HUBUNGAN GAYA HIDUP PADA PASIEN HIPERTENSI DENGAN RESIKO TERJADINYA
STROKE DI RUMAH SAKIT SANTO BORROMEUS BANDUNG
Elizabeth Ari Setyarini, Linda Sari Barus, Maria Asitoret
ABSTRAK
Latar belakang penelitian berdasarkan studi pendahuluan pada 10 pasien hipertensi di Rumah Sakit Santo Borromeus, 10 orang suka jeroan, roti/kue bermentega, makanan bersantan dan diawetkan, 9 orang mengkonsumsi ikan asin, soft drinkdan keju, 3 orang perokok aktif, 7 orang obesitas, 5 orang sering mengalami stres emosional dan 4 orangpernah mengalami baal dan lemah pada salah satu bagian tubuhnya. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan gaya hidup pada pasien hipertensi dengan resiko terjadinya stroke. Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah terus-menerus. Gaya hidup merupakan faktor resiko hipertensi. Salah satu komplikasi hipertensi yaitu stroke. Penelitian menggunakan metode kuantitatif, desain analitik korelasi dengan pendekatan cross sectional. Tehnik pengumpulan data yaitu kuesioner.Populasi adalah klien dengan hipertensi di Klinik Rawat Jalan Rumah Sakit Santo Borromeus sebanyak 77 orang. Hasil penelitian didapatkan ada hubungan antara gaya hidup pada pasien hipertensi dengan resiko terjadinya stroke p value 0,00 (<0,05). Hasil penelitian yang berhubungan dengan resiko stroke yaitu konsumsi natrium p value 0,000 dan merokok p value 0,008, yang tidak berhubungan yaitu konsumsi lemak p value 2,857, stres emosional p value 1,514, konsumsi alkohol p value 1,000 dan obesitas p value 0,222. Diharapkan Rumah Sakit Santo Borromeus melakukan penyuluhan pada pasien hipertensi tentang gaya hidup yang baik.
Kata kunci: gaya hidup, hipertensi, resiko stroke
LATAR BELAKANG Modernisasi biasanya mengubah gaya hidup menjadi lebih praktis. Kebiasaan makan berlebihan, kurang olah raga, merokok, dan kurang istirahat cenderung dimiliki oleh masyarakat saat ini, khususnya di daerah perkotaan (Dalimartha, Setiawan, 2008).
Secara signifikan penyakit tidak menular terus meningkat dan menjadi salah satu penyebab kematian di Indonesia, terlepas dari beberapa penyakit di atas. Proporsi angka kematian akibat penyakit tidak menular (PTM) meningkat dari 41,7% pada tahun 1995 menjadi 49,9% pada tahun 2001 dan 59,5% pada tahun 2007. Penyebab kematian tertinggi dari seluruh penyebab kematian adalah stroke (15,4%), disusul hipertensi, diabetes, kanker, dan penyakit paru obstruktif (Sedyaningsih, Endang, 2011). Penyakit yang lebih dikenal sebagai tekanan darah tinggi merupakan faktor resiko utama dari perkembangan penyakit jantung dan stroke. Penyakit hipertensi juga disebut sebagai the silent diseases karena tidak terdapat tanda-tanda atau gejala yang dapat dilihat dari luar. Perkembangan hipertensi berjalan secara perlahan, tetapi secara potensial sangat berbahaya (Dalimartha, Setiawan, 2008). Gaya hidup sering merupakan faktor resiko penting bagi timbulnya hipertensi pada seseorang. Gaya hidup modern dengan pola makan dan gaya hidup tertentu, cenderung mengakibatkan terjadinya hipertensi. Beberapa diantaranya adalah konsumsi lemak dan garam tinggi, kegemukan, merokok, minum minuman mengandung alkohol, dan stres emosional (Anies, 2006).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada 10 pasien hipertensi yang melakukan kontrol di Klinik Rawat Jalan Rumah Sakit Santo Borromeus yaitu Klinik Jantung dan Klinik Penyakit Dalam didapatkan 10 orang suka makan jeroan, makan makanan yang bersantan, makan roti/kue yang mengandung mentega dan makan makanan yang diawetkan, 9 orang suka mengkonsumsi ikan asin, soft drinkdan keju, 3 orang merupakan perokok aktif, 7 orang mengalami obesitas, 5 orang sering mengalami stres emosional dan 4 diantaranya pernah mengalami keluhan merasa baal dan lemah pada salah satu bagian tubuhnya.
Jurnal Kesehatan STIKes Santo Borromeus 57
TINJAUAN PUSTAKA A. Penyakit Hipertensi 1. Pengertian a. Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah arterial yang langsung terus-menerus (Brashers, Valentina, 2008). b. Klasifikasi hipertensi menurut JNC VII ialah: 1) Normal: sistole <120 mmHg daan diastole <80 mmHg. 2) Prehipertensi: sistole 120-139 mmHg dan diastole 80-89 mmHg. 3) Hipertensi tahap 1: sistole140-159 mmHg dan diastole 90-99 mmHg. 4) Hipertensi tahap 2: sistole >160 mmHg dan diastole >100 mmHg. (Turner,Rick, 2010). 2. Etiologi Berdasarkan penyebabnya, ada dua jenis hipertensi, yaitu: a. Hipertensi primer Hipertensi primer adalah hipertensi yang belum diketahui penyebabnya dengan jelas. Berbagai faktor diduga sebagai penyebab hipertensi primer, seperti bertambahnya umur, stres psikologis, dan faktor keturunan. Sekitar 90% pasien hipertensi masuk dalam kategori ini. 1) Penyebab hipertensi primer: a) Gaya hidup Gaya hidup sering merupakan faktor resiko penting bagi timbulnya hipertensi pada seseorang. Gaya hidup modern dengan pola makan dan gaya hidup tertentu, cenderung mengakibatkan terjadinya hipertensi. Beberapa diantaranya adalah konsumsi lemak, konsumsi natrium, merokok, stres emosional, konsumsi alkohol dan obesitas (Anies, 2006). b. Hipertensi sekunder Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan oleh beberapa proses patologik yang dapat dikenali, biasanya yang terkait dengan fisiologi ginjal (Graber, Mark,dkk, 2006). Bila faktor penyebab dapat diatasi, tekanan darah dapat kembali normal. Pada bentuk sekunder dari hipertensi, penyakit parenkim dan penyakit renovaskular adalah faktor penyebab yang paling umum. Kontrasepsi oral telah dihubungkan dengan hipertensi ringan yang berhubungan dengan peningkatan substrat rennin dan peningkatan kadar angiotensin II dan aldosteron.
