0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
169 tayangan39 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang persiapan Indonesia dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015. MEA 2015 diwujudkan melalui empat pilar, yaitu pasar tunggal dan basis produksi regional, kawasan berdaya saing tinggi, kawasan dengan pembangunan ekonomi yang merata, serta integrasi dengan perekonomian dunia. Dokumen tersebut juga menjelaskan perkembangan perdagangan dan jasa Indonesia dengan negara-negara ASEAN.
Deskripsi Asli:
Judul Asli
kementerian perdagangan menjadi pemenang pada MEA.pdf
Dokumen tersebut membahas tentang persiapan Indonesia dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015. MEA 2015 diwujudkan melalui empat pilar, yaitu pasar tunggal dan basis produksi regional, kawasan berdaya saing tinggi, kawasan dengan pembangunan ekonomi yang merata, serta integrasi dengan perekonomian dunia. Dokumen tersebut juga menjelaskan perkembangan perdagangan dan jasa Indonesia dengan negara-negara ASEAN.
Dokumen tersebut membahas tentang persiapan Indonesia dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015. MEA 2015 diwujudkan melalui empat pilar, yaitu pasar tunggal dan basis produksi regional, kawasan berdaya saing tinggi, kawasan dengan pembangunan ekonomi yang merata, serta integrasi dengan perekonomian dunia. Dokumen tersebut juga menjelaskan perkembangan perdagangan dan jasa Indonesia dengan negara-negara ASEAN.
OUTLINE I. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) a. Latar Belakang b. 4 Pillar MEA II. Arus Bebas Perdagangan Barang, Jasa dan Investasi ASEAN III. Integrasi ASEAN dengan Ekonomi Global IV. Manfaat, Peluang dan Tantangan MEA V. Kesiapan Indonesia Menghadapi MEA VI. Yang Perlu Dilakukan INDONESIA THAILAND MALAYSIA SINGAPORE PHILIPINNES BRUNEI DARUSSALAM VIET NAM LAO PDR CAMBODIA MYANMAR 3 A. LATAR BELAKANG Asosiasi Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (Association of Southeast Asia Nations / ASEAN) didirikan tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok, Thailand melalui Deklarasi ASEAN oleh Filipina, Indonesia, Singapura dan Thailand (ASEAN Founding Fathers) Pada KTT ASEAN ke-9 tahun 2003, ASEAN menyepakati BALI CONCORD II yang memuat 3 (tiga) pilar untuk mencapai ASEAN Vision 2020 yaitu Ekonomi, Sosial Budaya dan Politik Keamanan. Terkait dengan ekonomi, diwujudkan dalam bentuk Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). 20 November 2007 disepakati Piagam ASEAN dan menjadikan ASEAN organisasi berbadan hukum dengan fokus perhatian pada proses integrasi ekonomi menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Di tahun ini juga, ASEAN sepakat mempercepat implementasi MEA dari tahun 2020 menjadi tahun 2015; Untuk mewujudkan MEA 2015, dirumuskan AEC Blueprint, yang memuat langkah-langkah strategis yang harus diambil setiap Negara Anggota ASEAN mulai tahun 2008 sampai dengan tahun 2015. 4 5 P E R L U A S A N P
E
N
D
A
L
A
M
A
N
1967: INA, MAL PHI, SIN, THA 1977: PTA 1992: CEPT AFTA 1984: BRU 1995: VN 1997: LAO, MYM 1999: CAM 1995: AFAS 2004: ASN-China 2006: ASN-KOR 2008: ASN-JAP 2009: ASN-ANZ; ASN-India; ASN-China Investment; ASN Korea Investment EAFTA Study CEPEA Study 1997: ASEAN Vision 2020 1998: AIA 2003: 3 Pillars of ASEAN Community 2020; 11 Priority Integration Sectors (PIS) 2007: AEC 2015; ASEAN Charter; AEC Blueprint 2008: first year of AEC Blueprint; ASEAN Charter entered into force 2009: ATIGA, ACIA, AEC Scorecard ASEAN Economic Community 2015 2005: Logistics as PIS 2010: ASEAN Plus Working Groups on ROO, Tariff Nomenclature, Customs, Ec Cooperation 2010: Connectivity Master Plan 2011: ASEAN Framework for Regional Comprehensive Economic Partnership 2011: ASEAN Framework for Equitable Economic Development 2009: Roadmap for an ASEAN Community 2009-2015 2012: Launching of Regional Comprehensive Economic Partnership Dasar Pembentukan: Framework Agreement on Enhancing ASEAN Economic Cooperation KTT ke-9 ASEAN di Bali, 2003 KTT ke-10 ASEAN di Vientiene, 2004 Blue Print: ASEAN Economic Ministers Meeting (AEM) di Kuala Lumpur, 2006 KTT ke-12 ASEAN - Declaration on the Acceleration of the Establishment of an ASEAN Community by 2015 KTT ASEAN Ke-13 - Blueprint for the ASEAN