1000
v yang dititrasi
fp
fp = faktor pengenceran
3. Menetapkan kadar Cl
-
dengan metode Fajans
a. Ambil 10 ml sampel dan masukkan dalam erlenmeyer.
b. Tambahkan 10 tetes indikator fluoresein, atur pH 7-8, panaskan
Laboratorium Dasar Teknik Kimia I 10
sampai 80C. (atau tambahkan dekstrin)
c. Titrasi dengan AgNO
3
sampai timbul warna merah muda pertama yang
tak hilang pada pengocokan. Catat kebutuhan titran.
Perhitungan : Cl (ppm) =
V.NAg NO
3 .
BM Cl
1000
v yang dititrasi
fp
fp = faktor pengenceran
Laboratorium Dasar Teknik Kimia I 11
BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Percobaan
IV.1.1 Standarisasi AgNO
3
dengan NaCl 0,05N
V AgNO
3
= 5,4 ml
N AgNO
3
=
V.NNaCl
V AgNO 3
=
10 x 0,05
5,4
= 0,0926 N
IV.1.2 Penetapan Kadar Cl
-
dengan Metode Mohr (sampel I)
No. Praktikan V AgNO
3
(ml) Cl
-
(ppm)
1. Sherly Zagita Listyani 1,6 491,54
2. Rizky Adhi Prabowo 1,8 552,98
3. Raden Nugroho Hutomo 2 614,42
Tabel 4.1 Tabel Hasil Percobaan sampel I
Rata-rata kadar Cl
-
=
491,54+552,98+614,42
3
= 552,98 ppm
Kadar Cl
-
teoritis = 710 ppm
Presentase eror =
710552,98
710
x100% = 22%
IV.1.3 Penetapan Kadar Cl
-
dengan Metode Fajans (sampel II)
No. Praktikan V AgNO
3
(ml) Cl
-
(ppm)
1. Sherly Zagita Listyani 2,9 882,43
2. Rizky Adhi Prabowo 3 912,86
3. Raden Nugroho Hutomo 3,1 948,28
Tabel 4.2 Tabel Hasil Percobaan sampel II
Rata-rata kadar Cl
-
=
882,43+912,86+948,28
3
= 914,52 ppm
Kadar Cl
-
teoritis = 887,5 ppm
Presentase eror =
887,5914,52
887,5
x100% = 2,85%
IV.2 Pembahasan
IV.2.1 Metode Mohr
Laboratorium Dasar Teknik Kimia I 12
Kadar Cl
-
yang ditemukan pada sampel I dengan metode Mohr adalah
552,98 ppm, lebih kecil dari kadar teoritis yaitu sebesar 710 ppm. Hal ini
dikarenakan pH yang terlalu asam atau basa. Seharusnya, titrasi Mohr dilakukam
pada ph 7-9. Karena kadar yang didapatkan lebih kecil/tidak sesuai, maka dapat
dikatakan bahwa pada saat titrasi, sampel yanng diujidalam keadaan pH di luar 7-9.
Bila pH berada di kisaran 7-9 seharusnya hasil yang didapat jauh lebih akurat.
Jika pH terlalu kecil/asam, maka kesetimbangan kromat dikromat akan
menurunkan kepekaan [CrO
4
2-
] sehingga menghambat pengendapan AgCrO
4
. Dalam
suasana asam akan terjadi reaksi : 2CrO
4
2-
+ 2H
+
Cr
2
O
7
2-
+H
2
O
Jika pH terlalu tinggi/basa, maka akan membentuk endapan Ag
2
O.
Dalam larutan basa akan terjadi reaksi : Ag
+
+ OH
-
2AgOH Ag
2
O +H
2
O
Dalam larutan asam, jumlah[CrO
4
2-
] turun sehingga hanya HCrO
4
-
yang terionisasi karena reaksi akan berlangsung sebagai berikut :
CrO
4
2-
+ 2H
+
2HCrO
4
-
Cr
2
O
7
2-
+H
2
O
Jika [CrO
4
2-
] terlalu rendah, akan memerlukan [Ag
+
] berlebih untuk
mengendapkan Ag
2
CrO
4
.
Gambar 4.1. Hubungan antara volume titran (AgNO
3
) dan pCa pada sampel I
0
1
2
3
4
5
6
0 0,5 1 1,5 2 2,5
p
C
l
Volume AgNO3 (ml)
Grafik
p Cl vs V AgNO3
sampel I (Mohr)
p Cl Kadar asli
p Cl Kadar ditemukan
Laboratorium Dasar Teknik Kimia I 13
IV.2.2 Metode Fajans
Kadar Cl
-
yang ditemukan pada sampel II dengan metode Fajans
adalah sebesar 914,52 ppm, lebih besar dibanding kadar teoritisnya yang sebesar
887,5 ppm. Pada metode Fajans ini, partikel-partikel koloid dan AgCl bermuatan
negatif akibat adanya ion Cl
-
dari larutan sebelum titik ekivalen. Partikel-partikel ini
menarik ion postif dari larutan untuk membentuk lapisan sekunder yang lebih
longgar keadaannya. Pada titik ekivalen, AgCl menngental menjadi partikel-partikel
yang lebih besar dan hal ini akan mengurangi permukaan yang tersedia untuk
adsorbsi dari indikator, di mana dalam kasus ini ion-ion FI
-
tidak dapat tertarik ke
permukaan partikel-partikel bermuatan positif secara optimal. Hal ini lah yang
menyebabkan kadar yang ditemukan lebih besar dibandingkan kadar teoritisnya.
Gambar 4.2. Grafik hubungan antara volume titran (AgNO
3
) dan pCa pada sampel II
IV.2.3 Aplikasi Argentometri dalam Dunia Industri
a) Analisis Kandungan Klorida pada Limbah Cair
Limbah cair adalah cairan yang tidak terpakai lagi dan merupakan hasil
dari suatu produksi atau kegiatan manusia. Salah satu zat kimia yang terkandung di
dalam air dan air limbah adalah klorida yang bersifat toksik terhadap lingkungan.
