Anda di halaman 1dari 5

Mulai 1 Januari 2014 sistem Jaminan Sosial terbaru atau JKN (Jaminan Kesehatan

Nasional) resmi diberlakukan. Namun masih banyak warga yang belum tahu apa itu
BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) Kesehatan dan JKN. Berikut ini adalah
pertanyaan-pertanyaan dari warga yang masih bingung soal JKN dan BPJS seperti
dikutip dari liputan6.com.

1. Apa itu JKN dan BPJS Kesehatan dan apa bedanya?
JKN merupakan program pelayanan kesehatan terbaru yang merupakan kepanjangan
dari Jaminan Kesehatan Nasional yang sistemnya menggunakan sistem asuransi.
Artinya, seluruh warga Indonesia nantinya wajib menyisihkan sebagian kecil uangnya
untuk jaminan kesehatan di masa depan.

Bagaimana dengan rakyat miskin? Tidak perlu khawatir, semua rakyat miskin atau PBI
(Penerima Bantuan Iuran) ditanggung kesehatannya oleh pemerintah. Sehingga tidak
ada alasan lagi bagi rakyat miskin untuk memeriksakan penyakitnya ke fasilitas
kesehatan.

Sementara BPJS adalah singkatan dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. BPJS ini
adalah perusahaan asuransi yang kita kenal sebelumnya sebagai PT Askes. Begitupun
juga BPJS Ketenagakerjaan merupakan transformasi dari Jamsostek (Jaminan Sosial
Tenaga Kerja).

Antara JKN dan BPJS tentu berbeda. JKN merupakan nama programnya, sedangkan
BPJS merupakan badan penyelenggaranya yang kinerjanya nanti diawasi oleh DJSN
(Dewan Jaminan Sosial Nasional).

2. Siapa saja saja peserta JKN?
Sesuai Undang-undang Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
(SJSN), dengan adanya JKN, maka seluruh masyarakat Indonesia akan dijamin
kesehatannya. Dan juga kepesertaanya bersifat wajib tidak terkecuali juga masyarakat
tidak mampu karena metode pembiayaan kesehatan individu yang ditanggung
pemerintah.

3. Berapa iuran untuk Karyawan, PNS, TNI/POLRI, pedagang, investor, pemilik
usaha atau perusahaan atau pihak yang bukan Penerima Bantuan Iuran ?
Sesuai Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2013 jenis Iuran dibagi menjadi:
- Iuran Jaminan Kesehatan bagi penduduk yang didaftarkan oleh Pemerintah daerah
dibayar oleh Pemerintah Daerah (orang miskin dan tidak mampu).
- Iuran Jaminan Kesehatan bagi peserta Pekerja Penerima Upah (PNS, Anggota
TNI/POLRI, Pejabat Negara, Pegawai pemerintah non pegawai negeri dan pegawai
swasta) dibayar oleh Pemberi Kerja yang dipotong langsung dari gaji bulanan yang
diterimanya.
- Pekerja Bukan Penerima Upah (pekerja di luar hubungan kerja atau pekerja mandiri)
dan Peserta bukan Pekerja (investor, perusahaan, penerima pensiun, veteran, perintis
kemerdekaan, janda, duda, anak yatim piatu dari veteran atau perintis kemerdekaan)
dibayar oleh Peserta yang bersangkutan.

Untuk jumlah iuran Jaminan Kesehatan bagi Peserta Pekerja Penerima Upah yang
terdiri atas PNS, Anggota TNI, Anggota Polri, Pejabat Negara, dan Pegawai Pemerintah
Non Pegawai Negeri akan dipotong sebesar 5 persen dari gaji atau Upah per bulan,
dengan ketentuan 3 persen dibayar oleh pemberi kerja, dan 2 persen dibayar oleh
peserta.

Tapi iuran tidak dipotong sebesar demikian secara sekaligus. Karena secara bertahap
akan dilakukan mulai 1 Januari 2014 hingga 30 Juni 2015 adalah pemotongan 4 persen
dari Gaji atau Upah per bulan, dengan ketentuan 4 persen dibayar oleh Pemberi Kerja
dan 0,5 persen dibayar oleh Peserta.

Namun mulai 1 Juli 2015, pembayaran iuran 5 persen dari Gaji atau Upah per bulan itu
menjadi 4 persen dibayar oleh Pemberi Kerja dan 1 persen oleh Peserta.