3. Insiden Insiden hipertensi meningkat dengan bertambahnya usia. Prevalensi hipertensi ringan sebesar 2% pada usia 25 tahun atau kurang, meningkat menjadi 25% pada usia 50 tahun dan 50% pada usia 70 tahun (Davey, Patrick, 2005).
4. Komplikasi Pada Hipertensi Resiko yang paling banyak terjadi akibat komplikasi dari penyakit hipertensi ialah stroke sehingga peneliti membatasi untuk membahas hanya tentang penyakit stroke.Komplikasi yang sering timbul ialah stroke, penyakit jantung, dan gagal ginjal (Gunawan, Lany, 2007).
5. Gejala stroke Serangan stroke sering kali datang secara mendadak, tidak terduga sebelumnya. Namun pada beberapa kasus, terutama stroke tipe iskemik, biasanya didahului oleh semacam peringatan yang dikenal sebagai transient ischemic attack (TIA). Gejala TIA mirip dengan strike kecuali durasi waktu. TIA hanya berlangsung selama beberapa menit atau kurang dari 24 jam, dan penderita akan kembali normal seperti sediakala. Sedangkan stroke berlangsung selama 24 jam atau lebih, meninggalkan kecacatan menetap, atau berakhir dengan kematian.Beberapa gejala TIA yang menyerupai gejala stroke adalah: a. Kelemahan pada tungkai atau lengan di sisi kiri atau kanan. b. Kesulitan berbicara sefasih biasanya. c. Kesulitan berjalan akibat kelemahan tungkai atau adanya gangguan keseimbangan. d. Penderita tiba-tiba seperti orang kebingungan tanpa sebab yang jelas. e. Tiba-tiba tidak dapat melihat pada salah satu atau kedua matanya. f. Penderita merasakan nyeri kepala yang sangat kuat.
6. Hubungan Hipertensi Dan Stroke Stroke dapat terjadi akibat hemoragi tekanan tinggi di otak atau akibat embolus yang terlepas
Jurnal Kesehatan STIKes Santo Borromeus 58
dari pembuluh darah, selain otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronis apabila arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan penebalan sehingga aliran darah ke daerah otak yang diperdarahi berkurang(Corwin,Elisabeth, 2009). METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, desain analitik korelasi dengan pendekatan adalah cross sectional mengenai Hubungan Gaya Hidup Pada Pasien Hipertensi Dengan Resiko Terjadinya Stroke Di Poliklinik Rawat Jalan Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung.
B. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini yang merupakan variabel independen adalah gaya hidup pada pasien hipertensi yaitu konsumsi lemak, konsumsi natrium, merokok, stres emosional, konsumsi lemak dan obesitas.Variabel dependen adalah resiko terjadinya stroke di Klinik Rawat Jalan Rumah Sakit Santo Borromeus Bandungyaitu Klinik Jantung dan Klinik Penyakit Dalam.
C. Populasi dan Sampel Dalam penelitian ini populasi yang diambil adalah klien rawat jalan di Klinik Rawat Jalan Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung dengan batasan klien adalah klien yang menderita hipertensi yang berusia 25-70 tahun yang berobat pada Maret 2013 sebanyak 77 orang. dengan batasan waktu penelitian dari Mei-Juni 2013 sebanyak 77 responden. Dalam penelitian ini digunakan tehnik non probality sampling yaitu purposive sampling dengan cara melihat status pasien yang berobat di klinik rawat jalan yaitu klinik jantung dan klinik penyakit dalam., lalu peneliti akan menyesuaikan dengan waktu dan kriteria inklusi yaitu: a. Klien yang rawat jalan di Rumah Sakit Santo Borromeus yaitu klinik jantung dan klinik penyakit dalam. b. Klien dengan penyakit hipertensi. c. Klien yang berusia 25-70 tahun. d. Klien yang bersedia menjadi responden dan mendatangani surat persetujuan. e. Klien dengan keadaan umum baik.