Untuk itu perlu dilakukan analisis klorida menggunakan metode argentometri. Pada
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
4,5
5
0 1 2 3 4
p
C
l
Volume AgNO3 (ml)
Grafik
p Cl vs V AgNO3
sampel II (Fajans)
p Cl Kadar asli
p Cl Kadar ditemukan
Laboratorium Dasar Teknik Kimia I 14
metode argentometri digunakan metode titrasi yang menggunakan AgNO
3
dan
indikator K
2
CrO
4
.
b) Analisis Kandungan Klorida dalam Air Minum Isi Ulang
Klorida dalam bentuk Cl
-
adalah anion anorganik yang banyak terdapat
dalam air. Adanya klorida dalam air minum dapat menyebabkan adanya gangguan
pada sifat fisis air, gangguan pipa logam, dan gangguan kesehatan. Kadar klorida
dalam air minum isi ulang ditetapkan dengan metode argentometri Mohr yaitu
dengan menggunakan larutan standar AgNO
3
dan indikator K
2
CrO
4
. Titik akhir
titrasi ditandai dengan terbentuknya endapan warna merah bata Ag
2
CrO
4
. Hasil
pemeriksaan yang telah dilakukan di laboratorium analisis makanan dan minuman
menunjukkan bahwa kandungan klorida yang ada dalam air minum isi ulang
memenuhi persyaratan.
c) Analisis Kandungan Klorida dalam Air Hasil Industri Sabun
Air limbah hasil industri sabun memiliki kandungan klorida yang
cukup tinggi sehingga diperlukan analisis kadar klorida. Natrium klorida dalam
pembuatan sabun berfungsi untuk mengendapkan sabun dari campuran reaksi.
Laboratorium Dasar Teknik Kimia I 15
BAB V
PENUTUP
V.1 Simpulan
1. Kadar Cl
-
yang ditemukan pada sampel I dengan metode Mohr adalah 552,98
ppm, lebih rendah dari kadar teoritisnya yang sebesar 710 ppm dengan persen
eror 30% karena pH terlalu asam atau basa.
2. Kadar Cl
-
yang ditemukan pada sampel II dengan metode Fajans adalah
914,552 ppm, lebih besar dari kadar teoritisnya yang sebesar 887,5 ppm
dengan persen eror 0,5% karena ion dari FI
-
tidak dapat tertarik ke permukaan
partikel-partikel bermuatan positif.
3. Argentometri dapat digunakan dalam analisis klorida pada limbah cair,
analisis kandungan klorida dalam air minum isi ulang, dan penetapan kadar
klorida pada air hasil industri sabun.
V.2 Saran
1. Pertahankan pH sampel agar tetap 7-9.
2. Usahakan partikel-partikel AgCl tidak mengental menjadi partikel-partikel
yang lebih besar.
Laboratorium Dasar Teknik Kimia I 16
DAFTAR PUSTAKA
Agung, Titis Utami.2009. dikutip dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/13905/1/09502375.pdf diakses pada
14 November 2013 pukul 16.40
Anonim.2012. dikutip dari http://fly.cantabile.blogspot.com/2012/05/v-
behaviour/defaultvmlo.05.html diakses pada 14 November 2013 pukul 11.20
Anonim.2013. dikutip dari http://www.slideshare.net/IMur/Argentometri diakses
pada 14 November 2013 pukul 13.00
Perry,R.H. dan C.H.Dikson.1985.Chemical Engineering Handbook 6th ed.New York
: MC Graw Hill Book Company.Inc
Susanti, Lina dan veronica Renny H.2012. dikutip dari
http://kimiateknologi.setiabudi.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&
id=127:analisis-kandungan-klorida-dalam-air-minum-isi-ulang-secara-argentometri-
mohr-di-kelurahan-sewu&catid=75:nomor-02-juni-2010 diakses pada 14 November
2013 pukul 12.17
Underwood, A.I. and Day R.A..1983.Analisis Kimia Kuantitatif 5th ed.
Diterjemahkan oleh R.Soendoro.Jakarta:Erlangga
Vogel A.I.Buku Teks Anorganik Kualitatif Makro dan Semimakro. Diterjemahkan
oleh Ir. Sutiono dan Dr. A. Hadyono Pudjaatmaka.Jakarta : Penertbit PT Kalman
Media Pustaka
Laboratorium Dasar Teknik Kimia I 17
INTISARI
Pengendapan merupakan metode yang amat berharga dalam memisahkan suatu
sampel menjadi komponen-komponennya. Proses yang dilibatkan adalah proses dimana
suatu zat yang akan dipisahkan digunakan untuk membentuk endapan padat. Gravimetri
adalah analisis yang menggunakan reaksi pengendapan.
Analisis gravimetri adalah suatu metode pengukuran berat dengan memisahkan
analit dari semua komponen lainnya sehingga dapat ditentukan kadar suatu zat dengan
menggunakan faktor gravimetri. Suatu analisis gravimetri biasanya berdasarkan reaksi : aA
+ bB AaBb dengan ketentuan a molekul A bereaksi dengan b molekul B. Persyaratan
yang harus dipenuhi dalam metode gravimetri adalah pemisahan harus sempurna dan zat
yang ditimbang harus murni.
Alat yang digunakan pada percobaan adalah kertas saring whatman, beaker glass,
corong, gelas ukur, dan pipet tetes. Cara yang harus dilakukan adalah menimbang kertas
saring whatman dan menggunakannya untuk menyaring sampel. Lakukan pencucian pada
kertas saring whatman dengan H
2
SO
4
encer setiap kali selesai menyaring. Tahap terakhir
adalah mengeringkan kertas saring whatman lalu ditimbang. Selisih berat kertas saring
awal dengan berat setelah dilakukan penyaringan adalah massa analit.
Dari percobaan ditemukan bahwa berat analit adalah 0,09 gram. Konsentrasi analit
yang ditemukan adalah 4208 ppm, sedangkan konsentrasi teoritisnya adalah sebesar 10000
ppm. Persen eror pada percobaan ini mencapai 57,92%. Penyebab kadar yang ditemukan
lebih kecil adalah karena sulfat yang mudah tereduksi oleh karbon, pembakaran kurang
sempurna, pencucian kurang sempurna, dan terjadinya peptisasi.
. Berdasarkan hasil percobaan, dapat kami simpulkan bahwa kadar kadar Ba
2+
yang
ditemukan lebih kecil dari seharusnya. Penyebabnya adalah karena asam sulfat yang mudah
tereduksi oleh karbon, terjadinya peptisasi, dan pencucian yang kurang sempurna. Sebagai
saran, jangan terlalu banyak menambah H
2
SO
4
0,1N pada sampel karena sedikit saja sudah
membentuk endapan. Lakukan penyaringan sebanyak mungkin agar larutan yang disaring
benar-benar murni, dan lakukan pengeringan kertas saring dengan sempurna agar tidak
terlalu panas sehingga kertas saring hangus.