Sementara bagi peserta perorangan akan membayar iuran sebesar kemampuan dan
kebutuhannya. Untuk saat ini sudah ditetapkan bahwa:
- Untuk mendapat fasilitas kelas I dikenai iuran Rp 59.500 per orang per bulan
- Untuk mendapat fasilitas kelas II dikenai iuran Rp 42.500 per orang per bulan
- Untuk mendapat fasilitas kelas III dikenai iuran Rp 25.500 per orang per bulan

Pembayaran iuran ini dilakukan paling lambat tanggal 10 setiap bulan dan apabila ada
keterlambatan dikenakan denda administratif sebesar 2 persen dari total iuran yang
tertunggak paling banyak untuk waktu 3 (tiga) bulan. Dan besaran iuran Jaminan
Kesehatan ditinjau paling lama dua tahun sekali yang ditetapkan dengan Peraturan
Presiden.

4. Fasilitas apa saja yang didapat jika ikut JKN?
A. Untuk peserta PBI (Penerima Bantuan Iuran)
- Pekerja penerima upah ( PNS, Anggota TNI/POLRI, Pejabat Negara, Pegawai
Pemerintah non Pegawai Negeri dan Pegawai Swasta, akan mendapatkan pelayanan
kelas I dan II
- Pekerja bukan penerima upah (Pekerja di luar hubungan kerja atau pekerja mandiri,
karyawan swasta) akan mendapatkan pelayanan kelas I, II dan III sesuai dengan premi
dan kelas perawatan yang dipilih.
- Bukan pekerja (investor, pemberi kerja, penerima pensiun, veteran, perintis
kemerdekaan serta janda, duda, anak yatim piatu dari veteran atau perintis
kemerdekaan. Termasuk juga wirausahawan, petani, nelayan, pembantu rumah tangga,
pedagang keliling dan sebagainya) bisa mendapatkan kelas layanan kesehatan I, II, dan
III sesuai dengan premi dan kelas perawatan yang dipilih.

B. Penerima Bantuan Iuran (PBI)
Orang yang tergolong fakir miskin dan tidak mampu yang dibayarkan preminya oleh
pemerintah mendapatkan layanan kesehatan kelas III

5. Apakah sistem pelayanan BPJS misalnya mengurus obat bisa lama dan
dilempar sana-sini?
Direktur Kepersertaan BPJS, Sri Endang Tidarwati mengatakan bahwa sistem
pelayanan BPJS akan lebih baik karena didukung oleh SDM yang banyak dan terlatih.
Sementara bila semua data lengkap dan seluruh isian dalam formulir sudah terisi
dengan baik, pihak BPJS (Badan penyelenggara Jaminan Sosial) mengklaim prosedur
pendaftaran menjadi peserta JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) cukup 15 menit.

6. Apakah tenaga kesehatan akan bersikap ramah terhadap peserta JKN?
Menteri Kesehatan menyampaikan, bila ada satu RS yang dokternya galak, maka
pasien ini boleh pindah ke RS yang memiliki dokter yang ramah dan melayani dengan
baik. Menkes mengatakan, lama-lama jumlah pasien di dokter galak tersebut akan
berkurang. Sementara dokter yang melayani dengan baik dan gembira, jumlah pasien
dan pendapatannya meningkat.

7. Manfaat dan layanan apa saja yang didapat peserta JKN?
Manfaat JKN mencakup pelayanan pencegahan dan pengobatan termasuk pelayanan
obat dan bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan medis. Seperti misalnya
untuk pelayanan pencegahan (promotif dan preventif), peserta JKN akan mendapatkan
pelayanan:
- Penyuluhan kesehatan, meliputi paling sedikit penyuluhan mengenai pengelolaan
faktor risiko penyakit dan perilaku hidup bersih dan sehat.
- Imunisasi dasar, meliputi Baccile Calmett Guerin (BCG), Difteri pertusis tetanus dan
Hepatitis B (DPT-HB), Polio dan Campak.
- Keluarga Berencana, meliputi konseling, kontrasepsi dasar, vasektomi dan tubektomi
- Skrining kesehatan diberikan secara selektif yang ditujukan untuk mendeteksi risiko
penyakit dan mencegah dampak lanjutan dari risiko penyakit tertentu.
- Jenis penyakit kanker, bedah jantung, hingga dialisis (gagal ginjal).

8. Alur pembuatan kartu BPJS Kesehatan seperti apa?
Direktur Pelayanan PT Askes Fadjriadinur mengatakan bahwa Anda bisa datang ke
kantor BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) kemudian melakukan hal berikut:
1. Mengisi formulir pendaftaran
2. Pembayaran premi
Anda akan diberikan virtual account atau kode bank untuk pembayaran premi pertama
yang bisa dilakukan melalui ATM atau bank terdekat yang saat ini sudah bekerjasama
yaitu bank BRI, BNI dan Mandiri.

