Anda di halaman 1dari 54

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam era globalisasi ini, pertambangan batu bara merupakan salah satu
sektor yang terbesar di indonesia dan berperan meningkatkan sistem
perekonomiaan di indonesia. Kekayaan alam yang begitu banyak harus bisa
dikelola oleh pemerintah dan hasilnya dapat dinikmati oleh masyarakat
indonesia. job site yang merupakan lokasi pertambangaan batu bara. Salah satu
unit yang menunjang produksi penambangan yaitu Motor Grader (GD), dimana
Motor Grader berfungsi sebagai alat untuk membuat jalan, seperti membentuk
jalan, meratakan jalan dan finishing, karena Motor Grader GD 825A-2 di
lengkapi beberapa alat-alat perlengkapan kerja yang terpasang pada Motor
Grader GD 825A-2 yang digunakan untuk memenuhi pekerjaan-pekerjaan
tersebut. Salah satu alat perlengkapan kerja tersebut yang utama adalah blade
yang berfungsi meratakan tanah pada saat melakukan grading. dalam penerapan
di lapangan tidak mungkin keadaan unit selalu dalam keadaan baik, pasti ada
seusatu hal yang menyebabkan unit tersebut mengalami kerusakan. dan salah
satu komponen yang sering mengalami keusakan adalah final drive. apabila hal
tersebut terjadi, maka harus segera dilakukan overhaul pada final drive tersebut.
dan final drive tersebut harus segera di kirim ke perusahaan manufacturing agar
bias dilakukan proses disassembly untuk mengetahui kerusakan apa yang terjadi
dalam final drive tersebut.

Salah satu perusahaan yang bergerak di bidang remanufacturing ini
adalah tempat saat penulis melakukan OJT (On The Job Training) di
PT.KOMATSU REMANFUACTURING ASIA Balikpapan, perusahaan ini
bergerak di bidang remanufacturing khusus untuk komponen dari jenis-jenis
komatsu baik unit heavy duty dump truck, dozer, grader, serta wheel loader.
2

salah satu upaya yag dilakukan oleh PT.KOMATSU REMANUFACTURING
ASIA agar menjaga target produksinya tetap tercapai adalah dengan cara
meminimalisirkan kerusakan pada komponen suatu unitnya apabila komponen
tersebut sering break down agar komponen tersebut menjadi lebih siap dan layak
pakai dalam jangka waktu yang lama. saat penulis melakukan OJT (On The Job
Training) di PT.KOMATSU REMANUFACTURING ASIA, penulis mengamati
beberapa kerusakan yang terjadi pada komponen-komponen yang datang dari
site. Salah satu komponen yang mengalami kerusakan tersebut dan di kirim ke
perusahaan ini adalah kerusakan terjadi permasalahan di bagian Final drive pada
Motor Grader. Salah satu permasalahan yang membuat penulis tertarik adalah
Input Shaft Broken pada Unit Grader GD825A-2.

Input shaft merupakan salah satu bagian komponen terpenting pada unit Grader,
yang diharapkan dapat bekerja dengan maksimal, sehingga proses penggunaan
unit juga dapat dimaksimalkan sebagai alat produksi dan bisa menaikkan life time
dari komponen tersebut. Kerusakan pada komponen input shaft sangatlah
berpengaruh, tentunya hal ini akan memberatkan customer, karena effort yang di
akibatkan sangat besar, antara lain down time, production dll. Dari berbagai
trouble kerusakan yang terjadi dapat diketahui berapa persen terjadinya
kerusakan tersebut sehingga dapat dilakukan persiapan-persiapan cukup dalam
mengatasi trouble kerusakan tersebut. Beberapa kerusakan-kerusakan yang
terjadi pada final drive diantaranya:
A. Kerusakan pada sproketnya
B. Kerusakan pada bearingnya
C. Kerusakan pada shaftnya
D. Kerusakan pada bolt mountingnya
Dari uraian yang dikemukakan pada latar belakang, maka penulisan pada tugas
Akhir ini penulis menetapkan judul sebagai berikut ANALISA KERUSAKAN
I NPUT SHAFT PADA UNI T GD 825A-2 PT.KOMATSU
REMANUFACTURI NG ASI A.



3

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Mengapa Input Shaft pada unit GD825A-2 patah ?
1.2.2 Bagaimana cara meminimalisasi penyebab Input Shaft patah pada unit GD
825A-2?

1.3 Batasan masalah
Dalam penyusunan tugas akhir ini penulis membatasi permasalahan,
hanya membahas pada final drive GD 825A-2 dengan penyajian data sampel
tanpa melakukan pengujian laboratorium atau menggunakan alat uji.


1.4 Tujuan dan Manfaat

Tujuan penulisan terdiri dari dua tujuan yaitu :
1. Tujuan Umum
Memenuhi salah satu persyaratan kelulusan program pendidikan diploma
III di Politeknik Negeri Balikpapan.
2. Tujuan Khusus
1. Dapat mengetahui faktor penyebab Iput Shaft Broken.
2. Dapat mengetahui cara meminimalisai penyebab Input Shaft
Broken

1.5 Teknik Pengumpulan Data

A. Dokumentasi yaitu dengan mempelajari Emergency Trouble Report (
ETR) yang berhubungan dengan masalah yang di angkat, yang di
kemukakan, sebagai pedoman dan referensi sehingga penulisan tugas
akhir ini tidak menyimpang dari ketentuan yang ada.
4

B. Wawancara yaitu mengumpulkan data melalui wawancara dengan
supervisor dan mekanik

1.6 Waktu dan tempat Pengumpulan data
Penulis melakukan kegiatan penelitian dan pengumpulan data di PT.
Komatsu Remanufacturing Asia Plant Mulawarmant. Pada tanggal 01
Oktober 2013 29 November 2013

1.7 Sistematika Penulisan
Metode penulisan terdiri dari lima bab, yang masing-masing terdiri
dari beberapa sub bab, yaitu :
BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah,
tujuan penulisan, teknik pengumpulan data, waktu dan tempat pengumpulan
data, serta sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Berisi tentang dasar-dasar teori yang dipakai penulis dalam
menyelesaikan tugas akhir.
BAB III DATA LAPANGAN
Berisi tentang data lapangan pengangkut objek yang di teliti, data
trouble report unit, dalam foto-foto kerusakan pada input shaft.
BAB IV PEMBAHASAN
Memuat tentang pembahasan masalah dan permasalah yang di
angkat.
5

BAB V PENUTUP
Penutup dengan sub bab yang berisi tentang kesimpulan dari masalah
yang diangkat dan saran.

