Anda di halaman 1dari 22

1

BAB I
STATUS PASIEN

NOMOR REKAM MEDIS : 60xxxx
IDENTITAS/BIODATA
Nama : Ny. AN Nama Suami : Tn. N
Umur : 21 Tahun Umur : 29 Tahun
Suku Bangsa : Sunda Suku Bangsa : Sunda
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SD Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Cianjur Alamat : Cianjur

Tanggal Masuk : 20 November 2013, Pukul 10.00 WIB
Yang Merujuk : Bidan Setempat

ANAMNESIS
Autoanamnesis
Keluhan Utama : Ibu mengeluh mules-mules sejak pukul 03.00 WIB
Riwayat Penyakit Sekarang : G1P0A0 merasa hamil 9 bulan, mengeluh mules yang
semakin sering dan kuat sejak pukul 03.00 WIB, keluar
cairan banyak dari jalan lahir, berwarna jernih, tidak berbau,
bercampur lendir dan sedikit darah sejak pukul 04.30 WIB.
Keluhan disertai demam disangkal, gerakan anak masih
dirasakan ibu.
Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat hipertensi, diabetes dan asthma disangkal.
Riwayat Penyaki Keluarga : Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan yang
sama, Hipertensi disangkal dan Diabetes Mellitus pada ibu.

2

Riwayat Pengobatan : Saat hamil, ibu tidak mengkonsumsi obat-obatan
Riwayat Psikososial : Pola makan teratur, merokok dan alkohol disangkal, jamu-
jamuan disangkal


RIWAYAT OBSTETRI
Riwayat Kehamilan : G1P0A0
HPHT : 19 Febuari 2013
TP : 26 November 2013
ANC : (-)
KB : ibu tidak pernah menggunakan KB
Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas :
No. Th.
Partus
Tempat
Partus
Umur
Hamil
Jenis
Persalinan
Penolong
Persalinan
Penyulit BB/
Kel
Anak
1 Hamil ini

Riwayat Menstruasi Riwayat Pernikahan
Menarche : 13 Tahun Pernikahan ke- : 1
Siklus Haid : 28 hari Usia saat Menikah : 20 tahun
Lama Haid : 7 hari Usia suami : 28 tahun


PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : baik
Kesadaran : Composmentis
Tanda- tanda Vital : - TD : 130/90 mmHg
- N : 88 kali/menit
- R : 24 kali/menit
- S : 36,7
o
C

3


STATUS GENERALIS
Kepala : Normocephal
Mata : Konjungtiva anemis (-/-)
Sklera Ikterik (-/-)
Refleks Pupil (+/+)
Isokor ka=ki

Leher : Pembesaran KGB (-/-), Pembesaran Tiroid (-/-)
Thorax : Normochest, Gerak Simetris
Paru-Paru : VF Simetris (+/+), Vesikular (+/+), Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)
Jantung : Bunyi I/II murni, regular
Abdomen : Lihat status obstetri
Ekstremitas atas : Akral Hangat , CRT < 2dt, Udem (-/-)
Ekstremitas bawah : Akral Hangat , CRT <2dt, Udem (-/-)

STATUS OBSTETRI
Pemeriksaan Obstetri
Inspeksi : Perut tampak membuncit (+), Linea gravidarum (+), Striae gravidarum(+),
Bekas Operasi (-)
Palpasi : Leopod I : TFU 30 cm tidak teraba bagian janin
Leopod II : kepala kiri bokong kanan
Leopod III :tidak teraba bagian janin
Leopod IV : -
TFU : 30 cm
DJJ : 144 x /menit
HIS : 2-3x /10/10

4


Pemeriksaan Luar Genitalia
Vulva/vagina : Tidak ada kelainan
Perineum : Tidak ada kelainan
Pemeriksaan Dalam
Vagina : Tidak ada kelainan
Portio : Tebal lunak
Pembukaan : 2-3 cm
Ketuban : (-), sisa cairan jernih
Terasa bagian kecil janin

Hasil Laboratorium




Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
Haemoglobin 10,9 12 16 g/dL
Hematokrit 31.1 37 47 %
Eritrosit 4.20 4.2 - 5.4 10
6
/L
Leukosit 9 4.8 - 10.8 10
3
/L
Trombosit 220 150 450 10
s
/L
Protein urin (-)
5

