Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Praktikum

Kimia Fisika II
Kesetimbangan Fasa
Tanggal Percobaan:
Selasa, 22-April-2014

Disusun Oleh:
Aida Nadia (1112016200068)

Kelompok 3 Kloter I:
Wiwiek Anggraini (1112016200045)
Millah Hanifah (1112016200073)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
I. Abstrak
Telah dilakukan praktikum mengenai Kesetimbangan Fasa dengan Sistem Tiga
Komponen. Dalam hal ini bahan yang digunakan adalah kloroform, asam asetat glasial, dan
akuades. Praktikum ini bertujuan untuk menggambarkan diagram fase sistem terner dan
dapat memperhatikan menentukan letak pleit point atau titik jalin pada diagram fasenya.
Sistem terner yang dimaksud adalah sistem yang membentuk sepasang zat cair yang
bercampur sebagian yaitu campuran kloroform-air dan asam asetat. Pada praktikum ini
dilakukan pengukuran massa jenis terlebih dahulu untuk ketiga bahan tersebut.
Berdasarkan percobaan, maka didapatlah massa jenis akuades 0,988 g/ml, kloroform 1,436
g/ml, dan asam asetat glasial 1,028 g/ml.
Kata kunci : kesetimbangan fasa, sistem tiga komponen, diagram terner

II. Pendahuluan
Fasa adalah bagian yang serbasama dari suatu sistem, yang dapat dipisahkan secara
mekanik; serbasama dalam hal komposisi kimia dan sifat-sifat fisika. Jadi suatu sistem
yang mengandung cairan dan uap masing-masing mempunyai bagian daerah yang
serbasama. Dalam fasa uap kerapatannya serbasama disemua bagian pada uap tersebut.
Dalam fasa cair kerapatannya serbasama disemua bagian pada cairan tersebut, tetapi nilai
kerapatannya berbeda dengan di fasa uap. Sistem yang terdiri atas campuran wujud gas saja
hanya ada satu fasa pada kesetimbangan sebab gas selalu bercampur secara homogen.
Dalam sistem yang hanya terdiri atas wujud cairan-cairan pada kesetimbangan bisa terdapat
satu fasa atau lebih, tergantung pada kelarutannya. Padatan-padatan biasanya mempunyai
kelarutan yang lebih terbatas dan pada suatu sistem padat yang setimbang bisa terdapat
beberapa fasa padat yang berbeda. Jumlah komponen dalam suatu sistem merupakan
jumlah minimum dari spesi yang secara kimia independen yang diperlukan untuk
menyatakan komposisi setiap fasa dalam sistem tersebut. Cara praktis untuk menentukan
jumlah komponen adalah dengan menentukan jumlah total spesi kimia dalam sistem
dikurangi dengan jumlah reaksi-reaksi kesetimbangan yang berbeda yang dapat terjadi
antara zat-zat yang ada dalam sistem tersebut (Rohman, 2013 :155-156).
Pada dasarnya, suatu sistem disebut setimbang secara termodinamika jika dipenuhi
kriteria kesetimbangan termal, kesetimbangan mekanik, dan kesetimbangan material. Jika

