Gelombang T
Setelah terjadi depolarisasi yang menyebabkan timbulnya gelombang QRS kompleks,
repolarisasi ventrikel berlanjut di seluruh otot ventrikel sampai berakhir dalam waktu
kira-kira 0,35 detik sesudah mulainya kompleks QRS. Proses repolarisasi ini yang
menyebabkan timbulnya gelombang T. Bagian terbesar dari otot ventrikel yang mula-
mula terepolarisasi terletak di seluruh permukaan luar ventrikel terutama dekat dengan
daerah apeks jantung. Sebaliknya, daerah endokardial mengalami repolarisasi paling
akhir. Karena permukaan luar dan permukaan apikal dari ventrikel terepolarisasi sebelum
permukaan dalam dan basal jantung, maka ujung positif vektor jantung selama
repolarisasi akan menuju ke bagian apeks jantung. Arah utama vektor yang melalui
jantung selama repolarisasi ventrikel adalah dari bagian basis ke apeks, dimana arah ini
juga merupakan arah utama proses depolarisasi. Sebagai akibatnya, gelombang T yang
timbul dalam sadapan anggota bipolar yang normal adalah positif.
Gambar 1. Timbulnya gelombang T selama proses repolarisasi ventrikel, menunjukan suatu analisis vektor
pada stadium pertama repolarisasi. Durasinya sekitar 0,15 detik
Gambar 1 menjelaskan stadium terjadinya repolarisasi ventrikel yang ditunjukkan
dengan semakin luasnya daerah berwarna putih, yakni daerah repolarisasi. Pada setiap
stadium, vektor bergerak dari basis menuju apeks sampai akhirnya menghilang pada
stadium terakhir. Pada permulaan, vektor tersebut relatif kecil sebab daerah yang
mengalami repolarisasi juga kecil. Kemudian, vektor sedikit bertambah kuat karena
semakin besarnya daerah repolarisasi. Akhirnya, vektor akan menjadi kecil kembali
karena daerah depolarisasi yang masih berlangsung menjadi sedikit sehingga jumlah
keseluruhan aliran listrik sedikit. Besarnya potensial listrik ketika repolarisasi attau pada
gelombang T sebesar 0,2 hingga 0,3 milivolt. Perubahan ini memperlihatkan bahwa
vektor terbesar bila kira-kira setengah bagian jantung berada dalam keadaan polarisasi,
dan kira-kira setengahnya berada dalam kondisi depolarisasi.
Gelombang P
Proses depolarisasi dalam atrium dimulai dari nodus sinus dan menyebar ke semua
jurusan di dalam atrium. Karena itu, tempat asal mula timbulnya muatan elektronegatif di
dalam atrium kira-kira terletak pada tempat masuknya vena cava superior yang
merupakan tempat nodus sinus. Gambar 2 menjelaskan arah potensial listrik di dalam
atrium pada permulaan depolarisasi.
Gambar 2. Proses depolarisasi pada atrium dan timbulnya gelombang P, tampak vektor melewati atrium
dan vektor resultan pada ketiga sadapan standar.
Arah vektor arus listrik selama berlangsungnya proses depolarisasi atrium hampir sama
dengan arah vektor di dalam ventrikel. Arah ini sama dengan arah sumbu sadapan
anggota badan bipolar standar I, II, dan III. Gambaran elektrokardiogram yang terekam
dalam proses depolarisasi atrium adalah positif pada ketiga sadapan. Rekaman ini disebut
sebagai gelombang P dalam elektrokardiogram. Karena hanya terjadi pada atrium yang
pompaannya lebih lemah dari ventrikel, dan penjalaran sinyal listrik dari nodus sinus
dalam atrium memiliki potensial listrik yang kecil, sekitar 0,1 hingga 0,3 milivolt, maka
gelombang P yang dihasilkan relatif kecil. Tidak seperti kompleks QRS yang memiliki
potensial listrik lebih besar, sekitar 3 4 milivolt
2. Mengapa QRS kompleks banyak terjadinya penyakit jantung?
Gelombang QRS menunjukkan awal kontraksi ventrikel. Proses terjadinya gelombang
QRS kompleks ditunjukkan pada gambar 3. Sumbu listrik rata-rata ventrikel berkisar
kira-kira 59 derajat, dan pada jantug yang normal sumbu ini dapat menyimpang ke kiri
sebesar 20 derajat. Penyebab tim penyimpangan ini adalah perbedaan anatomi pada
distribusi sistem Purkinje atau pada muskular jantung-jantung yang berbeda. Walaupun
begitu, beberapa kondisi dalam ventrikel menyebabkan abnormalitas pada QRS
kompleks. Ventrikel bekerja paling keras dibandingkan dengan atrium, karena tugasnya
memompa darah keluar tubuh, sehingga rawan terjadi penyakit pada otot ventrikel.
