Anda di halaman 1dari 25

MATA KULIAH PEMBIAYAAN DAN PEMBANGUNAN

1
Analisis Strategi Pembiayaan PLTMH Desa Purbasari
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penulisan
Menururt Bintarto, Kota dari segi geografis diartikan sebagai suatu sistim jaringan
kehidupan yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan
strata ekonomi yang heterogen. Melalui pengertian ini dapat diketahui bersama bahwa kota
memiliki sistem kegiatan yang kompleks dan kompak (compact). Tingginya tingkat aktifitas
di perkotaan menuntut pula adanya infrastruktur perkotaan yang memadai. Infrastruktur
dalam hal ini dapat dikategorikan beberapa macam dan beragam jenis. Akan tetapi salah
satu infrastruktur yang cukup penting baik di kawasan perkotaan atau bahkan di seluruh
wilayah di Indonesia adalah infrastruktur listrik. Listrik merupakan barang yang cukup
esensial bagi setiap kegiatan yang dilakukan manusia. Bahkan listrik sudah dianggap
sebagai menu wajib masyarakat di setiap hari.
Di Indonesia, dalam memenuhi kebutuhan listrik penduduk pemerintah merancang
suatu sistem yang biasa disebut dengan Sistem Kelistrikan Nasional. Sistem kelistrikan
nasional ini berisi tentang strategi-strategi pemenuhan kebutuhan listrik di Indonesia. Salah
satu upaya dalam memenuhi kebutuhan nasional adalah adanya perencanaan
pengembangan pembangkit-pembangkit listrik yang masih terpusat di Pulau Sumatra dan
Pulau Jawa. Untuk pulau-pulau lain juga tersedia pembangkit listrik tetapi tidak sebanyak di
pulau Sumatra dan Pulau Jawa. Jenis pembangkit ini antara lain Pembangkit Listrik Tenaga
Air (PLTA), Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), dan jenis Pembangkit Listrik yang lain.
Sedangkan untuk pengelolaan listrik nasional pada dasarnya masih dikelola oleh PT. PLN
(persero) sebagai salah satu BUMN di Indonesia.
Walaupun dalam sistem kelistrikan nasional sudah dirancang strategi-strategi
pemenuhan kebutuhan listrik penduduk Indonesia, akan tetapi pada faktanya kebutuhan
atau permintaan masyarakat akan listrik masih cenderung tinggi. Kebutuhan listrik ini juga
ditambah dengan tidak tersebar meratanya listrik di seluruh wilayah Indonesia. Persoalan-
persoalan penyediaan listrik ini menunjukkan bahwa perlu adanya Pembangkit listrik yang
inovatif dan mudah untuk diimplementasikan guna mendukung pemasokan listrik nasional.
Banyak energi alternatif yang lahir guna mendukung kebutuhan listrik nasional.
Energi listrik alternatif ini ada dalam beberapa bentuk dan fungsi. Baik skala wilayah hingga
skala rumah. Salah satu energi listrik alternatif yang berwujud Pembangkit listrik inovatif
yang masih jarang digunakan adalah Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH).
MATA KULIAH PEMBIAYAAN DAN PEMBANGUNAN
2
Analisis Strategi Pembiayaan PLTMH Desa Purbasari
Mikrohidro adalah pembangkit listrik skala kecil yang menggunakan tenaga air dengan
batasan kapasitas antara 5 kW 1 MW per unit (Kementrian ESDM). Mengingat PLTMH
merupakan pembangkit listrik dengan skala kecil maka sangat cocok apabila diterapkan
pada daerah lingkup yang kecil seperti pedesaan. Dari skalanya yang kecil ini pula dapat
dikatakan bahwa PLTMH juga diindikasi dapat menyokong kebutuhan listrik di daerah-
daerah pelosok yang sebelumnya belum tersentuh listrik/langka listrik.
Melalui latar belakang inilah sehingga dipandang penting untuk mengetahui potensi-
potensi yang ada dalam pengembangan PLTMH di suatu daerah utamanya potensi investasi.
Salah satu hal yang penting dalam realisasi infrastruktur dalam hal ini infrastruktur listrik
adalah aspek pembiayaan. Apabila potensi investasi dari PLTMH ini nantinya cukup
potensial, maka bukan tidak mungkin apabila PLTMH menjadi salah satu pembangkit listrik
alternatif yang patut diperhitungkan. Guna mengetahui potensi pembiayaan di sektor
Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) ini, maka diambil studi kasus PLTMH yang
ada di Desa Purbasari, Kecamatan Karangjambu, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dirumuskan dalam penulisan makalah ini antara lain adalah
sebagai berikut,
a. Apakah permasalahan-permasalahan yang muncul terkait pembiayaan PLTMH Desa
Purbasari, Kecamatan Karang Jambu, Kabupaten Purbalingga ?
b. Bagaimana mengetahui potensi investasi pembangunan PLTMH di Desa Purbasari,
Kecamatan Karang Jambu, Kabupaten Purbalingga ?
c. Sumber-sumber pembiayaan apa saja yang menjadi alternatif pembiayaan PLTMH di
Desa Purbasari, Kecamatan Karang Jambu, Kabupaten Purbalingga ?
d. Bagaimana strategi-strategi pembiayaan guna mendukung pengimplementasian
PLTMH Desa Purbasari, Kecamatan Karang Jambu, Kabupaten Purbalingga ?

1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini antara lain adalah sebagai berikut,
a. Mampu merumuskan permasalahan pembiayaan PLTMH di Desa Purbasari,
Kecamatan Karang Jambu, Kabupaten Purbalinga
b. Mampu melakukan analisis guna mengetahui potensi investasi pada PLTMH di Desa
Purbasari, Kecamatan Karang Jambu, Kabupaten Purbalingga
c. Mengetahui alternatif-alternatif sumber pembiayaan PLTMH di Desa Purbasari,
Kecamatan Karang Jambu, Kabupaten Purbalingga
MATA KULIAH PEMBIAYAAN DAN PEMBANGUNAN
3
Analisis Strategi Pembiayaan PLTMH Desa Purbasari
d. Mampu menyusun strategi pembiayaan pada PLTMH di Desa Purbasari, Kecamatan
Karang Jambu, Kabupaten Purbalingga

1.4 Ruang Lingkup Pembahasan
Ruang lingkup pembahasan yang dibahas dalam makalah ini adalah identifikasi alur
pembiayaan PLTMH (Pembangkit Listrik Tenaga mikro Hidro) yang berlokasi di Desa
Purbasari, Kecamatan Karang jambu, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah.