RESUME
Seorang wanita 21 tahun, G1P0A0 hamil 9 bulan, merasa mules yang semakin
sering dan kuat sejak 7 jam SMRS, keluar caitan banyak dari jalan lahir, berwarna
jernih bercampur lendir dan sedikit darah sejak 6 jam SMRS.Gerak janin masih
dirasakan oleh ibu.
Pemeriksaan fisik : tampak sakit ringan, kesadaran komposmentis, kooperatif,
tanda vital dalam batas normal.
Pemeriksaan Luar :
Tanda kehamilan : +
Pemeriksaan luar genitalia t.a.k
TFU : 40 cm
DJJ : 144 x/menit
His : 2-3 kali/10/10
Pemeriksaan Dalam :
Vagina : Tidak ada kelainan
Portio : Tebal lunak
Pembukaan : 2-3 cm
Ketuban : (-), sisa cairan jernih
Teraba bagian kecil janin

DIAGNOSIS
G1P0A0 parturient aterm kala 1 fase laten dengan KPD + letak lintang

PLANNING
1. Informed concent
2. IVFD RL
3. Cek darah lengkap
4. Pasang DC, EKG
5. Observasi keadaan umum, tanda-tanda vital, DJJ, dan his
6. Rencana SC
6



LAPORAN SC
- Dilakukan a dan antiseptis daerah dinding abdomen dengan betadin
- Dilakukan insisi pfanensteil,
- Setelah peritoneum dibuka tampak dinding depan uterus.
- SBR disayat konkaf kiri-kanan
- 12.10 lahir bayi laki-laki , BB: 4500 gr, PB:48 cm, AS: 1:5, 5:7.
- 12.13 plasenta dilahirkan manual 800 gr, ukuran 24 x 23 c 3 cm.
- SBR dijahit LDL dan dilakukan sterilisasi promeroy
- Perdarahan dirawat, rongga abdomen dibersihkan dari sisa darah.
- Abdomen dijahit L.D.L
- Perdarahan 400 cc
- Diuresis 200 cc
Terapi Post SC:
- Cefotaxim inj 2x1 gr
- Metronidazol inj 2x500mg
- Kaltropen supp 2 x 1.

PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam








7

Tanggal S O A P
21/11/2013 Nyeri luka post
op.(+),perdarahan
sedikit.sudah kentut,
Belum BAB
ASI (-/-)
Ku : CM
TD :110/70 mmhg
N : 88x/ menit
RR : 20x/menit
S : afebris
Abdomen
Ins : Datar,lembut,
Luka op.tertutup perban,
Pal : TFU 2 jari
pusat,kontraksi
baik,nyeri tekan (+),
Aus : BU (+) 4x/menit
Diuresis:200 cc / 12 jam
POD
I SC
Inf. RL 20 gtt/m
Cefotaxime 2 x 1 gr
Metronidazole 3x500 gr
Mobilisasi
Up catheter
22/11/2013 Nyeri luka post
op.(+),perdarahan
sedikit.sudah kentut,
Belum BAB
BAK (+),ASI (-/-)
Ku : CM
TD :120/70 mmhg
N : 80x/ menit
RR : 20x/menit
S : afebris
Abdomen
Ins : Datar,lembut,
Luka op.tertutup perban,
Pal : TFU 2 jari
pusat,kontraksi
baik,nyeri tekan (+),
Aus : BU (+)
POD
II SC
Inf. RL 20 gtt/m
cefadroxil 2 x 1
Metronidazole 3x500 mg
Mobilisasi
8

23/10/2013 Nyeri luka post
op.(+),perdarahan
sedikit.sudah kentut,
Belum BAB
BAK (+),ASI (-/-)
Ku : CM
TD :120/80 mmhg
N : 80x/ menit
RR : 20x/menit
S : afebris
Abdomen
Ins : Datar,lembut,
Luka op.tertutup perban,
Pal : TFU 2 jari
pusat,kontraksi
baik,nyeri tekan (+),
Aus : BU (+)
POD
III
SC
Up infus
Cefadroxil 2 x 500 mg
As.Mefenamat 3 x 500 mg
Viliron 1 x 1
Cek Lab
Boleh Pulang



