Laboratorium Dasar Teknik Kimia I 18
SUMMARY
Deposition is a very valuable method of separating a sample into its components.
The involved process is the process whereby a substance to be separated is used to form a
solid precipitate. Gravimetric is an analysis which using precipitation reactions.
Gravimetric analysis is a method of weight measurement by separating the analyte
from all other components so that the levels of a substance can be determined by using
gravimetric factors. A gravimetric analysis is usually based on the reaction: aA + bB
AaBb with the provisions of a molecule A reacts with b molecule B. Requirements that must
be met in the gravimetric method is the separation must be perfect and pure substances
should be weighed.
The tools used in the experiment is whatman filter paper, glass beaker, funnel,
measuring cup, and a Pasteur pipette. How to do is weigh the whatman filter paper and use
it to filter the sample. Perform washing the filter paper whatman with dilute H
2
SO
4
after
each filter. The last stage is to dry Whatman filter paper and weighed. Difference in weight
of the filter paper with the weight after the initial screening is the mass of analyte.
From the experiments it was found that the weight of the analyte is 0.09 grams.
Analyte concentration found was 4208 ppm, while the concentration of 10000 ppm is
theoretical. Percent error in this experiment reached 57.92%. The cause of the levels found
are smaller due to the easy sulfate reduced by carbon, imperfect combustion, leaching less
than perfect, and the peptizing.
Based on the experimental results, we can conclude that the Ba
2+
concentration
levels were found to be smaller than it should be. The reason is because sulfuric acid is
easily reduced by carbon, the peptizing, and leaching is less than perfect. As a suggestion,
do not add too much H
2
SO
4
0.1 N in the sample, because little has been formed precipitate.
Perform filtering as much as possible so that the solution is filtered completely pure, and do
a perfect drying with filter paper that is not too hot so that the filter paper hangus.Penyebab
found lower levels is due to the easy sulfate reduced by carbon, burning less than perfect,
less leaching perfect, and the peptizing.
Laboratorium Dasar Teknik Kimia I 19
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Pengendapan merupakan metode yang sangat berharga dalam
memisahkan suatu sampel menjadi komponen-komponennya. Proses yang
dilibatkan adalah proses dimana zat yang akan dipisahkan digunakan untuk
membentuk suatu endapan padat.
Reaksi pengendapan telah digunakan secara meluas dalam kimia
analitis, khususnya dalam metode argentometri dan gravimetri. Gravimetri
juga merupakan bagian dari analisa kuantitatif yang berhubungan dengan
pengukuran berat dengan memisahkan analis dari semua komponen lainnya
sehingga dapat ditentukan kadar suatu zat. Di samping zat-zat anorganik,
senyawa organik juga telah dianalisis dengan teknik gravimetri, sebagai
contohnya penetapan kadar kolesterol dalam sereal dan laktosa dalam produk
susu.
I.2 Tujuan Percobaan
Menentukan kadar Ba
2+
dalam sampel.
I.3 Manfaat Percobaan
Dapat mengetahui kadar Ba
2+
dalam suatu sampel dengan prosedur
gravimetri.
Laboratorium Dasar Teknik Kimia I 20
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Landasan Teori yang Mendukung
Analisa gravimetri adalah suatu metode pengukuran berat dengan
memisahkan analit dari semua komponen lainnya sehingga dapat ditentukan
kadar suatu zat dengan menggunakan faktor gravimetri. Suatu analisa
gravimetri biasanya berdasarkan reaksi:
aA + bB AaBb
Dengan ketentuan a adalah analit A bereaksi dengan b molekul B.
Hasil AaBb biasanya merupakan zat dengan kelarutan kecil sehingga dapat
ditimbang dalam bentuk itu setelah dikeringkan atau dibakar menjadi
senyawa lain yang susunannya diketahui dan kemudian ditimbang. Suatu
pereaksi B ekses biasanya ditambahkan untuk menekan kelarutan endapan,
contohnya pada penentuan Ca
2+
.
Ca
2+
+C
2
O
4
2-
CaC
2
O
4
CaC
2
O
4
CaO + CO
2
+ CO
Persyaratan yang harus dipenuhi dalam metode gravimetri adalah:
1) Pada pemisahan harus cukup sempurna sehingga kuantitas analit yang tidak
mengendap secara analit tidak ditentukan.
2) Zat yang ditimbang harus punya susunan tertentu dan harus murni. Jika tidak
hasil tidak dapat diperoleh.
II.2 Aplikasi Analisa Gravimetri
Gravimetri dapat dilakukan terhadap zat-zat organik seperti
penentuan kolesterol pada padi-padian. Selain itu analisa unsur dan senyawa
organik biasanya juga dilakukan dengan cara ini. Misalnya C dalam senyawa
organik dapat ditentukan dengan membakar sampel dalam oksigen dan
menyerap CO
2
dan H
2
O yang dihasilkan pada absorpsi yang cocok. Tabung
absorbsi ditimbang sebelum dan sesudah pembakaran untuk memperoleh CO
2
dan H
2
O yang dihasilkan.
II.3 Keuntungan Gravimetri
Laboratorium Dasar Teknik Kimia I 21
Walaupun gravimetri telah digantikan dari segi rutinnya dengan
instrumental, namun gravimetri sebenarnya lebih cepat dan teliti daripada
instrumen yang perlu dikalibrasi. Alat pada umumnya memberikan hanya
pengukuran relatif dan harus dikalibrasi atas dasar cara gravimetri atau
titimetri klasik. Jika analit merupakan suatu konstata pertama (> 1%)
ketelitian dari berbagai bagian perseribu dapat diharapkan, jika contoh tak
terlalu kompleks. Jika analit minoritas kurang dari 1%, cara gravimetri
biasanya tidak digunakan.
II.4 Teori Kopresipitasi, Peptisasi, Post Presipitasi
Kopresipitasi adalah proses membawa serta turun suatu zat yang
biasanya terlarut sewaktu pengendapan dari endapan yang dikehendaki.
Misalkan ion nitrat pada pengendapan barium sulfat menyebabkan endapan
mengandung barium nitrat sehingga dikatakan nitratnya mengalami
kopresipitasi dengan sulfat atau akibat adsorpsi ion ketika proses
pengendapan. Pada kejadian ini zat penyebab ketidakmurnian masuk ke
dalam sisi kristal dan ion-ion yang terserap terseret ke bawah pada waktu
koagulasi.
