ragu-ragu dalam menanggapi jawaban. Setelah peneliti melihat hasil jawaban siswa, kemudian peneliti mengulas jawaban siswa dengan tujuan untuk memperluas pemahaman siswa. Pada akhir pembelajaran siswa diberikan tes formatif. Pertanyaan- pertanyaan untuk siswa telah peneliti persiapkan, terdiri dari 5 soal uraian. Namun ada sebagian siswa yang kurang mandiri dalam mengerjakan soal karena pada saat belajar bersama (kelompok) siswa kurang berperan aktif. Dari observasi dan tes formatif yang telah dilakukan dapat ditemukan adanya peningkatan keaktifan dan prestasi belajar siswa dibandingkan dengan observasi awal (pretest) , aspek kemandirian dalam mengerjakan soal kuis mengalami peningkatan sebesar 57,75 %, dalam aspek kerjasama tin dinilai masih rendah hal ini dikarenakan peneliti baru pertama kalinya menerapkan pembelajran kooperatif tipe student team achievement divisions (STAD) dengan prosentase awal sebesar 59,48 %, dan pada aspek keberanianpun mengalami peningkatan sebesar 52,58 %. Pada siklus I ini pun prestasi belajar siswa mengalami peningkatan sebesar 15 %. Hal ini dirasa kurang maksimal, sehingga perlu diadakan perbaiakan pada siklus berikutnya. Pada siklus II, peneliti sudah bisa melihat antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran sejarah, siswa mulai tertib namun masih ada 1-2 siswa yang enggan bergabung dengan kelompoknya. Sehingga guru harus tetap menjaga 143
kondisi kelas agar tetap tertib. Kemudian peneliti mulai menerangkan materi yang dipelajari hari ini, dengan memfokuskan pada pemaknaan materi, bukan penghafalan. Sebagian siswa memperhatikan dengan baik dan seksama, terbukti saat peneliti memberi beberapa pertanyaan pada siswa banyak sisiwa yang berebut untuk menjawabnya. Hal ini menunjukan bahwa siswa sudah mulai antusias dalam mengikuti proses belajar mengajar khususnya mata pelajaran sejarah. Pada saat berdiskusi guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menanyakan hal- hal yang belum dipahami, namun hal ini tidak lepas dari tanggung jawab tiap kelompok, guru tetap meyakinkan tiap kelompok untuk tidak berhenti meminta bantuan dari teman satu kelompoknya sebelum mereka bertanya kepada guru. Keaktifan siswa dalam berdiskusi sudah tidak didominasi oleh siswa yang aktif-aktif saja, semua kelompok sudah terlihat aktif, namun ada beberapa sisiwa masih nampak ragu-ragu dalam berpendapat. Siswa tersebut hanya diam saja mengikuti hasil diskusi teman-temannya, bahkan ada salah satu kelompok yang hanya menyerahkan tugas pada satu siswa saja. namun hal ini dapat segera diatasi oleh peneliti. Antar kelompok mulai muncul kompetisi yang sehat, hal ini terlihat dari hasil penugasan kelompok yang hasilnyapun beragam. Menurut Anita Lie dalam Isjoni : Menyebutkan pembelajaran kooperatif dengan istilah gotong-royong, yaitu sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstrktur. Lebih jauh dikatakan pembelajaran kooperatif hanya berjalan 144
kalau sudah terbentuk suatu kelompok atau suatu tim yang di dalamnya siswa bekerja secara terarah untuk mencapai tujuan. 100
Pada pertemuan ke-dua dari siklus II peneliti tidak langsung menunjuk perwakilan dari tiap kelompok untuk membacakan hasil jawabannya namun membiarkan para siswa langsung membacakannya sendiri, hal ini dilakukan dengan tujuan agar siswa memiliki keberanian untuk mengeluarkan pendapatnya, dan siswa yang lain diberi kesempatan untuk menaggapi jawaban dari temannya tersebut. Karena sebelumnya peneliti tidak menunjuk perwakilan dari tiap kelompok jadi peneliti dapat melihat keberanian siswa dalam mengutarakan jawabannya, mereka sudah tidah ragu dan takut lagi daalm membacakan hasil jawabannya dan sebagian sisiwa yang lainnya