Anda di halaman 1dari 9

lanjutan

6

TUGAS DR.WATERMAN

LASIFIKASI SUMBERDAYA MINERAL


Pada saat sekarang ini banyak sistem klasifikasi sumberdaya dan cadangan yang
dipakai di berbagai negara antara lain Amerika Serikat: USGS/USBM (1980), PBB: UNFC
(1997), Australia: AGSO (2000). Sistem klasifikasi lain yaitu SME, CIM, JORC,
SAMREC, IMM dan lain-lain (Darmadji, et.al. 2002). Indonesia pernah menggunakan
sistem klasifikasi berdasarkan SNI (1998). Sistem klasifikasi yang dipakai Indonesia
tersebut dinilai lebih mengutamakan kepentingan industri pertambangan dibandingkan
dengan kepentingan pemerintah terutama dalam inventarisasi potensi cebakan batubara
secara menyeluruh. Klasifikasi ini memang dibuat dengan latar belakang belum ada
klasifikasi baku di Indonesia sehingga diharapkan dapat mengatasi polemik tentang
kualitas dan kuantitas sumberdaya dan cadangan. Secara umum klasifikasi sumberdaya dan
cadangan dalam SNI (1998) hanya dibedakan berdasarkan kriteria belum layak tambang
dan layak tambang.
Di Amerika Serikat cadangan mineral menurut SEC (Securities and Exchange
Commission) diklasifikasikan sebagai berikut:
(a) Cadangan terbukti (proven reserve), yaitu (i) jumlah dihitung dari data singkapan,
sumur uji atau lubang bor. Kadar dihitung dari hasil pengambilan contoh secara
detil, (ii) lokasi pengamatan, pengambilan contoh, dan pengukuran cukup dekat.
Sifat-sifat geologi diketahui dengan baik sehingga ukuran, bentuk, kedalaman, dan
kadar mineral dapat ditentukan dengan tingkat kepastian yang tinggi.
(b) Cadangan terkira (probable reserve), yaitu (i) jumlah dan kadar dihitung
berdasarkan data yang mirip dengan data pada cadangan terbukti, tetapi jarak antar
lokasi pengambilan contoh lebih jauh, (ii) tingkat kepercayaan cadangan ini
termasuk rendah tetapi masih dapat digunakan untuk mengambil kesimpulan bahwa
ada kesinambungan antara titik-titik pengamatan.
SEC mengijinkan penggabungan klasifikasi cadangan terbukti dan terkira dalam tabulasi
dan pelaporan, namun tidak mengakui klasifikasi sumberdaya. Klasifikasi sumberdaya
menurut menurut USGS (United State Geological Survey) yang telah diadopsi oleh SME
(Society of Mining, Metallurgy, and Exploration), IMM (Institution of Mining and
Metallurgy), CIM (Canadian Institute of Mining, Metallurgy and Petroleum), AusIMM
(Australian Institute of Mining and Metallurgy) adalah: (i) sumberdaya terukur (measured
resource) dan (ii) sumberdaya tertunjuk (indicated resource). Berdasarkan pertimbangan
ekonomi, metode penambangan, pengolahan, dan lain-lain, sumberdaya terukur dapat
ditingkatkan menjadi cadangan terbukti. Sedangkan sumberdaya tertunjuk dapat
ditingkatkan menjadi cadangan terkira.
Klasifikasi sumberdaya dan cadangan mineral yang berlaku di Amerika Serikat dan
Australia dapat dilihat pada Gambar 2.6 di bawah (Haystead, 1993; SME, 1999).

lanjutan
7



























U S A
EXPLORATION
INFORMATION
RESOURCES
INFERRED
INDICATED
MEASURED
RESERVES
PROBABLE
PROVEN
Economic, mining, metallurgical, marketing,
environmental, social, and governmental
factors may cause material to move
between resources and reserves
Increasing
level of
geological
knowledge
and confidence
AUSTRALIA
IDENTIFIED
MINERAL
RESOURCE
(IN SITU)
ORE
RESERVES