D. Instrumen Penelitian Dalam penelitian ini digunakan instrument penelitian yaitu kuesioner. Peneliti menggunakan lembar kuesioner dengan skala Guttmann yaitu ya dan tidak yang berisi pertanyaan positif dan negatif. Untuk pertanyaan positif bernilai satu (1) untuk jawaban ya dan bernilai nol (0) untuk jawaban tidak, dan untuk pertanyaan negatif benilai satu (1) untuk jawaban tidak dan bernilai nol (0) untuk jawaban ya. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum 1. Gambaran singkat lahan penelitian Penelitian ini dilakukan di Poliklinik Jantung dan Penyakit Dalam Rumah Sakit Santo Borromeus karena banyak ditemukan pasien yang mengalami hipertensi dan peneliti mengambil pasiensebanyak 77 pasien yang dilakukan selama bulan Mei-Juni 2013.Karakteristik pasien yang datang adalah pasien yang keadaan ekonomi menengah keatas.Pasien tersebut kontrol 1 bulan sekali dan kebanyakan berasal dari Bandung dan sekitarnya.Kekhasan masyarakat Jawa Barat adalah suka mengkonsumsi makanan yang mengandung banyak garam seperti ikan asin. Pemahaman para pasien hipertensi yang rawat jalan di Klinik Jantung dan Penyakit Dalam yaitu rata-rata mereka sudah mengetahui gaya hidup yang baik bagi penderita hipertensi.
2. Karakteristik pasien Karakteristik pasiendisajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi sebagai berikut:
a. Menurut jenis kelamin Lebih dari setengah pasienhipertensi yang sedang rawat jalan di Poliklinik Jantung dan Penyakit Dalam Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung berjenis kelamin perempuan (62,3%). b. Menurut usia Lebih dari setengah pasienhipertensi yang sedang rawat jalan di Poliklinik Jantung dan Penyakit Dalam Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung berusia 60 tahun keatas yaitu (59,7%).
Jurnal Kesehatan STIKes Santo Borromeus 59
c. Menurut klasifikasi tekanan darah Lebih dari setengah pasienhipertensi yang sedang rawat jalan di Poliklinik Jantung dan Penyakit Dalam Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung memiliki tekanan darah berkisar antara sistole 120- 139 mmHg dan diastole 80-89 mmHg (prehipertensi) sebanyak 47 orang (61,0%) d. Menurut keteraturan kontrol Sebagian besar pasienhipertensi yang sedang rawat jalan di Poliklinik Jantung dan Penyakit Dalam Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung teratur kontrol ke rumah sakit sebanyak (75,3%). e. Menurut pekerjaan Lebih dari setengah pasienhipertensi yang sedang rawat jalan di Poliklinik Jantung dan Penyakit Dalam Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung adalah ibu rumah tangga atau sudah pensiun (dll) sebanyak (61,0%). f. Menurut pendidikan Kurang dari setengah pasienhipertensi yang sedang rawat jalan di Poliklinik Jantung dan Penyakit Dalam Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung memiliki pendidikan terakhir SMA (48,1%).
A. Hasil Penelitian 1. Analisis Bivariat a. Hubungan Gaya Hidup Pada PasienHipertensi Dengan Resiko Terjadinya Stroke Tabel 4.15 Analisis Hubungan Antara Gaya Hidup dengan Resiko Terjadi Stroke Pada PasienHipertensi Yang Sedang Rawat Jalan Di Poliklinik Jantung Dan Penyakit Dalam di Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung (n=77)
Gaya hidup Resiko stroke Total P- value Terjadi Tidak terjadi F % F % F % Baik 10 30,3 23 69,7 33 100 0,000 Buruk 37 84,1 7 15,9 44 100 Total 47 61.0 30 39.0 77 100
Berdasarkan data pada tabel 4.15 menunjukkan bahwa hubungan antara gaya hidup pada pasienhipertensi dengan resiko terjadinya stroke di Poliklinik Jantung dan Penyakit Dalam Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung,dari 33pasien yang memiliki gaya hidup baik, sebanyak 10 orang (30,3%) memiliki resiko terjadinya stroke. Untuk gaya hidup buruk, dari 44 pasien, sebanyak 37 orang (84,1%) memiliki resiko terjadinya stroke. Secara statistik didapatkan bahwa semakin baik gaya hidup pada pasien hipertensi, maka resiko terjadinya stroke pun menurun. Hasil uji statistik diperoleh nilai p value 0,000 (<0,05), maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, hal ini memperlihatkan bahwa ada hubungan antara gaya hidup dengan resiko terjadinya stroke pada pasienhipertensi yang sedang rawat jalan di Poliklinik Jantung dan Penyakit Dalam Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung.
Jurnal Kesehatan STIKes Santo Borromeus 60
b. Hubungan Gaya Hidup: Konsumsi Lemak Pada PasienHipertensi Dengan Resiko Terjadinya Stroke
Tabel 4.16 Analisis Hubungan Antara Konsumsi Lemak dengan Resiko Terjadi Stroke Pada PasienHipertensi Yang Sedang Rawat Jalan Di Poliklinik Jantung Dan Penyakit Dalam di Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung (n=77)
Berdasarkan data pada tabel 4.16 menunjukkan hasil uji statistik diperoleh nilai p value 0,105 (>0,05), maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak, hal ini memperlihatkan bahwa tidak ada hubungan antara konsumsi lemak pada pasienhipertensi dengan resiko terjadinya stroke di Poliklinik Jantung dan Penyakit Dalam Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung. Secara statistik didapatkan data yang signifikan yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara konsumsi lemak pada pasien hipertensi dengan resiko terjadinya stroke, walaupun dari 60 pasien yang mengkonsumsi lemak, terdapat 40 pasien (66,7%) yang memiliki resiko stroke sedangkan bagi 17 pasien yang tidak mengkonsumsi lemak, terdapat 7 orang (41,2%) yang memiliki resiko terjadinya stroke.