Economic Community (AEC Blueprint) 6 Free flow of goods SINGLE MARKET AND PRODUCTION BASE Free flow of services Free flow of investment Freer flow of capital Free flow of skilled labor Priority Integration Sectors Food, Agriculture and Forestry Integration into the Global Economy Coherent Approach towards External Economic Relations Enhanced participation in global supply networks EQUITABLE ECONOMIC DEVELOPMENT Initiative for ASEAN Integration (IAI) SME development COMPETITIVE ECONOMIC REGION Competition policy Intellectual Property Rights Infrastructure development Taxation e-Commerce Consumer Protection ASEAN ECONOMIC COMMUNITY Strategic Schedule b. 4 Pillar MEA 7 Pencapaian MEA 2015 melalui rencana aksi yang tertuang dalam 4 pilar MEA:
1. Pasar Tunggal dan Basis Produksi Regional: arus barang, jasa, dan investasi yg bebas, tenaga kerja yang lbh bebas, arus modal yang lebih bebas, Priority Integration Sectors (PIS), serta pengembangan sektor food-agriculture-forestry; 2. Kawasan Berdaya-saing Tinggi: kebijakan persaingan, perlindungan konsumen, HKI, pembangunan infrastruktur, kerjasama energi, perpajakan, e-Commerce; 3. Kawasan dengan Pembangunan Ekonomi yang Merata: pengembangan UKM, prakarsa bagi integrasi ASEAN (CLMV); 4. Integrasi dengan Perekonomian Dunia: pendekatan koheren terhadap hubungan ekonomi eksternal, partisipasi yang semakin meningkat dalam jaringan suplai global.
Implementasi di tingkat ASEAN maupun tingkat nasional sejak 2008 dan dimonitor AEC Scorecard.
Diatur dalam ASEAN Trade in Goods Agreement (ATIGA); Penghapusan Tarif: Sejak 1 Januari 2010, Untuk ASEAN-6 (Brunei, Indonesia, Filipina, Malaysia, Singapura, Thailand) hampir seluruh tarif Bea Masuk Barang sudah 0%. Untuk Cambodia, Laos, Myanmar, Vietnam tarif 0% pada tahun 2015; Alternative ROO: menerapkan beberapa pilihan ROO untuk mempermudah pelaku bisnis; Self Certification: Brunei, Malaysia, Singapura dan Thailand telah bergabung pada Self Certification Pilot Project (SCPP) I Implementasi 1 November 2010. Indonesia, Laos, Filipina bergabung pada SCPP II (implementasi 1 Januari 2014). Tujuan: Menyederhanakan prosedur penerbitan SKA sehingga mengurangi biaya transaksi dan Mempercepat prosedur ekspor dan impor karena menggunakan invoice declaration perusahan; Pembentukan ASEAN Single Window (ASW). INA merupakan anggota yang paling siap dalam pengembangan ASW (operasional thn 2015) dengan telah beroperasinya NSW- Indonesia (INSW); ASEAN Trade Repository (ATR). Demi kepastian usaha dan disiplin kebijakan, ASEAN akan mengoperasikan ATR thn 2015 didukung oleh pembentukan National Trade Repository di setiap anggota. Indonesia telah membuat website Indonesia Trade Repository yang terintegrasi dengan website Indonesia National Single Window (INSW); Penyederhanaan SKA Form-D. Mulai 1 Januari 2014, eksportir tidak perlu menulis FoB pada kolom 9, kecuali untuk produk yang menggunakan origin kriteria Regional Value Content (RVC) 40%. 9 10 Dalam US$ Juta Nilai perdagangan Indonesia dan ASEAN Sumber: kemendag, diolah oleh DKA 1. Tekstil dan produk tekstil: Malaysia, Thailand, dan Vietnam 2. Elektronik: Singapura, Malaysia, Thailand, dan Vietnam. 3. Karet: Singapura 4. Produk hutan: Malaysia, Vietnam, Singapura, Thailand. 5. Alas kaki: Singapura 6. Otomotif: Thailand, Filiipina, Malaysia, Singapura, dan Myanmar 7. Udang: Vietnam, Singapura, dan Malaysia 8. Coklat: Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand 9. Kopi: Malaysia dan Singapura
11 1. Kulit dan produk kulit: Vietnam, Malaysia, Thailand, dan Filipina. 2. Peralatan dan instrumen medis: Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filipina. 3. Rempah-rempah untuk obat: Malaysia, Singapura, Vietnam, dan Thailand. 4. Makanan olahan: Malaysia, Filipina, Singapura, Kamboja, Thailand, Myanmar dan Vietnam (ekspor makanan olahan masih minim, bahkan di Myanmar masih susah ditemui produk makanan olahan Indonesia). 5. Essential oil: Singapura. 6. Ikan dan produk ikan: Thailand, Vietnam, Singapura, dan Malaysia. 7. Produk Kerajinan: Singapura dan Malaysia. 8. Perhiasan: Singapura, Thailand, dan Malaysia. 9. Bumbu (spices): Vietnam, Singapura, Malaysia, dan Thailand. 10. Peralatan tulis selain kertas: Malaysia, Thailand, Filipina, dan Singapura.
