Anda di halaman 1dari 14

Contoh Proposal Pameran Lukisan

A. Latar Belakang

Mengacu pada konsep semiotika, karya seni dalam hal Ini adalah seni rupa adalah teks
kebahasaan yang hadir dalam bentuk media-media yang terindera dan mewakili suatu konsep
estetika tertentu dalam menyampaikan pesan. Dalam seni rupa penginderaan berkenaan
dengan relasi antara realitas kebercahayaan atas suatu obyek visual dengan terkirimnya
realitas-realitas yang tercahayai kepada penerima pesan. Lantas, Cahaya dan juga
pencahayaan pun berkenaan dengan hukum fisika tentang terinderanya sebuah obyek oleh
mata manusia.
Ketika semiotika mempostulatkan kehadiran sebuah teks dianggap ada setelah terjadinya
proses pengiriman pesan yang termuat dalam karya seni rupa...
kepada alamat pesan dan pesan tersebut diterima oleh penerima dalam bentuk pemaknaan
atas konsep yang terkirim, maka hukum fisika menjelaskan bahwa pengiriman tersebut
berlangsung lewat medium cahaya; pengenalan obyek melalui alat Indera visual bergantung
pada kondisi cahaya. Artinya, obyek seni rupa menjadi nihil apabila tidak tersedia cahaya
(yang memadai) untuk menampakkan obyek yang hendak diinderai oleh penerima pesan.
Ketika obyek seni rupa tercahayai untuk mewujudkannya, maka dalam pencahayaan tersebut
pun berlangsung proses-proses penghadiran teks-teks yang terkandung dalam karya seni
melalui medium-medium kebahasaan. Oleh karena itu, terdapat bidang yang sebangun antara
pencahayaan dengan medium kebahasaan.
Lantas, proses pengiriman pesan kepada penerima pesan yang menghasilkan suatu
penginderaan yang berujung pada pemahaman dan pemaknaan atas obyek penginderaan baik
melalui terminologi semiotika dan juga fisika menyangkat masalah bagaimana proses
pengiriman dikelola; bagaimana kualitas dan kuantitas pencahayaan dan medium kebahasaan
menghadirkan pesan.
Proses pengiriman pesan yang tertampung dalam sebuah karya seni rupa atau obyek
penginderaan melalui mata memerlukan sarana-sarana pengiriman; cahaya. Oleh karena Itu,
tanpa cahaya, tidak pernah ada obyek penginderaan visual dan dengan sendirinya tidak ada
seni rupa: tanpa medium-medium kebahasan, pesan-pesan dalam karya seni tak termaknai
sehingga dianggap tidak ada.
Selanjutnya, landasan pemikiran serupa ini menjadi alat untuk menelaah perkembangan seni
rupa di Indonesia dan kemudian dikerucutkan pada aspek-aspek kesenirupaan di Sidoarjo
yang dipandang sebagai...
salah satu kantong geliat seni rupa di Indonesia.