Untuk biaya premi peserta mandiri dengan perawatan kelas 3, sebulan hanya Rp 25.500
per orang, untuk perawatan kelas II sebulan Rp 42.500 per orang dan perawatan kelas I
sebesar Rp 50.000 per orang.
Adapun besaran premi pada kelompok pekerja sebesar 5 persen dari gaji pokoknya, 2
persen dibayarkan oleh yang bersangkutan dan 3 persen dibayarkan oleh perusahaan
tempat pekerja bekerja.

3. Mendapat kartu BPJS Kesehatan yang berlaku di seluruh Indonesia
Setelah membayar premi, nantinya Anda akan mendapat kartu BPJS Kesehatan yang
menjadi bukti bahwa Anda merupakan peserta JKN. Saat ini fasilitas kesehatan yang
dimiliki pemerintah otomatis melayani JKN. Sementara fasilitas kesehatan milik swasta
yang dapat melayani JKN jumlahnya terus bertambah. Hanya tinggal sekitar 30 persen
saja yang belum bergabung.

9. Bagaimana dengan fasilitas kesehatan swasta?
Pemerintah dan pemerintah daerah dapat memberikan kesempatan kepada swasta
untuk berperan serta memenuhi ketersediaan fasilitas kesehatan dan penyelenggaraan
pelayanan kesehatan.

10. Bagaimana alur pelayanan kesehatan, katanya tidak boleh langsung ke rumah
sakit?
- Untuk pertama kali setiap peserta terdaftar pada satu fasilitas kesehatan tingkat
pertama (Puskesmas) yang ditetapkan oleh BPJS Kesehatan setelah mendapat
rekomendasi dinas kesehatan kabupaten/kota setempat.
- Dalam jangka waktu paling sedikit 3 (tiga) bulan selanjutnya peserta berhak memilih
fasilitas kesehatan tingkat pertama yang diinginkan.
- Peserta harus memperoleh pelayanan kesehatan pada fasilitas kesehatan tingkat
pertama tempat peserta terdaftar, kecuali berada di luar wilayah fasilitas kesehatan
tingkat pertama tempat peserta terdaftar atau dalam keadaan kegawatdaruratan medis.

Direktur Pelayanan PT Askes Fadjriadinur menambahkan, bila sudah aktif menjadi
peserta, alur pelayanan menggunakan pola rujukan berjenjang yang dimulai dari sistem
layanan primer hingga tersier.
Ia mengatakan, layanan primer terdiri atas Puskemas, klinik dokter pribadi serta klinik
pratama (klinik swasta). Jadi nanti setiap orang mulai berobat dari sistem layanan primer
dulu sehingga menghindari penumpukkan di satu rumah sakit. Khusus untuk keadaan
darurat seperti kecelakaan atau penyakit yang tidak bisa ditangani di layanan primer,
bisa langsung ke rumah sakit.

11. Siapa yang menjamin program JKN akan berlangsung baik tanpa korupsi?
Pengawasan terhadap BPJS dilakukan secara eksternal dan internal. Secara eksternal,
pengawasan akan dilakukan oleh DJSN (Dewan Jaminan Sosial Nasional) dan
Lembaga pengawas independen. Dan secara internal, BPJS akan diawasi oleh dewan
pengawas satuan pengawas internal.

12. Bagaimana jika terjadi kelebihan atau kekurangan iuran?
- BPJS Kesehatan menghitung kelebihan atau kekurangan iuran jaminan kesehatan
sesuai dengan gaji atau upah peserta.
- Dalam hal terjadi kelebihan atau kekurangan pembayaran iuran sebagaimana
dimaksud, BPJS Kesehatan memberitahukan secara tertulis kepada pemberi kerja dan
atau peserta selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari sejak diterimanya iuran.
- Kelebihan atau kekurangan pembayaran iuran diperhitungkan dengan pembayaran
iuran bulan berikutnya.

13. Bila peserta tidak puas dengan pelayanan yang diberikan, kemana harus
mengadu?
Bila peserta tidak puas terhadap pelayanan jaminan kesehatan yang diberikan oleh
fasilitas kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, maka peserta dapat
menyampaikan pengaduan kepada penyelenggara pelayanan kesehatan dan atau
BPJS Kesehatan. Atau dapat langsung datang ke posko BPJS di kota dan desa. Ada
juga hotline servis BPJS di nomor kontak 500-400.
(KF-Vey)

Anda mungkin juga menyukai