2. Buktikan
i sin z =sinh iz, sin iz =i sinh z
cos z =cosh iz, cos iz = cosh z
3. Tunjukkan bahwa
a) sin
-1
z = i ln (iz
2
1 z )
b) cos
-1
z = i ln (iz 1
2
z )
c) tan
-1
z =
2
i
ln
+
z
z
i
i
d) sinh
-1
z =ln (z + 1
2
+ z )
b) cosh
-1
z =ln (iz + 1
2
z )
c) tanh
-1
z =
2
1
ln
+
z
z
1
1
4. Dalam teori kuantum tentang fotoionisasi terdapat
identitas:
ib
ia
ia
1
1
=exp (2b cot
-1
a)
dengan a dan b bilangan real. Buktikan identitas ini!
M. Hikam, Fisika Matematika I: Variabel Kompleks 102
J awaban untuk no. 4:
ia 1 =|a
2
+1|
exp (i)
Sehingga
ib
ia
ia
1
1
=( exp(2 i ))
ib
dan seterusnya.
5.2. Kondisi Cauchy-Riemann
Setelah pembahasan fungsi kompleks, sekarang kita lihat
diferensiasinya. Derivatif f(z) serupa dengan fungsi real,
didefinisikan oleh:
z z z
z f z z f
z
+
+
) ( ) (
lim
0
=
lim
0 z
z
z f
) (
=
dz
df
atau f'(z)
Sekarang perhatikan pertambahan x dan y masing-
masing untuk x dan y, maka:
z =x +iy
Karena f =u +i v, maka
f =u +iv
Sehingga:
z
z f
) (
=
y i x
v i u
+
+
M. Hikam, Fisika Matematika I: Variabel Kompleks 103
Sekarang kita ambil limit dengan dua pendekatan seperti
pada gambar.
1) Dengan y=0 dan x0, diferensial menjadi:
lim
0 z
z
z f
) (
=
lim
0 x
x
u
+i
x
v
=
x
u
+i
x
v
,
2) Sekarang x=0 dan y0, didapat:
lim
0 z
z
z f
) (
=
lim
0 y
y
u
i +
y
v
= i
y
u
+
y
v
,
Turunan
dz
df
harus indentik untuk kedua hal tersebut, jadi
kita dapatkan:
x
u
=
y
v
dan
y
u
=
x
v
y
x0
y=0
z
0
x=0
y0
x
M. Hikam, Fisika Matematika I: Variabel Kompleks 104
Hal ini terkenal dengan nama kondisi Cauchy-Riemann.
Ditemukan oleh Cauchy dan digunakan secara ekstensif
oleh Riemann dalam teorinya tentang fungsi analitik.
Kondisi ini merupakan hal yang perlu untuk mendapatkan
turunan f(z), jadi supaya df/dz ada (exists) kondisi Cauchy-
Riemann harus dipenuhi.
Fungsi Analitik
J ika fungsi f(z) diferensiabel (dapat dideferensialkan) pada
z=z
0
dan daerah kecil sekitar z
0
, maka f(z) dikatakan analitik
pada z
0
. (Istilah lain: holomorfik atau regular).
Contoh:
Kalau f(z) =z
2
, maka bagian real u(x,y) =x
2
y
2
dan bagian
imaginer v(x,y) =2xy.
Kita lihat:
x
u
=2x =
y
v
dan
y
u
=2y =
x
v
memenuhi kondisi Cauchy-Riemann. J adi fungsi f(z) =z
2
merupakan fungsi analitik.
Contoh lain:
Ambil f(z) =z*, hal ini berarti u =x dan v =y.
Kondisi Cauchy-Riemann:
x
u
=1
y
v
tidak terpenuhi
J adi fungsi f(z) =z* tidak analitik.
M. Hikam, Fisika Matematika I: Variabel Kompleks 105
Latihan:
1. Apakah fungsi f(z) =R(z) analitik atau tidak?
2. Fungsi analitik f(z) =u(x,y) +iv(x,y)
(a) bila u(x,y) =x
3
3xy
2
, carilah v(x,y)
(b) bila v(x,y) =e
-y
sin x, carilah u(x,y)
3. Fungsi-fungsi u(x,y) dan v(x,y) merupakan bagian real
dan imaginer dari suatu fungsi analitik. Anggab bahwa
semua turunan ada (termasuk yang kedua dan ketiga),
tunjukkan:
(a)
2
u =
2
v =0
(b)
x
u
y
u
+
x
v
y
v
=0
5.3. Teorema Integral Cauchy
Setelah diferensiasi, sekarang kita bahas integrasi. Integral
suatu variabel kompleks pada suatu kontour bidang
kompleks dapat didefinisikan serupa dengan integral fungsi
real.
z
3
z
2
z
1
z
0
y
x
M. Hikam, Fisika Matematika I: Variabel Kompleks 106
Integral kontour/lintasan:
2
1
) (
z
z
z f dz =
2 2
1 1
,
,
y x
y x
[u(x,y) +i v(x,y)][dx +idy]
=
2 2
1 1
,
,
y x
y x
[u(x,y)dx v(x,y)dy] +i
2 2
1 1
,
,
y x
y x
[ v(x,y)dx+u(x,y)dy]
Tampak bahwa integral kompleks dapat dikerjakan seperti
integral real.