1. Pameran sebagai Medium
Barangkali, sebelum terciptanya tradisi berpameran, seorang pekarya akan berkunjung ke
rumah-rumah audiensnya untuk menghantarkan pesan dalam bentuk karya seni rupa.
Mungkin dulu demikian. Namun ketika kita bersepakat bahwa relasi antara pekarya sebagai
sebuah praktek kebudayaan, maka akan terlihat suatu kompleksitas antara pekarya-karyanya
dengan audiens.
Kompleksitas yang dimaksud di sini mencakup persoalan kuratorial atau wilayah kritik seni
dan bentuk penyajiannya sehingga tercipta medium-medium kultural antara karya dengan
audiens. Melalui dan dalam medium-medium kultural inilah beropesi hukum fisika dan
semiotika yang menciptakan realitas tertentu terhadap seni rupa secara umum.
Lantas kita pun dapat mengajukan suatu pernyataan bahwa ketersampaian pesan-pesan yang
termuat dalam karya seni rupa bergantung pada siapa yang menguasai medium-medium
kultural tersebut. Penguasaan atas medium-medium kultural dalam membangun relasi antara
karya seni dengan audiens inilah yang kerap menjadi gonjang-ganjing dan peroalan pelik
tentang keberadaan seorang pekarya dan otonomi dirinya terhadap karya dan proses berkarya
atau keleluasaannya dalam menghimpun pesan melalui karya seni rupa.
Melalui penguasaan atas medium-medium kultural, pihak-pihak tertentu, seperti yang
menggelisahkan bagi pekarya-pekarya baru, muncul pengendalian bentuk, corak dan langgam
karya yang di dorong oleh kepentingan ekonomi. Kepentingan ekonomi yang hadir dalam
medium-medium kultural ini mampu menjinakkan idealisme dan proses berkarya seorang
pekarya agar dapat memasuki pasar. Maka tak jarang, pekarya-pekarya baru yang hendak
merintis keberadaannya melalui dunia seni rupa harus menggadaikan idealisme
kesenirupaannya demi keberterimaan pasar terhadap karyanya. Perihal yang amat
mencengangkan dan juga sangat mengkhawatirkan adalah, perupa kemudian dibuat terdesak
oleh pihak yang menguasai medium-medium kultural terhadap tuntutan ekonomis yang
bersifat elementar: Kebutuhan untuk bertahan hidup dan sedikit demi sedikit menapaki jalan
untuk dapat melanjutkan hidup yang telah dipertahankan dengan susah payah.
Tuntutan ekonomi ini pun berkenaan dengan realitas umum ekonomi-politik di Indonesia
yang memaksakan diri memasuki pasar ekonomi pasar global yang amat bergantung pada
penguasaan modal sehingga tidak semua orang punya kesempatan untuk hidup layak (meski
hidup layak sendiri pun bergantung pada kebijakan politik penguasa dalam mengidentifikasi
standar hidup dan merumuskan konsep kesejahteraan). Maka, dengan sendiri self-
determination pekarya terhadap dirinya menjadi sangat lemah sehingga muncullah praktek-
prektek penggadaian idealisme kesenian dan proses kesenian oleh pekerya-pekarya yang
telah dibuat terdesak dan kehilangan otonomi.
Dalam praktek penguasaan medium-medium kultural ini, kritik seni dan juga praktek
kuratorial terhadap karya seni justru berjalan melalui praktek-praktek kehumasan guna
mendekatkan dan mengakrabkan hasil karya seorang pekarya dengan keinginan pasar.
Artinya di sini, kritik seni dan juga praktek kuratorial sebagai aktivitas kehumasan, bertujuan
untuk menciptakan pasar agar pasar seni dapat diukur, dikendalikan dan kemudian memiliki
nilai ekonomi yang tinggi. Dari sinilah muncul trend terhadap corak, gaya, langgam dan juga
mazhabbila dapat dinamai demikiankesenirupaan. Dan keberadaan seorang pekarya
amat bergantung pada kemampuannya untuk memasuki corak, gaya, langgam dan juga
mazhab kesenirupaan yang tengah dominan. Lantas, galeri seni rupa, pameran-pameran seni
rupa, kurasi dan kritik seni diperalat untuk membuktikan betapa berterimanya corak, gaya,
langgam dan mazhab kesenirupaan tersebut.
Dari pengamatan secara fisika dan semiotika terhadap medium-medium kultural dalam
membangun relasi antara karya dengan audiens terutama kolektorinilah muncul
ketidakadilan bagi sekelompok pekarya sehingga bagi mereka, karyanya tak sempat
dicahayai. Ketidaksempatan inilah yang kemudian keberadaan seorang pekarya pun hilang,
sebagaimana kita tak dapat menangkap citra visual atas karya-karya seni rupa ketika mati
lampu atau dalam keadaan gelap gulita.
Maka, lahirlah suatu kegelapan dalam realitas kesenirupaan bagi kelompok tertentu yang
tidak punya kemampuan berdamai dengan pihak penguasa medium-medium kultural. Atas
realitas kesenirupaan seperti itu, maka lahirlah suatu parodi eksistensial dalam konsep
cartesian. diriku ada ketika karyaku dicahayai.