Gambar 3. Pola penjalaran kompleks QRS
Pola aneh kompleks QRS seringkali disebabkan oleh dua keadaan: pertama, kerusaka
otot jantung pada beberapa daerah di seluruh sistem ventrikuler disertai penggantian otot
dengan jaringan parut, dan kedua, adanya blok setempat penjalaran impuls oleh sistem
Purkinje. Kadang-kadang blok setempat ini terjadi pada banyak tempat baik di ventrikel
kanan maupun ventrikel kiri. Sebagai akibatnya, kondisi impuls menjadi tidak teratur,
menyebabkan pergeseran tegangan yang cepat dan penyimpangan sumbu. Kondisi
abnormal tersebut antara lain:
1. Hipertrofi salah satu ventrikel
Bila salah satu ventrikel menjadi sangat hipertrofi, maka sumbu jantung akan
bergeser menuju ke ventrikel yang hipertrofi. Hal ini dikarenakan jumlah otot pada
jantung yang hipertrofi lebih banyak dari sisi lainnya, dan waktu yang dibutuhkan
oleh gelombang depolarisasi untuk menjalar melewato ventrikel yang hipertrofi lebih
lama daripada ventrikel normal. Akibatnya, ventrikel normal akan terdepolarisasi,
yaitu menjadi lebih negatif, jauh sebelum ventrikel yang hipertrofi, dan keadaan ini
menyebabkan timbulnya vektor yang besar dari sisi normal jantung menuju yang
hipertrofi.
Gambar 4. Penyimpangan sumbu kiri pada penyakit jantung hipertensi, terjadi sedikit perpanjangan
sedikit kompleks QRS pada ventrikel kiri
Gambar 5. Gambaran EKG tegangan tinggi pada stenosis katup pulmonalis disertai dengan hipertrofi
ventrikel kanan. Penyimpangan sumbu kanan, kompleks QRS memanjang
2. Penyimpangan pada Bundle Branch Block
Umumnya, kedua dinding lateral ventrikel terdepolarisasi pada saat hampir
bersamaan, sebab kedua cabang Purkinje kanan dan kiri menjalarkan impuls jantung
menuju permukaan endokardial dinding kedua ventrikel pada saat hampir bersamaan.
Namun, bila salah satu cabang utama terblok, maka impuls jantung yang menyebar
pada ventrikel yang normal akan berlangsung lebih lama sebelum impuls itu kemudia
menyebar ke ventrikel yang lain. Karena itu, depolarisasi kedua ventrikel tidak bisa
terjadi secara bersamaan, dan potensial depolarisasi tidak akan saling mentralkan
sehingga terjadi penyimpangan sumbu.
Gambar 6. Penyimpangan sumbu ke kiri akibat dari blok pada cabang kiri berkas
Gambar 7. Penyimpangan sumbu ke kanan akibat dari blok pada cabang kanan berkas
3. Penurunan tegangan pada kompleks QRS
Ada tiga penyebab utama yang dapat menyebabkan penurunan tegangan pada
elektrokardiogram. Penyebab-penyebab teresebut adalah pertama, kelainan pada otot
jantung sendiri yang akan menghambat timbulnya arus bertambah besar; kedua,
kondisi-kondisi abnormal sekeliling jantung tidak dapat dengan mudah dihantarkan
ke permukaan tubuh; dan ketiga, rotasi apeks jantung menuju ke dinding anterior
dada sehingga arus jantung mengalir ke anteroposterior dada daripada ke bidang
frontal.
Gambar 8. Gambaran elektrokardiogram dengan tegangan rendah serta tanda-tanda kerusakan
setempat di seluruh ventrikel yang disebabkan oleh adanya infark miokardial.
3. Perbedaan irama ECG dan EEG
Gelombang Otak EEG
Perekaman listrik dari permukaan otak atau dari permukaan luar kepala dapat
menunjukkan adanya aktivitas listrik yang terus-menerus timbul dalam otak. Intemsitas
dan pola aktivitas listrik sangat ditentukan oleh besarnta derajat eksitasi otak. Intensitas
gelombang otak pada permukaan kulit berkisar antara 0 sampai 200 mikrovolt, dan
frekuensinya berkisar dari sekali selama beberapa detik sampai 50 kali atau kebih per
detiknya. Sifat gelombang ini sangat bergantung pada besarnya aktivitas korteks serebri,
dan gelombang otak jelas mengalami perubahan pada keadaan siaga dan tidur atau koma.
Sebagian besar gelombang otak bersifat irreguler, dan tidak mempunyai pola umum yang
dapat terlihat dengan jelas dalam gambaran EEG.
Gambar 9. Bermacam tipe gelombang EEG
Sinyal Jantung EKG
Elektrokardiogram normal terdiri atas gelombang P, kompleks QRS, dan gelombang T.
kompleks QRS terdiri dari gelombang Q, gelombang R, dan gelombang S. Gelombang P
disebabkan oleh potensial listrik sewaktu atrium berdepolarisasi sebelum berkontraksi.
Kompleks QRS disebabkan oleh potensial listrik yang dibangkitkan sewaktu ventrikel
berdepolarisasi sebelum berkontraksi, yaitu sewaktu gelombang depolarisasi menyebar
melewati ventrikel. Gelombang T disebabkan oleh potensial listrik yang ditimbulkan
sewaktu ventrikel pulih dari keadaan depolarisasi. Jadi gelombang elektrokardiogram
terdiri atas gelombang depolarisasi dan gelombang repolarisasi
Gambar 10. Elektrokardiogram normal
Pustaka
Guyton, Arthur C. & John E. Hall, 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 9,
Editor: Irawati Setiawan. Jakarta:EGC.