12 4 Moda Sektor Jasa : (i) Cross Border Supply, (ii) Cunsumption Abroad, (iii) Commercial Presence, dan (iv) Presence of Natural Persons. 12 Sektor-sektor Jasa: (i) Business Services, (ii) Communication Services, (iii) Construction and Related Engineering Services, (iv) Distribution Services, (v) Educational Services, (vi) Enviromental Services, (vii) Financial Services, (viii) Health Related and Social Services, (ix) Tourism and Travel Related Services, (x) Recreational, Cultural and Sporting Services, (xii) Transport Services, dan (xii) Other Services not Included Elsewhere. Perundingan-perundingan sektor Jasa: (i) ASEAN Framework Agreement on Services (AFAS), (ii) ASEAN Agreement on Movement of Natural Persons (ASEAN MNP), (iii) Mutual Recognition Arrangement (MRA), dan (iv) ASEAN Trade in Services Agreement 13 Ditandatangani oleh negara negara ASEAN pada 15 Desember 1995 di Bangkok, Thailand. AFAS bertujuan untuk mengurangi hambatan-hambatan pada perdagangan jasa diantara negara-negara ASEAN dalam rangka meningkatkan efisiensi dan kompetisi penyedia jasa di ASEAN. Integrasi jasa dirundingkan melalui putaran negosiasi di bawah Coordinating Committee on Services (CCS) Liberalisasi Jasa dilakukan melalui Paket Paket Komitmen. Negara anggota ASEAN telah melakukan negosiasi dan telah menghasilkan 8 paket komitmen dari 10 paket komitmen yang dijadwalkan akan rampung pada tahun 2015. Pada tahun 2015, sebanyak 128 subsektor jasa (ditambah subsektor keuangan dan non bank serta jasa angkutan udara) akan terbuka dengan kepemilikan ASEAN (Foreign Equity Participation/FEP) maksimum 70%, serta tidak adanya hambatan untuk cross border supply dan consumption abroad. 14 Perkembangan Jasa & Komponennya 15 Hampir semua komponen jasa mencatat defisit kecuali jasa perjalanan (travel), jasa komunikasi dan jasa pemerintah. Jasa konstruksi pada tahun 2011 mulai menunjukkan surplus. (Juta USD) Uraian 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Jasa-Jasa -9.874 -11.841 -12.998 -9.741 -9.324 -10.663 -10.331 A. Jasa Transportasi -6.079 -7.294 -11.094 -4.083 -6.007 -8.693 -8.679 B. Jasa Perjalanan (Travel) 418 442 1.823 282 563 1.742 1.553 C. Jasa Komunikasi 531 702 320 578 579 644 374 D. Jasa Konstruksi -529 -282 -83 -213 -72 54 231 E. Jasa Asuransi -352 -645 -663 -1.298 1.131 -1.267 -1.072 F. Jasa Keuangan -163 -84 -37 -227 -118 -174 -297 G. Jasa Komputer dan Informasi -477 538 -536 -516 -471 -508 -523 H. Royalti dan Imbalan Lisensi -859 -1.055 -1.300 -1.492 -1.557 -1.709 -1.742 I. Jasa Bisnis Lainnya -2.522 -3.195 -1.645 -2.998 -1.147 -704 -109 J. Jasa Personal, Kultural & Rekreasi -50 52 -49 -51 -29 -53 -71 K. Jasa Pemerintah 208 160 264 277 65 37 5 Sumber: Direktorat Statistik dan Ekonomi Moneter Bank Indonesia
16 Jadwal integrasi sektor jasa ASEAN: Tahun 2010 : 4 sektor jasa prioritas (air transport, e-ASEAN, healthcare & tourism): Mode 3, Foreign Equity Participation (FEP) 70%. Target integrasi jasa sebanyak 80 subsektor. Tahun 2013 : Sektor logistik (Jasa pergudangan, pengepakan, kargo, jasa pengiriman barang); Mode 3, FEP 70%. Target Jasa sebanyak 104 subsektor Tahun 2015 : Semua sektor: Mode 3, FEP 70%, none untuk Mode 1 & 2. Target integrasi jasa sebanyak 128 subsektor.
