Anda di halaman 1dari 38

HUBUNGAN KONSUMSI FAST FOOD DENGAN KEJADIAN OBESITAS

PADA REMAJA
Proposal Penelitian Multisenter















Thesa Aryanti 0810312096
Erikha 0810312102
Lola Rahmadhesi 0810312072
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Badan Analisis dan Pengembangan Ilmiah Nasional Ikatan Senat
Mahasiswa Kedokteran Indonesia (BAPIN-ISMKI)
2011

HALAMAN PENGESAHAN
Judul Proposal : Hubungan Konsumsi Fast Food dengan Kejadian Obesitas
pada Remaja
Nama peneliti : Thesa Aryanti 0810312096
Erikha 0810312102
Lola Rahmadhesi 0810312072
Institusi : Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
telah dibaca dan disetujui pada tanggal 1 Juni 2011.

Ketua Tim Peneliti, Ketua MRC,

Thesa Aryanti Muhammad Iqbal
0810312096 0810312103

Disetujui oleh,
Dosen Pembimbing

Prof. dr. Fadil Oenzil, Ph.D., Sp.GK
NIP. 194806121976021001

Diketahui oleh,
Pembantu Dekan III,

Dr. dr. Afriwardi, Sp.KO
NIP. 196704211997021001

PERNYATAAN ORISINALITAS PENELITIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini, atas nama tim peneliti menyatakan
bahwa penelitian yang akan kami lakukan, dengan judul Hubungan Konsumsi
Fast Food dengan Kejadian Obesitas pada Remaja, adalah kerja/karya sendiri,
dan bukan merupakan jiplakan dari hasil kerja/karya orang lain, kecuali kutipan
yang sumbernya dicantumkan. Apabila di kemudian hari terbukti bahwa
pernyataan ini tidak benar, maka status orisinalitas penelitian kami akan
ditangguhkan.

Padang, 1 Juni 2011
Atas Nama Tim Peneliti,



Thesa Aryanti










KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia
Nya, kami dapat menyelesaikan proposal penelitian yang berjudul Hubungan
Konsumsi Fast Food dengan Kejadian Obesitas pada Remaja. Proposal
penelitian ini kami susun dalam rangka mengikuti Lomba Proposal Penelitian
Multisenter BAPIN-ISMKI dalam Temu Ilmiah Nasional (TEMILNAS) 2011.
Selama proses penyusunan proposal penelitian, kami menghadapi berbagai
rintangan dan kesulitan. Namun, akhirnya semua itu dapat kami atasi. Proses
penyusunan proposal penelitian ini pun banyak mendapatkan dukungan dari
berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini kami menyampaikan ucapan
terima kasih kepada seluruh civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas
Andalas, khususnya dosen pembimbing kami Prof. dr. Fadil Oenzil, Ph.D.,
Sp.GK, dan Unit Kegiatan Mahasiswa Medicalstudent Research Center (MRC)
KM FK UNAND yang telah memberikan arahan dalam penyusunan proposal
penelitian ini.
Segala upaya maksimal telah kami lakukan. Besar harapan kami agar proposal
penelitian ini dapat diterima dan dilaksanakan sebagai bentuk kontribusi kami
pada pengembangan ilmu pengetahuan dan juga sebagai bentuk kepedulian kami
terhadap permasalahan gizi di Indonesia, khususnya masalah obesitas.

Padang, 1 Juli 2011

Tim Peneliti



DAFTAR ISI
Halaman Judul i
Halaman Pengesahan ii
Pernyataan Orisinalitas Penelitian iii
Kata Pengantar iv
Daftar Isi v
Daftar Tabel vii

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Penelitian 3
1.4 Manfaat Penelitian 3
1.5 Orisinalitas 3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori 5
2.1.1 Obesitas pada Remaja 5
2.1.2 Fast Food 9
2.1.3 Hubungan Konsumsi Fast Food dengan Obesitas pada 11
Remaja
2.2 Kerangka Teori 12
2.3 Kerangka Konsep 13
2.4 Hipotesis Penelitian 13
BAB 3. METODE PENELITIAN
3.1 Ruang Lingkup Penelitian 14
3.2 Desain Penelitian 14
3.3 Indentifikasi Variabel Penelitian 14
3.4 Definisi Operasional 14
3.5 Subjek Penelitian 18

3.6 Kriteria Inklusi dan Eksklusi 18
3.7 Sampel Penelitian 18
3.8 Instrumen Penelitian 19
3.9 Cara Pengumpulan Data 24
3.10 Pengolahan dan Teknik Analisis Data 26