, maka panas akan mengalir spontan dari fasa ke fasa sampai

. Jika

kerja akan mengalir spontan dari fasa ke fasa sampai

. Jika

maka zat i akan mengalir spontan dari fasa ke fasa sampai

. Fungsi
keadaan T menentukan ada tidaknya kesetimbangan termal antar fasa. Fungsi keadaan P
menentukan ada tidaknya kesetimbangan mekanik antar fasa. Fungsi keadaan
menentukan ada tidaknya kesetimbangan material antar fasa (Rohman, 2013 : 158).
Kesetimbangan : jika sebuah sistem mempunyai energi bebas minimum pada
temperatur, tekanan dan komposisi tertentu, maksudnya tidak terjadi perubahan kondisi.
Makin tinggi energi bebas, maka gerak atom pada bahan makin acak dan tidak teratur.
Secara makro : sifat-sifat sistem tidak berubah terhadap waktu maka stabil. Kesetimbangan
fase : adalah kesetimbangan pada sistem yang terdiri lebih dari 1 fase. Masing-masing fase
tidak mengalami perubahan (Daryus, 2012).
Derajad kebebasan (F) dari suatu sistem setimbang merupakan variabel intensif
independen yang diperlukan untuk menyatakan keadaan sistem tersebut. Untuk
menentukan derajad kebebasan dibutuhkan aturan fasa (Widjajanti, 2008).
Sistem tiga komponen, menurut aturan fase, derajat kebebasan diberikan oleh:
F = C P + 2
= 5 P
Dan bila tekanan dan temperatur ditetapkan, persamaan diatas menjadi:
F = 3 P
Untuk satu fase kita membutuhkan dua derajat kebebasan untuk menggambarkan sistem
secara sempurna, dan untuk dua fase dalam kesetimbangan, satu derajat kebebasan. Cara
terbaik untuk menggambarkan sistem tiga koponen adalah dengan mendapatkan suatu
kertas grafik segitiga. Konsentrasi dapat dinyatakan dalam istilah % berat atau fraksi mol.
Puncak-puncak dihubungkan ke ttik tengah dari sisi yang berlawanan, yaitu Aa, Bb, Cc.
Titik nol mulai titik a, b, c dan titik A, B, C menyatakan komposisi adalah 100% atau satu.
Jadi garis-garis Aa, Bb, Cc merupakan konsentrasi komponen A, B, C. Lebih lanjut,
segitiga adalah sama sisi, jumlah jarak-jarak garis tegak lurus dari sembarang titik dalam
segitiga ke sisi-sisi adalah konstan dan sama dengan panjang garis tegak lurus antara sudut
dan pusat dari sisi yang berlawanan, yaitu 100% atau satu (Dogra, 1990 : 473).
Diagram fasa merupakan cara mudah untuk menampilkan wujud zat sebagai fungsi
suhu dan tekanan. Contoh khas diagram fasa tiga komponen air, kloroform, dan asam
asetat. Dalam diagram fasa bahwa zat tersebut diisolasi dengan baik dan tidak ada zat lain
yang masuk maupun keluar dari sistem ini. Asam asetat lebih suka pada air dibandingka
kloroform oleh karenanya bertambahnya kelarutan kloroform dalam air lebih cepat
dibandingkan kelarutan air dalam kloroform. Penambhan asam asetat berlebih lebih lanjut
akan membawa sistem bergerak ke daerah atau satu fasa (fase tunggal). Namun demikian
saat komposisi mencapai titik a3, ternyata masih ada dua lapisan maupun sedikit. Setelah
penambahan asam asetat diteruskan, pada saat akan menjadi satu fasa yaitu pada titik P.
titik P disebut pleit point atau titik jalin yaitu semacam titik kritis (Milama, 2014 : 18).
Sistem tiga kompoen pada suhu dan tekanan tetap mempunyai jumlah derajat
kebebasan paling banyak dua, maka diagram fasa sistem ini dapat digambarkan dalam satu
bidang datar berupa suatu segitiga samasisi yang disebut diagram terner. Jumlah fasa dalam
sistem zat cair tiga kompoen tergantung pada daya saling larut antar zat cair tersebut dan
suhu percobaan. Andaikan ada tiga zat cair A, B dan C. A dan B saling larut sebagian.
Penambahan zat C kedalam campuran A dan B akan memperbesar atau memperkecil daya
saling larut A dan B. Pada percobaan ini hanya akan ditinjau sistem yang memperbesar
daya saling larut A dan B. Dalam hal ini A dan C serta B dan C saling larut sempurna.
Kelarutan cairan C dalam berbagai komposisi campuran A dan B pada suhu tetap dapat
digambarkan pada suatu diagram terner. Prinsip menggambarkan komposisi dalam diagram
terner dapat dilihat pada gambar dibawah ini (UI, 2003).




Diagram Terner (ternery diagram)
(Situmeang, 2012)

III. Material dan Cara Kerja
A. Material
Alat:
Pipet tetes (secukupnya)
Buret 50 ml
Statif dan klem 1 buah
Labu erlenmeyer 250 ml 4 buah
Gelas ukur 10 ml
Batang pengaduk
Neraca ohauss
Piknometer

Bahan:
Akuades
Kloroform (CHCl
3
)
Asam asetat glacial (CH
3
COOH)
tissu

B. Cara Kerja
a. Pengukuran massa jenis

1. Membersihkan piknometer
2. Mengukur berat kosong piknometer
3. Memasukkan air dalam piknometer sampai penuh dan kemudian
menimbangnya
4. Mengulangi kegiatan diatas dengan mengganti air dengan kloroform dan asam
asetat glasial

b. Sistem tiga komponen

1. Menyediakan buret yang bersih dan mengering (1 buah), mengisi dengan asam
asetat glasial.
2. Meyediakan labu erlenmeyer 3 buah masing-masing diisi dengan 3 ml, 4 ml,
dan 7 ml kloroform mengerjakannya satu-persatu mengingat kloroform mudah
menguap dan toksik.
3. Menambahkan masing-masing 5 ml aquades, mengocok sebentar, campuran
akan membentuk dua lapisan.
4. Menitrasi dengan asam asetat glasial sampai ke-2 lapisan membentuk satu fasa.
Mencatat volume asam asetat glasial yang ditambahkan Menitrasi sebanyak 2
kali (duplo).
5. Mengulangi untuk labu erlenmeyer kedua.
6. Membuat diagram fasa terner.