ATISA/ASEAN Trade in Services Agreement sebagai penyempurnaan AFAS ditargetkan ditandatangani Agustus 2015. Instruksi untuk melakukan review AFAS (ATISA) yang merupakan perluasan perjanjian perdagangan jasa di ASEAN diberikan pada saat Pertemuan AEM ke- 43 bulan Agustus 2011. Tujuannya adalah: 1) Memperkuat hubungan ekonomi dan menyediakan kesempatan yang lebih luas; 2) Meningkatkan perdagangan dan investasi, serta menciptakan pasar dan skala ekonomi yang lebih luas; 3) Menghapus hambatan-hambatan dalam perdagangan jasa dan menciptakan iklim yang kondusif 4) Membangun kerangka kerjasama untuk memperkuat hubungan ekonomi lebih lanjut diantara negara-negara anggota. Draft text ATISA telah disusun Indonesia dengan merujuk pada AFAS, ASEAN+1, dan perjanjian perdagangan internasional lainnya di bidang jasa baik regional maupun bilateral. Perundingan ATISA dimulai November 2013, dan rencana ditandatangani bulan Agustus 2015. Perundingan ATISA melibatkan delegasi Working Group yang membahas Sektor Jasa Perhubungan Udara dan Keuangan yaitu: Air Transport Services Negotiation (ATSN), dan Working Committee on ASEAN Financial Services Liberalisation (WCFSL).
18 Ditandatangani bulan November 2012 di Kamboja; Tujuan: memfasilitasi pertukaran tenaga kerja yang terkait kegiatan perdagangan dan investasi di antara anggota; Batasan: (i) Negara Anggota ASEAN tetap memiliki otoritas untuk menerapkan peraturan nasional masing-masing dalam melaksanakan implementasi perjanjian, (ii) Pelaksanaan komitmen liberalisasi diatur dalam Schedule of Commitment (SoC) masing-masing negara, (iii) Implementasi hanya berlaku untuk sektor-sektor pekerjaan yang dikomitmenkan ke dalam SoC, (iv) Perpindahan tenaga kerja terampil sesuai dengan kategori natural persons yang sudah diatur, hanya dapat dilakukan melalui kontrak kerja sama antar badan hukum (juridical persons) di ASEAN atau melalui investasi badan hukum satu negara ASEAN di negara ASEAN lainnya. Kategori MNP yang Dikomitmenkan: (i) Business Visitors, (ii) Contractual Services Supplier (CSS); dan (iii) Intra Cooperate Transferees (ICT) untuk Director, Manajer dan Specialist Pada tingkat ASEAN, Indonesia mengkomitmenkan beberapa jenis tenaga kerja, dan dibatasi secara cross sectoral sesuai UU No. 13 dan juga peraturan imigrasi, kecuali untuk sektor-sektor yang menuliskan unbound. Keseluruhan SoC AMS pada: http://www.asean.org/communities/asean-economic- community/category/agreements-declarations-12 Tujuan: menciptakan prosedur dan mekanisme akreditasi untuk mencapai kesamaan/kesetaraan serta mengakui perbedaan antar negara dalam hal pendidikan dan latihan, pengalaman, serta persyaratan lisensi untuk praktek profesi. Secara umum ada 5 komponen dasar yang tertuang dalam MRA yaitu: 1) Definisi dijelaskan pengertian mengenai praktisi profesional pada suatu sub-sektor jasa tertentu. 2) Ketentuan Pengakuan: terdapat 6 kriteria yang disediakan dalam kerangka MRA yaitu pendidikan, ujian, registrasi dan pemberian lisensi, pengalaman pendidikan profesional lanjutan dan kode etik (professional conduct). 3) Mekanisme Pengakuan: otoritas regulator profesional, sebagai mekanisme pengakuan mengacu pada badan yang diberikan wewenang. 4) Ketentuan penyelesaian sengketa. 5) Capacity building. 19 No MRA Tempat dan Penandatanganan 1 MRA on Engineering Services Kuala Lumpur, 9 Desember 2005 2 MRA on Nursing Services Cebu, Filipina, 8 Desember 2006 3 MRA on Architectural Services Singapura, 19 November 2007 4 Framework Arrangement for Mutual Recognition on Surveying Qualification Hanoi, Vietnam, 9 Januari 2009 5 MRA on Tourism Professional Hanoi, Vietnam, 9 Januari 2009 6 MRA on Accountancy Services Cha-am, Thailand, 26 Februari 2009 7 MRA on Medical Practitioners Cha-am, Thailand, 26 Februari 2009 8 MRA on Dental Practitioners Cha-am, Thailand, 26 Februari 2009 INVESTASI ASEAN