LAMPIRAN.
DAFTAR PUSTAKA.


















6

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Kajian pustaka

Motor grader berfungsi sebagai alat untuk membuat jalan,seperti membentuk
jalan,meratakan jalan dan finishing, karena Motor Grader GD 825A-2 di lengkapi
beberapa alat-alat perlengkapan kerja yang terpasang pada Motor Grader GD 825A-2
yang di gunakan untuk memenuhi pekerjaan-pekerjaan tersebut


7

2.2 Final drive grader secara umum
Ketika motor grader beroperasi denganblade membentuk sudut kea
arah depan atau dengan articulate chassis, maka akan terbentuk reaksi dalam
hal ini. Gaya yang timbul dari arah depan akan di paksa di teruskan ke sisi
samping dan mesin akan cenderung berpitar ( berbelok ) ke kanan atau ke kiri
tergantung pada sudut yang terjadi saat mesin beroperasi. Dengan hal ini
mesin membutuhkan kemampuan untuk menahan (gaya dari depan) dan
mesin mampu berjalan dengan lurus ke depan, sehingga secara umum, motor
grader di desain tidak memakai diferential

gambar

Namun motor grader gd825a-2 adalah tipe artikulit, sehingga ketika mesin
beroperasi dengan beban hanya menumpu di bagian salah satu sisi (di artikulasikan),
roda-roda belakang cenderung slip ke samping. Dengan alasan ini ,mesin di lengkapi
dengan diferential untuk meningkatkan kemampuan menahan keausan pada ban.
Pengontrolan pengoperasian differential sangat sederhana, dengan menekan switch
yang ada di operators compartment.

2.3 Pengertian diferential
Diferential adalah suatu komponen untuk meneruskan tenaga putar
sari transmisi melalui propeller shaft yang selanjutnya akan membuat
penyaluran tenaga lebih halus dari final gear ke roda kiri dan kanan pada
kondisi apapun. Saat kendaraan berjalan belok atau saat pada berjalan buruk
8

akan terjadi jarak tempuh yang berbeda antara roda kiri dan kanan. Jika ke
dua roda berputar pada kecepata yang ama yang terjadi adalah slipnya roda
yang mempunyai jarak tempuh yang lebih pendek. Dengan adanya diferential
maka secara otomatis akan membuat kecepatan antara roda kiri dan roda
kanan berbeda sehingga perputaran menjadi lebih halus

Gambar sturktur diferential



2.4 Fungsidiferential
diferential adalah komponen yang berfungsi
2.4.1 Menaikkan torque
Komponen pada diferential yang berfungsi menaikkan torque pinion
dan bevel gear (crown wheel). Pinion yang menerima putaran dari propeller
shaft dan meneruskannya ke crown wheel, karena jumlah gigi dan diameter
dari pinion yang lebih kecil daripada crown wheel maka torque yang
sebelumnya kecil (pinion)akan bertambah pada saat crown wheel berputar
meneruskan putaran pinion




9

2.4.2 Merubah arah putarandari propeller shaft 90 derajat ke axle
Pinion dan crown wheel juga berfungsi merubah arah putaran dari propeller
shaft 90 derajat ke axle. Ini terjadi karena kontak dari gigi-gigi pada pinion
dan pada crown wheel bersudut 90 derajat

2.4.3 Membedakan putaran
Pada saat unit berbelok, putaran roda bagian dalam cenderung lebih
lambat daripada putaran roda bagian luar, hal ini di maksudkan agar unit dapat
berbelok dengan baik dan tidak slip. Jika roda antara yang kiri dan kanan
selalu sama, maka tidak akan membelok. Disinilah fungsi diferential yang
membuat putaran roda kiri dan kanan berbeda, sehingga unit dapat berbelok
dengan baik

2.5 Jenis- jenis diferential
2.5.1 Standard diferential
Standard diferential jenis ini paling banyak di gunakan pada kendaraan
ringan karena kontruksinya sederhana , yang hanya terdiri dari bevel gear,
bevel pinion,diferential case, pinion gear ,spider shaft,dan dide gear

Gambar standard diferential



10

2.5.2 No-spin diferential
Pada No-SPIN differential, spider shaft langsung terhubung dengan
jaw clutch yang di-spline dengan side gear. Saat bergerak lurus, jaw clutch
akan engage dan spider shaft tengah memutar axle dengan kecepatan yang
sama.
Bila putaran salah satu roda melebihi putaran penggerak atau overrun, No-
SPIN differential akan memutuskan hubungan dengan roda yang berputar
lebih cepat tadi dengan cara memisah kan spider shaft dari jaw clutch. Roda
yang berputar lebih cepat tadi akan bebas. Semua torsi dan kecepatan akan
dikirimkan ke roda yang putarannya lebih lambat.

Gambar no-spin diferential


2.5.3 Limited slip diferential
Limited slip differential dirancang untuk memungkinkan tenaga
disalurkan dengan sama pada kedua roda sampai kondisi pijakan
menyebabkan variasi cengkraman antara roda kiri dan kanan. Pada differential
jenis ini terdapat dua multidisc clutch. Setiap clutch menghubungkan side
gear dengan rotating housing. Kedua roda akan digerakkan dengan torsi dan
kecepatan yang sama saat bergerak lurus bila kondisi pijakan kedua roda
cukup bagus. Pada standard differential, bila machine di angkat dan salah satu
11

roda di rem, roda lainnya akan berputar lebih cepat. Pada limited slip
differential, clutch membuatnya lebih sulit terjadi karena faktor yang
meningkat secara proporsional terhadap torsi input. Efek penguncian terjadi
karena adanya gesekan internal pada gaya pemisahan dalam differential akan
menekan clutch pack. Ini mengakibatkan torsi pada roda yang berputar cepat
akan disalurkan ke roda dengan kondisi pijakan yang bagus.