9

BAB II
PEMBAHASAN

A. PENDAHULUAN
I. Definisi
Distocia secara harfiah adalah persalinan yang sulit ditandai dengan
kemajuan persalinan yang lambat. Keadaan ini terjadi akibat empat macam
abnormalitas yang berbeda yang dapat ditemukan secara tunggal ataupun
kombinasi. Yaitu :
1. Abnormalitas pada tenaga ekspulsi, yaitu tenaga uterus yang tidak cukup
kuat atau yang tidak terkoordinasi dengan tepat untuk menghasilkan
penipisan dan dilatasi serviks (disfungsi uterus) atau upaya otot volunteer
yang tidak memadai pada persalinan kala kedua
2. Abnormalitas pada presentasi, posisi atau perkembangan janin
3. Abnormalitas pada tulang panggul ibu yaitu panggul yang sempit
4. Abnormalitas pada jalan lahir sehingga menghambat proses turunnya janin
Abnormalitas pada tenaga ekspulsi (kekuatan yang mendorong anak tidak
memadai):
a. Kelainan His
Merupakan penyebab terpenting dan tersering terjadinya persalinan lama. Baik
tidaknya his dapat dinilai dari kemajuan persalinan, sifat-sifat his : frekuensi,
kekuatan dan lamanya his, besarnya caput suksedaneum. Penilaian kekuatan his
dapat dilakukan dengan pemeriksaan fisik, yakni menilai secara manual sifat-sifat
his dengan palpasi atau menggunakan CTG. His dikatakan kurang baik kuat jika :
- Terlalu lemah yang dinilai dengan palpasi pada puncak his
10

- Terlalu pendek yang dinilai dari lamanya kontraksi
- Terlalu jarang yang dipantau dari waktu sela antara dua his
Menurut WHO his dikatakan memadai bila terdapat his yang kuat minimal tiga kali
dalam kurun waktu 10 dan masing-masing lamanya lebih dari 40
b. Kekuatan mengejan kurang kuat
Dapat berupa kelainan dinding perut, seperti luka parut baru pada dinding perut,
diastase muskulus rektus abdominis, atau kelainan keadaan umum ibu seperti sesak
nafas atau adanya kelelahan ibu.
Disfungsi uterus
Adalah pemanjangan fase laten atau fase aktif atau kedua-duanya dari kala pembukaan.
Disfungsi uterus ditandai dengan kontraksi yang jarang sehingga pada fase pembukaan
serviks manapun ditandai dengan tidak adanya kemajuan. Friedman memberikan waktu 20
jam pada primipara serta 14 jam pada multipara sebagai pemanjangan fase laten dan
dilatasi serviks yang kurang dari 1,2 cm perjam pada primipara serta kurang dari 1,5 cm
perjam pada multipara sebagai pemanjangan fase aktif.
Tipe-tipe disfungsi
a. Disfungsi uterus hipotonus
Kontraksi terkoordinasi tetapi lemah sehingga menghasilkan tekanan yang kurang
dari 15 mmHg. His kurang sering. Pada his yang baik tekanan intrauterine
mencapai 50-60 mmHg. Terjdi pada fase aktif atau kala II
b. Disfungsi uterus hipertonus
Disfungsi uterus tidak terkoordinasi, tonus basal bisa meningkat cukup besar atau
gradient tekanan mengalami perubahan, akibat kontraksi pada segmen tengah
11

uterus dengan tenaga yang lebih kuat daripada tenaga fundus, terjadi pada fase
laten.
Hypotonus Hipertonus
Tingkat Persalinan
Nyeri
Foetal distress
Reaksi terhadap oxytocin
Pengaruh sedativa
Fase aktif
Tidak nyeri
Lambat terjadi
Baik
Sedikit
Fase laten
Sangat nyeri
Cepat
Tidak baik
Besar

Etiologi
a. Penggunaan analgesi terlalu cepat
b. Kesempitan panggul
c. Letak defleksi
d. Kelainan posisi
e. Regangan dinding rahim (Hydramnion, gemelli)
f. Perasaan takut dari ibu
Komplikasi
a. Disfungsi uterus dapat menyebabkan kematian atau jejas kelahiran
b. Infeksi intrauteri
c. Kehabisan tenaga ibu dan dehidrasi
Terapi
Disfungsi uteri hipotonik
Bila ketuban positif, dilakukan amniotomi dan pemberian tetes oksitosin, bila
ketuban sudah pecah dilakukan pemberian tetes oksitosin.
12