sudah tidak ragu dlam menanggapi jawaban temannya. Setelah peneliti melihat hasil jawaban siswa, kemudian peneliti mengulas jawaban siswa dengan tujuan untuk memperluas pemahaman siswa. Pada akhir pembelajaran siklus II ini siswa diberikan soal tes formatif/ soal latihan hasil belajar. Pertanyaan-pertanyaan untuk sisiwa telah peneliti persiapkan, soal diambil dari materi yang telah dipelajari, pada saat mengerjakan siswa nampak tertib dan mandiri namun masih ada siswa yang kurang yakin sehingga kadang-kadang melihat jawaban temannya. Keaktifan dan prestasi belajar siswa pada siklus II ini mengalami peningkatan, keaktifan siswa pada aspek kemandirian meningkat sebesar 66,37 %, aspek kerjasama dalam tim meningkat sebesar 68,96 % dan untuk aspek keberanian meningkat menjai 57,75 %. Sedangkan prestasi belajar siswa
meningkat sebesar 26 %. Ini adalah hal yang menggembirakan peneliti, namun ada beberapa yang harus diperbaiki, agar hasilnya lebih optimal, sehingga peneliti meminta izin pada guru mata pelajaran sejarah untuk melanjutkan siklus berikutnya. Pada siklus III siswa sudah sangat tertib, sehingga memudahkan peneliti yang berperan sebagai guru untuk langsung masuk pada kegiatan inti. Keaktifan siswa dalam bertanya sudah nampak bagus dinbanding suklus-siklus sebelumnya. Hal ini terbukti pad saat peneliti menunjukan beberapa gambar etnik-etnik yang ada di Indonesia, beberapa pertanyaan dari siswa sudah bisa ditanggapi oleh siswa yang lainnya, hal ini menunjukan bahwa kelas sudah hidup. Saat berkelompok, siswa sudah lebih tertib dan langsung berbaur dengan kelompoknya masing-masing. Kegiatan dalam berdiskusipun sudah tidak didominasi oleh para siswa yang aktif-aktif saja. Sehingga penelitipun lebih mudah dalam menerangkan materi , karena siswa sudah tidak ada yang bermain- main dan rebut sendiri. Setelah selesai menjelaskan materi peneliti langsung membagikan lembar informasi dan LKPD kepada siswa untuk didiskusikan bersama-sama dengan kelompoknya. Karena hari Kamis jadwal sejarah hanya satu jam, maka siswa tidak begitu lama dalam berdiskusi mereka langsung sergap dan cepat dalam menyelesaiakan LKPD-nya. Namun setiap kelompok tetap memiliki rasa tanggung jawab terhadap anggota kelompoknya, mereka berusaha saling 146
membantu dan bekerjasama sehingga semua nggota kelompok aktif dalam kegiatan diskusi. Pada pertemuan kedua dari siklus III, kegiatan belajar mengajar peneliti melanjutkan materi dari petemuan sebelumnya. Kemudian peneliti meminta siswa untuk membacakan hasil diskusinya, dan siswapun langsung tanggap tanpa ditunjuk terlebih dahulu, para siswa nampak berebut untuk membacakan terlebih dahulu hasil jawabannya. Namun hal ini dapat diatasi dengan pembagian nomor soal sesuai dengan nomor kelompoknya, sehingga setiap kelompok kebagian satu nomor dari setiap soal. Siswa yang mewakili setiap kelompok nampaknya sudah tidak segan dan ragu-ragu lagi, mereka sudah terbiasa dengan kegiatan ini. Isjoni: Dalam pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja, tetapi siswa juga harus mempelajari keterampilan-keterampilan khusus yang disebut keterampilan kooperatif yaitu: menggunakan kesepakatan, menhargai konstribusi, mengambil giliran dan berbagai tugas, berada dalam kelompok, berada dalm tugas, menyelesaikan tugas dalam waktunya. 101
Pada pertemuan terakhir siswa diberikan tes formatif (soal kuis), soal terdiri dari 5 soal uraian. Siswa nampak antusias dalam mengerjakan tes yang diberikan oleh peneliti dan siswa mengerjakan tes dengan mandiri karena pada saat kegiatan diskusi siswa berpartisipasi dan aktif dalam kegiatan tersebut. Peneliti ingin melihat seberapa keaktifan belajar dan prestasi belajar siswa dengan