Gambar limited slip diferential

2.5.4 Diferential lock
Differential lock umumnya digunakan pada motor grader. Differential
jenis ini dapat diaktifkan dan dikunci menggunakan differential switch pada
kabin operator. Bila operator mengingin kan machine bergerak lurus maka
differential harus di kunci. Hal ini mengakibatkan semua torsi dipindahkan ke
empat roda tandem pada semua kondisi pijakan. Untuk mengurangi radius
belok machine dan untuk mengurangi keausan pada ban maka differential
lock harus dimatikan.

Differential untuk motor grader memiliki clutch antara side gear kiri
dan differential housing. Saat differential terkunci, solenoid akan mengalirkan
oli ke belakang piston untuk meng-engage -kan clutch sehingga side gear kiri
akan berputar dengan kecepatan yang sama dengan rotating housing. Pinion
gear tidak akan berputar pada porosnya sebab spider shaft dan side gear
berputar dengan kecepatan yang sama. Pinion gear akan menahan side gear
12

satunya. Kedua axle shaft (kiri dan kanan) kemudian akan berputar dengan
kecepatan yang sama dengan rotating housing. Bila differential switch di-off-
kan, solenoid akan menutup aliran oli menuju clutch pack sehingga kedua side
gear akan berputar bebas. Differential lock mendorong salah satu dari side
gear agar ber putar bersama rotating housing. Ini mengakibatkan differential
bekerja seperti solid axle dan memindahkan semua torsi ke kedua roda (kiri
dan kanan). Hal ini menyebabkan kedua roda berputar dengan kecepatan yang
sama, tanpa terpengaruh kondisi pijakan.

Gambar diferential lock

2.6 Prinsip dasar diferential
Bila beban (w) yang sama diletakkan pada setiap rack, kemudian
shackle ditarik ke atas maka kedua rack akan terangkat pada jarak yang sama
sejauh shackle ditarik ke atas, selama tahanan pada kedua sisi pinion sama.

Bila beban yang lebih besar diletakkan pada rack sebelah kiri dan
shackle ditarik ke atas seperti pada gambar (b), pinion akan berputar
sepanjang gigi rack yang mendapat beban lebih berat disebabkan adanya
perbedaan tahanan yang diberikan pada pinion dan ini mengakibatkan rack
yang mendapat beban lebih kecil akan terangkat. Jarak rack yang terangkat
sebanding dengan jumlah putaran pinion.
13


Gambar prinsip dasar kerja diferential


2.7 Cara kerja diferential
2.7.1 Pada saat jalan lurus.
Pada saat kendaraan jalan lurus pada jalan datar tahanan gelinding
(rolling resistance) pada kedua roda penggerak (drive gear) relatif sama.

Bila tahanan kedua poros axle belakang sama (A dan B) , pinion tidak
berputar sendiri tetapi ring gear, differential case dan poros pinion berputar
bersama dalam satu unit. Dengan demikian pinion hanya berfungsi untuk
menghubung-kan side gear bagian kiri dan kanan, sehingga menyebabkan
kedua drive wheel berputar pada rpm yang sama.

Gambar pada saat jalan lurus

14

2.7.2 Pada saat membelok.
Pada saat kendaraan membelok ke kiri tahanan roda kiri lebih besar
dari pada roda kanan. Apabila differensial case berputar bersama ring gear
maka pinion akan berputar pada porosnya dan juga pergerak mengelilingi side
gear sebelah kiri, sehingga putaran side gear sebelah kanan bertambah, yang
mana jumlah putaran side gear satunya adalah 2 kali putaran ring gear.

Hal ini dapat dikatakan bahwa putaran rata-rata kedua roda gigi adalah
sebanding dengan putaran ring gear.

Gambar pada saat membelok


2.8 Komponen komponen diferential
2.8.1 Final gear
Setelah kecepatan di kurangi dan torque di tambah oleh transmisi setelah
melewati propeller shaft tenaga akan di gunakan untuk memutar roda, saat
awal unit bergerak tidak di perlukn kecepatan tetapi torque yang besar. Oleh
karena itu, untuk menambah torque dari output transmisi di buat gear reduksi
yang dinamakan final gear. Selain itu, final gear berfungsi untuk merubah
arah tenaga dari propeller shaft ke roda kanan dan kir, oleh karena itu
umumnya di gunakan untuk kombinasi bevel gear. Saat ini final gear di bagi
menjadi 3,yaitu: worm gear.spiral bevel gear,hypoid gear

15

2.8.1.1 Worm gear
Karakteristik tipe ini smooth,karena poros drive gear dan driven gear
tidak lurus, level lantai dapat lebih mudah dan ratio reduksinya lebih besar
lebih mudah di capai. Tetapi tipe ini hanya di gunakan untuk sedikit jenis
kendaraan tipe heavy duty dan cenderung untuk panas karena karena transmisi
rendah

gambar worm gear

2.8.1.2 Spiral bevel gear
Karakteristiknya terus menerus,smooth,kapasitas torque dan efesiensi
transmisi tinggi,karena itu tipe ini sekarang banyak di gunakan untuk efesiensi
bahan bakar kendaraan. Konstruksi antara poros dan ring gear pada tipe ini
satu garis lurus