Daftar Pustaka

























DAFTAR TABEL
Tabel 1 Meta Analisis Hubungan Konsumsi Fast Food dengan 4
Kejadian Obesitas
Tabel 2 Klasifikasi BMI 9
Tabel 3 Komposisi Fast Food 11












BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Obesitas pada remaja merupakan salah satu masalah kesehatan yang mulai
menjadi sorotan dunia. Hal ini terkait dengan adanya peningkatan prevalensi
obesitas di berbagai negara, termasuk negara-negara berkembang. Di India,
berdasarkan National Family Health Survey III tahun 2005, diperkirakan
terdapat sekitar 13% remaja perempuan mengalami overweight atau
obesitas.
1
Sedangkan di Indonesia, dari data Riset Kesehatan Dasar tahun
2007, kasus obesitas pada remaja mencapai angka 13,9% pada laki-laki dan
23,8% pada perempuan.
2
Angka ini jauh di atas prevalensi obesitas remaja
pada tahun 1992 menurut SUSENAS, yaitu 6,3% pada laki-laki dan 3,8%
pada perempuan.
3

Remaja adalah subjek penting dalam permasalahan obesitas sehubungan
dengan perubahan pola makan yang rentan terjadi pada masa tersebut.
Menurut Rolfes dan Whitney, sosialisasi dengan teman sebaya berpengaruh
terhadap kebiasaan makan remaja. Hal ini terkait dengan sifat remaja high
curiousity dan high sense of solidarity in peer group, yang menjadikan
remaja semakin mudah terpengaruh oleh teman sebaya, terlebih lagi dengan
adanya kebebasan (autonomy) untuk memilih makanan yang akan
dikonsumsi.
4
Remaja juga cenderung membandingkan diri mereka sendiri
dengan teman sebayanya (role model) sehingga mereka akan mengubah
pola makan sebagai bentuk penyesuaian diri.
5

Globalisasi industri fast food merupakan salah satu kunci penyebab
terjadinya perubahan life style dalam masyarakat.
6
Dengan pelayanan yang
dimiliki restoran cepat saji, seperti pelayanan yang cepat dan ramah, serta
desain interior yang menarik, restoran fast food dinilai mampu memberikan

rasa nyaman dan prestise tersendiri bagi pelanggannya. Terlebih lagi,
dengan konsep terbaru yang ditawarkan, yaitu delivery dan drive-through
windows, pelayanan yang diberikankan restoran cepat saji menjadi semakin
efisien bagi pelanggan.
7
Tidak hanya masyarakat umum, remaja juga
mendapatkan pengaruh dengan adanya restoran cepat saji ini. Penelitian di
Semarang memperlihatkan bahwa remaja dapat mengkonsumsi fast food
rata-rata satu hingga dua kali dalam seminggu, dan mereka umumnya
berasal dari siswa SMP dan SMA dengan kelas ekonomi menengah ke atas.
8

Dengan adanya need of prestige and self esteem yang terjadi selama fase
remaja,
4
fast food cenderung menjadi makanan pilihan remaja.
5

Hubungan antara penambahan berat badan dan pola konsumsi fast food,
terkait dengan kejadian obesitas, merupakan suatu pertanyaan empiris yang
masih diperdebatkan. Belum ada bukti yang jelas yang mendukung adanya
hubungan sebab akibat antara konsumsi fast food dengan obesitas,
5
terkait
dengan adanya faktor determinan lain yang berpengaruh, yaitu faktor
genetik, faktor lingkungan, dan pengeluaran energi.
9
Terlebih lagi dengan
adanya sedentary life style akibat perkembangan sosial ekonomi dan
teknologi, sehingga aktivitas fisik semakin berkurang. Walaupun sebagian
besar literatur epidemiologi menemukan bukti adanya korelasi positif antara
konsumsi fast food dengan obesitas,
5
hubungan antara konsumsi fast food
dengan kejadian obesitas pada remaja Indonesia masih belum banyak
dilakukan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah terdapat hubungan antara konsumsi fast food dengan kejadian
obesitas pada remaja?
2. Dari beberapa faktor determinan obesitas, seberapa besarkah hubungan
konsumsi fast food dengan kejadian obesitas pada remaja?