c. Hubungan Gaya Hidup: Konsumsi Natrium Pada PasienHipertensi Dengan Resiko Terjadinya Stroke Tabel 4.17 Analisis Hubungan Antara Konsumsi Natrium Pada PasienHipertensi dengan Resiko Terjadi Stroke Yang Sedang Rawat Jalan Di Poliklinik Jantung Dan Penyakit Dalam di Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung (n=77)
Konsumsi natrium Resiko stroke Total P- value Ya Tidak F % F % F % Ya 37 84,1 7 15,9 44 100 0.000 Tidak 10 30,3 23 69,7 33 100 Total 47 61,0 30 39,0 77 100
Berdasarkan data pada tabel 4.17 menunjukkan bahwa hubungan antara konsumsi natrium pada pasienhipertensi dengan resiko terjadinya stroke di Poliklinik Jantung dan Penyakit Dalam Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung, dari 44pasien yang mengkonsumsi natrium, sebanyak 37 pasien yang memiliki resiko stroke (84,1%), sedangkan dari 33 pasien yang tidak mengkonsumsi natrium, sebanyak 10 orang (30,3%) yang memiliki resiko stroke. Secara statistik didapatkan bahwa semakin sedikit pasien hipertensi mengkonsumsi natrium, resiko terhadap stroke pun menurun. Hasil uji statistik diperoleh nilai p value 0,00 (<0,05), maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, hal ini memperlihatkan bahwa ada hubungan antara konsumsi natrium dengan resiko terjadinya stroke pada pasienhipertensi yang sedang rawat jalan di Poliklinik Jantung dan Penyakit Dalam Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung.
Konsumsi lemak Resiko stroke Total P- value Ya Tidak F % F % F % Ya 40 66,7 20 33,3 60 100 0,105 Tidak 7 41,2 10 58,8 17 100 Total 47 61,0 30 39,0 77 100
Jurnal Kesehatan STIKes Santo Borromeus 61
d. Hubungan Gaya Hidup: Merokok Pada PasienHipertensi Dengan Resiko Terjadinya Stroke
Tabel 4.18 Analisis Hubungan Antara Merokok dengan Resiko Terjadi Stroke Pada PasienHipertensi Yang Sedang Rawat Jalan Di Poliklinik Jantung Dan Penyakit Dalam di Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung (n=77)
Berdasarkan data pada tabel 4.18 menunjukkan bahwa hubungan antara merokok pada pasienhipertensi dengan resiko terjadinya stroke di Poliklinik Jantung dan Penyakit Dalam Rumah Sakit Santo Borromeus Bandungdengan resiko terjadinya stroke, dari 51pasien yang merokok, sebanyak 37 yang memiliki resiko stroke (72,5%), sedangkan dari 26 pasien yang tidak merokok, sebanyak 10 orang (38,5%) yang memiliki resiko terjadinya stroke. Secara statistik didapatkan bahwa pasien hipertensi yang merokok memiliki resiko stroke yang lebih tinggi dibandingkan dengan pasien hipertensi yang tidak merokok. Hasil uji statistik diperoleh nilai p value 0,008 (<0,05), maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, hal ini memperlihatkan bahwa ada hubungan antara merokok pada pasienhipertensi dengan resiko terjadinya stroke di Poliklinik Jantung dan Penyakit Dalam Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung.
e. Hubungan Gaya Hidup: Stres Emosional Pada PasienHipertensi Dengan Resiko Terjadinya Stroke Tabel 4.19 Analisis Hubungan Antara Stres Emosional dengan Resiko Terjadi Stroke Pada PasienHipertensi Yang Sedang Rawat Jalan Di Poliklinik Jantung Dan Penyakit Dalam di Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung (n=77)
Stres Emosional Resiko stroke Total P- value Ya Tidak F % F % F % Ya 34 64,2 19 35,8 53 100 0,562 Tidak 13 54,2 11 45,8 24 100 Total 47 61,0 30 39,0 77 100
Berdasarkan data pada tabel 4.19 menunjukkan hasil uji statistik diperoleh nilai p value 0,562 (>0,05),maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak, hal ini memperlihatkan bahwa tidak ada hubungan antara stres emosional pada pasienhipertensi dengan resiko terjadinya stroke di Poliklinik Jantung dan Penyakit Dalam Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung. Secara statistik didapatkan data yang signifikan yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara stres emosional pada pasien hipertensi dengan resiko terjadinya stroke walaupun dari 53 pasien, sebanyak 34 orang (64,2%) yang memiliki resiko stroke sedangkan bagi 24 pasien yang tidak mengalami stres emosional didapatkan sebanyak 13 orang (54,2%) yang memiliki resiko stroke.
Merokok Resiko stroke Total P- value
Ya Tidak F % F % F % Ya 37 72,5 14 27,5 51 100 0,008 Tidak 10 38,5 16 61,5 26 100 Total 47 61,0 30 39,0 77 100
Jurnal Kesehatan STIKes Santo Borromeus 62
f. Hubungan Gaya Hidup: Akohol Pada PasienHipertensi Dengan Resiko Terjadinya Stroke Tabel 4.20 Analisis Hubungan Antara Alkohol dengan Resiko Terjadi Stroke Pada PasienHipertensi Yang Sedang Rawat Jalan Di Poliklinik Jantung Dan Penyakit Dalam di Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung (n=77)
Berdasarkan data pada tabel 4.20 menunjukkan bahwa hubungan antara konsumsi alkohol pada pasienhipertensi pada pasienhipertensi di Poliklinik Jantung dan Penyakit Dalam Rumah Sakit Santo Borromeus Bandungdengan resiko terjadinya stroke, dari 17 pasien yang mengkonsumsi alkohol, sebanyak 10 orang (55,8%) yang memiliki resiko stroke, sedangkan dari 60 pasien yang tidak mengkonsumsi alkohol terdapat 37 orang (61,7%) yang memiliki resiko stroke. Hasil uji statistik diperoleh nilai p value1,000 (>0,05), maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak, hal ini memperlihatkan bahwa tidak ada hubungan antara konsumsi alkohol dengan resiko terjadinya stroke pada pasienhipertensi yang sedang rawat jalan di Poliklinik Jantung dan Penyakit Dalam Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung.Dimungkinkan penyebab resiko stroke pada pasien hipertensi bukan berasal dari alkohol namun dari konsumsi natrium dan merokok.