Gambar spiral bevel gear


16


2.8.1.3 Hypoid gear
Hypoid gear mempunyai tipe spiral bevel gear,keduanya mempunyai
bentuk gear yang hampir sama, tetapi anatara poros drive gear dan driven gear
pada tipe hypoid tidak lurus (garis tengah pinion lebih rendah dari garis
tengah ring gear) sehingga level lantai dapat lebih rendah. Selain itu tipe ini
lebih tahan lama dan tidak menimbulkan kebisingan

gambar hypoid gear

2.8.2 Diferential gear
Diferential gear yang terdiri dari perkaitan antara pinion gear dengan
side gear, yang berfungsi untuk membedakan putaran roda kiri dan kanan, jika
kendaraan berbelok ke kanan, maka side gear kiri yang mengitari side gear
tersebut dan sebaliknya

Gambar diferential gear
17


2.8.4 Bearing
Beberapa control gear pinionnya mempunyai support bearing yang
bearada pada gear housing di dalam crown wheel gear. Crown wheel di
pasang dengan diferential housing dan di dukung tapper roller bearing

gambar bearing pada diferential gear

2.8.5 Housing
housing adalah komponen menutup dan melindungi shaft,mendukung
berat kendaraan dan beban, dan melindungi final gear yang terpasang pada
bagian tengah housing.

Gambar housing


2.9 Gear ratio
gear ratio adalah suatu perbandingan antara jumlah roda gigi crown
wheel dengan jumlah roda gigi pinion. Pada kendaraan tanpa hub reduction
18

gear, reduksi terjadi pada central gear sehingga putaran half shaft lebih lambat
daripada putaran propeller sahft, pada kendaraan dengan hub reduction gear,
reduksi tersebut menghasilkan tenaga yang lebih besar di banding dengan
kendaraan tanpa hub reduction gear.
Gear ratio tergantung dari jumlah gigi yang ada pada pinion dan bevel gear.
Semakin besar gear ratio suatu diferential maka semakin besar pula momen
yang di hasilkan diferential tersebut. Untuk menghitung gear ratio ini dapat
menggunakan rimus
Gear ratio= jumlah gigi ring gear
jumlah gigi drive pinion

2.10 Assembly final drive GD 825A-2

No 1.assembly center
case
Gambar
1



cover center case

bagian depan di
pasang pada bevel
gear,pertama di beri
dolpin dan di beri
loctite 648.kemudian
kencangkan dengan
bolt 27 untuk
mengencangkan
bevel dan cover
center case bagian
depan

dolpin berfungsi
sebagai pelurus dan
lock antara case dan
bevel gear.


19

loctite 648
berfungsi merekat
center case dan bevel
gear

2 bagian belakang di
beri washer
kuning.setelah itu
letakan center case
assy menghadap ke
lantai sehingga
bagian cover center
case di baawah

washer berfungsi
mengurangi gesekan
antara set gear dan
center case



3 kemudian pasang set
gear kemudian
pasang cross shaft di
atasnya

20

4 -langkah langkah
assembly pinion gear
di center case

1. Pasang outer
yang telah di
dinginkan
terlebih
dahulu pada
pinion gear
2. Bearing inner
yang besar
pasang di
sleeve setelah
di panasi
3. Gabungkan
sleeve dan
gear

















4. Pasang
bearing inner
yang kecil di
atas assembly
sleeve dan
pinion
























21

5. Kencangkan
dengan nut 96
kg yang
sebelumnya
di beri loctite
262
6. Kemudian
cek pinion
gear mutar
ato tida







5



setelah itu pasang
pinion gear di ke -4
sisi shaft

22

6 dan pasang set gear
bagian atas .

7 Setelah itu pasang
bagian case untuk
melengkapi center
case tersebut


8 -selanjutnya tumpuk
plate dan disc dengan
di selingi oleh oli.



23

9 kemudian pasang
piston dan coover
case bagian atas di
beri seal kemudian
gaabungkan piston
cover case .setelah
itu pasang cover pada
bagian atas plate dan
disc .kencangkan
dengan bolt 24

piston berfungsi
mendorong plate dan
disc pada saat
enggide


No 2.assembly cage

Gambar
1 -pasang bearing inner
ke pinion ,tetapi
bearing panasi
terlebih dahulu agar
memuai,

24

2 kemudian pasang
case yang telah
terpasang outer
bearing ,setelah itu
pasang bearing inner
di cage
-setelah itu just
dengan cara di tekan
sampai mendapatkan
starting torque
1,3kg/m3
-kemudian lock nut
segi enam di torque
sebesar 42 kg/m3
(lock nut berfungsi
mencegah agar
adjustment preload
tidak berubah



No 3.assembly flange

Gambar
25

1 -pertama case shaft
flange di olesi lnp

lnp berfungsi
sebagai pelumas
flange agar tidak
terjadi
keausan,karena
grader tidak di
lengkapi dengan
suspensi

2 -kemudian
gabungkan case shaft
flange dengan
pasangannya bagian
atas

26

3 -setelah itu pasang
bushing warna hitam

-setelah itu pasang
plate,kemudian
kencangkan 4 bolt
torque 30-40 kg,agar
bushing rapat untuk
menentukan
ketebalan shim ,

bushing berfungsi
untuk mengurangi
gesekan antara flange
dan case saft


4 selanjutnya lepas 4
bolt dan bushing di
ukur dengan depth
.kemudian hasil
ukuran dept di
tambah 0.1


27

5 -setelah itu pasang
shim sesuai dengan
hasil pengukuran
0.5,0.2,0.1.pasang
plate dengan
keseluruhan baut
dengan bolt torque
36 kg (96kg/m3)


No 4.assembly di carrier gambar
1
+ shaft
-shaft pertama di
bersihkan agar di
ketahui terjadi
keretakan pada shaft
atau tidak
-selanjutnya shaft di
beri bearing yang
telah di panasi dan di
beri spacer
-kemudian
gabungkan shaft
dengan carrier
,pasang pasang
holder dan bolt
36.dengan torque 96
kg/m3

28



2 .setelah itu
gabungkan carrier
dan flange



29

3 -selanjutnya pasang
sprocket atas bawah


4 -dan kemudian
pasang holder di
sprocket tetapi
jangan terlalu
kencang ,untuk di
pasang shim dan
menentukan rotating
torque.kencangkan
dengan bolt 24


5 -selanjutnya lakukan
penejustan dengan
cara rotating torque
1.3 kg/m3
(rotating torque >
1,5kg/m3 di tambah
shim )
(rotating torque < 1.3
kg/m3 di kurangi
shim)



30



6 5.housing center case
-center case assy
pasang di housing
-





31

7 kemudian cage di
pasang di samping
kanan kiri housing
-setelah itu pasang
shim di ke 2 cage
,semisal pemasangan
pertama 2 mili
-jika rotating torque
center sudah di dapat
1,3 kg/m3 dengan
catatan bearing inne
rdi center case tidak
ada yang bunyi pada
saat di putar .setelah
itu angkat case assy.