1.3 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui hubungan antara konsumsi fast food dengan kejadian
obesitas pada remaja.
2. Mengetahui besarnya hubungan antara konsumsi fast food dengan
kejadian obesitas pada remaja terkait dengan faktor determinan lain yang
mempengaruhinya.
1.4 Manfaat Penelitian
a. Aspek teoritis
Memberikan dasar informasi ilmiah tentang hubungan konsumsi fast
food dengan kejadian obesitas pada remaja.
b. Aspek aplikatif
- Skrining aktivitas fisik dan konsumsi energi remaja.
- Bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya.
1.5 Orisinalitas
Beberapa penelitian mengenai hubungan konsumsi fast food dengan
kejadian obesitas telah dilakukan seperti terlihat pada tabel 1. Namun,
penelitian yang akan peneliti lakukan berbeda dengan penelitian-penelitian
sebelumnya karena dilakukan di beberapa kota di Indonesia, pada remaja
usia 15-17 tahun untuk menilai hubungan antara kejadian obesitas dan
konsumsi fast food, dengan mempertimbangkan faktor-faktor determinan
lain.





Tabel 1. Meta Analisis Hubungan Konsumsi Fast Food dengan Kejadian Obesitas
Peneliti, Lokasi,
Tahun
Judul Variabel Hasil Penelitian Lain-Lain
Khomsiyah Kartika
Dewi,
8
Semarang,
1998
Pola Konsumsi
Fast Food dan
Status Gizi Remaja
Pengunjung
Beberapa Restoran
Fast Food di
Semarang.
Konsumsi
fast food,
konsumsi
energi, dan
status gizi.
Ada hubungan
antara konsumsi
fast food dengan
status gizi
remaja.
Subjek usia 13-18
tahun, dilakukan
dengan cross sectional
study.
Padmiari dan Hadi,
10

Bali, 2001
Konsumsi Fast
Food sebagai
Faktor Risiko
Obesitas pada
Anak SD.
WHZ score
dan
konsumsi
fast food.
Konsumsi fast
food
mempengaruhi
risiko terjadinya
obesitas.
Subjek usia 6-12 tahun,
dilakukan dengan case
control study, sampel
69 orang kasus dan 69
orang kontrol.
Mahdiah dkk,
6

Yogyakarta, 2003
Prevalensi Obesitas
dan Hubungan
Konsumsi Fast
Food dengan
Kejadian Obesitas
pada Remaja.
Konsumsi
fast food,
dan IMT,
karakteristik
subjek.
Ada perbedaan
banyaknya jenis,
frekuensi, dan
konsumsi energi
antara kasus
dengan kontrol.
Subjek usia 10-15
tahun, dilakukan
dengan cross sectional
dan case control study,
sampel 140 orang kasus
dan 140 orang kontrol.
G. Virgianto
A.A.P,
11
SMA 3
Semarang, 2005
Konsumsi Fast
Food sebagai
Faktor Risiko
Obesitas pada
Remaja.
Konsumsi
fast food,
IMT,
aktivitas
fisik, dan
ekonomi.
Siswa dengan
6% energinya
berasal dari
makanan cepat
saji, 4,2 kali
lebih mungkin
menjadi gemuk.
Subjek usia 15-17
tahun, dilakukan
dengan case control
study, sampel 69 orang
kasus dan 69 orang
kontrol.
Eunkyung Park,
12

Minnesota, 2008
Overweight Youth
in Minnesota, Their
Eating Habits, and
Physical Activity.
BMI,
physical
activity, dan
eating
habits.
Physical
inactivity dan
pola makan
yang tidak sehat
berhubungan
dengan kejadian
obesitas.
Subjek usia 13 dan 18
tahun, dilakukan
dengan cross sectional
study.
Fortin dan Yazbeck,
5

Montreal Canada,
2011
Peer effects, Fast
Food Consumtion
and Adolescent
Weight Gain.
Peer effect
model, fast
food
consumption,
BMI.
Terdapat
korelasi positif
antara konsumsi
fast food dengan
BMI.
Subjek usia 11-16
tahun, dilakukan
dengan cross sectional
study.



BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Obesitas Pada Remaja
Obesitas adalah suatu bentuk terganggunya status gizi seseorang yang
jumlah asupan mikronutrien kurang dari jumlah yang diperlukan tubuh
sedangkan konsumsi makronutriennya, seperti karbohidrat dan lemak,
berlebih.
13
Obesitas merupakan penimbunan lemak yang berlebihan pada
jaringan subkutan dan jaringan lainnya di seluruh tubuh.
14
Obesitas biasanya
disebabkan oleh intake makanan yang berlebihan secara masif sehingga
terjadi pemasukan energi yang melebihi kebutuhan tubuh untuk keperluan
metabolisme dasar.
14-15