1.5 Sistematika Penulisan
Bab I : Pendahuluan
Bab ini berisi latar belakang Pembangkit Listrik Tenaga mikro Hidro (PLTMH),
rumusan masalah, tujuan penulisan, ruang lingkup dan sistematika penulisan.
Bab II : Tinjauan Pustaka
Bab ini mengulas mengenai sumber pembiayaan pembangunan yang
berkaitan dengan Pembangkit Listrik Tenaga mikro Hidro (PLTMH) Desa
Purbasari
Bab III : Gambaran Umum
Bab ini berisi mengenai kondisi Pembangkit Listrik Tenaga mikro Hidro
(PLTMH) Desa Purbasari mengenai potensi dan permasalan terkait dengan
penyediaan prasrana dan sarana.
Bab IV : Analisa
Bab ini berisi mengenai analisis kelayakan finansial PLMTH Purbasari, analisa
pembiayaan oleh stakeholder dan Strategi Implementasi Pembiayaan
Pembangunan PLTMH Purbasari.
Bab V : Penutup
Bab ini berisi mengenai kesimpulan dari pembahasan pada bab-bab
sebelumnya serta rekomendasi terkait hasil analisa Pembangkit Listrik
Tenaga mikro Hidro (PLTMH) Desa Purbasari.
MATA KULIAH PEMBIAYAAN DAN PEMBANGUNAN
4
Analisis Strategi Pembiayaan PLTMH Desa Purbasari


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sumber Pembiayaan
Sumber pembiayaan pembangunan terdiri dari dua jenis, yakni sumber pembiayaan
konvensional dan non-konvensional. Secara teoritis, modal bagi pembiayaan pembangunan
perkotaan dapat diperoleh dari 3 sumber dasar:
pemerintah/publik
swasta/private
gabungan antara pemerintah dengan swasta

2.1.1 Pembiayaan Konvensional
2.1.1.1 Struktur Anggaran Dana Pusat
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), adalah rencana
keuangan tahunan pemerintahan negara Indonesia yang disetujui oleh Dewan
Perwakilan Rakyat. APBN berisi daftar sistematis dan terperinci yang memuat rencana
penerimaan dan pengeluaran negara selama satu tahun anggaran (1 Januari - 31
Desember). APBN, perubahan APBN, dan pertanggungjawaban APBN setiap tahun
ditetapkan dengan Undang-Undang. APBN merupakan wujud pengelolaan keuangan
negara yang ditetapkan tiap tahun dengan undang-undang. Struktur APBN yang
sekarang dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia secara garis besar adalah sebagai
berikut:
a. Pendapatan Negara dan Hibah
b. Belanja Negara
c. Keseimbangan Primer
d. Surplus/Defisit Anggaran
e. Pembiayaan
Struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara saat ini adalah:
1. Belanja Negara. Belanja terdiri atas dua jenis:
a. Belanja Pemerintah Pusat, adalah belanja yang digunakan untuk
membiayai kegiatan pembangunan Pemerintah Pusat, baik yang
dilaksanakan di pusat maupun di daerah (dekonsentrasi dan tugas
pembantuan). Belanja Pemerintah Pusat dapat dikelompokkan menjadi:
MATA KULIAH PEMBIAYAAN DAN PEMBANGUNAN
5
Analisis Strategi Pembiayaan PLTMH Desa Purbasari
Belanja Pegawai, Belanja Barang, Belanja Modal, Pembiayaan Bunga
Utang, Subsidi BBM dan Subsidi Non-BBM, Belanja Hibah, Belanja Sosial
(termasuk Penanggulangan Bencana), dan Belanja Lainnya.
b. Belanja Daerah, adalah belanja yang dibagi-bagi ke Pemerintah Daerah,
untuk kemudian masuk dalam pendapatan APBD daerah yang
bersangkutan. Belanja Daerah meliputi:
1. Dana Bagi Hasil
2. Dana Alokasi Umum
3. Dana Alokasi Khusus
4. Dana Otonomi Khusus
2. Pembiayaan. Pembiayaan meliputi:
a. Pembiayaan Dalam Negeri, meliputi Pembiayaan Perbankan, Privatisasi,
Surat Utang Negara, serta penyertaan modal negara.
b. Pembiayaan Luar Negeri, meliputi:
1. Penarikan Pinjaman Luar Negeri, terdiri atas Pinjaman Program dan
Pinjaman Proyek.
2. Pembayaran Cicilan Pokok Utang Luar Negeri, terdiri atas Jatuh Tempo
dan Moratorium.
2.1.1.2 Struktur Anggaran Dana Daerah
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), adalah rencana
keuangan tahunan pemerintah daerah di Indonesia yang disetujui oleh Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah. APBD ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Tahun
anggaran APBD meliputi masa satu tahun, mulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan
tanggal 31 Desember.Ada punAPBD terdiri atas:
1. Anggaran pendapatan, terdiri atas :
a. Pendapatan Asli Daerah (PAD), yang meliputi pajak daerah, retribusi
daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah, dan penerimaan lain-lain.
b. Bagian dana perimbangan, yang meliputi Dana Bagi Hasil, Dana
Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus
c. Lain-lain pendapatan yang sah seperti dana hibah atau dana darurat.
2. Anggaran belanja, yang digunakan untuk keperluan penyelenggaraan
tugas pemerintahan di daerah.
3. Pembiayaan, yaitu setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali
dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun
anggaran yang bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya.
MATA KULIAH PEMBIAYAAN DAN PEMBANGUNAN
6
Analisis Strategi Pembiayaan PLTMH Desa Purbasari
2.1.2 Pembiayaan Non-Konvensional
Sumber pembiayaan non-konvesional merupakan sumber-sumber pembiayaan
yang diperoleh dari kolaborasi antara pemerintah, swasta, dan masyarakat. Strategi
Pembiayaan Non-Konvensional :
1. Kemitraan pemerintah swasta
2. Kewajiban Paksa
3. Peningkatan invenstasi swasta murni
4. Peningkatan pembiayaan dari masyarakat
2.1. Analisis Kriteria Investasi
Analisis kriteria investasi merupakan hasil perhitungan kriteria investasi yang
merupakan indikator dari modal yang diinvestasikan, yaitu perbandingan antara total benefit
yang diterima dengan total biaya yang dikeluarkan dalam bentuk present value selama umur
ekonomis. Hasil perhitungan kriteria investasi dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
dalam mengambil keputusan penanaman modal. Kriteria investasi yang dapat digunakan:
NPV, IRR, Net B/C dan PR. Keputusan yang timbul dari hasil analisis: menerima atau
menolak, memilih satu atau beberapa proyek, atau menetapkan skala prioritas dari proyek
yang layak.
2.2.1 Net Present Value
Net Present Value atau biasa dikenal dengan NPV merupakan selisih antara
pengeluaran dan pemasukan yang telah didiskon dengan menggunakan sosial
opportunity cost of capital sebagai diskon faktor, atau dengan kata lain merupakan arus
kas yang diperkirakan pada masa yang akan datang yang didiskonkan pada saat ini.
Dengan kata lain NPV merupakan selisih antara present value dari investasi dengan nilai
sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan datang, tingkat
bunga yang relevan juga perlu ditentukan untuk menghitung nilai sekarang. Selain itu
untuk menghitung NPV juga diperlukan data tentang perkiraan biaya investasi, biaya
operasi, dan pemeliharaan serta perkiraan manfaat/benefit dari proyek yang
direncanakan. Rumus yang gunakan unuk mendapatkan nilai NPV adalah sebagai berikut:

NPV=
Bt Ct
(1+i)t
t=1
n



MATA KULIAH PEMBIAYAAN DAN PEMBANGUNAN
7
Analisis Strategi Pembiayaan PLTMH Desa Purbasari

Keterangan:
Bt = Manfaat pada tahun t
Ct = Biaya pada tahun t
i = Tingkat suku bunga
n = Umur ekonomis proyek
t = Waktu

Dengan Kriteria NPV :
NPV > 0 (nol) usaha/proyek layak (feasible) untuk dilaksanakan.
NPV < 0 (nol) usaha/proyek tidak layak (feasible) untuk dilaksanakan.
2.2.2 Internal Rate of Return
Internal rate of return (IRR) atau sering juga disebut secara singkat sebagai
rate of return merupakan suatu indeks keuntungan (profitability index) yang telah
dipergunakan secara luas dalam analisis investasi proyek industri. IRR juga dapat
didefinisikan sebagai suatu interest rate yang membuat nilai sekarang dari aliran kas
proyek industri menuju nol. Dengan demikian IRR merupakan suatu interst rate yang
membuat nilai NPV sama dengan nol.
IRR=i1+
NPV1
NPV1 NPV2
(i2 i1)

Keterangan:
i1 = Discount rate yang menghasilkan NPV positif
I2 = Discount rate yang menghasilkan NPV negatif
NPV1 = NPV yang bernilai positif
NPV2 = NPV yang bernilai negatif

Indikator untuk menilai IRR adalah sebagai berikut:
a. Jika IRR > tingkat discount rate yang berlaku, maka proyek layak untuk
dilaksanakan.
b. Jika IRR < tingkat discount rate yang berlaku, maka proyek tidak layak untuk
dilaksanakan.
MATA KULIAH PEMBIAYAAN DAN PEMBANGUNAN
8
Analisis Strategi Pembiayaan PLTMH Desa Purbasari
2.2.3 Net Benefit Cost Ratio
Net B/C adalah perbandingan antara jumlah NPV positif dengan jumlah NPV
negatif. Net B/C ini menunjukkan gambaran berapa kali lipat manfaat (benefit) yang kita
peroleh dari biaya (cost) yang kita keluarkan. Apabila net B/C > 1, maka proyek atau
gagasan usaha yang akan didirikan layak untuk dilaksanakan. Demikian pula sebaliknya,
apabila net B/C < 1, maka proyek atau gagasan usaha yang akan didirikan tidak layak
untuk dilaksanakan. Berikut merupakan rumus dari Net B/C.
NETB/C=
Bt Ct
(1+i)t
t=1
n

Ct Bt
(1+i)t
t=1
n


Keterangan:
Bt = total penerimaan pada tahun ke-t
Ct = total biaya pada tahun ke-t
i = tingkat diskonto yang berlaku
n = umur ekonomi proyek

Indikator untuk menilai Net B/C adalah sebagai berikut:
a. Jika Net B/C > 1, maka proyek layak untuk dilaksanakan.
b. Jika Net B/C < 1, maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan.
2.2.4 Payback Period
Payback period digunakan untuk dapat melihat seberapa lama investasi bisa
kembali. Semakin pendek jangka waktu kembalinya investsi, semakin baik suatu investasi
untuk dijalankan. Kelemahan dari metode payback period adalah tidak
memperhitungkannya nilai waktu uang dan tidak memperhitungkan aliran kas sesudah
periode payback. Berikut merupakan cara penghitungan dari payback period.
PP=
I
Ab

Keterangangan
I = besarnya biaya investasi
Ab = benefit bersih yang diperoleh setiap tahunnya
MATA KULIAH PEMBIAYAAN DAN PEMBANGUNAN
9
Analisis Strategi Pembiayaan PLTMH Desa Purbasari

BAB III
GAMBARAN UMUM

3.1. Gambaran Permasalahan
Salah satu energi terbarukan yang berkembang saat ini adalah air. Hal tersebut
dikarenakan energi ini merupakan energi terbarukan yang fleksibel, dimana energi tersebut
dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan diantaranya dapat dimanfaatkan untuk
pembangkit listrik. Pembangkit energi air skala mikro atau pembangkit tenaga mikrohidro
semakin populer sebagai alternatif sumber energi, terutama di wilayah yang terpencil.
Sistem pembangkit tenaga mikrohidro dapat dipasang di sungai kecil dan tidak memerlukan
dam yang besar sehingga dampaknya terhadap lingkungan sangat kecil. Pembangkit tenaga
mikrohidro dapat digunakan langsung sebagai penggerak mesin atau digunakan untuk
menggerakan generator listrik. Daya yang dibangkitkan anatara 5 kW sampai dengan 100
kW.

Gambar 3.1 Ilustrasi Kerja Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro

Pembangkit Listik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) di Desa Purbasari mulai dibangun
tahun 1994 namun pada tahun 2006 mengalami beberapa masalah. Keberadaan PLTMH di
desa tersebut telah merubah pola kehidupan masyarakat. Hal ini dikarenakan sebelum
adanya PLTMH, penerangan yang digunakan masyarakat menggunakan energi konvensional
seperti minyak tanah dan acu.
Struktur fisik dari PLTMH ini sendiri terdiri dari bendungan, saluran air, penstock
yang dibuat dari besi dengan diameter 55cm dan panjang 19m, power house dan generator.
MATA KULIAH PEMBIAYAAN DAN PEMBANGUNAN
10
Analisis Strategi Pembiayaan PLTMH Desa Purbasari
Generator yang digunakan pembangunan PLTMH Desa Purbasari memiliki kapasitas 40
kilowatt. PLTMH Desa Purbasari ini merupakan proyek percontohan (pilot project) desa
mandiri energi dari Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral. Pembiayaannya melalui
Kantor Kelistrikan Desa (Kalisada) Jawa Tengah di Semarang.
Pengguna listrik dari PLTMH sebanyak 151 orang. Dari Tahun 1994 - 1998, setiap
konsumen listrik membayar Rp. 10.000,- sedangkan sejak tahun 1999 - 2006 setiap
konsumenmembayar Rp 15.000,-. Dari penerimaan tersebut 90% digunakan untuk biaya
pemeliharaandan 10% disetorkan ke kas Desa Purbasari.
Bagian hulu PLTMH Desa Purbasari adalah permukiman dan hutan rakyat yang
sebagian besar (70%) ditanami sengon dan sebagian kecil (30%) merupakan kawasan
hutan lindung yang dikelola oleh Perum Perhutani dengan ditanami pinus. Masyarakat
kurang mengetahui fungsi hutan sebagai pengatur tata air. Untuk itu penyuluhan tentang
pentingnya hutan untuk mengatur tata air perlu diberikan kepada masyarakat agar
kelestarian air untuk memasok kebutuhan PLTMH dapat terpenuhi. Masyarakat didorong
tetap melestarikan hutan rakyatnya dan menanami lahan kosong sehingga kelestarian
sumber daya air tetap terjamin.
Pemanfaatan Mikrohidro mempunyai beberapa hambatan. Salah satunya adalah
kurangnya subsidi pemerintah untuk energi terbarukan. Salah satu contohnya adalah
penjualan listrik yang dihasilkan dari pembangkit listrik ramah lingkungan ini ke PLN masih
dihargai relatif murah sehingga tidak pernah menguntungkan bagi setiap pengelolanya,
sehingga masyarakat kurang berminat dalam mengembangkan PLTM tersebut. kurangnya
SDM yang dapat merawat dan mengelola mikrohidro juga merupakan salah satu hambatan
yang menyebabkan beberapa mikrohidro tidak dapat berfungsi dengan baik.

3.2. Komponen Biaya
Hal penting yang harus dilakukan adalah merumuskan komponen biaya untuk
menentukan severapa besar biaya yang harus dikeluarkan dalam pembangunan PLTB
tersebut. Suatu pembangunan yang menyuluruh memerlukan pembiayaan yang tidak hanya
sebatas pada biaya konstruksi fisik, melainkan memerlukan pembiayaan secara
komprehensif yang teridiri dari pekerjaan biaya persiapan, pembangunan, hingga
operasional dan pemeliharaan.

MATA KULIAH PEMBIAYAAN DAN PEMBANGUNAN
11
Analisis Strategi Pembiayaan PLTMH Desa Purbasari

Tabel 3.1 Anggaran Biaya PLTMH Desa Purbasari

Berdasarkan komponen biaya pada tabel di atas, maka total biaya investasi dalam
membangun Pembangkit Listrik Tenaga secara langsung sebesar Rp. 683.344.000,00.

3.3 Sumber Pembiayaan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH)
Sumber pembiayaan pembangunan terdiri dari dua jenis, yakni sumber pembiayaan
konvensional dan non-konvensional. Secara teoritis, modal bagi pembiayaan pembangunan
perkotaan dapat diperoleh dari 3 sumber dasar:
a. Pemerintah/publik;
b. Swasta/private; dan
c. Gabungan antara pemerintah dengan swasta.
Berikut adalah diagram sumber pembiayaan pembangunan.
No. Uraian Kegiatan Volume Satuan Nilai (RP)
Penerimaan
1 Biaya tetap 151 Orang 147.980.000
2 Iuran Pemakaian 262,8 Kwh 202.881.600
TOTAL 350.861.600
Pengeluaran
1 Turbin 1 Buah 75.000.000
2 Pembangunan Bendungan 1 Buah 300.000.000
3 Bearing Turbin 1 Buah/thn 450
4 Bearing Generator 2 Buah/thn 370
5 Veltbelt 1 Buah/5thn 3.500.000
6 Oil 1 Kaleng/bln 444
7 Operator 5 Orang/bln 12.000.000
8 Koordinator 1 Orang/bln 3.600.000
9 Begenser 151 Buah 135.900.000
10 Biaya Pembangunan Begenser 151 Buah 12.080.000
11 Pembangunan Jaringan 6 Km 120.000.000
12 Biaya lain-lain 1 Mm 20.000.000
TOTAL 683.344.000
MATA KULIAH PEMBIAYAAN DAN PEMBANGUNAN
12
Analisis Strategi Pembiayaan PLTMH Desa Purbasari
Gambar 3.2 Diagram Sumber Pembiayaan Pembangunan
3.3.1 Pembiayaan konvensional
Sumber pembiayaan konvensional merupakan sumber penerimaan dana yang
yang diperoleh dari Pemerintah. Secara umum sumber penerimaan dana dari pemerintah
dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
- Dana yang berasal dari non-pajak, seperti penerimaan pemerintah yang berasal
dari retribusi daerah, dana perimbangan, DAU, DAK, pinjaman daerah dll.
- Sumber penerimaan dana yang barasal dari Pajak, misalnya Pajak daerah, Pajak
Penghasilan, Pajak Bumi dan Bangunan, dll.
Setelah digolongkan menurut jenisnya, maka dapat diketahui bahwa
pembangunan PLTMH di Desa Purbasari menggunakan satu sumber penerimaan
Pembiayaan Konvensional yang berasal dari pemerintah yaitu Perusahaan Listrik Negara
(PLN).

3.3.2 Pembiayaan non-konvensional
Sumber pembiayaan non-konvesional merupakan sumber-sumber pembiayaan
yang diperoleh dari kolaborasi antara pemerintah, swasta, dan masyarakat. Strategi
Pembiayaan Non-Konvensional adalah sebagai berikut:
a. Kemitraan pemerintah-swasta;
b. Kewajiban Paksa;
c. Peningkatan invenstasi swasta murni; dan
d. Peningkatan pembiayaan dari masyarakat.
Berdasarkan hal tersebut selain menggunakan dana pemerintah, pembiayaan
pembangunan PLTMH juga dibantu oleh biaya tetap pelanggan dan iuran dari masyarakat
Desa Purbasari.
MATA KULIAH PEMBIAYAAN DAN PEMBANGUNAN
13
Analisis Strategi Pembiayaan PLTMH Desa Purbasari

