Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN


JURUSAN AGRIBISNIS
FAPERTA UNPAD
(Pembersihan, Sortasi, dan Grading Bahan Hasil Pertanian)



Oleh :

Nama : Ayu Sekar Putri
NPM : 150610110104
Kelompok / Shift : 2 / B2
Hari, Tanggal Praktikum : Rabu, 2 April 2014
Waktu : 14.00 15.00
Co.Ass : Rijalul Fikri Rusyda Sofyan
Nurrusly Syarip










LABORATORIUM PASCA PANEN DAN TEKNOLOGI PROSES
TEKNIK DAN MANAJEMEN INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2014
Nilai :
(Acc Asisten)


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Peningkatan produksi dan perbaikan mutu dari hasil pertanian, tampaknya
merupakan masalah penting karena permintaan akan hasil pertanian dan bahan
olahannya terus mengalami kenaikan. Oleh karena perlu dilakukan tindakan-
tindakan tertentu agar hasil panen mempunyai mutu yang baik. Tindakan tersebut
dikatakan sebagai penanganan pasca panen.
Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam penanganan pasca panen antara
lain pengeringan, penyortiran, pengolahan hasil (pembersihan, sortasi dan
grading), penyiapan hasil agar mudah digunakan atau diperdagangkan,
penyimpanan hasil dalam suatu wadah atau tempat yang memenuhi persyaratan
agar tidak rusak mutunya (packaging).
Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas dari BHP adalah dengan
perlakuan pasca panen yakni sortasi dan grading. Dalam praktikum kali ini proses
sortasi dan grading akan diujicobakan terhadap komoditas beras guna menilai
kualitas dari beras tersebut.

1.2 Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk :
1. Mengukur dan mengamati proses sortasi dan grading bahan hasil
pertanian.
2. Melakukan perhitungan kualitas dan variable kualitas untuk mengkaji
kelas kualitas (grade), kerusakan yang tampak (visible), kerusakan yang
tak tampak (invisible damager), bahan asing (foreign materials), keretakan
pada biji-bijian (sound grain and crack), dan kadar air bahan hasil
pertanian.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Dalam proses pengolahan pangan hasil pertanian, suatu bahan pangan akan
melalui sebuah tahap yang sering disebut dengan praproses pengolahan hasil
pertanian. Tahapan proses tersebut antara lain cleaning,sortasi, dan grading.

2.1 Cleaning (pembersihan)
Pembersihan dalam penanganan bahan hasil pertanian adalah mengeluarkan
/ memindahkan benda asing (kotoran) dan bahan-bahan yang tidak diinginkan dari
bahan utama (produk yang diinginkan). Pembersihan bertujuan untuk
menghilangkan kotoran-kotoran yang menempel pada hasil pertanian. Kebersihan
sangat mempengaruhi kenampakan BHP. Kotoran pada hasil pertanian sering
dianggap sebagai sumber kontaminasi, karena kotoran dapat mengandung mikro
organisme yang dapat merusak hasil panen. Jenis kotoran pada bahan hasil
pertanian, berdasarkan wujudnya dapat dikelompokkan menjadi :
1. Kotoran berupa tanah
Kotoran ini biasanya merupakan kotoran hasil ikutan yang menempel pada
bahan hasil pertanian pada saat bahan dipanen. Kotoran ini dapat berupa :tanah,
debu, dan pasir. Tanah merupakan media yang baik sebagai tempat tumbuh dan
berkembangnya mikroorganisme yang dapat mengkontaminasi bahan hasil
pertanian. Adanya tanah pada bahan hasil pertanian kadang-kadang sukar
dihindarkan, karena beberapa hasil pertanian terdapat di dalam tanah, seperti
umbi-umbian.
2. Kotoran berupa sisa
Pemungutan hasil kotoran jenis ini meliputi kotoran-kotoran sisa
pemungutan hasil tanaman yaitu bagian tanaman yang bukan bagian yang
dipanen, antara lain berupa :dahan, ranting, biji, kulit, dll.
3. Kotoran berupa serangga atau kotoran biologis lain
Adanya kotoran yang berupa serangga seperti kecoa dan kotoran
biologislainnya yang tercampur dengan bahan hasil pertanian dapat membawa
bibitpenyakit seperti kolera, tipus, desentri dan lain-lain.


4. Kotoran berupa benda-benda asing
Adanya kotoran yang berupa benda-benda asing seperti : unsur logam akan
memberi kesan ceroboh dalam penanganan hasil panen.
5. Kotoran berupa sisa bahan kimia
Kotoran berupa sisa bahan kimia dapat berasal antara lain dari obat-obatan
pestisida dan pupuk. Kotoran ini di samping mengganggu penampakan hasil
panen juga dapat menyebabkan keracunan pada konsumen. Pada konsentrasi yang
cukup tinggi, bahan kimia dapat menyebabkan keracunan secara langsung.
Sedangkan pada konsentrasi yang rendah, dan bila terus menerusakan tertimbun
di dalam tubuh dapat mengakibatkan gangguan kesehatan di masa yang akan
datang.
Secara umum pembersihan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :
1. Metode Kering (dry method), meliputi:
Penyaringan (screening)
Pemungutan dengan tangan (hand picking)
2. Metode basah (wet method), meliputi:
Perendaman (soaking)
Water sprays
Rotary drum
Brush washer
Shuffle of Shaker Washer

2.2 Sortasi
Sortasi adalah pemisahan bahan yang sudah dibersihkan kedalam berbagai
fraksi kualitas berdasarkan karakteristik fisik (kadar air, bentuk, ukuran,
berat jenis, tekstur, warna, benda asing/kotoran), kimia (komposisi bahan, bau
dan rasa ketengikan) dan biologis (jenis dan jumlah kerusakan oleh serangga,
jumlah mikroba dan daya tumbuh khusunya pada bahan pertanian berbentuk
bijian). Sortasi juga dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang memisahkan
produk berdasarkan tingkat keutuhan atau kerusakan produk, baik karena cacat
karena mekanis ataupun cacat karena bekas serangan hama atau penyakit.


Ada dua macam proses sortasi, yaitu sortasi basah dan sortasi kering. Sortasi
basah dilakukan pada saat bahan masih segar. Proses ini untuk memisahkan
kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing lainnya dari bahan hasil pertanian.
Sedangkan sortasi kering pada dasarnya merupakan tahap akhir. Tujuannya untuk
memisahkan benda-benda asing seperti bagian-bagian tanaman yang tidak
diinginkan dan pengotoran lain yang masih tertinggal.

2.3 Grading
Grading adalah proses pemilihan bahan berdasarkan permintaan konsumen
atau berdasarkan nilai komersilnya. Grading bertujuan untuk memisahkan bahan
berdasarkan kelas mutunya, untuk menyisihkan antara bahan yang layak
dikonsumsi dengan bahan yang tidak layak dikonsumsi atau tidak layak
diedarkan. Kelas mutu didasarkan pada berbagai kriteria, seperti ukuran, warna,
tingkat kematangan, dan bentuk. Setiap jenis sayur dan buah dapat diperingkat
berdasarkan satu atau beberapa kriteria di atas.
Pengelompokan BHP berdasarkan mutunya berkaitan dengan perdagangan
dan selera konsumen. Bahan dengan mutu lebih tinggi akan dihargai lebih tinggi
pula oleh pasar. Pemeringkatan dapat dilakukan tanpa alat bantu, yaitu hanya
mengandalkan kemampuan subjektif orang yang melakukannya. Peralatan atau
mesin tertentu juga dapat digunakan untuk pemeringkatan, seperti timbangan,
penggaris, dan ayakan. Pemeringkatan harus dilakukan dengan cepat pada kondisi
yang tidak memacu kerusakan pada bahan, misalnya dilakukan pada tempat yang
bersih serta terlindung dari panas dan cahaya matahari langsung. Pekerjaan
dilakukan dengan hati-hati agar tidak menimbulkan gores, luka dan memar.

2.4 Standarisasi Mutu Beras
Standar merupakan unsur penunjang pembangunan pertanian yang memiliki
peranan penting dalam upaya untuk meningkatkan optimalisasi pendayagunaan
sumberdaya dan keseluruhan kegiatan pembangunan pertanian. Penetapan
kelayakan suatu bahan atau produk untuk digunakan terutama dalam bidang
pangan biasa disebut dengan standar mutu. Standar mutu yang digunakan di
Indonesia mengacu kepada SNI (Standar Nasional Indonesia). Dalam bidang


pertanian pemutusan bahan dan produk pertanian seperti mutu gabah dan mutu
beras sangat penting.
Panduan mengetahui mutu beras yang baik dapat dilihat di SNI 6128: 2008
tentang beras. Isinya antara lain memuat persyaratan mutu dan keamanan pangan.
Standar mutu beras terdiri atas:
1. Persyaratan umum, beras harus :
a. Bebas hama dan penyakit;
b. Bebas bau apek, asam, atau bau asing lainnya;
c. Bebas dari campuran dedak dan bekatul;
d. Bebas dari bahan kimia yang membahayakan dan merugikan
konsumen, seperti zat pewangi, zat pelicin, dan zat pemutih.
2. Persyaratan khusus tertuang dalam tabel berikut:
Tabel 1. Spesifikasi persyaratan mutu beras menurut SNI 01-6128 : 2008
Komponen Mutu Satuan
Mutu
I
Mutu
II
Mutu
III
Mutu
IV
Mutu
V
Derajat sosoh
(min)
(%) 100 100 95 95 85
Kadar air (max) (%) 14 14 14 14 15
Beras kepala (min) (%) 95 89 78 73 60
Butir patah (max) (%) 5 10 20 25 35
Butir menir (max) (%) 0 1 2 2 5
Butir merah (max) (%) 0 1 2 3 3
Butir kuning/ rusak
(max)
(%) 0 1 2 3 5
Butir kapur (max) (%) 0 1 2 3 5
Benda asing (max) (%) 0 0,02 0,02 0,05 0,20
Butir gabah (max) (butir/ 100gr) 0 1 1 2 3
Sumber: Badan Standardisasi Nasional (2008)


BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Alat yang digunakan dalam menunjang praktikum kali ini antara lain:
a. Moisture tester
b. Timbangan
3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum:
a. Beras

3.2 Prosedur Percobaan
1. Mengukur kadar air beras dengan moisture tester
2. Menyiapkan beras dan menimbang seberat 25gr.
3. Menyortir beras (memisahkan butir utuh, butir patah, butir menir, butir
hijau/ mengapur, butir kuning/ rusak, benda asing, dan butir gabah) dan
menimbangnya.
4. Mengukur derajat sosoh dan menghitung % beras hilang.



BAB IV
HASIL PERCOBAAN

Dari percobaan yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 2. Pembersihan, sortasi, dan grading beras
No. Komponen Massa (gr) Hasil (%)
Mutu V SNI
2008 (%)
1 Derajar sosoh 23,44 93,76% Min 85
2 Kadar air 0,62 14,47 Max 15
3 Butir utuh 8/10 10/10 11,69 46,76 Min 60
4 Butir patah 2/10 7/10 8,10 32,40 Max 36
5 Butir menir < 2/10 3,65 14,46 Max 5
6 Butir hijau/ mengapur 1,26 5,04 Max 5
7 Butir kuning/ rusak 0,30 1,20 Max 5
8 Benda asing - - Max 0,2
9 Butir gabah - - Max 3
Massa total 25
Beras hilang 0
*Dengan berat awal sampel 25 gr

Kadar air
Perhitungan kadar air dilakukan 3kali agar lebih akurat dan kemudian di
ambil rata-rata dari 3kali perhitungan tersebut. Hasilnya adalah sebagai berikut :
Tabel 3. Perhitungan kadar air
Perhitungan ke Massa (gr) Hasil (%)
1 0,62 14,4
2 0,61 14,5
3 0,63 14,5
Rata-rata 0,62 14,47

Derajat sosoh

( ( ))



( ( ))


Dimana :
ma = berat awal sampel/ beras (25gr)



Beras hilang

Dimana :
ma = berat awal sampel/ beras (25gr)
mt = massa total





BAB V
PEMBAHASAN

Dari praktikum yang telah kami lakukan diperoleh nilai derajat sosoh
sebesar 93,76 % dan kadar air beras sebesar 14,47% hal ini menunjukan beras ini
berada pada standar beras yang rendah (mutu V). Sedangkan jika dilihat dari hasil
penyortiran kami terhadap komoditas beras ini didapatkan nilai butir utuh, butir
menir dan butir hijau/ mengapur yang kurang dari standar mutu V.
Banyaknya butir menir dan butir patah bisa disebabkan oleh penanganan
pascapanen yang kurang baik. Seperti terbentur atau terjepit dengan benda lain
yang bisa menyebabkan butir beras rusak atau pecah.


BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan bahwa :
1. Berdasarkan data yang kami peroleh maka beras yang kami gunakan untuk
praktikum merupakan beras dengan mutu yang jelek, yaitu dibawah mutu V.
2. Nilai derajat sosoh untuk beras yang masuk dalam kategori yang baik adalah
tidak kurang dari 95%.
4.2 Saran
Ketelitian praktikan pada saat proses memilah beras harus lebih teliti
agar hasil yang diperoleh lebih akurat.




DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Praproses Bahan Hasil Pertanian. Terdapat pada :
http://pradiskagita.blogspot.com/2012/06/rangkuman-i.html (diakses pada
tanggal 11 April 2014 pukul 18.00)
Dediarta, Wendi .2011. Laporan Praktikum Pembersihan, Sortasi dan Grading.
Available http://www.scribd.com/doc/76403473 (Diakses pada tanggal 11
Maret 2014 pukul 18.00 WIB).
Hakim, Ramadhani.2011. Laporan Praktikum Pembersihan, Sortasi dan Grading.
Available http://www.scribd.com/doc/148511957n(Diakses pada tanggal 11
Maret 2014 pukul 18.00 WIB).
Spetriani. 2011. Kajian Teknoligi Proses Pengolahan Beras Pratanak (Praboiling
Rice) Pada Gabah Varietas Situ Bagendit. Terdapat pada :
http://fateta.ipb.ac.id/index.php/View-document/77-SPETRIANI-
F14070125.pdf (diakses pada tanggal 11 April 2014 pukul 18.00)



LAMPIRAN


Gambar 1. Kegiatan sortasi beras
Gambar 2. Pengukuran menggunakan timbangan analitik


Gambar 3. Beras yang sudah dikelompokan

Anda mungkin juga menyukai