Prosedur yang digunakan untuk mengurangi kopresipitasi:
1. Cara penentuan 2 pereaksi ini dapat digunakan untuk mengendalikan
konsentrasi zat pengatur dan muatan listrik yang dibawa oleh partikel
primer endapan dalam dikendalikan dengan menggunakan pH yang
sesuai.
2. Pemuaian dengan gumpalan dan gelatin harus dengan larutan
elektrolit dalam larutan pencuci untuk menghindari presipitasi.
3. Pencemaran ini merupakan manfaat besar endapan kristalin, manfaat
yang cukup besar bagi endapan bergumpal tetap tidak digunakan
untuk gelatin.
4. Pengendapan ulang apabila endapan dengan mudah dapat dilarutkan
kembali terutama untuk oksidasi hidrolisi dan garam kristalin asam
lemak.
Laboratorium Dasar Teknik Kimia I 22
5. Pemisahan zat pengotor dapat dipisahkan/ sifat kimianya diubah
dengan suatu pencuci sebelum endapan terbentuk.
Penggunaan persyaratan yang menuju ke partikel lebih besar, yaitu
jika pengendapan cukup perlahan.
II.5 Fisis dan chemist
H2SO4
Fisis :
Berat molekul = 98,08 gr/mol
Berat jenis = 1,83 gr/cc
Titik didih = 3400C
Titik leleh = 10,440C
Kelarutan dalam 100 bagian air dingin = 80
Kelarutan dalam 100 bagian air panas = 59
Chemist :
Merupakan asam kuat
Jika ditambah basa membentuk garam dan air
Dengan Pb
2+
membentuk PbSO4
2-
Pb
2+
+ SO
4
PbSO
4
Dengan Ba
2+
membentuk BaSO4
2-
Ba
2+
+ SO
4
BaSO
4
Fungsi : membentuk endapan BaSO
4
Laboratorium Dasar Teknik Kimia I 23
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
III.1 Bahan :
1. H
2
SO
4
0,1 N
2. H
2
SO
4
sangat encer
3. Aquadest
III.2 Alat :
1. Kertas saring Whatman
2. Pengaduk
3. Corong
4. Beaker glass
5. Gelas ukur
6. Pipet tetes
III.3 Gambar Alat :
Gambar 3.1 Alat-Alat Praktikum Gravimetri
Laboratorium Dasar Teknik Kimia I 24
III.4 Keterangan Alat :
1. Kertas saring Whatman : Menyaring endapan BaSo
4
2. Pengaduk : Mempermudah terjadinya reaksi
3. Corong : Memindahkan fluida ke tempat lain
4. Beaker glass : Tempat mencampurkan dan mereaksikan
5. Gelas ukur : Menentukan volume fluida
6. Pipet tetes : Mengambil fluida sedikit demi sedikit
III.5 Cara Kerja :
1. Menimbang kertas saring Whatman
2. Ambil 10 ml sampel yang mengandung Ba
2+
(volume sampel yang
diambil untuk diendapkan tergantung konsentrasi sampel).
3. Tambahkan H
2
SO
4
0,1 N dan diaduk.
4. Endapan BaSO
4
putih yang terbentuk disaring dengan kertas saring
Whatman yang diletakkan dalam corong. Tampung filtrat dalam beaker
glass.
5. Cuci endapan dengan H
2
SO
4
sangat encer dan air cucian dijadikan satu
dengan filtrat untuk kemudian ditambahkan H
2
SO
4
0,1 N lagi
6. Ulangi seperti langkah 4 dan 5 sampai penambahan H
2
SO
4
tidak
menimbulkan endapan lagi.
7. Keringkan endapan dalam oven 100-110C tapi jangan sampai kertas
saring hangus.
8. Ditimbang berat kertas saring bersama endapan yang telah kering.
Perhitungan : Ba
2+
(ppm) =
W2 W1.BMBa .1000 .1000
BM BaSO 4 .V yang diambil
Laboratorium Dasar Teknik Kimia I 25
BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Percobaan
Pengamatan Percobaan
Massa kertas saring
whatman
Awal 0,98 gram
Akhir 1,07 gram
Massa BaSO
4
Asli -
Percobaan 0,09 gram
Kadar Ba
2+
(ppm) Asli 10000
Percobaan 4208
Tabel 4.1. Hasil Percobaan Analisis Gravimetri
Presentase eror =
10.0004.208
10.000
100% = 57,92%
IV.2 Pembahasan
IV.2.1 Mengapa kadar Ba
2+
yang ditemukan lebiih kecil
a. Sulfat yang mudah tereduksi oleh karbon
Dalam penentuan kadar Ba
2+
dengan metode gravimetri, barium sulfat
yang telah disaring dengan kertas saring whatman dan ditetesi serta dicuci
menggunakan larutan asam sulfat dimasukkan ke dalam oven untuk
dikeringkan pada suhu 100-110
o
C. Dalam pengeringan tesebut, terjadi reaksi
antara sulfat dan karbon yang berasal dari kertas saring tersebut.
BaSO
4
+ 4C BaS + 4CO
Karena sulfat mudah tereduksi oleh karbon, sehingga hasil endapan yang
dihasilkan pun rendah dan biasanya kecermatan menjadi berkurang. Hal
inilah yang menyebabkan kadar yang ditemukan lebih rendah dari kadar
aslinya.
b. Pembakaran tidak sempurna
Pada proses pembakaran atau pemijaran kadang terjadi pelepasan air yang
ridak sempurna atau sifat zat yang diendapkan mudah menguap (volatil). Zat
volatil tersebut adalah H
2
O dan CO
2
. Jadi ketika pembakaran, terjadi
penguapan endapan sehingga kadar yang didapat lebih rendah.
c. Pencucian tidak sempurna
Laboratorium Dasar Teknik Kimia I 26
Pada proses pemurnian (pencucian endapan), dengan pencucian bukan
hanya zat pengotor saja yang larut tetapi zat yang dianalisis juga ikut terlarut,
mesikupun kelarutannya jauh lebih kecil. Dengan demikian, penggunaan
pencuci harus sedemikian kecil sehingga kehilangan zat yang dianalisis masih
dapat diabaikan, artinya masih lebih kecil daripada sensitivitas timbangan.
d. Terjadinya peptisasi
Koagulasi dispersi-dispersi koloid bisa dilakukan oleh ion-ion dari
endapan itu sendiri. Ketika terjadi koagulasi suatu koloid, ion-ion yang
berkoagulasi tersebut bisa diseret ke bawah ion-ion tersebut. Ion-ion yang
berkoagulasi tersebut larut ketika endapan dicuci sehingga partikel-partikel
akan kembali masuk ke dispersi koloid dan menembus filter. Hal ini
menyebabkan Ba
2+
yang ditemukan menjadi lebih kecil.