Integrasi Investasi mencakup 4 pilar: liberalisasi, fasilitasi, proteksi dan promosi Integrasi investasi yang diatur dalam ACIA meliputi sektor manufaktur, pertanian, perikanan, kehutanan, pertambangan dan penggalian, dan jasa-jasa yang terkait dengan kelima sektor tersebut. Pada tahun 2015, hanya sektor2 sensitif yang terdapat dalam Reservation List (R/L) yang tetap dikecualikan dari komitmen integrasi. Referensi utama penyusunan R/L Indonesia adalah Daftar Negatif Investasi (DNI). 20 III Integrasi ASEAN dengan Ekonomi Global 21 KESEPAKATAN KERJA SAMA ASEAN+1 FTAs CHINA KOREA JAPAN ANZ INDIA FTA ke-1 Resmi menjadi Mitra Dialog pada 1996 Negosiasi dilakukan bertahap berdasarkan penandatanganan Persetujuan Kerangka Kerja oleh Kepala Negara tahun 2002 ACFTA menggunakan EHP, diimplementasikan pada tahun 2004 TIG ditandatangani 2004 dan diimplementasikan 2005; TIS ditandatangani 2007; TII ditandatangani 2009 Implementasi penuh ACFTA pada 1 Januari 2010 Terbentuknya pasar dengan jumlah penduduk 1.91 miliar dan GDP gabungan sebesar US$ 7.6 triliun (2011) FTA ke-2 Penandatanganan Persetujuan Kerangka Kerja oleh Kepala Negara pada tahun 2004 Diperkenalkannya konsep Product Specific Rules dalam ROO ASEAN TIG diimplementasikan pada 2007, kecuali Thailand TIS ditandatangani 2007, juga kecuali Thailand Thailand masuk sebagai Pihak dalam TIG dan TIS pada 2009 TII ditandatangani pada 2009; negosiasi komitmen spesifik menjadi bagian dari work program Implementasi penuh AKFTA pada 1 Januari 2010 Terbentuknya pasar dengan 632.1 juta penduduk dan GDP gabungan sebesar US$ 2.9 triliun (2011) FTA ke-3 Ditandatangani secara ad-referendum Maret- April 2008 (Single Undertaking), dan mulai berlaku Desember 2008 FTA pertama yang memiliki bagian kerjasama fasilitasi perdagangan, SPS, STRACAP dan kerjasama ekonomi diantara FTAs lainnya. Terbentuknya pasar dengan jumlah 711.2 juta penduduk, dengan jumlah GDP gabungan sebesar US$ 7.8 trilliun (2011) FTA akan terimplementasi penuh setelah 10 tahun sejak entry into force Indonesia satu-satunya pihak yang belum dapat mengimplementasikan TIG AJCEP karena permasalahan transposisi HS FTA ke-4 single undertaking Persetujuan Pembentukan AANZFTA ditandatangani pada Februari 2009 dan mulai berlaku pada 1 Januari 2010 FTA yang sangat komprehensif dan liberal Mencakup bab (chapter) yang tidak terdapat dalam ASEAN FTAs: HAKI, MNP, perdagangan elektronik, persaingan usaha Kerjasama ekonomi merupakan inti Persetujuan Terbentuknya pasar dengan jumlah 609.4 juta penduduk dengan GDP gabungan sebesar US$ 3.3 trilliun (2011) FTA akan terimplementasi penuh pada awal 2015 INA EIF TIG 10 JAN 2012 FTA ke-5 Negosiasi dilakukan bertahap berdasarkan penandatanganan Persetujuan Kerangka Kerja 2003 oleh Kepala Negara Persetujuan Perdagangan Barang ditandatangani pada Agustus 2009 dan mulai berlaku 1 Januari 2010 General Rule ROO berbeda dengan FTAs lain: 35% + CTSH, PSR (Product Specific Rules) masih dalam negosiasi FTA pertama yang memiliki Kategori Produk Spesial (CPO/RPO, lada, teh) Terbentuknya pasar dengan jumlah 1.77 miliar penduduk dengan GDP Gabungan US$ 2.8 trilliun (2011) FTA akan terimplementasi penuh 2016 INA EIF TIG 1 OKT 2010 22 Share Ekspor Indonesia ke Negara ASEAN+1 FTAs 36% 26% 6% 18% 1% 15% Japan China Australia Korea New Zealand India Sumber: Trademap Kontribusi ekspor Indonesia ke negara-negara ASEAN+1 (termasuk Jepang) pada tahun 2012 adalah: Jepang (36%), China (36%), Korea (18%), India (15%), Australia (6%), dan New Zealand (1%). 