g. Hubungan Gaya Hidup: Obesitas Pada PasienHipertensi Dengan Resiko Terjadinya Stroke Tabel 4.21 Analisis Hubungan Antara Obesitas dengan Resiko Terjadi Stroke Pada PasienHipertensi Yang Sedang Rawat Jalan Di Poliklinik Jantung Dan Penyakit Dalam di Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung (n=77)
Obesitas Resiko stroke Total P- value Ya Tidak F % F % F % Ya 2 28,6 5 71,4 7 100 0,103 Tidak 45 42,7 25 35,7 70 100 Total 47 61,0 30 39,0 77 100
Berdasarkan data pada tabel 4.21 menunjukkan bahwa hubungan antara obesitas pada pasienhipertensi pada pasienhipertensi di Poliklinik Jantung dan Penyakit Dalam Rumah Sakit Santo Borromeus Bandungdengan resiko terjadinya stroke, dari 7pasien yang obesitas, sebanyak 2 pasien yang memiliki resiko stroke (28,6%), sedangkan dari 70 pasien yang tidak obesitas sebanyak 45 orang (42,7%) yang memiliki resiko stroke. Hasil uji statistik diperoleh nilai p value 0,103 (>0,05), maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak, hal ini memperlihatkan bahwa tidak ada hubungan antara obesitas dengan resiko terjadinya stroke pada pasienhipertensi yang sedang rawat jalan di Poliklinik Jantung dan Penyakit Dalam Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung.Dimungkinkan penyebab hipertensi bukan dari obesitas namun dari konsumsi natrium dan merokok.
A. Pembahasan 1. Bivariat a. Hubungan gaya hidup pada pasienhipertensi dengan resiko terjadinya stroke. Dari hasil penelitian didapatkan pasien dengan gaya hidup buruk dan beresiko terjadinya stroke sebanyak 37 orang (84,1%). Didapatkan p value 0,000 (<0,05) Konsumsi Alkohol Resiko stroke Total P- value Ya Tidak F % F % F % Ya 10 58,8 7 41,2 17 100 0,888 Tidak 37 61,7 23 38,3 60 100 Total 47 61,0 30 39,0 77 100
Jurnal Kesehatan STIKes Santo Borromeus 63
maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, hal ini memperlihatkan bahwa ada hubungan antara gaya hidup dengan resiko terjadinya stroke pada pasienhipertensi yang sedang rawat jalan di Poliklinik Jantung dan Penyakit Dalam Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung. Dalam jurnal Sorot tahun 2012 tentang prevalensi hipertensi dan determinannya di Indonesia menyebutkan bahwa penyakit hipertensi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan peluang 7 kali lebih besar terkena stroke, 6 kali lebih besar terkena congestive heart failure, dan 3 kali lebih besar terkena serangan jantung. Dilihat dari angka kejadian komplikasi pada penyakit hipertensi, peluang untuk terjadinya stroke paling besar diantara penyakit congestive heart failure dan serangan jantung. Dalamjurnal (Chiuve, SE,dkk,2008) dalam American Health Association yang berjudul Primary Prevention of Stroke by Healthy Lifestyle mengatakan bahwa gaya hidup yang beresiko rendah yang dikaitkan dengan penurunan resiko beberapa penyakit kronis juga mungkin bermanfaat dalam pencegahan stroke, stroke iskemik khususnya. Dilihat dari jurnal di atas dan hasil penelitian yang dilakukan mempertegas hubungan antara gaya hidup buruk pada pasien hipertensi lebih tinggi untuk memiliki resiko terjadinya stroke.
b. Hubungan gaya hidup: konsumsi lemak pada pasienhipertensi dengan resiko terjadinya stroke. Dari hasil penelitian didapatkan pasien yang mengkonsumsi lemak dan beresiko stroke sebanyak 40 orang (51,9%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p value 0,105 (>0,05), maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak, hal ini memperlihatkan bahwa tidak ada hubungan antara konsumsi lemak dengan resiko terjadinya stroke pada pasienhipertensi yang sedang rawat jalan di Poliklinik Jantung dan Penyakit Dalam Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung.
Menurut penelitian Reddy, Srinath and Martijn,Katan, 2003 tentang Diet, Nutrition And The Prevention Of Hypertension And Cardiovascular Diseases menyatakan bahwa konsumsi lemak berlebih dapat meningkatkan stroke. Ada perbedaan antara jurnal dan hasil penelitian.dari hasil penelitian yang didapatkan bahwa tidak ada hubungan antara gaya hidup: konsumsi lemak dengan resiko terjadinya stroke. Dilihat dari karakteristik responden yang terdapat di jurnal dengan dalam penelitian ini berbeda salah satunya ras.