IV.2.2 Kopresipitasi, peptisasi, dan post-presipitasi
a. Kopresipitasi
Zat-zat yang normalnya mudah larut dapat diturunkan selama
pengendapan zat yang diinginkan dengan suatu proses adalah kopresipitasi.
Misalnya, bila asam sulfat ditambahkan ke larutan barium klorida yang
mengandung sejumlah kecil ion nitrat, endapan barium sulfat yang diperoleh
mengandung barium nitrat, maka dikatakan bahwa nitrat tersebut
terkopresipitasi dengan sulfat.
b. Peptisasi
Koagulasi dispersi-dispersi koloid bisa dilakukan oleh ion-ion selain ion
dari endapan itu sendiri. Ketika terjadi koagulasi suatu koloid, ion-ion yang
berkoagulasi bisa diseret ke bawah oleh endapan tersebut. Jika ion-ion ini
larut ketika endapan dicuci, partikel-partikel tersebut akan kembali masuk ke
dispersi koloid dan menembus filter. Proses dispersi material tak larut ke
dalam suatu cairan seperti koloid ini disebut peptisasi dan harus dihindari
dalam prosedur-prosedur kuantitatif
c. Pascapengendapan
Proses dengan mana suatu pengotoran diendapkan setelah pengendapan
zat yang diinginkan disebut pascapengendapan (post-precipitation). Proses ini
berbeda dari kopresipitasi pada hakikatnya dalam fakta bahwa banyaknya
Laboratorium Dasar Teknik Kimia I 27
pengotoran meningkat dengan makin lamanya endapan yang diinginkan
dibiarkan bersentuhan dengan larutan induk. Bila ada kemungkinan terjadi
pascapengendapan, disarankan untuk menyaring setelah endapan yang
diinginkan tersebut terbentuk.
Laboratorium Dasar Teknik Kimia I 28
BAB V
PENUTUP
V.1 Simpulan
1. Kadar Ba
2+
yang ditemukan dalam sampel sebesar 4.208 ppm. Kadar asli
sampel adalah 10.00 ppm sehingga presentase eror percobaan sebesar 57,92%
2. Penyebab kadar yang ditemukan lebih kecil adalah karena sulfat yang mudah
tereduksi oleh karbon, pembakaran kurang sempurna, pencucian kurang
sempurna, dan terjadinya peptisasi.
3. Kopresipitasi adalah zat yang normalnya mudah larut dapat ditturunkan
selama pengendapan zat yang diinginkan dengan suatu proses.
4. Peptisasi adalah proses dispersi material tak larut ke dalam suatu cairan
seperti koloid.
5. Pascapengendapan adalah proses di mana suatu pengotoran diendapkan
setelah pengendapan zat yang diinginkan.
V.2 Saran
1. Jangan terlalu banyak menambahkan H
2
SO
4
0,1 N pada sampel karena sedikit
saja sudah bisa membentuk endapan.
2. Lakukan penyaringan sebanyak mungkin agar endapan yang didapat benar-
benar murni.
3. Lakukan pengeringan kertas saring menggunakan oven dengan sempurna,
sering dicek agar tidak terlewat sehingga keras saring hangus.
Laboratorium Dasar Teknik Kimia I 29
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2011. dikutip dari
aprilawiguna27.files.wordpress.com/2011/02/gravimetri2.pdf diakses pada 14
November pukul 17.05
Perry,R.H. dan C.H.Dikson.1985.Chemical Engineering Handbook 6th ed.New York
: MC Graw Hill Book Company.Inc
Puteri, Fransiska.2011. dikutip dari http://www.slideshare.net/fransiskaputeri/acara-
iv-gravimetri diakses pada 22 November 2013 pukul 10.15
Underwood, A.I. and Day R.A..1983.Analisis Kimia Kuantitatif 5th ed.
Diterjemahkan oleh R.Soendoro.Jakarta:Erlangga
Vogel A.I.Buku Teks Anorganik Kualitatif Makro dan Semimakro. Diterjemahkan
oleh Ir. Sutiono dan Dr. A. Hadyono Pudjaatmaka.Jakarta : Penertbit PT Kalman
Media Pustaka
Laboratorium Dasar Teknik Kimia I A - 1
LAPORAN SEMENTARA
PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA I
Materi :
ARGENTOMETRI-GRAVIMETRI
Oleh :
Kelompok : IV / Selasa Siang
Anggota : Sherly Zagita L.N. NIM : 21030113120023
Rizky Adhi P. NIM : 21030113130113
Raden Nugroho H.S. NIM : 21039113130134
LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA I
TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
Laboratorium Dasar Teknik Kimia I A - 2
I. TUJUAN PERCOBAAN
A. Menganalisis kadar Cl
-
dengan metode Mohr
B. Menganalisis kadar Cl
-
dengan metode Fajans
II. PERCOBAAN
a) Bahan Yang Digunakan
Larutan AgNO
3
Larutan NaCl 0,05 N
Larutan HNO
3
6 N
Larutan ferri amonium sulfat
Indikator K
2
CrO
4
5%
Indikator fluoroseins
H
2
SO
4
0,1 N
H
2
SO
4
encer
Akuades
b) Alat Yang Dipakai
Buret, statif, klem
Corong
Erlenmeyer
Beaker glass
Gelas ukur
Kertas saring
Kertas saring whatman
Labu takar
Pipet volume
Pipet tetes
Pengaduk
c) Cara Kerja
i) Standarisasi AgNO
3
dengan NaCl 0,05 N
(1) Ambil 10 ml larutan standar AgNO
3
dan masukkan ke dalam
erlenmeyer.
(2) Tambahkan 0,4 ml K
2
CrO
4
Laboratorium Dasar Teknik Kimia I A - 3
(3) Titrasi dengan AgNO
3
sampai timbul warna merah pertama yang tak
hilang pada pengocokan. Catat kebutuhan titran AgNO
3
.