Remaja adalah suatu masa transisi dari masa anak ke dewasa yang ditandai
dengan percepatan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial. Ada
beberapa macam definisi dari remaja. Buku pediatri umumnya
mendefinisikan remaja apabila telah mencapai umur 10 sampai 18 tahun
untuk perempuan dan 12 sampai 20 tahun untuk laki-laki.
16
Menurut WHO,
batasan usia remaja adalah 12 sampai 14 tahun. Menurut Departemen
Kesehatan RI, remaja adalah mereka yang berusia 10 sampai 19 tahun dan
belum kawin. Sedangkan menurut BKKBN (Direktorat Remaja dan
Perlindungan Hak Reproduksi) batasan usia remaja adalah 10 sampai 21
tahun.
Berdasarkan perkembangan psikososial, remaja dibagi menjadi tiga periode,
yaitu remaja awal, remaja menengah, dan remaja akhir:
16-17




a. Remaja awal, usia 10-14 tahun
Karakteristik remaja awal adalah mengalami percepatan pertumbuhan
fisik dan seksual. Pada masa ini, penerimaan kelompok sebaya sangat
penting sehingga terjadi peningkatan interaksi dengan kelompok
sebaya, namun sebaliknya terjadi pemisahan diri terhadap keluarga.
b. Remaja menengah, usia 15-17 tahun
Masa ini adalah saat berkembangnya kesadaran terhadap identitas diri.
Periode ini merupakan saat terjadinya pergolakan tekanan seksual dan
sosial sehingga mereka berusaha diterima dan mendapat dukungan dari
lingkungan sekitar, termasuk teman sebaya dan orang tua.
c. Remaja akhir, usia 18-21 tahun
Periode ini ditandai dengan kematangan dan kesiapan menuju tahap
kedewasaan. Mereka lebih fokus pada masa depan, baik dalam bidang
pendidikan, pekerjaan, seksual, dan individu. Karakteristik remaja akhir
umumnya sudah merasa nyaman dengan nilai dirinya, pengaruh teman
sebaya sudah berkurang, serta bersiap untuk berperan sebagai orang
dewasa.
Obesitas pada remaja merupakan peningkatan akumulasi lemak dan massa
tubuh yang terjadi pada remaja. Hal ini dikaitkan dengan naiknya kadar
insulin plasma, lipid darah, dan lipoprotein, serta perubahan jumlah jaringan
lemak tubuh yang mengalami penambahan pada masa remaja.
Ketidakseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran energi total pada
remaja dapat mengakibatkan terjadinya obesitas.
15

Obesitas dua kali lebih sering terjadi pada remaja dari pada dewasa sejak 30
tahun yang lalu.
9
Menurut data Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar)
Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2007, prevalensi obesitas
umum pada penduduk yang berumur 15 tahun keatas di Indonesia adalah

19,1%. Untuk kategori berat badan lebih sebanyak 8,8% dan kategori
obesitas sebanyak 10,3%.
2

Secara umum, ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya obesitas
pada remaja :
a. Genetik
Anak yang salah satu orang tuanya menderita obesitas, 40% berpotensi
menjadi obesitas. Jika kedua orang tuanya obesitas, anaknya berpotensi
sekitar 80% mengalami kasus yang sama, dan hanya 10% anak yang
berpotensi obesitas jika kedua orang tuanya tidak menderita obesitas.
Ditemukannya leptin dan gen leptin memberi harapan bahwa gen yang
bertanggung jawab terhadap obesitas bisa diidentifikasi. Defisiensi
leptin dan reseptornya secara kongenital menyebabkan terjadinya
deposisi selektif lemak dan hiperfagia berat yang berkontribusi terhadap
obesitas.
18
Selain itu, predisposisi obesitas tampaknya terkait dengan
interaksi kompleks antara sedikitnya 250 gen penyebab obesitas.
19

b. Lingkungan
Faktor lingkungan yang mempengaruhi terjadinya obesitas di antaranya
sosioekonomi, pengetahuan, dan faktor keluarga.
9
Perubahan
pengetahuan, sikap, perilaku dan gaya hidup, pola makan, serta
peningkatan pendapatan mempengaruhi pemilihan jenis dan jumlah
makanan yang dikonsumsi.
3
Orang tua dengan sosioekonomi yang
memadai berupa pendapatan yang cukup atau tinggi berpeluang
memilih makanan atas pertimbangan prestise, seperti fast food,
dibandingkan dengan kesehatan.
c. Aktivitas fisik
Menurunnya pemakaian energi untuk beraktivitas bisa menyebabkan
ketidakseimbangan energi positif yang menimbulkan berat badan
berlebihan. Risiko overweight dan obesitas berhubungan dengan