Untuk pencegahan hipertensi salah satunya adalah mengkonsumsi obat-obatan hipertensi (Marliani,Lili dan H. Tantan,2007). Dalam penelitian ini dapat dilihat bahwa pasien di Klinik Jantung dan Penyakit Dalam teratur kontrol di rumah sakit sehingga pasien mendapatkan obat-obatan anti hipertensi dan lebih paham tentang bahaya konsumsi lemak pada pasien hipertensi. Didukung juga dengan tingkat pendidikan yang paling banyak yaitu SMA sebanyak 37 pasien (48,1%) dan perguruan tinggi 25 pasien (32,5%)yang mendukung informasi yang telah diberikan di rumah sakit mampu dimengerti dengan lebih baik oleh pasien sehingga menghasilkan perubahan sikap yang baik dan tempat tinggal pasien yang terletak di perkotaan menyebabkan mudahnya mengakses informasi dari media cetak maupun media elektronik.
c. Hubungan gaya hidup: konsumsi natrium pada pasienhipertensi dengan resiko terjadinya stroke. Dari hasil penelitian didapatkan pasien yang mengkonsumsi natrium dan beresiko stroke sebanyak 37 orang (84,1%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p value 0,000 (<0,05), maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, hal ini memperlihatkan bahwa ada hubungan antara konsumsi natrium dengan resiko terjadinya stroke pada pasienhipertensi yang sedang rawat jalan di Poliklinik Jantung dan Penyakit Dalam Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung.
Penelitian ini diperkuat dengan jurnal (Adrogu,HJ,dkk,2007) The New England Journal Of Medicine Tentang Sodium And Potassium In The Pathogenesis Of Hypertension mengatakan bahwa konsumsi natrium dan kalium lebih dari 150 mmol per hari akan
Jurnal Kesehatan STIKes Santo Borromeus 64
meningkatkan tekanan darah pada penderita hipertensi akan meningkatkan tekanan darah, apabila hal ini berlanjut maka akan berakibat pada terjadinya penyakit kardiovaskular.
Dalam penelitian(Wahyuningsih,A,dkk,2012)menunjuk kan ada hubungan kepatuhan diet dengan kejadian komplikasi pada penderita hipertensi. Hal ini disebabkan karena kepatuhan diet pada penderita hipertensi adalah patuh dan kejadian komplikasi pada penderita hipertensi adalah tidak terjadi komplikasi.
Penderita hipertensi patuh dalam melaksanakan perintah, mentaati aturan dan disiplin dalam menjalankan program diet yang telah ditentukan. Selain itu penderita hipertensi juga patuh terhadap diet rendah garam, tidak merokok, menghindari obesitas dan tidak minum alkohol sehingga komplikasi hipertensi dapat dikendalikan. Selain itu, dilihat dari karakteristik pasien yang berobat di Klinik Jantung dan Penyakit Dalam Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung, sebagian besar berasal dari Jawa Barat yang menyukai makanan yang asin seperti ikan asin. Tempat tinggal para pasien pun di perkotaan sehingga memiliki gaya hidup yang praktis. Ditegaskan oleh (Dalimartha, Setiawan, 2008) yaitu modernisasi biasanya mengubah gaya hidup menjadi lebih praktis.
d. Hubungan gaya hidup: merokok pada pasienhipertensi dengan resiko terjadinya stroke. Hasil uji statistik diperoleh nilai p value 0,008 (<0,05), maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, hal ini memperlihatkan bahwa ada hubungan antara merokok pada pasienhipertensi yang sedang rawat jalan di Poliklinik Jantung dan Penyakit Dalam Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung. Hal ini diperkuat oleh beberapa jurnal, yaituJurnal Kedokteran Yarsi tahun 2003 berjudul merokok sebagai resiko stroke oleh Soeparto Isyadi menjelaskan bahwa rokok meningkatkan resiko stroke sekitar 40% pada pria dan 60% pada wanita. Peningkatan resiko stroke dua kali lipat pada perokok berat.
Menurut Jurnal (Iswasi,S, 2001) berjudul MerokokSebagai Resiko Stroke mengatakan bahwa meta-analisis studi ini menunjukkan bahwa merokok merupakan faktor resiko stroke.Merokok merupakan kebiasaan sekaligus gaya hidup yang berdampak buruk bagi kesehatan. Asap rokok mengandung beberapa zat berbahaya yang sering disebut oksidator. Zat oksidator ini menimbulkan kerusakan pada dinding arteri. Dinding arteri yang rusak akibat asap rokok akan menjadi lokasi penimbunan lemak, sel trombosit, kolestrol, dan terjadi penebalanlapisan otot polos dinding arteri. Kondisi ini disebut sebagai aterotrombotik.
Aterotrombotik menyebabkan diameter rongga arteri menyempit. Selain itu, aterotrombotik meyebabkan diameter rongga arteri menyempit. Selain itu, aterotrombotik biasanya menyebakan kerapuhan dinding pembuluh darah arteri. Aterotrombotik menyebabkan aliran darah ke beberapa organ tubuh termasuk otak tersumbat dan beresiko menimbulkan stroke(Wahyu, Genis, 2010).
Merokok dalam penelitian ini yaitu pasien merupakan perokok aktif, pasien mengatakan tidak dapat berhenti merokok, dan di rumah pasien ada salah satu anggota keluarga yang merokok sehingga pasien merasa seperti perokok pasif.
e. Hubungan gaya hidup: stres emosional pada pasienhipertensi dengan resiko terjadinya stroke. Pada hasil uji statistik diperoleh nilai p value 0,562 (>0,05), maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak, hal ini memperlihatkan bahwa tidak ada hubungan antara stres emosional pada pasienhipertensi yang sedang rawat jalan di Poliklinik Jantung dan Penyakit Dalam Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung. Menurut penelitian (Prawesti,Dian dan Hesty Titis, 2012) tentang Stress With The Incidence Of Hipertension Complications To Patients With Hypertension mengatakan bahwa ada hubungan antara stres pada pasien hipertensi dengan terjadinya komplikasi hipertensi salah satunya stroke.