Salah satu integral kontour yang penting adalah integral
C
n
z dz dengan C merupakan lingkaran dengan jari-jari
r>0 pada sekitar origin z=0. Arah kontour perlawanan
dengan arah jarum jam (counter clockwise).
z =x +iy
x =r cos
y =r sin
Dalam koordinat polar z =r e
i
dan dz =i r e
i
d
Untuk kasus n 1, didapat:
(2i)
1
C
n
z dz =(2)
1
r
n+1
2
0
exp[i(n+1)]d
=[2i(n+1)]
1
r
n+1[ ]
2
0
) 1 ( i + n
e
=0
y
C
r
x
M. Hikam, Fisika Matematika I: Variabel Kompleks 107
Sementara untuk kasus n =1
(2i)
1
C
z dz / =(2)
1
2
0
d =1,
hal ini tidak tergantung pada r. Integral ini merupakan
contoh teorema integral Cauchy yang segera akan
dibicarakan.
Teorema integral Cauchy dapat dinyatakan sebagai berikut:
Apabila suatu fungsi f(z) analitik (sehingga bernilai
tunggal) dan turunan parsialnya kontinu pada suatu daerah
R, maka setiap lintasan tertutup C di dalam R integral garis
f(z) sekitar C adalah nol.
C
dz z f ) ( =
C
dz z f ) ( =0
Teorema integral Cauchy ini dapat dibuktikan dengan
teorema Stokes sebagai berikut:
C
dz z f ) ( =
C
(u+iv)(dx+idy)
=
C
(udxvdy) +i
C
(vdx +udy)
R
C
M. Hikam, Fisika Matematika I: Variabel Kompleks 108
Bentuk asli teorema stokes:
Vdl =
S
Vd dapat
diterapkan pada kasus ini (d adalah elemen luas dx dy),
dalam dua dimensi:
C
(V
x
dx +V
y
dy) =
y
V
x
V
x
y
dxdy
Dari hal ini:
C
dz z f ) ( =
y
u
x
v
dxdy +i
y
v
x
u
dxdy
gunakan kondisi Cauchy-Riemann akan diperoleh:
C
dz z f ) ( =0
Latihan:
Tunjukkan bahwa integral
1 , 1
0 , 0
*dz z
tergantung pada lintasan,
sementara integral
1 , 1
0 , 0
2
dz z
tidak tergantung pada lintasan.
Gunakan dua lintasan ini:
Ingat bahwa f(z) =z
2
adalah fungsi analitik, sementara f(z)
=z* adalah bukan.
1,1
M. Hikam, Fisika Matematika I: Variabel Kompleks 109
5.4. Formula Integral Cauchy
Apabila f(z) adalah fungsi analitik pada dan di dalam suatu
kontour tertutup C, dapat dibuktikan:
C
dz
z z
z f
0
) (
=2if(z
0
)
disini z
0
merupakan satu titik di dalam C.
Bukti
Meskipun f(z) adalah analitik tetapi jelas f(z)/(zz
0
) tidak
analitik pada z=z
0
, kecuali kalau f(z
0
)=0. Teorema integral
Cauchy dapat dibuat dengan membuat pengecualian
(exclude) z
0
seperti pada gambar, sehingga didapat:
C
dz
z z
z f
0
) (
2
0
) (
C
dz
z z
z f
=0
disini C merupakan kontour luar yang original sedangkan
C
2
merupakan lingkaran sekitar z
0
berputar pada arah
berlawanan dengan jarum jam.
Ambil z =z
0
+re
i
, disini r kecil dan mendekati nol. Dari
hal ini:
C
C
2
M. Hikam, Fisika Matematika I: Variabel Kompleks 110
2
0
) (
C
dz
z z
z f
=
+
2
) (
0
C
i
i
i
d rie
re
re z f
ambil r0 diperoleh:
2
0
) (
C
dz
z z
z f
=if(z
0
)
2
C
d =2 if(z
0
)
J adi formula integral Cauchy:
C
dz
z z
z f
0
) (
=2if(z
0
)
terbukti.