kurangnya aktivitas fisik akibat sebagian besar waktu dihabiskan untuk
duduk, terutama saat menonton televisi dan bermain electronic games
pada anak-anak dan remaja.
20
Pra remaja dan remaja awal 5,5 kali
berpotensi menjadi obesitas jika mereka menonton televisi lebih dari 5
jam per hari dibandingkan dengan yang menonton televisi selama 2 jam
per hari.
9

d. Diet
Perubahan diet pada remaja berpengaruh terhadap terjadinya obesitas,
seperti konsumsi fast food, fried food, melewatkan sarapan pagi
(breakfast skipping), dan makan malam sambil menonton televisi.
Konsumsi fast food dan fried food terkait dengan kebiasaan makan di
luar rumah pada remaja. Fast food merupakan makanan yang tinggi
lemak dan rendah nutrisi.
9
Fried food adalah makanan yang crunchy,
aromatik, enak, dan tinggi lemak. Akibatnya, konsumsi fried food dapat
meningkatkan intake makanan dengan densitas energi yang tinggi
namun indeks kekenyangan (satiety index) yang rendah sehingga
menginduksi terjadinya obesitas.
21
Breakfast skipping memiliki
hubungan terhadap obesitas remaja berdasarkan salah satu penelitian
terhadap anak-anak sekolah etnis Fijian yang mengalami overweight
dan obesitas.
22

e. Jenis kelamin
Menurut Himpunan Studi Obesitas Indonesia, pada tahun 2004 obesitas
pada laki-laki meningkat menjadi 9,16% dan perempuan menjadi
11,2%. Peningkatan prevalensi obesitas pada perempuan berkaitan
dengan sensitivitas stres dan recovery terhadap stres yang cukup tinggi
dan lama pada perempuan dari pada laki-laki sehingga terjadi
perbedaan reward yang diatur oleh otak terhadap makanan yang
dikonsumsi saat stres. Stres pada perempuan akan menginduksi untuk
mengkonsumsi makanan yang lebih disukai, yaitu secara spesifik

adalah makanan yang manis, cemilan, dan tinggi lemak, sehingga
menyebabkan peningkatan intake makanan berkaitan reward yang
memicu terjadinya obesitas pada perempuan.
23

The World Health Organization (WHO) telah merekomendasikan Indeks
Massa Tubuh (IMT) sebagai pengukuran baku status gizi pada anak dan
remaja.
24
Indeks Massa Tubuh (IMT) penting untuk menentukan obesitas
pada remaja. Indonesia memiliki standar baku pengukuran IMT berdasarkan
International Obesity Task Force (IOTF) menurut kurva CDC 2000,
25
yaitu:
Tabel 2. Klasifikasi BMI
26

Klasifikasi Rentangan Persentil
Underweight < persentil ke-5
Normal persentil ke-5 hingga < persentil ke-85
Overweight persentil ke-85 hingga < persentil ke-95
Obesitas persentil ke-95

2.1.2 Fast Food
Terminologi fast food dikenal pertama kali melalui kamus Merriam-Webster
pada tahun 1951, yaitu makanan yang disiapkan dan disajikan secara
cepat.
27
Fast food merupakan makanan cepat saji yang memiliki kalori,
protein, lemak dan sodium yang tinggi, sedangkan vitamin A, C, E, kalsium,
zat besi, dan asam folat serta serat relatif rendah.
28

Fast food memiliki karakteristik yang dapat menarik minat konsumen.
Perusahaan fast food dari Amerika Serikat, seperti KFC dan Mc. Donald,
memiliki delapan karakteristik yang disebut 8 Fs sebagai label
perusahaan, yaitu fast, full, fresh, fried, family, fantasy, fordism, dan
franchising. Fast, full, dan fresh berkaitan dengan makanan yang cepat saji
dan mudah untuk didapatkan kapan pun dengan proses delivery. Fried
merupakan makanan yang paling digemari, yaitu digoreng. Family dan

fantasy berhubungan dengan konsep keluarga dalam menikmati hidangan
fast food. Fordism dan franchaising berbicara tentang peningkatan mutu dan
upaya mendapatkan target pemasaran, seperti harga terjangkau dan iklan
iklan menarik yang terutama ditujukan pada remaja.
29
Berbagai makanan
yang tergolong fast food adalah ayam goreng, kentang goreng, hamburger,
pizza, donat, dan lain-lain.
11

Bahaya fast food terhadap obesitas terkait dengan intake kalori yang
melebihi kebutuhan sehingga timbul ketidakseimbangan energi dalam
tubuh. Intake kalori total konsumen fast food sebesar 16,8% lebih besar dari
non fast food pada remaja yang berusia 14 tahun hingga 19 tahun.
Konsumen fast food mengkonsumsi total fat, saturated fat, karbohidrat, dan
tambahan gula yang berlebihan, dengan buah dan serat yang sedikit.
Densitas energi dan lemak yang tinggi ini menimbulkan intake kalori yang
berlebihan.
30
Komposisi fast food secara keseluruhan disajikan dalam tabel
berikut.