2. Keindahan Sebagai Metafor
Pada prinsipnya, manusia dapat melihat keindahan namun banyak dari mereka yang tak
mengerti arti peting dari keindahan itu sendiri. Melalui kredo semacam ini, maka keindahan
menjadi metafora atas realitas kesenirupaan; metafora atas penguasaan medium-medium
kultural dalam menghadirkan karya oleh pihak-pihak yang berdiri tegak demi kepentingan
ekonomi pasar.
Manakala keindahan diposisikan sebagai metafora, maka ia pun memuat berbagai pesan. Dari
sinilah dapat digagas dan kemudian dikembangkan suatu dialektika atas realitas kesenirupaan
yang mewujud dalam komodifikasi karya seni yang menghasilakan booming lukisan yang
amat mencengangkan sehingga menguntungkan kurator dan galeri, mematikan kritik seni,
memperpanjang nafas kolektor dan menciptakan wilayah pusat dan pinggiran dalam
penghadiran sebuah karya kepada audiens yang luas. Dialektika itu bisa jadi berbentuk
antitesis dan dapat pula sintesa atas keindahan yang sukar dipahami.

B. Pameran yang Bercerita tentang Keindahan
Berangkat dari kenyataan bahwa medium-medium kultural dalam menghadirkan karya seni
rupa kepada audiens dikuasi oleh pihak tertentu untuk memaksimalkan peluang-peluang
ekonomi, maka perlu digagas sebuah pameran yang mampu berkata tentang keliyanan (the
otherness) tanpa memperkukuh mentalitas perkubu-kubuan dan tanpa memerangi dan
memusnahkan corak, gaya, langgam dan mazhab kesenirupaan yang telah ada. Sesuatu yang
telah ada dalam relasi antara pekarya-karya dengan audiens selama ini, membutuhkan mitra
dialog dengan pihak-pihak yang diliyankan; pekarya baru, pekarya perempuan atau pekarya
yang tidak terhimpun dalam kantong-kantong senirupa yang dominasi (secara ekonomis).
Dari sini, pameran seni rupa pun musti dipandang sebagai sebuah pengejawantahan suatu
dialektika atas realitas seni rupa mayor yang mewakili narasi-narasi (yang sedang) besar
(grand narration). Oleh karena itu, penggagasan suatu pameran bisa jadi berangkat dari
realitas kesenirupaan yang memunculkan pihak liyan yang terjebak dalam komidifikasi
praktek kesenirupaan sebagai obyek kepentingan ekonomi. Maka kini, tengah digagas sebuah
pameran atas potensi-potensi pengiriman pesan melalui medium-medium kultural untuk
mencapai alamat-alamat penerima agar kehadiran nilai keindahan yang ada bisa terinderai
dan bergerak menuju wilayah-wilayah pemaknaan para audiens.