Sebelum merangsang persalinan dengan oksitosin, kita harus yakin bahwa jalan lahir
kemungkinan besar memadai untuk ukuran kepala janin, dan bahwa kepala janin sudah
engaged dengan baik dalam panggul. Kecepatan denyut jantung janin dan frekuensi,
intensitas, lama serta saat terjadinya kontraksi rahim dalam hubungannya dengan denyut
jantung janin harus diamati dengan ketat.
Teknik infus oksitosin
5 unit oksitosin dalam 500 cc Dextrose 5% diberikan dengan kecepatan awal 20
tetes permenit, dinaikkan 5 tetes permenit tiap 15 menit sampai didapatkan his yang
memadai (3 sampai 4 kali per 10 menit atau sampai batas maksimum 60 tetes permenit).
Kadang-kadang ditambah pethidin dan phenergan masing-masing 50 mg. Untuk grande
multipara, kehamilan ganda dan bayi besar, maksimal 40 tetes permenit. Tetesan oksitosin
diberikan maksimal 2 labu dengan istirahat diantaranya 2 jam.
Disfungsi uteri hipertonik
Apabila selaput ketuban masih utuh dan tidak ada bukti disproporsi fetopelvik
diberikan morphin atau mepheridin akan meredakan nyeri dan memberikan istirahat bagi
ibu.
Diberikan obat tokolitik, seperti ritodrin
Tetes oksitosin diberikan setelah gejala hipertonis menghilang.
Abnormalitas pada presentasi, posisi atau perkembangan janin
a. Positio occipito posterior persistens
Pada persalinan dengan position occipito posterior mengalami putaran paksi
sehingga anak lahir dengan occiput di bawah symphyse. Bila pada positio
occipito posterior putaran paksi tidak terjadi maka disebut positio occipito
13

posterior persistens. Etiologi tidak terjadinya putaran paksi ialah panggul
anthropoid, android, panggul tengah sempit, KPD, fleksi kepala kurang, inertia
uteri.
Terapi : Ekstraksi vakum atau forceps.
b. Letak muka
Adalah letak kepala dengan defleksi maksimal, hingga occiput mengenai
punggung dan muka terarah ke bawah. Punggung terdapat dalam lordose dan
biasanya terdapat di belakang.
Etiologi : panggul sempit, anak besar, struma kongenitalis. Kelainan tulang leher,
lilitan tali pusat yang banyak, meningocele, anencephaly.
c. Letak Dahi
Adalah letak kepala dengan defleksi yang sedang hingga bagian dahi menjadi
bagian yang terendah. Biasanya letak dahi bersifat sementara, dan dengan
majunya persalinan menjadi letak muka atau letak belakang kepala.
d. Letak sungsang
Adalah letak memanjang dengan bokong sebagai bagian terendah. Letak
sungsang dibagi sebagai berikut :
1. Letak bokong murni; presentasi bokong murni (Frank breech)
2. Letak bokong kaki (Complete breech)
3. letak lutut (Incomplete breech)
4. Letak kaki (Incomplete breech)
e. Letak lintang
Pada letak lintang sumbu panjang anak tegak lurus atau hamper tegak lurus pada
sumbu panjang ibu.
14

f. Letak majemuk
Pada presentasi majemuk, ekstremitas menumbung di samping bagian presentasi
dan kedua bagian ini sekaligus berada di dalam panggul.
g. Tali pusat menumbung
Sangat membahayakan anak karena tali pusat tertekan antara bagian depan anak
dan dinding panggul, sehingga timbul asphyxia.
Abnormalitas pada tulang panggul ibu yaitu panggul yang sempit
Batasan :
Setiap kelainan pada diameter panggul yang mengurangi kapasitas panggul,
sehingga dapat menimbulkan distosia pada persalinan.
Kesempitan panggul dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Kesempitan pintu atas panggul
2. Kesempitan panggul tengah
3. Kesempitan pintu bawah panggul
4. Kesempitan panggul umum (Kombinasi)
Kriteria Diagnosis :
Pintu atas panggul yang sempit
Definisi :
Pintu atas panggul dianggap sempit kalau conjugate vera kurang dari 10 cm, atau
bila diameter transversa kurang dari 12 cm.Conjugata vera dilalui oleh diameter
biparietalis 9,5 cm dan kadang-kadang mencapai 10 cm.
Panggul sempit relative : Jika konjugata vera > 8,5-10 cm
15