Tabel 3. Komposisi Fast Food
31

Makronutrien dan Mikronutrien Fast food

Energi (kkal)
Protein (% kkal)
Karbohidrat (% kkal)
Lemak (% kkal)
Serat (gr)
Kalsium (mg)
Besi (mg)
Sodium (mg)
Magnesium (mg)
Potasium (mg)
Fosfor (g)
Zink (mg)
Tiamin (mg)
Riboflavin (mg)
Niasin (mg)
Asam Folat (mg)
Vitamin B 6 (mg)
Vitamin B 12 (g)
Vitamin A (RE)
Vitamin C (mg)
Vitamin E


2020
19
50
31
12
896
14
3711
248
4018
1350
8,4
1,8
2
27
466
1,8
2,7
1075
329

2.1.3 Hubungan Konsumsi Fast Food dengan Obesitas pada Remaja
Masa remaja adalah fase perkembangan dinamis dalam kehidupan individu.
Masalah self image dan status gizi sering ditemukan pada masa ini.
16
Makan
di luar rumah dan jumlah kunjungan ke restoran fast food pun semakin
meningkat di kalangan remaja. Remaja secara positif memiliki asosiasi
ketertarikan terhadap fast food dengan alasan menyenangkan dan sosial. Hal
ini berakibat terhadap peningkatan Indeks Massa Tubuh (IMT) pada remaja
sehingga menyebabkan obesitas.
32
Fast food memiliki kuantitas asam lemak
tersaturasi dan asam lemak trans yang tinggi, serta memenuhi intake protein
dan karbohidrat yang adekuat. Konsumsi fast food dapat meningkatkan

respon metabolik dan hormonal yang berkaitan dengan terjadinya obesitas
pada remaja.
33

2.2 Kerangka Teori


















Genetik
- Riwayat obesitas
orang tua
- Defisiensi leptin
dan reseptornya
- Gen penyebab
obesitas

Remaja
- Self image
- Prestise
- Hubungan sosial

Diet
- Makan di luar rumah
- Fast food
- Fried food
- Breakfast skipping
Jenis Kelamin
- Perempuan > laki-laki
- Sensitivitas stres
meningkat pada
perempuan
berhubungan dengan
intake makanan
Aktivitas Fisik
- Aktivitas kurang
- Penggunaan waktu
luang dengan duduk
terutama untuk
menonton TV dan
bermain electronic
games
High density food
Lingkungan
- Sosioekonomi
- Pengetahuan
- Faktor keluarga
- Gaya hidup
Fast Food

Obesitas pada Remaja


2.3 Kerangka Konsep






Keterangan :
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
Variabel bebas : Konsumsi fast food
Variabel terikat : Obesitas
Variabel perancu : Genetik, lingkungan, diet, activity daily living, jenis
kelamin
2.4 Hipotesis Penelitian
Peneliti berhipotesis terdapat hubungan antara konsumsi fast food dengan
kejadian obesitas pada remaja.





Obesitas pada
Remaja
Konsumsi Fast Food

Diet:
Pola makan

Genetik

Activity Daily
Living Remaja
Gen penyebab
obesitas
Status ekonomi
keluarga
Lingkungan
Kejadian obesitas
pada orang tua

Jenis
Kelamin

BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kedokteran komunitas dalam
disiplin ilmu gizi. Penelitian akan dilakukan di beberapa kota di Indonesia
yang ditetapkan dalam rapat anggota BAPIN-ISMKI 2011, dan
dilaksanakan mulai November 2011 hingga April 2012.
3.2 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional yang dilakukan di
multisenter dengan desain cross sectional study untuk menilai hubungan
antara konsumsi fast food dengan kejadian obesitas pada remaja terkait
dengan faktor-faktor determinan lain yang mempengaruhinya.
3.3 Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel terikat pada penelitian ini adalah obesitas, sedangkan variabel
bebas adalah konsumsi fast food. Penelitian ini akan dipengaruhi oleh
beberapa variabel perancu, yaitu riwayat obesitas dalam keluarga, konsumsi
energi, aktivitas fisik, jenis kelamin, dan status ekonomi.
3.4 Definisi Operasional
a. Obesitas
Definisi : Keadaan berlebihan berat badan yang dialami oleh subjek
yang dinilai berdasarkan IMT
Cara ukur : Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan subjek,
kemudian mencari nilai IMT berdasarkan CDC 2000