23 Ekspor 2008 2009 2010 2011 2012 AFTA Total 27,1M Skim 9,4M (35%) Total 24,6M Skim 6,4M (26%) Total 33,3M Skim 9,5M (29%) Total 42M Skim 11,4M (27%) Total 41,8M Skim 16,2M (39%) ACFTA Total 11,6M Skim 1,8M (15%) Total 11,5M Skim 2,6M (22%) Total 15,7M Skim 5,7M (37%) Total 23M Skim 9,9M (43%) Total 21,6M Skim 15,5M (72%) AKFTA Total 9,1M Skim 2,9M (32%) Total 8,1M Skim 1,6M (19%) Total 12,5M Skim 2,9M (23%) Total 14M Skim 4,4M (31%) Total 15M Skim 9,7%M (65%) AIFTA Total 9,9M Skim 0,4M (4,6%) Total 13,3M Skim 6,5M (48%) Total 12,5M Skim 8,6M (69%) AANZFTA Total 5,3M Skim 1,3M (25%) 24
N E G A R A / Country 2010 2011 2012 2013 P I P I P I P I INDIA 44
8,9
58
41,9
58
78,1
96
59 KOREA SELATAN 355
328,5
456
1.218,7
421
1.949,7
586
1.635 R. R. CHINA 113
173,6
160
128,2
190
141,0
309
233 AUSTRALIA 94
214,2
123
89,7
137
743,6
211
182 SELANDIA BARU 6
3
9
-
3
-
5
0,9 JEPANG 321
712,6
421
1.516,1
405
2.456,9
646
3.637,0 P = Jumlah Proyek I = Nilai Investasi dalam US$ Jutaan Jumlah proyek dan nilai investasi dari Negara ASEAN+1 FTAs ke Indonesia secara umum mengalami peningkatan yang signifikan pasca implementasi (kecuali New Zealand). Peningkatan jumlah proyek tertinggi berasal dari Jepang yaitu sejumlah 646 proyek dan nilai investasi mencapai US$ 3.637 juta pada tahun 2013, diikuti oleh Korea, China, Australia, dan India. Sumber: BKPM 25 Upaya meningkatkan perekonomian kawasan melalui Global/Regional Supply Chain (jaringan suplai global/regional); Sikap ASEAN (Sentralitas ASEAN) merespon: Dinamika kawasan (FTAAP, TPP, CJK FTA dll) dan Usulan Negara Mitra untuk membangun kawasan integrasi yang lebih luas: East Asia (ASEAN+3) FTA (oleh China) & Closer Economic Partnership in East Asia (ASEAN+6) FTA (oleh Jepang); Pemanfaatan ASEAN+1FTAs yang belum optimal; dan Penyederhanaan spaghetti-bowl Effect. Negosiasi Regional Comprehensif Economic Partnership (RCEP) 26 RTA Pangsa Pasar (milyar) GDP Nominal (trilyun US$) GDP PPP (trilyun USD) Total Perdagangan (trilyun USD) ASEAN 0.6 (8.7%) 2.1 (3.1%) 3.4 (4.2%) 2.4 (6.5%) RCEP 3.2 (45.4%) 20.5 (28.6%) 26.7 (32.1) 10.1 (27.9%) TPP 12 0.79 (11,2%) 28.1 (39.2%) 26.9 (32.4%) 9.5 (26,3%) NAFTA 0.46 (6.6%) 17.9 (26%) 18.1 (23%) 5.4 (15%) EU 0.5 (7.2%) 17.6 (25%) 15.8 (20%) 12.3 (33%) CJK 1.5 (22 %) 14.3 (20%) 17.3 (22%) 6.4 (17%) Note: angka pada () menunjukan persentase total dunia Sumber : World Economic Outlook, IMF, October 2012 database; WTO
27 Fitur Kunci RCEP Ruang Lingkup Persetujuan RCEP Akses Pasar yg Komprehensif Perdagangan dan Fasilitasi Bisnis Pengamanan Perdagangan Kerjasama Ekonomi Perlakuan Khusus dan Berbeda Tinjauan secara Periodik Aksesi Perdagangan Barang Perdagangan jasa Investasi Kerjasama Ekonomi dan Teknis Hak Kekayaan Intelektual Persaingan Usaha Mekanisme Penyelesaian Sengketa Isu-isu Lainnya
28 IV. Manfaat, Peluang, dan Tantangan MEA Manfaat Terintegrasikannya ekonomi ASEAN akan memperkuat posisi ASEAN dalam percaturan ekonomi dunia; Integrasi Ekonomi ASEAN meningkatkan pertumbuhan ekonomi ASEAN pada umumnya dan Indonesia pada khususnya. Pertumbuhan ekonomi Indonesia sejak bergabung dengan ASEAN telah meningkat dari 1,1% menjadi 6,2% di tahun 2012. Setelah penerapan AFTA (2003), rata-rata share ekspor Indonesia ke Negara Anggota ASEAN (AMS) lainnya meningkat terutama ke Malaysia, Thailand, Filipina dan Vietnam. Share impor Indonesia setelah AFTA mengalami penurunan khususnya dari Thailand, Vietnam, Filipina dan Myanmar; Integrasi