BAB IV
ANALISA

4.1 Analisis Finansial PLTMH Purbasari
Analisis kelayakan finansial PLMTH Purbasari merupakan hasil dari analisa
perhitungan kriteria investasi yang merupakan indikator dari modal yang diinvestasikan,
yaitu perbandingan antara total benefit yang diterima dengan total biaya yang dikeluarkan
dalam bentuk present value selama umur ekonomis. Analisis yang dilakukan akan
menghasilkan keputusan akan keberlanjutan dari proyek pembangunan PLMTH Purbasari.
Kriteria investasi yang dapat digunakan adalah Net Present Value (NPV), Internal Rate of
Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan Payback Period (PP).
Analisis finansial dan ekonomi disusun berdasarkan biaya pengelolaan PLTMH
sedangkan benefitnya dihitung dari jumlah listrik yang dihasilkan dari PLTMH yang mereka
kelola dan nilai akuntansinya dihasilkan dari kilowatt listrik yang dihasilkan dari 1 unit
PLTMH dikalikan dengan harga listrik apabila mereka harus membayar ke Perusahaan Listrik
Negara (PLN). Periode penghitungan kelayakan finansial pembangkit listrik tenaga mikro
hidro (PLTMH) di Desa Purbasari selama 15 tahun (2008 - 2023) yang diperkirakan sebagai
umur ekonomis untuk PLTMH Purbasari.
4.1.1 Net Present Value
Net Present Value (NVP) merupakan manfaat bersih tambahan yang diterima
proyek selama umur proyek pada tingkat discount rate tertentu. Dengan kata lain NPV
merupakan selisih antara present value dari investasi dengan nilai sekarang dari
penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan datang, tingkat bunga yang
relevan juga perlu ditentukan untuk menghitung nilai sekarang. Data yang digunakan
adalah keuntungan kotor atau benefit (Bt), biaya operasional (Ct) dari pengelolaan
PLTMH Purbasari dan discount rate (i) yang berlaku. Tingkat discount rate yang
digunakan adalah sebesar 11%. Sedangkan umur ekonomis proyek adalah selama 15
tahun, atau dihitung dari tahun ke-0 hingga tahun ke-15. Berikut adalah hasil
perhitungan NPV dari pembangunan PLTMH Purbasari.

n
t
t i
Ct Bt
NPV
1
) 1 (

MATA KULIAH PEMBIAYAAN DAN PEMBANGUNAN
14
Analisis Strategi Pembiayaan PLTMH Desa Purbasari


Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan, didapatkan nilai NPV sebesar Rp
895.403.261,8 . Hasil ini menunjukkan bahwa proyek pembangunan PLTMH Purbasari
dapat dilakukan, mengingat kriteria ketercapaian suatu proyek dalam NPV adalah jika
NPV > 0.
4.1.2 Internal Rate of Return
Internal rate of return (IRR) atau sering juga disebut secara singkat sebagai
rate of return merupakan suatu indeks keuntungan (profitability index) yang telah
dipergunakan secara luas dalam analisis investasi proyek industri. IRR juga dapat
didefinisikan sebagai suatu interest rate yang membuat nilai sekarang dari aliran kas
proyek industri menuju nol. Dengan demikian IRR merupakan suatu interest rate yang
membuat nilai NPV sama dengan nol. Krn pada Tk DF 17% NPV bernilai negatif, maka
mulai masuk ke rumus IRR. Berikut adalah hasil perhitungan IRR dari pembangunan
PLTMH Purbasari.
) 1 2 (
2 1
1
1 i i
NPV NPV
NPV
i IRR



%) 11 % 17 (
21) -12265776, ( 8 212059261,
8 212059261,
% 11

IRR

% 67 , 16 IRR

Dari hasil perhitungan yang dilakukan, didapatkan angka IRR sebesar 16,67%.
Jika IRR > DF maka proyek layak untuk dilaksanakan, namun jika IRR < DF maka proyek
tidak layak untuk dilaksanakan . Hal ini menunjukkan bahwa proyek pembangunan
PLMTH Purbasari dapat dilanjutkan, dikarenakan IRR yang didapatkan lebih besar dari DF
(16,67% > 10%).


MATA KULIAH PEMBIAYAAN DAN PEMBANGUNAN
15
Analisis Strategi Pembiayaan PLTMH Desa Purbasari
4.1.3 Net Benefit Cost Ratio
Net B/C adalah perbandingan antara jumlah NPV positif dengan jumlah NPV
negatif. Net B/C ini menunjukkan gambaran berapa kali lipat manfaat (benefit) yang kita
peroleh dari biaya (cost) yang kita keluarkan. Apabila net B/C > 1, maka proyek atau
gagasan usaha yang akan didirikan layak untuk dilaksanakan. Demikian pula sebaliknya,
apabila net B/C < 1, maka proyek atau gagasan usaha yang akan didirikan tidak layak
untuk dilaksanakan. Berikut merupakan hasil perhitungan Net B/C dari pembangunan
PLTMH Purbasari.
NETB/C=
Bt Ct
(1+i)t
t=1
n

Ct Bt
(1+i)t
t=1
n


2 529182839,
4 745837856,
/ C NETB

2 1,40941429 / C NETB

Dari hasil perhitungan yang dilakukan, didapatkan angka Net B/C sebesar 1,4.
Jika Net B/C > 1 maka proyek layak untuk dilaksanakan, namun jika B/C < 1 maka
proyek tidak layak untuk dilaksanakan.
4.1.4 Payback Period
Payback period adalah meode perhtiungan yang berguna unuk melihat seberapa
lama investasi bisa kembali. Semakin pendek waktu yang dibutuhkan dalam waktu
kembalinya sebuah investasi, maka semakin baik investasi tersebut untuk dijalankan.
Kelemahan dari metode payback period adalah tidak memperhitungkannya nilai waktu
uang dan tidak memperhitungkan aliran kas sesudah periode payback. Berikut
merupakan hasil perhitungan payback period dalam proyek PLTMH Purbasari.
PP=
I
Ab

3 , 314 . 303 . 165
000 . 344 . 683
PP
MATA KULIAH PEMBIAYAAN DAN PEMBANGUNAN
16
Analisis Strategi Pembiayaan PLTMH Desa Purbasari
133 , 4 PP
Dari hasil perhitungan payback period yang dilakukan, didapatkan angka 4,133.
Angka ini menunjukkan bahwa investasi yang dilakukan pada proyek pembangunan
PLMTH Purbasari akan kembali dalam waktu 4 tahun 2 bulan. Hasil perhitungan akan
NPV, IRR, Ne B/C dan PP dalam kurun waktu 15 tahun dapat dilihat pada tabel berikut ini


MATA KULIAH PEMBIAYAAN DAN PEMBANGUNAN
17
Analisis Strategi Pembiayaan PLTMH Desa Purbasari