8 -selanjutnya pasang
cage assy di housing
dengan di pasang
shim di antara cage
dan housing,mula-
mula pasang 2 mili
-kemudian pasang
kembali case untuk
mengukur adjustment
tooth contact antara
pinion dan bevel gear
(backlash 0.25-0.33
mm

32

9 7.pasang gear pada
housing kanan kiri


10 -setelah itu pasang
shaft ,sun gear dan
ring gear



33

11 -kemudian pasang
final drive assy


34

2.11 Disassembly final drive grader GD825A-2
No Langkah kerja Gambar
1 Lepaskan baut (11), kemudian lepaskan drive
shaft (12) dari coupling

2 Tarik keluar coupling (13) dari pinion shaft

3 Lepaskan tube (14) bersama dengan o-ring

4 1) lepaskan pipe (17) bersama dengan o-ring

5 Lepaskan tube (19) dan (20) kemudian lepaskan
flanges (21) dan (22)

35

6 Lepaskan side case mounting bolts (23) dan 24
washer (24), kemudian gantung dan lepaskan
side case assembly (25) dari center case

7 Lepaskan bolt (26) kemudian lepaskan plate
(27)

8 Gantung dan lepas carrier assembly

9 Lepaskan holder (34) dan shim (35)

10 Lepaskan sprocket (36) dari shaft

11 Lepas bearing (37) dari shaft

36

12 1) tarik keluar rear axle shaft assembly
(38)
2) lepaskan blots (39),washer (40) dan
plate (41)

15 Lepaskan washer (42), o-ring(43) dan shim (44)

16 Gantung dan lepaskan flange (45)

17 1)Tarik keluar bushing (47)
2)lepaskan washer (49) dari side case (48)

18 Tarik keluar bearing (51) dari shaft (50)

37

19 Lepaskan ring gear (52) dari center case

20 Lepaskan snap ring (53) from axle shaft,
kemudian lepaskan collar (54) dan sun gear (55)

21 Lepaskan axle shaft (56) dari center case

22 Remove cover (57)


23 Lepaskan bevel pinion assembly (58) bersama
dengan shim

24 Gantung bevel gear assembly (60)

38

25
1) lepaskan bolts (65), kemudian lepaskan
cage (62) dan (63)
2) lepaskan shim (64)
cek nomor dan ketebalan dari shim di
kiri dan kanan,dan simpan pada tempat
yang aman
3) naikkan bevel gear assembly dan
lepaskan dari center case (61)
4) lepaskan bolts (67), kemudian lepaskan
gear (66)


2.12 Teori keausan
Keausan adalah hilangnya material dari permukaan benda padat sebagai
akibat dari gerakan mekanik. Keausan umumnya sebagai kehilangan material yang
timbul sebagai akibat interaksi mekanik dua permukaan yang bergerak sliding dan di
bebani. Ini merupakan fenomena normal yang terjadi jika dua permukaan saling
bergesekan, naka aka nada keausan. Atau perpindahan material. Apabila dua material
di tekan bersama maka akan terjadi kontak pada bagian permukaan. Keausan tidak
diinginkan karena material yang hilang akibat dari keausan akan menyebabkan
penurunan kerja suatu mekanisme. Pembentukan partikel keausan pada pasangan
permukaan sliding yang sangat rapat dapat menyebabkan mekanisme terhambat atau
bahkan macet meskipun umur peralatan masih baru (mazzuco 2003)
Keausan akan terjadi lebih besar pada kondisi tanpa pelumasan di bandingkan
kondisi permukaan yang di beri pelumas dengan baik. Apabila permukaan yang keras
bergesekan dengan yang lebih lunak maka permukaan yang akan tergoreskan dengan
permukaan yang kasar, keausan juga bias di sebabkan oleh patahan partikel keras
yang bergesekan di antara dua permukaan lebih lunak. Keausan terjadi karena adanya
39

partikel lebih keras dari permukaan yang bergeseka. Semakin kasar permukaan maka
tingkat keausan semakin besar (bale 2009)

2.12.1 Mekanisme keausan terdiri dari :
Sebagaimana telah di sebutkan pada bagian, material jenis apapun akan mengalami
keausan dengan mekanisme yang beragam, yaitu keausan adhesive,keausan
abrasive,keausan oksidasi,keausan erosi

2.12.1.1 Keausan adhesive ( Adhesive wear )
Terjadi bila kontak permukaan dari dua material atau lebih mengakibatkan adanya
perlekatansatu sama lainnya ( adhesive ) serta deformasi plastis dan pada akhirnya
terjadi pelepasan /
pengoyakan salah satu material seperti di perlihatkan pada gambar 2 di bawah ini :

gambar keausan adhesive

Faktor yang menyebabkan adhesive wear :
1. Kecenderungan dari material yang berbeda untukmembentuk larutan padat
atau senyawa intermetalik.
40

2. Kebersihan permukaan.

Jumlah wear debris akibat terjadinya aus melalui mekanismeadhesif ini dapat
dikurangidengan cara ,antara lain :
1. Menggunakan material keras.
2. Material dengan jenis yang berbeda, misal berbedastruktur kristalnya.