IV. Hasil Praktikum dan Pembahasan
A. Hasil Praktikum
Hasil Pengamatan:
A. Hasil Pengamatan Pengukuran Massa Jenis
Sampel Piknometer
kosong (gram)
Piknometer +
sampel
(gram)
Volume (v)
sampel
(ml)
Massa Jenis (
(g/ml)
Akuades
21,75
46,45
25
0,988
Kloroform 57,65 1,436
Asam Asetat
Glasial
47,45 1,028
Catatan:



B. Hasil Pengamatan Sistem Tiga Komponen
Volume kloroform (ml) Volume akuades (ml) Volume asam asetat
glasial (ml)
3
5
9
8,8
4
9,7
9,5
7
12,6
12

Perhitungan:
- Massa kloroform 3 ml = 1,436 g/ml x 3ml = 4,308 gram
Massa akuades 5 ml = 0.988 g/ml x 5 ml = 4,940 gram
Massa asam asetat glacial =

1,028 g/ml x 8,9 ml= 9,1492 gram



- Massa kloroform 4 ml = 1,436 g/ml x 4 ml = 5,744 gram
Massa akuades 5 ml = 0,988 g/ml x 5 ml = 4,940 gram
Massa asam asetat glacial=

1,028 g/ml x 9,6 ml = 9,8688 gram



- Massa kloroform 7 ml = 1,436 g/ml x 7 ml = 10,052 gram
Massa akuades 5 ml = 0,988 g/ml x 5 ml = 4,940 gram
Massa asam asetat glacial=

1,028g/ml x 12,3ml=12,6444 gram



%W/W = (Berat zat terlarut:x berat larutan total) x 100 %
- kloroform 3 ml :
Massa larutan total= (4,308 + 4,940 + 9,1492) = 18,3972 gram
% W/W (kloroform)= 4,308/18,3972 x 100% = 23,42 %
% W/W (akuades)= 4,940 /18,3972 x 100% = 26,85 %
% W/W (asam asetat galsial )= 9,1492/18,3972 x 100% = 49,73 %

- kloroform 4 ml :
Massa larutan total= (5,744 + 4,940 + 9,8688) = 20,5528 gram
% W/W (kloroform)= 5,744 /20,5528 x 100% = 27,95 %
% W/W (akuades)= 4,940 /20,5528 x 100% = 24.04 %
% W/W (asam asetat galsial )= 9,8688/20,5528 x 100% = 48,02 %

- kloroform 7 ml :
Massa larutan total= (10,052 + 4,940 + 12,6444) = 27,6364 gram
% W/W (kloroform)= 10,052 /27,6364 x 100% = 36,37 %
% W/W (akuades)= 4,940 /27,6364 x 100% = 17,88 %
% W/W (asam asetat galsial )= 12,6444/27,6364 x 100% = 45,75 %

%V/V= (volume zat terlarut:x volume larutan total) x 100 %
- kloroform 3 ml :
Volume larutan total= (3 + 5 + 8,9)= 16,9 gram
% V/V (kloroform)= 3/16,9 x 100% = 17,75 %
% V/V (akuades)= 5/16,9 x 100% = 29,59 %
% V/V (asam asetat galsial )= 8,9/16,9 x 100% = 52,66 %

- kloroform 4 ml :
Volume larutan total= (3 + 5 + 9,6)= 17,6 gram
% V/V (kloroform)= 3/17,6 x 100% = 17,05 %
% V/V (akuades)= 5/17,6 x 100% = 28,41 %
% V/V (asam asetat galsial )= 9,6/17,6 x 100% = 54,55 %

- kloroform 7 ml :
Volume larutan total= (3 + 5 + 12,3)= 20,3 gram
% V/V (kloroform)= 3/20,3 x 100% = 14,78 %
% V/V (akuades)= 5/20,3 x 100% = 24,63 %
% V/V (asam asetat galsial )= 12,3/20,3 x 100% = 60.59 %