Tabel 4.1 Analisis Finansial Sederhana Potensi Investasi PLTMH Purbasari
Tahun Investasi Cost Benefit
Net
Benefit
DF 11%
Present
Value
DF 17%
Present
Value
0 683344000
1

36864000 166017600 129153600 0.9009009 116354594.6 0.854700855 110387692.3
2

36864000 166017600 129153600 0.8116224 104823959.1 0.730513551 94348454.96
3

36864000 166017600 129153600 0.7311914 94435999.18 0.624370556 80639705.1
4

36864000 166017600 129153600 0.658731 85077476.74 0.533650048 68922824.87
5

36864000 162517600 125653600 0.5934513 74569295.8 0.456111152 57312008.29
6

36864000 165017600 128153600 0.5346408 68516147.85 0.389838592 49959218.95
7

36864000 166017600 129153600 0.4816584 62207917.74 0.333195378 43033382.51
8

36864000 165017600 128153600 0.4339265 55609242.64 0.284782374 36495886.44
9

40864000 162517600 121653600 0.3909248 47557405.77 0.243403738 29610941.04
10

36864000 165017600 128153600 0.3521845 45133708.82 0.208037383 26660739.6
11

36864000 166017600 129153600 0.3172833 40978282.25 0.177809729 22964766.65
12

36864000 166017600 129153600 0.2858408 36917371.4 0.151974128 19628005.69
13

36864000 166017600 129153600 0.2575143 33258893.15 0.129892417 16776073.24
14

36864000 166017600 129153600 0.2319948 29962966.8 0.11101916 14338524.13
Total 895403261.8 671078223.8
NPV 212059261.8 -12265776.21
Net B/C 1.409414292
IRR 16.67%
Payback Period 4.133879608

MATA KULIAH PEMBIAYAAN DAN PEMBANGUNAN
18
Analisis Strategi Pembiayaan PLTMH Desa Purbasari
Dalam tabel diatas, kita dapat meliat masing-masing nilai besaran investasi, biaya
operasional maupun keuntungan pada setiap tahunnya. Pengeluaran yang terjadi pada
setiap tahunnya merupakan biaya operasional dari PLTMH Purbasari yang ditunjukkan pada
kolom cost (Ct). Pengeluaran dalam investasi dimasukkan pada tahun ke 0, karena investasi
adalah pembiayaan awal sebelum proyek dimulai. Kolom benefit menunjukkan keuntungan
kotor yang didapatkan setiap tahunnya. Untuk keuntungan bersih setiap tahunnya
ditunjukkan pada kolom net benefit. Net benefit merupakan selisih dari benefit dan cost.
Untuk mendapatkan NPV, harus didapatkan nilai keuntungan bersih pada masing-
masing tahun dari umur ekonomis proyek. Cara mendapatkan nilai keuntungan bersih dari
masing-masing tahun adalah dengan mengalikan net benefit dengan DF. DF merupakan
dicount factor, atau biasa disebut nilai suku bunga. Nilai keuntungan bersih pada masing-
masing tahun, ditunjukkan pada kolom present value.
Berdasarkan analisis finansial PLTMH Desa Purbasasri dengan kurun waktu 15 tahun,
didapatkan hasil perhitungan sebagai berikut: NPV = Rp 895.403.261,8 , Net B/C = 1.4, dan
IRR = 16,67% dengan payback period selama 4 tahun 2 bulan. Dari hasil analsis finansial
tersebut dapat disimpulkan bahwa investasi PLTMH di Desa Purbasari dengan nilai investasi
Rp 683.344.000,- layak untuk dilaksanakan.
4.2 Analisa Pembiayaan oleh Stakeholder
Pembangunan PLTMH Purbasari menggunakan sumber biaya konvensional maupun
non-konvensional. Sumber pembiayaan konvensional berasal dari pemerintah yaitu
Perusahaan Listrik Negara (PLN). Sedangkan dari sumber pembiayaan non-konvesional
berasal dari iuran tetap pelanggan. Dalam pembangunan PLTMH Purbasari membutuhkan
biaya sekitar Rp 15 juta per 1.000 watt. Dalam menutupi biaya pembangunan proyek ini,
sektor pemerintah dan swasta diharapkan menjadi sumber pembiayaan utama. Sektor
swasta dapat lebih dimaksimalkan dalam rangka mengurangi beban pembiayaan dari
pemerintah.
4.2.1 Pemerintah
Perusahaan Lisrik Negara (PLN) berkewajiban memasok kebutuhan listrik di
seluruh Indonesia. Kemampuan PLN dalam memasok kebutuhan listrik saat ini masih
dibawah angka permintaan listrik dengan margin kapasitas hanya mencapai 26-27%,
sedangkan margin kapasitas ideal adalah mencapai 30%. Kekurangan pasokan listrik
dipengaruhi oleh faktor ketidakmampuan dalam membiayai produksi listrik bagi seluruh
MATA KULIAH PEMBIAYAAN DAN PEMBANGUNAN
19
Analisis Strategi Pembiayaan PLTMH Desa Purbasari
Indonesia. Berdasarkan data Kebutuhan Listrik Jawa-Bali tahun 2008, rasio elektrifikasi
yang merupakan perbandingan antara jumlah rakyat Indonesia yang telah menerima
pasokan listrik terhadap jumlah rakyat seluruh Indonesia baru mencapai angka 57%. Hal
ini menunjukkan bahwa PLN belum mampu mengadakan listrik bagi seluruh rakyat
Indonesia.
Dalam rincian sumber pembiayaan pembangunan PLTMH Purbasari, seluruh
biaya investasi dilimpahkan kepada PLN. Dalam hal ini, PLN sebagai instansi pemerintah
dan merupakan sumber pembiayaan konvensional dari proyek pembangunan. Untuk
menutupi seluruh biaya investasi dengan hanya mengandalkan PLN dirasa kurang efektif,
melihat kemampuan PLN dalam memasok listrik ke seluruh wilayah Indonesia masih
kurang.
Selain dari PLN, sumber pembiayaan konvesional lainnya yang dapat digunakan
adalah dana non-pajak seperti retribusi daerah atau pinjaman daerah, dan juga alokasi
dana pajak seperti pajak daerah, pajak penghasilan, dll.
4.2.2 Swasta
Sumber pembiayaan non-konvesional merupakan sumber-sumber pembiayaan
yang diperoleh dari kolaborasi antara pemerintah, swasta, dan masyarakat. Sektor swasta
merupakan salah satu sektor potensial dalam mengembangakan sumber daya non-
konvensional. Dalam rincian pembiayaan proyek pembangunan PLTMH Purbasari, sumber
biaya utama hanya PLN. Proyek ini seharusnya dapat didukung dengan sumber-sumber
lain yang berasal dari sektor swasta.
Sektor pembiayaan swasta pertama yang dapat dimaksimalkan adalah dengan
meningkatkan pembiayaan dari masyarakat. Pembangunan PLTMH Purbasari adalah
untuk kepentingan warga Desa Purbasari, oleh karena itu pembiayaan dari masyarakat
seharusnya dapat dimaksimalkan. Selain itu dapat juga dilakukan kerjasama antara
pemerintah dan swasta dengan bentuk kemitraan. Dengan kerjasama ini, beban
pembiayaan pembangunan PLTMH Purbasari dapat dibagi antara PLN dengan sektor
swasta yang tertarik.
Kasus pembangunan PLTMH tidak hanya dilakukan di Desa Purbasari, namun
juga di Desa Wanganaji dan Karangtengah. Pembangunan PLTMH di Desa Wanganaji
banyak didukung oleh sektor swasta. Prakarsa pembangunan PLTMH adalah Koperasi
Energi Indonesia (KOPENINDO) dengan bantuan bergulir dari Asian Development Bank
MATA KULIAH PEMBIAYAAN DAN PEMBANGUNAN
20
Analisis Strategi Pembiayaan PLTMH Desa Purbasari
(ADB). Lembaga yang terlibat dalam pembangunan PLTMH Wangan Aji adalah Asian
Development Bank, Direktorat Jendral Listrik dan Pemanfaatan Energi (DJLPE) dan Dinas
Pertambangan dan Energi Provinsi Jawa Tengah, Dinas Pertambangan Kabupaten
Wonosobo, Kopenindo Jakarta, Koperasi Asrama Perguruan Islam (Koperasi API) Pondok
Pesantren Roudlotuth Tholibin. Desain teknis mekanis pembangunan bendungan,
panstock, dan turbin dilakukan oleh PT. ENTEC Bandung dan CV. Cihanjuang Inti Teknik
Bandung dan pekerjaan Elektrik dilakukan oleh PT. Heksa Prakarsa Teknik dan
Renerconcys Bandung. Pemanfaat listrik dari PLTMH Wanganaji adalah Interkoneksi PT.
PLN distribusi Jawa Tengah dan DIY. Untuk selanjutnya pengelola Proyek Pembangunan
PLTMH Wanganaji telah ditunjuk oleh Pemerintah Pusat dan Daerah adalah Koperasi API
Rodlothuth Tholibin.
Jika melihat banyaknya sektor swasta yang berpartisipasi dalam pengelolaan
PLTMH di Desa Wanganaji, seharusnya pembangunan PLTMH di Desa Purbasari juga
dapat di dukung oleh sektor swasta. Keuntungan dari pelibatan swasta tidak hanya akan
dirasakan pada sektor pembiayaannya, namun juga pada penerapan teknologi dari
masing-masing investor. Pada Kasus pembangunan PLTMH Wanganaji, berberapa bagian
pengembangan dilimpahkan kepada investor, seperti bagian desain teknis mekanis
pembangunan bendungan, panstock, dan turbin. Bagian ini dilakukan oleh PT. ENTEC
Bandung dan CV. Cihanjuang Inti Teknik Bandung dengan pemanfatan teknologi dari
masing-masing pihak.
4.3 Strategi Implementasi Pembiayaan Pembangunan PLTMH Purbasari
Penentuan strategi implementasi pembiayaan pembangunan PLTMH Purbasari
merupakan bentuk luaran (output) dari analisa yang sudah dilakukan pada sub-pokok
bahasan sebelumnya. Strategi Implementasi Pembiayaan Pembangunan PLTMH Purbasari
berguna sebagai solusi dalam mengatasi permasalahan yang ada. Secara diagramatik,
Strategi Implementasi Pembiayaan Pembangunan PLTMH Purbasari dapat dilihat pada
gambar 4.1 dibawah ini.