J elas sekali apabila z
0
berada di luar C, maka seluruh
integran di dalam C adalah analitik, dalam hal ini teorema
integral Cauchy berlaku. J adi dapat disimpulkan:
i 2
1
C
dz
z z
z f
0
) (
=
luar di
dalam di
bila
bila
,
,
0
) (
0
0 0
z
z z f
Turunan-turunan
Apabila f(z) analitik, maka dengan menggunakan formula
integral Cauchy didapat:
0
0 0 0
) ( ) (
z
z f z z f
+
=
0
2
1
z i
dz
z z z
z f
0 0
) (
dz
z z
z f
0
) (
Dari definisi turunan, diperoleh:
f'(z
0
) =
0
0
lim
z
0
2
1
z i
dz
z z z z z
z f z
) )( (
) (
0 0 0
0
=
i 2
1
dz
z z
z f
2
0
) (
) (
M. Hikam, Fisika Matematika I: Variabel Kompleks 111
Seterusnya untuk turunan kedua, ketiga etc. dapat dengan
mudah dibuktikan:
f
(2)
(z
0
) =
i 2
2
dz
z z
z f
3
0
) (
) (
f
(n)
(z
0
) =
i
n
2
!
+
dz
z z
z f
n 1
0
) (
) (
Latihan
1. Tunjukkan bahwa
C
n
z z ) (
0
dz =
=
1
1 ,
, 0
2
n
n i
Disini kontour berupa lingkaran yang mengelilingi z=z
0
dalam arah positif (berlawanan dengan arah jarum jam).
n merupakan bilangan bulat
2. Tunjukkan bahwa
i 2
1
z
mn1
dz =
m,n
(m dan n merupakan bilangan bulat)
3. Evaluasi
C
z
dz
1
2
untuk C merupakan lingkaran dengan
|z| =2.
4. Buktikan
f
(n)
(z
0
) =
i
n
2
!
+
dz
z z
z f
n 1
0
) (
) (
Tugas baca:
Pembuktian Cauchy-Goursat (Arfken page 380-383)
Ekspansi Laurent (Arfken page 389-396)
M. Hikam, Fisika Matematika I: Variabel Kompleks 112
5.5. Pemetaan (Mapping)
Kita tahu z merupakan fungsi dua variabel yakni x dan y:
z =x +iy
Titik-titik pada bidang z dapat dipetakan pada bidang w
dengan transformasi:
w =f(z)=u(x,y) +iv(x,y)
5.5.1. Translasi
Fungsi w merupakan z ditambah suatu konstan z
0
=x
0
+iy
0
w =z +z
0
Dari hal ini:
u =x +x
0
v =y +y
0
hal ini merupakan translasi murni.
5.5.2. Rotasi
Dapat dinyatakan: w =z z
0
Disini lebih mudah kalau dinyatakan dalam koordinat
polar, dengan menggunakam:
w =
i
e , z =r
i
e , dan z
0
=r
0
0
i
e
(x
1
,y
1
)
y
x
z
(x
0
,y
0
)
(u
1
,v
1
)
v
u
w
M. Hikam, Fisika Matematika I: Variabel Kompleks 113
maka
i
e =r r
0
) i(
0
+
e
atau
=r r
0
= +
0
Dua hal terjadi, yang pertama modulus r telah berubah bisa
ekspansi atau kontraksi dengan faktor r
0
. Yang kedua,
argumen telah bertambah dengan konstanta adisi
0
. Hal
ini menunjukkan rotasi variabel kompleks dengan sudut
0
.
Untuk kasus khusus z
0
=i, kita dapatkan rotasi murni /2.
5.5.3. Inversi
Hubungan yang digunakan:
w =
z
1
lagi, gunakan bentuk polar, didapatkan:
i
e =
i
1
re
=
r
1
i -
e
yang menunjukkan:
=
r
1
dan =
Terlihat dengan jelas adanya inversi, dan sudut berubah
tanda.
=
=
r
1
r
y
x
z
v
u
w
M. Hikam, Fisika Matematika I: Variabel Kompleks 114
Untuk melihat bagaimana garis-garis pada bidang-z
bertransformasi ke bidang-w, gunakan bentuk Cartesian:
u +iv =
y x i
1
+
Kalikan dengan (xiy)/(xiy) lalu pisahkan bagian real dan
imaginer, didapat:
u =
2 2
y x
x
+
, x =
2 2
v u
u
+
v =
2 2
y x
y
+
, y =
2 2
v u
v
+
Sekarang kalau kita pandang sebuah lingkaran pada z:
x
2
+y
2
=r
2
dalam bidang-w akan menjadi:
2 2 2
2
) ( v u
u
+
+
2 2 2
2
) ( v u
v
+
=r
2
dapat disederhanakan menjadi:
u
2
+v
2
=
2
1
r
=
2
jelas merupakan sebuah lingkaran.
Kalau kita ambil sebuah garis horizontal y=c
1
, didapat:
2 2
v u
v
+
=c
1
atau
u
2
+v
2
+
1
c
v
+
2
1
) 2 (
1
c
=
2
1
) 2 (
1
c
yang jelas merupakan lingkaran dengan radius (1/2c
1
) dan
berpusat pada u=0 dan v =(1/2c
1
).