C. Grafik Diagram Terner Hasil Percobaan

B. Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan mengenai kesetimbangan fasa
dengan sistem tiga komponen. Sebelum dilakukan sistem tiga komponen, terlebih
dahulu dilakukan penentuan massa jenis dari tiap larutan dengan digunakannya alat
piknometer untuk dapat diketahui massa jenis larutannya. Piknometer yang telah
dibersihkan dan dikeringkan, hal ini bertujuan untuk menghilangkan semua zat yang
kemungkinan masih terdapat di dalamnya. Dari hasil pengamatan, didapatlah massa
jenis ketiga bahan yang akan di uji coba, yaitu: massa jenis akuades 0,988 g/mL, massa
jenis kloroform 1,436 g/ml, dan asam asetat glasial 1,028 g/ml.
Dalam percobaan sistem tiga komponen digunakan tiga komponen bahan yang
memiliki sifat berbeda-beda, akuades bersifat polar, kloroform bersifat nonpolar, dan
asam asetat glasial yang bersifat semi polar. Ketiga zat ini digunakan karena hanya
akan bercampur sebagian. Ketika kloroform dicampur dengan akuades maka akan
terbentuk dua lapisan yaitu air yang bersifat polar berada di bagian atas sedangkan
kloroform di bagian bawah, karena massa jenis air lebih rendah dari kloroform jadi air
berada pada lapisan atas. Campuran ini kemudian dititrasi dengan asam asetat glasial
agar larutan menjadi satu fasa, namun awalnya terbentuk larutan keruh yang kemudian
menjadi tidak berwarna kembali dan tidak terlihat adanya lapisan pemisah antara kedua
zat. Kekeruhan pada akhir titrasi terjadi karena air dapat campur seluruhnya dengan
asam asetat, sedangkan kloroform dan air hanya campur sebagian. Campur sebagian
antara air dan kloroform ini akan membentuk suatu lapisan yang menyebabkan
timbulnya kekeruhan, dengan tercampurnya zat dapat dilihat dari batas larutan yang
menghilang. Titrasi kedua zat tersebut dapat dihentikan ketika campuran zat menjadi
satu fasa, penyebab kloroform larut menjadi satu fasa dengan air karena asam asetat
glasial bersifat semipolar sehingga dapat mencampurkan dua jenis larutan yang berbeda
sifat menjadi satu fasa. Semakin banyak volume kloroformnya maka semakin banyak
asam asetat glasial yang dibutuhkan untuk menitrasi larutan agar menjadi satu fasa. Hal
itu disebabkan karena semakin banyak kloroform maka semakin banyak juga asam
asetat yang dibutuhkan untuk melarutkannya.

V. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan:
Massa jenis akuades 0,988 g/mL, massa jenis kloroform 1,436 g/ml, dan asam asetat
glasial 1,028 g/ml.
Semakin banyak volume kloroform maka semakin banyak pula volume asam asetat
gliseral yang dibutuhkan untuk menitrasi kloroform.
Asam asetat bersifat semi polar, akuades bersifat polar, dan kloroform bersifat
nonpolar.
Karena asam asetat glasial yang bersifat semi polar maka ia berfungsi untuk melarutkan
kloroform dengan air.

VI. Referensi
Dogra, S.K. 1990. Kimia Fisik dan Soal-soal. Jakarta: UI-Press.
Milama, Burhanudin. 2014. Panduan Praktikum Kimia Fisika 2. Jakarta: UIN P.IPA
FITK-Press.
Rohman, I dan Mulyani, S. 2013. Kimia Fisika I. Bandung: UPI-Press.
Daryus, A. 2012. http://ft.unsada.ac.id/wp-content/uploads/2012/06/bab5-mt.pdf . Diakses
pada tanggal 26 April 2014 Pukul 15:01 WIB.
Situmeang, R. 2012. http://www.scribd.com/doc/82025667/Kimfis-2-Kesetimbangan-Fasa-
Tugas-Makalah#download . Diakses pada tanggal 26 April 2014 Pukul 15:21 WIB.
Universitas Indonesia. 2003.
http://staff.ui.ac.id/system/files/users/setijo.bismo/material/panduankimiafisika.pdf .
Diakses pada tanggal 26 April 2014 Pukul 15:03 WIB.
Widjajanti, E. 2008. http://staff.uny.ac.id/system/files/pengabdian/endang-widjajanti-lfx-
ms-dr/kesetimbangan-fasa.pdf . Diakses pada tanggal 26 April 2014 Pukul 15:02
WIB.

Anda mungkin juga menyukai