MATA KULIAH PEMBIAYAAN DAN PEMBANGUNAN
21
Analisis Strategi Pembiayaan PLTMH Desa Purbasari
















Gambar 4.1 Kerangka Berfikir Perumusan Strategi PLTMH Purbasari
Sumber : Hasil Analisis, 2013

Dari kerangka berfikir yang digambarkan pada diagram diatas sehingga strategi-startegi
yang dapat dirumuskan dalam rangka mengatasi permasalahan-permasalahan terkait
dengan pembiayaan PLTMH Desa Purbasari dapat dilihat pada tabel 4.2 di bawah ini.
Tabel 4.2 Strategi Terkait Pembiayaan PLTMH Purbasari
Permasalahan Strategi/Kebijakan Deskripsi
Dominasi pembiayaan pengadaan
komponen-komponen PLTMH
Purbasari oleh PLN
Pengikutsertaan stakeholder
ketenagalistrikan khususnya pada
sektor swasta melalui konsep
PPPs (Public Private Partnership)
Kebijakan ini akan mengurangi
beban PLN dalam membiayai
proyek pembangunan PLTMH
dalam rangka memenuhi
kebutuhan listrik yang lain.
PLTMH merupakan Pembangkit
Listrik yang cenderung baru dan
belum dioptimalkan sehingga
minat investasi kecil
Strategi penyediaan PLTMH
Jangka Pendek dan jangka
menengah/panjang sesuai
dengan Masterplan
Kebijakan ini berguna dalam
mendukung konsep PPPs dalam
meningkatkan minat investasi.
Strategi Jangka pendek sekitar 1-
PLTMH PURBASARI
STRATEGI
ANALISIS
FINANSIAL
ANALISIS SUMBER
PEMBIAYAAN
NPV
NET B/C
IRR
PP
PEMERINTAH
SWASTA
MASYARAKAT
IDENTIFIKASI
PERMASALAHAN
POTENSI YANG
MUNGKIN
DIKEMBANGKAN
MATA KULIAH PEMBIAYAAN DAN PEMBANGUNAN
22
Analisis Strategi Pembiayaan PLTMH Desa Purbasari
Permasalahan Strategi/Kebijakan Deskripsi
Ketanagalistrikan nasional yang
disertai dengan sosialisasi proyek
guna meningkatkan minat
investasi
2 tahun digunakan sebagai
waktu pengadaan komponen dan
sosialisasi pada stakeholder
kelistrikan. Strategi jangka
menengah dan panjang lebih
difokuskan pada penguatan
PLTMH dalam segi keberlanjutan
(fisik atau ekonomi)
Pembiayaan pengelolaan
(perawatan/perbaikan) hanya
mengandalkan iuran dari
masyarakat, sehingga tarif listrik
tinggi.
Pembukaan peluang investasi
pada pengadaan teknologi
penunjang PLTMH.
Kebijakan ini akan memperbesar
peluang investor untuk
berpartisipasi. Makin tinggi
teknologi yang diterapkan, maka
daya tarik bagi investor akan
semakin besar.
Sumber : Hasil Analisis, 2013