2.12.1.2Keausan Abrasif ( Abrasive wear )
Terjadi bila suatu partikel keras (asperity) dari material tertentumeluncur pada
permukaan material lain yang lebih lunak sehingga terjadi penetrasi atau pemotongan
material yang lebih lunak,seperti gambar di bawah ini. tingkat keausan pada
mekanisme ini di tentukan oleh derajat kebebasan ( degree of freedom) partikel keras
atau asperity tersebut.

gambar keausan abrasive

Sebagai contoh partikel pasir silica akan menghasilkan keausan yang lebih tinggi
ketika diikatpada suatu permukaan seperti pada kertas amplas, dibandingkan bila
pertikel tersebut berada didalam sistem slury. Pada kasus pertama, partikel tersebut
kemungkinan akan tertarik sepanjangpermukaan dan akhirnya mengakibatkan
pengoyakan. Sementara pada kasus terakhir, partikeltersebut mungkin hanya berputar
( rolling ) tanpa efek abrasi.


41


Faktor yang berperan dalam kaitannya dengan ketahanan material terhadap
abrasivewear antara lain:

1. Material hardness
2. Kondisi struktur mikro
3. Ukuran abrasif
4. Bentuk

Abrasif Bentuk kerusakan permukaan akibat abrasive wear, antara lain :
1. Scratching
2. Scoring
3. Gouging

2.12.1.3 Keausan Oksidasi/Korosif ( Corrosive wear )
Proses kerusakan dimulai dengan adanya perubahan kimiawi material di permukaan
oleh faktorlingkungan. Kontak dengan lingkungan ini menghasilkan pembentukan
lapisan pada permukaandengan sifat yang berbeda dengan material induk. Sebagai
konsekuensinya, material akan
mengarah kepada perpatahan interface antara lapisan permukaan dan material induk
danakhirnya seluruh lapisan permukaan itu akan tercabut


gambar keausan oksidasi



42

2.12.1.4 Keausan Erosi ( Erosion wear )
Proses erosi disebabkan oleh gas dan cairan yang membawa partikel padatan yang
membenturpermukaan material. Jika sudut benturannya kecil, keausan yang
dihasilkan analog denganabrasive. Namun, jika sudut benturannya membentuk sudut
gaya normal ( 90 derajat ), makakeausan yang terjadi akan mengakibatkan brittle
failure pada permukaannya, skematispengujiannya seperti terlihat pada gambar di
bawah ini :

gambar keausan erosi

2.13 Sifat-sifat mekanik bahan
Deformasi terjadi bila bahan mengalami gaya. Regangan (strain) e,
adalah besar deformasi persatuan panjang, dan tegangan (stress) s ,
adalah gaya persatuan luas. Selama deformasi, bahan menyerap energi
sebagai akibat adanya gaya yang bekerja sepanjang jarak deformasi.
Kekuatan (strength) adalah ukuran besar gaya yang diperlukan untuk
mematahkan atau merusak suatu bahan. Keuletan (ductility) dikaitkan
dengan besar regangan permanen sebelum perpatahan, sedangkan
ketangguhan (toughness) dikaitkan dengan jumlah energy yang diserap
bahan sampai terjadi perpatahan. Seorang insinyur perancang
menetapkan persyaratan yang harus dipenuhi oleh sifat-sifat mekanik
tersebut. Untuk pipa baja, misalnya umumnya dipersyaratkan kekuatan
yang tinggi. Dapat juga dipersyaratkaan keuletan yang tinggi untuk
meningkatkan ketangguhan. Karena kekuatan dan keuletan umumnya
43

tidak sejalan, ahli mekanik tersebut kadang kala harus memadu keduanya
untuk mencapai optimasi persyaratan. (Candra Irawan).
Regangan elastic yang merupakan satu-satunya gejala deformasi
dibawah kekuatan luluh, akan terus naik dengan naiknya tegangan
sampai terjadi deformasi plastic. Regangan elastic ini mampu balik,
sedangkan regangan plastic tidak. Deformasi plastic pada umumnya
terlokalisasi pada daerah susut.
a) Keuletan atau besar regangan plastic sampai perpatahan, dapat
dinyatakan dalam presentasi perpanjangan. Sebagaimana
halnya regangan besaran ini tidak berdimensi.
b) Kekuatan dan kekerasan ialah ketahanan suatu bahan terhadap
deformasi plastic atau tegangan pada waktu patah.
c) Kekerasan di definisikan sebagai ketahanan bahan terhadap
penetrasi pada permukaannya.
d) Ketangguhan adalah suatu energi yang diperlukan untuk
mematahkan bahan.

2.14 Perpindahan Panas
Perpindahan panas didefinisikan sebagai ilmu umtuk meramalkan
perpindahan energi yang terjadi karena adanya perbedaan suhu diantara benda
atau material (Holman,1986). Perpindahan panas berhubungan dengan laju
perpindahan panas dan penyebaran suhu dalam sistem. Pada alat penukar
panas, perpindahan panas berlangsung dengan cara:
1. Konduksi
Konduksi adalah perpindahan panas melalui kontak langsung antara
molekul zat yang berbeda suhu. Besaran perpindahan panas secara
konduksi tergantung pada nilai konduktivitas panas bahan.

2. Konveksi
Konveksi merupakan perpindahan panas yang dihubungkan dengan
44

pergerakan fluida. Jika fluida bergerak karena adanya gaya gerak dari
luar maka disebut konveksi paksa, sedangkan jika pergerakan fluida
terjadi karena perbedaan masa jenis yang disebabkan oleh perbedaan
suhu disebut konveksi alami.
3. Evaporasi (penguapan)
Dalam pemindahan panas yang didasarkan pada evaporasi, sumber
panas hanya dapat kehilangan panas. Misalnya panas yang dihasilkan
oleh tubuh manusia, kelembaban dipermukaan kulit menguap ketika
udara melintasi tubuh.
4. Radiasi.
Radiasi ialah pemindahan panas atas dasar gelombang-gelombang
elektromagnetik. Misalnya tubuh manusia akan mendapat panas
pancaran dari setiap permukaan dari suhu yang lebih tinggi dan ia akan
kehilangan panas atau memancarkan panas kepada setiap obyek atau
permukaan yang lebih sejuk dari tubuh manusia itu. Panas pancaran
yang diperoleh atau hilang, tidak dipengaruhi oleh gerakan udara, juga
tidak oleh suhu udara antara permukaan-permukaan atau obyek-obyek
yang memancar, sehingga radiasi dapat terjadi di ruang hampa.