(MINEABLE)
INFERRED
INDICATED PROBABLE

Consideration of economic, mining,
metallurgical, marketing, legal,
environmental, social, and
governmental factors

resources and reserves
MEASURED

PROVEN

Gambar 2.9 Klasifikasi sumberdaya mineral dan cadangan yang berlaku
di Amerika Serikat dan Australia (SME, 1999)
Klasifikasi sumberdaya dan cadangan mineral yang berlaku di Kanada hampir sama
dengan klasifikasi yang digunakan oleh Amerika Serikat dan Australia. Sedangkan
klasifikasi menurut PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa) dapat dilihat pada gambar 2.7 di
bawah.
Berdasarkan definisi dan skema klasifikasi sumberdaya dan cadangan dari beberapa
negara menunjukkan kecenderungan yang serupa. Pada saat sekarang industri
pertambangan telah bersifat global sehingga kepemilikan perusahaan ada di berbagai
negara yang akan memungkinkan penggunaan istilah, definisi dan klasifikasi sumberdaya
atau cadangan yang tidak jauh berbeda. Menurut Suryantoro (1999) bahwa Indonesia akan
mengikuti klasifikasi tersebut berdasarkan klasifikasi standar PBB (Gambar 2.7).
Sistem klasifikasi baku digunakan untuk menyeragamkan pengertian tentang
sumberdaya dan cadangan minerba (mineral dan batubara) sehingga dapat dipakai untuk
inventarisasi yang luas dan perencanaan jangka panjang. Klasifikasi sumberdaya dan
cadangan minerba seharusnya didasarkan pada tingkat keyakinan geologi dan kajian
kelayakan.





lanjutan
8





Tahap
Eksplorasi
EKPLORASI TERINCI
(DETAI LED
EXPLORATI ON)
EKSPLORASI UMUM
(GENERAL
EXPLORATI ON)
PROSPEKSI
(PROSPECTI ON)
SURVAI TINJAU
(RECONNAI SANCE)
Kelayakan
STUDI
KELAYAKAN
DAN ATAU
LAPORAN
PENAMBANGAN
1. Cadangan Mineral
Terbukti
(Proved Mineral Reserve)
(111)

2. Sumberdaya Mineral
Kelayakan
(Feasibility Mineral
Resource)
(211)

STUDI
PRAKELAYAKAN
1. Cadangan Mineral Terkira
(Probable Mineral Reserve)
(121) + (122)

2. Sumberdaya Mineral Pra Kelayakan
(Prefeasibility Mineral Resource)
(221) + (222)

STUDI
GEOLOGI
1-2 Sumberdaya Mineral
Terukur
(Measured Mineral
Resource)
(331)
1-2 Sumberdaya Mineral
Tertunjuk
(Indicated Mineral
Resource)
(332)
1-2 Sumberdaya
Mineral Tereka
(Inferred Mineral
Resource)
(333)
.?. Sumberdaya Mineral
Hipotetik
(Reconnaisance Mineral
Resource)
(334)








Gambar 2.10 Klasifikasi sumberdaya dan cadangan menurut PBB (Suryantoro, 1999)

Pengelompokan ini mempunyai 2 (dua) aspek penting yaitu aspek geologi dan aspek
ekonomi:

(1) Aspek geologi
Berdasarkan tingkat keyakinan geologi, sumberdaya terukur harus mempunyai
tingkat keyakinan lebih besar dibandingkan dengan sumberdaya tertunjuk.
Rendah Tingkat Keyakinan Geologi Tinggi
Kategori Ekonomik: 1 = ekonomik
2 = berpotensi ekonomik
1-2 = ekonomik ke berpotensi eknomik (berintrinsik ekonomik)
? = tidak ditentukan
Kelayakan didasarkan pada kajian faktor-faktor ekonomi, pemasaran, penambangan, pengolahan, lingkungan, sosial, hukum atau
perundang-undangan, dan kebijaksanaan pemerintah
lanjutan
9