Jurnal Kesehatan STIKes Santo Borromeus 65
Ada perbedaan antara jurnal dan hasil penelitian. Dari hasil penelitian yang didapatkan tidak terdapat hubungan antara gaya hidup: stres emosional pada pasien hipertensi dengan resiko stroke karena pasienteratur kontrol hipertensi sehingga mendapatkan obat anti-hipertensi yaitu sebanyak 58 pasien (75,3%) sehingga sudah diberikan pendidikan kesehatan tentang bahaya stres emosional terhadap peningkatan tekanan darah. Peneliti berpendapat bahwa pasien sering terpapar informasi dari media cetak dan media elektronik tentang bahaya stres pada hipertensi.Selain itu, pekerjaan lebih dari setengah pasien adalah pensiunan dan ibu rumah tangga dimungkinkan ketika mengalami stres yang menggangu konsentrasi, pasien dapat istirahat sejenak dan behenti dari aktivitas yang sedang dilakukan karena pasien tidak bekerja lagi.
f. Hubungan gaya hidup: konsumsi alkohol pada pasienhipertensi dengan resiko terjadinya stroke. Dari hasil penelitian didapatkan pasien yang tidak konsumsi alkohol namun beresiko stroke sebanyak 37 orang (61,7%). Pada hasil uji statistik diperoleh nilai p value1,000 (>0,05), maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak, hal ini memperlihatkan bahwa tidak ada hubungan antara konsumsi alkohol dengan resiko terjadinya stroke pada pasienhipertensi yang sedang rawat jalan di Poliklinik Jantung dan Penyakit Dalam Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung.
Penelitian oleh (Prawesti, Dian dan Hesty Titis Prasetyorini, 2012) mengatakan bahwa ada hubungan antara konsumsi alkohol pada pasien hipertensi dengan kejadian komplikasi hipertensi, salah satunya ialah stroke.
Dari hasil penelitian yang didapatkan tidak terdapat hubungan antara gaya hidup: konsumsi alkohol pada pasien hipertensi dengan resiko stroke. Disebabkan pasien yang mengkonsumsi alkohol sedikit (61,0%) sehingga efek alkohol pada penderita hipertensi dengan kejadian stroke pun menurun. Ini dapat disebabkan oleh perbedaan budaya dan ajaran agama di Indonesia yang jarang atau melarang untuk mengkonsumsi alkohol.
g. Hubungan gaya hidup: obesitas pada pasienhipertensi dengan resiko terjadinya stroke. Dari hasil penelitian didapatkan pasienyang tidak obesitas namun beresiko stroke sebanyak 45 pasien (42,7%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p value 0,103 (>0,05), maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak, hal ini memperlihatkan bahwa tidak ada hubungan antara obesitas pada pasienhipertensi yang sedang rawat jalan di Poliklinik Jantung dan Penyakit Dalam Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung.
Penelitian oleh (Prawesti, Dian dan Hesty Titis Prasetyorini, 2012) mengatakan bahwa ada hubungan antara obesitas pada pasien hipertensi dengan kejadian komplikasi hipertensi, salah satunya ialah stroke.
Dari hasil penelitian yang didapatkan tidak terdapat hubungan antara gaya hidup obesitas pada pasien hipertensi dengan resiko stroke. Dimungkinkan karena pasienteratur kontrol hipertensi sehingga mendapatkan obat anti- hipertensi yaitu sebanyak 58 pasien (75,3%). Juga bisa disebabkan oleh tingkat pendidikan pasienyaitu SMA sebanyak 37 pasien (48,1%) dan perguruan tinggi 25 pasien (32,5%) sehingga pasienlebih mudah untuk menerima informasi yang diberikan tentang bahaya obesitas terhadap komplikasi hipertensi. SIMPULAN
Setelah dilakukan penelitian terhadap 77 pasienhipertensi yang rawat jalan di Poliklinik Jantung dan Penyakit Dalam Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil penelitian ini didapatkan gaya hidup pada pasien hipertensi sebanyak 44 pasien (57,1%) memiliki gaya hidup buruk. 2. Hasil penelitian ini didapatkan gaya hidup: konsumsi lemak pada pasien hipertensi didapatkan sebanyak 60 pasien(77,9%) tidak mengkonsumsi lemak. 3. Hasil penelitian ini didapatkan gaya hidup: konsumsi natrium pada pasien hipertensi
Jurnal Kesehatan STIKes Santo Borromeus 66