2.15 Gaya Gesekan
Gaya gesekan adalah gaya yang timbul akibat persentuhan langsung
antara dua permukaan benda, arah gaya gesekan berlawanan dengan
kecenderungan arah gerak benda. Besarnya gaya gesekan ditentukan oleh
kehalusan atau kekasaran permukaan benda yang bersentuhan.
1. Gaya gesekan yang terjadi sewaktu benda tidak bergerak disebut gaya
gesekan statis.
2. Gaya gesekan yang terjadi sewaktu benda bergerak disebut gaya
gesekan kinetis.
Besar gaya gesekan statis lebih besar dari gaya gesekan kinetis.
45

2.16 Analisa Patahan
Patah atau yang lebih dikenal dengan kata rupture pada dunia
teknik, dapat disebabkan oleh gaya luar secara spontan. Dalam banyak
kasus patah disebabkan oleh kelelahan pada area dimana stress lebih
besar dari batas kelelahan dan terjadi dalam waktu yang lama.
Untuk mata yang terlatih bentuk rupture akan menceritakan
sejarah terjadinya patah tersebut. Pengamatan yang hati-hati terhadap
bentuk patahan akan menjelaskan banyak faktor berguna, seperti patah ini
karena fatigue rupture atau forced rupture, titik mula patah, arah main
stress, besar stress, dan lain-lain. Dalam teknik mesin ada ilmu yang
menginvestigasi dan menganalisa kerusakan dari suatu komponen
berdasarkan data-data yang ada. Jenis-jenis failure :
a) Rupture (putus, patah) :
Forced rupture adalah jenis kerusakan yang disebabkan oleh
aplikasi beban satu arah secaratiba-tiba.
Fatigue rupture (70% penyebab kerusakan pada metal part),
adalah kerusakan dimana patahan berasal dari crack membesar
secara perlahan akibat aplikasi beban berulang-ulang dalam
waktu yang lama.
b) Surface deterioration (kerusakan permukaan)
Wear adalah berkurangnya lapisan material akibat kontak antara
dua permukaan atau lebih.
Surface fatigue adalah terkelupasnya permukaan disebabkan
oleh stress yang melebihi batas lelah.
Plastic yielding adalah deformasi akibat beban yang besar.

2.16.1 Pengamatan Rupture
Penyebab sejarah terjadinya rupture dapat ditunjukkan pada
permukaan yang patah. Tampilan permukaan yang patah
ditentukan oleh:
46

a) Bidang geser dan deformasi plastic, menceritakan apakah
rupture tersebut disebabkan oleh gaya yang tiba-tiba atau
kelelahan bahan.
b) Bentuk garis ombak (beach mark), menunjukkan bentuk dan
besarnya tegangan (stress), juga kekersan material.
c) Posisi, jumlah dan bentuk stress nuclei beach mark dan lokasi
dari final zone, menentukan tipe stress, arah stress, rupture
starting point dan besarnya stress raiser. Stress raiser adalah
nama umum untuk menyebut faktor penyebab konsentrasi
stress.

2.16.2 Fatigue Rupture
Fatigue rupture dapat diketahui dengan cara melihat ciri-
ciri yang dimiliki yaitu, retakan yang terjadi perlahan lahan
selama beberapa jam, hari dan bulan atau tahun. Kerusakan
yang halus, tanda retakan dan warna yang cerah atau
mengkilat. Perbedaan antara fatigue rupture dengan forced
rupture dapat diketahui dengan cara menganalisa posisi
nucleus atau awal crack dan arah main stress atau arah
bergeraknya crack.
Nucleus atau awal mula crack dapat diketahui dengan cara
melihat titik dimana beach mark mengembang (convergen),
dan posisinya bersebrangan dengan final rupture zone, juga
nucleus biasanya berada pada titik dimana rachet mark
mengembang.




Gambar fatigue crack growth
47


2.17 MAI NTENANCE (PERAWATAN)
Maintenance adalah suatu kegiatan service untuk mencegah timbulnya
keausan tidak normal (kerusakan) sehingga umur alat dapat mencapai atau
sesuai umur yang direkomendasikan oleh pabrik.

2.17.1. Tujuan
Agar suatu alat selalu dalam keadaan siaga siap pakai (High
Avaibility : berdaya guna Physic yang tinggi).
Agar suatu alat selalu dalam kondisi yang prima, berdaya guna
mekanis yang paling baik (Best Performance).
Mencegah gangguan produksi.
Mengurangi biaya perbaikan yang lebih besar.

2.17..2. Klasifikasi Maintenance
1. Preventive Maintenance
Preventive Maintenance adalah perawatan yang dilakukan
dengan tujuan untuk mencegah kemungkinan timbulnya gangguan
atau kerusakan pada alat / machine. Perawatan ini dilakukan tanpa
perlu menunggu tanda-tanda terjadinya kerusakan.

2. Periodic Maintenance
Periodic Maintenance pelaksanaan service yang harus
dilakukan setelah peralatan bekerja untuk jumlah jam operasi
tertentu. Jumlah kerja jam ini adalah sesuai dengan jumlah yang
ditunjukkan oleh pencatat jam operasi (service meter) yang ada
pada alat tersebut. Untuk Periodic Maintenance ini, meliputi :

48

A. Periodic inspectionPeriodic Maintenance adalah
Pemeriksaan atau inspeksi harian sebelum unit
dioperasikan dan


49

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis penelitian

Penelitian ini di rancang sebagai field research yaitu penelitian lapangan yang
melibatkan pengumpulan data primer atau informasi yang baru dan terkait dengan
kondisi yang nyata yang ada di lapangan dengan metode observasi deskriptif melalui
observasi lapangan (George Allen &Unwin1984).