Perhitungan : N AgNO
3
=
V.NNaCl
V.NAg NO
3
ii) Menetapkan kadar Cl
-
dengan metode Mohr
(1) Masukkan 10 ml larutan sampel ke dalam erlenmeyer
(2) Tambahkan 0,4 ml K
2
CrO
4
(3) Titrasi dengan AgNO
3
sampai timbul warna merah pertama yang tak
hilang pada pengocokan. Catat kebutuhan titran AgNO
3
.
Perhitungan : Cl (ppm) =
V.NAgNO
3 .
BM Cl
1000
v yang dititrasi
fp
fp = faktor pengenceran
iii) Menetapkan kadar Cl
-
dengan metode Fajans
(1) Ambil 10 ml sampel dan masukkan dalam erlenmeyer.
(2) Tambahkan 10 tetes indikator fluoresein, atur pH 7-8, panaskan
sampai 80C. (atau tambahkan dekstrin)
(3) Titrasi dengan AgNO
3
sampai timbul warna merah muda pertama
yang tak hilang pada pengocokan. Catat kebutuhan titran.
Perhitungan : Cl (ppm) =
V.NAgNO
3 .
BM Cl
1000
v yang dititrasi
fp
fp = faktor pengenceran
iv) Menentukan kadar CaO
(1) Menimbang kertas saring Whatman
(2) Ambil 10 ml sampel yang mengandung Ba
2+
(volume sampel yang
diambil untuk diendapkan tergantung konsentrasi sampel).
(3) Tambahkan H
2
SO
4
0,1 N dan diaduk.
(4) Endapan BaSO
4
putih yang terbentuk disaring dengan kertas saring
Whatman yang diletakkan dalam corong. Tampung filtrat dalam
beaker glass.
(5) Cuci endapan dengan H
2
SO
4
sangat encer dan air cucian dijadikan
satu dengan filtrat untuk kemudian ditambahkan H
2
SO
4
0,1 N lagi
(6) Ulangi seperti langkah 4 dan 5 sampai penambahan H
2
SO
4
tidak
menimbulkan endapan lagi.
Laboratorium Dasar Teknik Kimia I A - 4
(7) Keringkan endapan dalam oven 100-110C tapi jangan sampai kertas
saring hangus.
(8) Ditimbang berat kertas saring bersama endapan yang telah kering.
Perhitungan : Ba
2+
(ppm) =
W2 W1.BMBa .1000 .1000
BM BaSO 4 .V yang diambil
d) Hasil Peercobaan
i) Standarisasi AgNO
3
dengan NaCl 0,05 N
Volume AgNO
3
dibutuhkan = 5,4 ml
N AgNO
3
=
V.NNaCl
V.NAg NO
3
=
10 x 0,05
5,4
= 0,0926 N
ii) Menetapkan kadar Cl
-
dengan metode Mohr
Volume titran = 1,8 ml
Cl (ppm) =
V.NAgNO
3 .
BM Cl
1000
v yang dititrasi
fp =
1,8 x 0,09 x 35,5 x 1000
10
1 = 552,98 ppm
Kadar teoritis = 710 ppm
Presentase eror =
710552,98
710
x 100% = 22,11%
iii) Menetapkan kadar Cl
-
dengan metode Fajans
Volume titran = 3 ml
Cl (ppm) =
V.NAgNO
3 .
BM Cl
1000
v yang dititrasi
fp =
3 x 0,09 x 35,5 x 1000
10
1 = 912,86 ppm
Kadar teoritis = 887,5 ppm
Presentase eror =
912,86887,5
887,5
x 100% = 2,85%
iv) Menentukan kadar CaO
W
1
= 0,98 gram
W
2
= 1,07 gram
Ba
2+
(ppm) =
W2 W1.BMBa .1000 .1000
BM BaSO 4 .V yang diambil
=
1,07 0,98.137.1000 .1000
233 .10
= 4208 ppm
Kadar teoritis = 10000 ppm
Presentase eror =
100004208
10000
x 100% = 57,92%
PRAKTIKAN MENGETAHUI ASISTEN
.............................. .................................................
Laboratorium Dasar Teknik Kimia I B - 1
LEMBAR PERHITUNGAN
i) Standarisasi AgNO
3
dengan NaCl 0,05 N
Volume AgNO
3
dibutuhkan = 5,4 ml
N AgNO
3
=
V.NNaCl
V.NAg NO
3
=
10 x 0,05
5,4
= 0,0926 N
ii) Menetapkan kadar Cl
-
dengan metode Mohr
Volume titran = 1,8 ml
Cl (ppm) =
V.NAgNO
3 .
BM Cl
1000
v yang dititrasi
fp =
1,8 x 0,09 x 35,5 x 1000
10
1 = 552,98 ppm
Kadar teoritis = 710 ppm
Presentase eror =
710552,98
710
x 100% = 22,11%
iii) Menetapkan kadar Cl
-
dengan metode Fajans
Volume titran = 3 ml
Cl (ppm) =
V.NAgNO
3 .
BM Cl
1000
v yang dititrasi
fp =
3 x 0,09 x 35,5 x 1000
10
1 = 912,86 ppm
Kadar teoritis = 887,5 ppm
Presentase eror =
912,86887,5
887,5
x 100% = 2,85%
iv) Menentukan kadar CaO
W
1
= 0,98 gram
W
2
= 1,07 gram
Ba
2+
(ppm) =
W2 W1.BMBa .1000 .1000
BM BaSO 4 .V yang diambil
=
1,07 0,98.137.1000 .1000
233 .10
= 4208 ppm
Kadar teoritis = 10000 ppm
Presentase eror =
100004208
10000
x 100% = 57,92%
Laboratorium Dasar Teknik Kimia I C - 1
LEMBAR PERHITUNGAN GRAFIK
Kadar asli sampel I metode Mohr
[Cl
-
]=710 ppm
710
10000 x 35,5
= 0,02 N
NAgNO
3
=
10.0,05
5,4
= 0,09 N
V AgNO
3
Cl
-
=
V.NAgNO
3 .