C. Maksud dan Tujuan
1. Dari Kehendak menuju Otonomi Pekarya
Pameran yang tengah digagas ini, di samping hendak memunculkan sebuah dialektika atas
realitas kesenirupaan saat ini yang kerap menghasilkan liyan, pun digagas sebagai upaya
menghadirkan pihak liyan yang selama ini terkurung dalam kegelapan. Dengan demikian,
sebagai sebuah obyek visual, pameran ini bermaksud untuk menghadirkan berbagai karya
kepada khalayak melalui aspek-aspek penginderaan yang dapat dikuasi oleh pihak yang
memegang kendali penghadiran melalui medium-medium kultural dalam membangun relasi
antara pekarya-karya dengan audiens.
2. Dari Otonomi Pekarya menuju ke Kehadiran Penuh
Kehendak dalam menggagas pameran yang berangkat dari keindahan sebagai metafora,
bertujuan untuk mengirim berbagai pesan dalam bentuk seni rupa kepada audiens. Lantas
upaya pengiriman pesan melalui penghadiran karya-karya seni rupa terpilih dalam pameran
ini pun dimaksudkan untuk mengurai kembali kekusutan dalam relasi antara pekarya sebagai
produsen pesan dalam bentuk karya seni rupa kepada penerima pesan. Sampainya berbagai
pesan ke pemilik alamat, tentu akan menghasilkan berbagai bentuk pemaknaan oleh penerima
dan juga membuka peluang terciptanya berbagai corak, gaya, langgam dan mazhab
kesenirupaan yang mampu memeriahkan dialog-dialog kesenian.
D. Tema Pameran
Pameran yang berangkat atas landasan berfikir fisika dan semiotika atas keteinderaan obyek-
obyek visual, mengusung tema:
Melongok ke dalam seni, maka temukanlah keindahan yang alami
E. Judul Pameran
Melalui Melongok ke dalam seni, maka temukanlah keindahan yang alami maka terpautlah
suatu jalinan antarteks atas keindahan sebagai metafora dengan penginderaan memaknai
lukisan agar makna yang ada pada lukisan itu menjadi terkuak.
Melalui intertekstualitas Melongok ke dalam seni, maka temukanlah keindahan yang alami
sebagai pembahasaan atas pentingnya sebuah lukisan yang dibuat maka pameran ini diberi
judul:
Hello, My special art
Untuk menggenapi keterwakilan karya-karya terpilih melalui judul pameran ini, disertai pula
anak judul:
The art will make you know the point of nature estetic .
Secara utuh, pameran ini berjudul:
Hello, My special art!: The art will make you know the point of nature estetic Sebuah
Pameran terorganisir dari siswa-siswa SMAMDA
Dari penggunaan judul ini, maka yang dimaksud dengan The art will make you know the
point of nature estetic dalam pameran ini adalah lukisan-lukisan / karya seni itu dapat
membuat anda mengerti tentang keindahan yang alami.
F. Pemilahan Karya
Dalam pameran ini, Kami memiliki otonomi yang luas dalam memuati pameran dengan
materi-materi seni rupa yang hendak dipamerkan berdasarkan tema pameran ini. Karya-karya
yang dihadirkan dipilih berdasarkan perkembangan karya seni lukis baik dalam negeri
maupun luar negeri yang menonjolkan kesan keindahan sebagai metafora yang secara umum
diwakili oleh judul pameran.
Langkah-langkah kuratorial dijalankan melalui pengamatan atas berbagai aktivitas
berkesenian pekarya oleh kurator yang diperoleh dari pesan-pesan yang termaktub dalam
karya-karya yang dipilih oleh pakarya. Dalam pameran ini, kuratorial berarti, identifikasi
obyek-obyek seni rupa oleh pihak di luar pekarya melalui keindahan sebagai metafora dalam
bentuk penafsiran semiotis.
G. Waktu Pelaksanaan
Pameran ini akan dilaksanakan pada:
Hari : Minggu (Pembukaan Pameran)
Tanggal : 25 s.d. 31 Juni 2009
Tempat : Lapangan Parkir SMA Muhammadiyah 2 Sidoarjo


H. Agenda Pameran
1. Pembukaan Sindhunata
2. Penutupan Suwarno Wisetrotomo (kritikus seni)
3. Lelang Karya

I. Sasaran Pameran
1. Seniman
2. Pengamat / Kritikus Seni
3. Kolektor Karya
4. Galleriawan / Pengusaha Galleri Seni
5. Pelajar / siswa SMA
6. Budayawan
7. Umum

J. Anggaran Pembiayaan
Berdasarkan rekapitulasi pembiayaan (rincian terlampir), pameran ini membutuhkan biaya
sebesar, Rp 150.000.000,-
1. Ketersediaan Dana: Rp. 25. 000.000,-
2. Kekurangan Dana: Rp. 125. 000.000,-
3. Target Fundraising Rp. 125.000.000,-

K. Publikasi
1. Media Publikasi
2. Peliputan
3. Kritik Seni (Bekerja sama dengan media masa cetak tertentu untuk memuat suatu analisis
seni atas pameran secara keseluruhan oleh kritikus yang memahami karya seni sebagai pesan
semiotika)
L. Kepanitiaan
Sebagai sebuah peristiwa kesenian, penyelanggaraan pameran ini diketuai oleh Susilo
Bambang Yudhoyono, dengan susunan kepanitian tertera dalam lampiran.
M. Penutup
Demikian proposal ini dibuat untuk dapat dipelajari oleh pihak-pihak yang tertarik untuk
mewujudkan pameran ini.

Lampiran 1
Anggaran
1. Kesekretariatan
(telp, computer, surat menyurat, proposal) Rp. 2.000.000,-
2. Dokumentasi Rp. 5.000.000,-
3. Publikasi Rp. 3.000.000,-
4. Penerbitan buku/katalog
a. Biaya produksi Rp. 70.000.000,-
b. Fee Penulis @ Rp. 2.500.000,- x 2 orang Rp. 5.000.000,-
c. Translater (English) Rp. 2.000.000,-
d. Editor Rp. 3.000.000,-
5. Produksi Karya Rp. 60.000.000,-
6. Acara pembukaan Rp. 4.000,000,-
7. Konsumsi (panitia, pembukaan, diskusi) Rp. 3.000.000,-
8. Perlengkapan dan Display Rp. 6.000.000,-
9. Akomodasi panitia Rp. 3.000.000,-
10. Transportasi Rp. 2.000.000,-
Jumlah Rp. 150.000.000,
Lampiran 2
BENTUK PARTISIPASI
PENAWARAN PARTISIPASI DAN SPONSOR
Untuk mensukseskan kegiatan Pameran lukisan siswa SMAMDA
maka panitia menawarkan kepada berbagai pihak/Perusahaan/Pribadi untuk berpartisipasi
dalam bentuk sponsor, yang terdiri dari :
I. SPONSOR CROWN dengan nilai sponsorship Rp. 100.000.000,-
II. SPONSOR DIAMOND dengan nilai sponsorship Rp. 40.000.000,-
III. SPONSOR PLATINUM dengan nilai sponsorship Rp. 25.000.000,-
IV. SPONSOR GOLD dengan nilai sponsorship Rp. 15.000.000,-
V. SPONSOR SILVER dengan nilai sponsorship Rp. 7.500.000,-
VI. SPONSOR COOPER dengan nilai sponsorship Rp. 5.000.000,-
VII. SPONSOR BRASS dengan nilai sponsorship Rp. 3.500.000,-
VIII. SPONSOR FERRUM dengan nilai sponsorship Rp. 1.750.000,-
IX. DONATUR tidak mengikat
Adapun kompensasi / imbalan yang akan diperoleh masing-masing sponsor dapat dilihat pada
tabel yang terdapat pada tabel berikut (tentang keterangan kompensasi/imbalan yang akan
diperoleh sponsor).
KOMPENSASI / IMBALAN YANG AKAN DIPEROLEH SPONSOR
A. Media Cetak
No
Imbalan
JML
Keterangan
I II III IV V VI VII VIII IX
1 Katalog 1000

1 1

1 1 1 1 1 1
2 Undangan Pameran 500

1 1

1 1 1 1 1 1
3 Undangan Pembukaan
Pameran
250

1 1 1

4 Tanda Panitia 200

1 1 1

5 Poster Pameran 500

1 1 1

6 Kaos Panitia 100

1


Jumlah Jenis kompensasi

6 5 3 2 2 2 2 2 2

B. Media Promosi Outdoor
No
Imbalan
JML
Keterangan
I II III IV V VI VII VIII IX
1 Spanduk 10

1 1

2 Umbul-umbul 10

1

3 Baligo 3

1


Jumlah Jenis
kompensasi

3 1


DAFTAR MEDIA PROMOSI YANG DISEDIAKAN
A. Media Cetak
No Jenis Media Ukuran Space Sponsor
Nilai
Sponsorship
Per Buah (Rp)
Eksp Keterangan
1
Poster
43 x 48 cm
Halaman Muka 4 x 10 cm 5.000 2000
Full Colour
Kertas Art Paper
2
katalog
23 x 32 cm
35 Hal.

a. Halaman
Muka Luar
6 x 11 cm
4.000 1000 3 Warna
b. Halaman
Muka Dalam
20 x 11 cm
4.000 1000 1 Warna
c. Halaman
Belakang
Luar
20 x 11 cm
2.000 1000 3 Warna
d. Halaman
Belakang
Dalam
20 x 11 cm
1.500 1000 1 Warna
e. Halaman Isi
20 x 11 cm
1.000/hal. 1000
1 Warna tersedia
3 halaman
3 Tanda Panitia 9,5 x 5,5 cm 2,5 x 2,5 cm 5.000 50 3 Warna
4
Undangan
Pameran
20 x 30 cm

a. Amplop
5 x 10 cm 5.000 1000 Fancy Paper
Fullcolour
b. Isi Undangan
bagian muka
luar
2 x 18 cm 2.000 1000 Fancy Paper
Fullcolour
c. Isi Undangan
bagian belakang
18 x 18 cm 8.000 1000
Fancy Paper
Fullcolour
8
Undangan
Pembukaan
Pameran
20 x 30 cm

a. Amplop
5 x 10 cm 5.000 300 Fancy Paper
Fullcolour
b. Isi Undangan
bagian muka
luar
2 x 18 cm 2.000 300 Fancy Paper
Fullcolour
c. Isi Undangan
bagian belakang
18 x 18 cm 8.000 300
Fancy Paper
Fullcolour



B. Media Promosi Outdoor
No
Jenis
Media
Ukuran
Space
Sponsor
Nilai
Sponsorship
Per Buah (Rp)
Eksp Keterangan
1
Spanduk
90 x 800

a. 100 x 90 cm
(Sebelah kiri)
300.000 10 Dipasang dilokasi strategis
cm b. 100 x 90 cm
(Sebelah
Kanan)
300.000 10 Dipasang dilokasi strategis
2
Umbul-
umbul
500 x 90
cm

a. 90 x 100 cm
250.000 20 Dipasang dihalaman depan
dan belakang Hotel Savoy
Homann
b. 80 x 100 cm 200.000 20
Dipasang dihalaman depan
dan belakang Hotel Savoy
Homann
3 Baligo
200 x 400
cm
50 x 200 cm 5.000.000 3 Acrilyc Transparant
C. Media Elektronik
Disebutkan oleh seniman sebagai perusahaan pendukung kegiatan pada saat wawancara dengan TVRI
untuk acara dunia dalam berita.
D. Media Promosi Indoor
No Jenis
Nilai Sponsorship
per satuan (Rp)
Keterangan
1
Memasang spanduk perusahaan
ukuran 300 x 90 cm di Ballroom
tanggal 25 31 Mei 2009
500.000/ Spanduk Max. 8 Spanduk
2
Memasang spanduk perusahaan
ukuran 300 x 90 cm di Public
Area
tanggal 25 31 Mei 2009
500.000/Spanduk






E. Penjualan Stand
No Jenis
Nilai Sponsorship
per satuan (Rp)
Keterangan
1
Area parkir halaman depan
tempat kegiatan
tanggal 25 31 Mei 2009
20.000.000 Terbagi menjadi 5 kavling
2
Ruang tunggu
ukuran 2 x 3 m
tanggal 25 31 Mei 2009
5.000.000 Dapat menjual produk/jasa
3 Coridor belakang Ballroom
ukuran 1,5 x 2 m
1.000.000 Tersedia 8 kavling
tanggal 25 31 Mei 2009





















Lampiran 3
ORGANISASI KEPANITIAAN
Pelindung : Menteri Seni dan Budaya

Win Hendarso (bupati Sidoarjo)
Penasehat : 1. Drs. Hidayatullah
Penanggung Jawab : Rif Rinda
Koordinator umum: Drs. Haryanta
Drs. Nurul Huda

Drs. Ainur Rofiq
Ketua Umum : Kurniansyah Rizki
Sekretaris Umum : Chintia L
Bendahara Umum : Dessy Eka













SEKSI-SEKSI :
1. Sie Acara :
Titis Catur
Nuzulul Qoyimah
2. Sie Humas & Publikasi :
Ardi Prakoso
Ammar S
3. Sie Perlengkapan & Penataan Ruang :
Berlian Fatikh
Priza Anugrah
Dzaki U.A
Arditya K
Alifia T
Aditia Wicaksono
Ahsan Sahida
4. Sie Dokumentasi & Transportasi : Antoni Fitrah
5. Sie Konsumsi : Bayu Setia N
6. Sie Perencanaan & Desain Grafis :
Latif Dwi
Riza Eka
Rendra Prayogi












Lampiran 4
AGENDA PAMERAN
19.00 19.30 Persiapan penerimaan tamu undangan.
(diiringi oleh musik)
Pengklasifikasian undangan.
Undangan diterima panitia.
Tamu mengisi buku tamu ditempat
yang disediakan.
Pembagian Katalog
19.30 - 19.40 Semua peserta/undangan siap.
MC, menyambut kedatangan Menteri
Seni dan Budaya.
19.40 - 20.00 Upacara siap dimulai.
20.00 - 20.10 Pembacaan Susunan Acara (MC).
20.15 20.20 Sambutan Drs. Hidayatullah
20.20 20.25 Orasi Budaya oleh Yoelianto Yoedi
20.25 20.30 Sambutan dari Menteri Seni dan
Budaya dilanjutkan peresmian.
20.30 22.00 Melihat Lukisan
22.00 - .. Ramah tamah / bebas.
Lampiran 5
KONDISI PAMERAN
1. Lokasi Pameran
2. Skema Display
3. Bagan Ruang Pamer
4. Materi-materi Pameran (Karya, peralatan tata cahaya dan pendukung, dll.)




Lampiran 6

Event Organizier

Nama Penyelenggara : Org. Mendem Teler
Organisasi kepemudaan yang bergerak dalam bidang sosial
budaya

Berdiri : 20 mei 2000

Alamat : Jl. Buntu No.13 RT.1 RW.3 Sidolunga-Sidoarjo

Riwayat : Th. 2000 Berdiri dengan 9 anggota
Th. 2001 Anggota bertambah menjadi 587 orang
Th. 2002 Mempunyai cabang di 78 kabupaten
Th. 2003 Memasuki kawasan Asia-Tenggara
Th. 2004 Mempunyai cabang di 5 Negara
Th. 2006 Memasuki kawasan Afrika
Th. 2008 Mempunyai cabang di 19 negara

Prestasi : Th. 2001 Sukses menyelenggarakan lomba KIR tangkat
provinsi
Th. 2001 - Mendapat penghargaan dari menteri pendidikan
Th. 2003 Berhasil menyelenggarakan konfrensi budaya di Asia
Th. 2004 Berhasil menyelenggarakan pagelaran seni di Afrika
Th. 2006 Mendapat penghargaan dari presiden RI
Th. 2007 Sukses mendirikan sekolah seni di kawasan Asia
Th. 2008 Mendapatkan penghargaan dari UNESCO







Lampiran 7

Keamanan

Dalam penyelenggaraan di acara ini, kami selaku panitia telah bekerja sama dengan
pihak keamanan antara lain :
1. Kepolisian RI
2. Polda Jatim
3. Resort Sidoarjo
4. Sektor Candi
5. Hansip di daerah setempat
http://kurniansyah-rizki.blogspot.com/2011/03/contoh-proposal-pameran-lukisan.html
http://www.anneahira.com/proposal-pameran-seni-rupa.htm
http://indonesianewsonline.com/prangko/stamps/news/bali2003.htm

Anda mungkin juga menyukai