Sedangkan sumberdaya tertunjuk harus memiliki tingkat keyakinan lebih tinggi
dibandingkan dengan sumberdaya tereka. Sumberdaya terukur dan tertunjuk dapat
ditingkatkan menjadi cadangan terkira dan terbukti apabila memenuhi kriteria layak.
Tingkat keyakinan geologi secara kuantitatif dicerminkan oleh jarak titik informasi
seperti lubang bor dan singkapan (Tabel 2.7).

Tabel 2.7 Jarak informasi menurut kondisi geologi
Kondisi
geologi
Kriteria
Sumberdaya
Hipotetik Tereka Tertunjuk Terukur
Sederhana Jarak titik informasi (m) Tidak terbatas 1000<X 1500 500< X 1000 X 500
Moderat Jarak titik informasi (m) Tidak terbatas 500< X 1000 250< X 500 X 250
Kompleks Jarak titik informasi (m) Tidak terbatas 200< X 400 100< X 200 X 100

(2) Aspek ekonomi
Ketebalan minimum lapisan batubara (Tabel 2.8) yang dapat ditambang dan
ketebalan maksimal lapisan pengotor (dirt parting) yang tidak dapat dipisahkan pada
saat ditambang, yang menyebabkan kualitas batubara menurun karena kandungan abu
meningkat, merupakan beberapa unsur yang terkait dengan aspek ekonomi sehingga
perlu diperhatikan dalam penggolongan sumberdaya batubara.
Tabel 2.8 Persyaratan kualitatif tebal lapisan batubara dan lapisan pengotor

K e t e b a l a n (m)
Tingkat batubara
Batubara energi rendah Batubara energi tinggi
Lapisan batubara minimum 1,00 0,40
Lapisan pengotor 0,30 0,30

Kelas sumberdaya dan cadangan minerba menurut klasifikasi pada Gambar 2.7 di
atas adalah sebagai berikut:
(1) Sumberdaya minerba hipotetik
Adalah jumlah minerba di daerah penyelidikan atau bagian dari daerah
penyelidikan, yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang
ditetapkan untuk tahap penyelidikan survei tinjau
(2) Sumberdaya minerba tereka
Adalah jumlah minerba di daerah penyelidikan atau bagian dari daerah
penyelidikan, yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang
ditetapkan untuk tahap penyelidikan propeksi
(3) Sumberdaya minerba tertunjuk
lanjutan
10

Adalah jumlah minerba di daerah penyelidikan atau bagian dari daerah
penyelidikan, yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang
ditetapkan untuk tahap eksplorasi pendahuluan
(4) Sumberdaya minerba terukur
Adalah jumlah minerba di daerah penyelidikan atau bagian dari daerah
penyelidikan, yang dihitung berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang
ditetapkan untuk tahap eksplorasi rinci
(5) Sumberdaya minerba pra kelayakan
Adalah sumberdaya minerba yang dinyatakan berpotensi ekonomis dari hasil studi
pra kelayakan yang biasanya dilaksanakan di daerah eksplorasi rinci dan eksplorasi
umum