BM Cl
1000
v yang dititrasi
fp
710 =
V.0,0935,5.1000
10
1
V = 2,31 ml
1. Penambahan 0 ml AgNO
3
Cl
-
=
10,4x0,02(0x0,09)
10,4
=0,02 pCl = 1,69
2. Penambahan 0,4 ml AgNO
3
Cl
-
=
10,4x0,02(0,4x0,09)
10,4+0.4
=0,0159 pCl = 1,79
3. Penambahan 0,8 ml AgNO
3
Cl
-
=
10,4x0,02(0,8x0,09)
10,4+0,8
=0,0123 pCl = 1,92
4. Penambahan 1,2 ml AgNO
3
Cl
-
=
10,4x0,02(1,2x0,09)
10,4+1,2
=0,0086 pCl = 2,06
5. Penambahan 1,6 ml AgNO
3
Cl
-
=
10,4x0,02(1,6x0,09)
10,4+1,6
=0,0053 pCl = 2,28
6. Penambahan 2,31 ml AgNO
3
Cl
-
=
10,4x0,02(2,31x0,09)
10,4+2,31
= 0,0000078 pCl = 5,11
Kadar yang ditemukan pada percobaan sampel I metode Mohr
[Cl
-
]=552,98 ppm
552,98
10000 x 35,5
= 0,015 N
NAgNO
3
=
10.0,05
5,4
= 0,09 N
V AgNO
3
= 1,8 ml
Laboratorium Dasar Teknik Kimia I C - 2
1. Penambahan 0 ml AgNO
3
Cl
-
=
10,4x0,015(0x0,09)
10,4
=0,015 pCl = 1,82
2. Penambahan 0,4 ml AgNO
3
Cl
-
=
10,4x0,015(0,4x0,09)
10,4+0,4
=0,011 pCl = 1,96
3. Penambahan 0,8 ml AgNO
3
Cl
-
=
10,4x0,015(0,8x0,09)
10,4+0,8
=0,0075 pCl = 2,12
4. Penambahan 1,2 ml AgNO
3
Cl
-
=
10,4x0,015(1,2x0,09)
10,4+1,2
=0,004 pCl = 2,39
5. Penambahan 1,6 ml AgNO
3
Cl
-
=
10,4x0,015(1,6x0,09)
10,4+1,6
=0,001 pCl = 3
6. Penambahan 1,8 ml AgNO
3
Cl
-
=
10,4x0,015(1,8x0,09)
10,4+1,8
=0,0004 pCl = 3,39
Kadar asli sampel II metode Fajans
[Cl
-
]= 887,5 ppm
887,5
10000 x 35,5
= 0,025 N
NAgNO
3
=
10.0,05
5,4
= 0,09 N
V AgNO
3
= 2,91 ml
1. Penambahan 0 ml AgNO
3
Cl
-
=
10,4x0,025(0x0,09)
10,4
=0,025 pCl = 1,60
2. Penambahan 0,4 ml AgNO
3
Cl
-
=
10,4x0,025(0,4x0,09)
10,4+0,4
=0,021 pCl = 1,68
3. Penambahan 0,8 ml AgNO
3
Cl
-
=
10,4x0,025(0,8x0,09)
10,4+0,8
=0,0117 pCl = 1,77
4. Penambahan 1,2 ml AgNO
3
Cl
-
=
10,4x0,025(1,2x0,09)
10,4+1,2
=0,013 pCl = 1,87
5. Penambahan 1,6 ml AgNO
3
Laboratorium Dasar Teknik Kimia I C - 3
Cl
-
=
10,4x0,025(1,60x0,09)
10,4+1,6
=0,009 pCl = 2,05
6. Penambahan 2 ml AgNO
3
Cl
-
=
10,4x0,025(2x0,09)
10,4+2
=0,006 pCl = 2,22
7. Penambahan 2,91 ml AgNO
3
Cl
-
=
10,4x0,025(2,91x0,09)
10,4+2,91
=0,000045 pCl = 4,35
Kadar yang ditemukan pada percobaan sampel II metode Fajans
[Cl
-
]= 914,52 ppm
914,52
10000 x 35,5
= 0,025 N
NAgNO
3
=
10.0,05
5,4
= 0,09 N
V AgNO
3
= 2,91 ml
1. Penambahan 0 ml AgNO
3
Cl
-
=
10,4x0,025(0x0,09)
10,4
=0,025 pCl = 1,60
2. Penambahan 0,4 ml AgNO
3
Cl
-
=
10,4x0,025(0,4x0,09)
10,4+0,4
=0,021 pCl = 1,68
3. Penambahan 0,8 ml AgNO
3
Cl
-
=
10,4x0,025(0,8x0,09)
10,4+0,8
=0,0117 pCl = 1,77
4. Penambahan 1,2 ml AgNO
3
Cl
-
=
10,4x0,025(1,2x0,09)
10,4+1,2
=0,013 pCl = 1,87
5. Penambahan 1,6 ml AgNO
3
Cl
-
=
10,4x0,025(1,60x0,09)
10,4+1,6
=0,009 pCl = 2,05
6. Penambahan 2 ml AgNO
3
Cl
-
=
10,4x0,025(2x0,09)
10,4+2
=0,006 pCl = 2,22
7. Penambahan 3 ml AgNO
3
Cl
-
=
10,4x0,025(3x0,09)
10,4+3
=0,006 pCl = 2,22
Laboratorium Dasar Teknik Kimia I D - 1
REFERENSI
http://www.slideshare.net/IMur/argentometri
ARGENTOMETRI MOHR Titrasi Mohr digunakan untuk menentukan kadar
halida atau pseudohalida di dalam larutan. Kromat (CrO
4
2-
) sbg indikator titik akhir
karena membentuk endapan Ag
2
CrO
4
berwarna merah saat bereaksi dengan ion
perak. Ksp Ag
2
CrO
4
= 1,2 . 10 -12 mol 3 .L -3 Ksp AgCl = 1,82 . 10 -10 mol 2 .L -2 [
Perhatikan satuan stoikiometrinya ] Meskipun tetapan hasilkali kelarutan
(Ksp)AgCrO 4 hampir sama dengan Ksp perak (pseudo)halida, tetapi kelarutan
kedua garam perak tsb berbeda.
Titrasi Mohr dilakukan pada pH 7-9 (netral hingga basa lemah). Jika pH terlalu kecil
(asam) kesetimbangan kromat-dikromat akan menurunkan kepekaan [CrO
4
2-
] shg
menghambat pembentukan endapan Ag
2
CrO
4
. Jika pH terlalu besar (larutan basa)
akan terbentuk endapan Ag 2 O.