Hasil ukur : Tidak obesitas jika IMT < persentil 85
Preobesitas jika IMT persentil 85 - 94
Obesitas jika IMT persentil 95
Skala ukur : Ordinal
b. Konsumsi fast food
Definisi : Jumlah energi yang berasal dari fast food yang dikonsumsi
oleh subjek. Fast food yang dimaksud adalah makanan yang
disiapkan dan disajikan secara cepat pada beberapa restoran
ternama di Indonesia, seperti KFC, CFC, Texas Chicken,
AW, McDonals, Pizza Hut, dan lain-lain.
Cara ukur : Wawancara subjek
Alat ukur : FFQ semi kuantitatif
Hasil ukur : Asupan rata-rata energi dari fast food yang dikonsumsi
subjek per hari, dalam satuan kalori
Skala ukur : Rasio
c. Riwayat obesitas dalam keluarga
Definisi : Data riwayat obesitas dalam keluarga subjek, yaitu
mengenai ada atau tidaknya orang tua subjek yang
mengalami obesitas
Cara ukur : Subjek diberikan formulir yang telah disediakan oleh
peneliti, untuk mengambil data tinggi badan dan berat
badan kedua orang tua subjek. Surveyor menghitung IMT
orang tua subjek berdasarkan data yang diterima dari
subjek.
Alat ukur : Kuesioner




Hasil ukur : Kejadian obesitas pada orang tua subjek dikategorikan
dalam:
- Salah satu orang tua obesitas
- Kedua orang tua obesitas
- Orang tua tidak obesitas
Skala ukur : Nominal
d. Konsumsi energi
Definisi : Jumlah energi yang berasal dari makanan dan minuman
yang dikonsumsi subjek (non fast food)
Cara ukur : Wawancara subjek
Alat ukur : FFQ semi kuantitatif
Hasil ukur : Asupan rata-rata energi non fast food yang dikonsumsi
subjek per hari, dengan kategori:
34

- Asupan tidak berlebih bila persentase konsumsi 110%
AKG
- Asupan berlebih bila persentase konsumsi >110% AKG
Skala ukur : Ordinal
e. Aktivitas fisik
Definisi : Suatu bentuk aktivitas subjek yang diukur melalui
banyaknya frekuensi dan lamanya (durasi) aktivitas tersebut
dilakukan
Cara ukur : Wawancara subjek
Alat ukur : Kuesioner kebiasaan aktivitas fisik
Hasil ukur : Total skor aktivitas fisik dinilai berdasarkan skala skor
Indeks Aktivitas Fisik Baecke, dengan kategori:
34

- Kurang aktif jika skor IAF 7,4
- Aktif jika skor IAF 7,5-10,5
- Sangat aktif jika skor IAF > 10,5
Skala ukur : Ordinal

f. Jenis kelamin
Definisi : Jenis kelamin subjek berdasarkan kartu pelajar
Cara ukur : Wawancara subjek
Alat ukur : Kuesioner
Hasil ukur : Jenis kelamin subjek dikategorikan pada,
- Pria
- Wanita
Skala ukur : Nominal
g. Status ekonomi
Definisi : Pola pendapatan harian rumah tangga (keluarga) subjek per
kapita yang dihitung berdasarkan pendekatan absolut
Cara ukur : Subjek diberikan formulir yang telah disediakan peneliti,
untuk mengambil data jumlah penghasilan total dan jumlah
tanggungan rumah tangga (keluarga) subjek. Kemudian
surveyor menjelaskan tentang formulir yang akan diisi
tersebut kepada subjek hingga diasumsikan bahwa subjek
telah mengerti mengenai data yang diinginkan peneliti.
Status ekonomi keluarga subjek dihitung oleh surveyor
berdasarkan data yang diterima dari subjek.
Alat ukur : Kuesioner
Hasil ukur : Status ekonomi keluarga subjek dikategorikan dalam:
35

- Kelas rendah, jika < USD 2 per kapita per hari
- Kelas menengah, jika USD 2-20 per kapita per hari
- Kelas tinggi, jika > USD 20 per kapita per hari
Skala ukur : Ordinal