ASEAN akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat seluruh Negara Aggota ASEAN. Pendapatan per Kapita Indonesia sebelum tergabung dengan ASEAN sebesar US$ 57 dan meningkat sebanyak 63 kali pada tahun 2012 sebesar US$ 3,557; MEA akan membuka peluang kerja yang lebih luas bagi tenaga kerja terampil Indonesia. Penyerapan tenaga kerja baru di Indonesia meningkat menjadi 5.409 pada rentang waktu 2004-2012 (setelah implementasi AFTA) dari 1.347 di rentang waktu 2001-2003 (sebelum implementasi AFTA); Meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB) atau Nilai Tambah Bruto (NTB) Indonesia meningkat dari Rp 160.201 milyar di tahun 2001-2003 menjadi Rp 575.415 milyar tahun 2004-2012; Sektor Jasa memberikan kontribusi sekitar 47% terhadap GDP ASEAN dan 47,2% terhadap GDP Indonesia tahun 2012. Dengan semakin terbukanya kesepakatan di sektor jasa, ditargetkan peningkatan kontribusi sebesar 70% pada tahun 2025. Penyerapan Tenaga Kerja Nasional sebesar 15% (2012). Total ekspor jasa ASEAN sebesar US$ 319,7 Milyar dan total impor jasa ASEAN sebesar US$ 306,5 Milyar tahun 2012; Total investasi Jasa ASEAN sebesar USD$108, 21 Milyar (2012); Aliran investasi intra ASEAN mencapai US$ 26.27 milyar pada tahun 2011 dan sebesar US$ 5.8 milyar atau 22,23% masuk ke Indonesia. 29 Peluang: Sektor Barang Pasar ASEAN mewakili + 25% pasar ekspor Indonesia; tetap menjadi pasar potensial seiring berkembangnya populasi ASEAN khususnya kelas menengah; Secara rata-rata ASEAN-5 (Brunei D, Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand), sebanyak 99,1% tarif bea masuknya sudah 0%. Hal ini merupakan peluang bagi produk Indonesia untuk masuk ke pasar sebesar lebih dari 200 juta jiwa; Lebih dari 99% tarif bea masuk CLMV (Cambodia, Laos, Myanmar dan Vietnam) akan menjadi 0% di tahun 2015. Hal ini membuka peluang produk Indonesia di pasar seluas lebih dari 180 juta jiwa; Disederhanakannya SKA Form D memberikan peluang eksportir Indonesia untuk meningkatkan ekspor ke ASEAN; Sektor Jasa Tenaga kerja terampil Indonesia (dokter, akuntan, perawat, praktisi pariwisata, dokter gigi, teknisi dan arsitek) akan memiliki kesempatan untuk bekerja di perusahaan- perusahaan bertaraf internasional yang ada di seluruh AMS. Sektor-sektor jasa potensial Indonesia seperti Jasa Konstruksi, Jasa Kesehatan, Komunikasi dan Pariwisata (jasa perjalanan/travel) dapat meluaskan usahanya ke seluruh AMS Investasi Rezim investasi yang lebih terbuka menjadikan ASEAN tempat yang lebih menarik bagi aliran modal asing. Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang cukup tinggi dan stabil serta didukung oleh sumber daya alam dan sumber daya manusia yang melimpah menjadikan Indonesia sebagai daya tarik tersendiri bagi Investor asing untuk berinvestasi di Indonesia. 30 Tantangan:
Rendahnya pemahaman para pemangku kepentingan (Pemerintah Pusat dan Daerah, Pelaku Usaha, Akademisi, Tenaga Profesional, Pekerja dan Masyarakat Umum) Indonesia terhadap MEA; Belum harmonisnya kebijakan antar Pemerintah di tingkat Pusat maupun antara Pemerintah Pusat dan Daerah; Rendahnya penggunaan SKA Form-D; Mindset masyarakat Indonesia secara umum melihat MEA sebagai ancaman bukan peluang; Rendahnya daya saing produk Indonesia yang disebabkan oleh (permasalahan infrastruktur, logistik, akses finansial dan energi); Jaringan bisnis Indonesia yang masih lemah; Kompetensi SDM yang belum maksimal ; Tingkat persaingan semakin ketat; Tuntutan investor asing dan domestik makin tinggi; dan Konsumen semakin kritis dan memiliki preferensi 31 32 V. Kesiapan Indonesia Menghadapi MEA Langkah Pemerintah