Panggul sempit absolute : Jika konjugata vera 8,5 cm
Etiologi
1. Kelainan karena gangguan pertumbuhan
a. Panggul sempit seluruh : semua ukuran panggul kecil
b. Panggul picak : ukuran muka belakang sempit, ukuran melintang biasa
c. Panggul sempit picak : semua ukuran kecil, tapi terlebih ukuran muka belakang
d. Panggul corong : Pintu atas panggul biasa, pintu bawah panggul sempit.
e. Panggul belah : symphyse terbuka.
2. Kelainan karena penyakit tulang panggul atau sendi-sendinya
3. Kelainan panggul disebabkan kelainan tulang belakang
a. Kyphose di daerah tulang pinggang menyebabkan panggul corong
b. Scoliose di daerah tulang punggung menyebabkan panggul sempit miring
Kesempitan panggul tengah
Diagnosis dapat ditegakkan atas dasar pemeriksaan radiologist. Panggul tengah
mungkin sempit bila jumlah diameter interspinarum dan diameter sagitalis posterior pelvis
(normalnya 10,5 cm + 5 cm = 15,5 cm) mencapai < 13,5 cm bila diameter interspinarum <
10 cm, atau dinding panggul konvergen, sacrum lurus atau konveks.
Kesempitan pintu bawah panggul
Bila arkus pubis < 90
o
atau sudut lancip.
Pengelolaan :
a. Pada kesempitan panggul tengah dan pintu bawah panggul dilakukan seksio
sesarea
16

b. Pada panggul sempit relative dilakukan partus percobaan untuk janin
dengan letak belakang kepala
c. Pada panggul sempit absolute, dilakukan seksio sesarea.

PANGGUL SEMPIT
Pemeriksaan ginekologis
Pemeriksaan penunjang

Kesempitan pintu atas panggul Kesempitan Panggul Kesempitan pintu
bawah panggul
Tengah

Relatif Absolut

Partus percobaan SC Primer


Berhasil Gagal

SC

Persalinan berikut
dengan SC Primer



17

Proses persalinan
Bila kelainan panggul cukup menonjol dan menghalangi masuknya kepala dengan
mudah ke dalam pintu atas panggul, proses persalinan akan memanjang dan kerapkali tidak
pernah terjadi persalinan spontan yang efektif sehingga membawa akibat yang serius bagi
ibu maupun janin.
Akibat pada ibu
a. Abnormalitas pada dilatasi serviks
Pada keadaan normal, dilatasi serviks dipermudah dengan adanya tekanan hidrostatik
yang ditimbulkan oleh ketuban yang utuh, atau setelah ketuban pecah terjadi tekanan
langsung bagian presentasi serviks. Tetapi bila kepala janin macet dalam pintu atas
panggul yang sempit, maka seluruh tenaga uterus akan bekerja langsung pada bagian
ketuban yang terdapat di daerah serviks yang berdilatasi. Sebagai akibatnya
kemungkinan terjadinya rupture dini spontan pada membrane amnion semakin besar.
Setelah selaput ketuban pecah, hilangnya tekanan kepala janin pada serviks dan
segmen bawah uterus merupakan predisposisi kurang efektifnya kontraksi uterus.
Dengan demikian, dilatasi serviks lebih lanjut dapat berlangsung lambat sekali atau
sama sekali tidak terjadi.
b. Bahaya rupture uteri
Penipisan segmen bawah uterus yang abnormal membawa bahaya yang serius pada
partus lama. Bila disproporsi antara kepala janin dan panggul ibu begitu besar sehingga
engagement dan penurunan janin tidak terjadi, maka segmen bawah uterus akan
semakin teregang dan bahaya rupture uteri menjadi mengancam.


18

c. Timbulnya fistula
Bila bagian presentasi sudah terfiksasi kuat dalam pintu atas panggul, tetapi tidak mau
bergerak maju setelah ditunggu dalam waktu cukup lama, bagian jalan lahir yang
terjepit diantara bagian presentasi dan dinding panggul bisa mengalami tekanan yang
berlebihan. Dengan terganggunya sirkulasi pada bagian tersebut, nekrosis bisa terjadi
bebrapa hari setelah persalinan dengan terlihatnya fistula vesikovaginalis,
vesikoservikalis atau rektovaginalis
d. Infeksi intrapartum
Akibat pada janin
a. Pembentukan kaput suksedanum
Sering terbentuk pada bagian kepala yang paling tertekan selama persalinan
jika panggul sempit.
b. Partus yang lama misalnya lebih dari 20 jam atau kala II lebih dari 3 jam dapat
menyebabkan kematian perinatal apalagi bila ketuban pecah dini
c. Prolapsus foeniculi dapat menimbulkan kematian pada anak.
d. Moulage yang kuat dapat menimbulkan perdarahan otak.
Persangkaan panggul sempit :
1. Pada primipara kepala anak belum turun setelah minggu ke-36
2. Pada primipara ada perut menggantung
3. Pada multipara terdapat riwayat persalinan yang sulit
4. Kelainan letak pada hamil tua
5. Kelainan bentuk badan