(6) Cadangan minerba terkira
Adalah sumberdaya minerba tertunjuk dan sebagian sumberdaya minerba terukur,
tetapi berdasarkan kajian kelayakan semua faktor yang terkait telah terpenui
sehingga hasil kajian dinyatakan layak
(7) Sumberdaya minerba kelayakan
Adalah sumberdaya minerba yang dinyatakan berpotensi ekonomis dari hasil studi
kelayakan atau suatu kegiatan penambangan yang sebelumnya, yang biasanya
dilaksanakan di daerah eksplorasi rinci
(8) Cadangan minerba terbukti
Adalah sumberdaya minerba terukur yang berdasarkan kajian kelayakan semua
faktor yang terkait telah terpenuhi sehingga hasil kajian dinyatakan layak
Angka-angka kodifikasi sumberdaya/cadangan minerba (Gambar 2.7) terdiri dari
tiga digit berdasarkan fungsi tiga sumbu E, F, dan G yaitu:
E = Sumbu ekonomis untuk economic viability
F = Sumbu kelayakan untuk feasibility assessment
G = Sumbu geologi untuk geological study
Digit pertama tentang sumbu ekonomis terdiri dari tiga angka yaitu:
Angka 1 menyatakan ekonomis
Angka 2 menyatakan berpotensi ekonomis
Angka 3 berintrinsik ekonomis (dari ekonomis ke berpotensi ekonomis)
Digit kedua tentang sumbu kelayakan terdiri dari tiga angka yaitu
Angka 1 menyatakan studi kelayakan dan atau laporan penambangan
Angka 2 menyatakan studi pra kelayakan
Angka 3 menyatakan studi geologi
Digit ketiga tentang sumbu geologi terdiri dari empat angka yaitu:
Angka 1 menyatakan eksplorasi rinci
Angka 2 menyatakan eksplorasi umum
Angka 3 menyatakan prospeksi
Angka 4 menyatakan survai tinjau
lanjutan
11

Tahap eksplorasi minerba dilakukan melalui penyelidikan geologi bertujuan untuk
mengindentifikasi keterdapatan, keberadaan, ukuran, bentuk, sebaran, kuantitas, serta
kualitas endapan minerba sebagai dasar analisis atau kajian kemungkinan dilakukannya
investasi. Tahap penyelidikan tersebut menentukan tingkat keyakinan geologi dan kelas
sumberdaya minerba yang dihasilkan.
Penaksiran sumberdaya minerba dilakukan dengan berbagai metode antara lain:
poligon, penampangan, isopach, seperjarak, geostatistik, dan lain-lain.
Tahap eksplorasi minerba umumnya dilaksanakan melalui empat tahap yaitu:
(1) Survai tinjau
Merupakan tahap eksplorasi minerba paling awal dengan tujuan mengidentifikasi
daerah-daerah yang secara geologis terdapat endapan minerba yang berpotensi
untuk diselidiki lebih lanjut serta mengumpulkan informasi tentang kondisi
geografi, tata guna lahan, dan kesampaian daerah. Kegiantan penyelidikan antara
lain: studi geologi regional, penafsiran penginderaan jauh, dan metode tak langsung
lainnya, serta inspeksi lapangan pendahuluan yang menggunakan peta dasar dengan
skala sekurang-kurangnya 1:100.000.
(2) Prospeksi
Tahap ini dimaskudkan untuk membatasi daerah sebaran endapan minerba yang
akan menjadi sasaran eksplorasi selanjutnya. Kegiatan pada tahap ini antara lain:
pemetaan geologi dengan skala minimum 1:50.000, pengukuran penampang
stratigrafi, pembuatan paritan, pembuatan sumuran, pemboran uji, pencontohan,
dan analisis. Metode eksplorasi tak langsung seperti penyelidikan geofisika, dapat
dilaksanakan apabila dianggap perlu.
(3) Eksplorasi pendahuluan
Tahap eksplorasi ini dimasudkan untuk mengetahui gambaran awal bentuk tiga
dimensi endapan minerba meliputi ketebalan lapisan, bentuk, korelasi, sebaran,
struktur, kuantitas, dan kualitas. Kegitan penyelidikan atara lain: pemetaan geologi
dengan skala minimum 1:10.000, pemetaan topografi, pemboran denga jarak yang
sesuai dengan kondisi geologi, penampangan (logging) geofisika, pembuatan
sumuran/paritan uji, dan pencontohan yang andal. Pengkajian awal geoteknik dan
geohidrologi mulai dapat dilakukan.
(4) Eksplorasi rinci
Tahap eksplorasi ini dimaksudkan untuk mengetahui kuantitas dan kualitas serta
model tiga dimensi endapan minerba secara lebih rinci.
Format pelaporan sumberdaya dan cadangan minerba dapat dilihat pada Tabel 2.9
di bawah ini.
Tabel 2.9 Format pelaporan sumberdaya dan cadangan minerba
No. Lokasi
Jenis
minerba
Sumberdaya Cadangan Kedalaman
dihitung
sampai (m) Hipotetik Tereka Tertunjuk Terukur Terkira Terbukti