Ag
2
CrO
4
(p) merah Kelarutan Ag 2 CrO 4 AgCl (p) Ag + + CrO
4
2-
11. Ag + +
Cl - > Kelarutan AgCl (8,4 x 10 -5 M) (1,35 x 10 -5 M) Jika larutan Ag +
ditambahkan ke dalam larutan Cl - yang mengandung sedikit CrO
4
2-
, maka AgCl
akan mengendap lebih dulu, sementara itu Ag
2
CrO
4
belum terbentuk, dan [Ag + ]
naik hingga hasilkali kelarutan melampaui Ksp Ag
2
CrO
4
(2,0 x 10 -12 ) sehingga
terbentuk endapan merah.
Pada TE : pAg = pCl = 5,00 [Ag+][CrO
4
2-
] = 2,00 x 10 -12 [ CrO
4
2-
] = 2,00x10 -12
/ (1,0x10 -5 ) 2 = 0,02 M Konsentrasi tersebut terlalu tinggi karena warna kuning
CrO
4
2-
akan mengganggu pengamatan terbentuknya endapan Ag
2
CrO
4
(merah).
Dalam praktek biasanya digunakan 0,005 s/d 0,01 M supaya kesalahan titrasi
diperkecil, dan masih bisa dikoreksi dengan titrasi blanko indikator, atau dengan
membakukan AgNO 3 terhadap suatu garam klorida yang murni (titrasi dilakukan
dalam kondisi yang sama dengan titrasi sampel).
Titrasi Mohr terbatas pada pH 6-10 (atau 7-9). Dalam larutan basa akan terjadi reaksi
: Ag
+
+ OH
-
-> 2AgOH -> Cr
2
O
7
2-
+ H
2
O (kromat) (dikromat) Jika [CrO
4
2-
] terlalu
rendah ( 2HCrO
4
-
Ag
2
O + H
2
O Dalam larutan asam, jumlah [CrO
4
]
2-
turun
sehingga hanya sedikit HCrO
4-
yang terionisasi, karena reaksi akan berlanjut sbb :
2H
+
+ CrO
4
2-
< 0,005 M) akan memerlukan penambahan [Ag
+
] yang berlebih untuk
mengendapkan Ag
2
CrO
4
; hal itu akan menjadi sumber kesalahan titrasi. Cr
2
O
7
2-
tidak dapat digunakan sebagai indikator argentometri karena Ag
2
Cr
2
O
7
mudah larut.
Metode Mohr dapat digunakan untuk titrasi Br
-
dan CN
-
dalam larutan basa lemah,
sedangkan untuk I
-
dan CNS
-
tidak feasible karena akan terjadi adsorpsi oleh
endapan. Ag
+
tidak dapat dititrasi langsung oleh Cl
-
menggunakan indikator CrO
4
2-
,
karena Ag
2
CrO
4
akan terbentuk lebih awal dan melarut lambat menjelang TE. Untuk
Laboratorium Dasar Teknik Kimia I D - 2
hal tsb dapat digunakan teknik titrasi balik : Ag
+
ditambah Cl
-
baku (berlebih),
kemudian Cl
-
sisa dititrasi dengan larutan Ag
+
baku menggunakan indikator CrO
4
2-
.
http://fly-cantabile.blogspot.com/2012/05/v-behaviorurldefaultvmlo_05.html
Air limbah industri umumnya terjadi sebagai akibat adanya pemakaian air dalam
proses produksi . Di Industri fungsi dari air antara lain :
a. Sebagai air pendingin . Berfungsi untuk memindahkan panas yang terjadi dari
proses .
b. Untuk mentransportasikan produk atau bahan baku .
c. Sebagai proses , misalnya sebagia umpan pada pabrik minuman .
Untuk mencuci dan membilas produk atau gedung serta instalasi .
(Ricki , 2005) .
Dalam air hasil pengolahan industri sabun mengandung kadar khlorida yang cukup
tinggi sehingga diperlukan analisa kadar khlorida . Natrium khlorida dalam
pembuatan sabun berfungsi untuk mengendapkan sabun dari campuran reaksi.
Khlorida (Cl-) adalah salah satu senyawa umum yang terdpat pada perairan alam .
Senyawa-senyawa khlorida tersebut mengalami proses diasosiasi dalam air
membentuk ion . Ion khlorida pada dasarnya mempunyai pemgaruh kecil terhadap
sifat-sifat kimia dan biologi perairan . Kation dari garam-garam khlorida dalam air
terdapat dalam keadaan mudah larut
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/13905/1/09E02375.pdf
Laboratorium Dasar Teknik Kimia I D - 3
http://kimiateknologi.setiabudi.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&
id=127:analisis-kandungan-klorida-dalam-air-minum-isi-ulang-secara-argentometri-
mohr-di-kelurahan-sewu&catid=75:nomor-02-juni-2010
ABSTRAK
Klorida dalam bentuk ion Cl
-
adalah anion anorganik yang banyak terdapat
dalam air. Adanya klorida yang berlebihan dalam air minum dapat menyebabkan
gangguan pada sifat fisis air, gangguan pipa logam, dan gangguan kesehatan.
Pemeriksaan klorida pada air minum isi ulang dilakukan untuk mengetahui seberapa
besar kadar kandungan klorida dalam air minum isi ulang sesuai persyaratan air
minum yang diperbolehkan
dalam KEPMENKES.RI.NO 907/MENKES/SK/VII/2002. Kadar klorida dalam air
minum isi ulang ditetapkan dengan metode Argentometri Mohr yaitu dengan
menggunakan larutan standar AgNO
3
dan indikator K
2
CrO
4
, titik akhir titrasi
ditandai dengan terbentuknya endapan warna merah bata dari Ag
2
CrO
4
. Hasil
Pemeriksaan yang telah dilakukan di Laboratorium Analisa Makanan dan Minuman,
menunjukkan bahwa kandungan klorida yang ada dalam air minum isi ulang telah
memenuhi persyaratan sesuai
dengan KEPMENKES.RI.NO907/MENKES/SK/VII/2002 karena kadarnya tidak
lebih dari 250 mg/liter.
aprilawiguna27.files.wordpress.com/2011/02/gravimetri2.pdf
Laboratorium Dasar Teknik Kimia I D - 4
http://www.slideshare.net/fransiskaputeri/acara-iv-gravimetri
Laboratorium Dasar Teknik Kimia I E-1
LEMBAR ASISTENSI
DIPERIKSA
KETERANGAN
TTD NO. TANGGAL
1.
2.
19 Des 2013
19 Des 2013
Cek Cover
Cek halaman pengesahan
Nomor halaman jangan
italic
Perbaiki format lembar
asistensi
Lembar asistensi gunakan
header-footer
Cek cover
Cek daftar pustaka