101 Ibid, hlm: 47 147
menerapkan pembelajaran kooperatif tipe student team achievement divison (STAD). Di akhir pertemuan, peneliti merekognisi hasil tim bersama siswa dan akhirnya diperolehlah nilai tim, setelah diadakan rekognisi tim diperolehlah 1 tim (kelompok V) dengan predikat tim Super. 2 tim (kelompok II dan kelompok IV) menjadi tim sangat bagus , dan 2 tim (kelompok I dan III) berpredikat tim bagus . Ketika hasil rekognisi tim dibacakan siswa nampak senang dan bangga dengan hasil yang telah diraihnya. Hasil dari siklus III ini menunjukan adanya peningkatan pada keaktifan dan prestasi belajar siswa dibandingkan pada siklus- siklus sebelumnya. Keaktifan mengalami peningkatan, pada aspek kemandirian dalam mengerjakan soal kuis meningkat sebesar 77,58 %, aspek kerjasama dalam tim meningkat 75,86 %, dan aspek keberanian meningkat sebesar 70,68 %. Prestasi belajar siswapun mengalami peningkatan 15% pada siklus I , 26 % pada siklus II, dan meningkat sebesar 31 % pada siklus III, walaupun tidak ada siswa yang mendaptkan nilai 100 namun 23 siswa sudah tuntas belajar (79,31 %). Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas telah diperoleh data tentang peningkatan keaktifan dan prestasi belajar siswa denagn penerapan pembelajarn kooperatif tipe student team achievement division (STAD) dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas XI IPS 2 MAN Malang 1 pada mata pelajaran sejarah. Secara keseluruhan terjadi peningkatan keaktifan dan prestasi belajar siswa dengan cukup baik walaupun siswa belum mencapai nilai 100 namun rata-rata 148
nilai sudah melebihi KKM, dimana dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe student team achievement divisions dapat meningkatkan presentasi kelas khususnya bagi guru, yang mana presentasi kelas ini memberi kesadaran pada siswa bahwa mereka harus benar-benar memperhatikan.
149
BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Bedasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan sebanyak tiga siklus, data lapangan menunjukan bahwa: 1. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe student team achievement division (STAD) dalam upaya meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran sejarah kelas XI IPS 2 MAN Malang 1, dimulai dari pembentukan kelompok, menyusun instrument pembelajaran, serta menyiapkan media dan sumber belajar yang diperlukan. 2. Pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe student team achievement divisions (STAD) dalam meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran sejarah kelas XI IPS 2 MAN Malang 1, menempatkan guru sebagai pembimbing dan siswa diberikan kesempatan untuk bekerjasama dengan timnya untuk menyelesaikan tugas untuk menemukan konsep-konsep hingga menarik kesimpulan dari materi yang dibahas. 3. Evaluasi hasil pembelajaran dengan menerapakan pembelajaran kooperatif tipe student team achievement divisions (STAD) dalam meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran sejarah kelas XI IPS 2 MAN Malang 1, memberikan hasil yang cukup baik. Hal ini nampak dapat dilihat dari peningkatan keaktifan dan 150
prestasi belajar siswa pada setiap siklusnya. Keaktifan belajar siswa dinilai selama proses belajar mengajar dan peningkatan prestasi belajar siswa dapat dilihat dari hasil tes formatif yang dilakukan pada setiap akhir siklus. Selain itu data empiris juga menunjukan peningkatan kekatifan belajar siswa,. Pada siklus I aspek kemandirian meningkat menjadi 57,75 %, aspek kerjasama ditemukan prosentase sebesar 59,48 % dan aspek keberanian siswa dalam berargument 52,58% . Pada siklus II aspek kemandirian meningkat menjadi 66,37 %, aspek kerjasama menjadi 68,96% dan aspek keberanian