didapatkan sebanyak 44 pasien(57,1%) mengkonsumsi natrium. 4. Hasil penelitian ini didapatkan gaya hidup: merokok pada pasien hipertensi didapatkan sebanyak 51 pasien(66,2%) yang merokok. 5. Hasil penelitian ini didapatkan gaya hidup: stres emosional pada pasien hipertensi didapatkan sebanyak 53 pasien(68,8%) yang stres emosional. 6. Hasil penelitian ini didapatkan gaya hidup: konsumsi alkohol pada pasien hipertensi didapatkan sebanyak 60 pasien (77,9%) 7. Hasil penelitian ini didapatkan gaya hidup: obesitas pada pasien hipertensi didapatkan sebanyak 70 pasien(87,5%) yang tidak obesitas. 8. Hasil penelitian ini didapatkan resiko terjadinya stroke pada pasien hipertensi didapatkan sebanyak 47 (61,0%) pasienyang beresiko stroke. 9. Hasil penelitian ini didapatkan ada hubungan antara gaya hidup dengan resiko terjadinya stroke dengan p-value 0,000 (<0,05). 10. Hasil penelitian ini didapatkan tidak ada hubungan antara gaya hidup: konsumsi lemak pada pasienhipertensi dengan resiko terjadinya stroke dengan p-value 0,105 (>0,05). 11. Hasil penelitian ini didapatkan ada hubungan gaya hidup: konsumsi natrium pada pasienhipertensi dengan resiko terjadinya stroke dengan p-value 0,000 (<0,05). 12. Hasil penelitian ini didapatkan ada hubungan gaya hidup: merokok pada pasienhipertensi dengan resiko terjadinya stroke dengan p-value 0,008 (<0,05). 13. Hasil penelitian ini didapatkan tidak ada hubungan gaya hidup: stres emosional pada pasienhipertensi dengan resiko terjadinya stroke dengan p-value 0,562 (>0,05). 14. Hasil penelitian ini didapatkan tidak ada hubungan gaya hidup: alkohol pada pasien hipertensi dengan resiko terjadinya stroke dengan p-value 0,888 (>0,05). 15. Hasil penelitian ini didapatkan tidak ada hubungan gaya hidup: obesitas pada pasienhipertensi dengan resiko terjadinya stroke dengan p-value 0,103 (>0,05). SARAN 1. Bagi pasien dengan hipertensi Gaya hidup buruk dapat berakibat terjadinya resiko stroke, oleh karena itu, perlu melakukan kontrol teratur dan mempertahankan gaya hidup sehat. 2. Bagi STIKes St. Borromeus Penelitian ini diharapkan menambah bahan literatur bagi bagian perpustakaan di Stikes St. Borromeus.
3. Bagi Rumah Sakit Santo Borromeus a. Melakukan penyuluhan secara kontinue pada pasien hipertensi tentang gaya hidup yang baik. b. Menambah leaflet atau brosur yang berhubungan dengan gaya hidup yang baik pada pasien hipertensi.
4. Bagi peneliti selanjutnya Menjadi bahan rujukan untuk penelitian tentang gaya hidup yang paling beresiko terhadap terjadinya resiko stroke.
Anies. 2006. Waspada Ancaman Penyakit Tidak Menular Solusi Pencegahan dari Aspek Perilaku dan Lingkungan.2006. Jakarta: TT Elex Media Komputindo Asmani. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC Azis, Iwan, dkk. 2010. Pembangunan Berkelanjutan: Peran dan Kontribusi. Jakarta: Kepustakaan popular Gramedia
Harmanto,Ning.2006.Herbal Untuk Keluarga.Jakarta: Gramedia
Huon,Gray.2002.Kardiologi.Jakarta: Erlangga Medical Series Joewana,Satya.2003.Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat Psikoaktif: Penyalahgunaan NAPZA/NARKOBA/E2.Jakarta:EGC Kowalski,Robert.2010.Terapi Hipertensi.Bandung: Qanita
Muchtadi,Deddy. 2009. Pengantar Ilmu Gizi.Bandung: ALFABETA CV
Nursalam.2003.Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.Jakarta: Salemba Medika
Ramayulis,Rita.2010. Menu & Resep untuk Penderita Hipertensi.Jakarta: Penebarplus +
Safrudin dan Hamidah. 2009. Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC
Soeharto,Iman.2001.Kolestrol & Lemak Jahat, Kolestrol & Lemak Baik Dan Proses Terjadinya Serangan dan Stroke.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Tjay,Tan dan Kirana Raharja.2007.Obat-Obat Penting:Khasiat, Penggunaan, Dan Efek Sampingnya.Jakarta: Gramedia
Turner,Rick.2010. New Drug Development: An Introduction to Clinical Trials, Second Edition. London: Springer Science+Business Media
Wahyu,Genis.2010.Stroke.Jakarta: B First
Jurnal
Adrogue, Horacio,2007. Mechanisms Of Disease Sodium And Potassium In The Pathogenesis Of Hypertension. Diperoleh dari http://www.nejm.org/doi/pdf/10.1056/NEJM ra064486tanggal 14 Febuari 2013
Brown, CD, dkk., Body Mass Index and the Prevalence of Hypertension and Dyslipidemia. Diperoleh dari http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1038/o by.2000.79/full tanggal 10 Juli 2013 Chiuve,Stephanie,dkk., Primary Prevention of Stroke by Healthy Lifestyle. Diperoleh dari http://circ.ahajournals.org/content/118/9/947. short tanggal 2 Juli 2013
Nuraeni, Desi,dkk., Hubungan Kebiasaan Konsumsi Lemak Jenuh Dan Obesitas Sentral Dengan Kolesterol Total Pada Dosen Dan Karyawan Universitas Siliwangi Tasikmalaya 2012. Diperoleh dari http://journal.unsil.ac.id/download.php?id=8 29 tanggal 2 Juli 2013
Jurnal Kesehatan STIKes Santo Borromeus 68
Rahajeng, Ekowati dan Sulistyowati Tuminah,2009.Prevalensi Hipertensi danDeterminannya di Indonesia. Diperoleh dari http://indonesia.digitaljournals.org/index.php /idnmed/article/download/700/699 tanggal 17 maret 2013
Wahyuningsih, Aries dan Adek Wibowo., Hubungan Kepatuhan Diet Dengan Kejadian Komplikasi Pada Penderita Hipertensi Di Ruang Rawat Inap Di Rs. Baptis Kediri. Diperoleh dari http://cpanel.petra.ac.id/ejournal/index.php/st ikes/article/view/18433 diunduh tangga 2 Juli 2013)