Permasalahan dalam klasifikasi adalah metode yang akan dipakai untuk
mengklasifikasikan sumberdaya atau cadangan tersebut. Metode geostatistika melalui
lanjutan
12

variansi ordinary kriging dapat digunakan sebagai alat bantu untuk keperluan klasifikasi
tersebut. Tingkat kepercayaan terhadap taksiran kadar suatu blok merupakan dasar dari
klasifikasi sumberdaya dan cadangan. Alat bantu yang dapat digunakan untuk memberikan
informasi tentang tingkat kepercayaan adalah distribusi variansi kriging. Variansi kriging
memang bukan ukuran presisi secara lokal, tetapi suatu indeks dari konfigurasi contoh di
sekitar blok yang ditaksir. Secara intuitif dapat dikatakan bahwa semakin kecil harga
variansi kriging (secara relatif), semakin banyak contoh yang digunakan oleh suatu blok
dan semakin merata pula penyebaran contoh di sekitar blok yang ditaksir tersebut,
sehingga semakin besar tingkat kepercayaan kepada hasil taksiran kriging.
Prosedur penentuan klasifikasi sumberdaya mineral menggunakan metode
geostatistika adalah: (a) pembuatan histogram dari simpangan baku kriging, (b)
memisahkan kumpulan populasi berdasarkan histogram, (c) menetapkan kriteria klasifikasi
berdasarkan harga simpangan baku dan jumlah contoh yang digunakan untuk penaksiran,
(d) menaksir komposisi sumberdaya dalam model blok sesuai dengan kadar batas yang
ditentukan (cutoff grade).
Simpangan baku kriging diperoleh dari variansi kriging. Gambar 2.8 di bawah
menunjukkan histogram simpangan baku untuk taksiran model kadar emas. Berdasarkan
perhitungan statistika diketahui bahwa rata-rata dari simpangan baku adalah 11,23 dengan
simpangan bakunya sebesar 2,51. Pada histogram terlihat bahwa frekuensi tertinggi dicapai
pada harga 12,00 yang diikuti oleh harga 17,00. Distribusi ini menunjukkan adanya dua
puncak (bimodal) atau pemisahan menjadi dua kumpulan populasi yang berbeda yang
dapat digunakan untuk dasar penentuan klasifikasi blok-blok dalam model.

obsv upper
freq cell
limit 0 5 10 15 20
+ + + + + + + + +
0 1 + +
0 2 + +
0 3 + +
5 4 + +
44 5 +* +
59 6 +** +
112 7 +*** +
229 8 +******* +
348 9 +************ +
448 10 +*************** +
637 11 +********************** +
894 12 +*************************** +
893 13 +************************** +
742 14 +********************** +
703 15 +******************* +
558 16 +************** +
814 17 +************************* +
0 18 + +
0 19 + +
0 20 + +
0 inf + +
--- + + + + + + + + +
6486 0 5 10 15 20