Menyambut MEA 2015 Inpres No. 5/2008 tentang Fokus Program Ekonomi Inpres No. 11 Thn 2011 tentang Pelaksanaan Komitmen Cetak Biru Masyarakat Ekonomi ASEAN Keppres No. 23 Thn 2012 tentang Susunan Keanggotaan Sekretariat Nasional ASEAN Program pembangunan seperti MP3EI Program Sistem Logistik Nasional (Sislognas) Penyusunan Inpres dan Roadmap Daya Saing Policy Paper mengnai kesiapan Indonesia menghadapi AEC Pembentukan Komite Nasional AEC 2015 UKP4 Monitoring Langkah Pemerintah 33 Upaya lain yang telah dilakukan Pemerintah untuk menghadapi AEC Perbaikan infrastruktur fisik: transportasi, telekomunikasi, jalan tol, pelabuhan, revitalisasi dan restrukturisasi industri, dan lain- lain. Peningkatan iklim usaha yang kondusif dan mengurangi ekonomi biaya tinggi vide reformasi bidang perpajakan, kepabeanan, dan birokrasi; Reformasi kebijakan: penyesuaian, persiapan dan perbaikan regulasi ; Peningkatan kualitas sumber daya manusia di birokrasi, dunia usaha ataupun professional vide sistem pendidikan nasional Pengembangan industri prioritas yang berdampak luas dan komoditi unggulan; Reformasi kelembagaan dan kepemerintahan
34 Pengembangan sektor energi yang akan mendukung produksi nasional; Penciptaan national social safety net melalui kerangka kebijakan pengamanan; Mengintergrasikan komitmen AEC dengan MP3EI 6 (enam) koridor keunggulan ekonomi mencakup, sumber daya alam, industri dan jasa, pariwisata dan pangan, proses produksi tambang dan energi nasional, proses dan produksi perikanan, pertanian, perkebunan, minyak, gas dan tambang, pusat pertumbuhan pangan, perikanan, energi dan tambang nasional. Peningkatan awareness dan readyness pemangku kepentingan nasional termasuk masyarakat; Sosialisasi MEA melalui berbagai media secara comprehensif dan masif Pembentukan Pusat Studi ASEAN di 11 Universitas Negeri (inisiatif pemerintah) dan 1 Universitas Swasta (inisiatif sendiri) Lanjut.. 35
Pemerintah Daerah Memanfaatkan otonomi untuk mengembangkan kebijakan yang inovatif, kreatif, dan harmonisasi aturan hukum yang membuka ruang bagi tumbuhnya perekonomian daerah Memberdayakan daerahnya sesuai potensi yang dimilikinyadan fokus pada core business. Misal Maluku pada perikanan, NTT pada peternakan sapi, Sumbar pada pariwisata, Sumsel pada energi, dll Meningkatkan kualitas dan kompetensi SDM Daerah Berinovasi dalam mengembangkan program yang implementatif dalam mendukung investasi. Membudayakan cinta produk dalam negeri Memperkuat produk lokal melalui inovasi dan konsistensi kualitas produk 36 Akademisi & Think-Tanks
Proaktif dalam meningkatkan pemahaman akan AEC;
Proaktif dalam membangun opini publik yang berimbang, cerdas;
Proaktif dalam meningkatkan kontribusi positif terhadap upaya memajukan kepentingan nasional Indonesia menghadapi AEC seperti: studi empiris, dsb 37 Dunia Usaha: Proaktif tingkatkan efisiensi usaha, inovasi, dan kualitas produk Mengembangkan network di kawasan Meningkatkan promosi produk di kawasan Proaktif membangun komunikasi dengan lembaga informasi Beradaptasi dengan perkembangan dan trend bisnis di kawasan
Tenaga Kerja: Menguasai bahasa asing baik bahasa inggris maupun bahasa asing lainnya Meningkatkan ketrampilan melalui pelatihan dan sertifikasi bertaraf ASEAN dan internasional Memperluas networking, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di ASEAN Memahami MRA dan ASEAN MNP Agreement beserta komitmennya dari seluruh AMS
Publik: Proaktif meningkatkan pemahaman akan AEC agar dapat mengidentifikasi peluang yang dapat diambil; Proaktif meningkatkan potensi SDM Menggunakan produk-produk asli Indonesia 38 www.kemendag.go.id