3.2 Tempat dan waktu penelitian

Tempat penelitian di lakasanakan di PT.Komatsu Remanufacturing
Asia , Balikpapan, Kalimantan Timur. Waktu penelitian di laksanakan selama
5 bulan yang di mulai tanggal 8 juni 2013 sampai dengan 30 november 2013.

3.3 Instrumen penelitian

Untuk memperoleh data tentang analisis penyebab kerusakan pada
input shaft GD 825A-2. penulis menggunakan teknik pengelompokan data
secara kualitatif berdasarkan data lapangan yaitu, dokumentasi, observasi, dan
beberapa referensi lainnya maka di susun instrumen penelitian melalui
beberapa tahap yaitu:

1. Mengidentifikasi dan merumuskan masalah yang terjadi
2. Mengumpulkan data yang berkaitan dengan rumusan masaah
3. Menganalisis penyebab trjadinya permasalahan dari data- data
yang telah di kumpulkan.


50

3.4 Diaram air penelitian





























strat
Studi lapangan:
Observasi
dokumentasi

Identfikasi masalah
Perumusan tujuan dan manfaat
Studi literatur:
Shop manual
internet




Pengumpulan data:
Data ETR
Photo trouble
Pengolahan data
Analisa data
Kesimpulan dan saran
finish
51

3.4.1 Studi lapangan
3.4.1.1 Observasi
Observasi yaitu pengamatan. Pengambilan foto-foto dan
pencatatan secara sistematis pada kerusakan yang terjadi pada final
drive. Agar dapat memeperoleh adata-data atau informasi, yang di
perlukan untuk menganalisis permasalahan yang terjadi pada final
drive.

3.4.1.2 Dokumentasi
Dokumentasi yaitu pengumpulan data-data dari
mempelajari shop manual, dan lain-lain yang berhubungan dengan
permasalahan yang terjadi pada final drive.


3.4.2 Identifikasi masalah

Berdasarkan pada uraian-uraian yang di temukan saat melakukan studi
lapngan, penulis mendapatkan suatu masalah yaitu input shaft broken yang
mengakibatkan komponen final drive menjadi rusak. Hal tersebut dapat
menyebabkan unit tidak dapat beroperasi dan mengakibatkan perusahaan
itumengalami kerugian waktu yang cukup panjang. Dari masalah tersebut
munculah Ide. penulis untuk menganalisis suatu masalah untuk mencari
penyebab permasalahan yang terjadi pada input shaft broken, agar kejadian
seperti ini tidak terulang kembali yang dapat merugikan banyak waktu untuk
melakukan perbaikan dan dapat menguntungkan perusahaan itu sendiri.





52

3.4.3 Tujuan dan manfaat penelitian

Dari pengidentifikasian masalah di atas, penulis bertujuan untuk dapat
menganalisis suatu kerusakan yang terjadi pada input shaft dan menambah
ilmu pengetahuan tentang final drive
Manfaat dari penelitian tersebut adalah, agar dapat membanntu perusahaan-
perusahaan untuk memberikan solusi yang tepat dan terbaik. Untuk mencegah
terjadinya kerusakan pada final drive dan membantu mengurangi estimesi
waktu, karena kerusakan dapat meminimalisir sebelum terjadi khususnya pada
final drive.

3.4.4 Studi literatur

3.4.4.1 Shop manual
Shop manual adalah sebagai sumber pedoman untuk
menganalisis suatu masalah. Untuk mengetahui komponen final drive,
komponen final drive serta cara assembly dan dissasembly yang benar.
Maka shop manual sangat di perlukan sekali untuk membantu dalam
penyelesaian suatu analisa.

3.4.4.2 Internet
Internet juga sangat di perlukan untuk menambahkan referensi
dan hal-hal lain yang bisa menjadi bahan pertimbangan dalam menganalisis
suatu kerusakan.

3.4.5 Pengumpulan data
3.4.5.1 Data pengamatan
Pada saat menulis melakukan On The Job Training di PT. Komatsu
Remanufacturing Asia Balikpapan, penulis mendapatkan suatu masalah pada
final drive yang mengalami input shaft broken dari sinilah penulis tertarik
53

untuk menganalisis suatu kerusakan yang terjadi pada final drive ini. Tetapi
untuk menganalisis suatu masalah kita harus mempunyai data lapangan.
Selanjutnya si penulis mencari data lapangan yang berupa pengumpulan data-
data hasil interview dengan mekanik, sedangkan pengumpulandata secara
manual adalah dengan mengambil dari ETR (Emergency Trouble Report),
part book, shop manual ,serta buku-buku referensi lainnya yang di anggap
penting.

3.4.5.2 Photo trouble
Setelah di lakukan pengamatan, selanjutnya masalah-masalah yang
ada di foto untuk data yang falit dan kemudian di teliti lagi.

3.4.6 Pengolahan data
Berdasarkan data-data yang telaah di dapat, kemudian data-data
tersebut diolah, untuk menentukan langkah awal dalam menganalisis suatu
permasalahan. Kemudian data-data tersebut di olah untuk bisa menentukan
suatu permasalahan yang terjadi.

3.4.7 Analisis data
Setelah melakukan pengolahan, data-data tersebut di analisis untuk
menentukan kerusakan yang terjadi sesuai dengan fakta yang terjadi di
lapangan. Dengan bantuan data-data yang telah penulis kumpulkan selama On
The Job Training selama 5 bulan di PT Komatsu Remanufacturing Asia,
Balikpapan.

3.48 Kesimpulan dan saran
Berdasarkan temuan-temuan yang ada di lapangan, penulis dapat
menyimpulkan suatu penyebab kerusakan yang terjadi pada final drive
tersebut. Kemudian setelah selesai menyimpulkan suatu si penulis membuat
54

saran agar keusakan dapat di minimalisir dan tidak menghemat biaya
service.

Anda mungkin juga menyukai