menjadi 57,75 %. Pada siklus III aspek kemandirian meningkat sebesar 77,58 % , aspek kerjasama meningkat menjadi 75,86 %, dan aspek keberanian meningkat menjadi 70, 68 %. Prestasi belajar siswa juga meningkat pada tiap siklusnya 15% pada siklus I, 26 % pada siklus II, dan 31% pada siklus III. B. Saran Bedasarkan hasil penelitian, maka peneliti menyarankan: 1. Bagi sekolah Agar penerapan pembelajaran looperatif tipe student team achievement divisions ini diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar khususnya pada mata pelajaran sejarah, karena bedasarkan hasil penelitian terbukti dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa. 2. Bagi Guru Sejarah 151
Agar dalam penerapan pembelajaran kooperatif tipe student team achievement divisions benar-benar efektif, guru harus mengikuti prosedur atau cara-car penerapan metode ini, berusaha untuk mengubah kebiasaan belajar siswa dengan memberi pengertian tentang pembelajran kooperatif tipe student team achievement divisions. Disamping itu guru harus lebih meningkatkan semangat belajar siswa agar siswa aktif dan terpacu untuk meningkatkan prestasi belajarnya. 3. Bagi Siswa Agar siswa selalu antusisa dalam kegitan belajar mengajar, lebih jujur dan percaya diri dengan kemampuannya, menghargai pendapat orang lain, berani bertanya, menjawab dan beragumen membiasakan kerjasama dengan teman kelompoknya, membiasakan aktif dalam kegiatan belajar mengajar, mengaktualisasikan materi yang dipelajari dalam kehidupan sehari-hari, karena itu merupakan jalan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa yang lebih baik. 4. Bagi Penulis Mempunyai wawasan dan pengalaman praktis dibidang penelitian sebagai bekal untuk menjadi tenaga pendidik yang profesional. 5. Bagi Penelitian Lebih Lanjut Dapat mempergunakan hasil penelitian ini sebagai kajian untuk diadakannya penelitian lebih lanjut tentang penerapan pembelajaran kooperatif tipe student team achievement divisions terhadap variable yang berbeda. 152
DAFTAR PUSTAKA
Alfian, Magdalia, 2006. SEJARAH untuk SMA dan MA kelas XI Program Pengetahuan Sosial. Jakarta: ESIS
Arikunto, Suharsimi. 2002. Dasar-dasr evaluasi pendidikan (edisi revisi), Jakrta: Bumi Aksara
Arikunto, Suharsimi, 2002. Prosedur Penelitian Dalam Pendidikan Praktek (edisi revisi). Jakarta: Rineka Cipta
Arikunto, Suharsimi. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:Bumi Aksara
Bahri Djamarah, Syaiful. 1991. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional
Dep Pendidikan dan Kebudayaan . Kamus Besar Bahasa Indonesia.: Balai Pustaka
Fitria Atiningtyas, Ika. 2007. Penggunaan Pembelajaran Kooperatif tipe STAD untuk Menigkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Ekonomi kelas XI IPS SMA Ardjuna Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Program Studi Pendidikan Ekonomi UM
Furchan, Arif, 2004. Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional
Hamalik ,Oemar, 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara
Hamalik, Oemar , 2007. Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara
Ria Safinatur Rohmah lahir di Gisting Bawah (Lampung), tepat pada tanggal 28 Agustus 1987 dari Ibunda Muflikhatun dengan Ayahanda Rahmat. Pendidikan formal ditempuh dari RA.Rama Mathlaul Anwar (Lampung) tahun 1993-1994, dilanjutkan di MI Mathlaul Anwar (Lampung) tahun 1994- 2000, MTs Mathlaul Anwar (Lampung) tahun 2000-2003, dan MA Sunan Pandanaran (Yogyakarta) tahun 2003-2006. Masuk UIN Maulana Malik Ibrahim Malang tahun 2006, pada Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan IPS. Penulis beralamat di Jl. Mess Pemda Landsbaw Gisting Bawah Tanggamus Lampung 35378, dengan alamat e-mail: doux_rohmah@yahoo.co.id .