Gambar 2.11 Histogram simpangan baku untuk model taksiran kadar
lanjutan
13

Batasan maksimum untuk blok-blok yang dapat diklasifikasikan sebagai sumberdaya
terukur dan tertunjuk dalam studi ini adalah blok-blok dengan simpangan baku kriging
kurang dari atau sama dengan 15,00 (rata-rata dari distribusi ditambah satu simpangan
baku yaitu 15,17). Batas ini sesuai dengan batas kedua populasi bimodal dari distribusi
data.
Berdasarkan kriteria tersebut klasifikasi awal dari blok-blok dalam model adalah
sebagai berikut:
(1) Blok-blok yang dapat dikategorikan sebagai sumberdaya terukur dan tertunjuk
mempunyai simpangan baku kurang dari atau sama dengan 15,00.
(2) Blok-blok yang dapat dikategorikan sebagai sumberdaya tereka mempunyai simpangan
baku lebih dari 15,00.
Pada awal diskusi telah dibahas bahwa variansi kriging merupakan fungsi dari konfigurasi
contoh yaitu jumlah dan penyebaran contoh.

Gambar 2.12 Hubungan antara simpangan baku dan jumlah contoh
Kriteria variansi kriging dapat pula digabungkan dengan kriteria berdasarkan
jumlah contoh yang digunakan oleh masing-masing blok dalam penaksiran. Gambar 2.9 di
ats menunjukkan kurva simpangan baku dengan jumlah contoh. Berdasarkan gambar di
atas tersebut tersebut dapat dilihat bahwa seluruh blok dengan simpangan baku kriging
lebih dari 15 merupakan blok yang ditaksir oleh satu contoh saja. Dalam gambar tersebut
dapat dilihat juga bahwa tidak semua blok yang ditaksir oleh satu contoh memiliki
simpangan baku lebih dari 15. Oleh karena itu untuk model ordinary kriging klasifikasi
sumberdaya disarankan sebagai berikut:
(1) Kriteria terukur dan tertunjuk adalah blok-blok yang ditaksir oleh dua contoh atau lebih
dan memiliki simpangan baku kurang dari atau sama dengan 15.
(2) Kriteria tereka adalah blok-blok yang ditaksir oleh satu contoh.
Berdasarkan pembahasan tersebut, dapat dihasilkan komposisi model sumberdaya
emas sesuai klasifikasi masing-masing (Tabel 2.10).
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
0 5 10 15 20
J
U
M
L
A
H

C
O
N
T
O
H

SIMPANGAN BAKU KRIGING
lanjutan
14

Tabel 2.10 Klasifikasi model sumberdaya emas-perak

Klasifikasi tereka dalam model tersebut dapat berubah menjadi sumberdaya tertunjuk
atau terukur jika pada daerah tersebut dilakukan penambahan data pengambilan contoh
(misalnya pemboran) dan bertambahnya bukti-bukti kuat adanya kontinuitas endapan.
Menurut Hamdani (1998) parameter uji yang digunakan untuk meningkatkan tingkat
keyakinan geologi adalah: (a) interpretasi geologi, (b) kerapatan data, (c) ketepatan lokasi
titik contoh, (d) teknik pemboran, (e) teknik sampling, (f) perolehan contoh pemboran, (g)
faktor tonase dan berat jenis, (h) kualitas data assay, (i) kualitas deskripsi data, (j) teknik
penaksiran, (k) kadar batas (cutoff grade).
Kenaikan tingkat keyakinan geologi dan studi kelayakan dapat meningkatkan potensi
sumberdaya menjadi cadangan terkira atau cadangan terbukti.
Model
ordinary
kriging
Terukur dan Tertunjuk Tereka
Ton bijih
Kadar Au
(g/t)
Kadar Ag
(g/t)
Ton bijih
Kadar Au
(g/t)
Kadar Ag (g/t)
Cog 0 g/t 699.197 10,18 36,61 331.078 10,81 8,55
Cog 4 g/t 475.037 14,33 42,78 188.163 17,91 9,94
Cog 6 g/t 385.237 16,42 67,24 176.573 18,73 10,19
Cog 10 g/t 295.111 18,98 77,09 150.073 20,46 11,49

Anda mungkin juga menyukai