19

Persalinan percobaan
Merupakan percobaan untuk persalinan pervaginam pada wanita-wanita dengan
panggul yang relative sempit. Persalinan percobaan hanya dilakukan pada letak belakang
kepala. Persalinan percobaan dimulai pada percobaan persalinan dan berakhir setelah kita
mendapat keyakinan bahwa persalinan tidak dapat berlangsung pervaginam atau setelah
anak lahir per vaginam. Persalinan percobaan dikatakan berhasil bila anak lahir per
vaginam secara spontan atau dibantu dengan ekstraksi (forceps atau vakum) dan anak serta
ibu dalam keadaan baik.
Persalinan percobaan dihentikan bila :
a. Pembukaan tidak atau kurang sekali kemajuannya.
b. Keadaan ibu atau anak menjadi kurang baik
c. Bila terdapat lingkaran retraksi yang patologis
d. Setelah pembukaan lengkap dan pecahnya ketuban, kepala dalam 2 jam tidak mau
masuk ke dalam rongga panggul walaupun his cukup baik.
e. Forceps yang gagal.
Hasil :
Dikatakan partus percobaan berhasil, apabila bayi berhasil lahir pervaginam dengan
keadaan ibu dan bayi baik. Dikatakan partus percobaan gagal apabila :
1. Anak lahir mati
2. Pada kala II kepala tidak engaged setelah dipimpin meneran 1 jam
3. Partus buatan pervaginam gagal
Dystocia karena kelainan alat kandungan
a. Vulva
20

Atresia vulva (tertutupnya vulva) dapat bawaan ataupun didapat misalnya karena
radang atau trauma.
b. Vagina
Pada vagina dapat terjadi : atresia, adanya sekat dan tumor vagina
c. Cervix
Atresia, Portio mendatar dan menjadi tipis sekali tetapi orificium externum tetap kecil
dengan pinggir yang tipis, sikatriks, cervix yang kaku terdapat pada primitua
f. uterus
Retroflexio uteri, prolapsus uteri
g. tumor-tumor alat kandungan.









ANALISA KASUS

Anamnesis:
21

Os G1P0A0 mengaku hamil 9 bulan mengeluh mules-mules sejak 1 hari
sebelum MRS disertai keluar lendir bercampur darah, keluar air-air dirasakan sejak
4 jam SMRS, pergerakan janin masih dirasakan OS merupakan primigravida
dan dalam inpartu.
OS tidak memiliki riwayat penyakit kencing manis, kausa tidak diketahui.
Pada pemeriksaan luar didapatkan TFU 42 cm, sehingga taksiran berat
janin 42-11 x 155 = 4800 gr. His = 4x dalam 10 detik, lama 55 detik Pada
pemeriksaan dalam kepala sudah masuk di Hodge.
Maka bila kita urai satu-persatu, riwayat kehamilan dan persalinan
sebelumnya normal atau spontan, maka kemungkinan panggul sempit pada Ibu
dapat disingkirkan. His dalam batas normal, tidak ada gangguan pada power Ibu.
Persentasi dalam batas normal tidak ada masalah pada persentasi janin. Sebetulnya
pada Multipara pembukaan jam 1 cm, dapat disimpulkan kala I memanjang
setelah 3 jam. Pada Ibu ini sudah dapat diambil keputusan untuk di SC setelah 3
jam.








DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, F. Gary et al. Williams Obstetrics 22nd ed. USA: McGraw-Hill Companies,
Inc., 2005: 811-819.
22

Chamberlain, Geoffrey et al. Turnbull`s Obstetrics 3rd ed. London: Churhill Livingstone,
2002: 220-225.
Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
De Cheney, Alan et al. Current Obstetrics & Gynecologic Diagnosis & Treatment 9th
edition. 2003 McGraw-Hill.
Obstetri Fisiologi. Bandung: Penerbitan ELEMAN, 1983: 109-119.
Obstetri Patologi, Ilmu Kesehatan Reproduksi. Jakarta: EGC, 2003: 91-95.
Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi RSHS. Bandung: FKUP 2005: 71-
73.

Anda mungkin juga menyukai