MATA KULIAH PEMBIAYAAN DAN PEMBANGUNAN
23
Analisis Strategi Pembiayaan PLTMH Desa Purbasari

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) pada dasarnya memanfaatkan energi
potensial air (jatuhan air). Semakin tinggi jatuhan air (head) maka semakin besar energi
potensial air yang dapat diubah menjadi energi listrik. Di samping faktor geografts yang
memungkinkan, tinggi jatuhan air (head) dapat pula diperoleh dengan membendung aliran
air sehingga permukaan air menjadi tinggi.
Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) merupakan pembangkit listrik dengan
mengunakan energi baru dan terbaharukan dengan berpegang pada prinsip menguntungkan
secara ekonomis, layak secara teknis, diterima secara sosial budaya dan tidak menyebabkan
kerusakan lingkungan. Desa Purbasari merupakan salah satu desa yang berada pada
Kabupaten Purbalingga yang belum teraliri listrik oleh PLN. Pembangkit Listik Tenaga
Mikrohidro (PLTMH) di Desa Purbasari mulai dibangun tahun 1994 dengan memiliki
kapasitas 40 KW. Keberadaan PLTMH di desa tersebut telah merubah pola kehidupan
masyarakat dengan meningalkan penggunaan energy konvesional yang tidak ramah
lingkungan serta boros. Perubahan yang besar adalah menngkatnya taraf ekonomi
masyarakat Desa Purbasari dan diharapkan penyediaan tenaga listrik di pedesaan seperti
Desa Purbasari merupakan salah satu sarana yang akan mempercepat upaya peningkatan
kesejahteraan bangsa secara keseluruhan.
Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) Desa Purbasari sendiri di gunakan
sebanyak 151 KK dengan setiap konsumen membayar iuran sebesar Rp 15.000,. Perolehan
dana dari konsumen tidak dapat menutupi biaya pemeliharaan PLTMH Desa Purbasri.
Padahal Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) Desa Purbasari merupakan satu-
satunya sumber listrik yang ada di desa tersebut jika dana tersebut tidak dapat menutupi
ongkos pemeliharaan maka secara tidak langsung daya listrik yang dialirkan ke konsumen
akan dikurangi dengan harga yang tetap dan tidak menutup kemungkinan Pembangkit
Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) Desa Purbasari akan tutup. Kuranganya kepedulian dan
subsidi pemeritah terhadap energi terbaharukan seperti Pembangkit Listrik Tenaga
Mikrohidro (PLTMH) Desa Purbasari adalah salah satu faktornya.
Berdasarkan analisis finansial PLTMH Desa Purbasasri dengan kurun waktu 15 tahun,
didapatkan hasil perhitungan sebagai berikut: NPV = Rp 895.403.261,8 , Net B/C = 1.4, dan
IRR = 16,67% dengan payback period selama 4 tahun 2 bulan. Dari hasil analsis finansial
MATA KULIAH PEMBIAYAAN DAN PEMBANGUNAN
24
Analisis Strategi Pembiayaan PLTMH Desa Purbasari
tersebut dapat disimpulkan bahwa investasi PLTMH di Desa Purbasari dengan nilai investasi
Rp 683.344.000,- layak untuk dilaksanakan. Untuk itu diperlukan suntikan dana yang berasal
dari investor terutama dari pihak pemerintah dalam hal ini adalah PLN dan pihak swasta
dalam pembiayaannya. PLN merupakan sumber pembiayaan utama maka dari itu diperlukan
pembiayaan dari sektor swasta dengan salah satunya meningkatkan pembiayaan dari
masyarakat. Peran pihak swasta dapat dimaksimalkan dalam pembiayaan pembangunan
Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) Desa Purbasari dikarenakan dapat
mengurangi beban pembiayaan dari pemerintah dan dapat dibagi antara pihak PLN dengan
Sektor Swasta yang tertarik dalam pembiayaannya.

5.2 Rekomendasi
Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) Desa Purbasari
merupakan sarana dan prasarana yang sangat penting bagi masyarakat karena Desa
Purbasari belum teraliri listrik oleh PLN. Maka dari itu dibutuhkan kerjasama antara
pemerintah, pihak swasta dan masyarakat agar Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro
(PLTMH) Desa Purbasari dapat berjalan dengan baik sehingga memberikan manfaat bagi
masyarakat. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan melibatkan stakeholder
yang ahli dalam bidang sistem tenaga dan ketenagalistrikan oleh pihak swasta dalam
Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) Desa Purbasari, selain itu
dengan membuat rencana jangka pendek, menengah dan panjang yang tertuang dalam
masterplan ketenagalistrikan nasional yang dibarengi dengan sosialisai proyek tersebut yang
nantinya dapat menarik dan meningkatkan iklim invesatasi dalam Pembangunan Pembangkit
Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) khususnya di Desa Purbasari.
MATA KULIAH PEMBIAYAAN DAN PEMBANGUNAN
25
Analisis Strategi Pembiayaan PLTMH Desa Purbasari

DAFTAR PUSTAKA

S.Grigg, Neil. 2007. Infrastructure Finance : The Business of Infrastructure for a Sustainable
Future.
_____. 2009. Masterplan Ketenagalistrikan 2010 2014. Jakarta: Kementrian Energi dan
Sumber Daya Mineral Republik Indonesia
_____. 2012. Terangi Pedesaan, PLN Optimalkan PLTMH. www.beritasurabaya.net (diakses
tanggal 14 Desember 2013)
_____.2011. Analisa Kriteria Invesatasi. labsistemtmip.files.wordpress.com (diakses tanggal
12 Desember 2013)
Bibit Supardi (2006). Mikrohidro Sebagai Sumber Alternatif Energi Masa Kini Universitas
gajah Mada, Jogjakarta

Yunar Alifi. 2009. Perencanaan low Head Mikro Hidro Di Dusun IV Desa Walatana Kec. Dolo
Selatan Kabupaten Sigi, Sulteng
Purwanto. 2007. Analisis Finansial Dan Ekonomi Pembangkit Listrik Mikrohidro Di Beberapa
Lokasi, Propinsi Jawa Tengah, Indonesia.
Kodoatie, Robert J. 2003. Pengantar Manajamen Infrastruktur. Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Adisasmita, Rahardjo. 2011. Pembiyaan pembangunan Daerah. Graha Ilmu, Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai