Anda di halaman 1dari 17

M.

Hikam, Fisika Matematika I: Variabel Kompleks 98


5. Pengantar Analisis Variabel Kompleks


5.1. Aljabar Kompleks

Bilangan kompleks tidak lain dan tidak bukan merupakan
pasangan dua buah bilangan biasa (a,b) atau a +ib dengan
i=-1

Contoh penulisan:
5 +2i ; 1 +i ; 3 +3i etc.

Secara umum
z =(x, y) =x +i y

Disini dikatakan x merupakan bagian real, sedangkan y
bagian imaginer.

Terkadang lebih mudah kalau direpresentasikan dalam
grafik:







Penambahan dan Perkalian dapat dilakukan sbb:
Misal z
1
=x
1
+iy
1
dan z
2
= x
2
+iy
2


r

x
y
(x,y)
M. Hikam, Fisika Matematika I: Variabel Kompleks 99
Penambahan:
z
1
+z
2
=x
1
+iy
1
+x
2
+iy
2
=(x
1
+x
2
) +i(y
1
+y
2
)

Perkalian
z
1
z
2
=(x
1
+iy
1
)(x
2
+iy
2
) =(x
1
x
2
y
1
y
2
) +i(x
1
y
2
+x
2
y
1
)

Dapat juga dinyatakan seperti dalam koordinat polar:
x =r cos
y =r sin

dan z =r(cos +i sin )

Dapat juga dituliskan dalam bentuk eksponensial:
z =r
i
e

Dalam kasus ini dikatakan bahwa r adalah modulus (atau
besar) dari z
r =|z| =(x
2
+y
2
)



sedangkan merupakan argumen atau fasa dari z:
=tan
-1
(y/x) arcus tangent

Apabila z merupakan variabel kompleks, maka fungsi w(z)
dapat dikonstruksi dalam bagian real dan imaginer:
w(z) =u(x,y) +i v(x,y)

Bagian real sering diberi label R(f(z)) sedangkan bagian
imaginer diberi label I(f(z)), dalam kasus tadi:
R (w(z)) =u(x,y)
I (w(z)) =v(x,y)
M. Hikam, Fisika Matematika I: Variabel Kompleks 100
Complex Conjugate

Operasi menggantikan i menjadi i pada suatu bilangan
atau variabel disebut melakukan complex conjugate.
Disimbolkan dengan *

J adi kalau z =x +i y, maka complex conjugate:
z* =x i y

Hasil perkalian zz*
zz* =(x +i y)( x i y) =x
2
+y
2


J adi (zz*)

=|z| besar dari z

Sudah didapatkan
i
e =cos +i sin

Dari hal ini
n
e
i
=(cos n +i sin n)

Pada saat yang sama
n
e
i
=( )
n
e
i

Sehingga:
cos n +i sin n = (cos +i sin )
n

Persamaan terakhir ini disebut formula De Moivre.

Hal lain lagi, jika ditulis z =r
i
e , maka
ln z =ln r +i


M. Hikam, Fisika Matematika I: Variabel Kompleks 101
Latihan:
Untuk soal latihan berikut ini gunakan definisi sinus dan
cosinus hiperbolik:
sinh (x) =
2
x x
e e

dan cosh (x) =


2
x x
e e

+

1. Dari
i
e =cos +i sin , buktikan:
cos z =
2
iz iz
e e

+
dan sin z =
2
iz iz
e e


2. Buktikan
i sin z =sinh iz, sin iz =i sinh z
cos z =cosh iz, cos iz = cosh z

3. Tunjukkan bahwa
a) sin
-1
z = i ln (iz
2
1 z )
b) cos
-1
z = i ln (iz 1
2
z )
c) tan
-1
z =
2
i
ln

+
z
z
i
i

d) sinh
-1
z =ln (z + 1
2
+ z )
b) cosh
-1
z =ln (iz + 1
2
z )
c) tanh
-1
z =
2
1
ln

+
z
z
1
1


4. Dalam teori kuantum tentang fotoionisasi terdapat
identitas:

ib
ia
ia

1
1
=exp (2b cot
-1
a)
dengan a dan b bilangan real. Buktikan identitas ini!
M. Hikam, Fisika Matematika I: Variabel Kompleks 102
J awaban untuk no. 4:
ia 1 =|a
2
+1|

exp (i) dengan =atan(-a)


ia +1 =|a
2
+1|

exp (i)

Sehingga
ib
ia
ia

1
1
=( exp(2 i ))
ib

dan seterusnya.

5.2. Kondisi Cauchy-Riemann

Setelah pembahasan fungsi kompleks, sekarang kita lihat
diferensiasinya. Derivatif f(z) serupa dengan fungsi real,
didefinisikan oleh:

z z z
z f z z f
z
+
+

) ( ) (
lim
0
=
lim
0 z
z
z f

) (


=
dz
df
atau f'(z)

Sekarang perhatikan pertambahan x dan y masing-
masing untuk x dan y, maka:
z =x +iy
Karena f =u +i v, maka
f =u +iv

Sehingga:
z
z f

) (
=
y i x
v i u


+
+


M. Hikam, Fisika Matematika I: Variabel Kompleks 103












Sekarang kita ambil limit dengan dua pendekatan seperti
pada gambar.

1) Dengan y=0 dan x0, diferensial menjadi:
lim
0 z
z
z f

) (
=
lim
0 x

x
u

+i

x
v


=
x
u

+i
x
v

,
2) Sekarang x=0 dan y0, didapat:
lim
0 z
z
z f

) (
=
lim
0 y

y
u

i +

y
v


= i
y
u

+
y
v

,
Turunan
dz
df
harus indentik untuk kedua hal tersebut, jadi
kita dapatkan:
x
u

=
y
v

dan
y
u

=
x
v


y
x0
y=0
z
0


x=0
y0
x
M. Hikam, Fisika Matematika I: Variabel Kompleks 104
Hal ini terkenal dengan nama kondisi Cauchy-Riemann.

Ditemukan oleh Cauchy dan digunakan secara ekstensif
oleh Riemann dalam teorinya tentang fungsi analitik.
Kondisi ini merupakan hal yang perlu untuk mendapatkan
turunan f(z), jadi supaya df/dz ada (exists) kondisi Cauchy-
Riemann harus dipenuhi.

Fungsi Analitik

J ika fungsi f(z) diferensiabel (dapat dideferensialkan) pada
z=z
0
dan daerah kecil sekitar z
0
, maka f(z) dikatakan analitik
pada z
0
. (Istilah lain: holomorfik atau regular).

Contoh:
Kalau f(z) =z
2
, maka bagian real u(x,y) =x
2
y
2
dan bagian
imaginer v(x,y) =2xy.

Kita lihat:
x
u

=2x =
y
v

dan
y
u

=2y =
x
v


memenuhi kondisi Cauchy-Riemann. J adi fungsi f(z) =z
2

merupakan fungsi analitik.

Contoh lain:
Ambil f(z) =z*, hal ini berarti u =x dan v =y.
Kondisi Cauchy-Riemann:

x
u

=1
y
v

tidak terpenuhi
J adi fungsi f(z) =z* tidak analitik.
M. Hikam, Fisika Matematika I: Variabel Kompleks 105
Latihan:
1. Apakah fungsi f(z) =R(z) analitik atau tidak?
2. Fungsi analitik f(z) =u(x,y) +iv(x,y)
(a) bila u(x,y) =x
3
3xy
2
, carilah v(x,y)
(b) bila v(x,y) =e
-y
sin x, carilah u(x,y)
3. Fungsi-fungsi u(x,y) dan v(x,y) merupakan bagian real
dan imaginer dari suatu fungsi analitik. Anggab bahwa
semua turunan ada (termasuk yang kedua dan ketiga),
tunjukkan:
(a)
2
u =
2
v =0
(b)
x
u

y
u

+
x
v

y
v

=0

5.3. Teorema Integral Cauchy

Setelah diferensiasi, sekarang kita bahas integrasi. Integral
suatu variabel kompleks pada suatu kontour bidang
kompleks dapat didefinisikan serupa dengan integral fungsi
real.











z
3
z
2
z
1
z
0
y
x
M. Hikam, Fisika Matematika I: Variabel Kompleks 106

Integral kontour/lintasan:

2
1
) (
z
z
z f dz =

2 2
1 1
,
,
y x
y x
[u(x,y) +i v(x,y)][dx +idy]
=

2 2
1 1
,
,
y x
y x
[u(x,y)dx v(x,y)dy] +i

2 2
1 1
,
,
y x
y x
[ v(x,y)dx+u(x,y)dy]

Tampak bahwa integral kompleks dapat dikerjakan seperti
integral real.

Salah satu integral kontour yang penting adalah integral

C
n
z dz dengan C merupakan lingkaran dengan jari-jari
r>0 pada sekitar origin z=0. Arah kontour perlawanan
dengan arah jarum jam (counter clockwise).

z =x +iy
x =r cos
y =r sin



Dalam koordinat polar z =r e
i
dan dz =i r e
i
d

Untuk kasus n 1, didapat:
(2i)
1

C
n
z dz =(2)
1
r
n+1

2
0
exp[i(n+1)]d
=[2i(n+1)]
1
r
n+1[ ]

2
0
) 1 ( i + n
e
=0
y
C
r
x

M. Hikam, Fisika Matematika I: Variabel Kompleks 107

Sementara untuk kasus n =1
(2i)
1

C
z dz / =(2)
1

2
0
d =1,
hal ini tidak tergantung pada r. Integral ini merupakan
contoh teorema integral Cauchy yang segera akan
dibicarakan.

Teorema integral Cauchy dapat dinyatakan sebagai berikut:

Apabila suatu fungsi f(z) analitik (sehingga bernilai
tunggal) dan turunan parsialnya kontinu pada suatu daerah
R, maka setiap lintasan tertutup C di dalam R integral garis
f(z) sekitar C adalah nol.



C
dz z f ) ( =

C
dz z f ) ( =0






Teorema integral Cauchy ini dapat dibuktikan dengan
teorema Stokes sebagai berikut:

C
dz z f ) ( =

C
(u+iv)(dx+idy)
=

C
(udxvdy) +i

C
(vdx +udy)
R
C
M. Hikam, Fisika Matematika I: Variabel Kompleks 108

Bentuk asli teorema stokes:

Vdl =


S
Vd dapat
diterapkan pada kasus ini (d adalah elemen luas dx dy),
dalam dua dimensi:

C
(V
x
dx +V
y
dy) =

y
V
x
V
x
y
dxdy
Dari hal ini:

C
dz z f ) ( =

y
u
x
v
dxdy +i

y
v
x
u
dxdy

gunakan kondisi Cauchy-Riemann akan diperoleh:

C
dz z f ) ( =0

Latihan:
Tunjukkan bahwa integral

1 , 1
0 , 0
*dz z
tergantung pada lintasan,
sementara integral

1 , 1
0 , 0
2
dz z
tidak tergantung pada lintasan.
Gunakan dua lintasan ini:

Ingat bahwa f(z) =z
2
adalah fungsi analitik, sementara f(z)
=z* adalah bukan.


1,1
M. Hikam, Fisika Matematika I: Variabel Kompleks 109
5.4. Formula Integral Cauchy

Apabila f(z) adalah fungsi analitik pada dan di dalam suatu
kontour tertutup C, dapat dibuktikan:


C
dz
z z
z f
0
) (
=2if(z
0
)
disini z
0
merupakan satu titik di dalam C.

Bukti







Meskipun f(z) adalah analitik tetapi jelas f(z)/(zz
0
) tidak
analitik pada z=z
0
, kecuali kalau f(z
0
)=0. Teorema integral
Cauchy dapat dibuat dengan membuat pengecualian
(exclude) z
0
seperti pada gambar, sehingga didapat:


C
dz
z z
z f
0
) (


2
0
) (
C
dz
z z
z f
=0
disini C merupakan kontour luar yang original sedangkan
C
2
merupakan lingkaran sekitar z
0
berputar pada arah
berlawanan dengan jarum jam.

Ambil z =z
0
+re
i
, disini r kecil dan mendekati nol. Dari
hal ini:
C

C
2
M. Hikam, Fisika Matematika I: Variabel Kompleks 110


2
0
) (
C
dz
z z
z f
=

+
2
) (
0
C
i
i
i
d rie
re
re z f



ambil r0 diperoleh:


2
0
) (
C
dz
z z
z f
=if(z
0
)

2
C
d =2 if(z
0
)
J adi formula integral Cauchy:


C
dz
z z
z f
0
) (
=2if(z
0
)
terbukti.

J elas sekali apabila z
0
berada di luar C, maka seluruh
integran di dalam C adalah analitik, dalam hal ini teorema
integral Cauchy berlaku. J adi dapat disimpulkan:
i 2
1


C
dz
z z
z f
0
) (
=
luar di
dalam di
bila
bila
,
,
0
) (
0
0 0
z
z z f



Turunan-turunan

Apabila f(z) analitik, maka dengan menggunakan formula
integral Cauchy didapat:
0
0 0 0
) ( ) (
z
z f z z f

+
=
0
2
1
z i


dz
z z z
z f
0 0
) (


dz
z z
z f
0
) (

Dari definisi turunan, diperoleh:
f'(z
0
) =
0
0
lim
z
0
2
1
z i


dz
z z z z z
z f z
) )( (
) (
0 0 0
0


=
i 2
1

dz
z z
z f
2
0
) (
) (

M. Hikam, Fisika Matematika I: Variabel Kompleks 111
Seterusnya untuk turunan kedua, ketiga etc. dapat dengan
mudah dibuktikan:
f
(2)
(z
0
) =
i 2
2

dz
z z
z f
3
0
) (
) (

f
(n)
(z
0
) =
i
n
2
!

+
dz
z z
z f
n 1
0
) (
) (


Latihan
1. Tunjukkan bahwa


C
n
z z ) (
0
dz =


=
1
1 ,
, 0
2
n
n i

Disini kontour berupa lingkaran yang mengelilingi z=z
0

dalam arah positif (berlawanan dengan arah jarum jam).
n merupakan bilangan bulat

2. Tunjukkan bahwa
i 2
1

z
mn1
dz =
m,n

(m dan n merupakan bilangan bulat)
3. Evaluasi

C
z
dz
1
2
untuk C merupakan lingkaran dengan
|z| =2.

4. Buktikan
f
(n)
(z
0
) =
i
n
2
!

+
dz
z z
z f
n 1
0
) (
) (

Tugas baca:
Pembuktian Cauchy-Goursat (Arfken page 380-383)
Ekspansi Laurent (Arfken page 389-396)
M. Hikam, Fisika Matematika I: Variabel Kompleks 112
5.5. Pemetaan (Mapping)

Kita tahu z merupakan fungsi dua variabel yakni x dan y:
z =x +iy

Titik-titik pada bidang z dapat dipetakan pada bidang w
dengan transformasi:
w =f(z)=u(x,y) +iv(x,y)

5.5.1. Translasi

Fungsi w merupakan z ditambah suatu konstan z
0
=x
0
+iy
0
w =z +z
0

Dari hal ini:
u =x +x
0

v =y +y
0

hal ini merupakan translasi murni.








5.5.2. Rotasi

Dapat dinyatakan: w =z z
0

Disini lebih mudah kalau dinyatakan dalam koordinat
polar, dengan menggunakam:
w =
i
e , z =r
i
e , dan z
0
=r
0

0
i
e
(x
1
,y
1
)
y
x
z
(x
0
,y
0
)
(u
1
,v
1
)
v
u
w
M. Hikam, Fisika Matematika I: Variabel Kompleks 113
maka

i
e =r r
0

) i(
0
+
e
atau
=r r
0

= +
0

Dua hal terjadi, yang pertama modulus r telah berubah bisa
ekspansi atau kontraksi dengan faktor r
0
. Yang kedua,
argumen telah bertambah dengan konstanta adisi
0
. Hal
ini menunjukkan rotasi variabel kompleks dengan sudut
0
.
Untuk kasus khusus z
0
=i, kita dapatkan rotasi murni /2.

5.5.3. Inversi

Hubungan yang digunakan:
w =
z
1

lagi, gunakan bentuk polar, didapatkan:

i
e =
i
1
re
=
r
1
i -
e
yang menunjukkan:
=
r
1
dan =
Terlihat dengan jelas adanya inversi, dan sudut berubah
tanda.






=

=
r
1

r
y
x
z
v
u
w
M. Hikam, Fisika Matematika I: Variabel Kompleks 114
Untuk melihat bagaimana garis-garis pada bidang-z
bertransformasi ke bidang-w, gunakan bentuk Cartesian:
u +iv =
y x i
1
+

Kalikan dengan (xiy)/(xiy) lalu pisahkan bagian real dan
imaginer, didapat:
u =
2 2
y x
x
+
, x =
2 2
v u
u
+

v =
2 2
y x
y
+
, y =
2 2
v u
v
+

Sekarang kalau kita pandang sebuah lingkaran pada z:
x
2
+y
2
=r
2

dalam bidang-w akan menjadi:

2 2 2
2
) ( v u
u
+
+
2 2 2
2
) ( v u
v
+
=r
2

dapat disederhanakan menjadi:
u
2
+v
2
=
2
1
r
=
2
jelas merupakan sebuah lingkaran.

Kalau kita ambil sebuah garis horizontal y=c
1
, didapat:

2 2
v u
v
+

=c
1

atau
u
2
+v
2
+
1
c
v
+
2
1
) 2 (
1
c
=
2
1
) 2 (
1
c

yang jelas merupakan lingkaran dengan radius (1/2c
1
) dan
berpusat pada u=0 dan v =(1/2c
1
).

Anda mungkin juga menyukai