3.5 Subjek Penelitian
Populasi target adalah siswa SMA/sederajat yang berusia 15-17. Populasi
terjangkau adalah siswa SMA/sederajat yang berusia 15-17 tahun dan
berdomisili di kota-kota tempat penelitian ini dilakukan.
3.6 Kriteria Inklusi dan Eksklusi
3.6.1 Kriteria Penerimaan (Inklusi)
Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah,
a. Usia 15-17 tahun
b. Bersedia mengikuti penelitian
3.6.2 Kriteria Penolakan (Eksklusi)
Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah,
a. Subjek sedang mengkonsumsi obat penurun berat badan atau obat
penambah hormon
b. Subjek emiliki riwayat penyakit metabolik, seperti menderita gangguan
fungsi hati atau menderita diabetes mellitus
3.7 Sampel Penelitian
3.7.1 Besar Sampel
Sampel penelitian adalah subjek yang diambil dari populasi studi yang
memenuhi kriteria penerimaan dan kriteria penolakan. Besar sampel pada
penelitian ini dihitung berdasarkan jumlah siswa SMA/sederajat yang ada di
kota-kota tempat penelitian ini dilakukan. Berdasarkan data dari Dinas
Pendidikan Kota Padang, jumlah siswa SMA/sederajat di Kota Padang
tahun 2010 adalah 41033 orang. Untuk menentukan besar sampel minimal,
jumlah subjek dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus:
36



n = Z
2
1- /2
p ( 1 p ) N
d
2
( N 1 ) + Z
2
1- /2
p ( 1 p )
n = 124 orang
Keterangan:
n : Jumlah sampel
: Derajat kepercayaan, yaitu 5%
p : Proporsi obesitas remaja 15-17 tahun, yaitu 9,03%
11

N : Jumlah populasi, yaitu 41033 orang
d : Limit error, yaitu 0,05
Dari hasil penghitungan, didapat sampel sebesar 124 orang. Untuk koreksi
besar sampel, digunakan rumus:
37

n = n / (1-f)
n merupakan koreksi besar sampel, n adalah besar sampel yang dihitung,
dan f merupakan proporsi sampel yang drop out (10%). Maka didapatkan
jumlah sampel total di Kota Padang adalah 138 orang. Penentuan besar
sampel di center-center lain disesuaikan dengan rumus.
3.7.2 Cara Pengambilan Sampel
Sampel pada penelitian ini dipilih dengan teknik multistage random
sampling.
3.8 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner, timbangan
berat badan, dan alat ukur tinggi badan.
3.8.1 Kuesioner
a. Form A : Formulir skrining awal subjek penelitian, bertujuan untuk
mendapatkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi.

b. Form B : Formulir data umum dan antropometri subjek penelitian.
c. Form C : Kuesioner orang tua, yang diberikan pada subjek untuk
ditanyakan kepada orang tua.
d. Form D : Formulir FFQ semi kuantitatif, untuk mendapatkan data
mengenai konsumsi fast food dan konsumsi non fast food
oleh subjek.
e. Form E : Kuesioner kebiasaan aktivitas fisik, untuk mendapatkan
data mengenai aktivitas fisik subjek.
f. Form F : Formulir data holistik, merupakan formulir yang berisi
gabungan (rangkuman) dari seluruh data yang didapat.
3.8.2 Alat
Nama Alat Jenis Keterangan Alat Ketelitian
Timbangan
Badan
Timbangan
injak
Diproduksi oleh Camry,
model CAMR002, merek
Camry BR 9015B, untuk
kondisi obesitas.
0,1 kg
Stature Meter Microtoise
Microtoise Stature Meter
2M.
0,1 cm

3.9 Cara Pengumpulan Data
3.9.1 Jenis Data yang Dikumpulkan
Jenis data primer yang dikumpulkan adalah,
a. IMT yang dinilai melalui data antropometri
b. Asupan rata-rata energi dari fast food per hari
c. Riwayat obesitas pada orang tua
d. Asupan rata-rata energi non fast food yang dikonsumsi per hari
e. Skor aktivitas fisik
f. Jenis kelamin
g. Jumlah pendapatan harian rumah tangga per kapita

Data sekunder meliputi data jumlah sekolah dan jumlah siswa SMA di tiap
tiap kota tempat penelitian ini dilakukan.
3.9.2 Waktu dan Tempat Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan pada bulan Desember 2011 hingga Februari
2012, disesuaikan dengan jadwal akademik pada SMA/sederajat terpilih.
Pengumpulan data dilakukan di SMA/sederajat terpilih.
3.9.3 Cara Pengumpulan Data
a. Tahap persiapan
Pengumpulan data dilakukan di kota-kota yang telah ditetapkan dalam rapat
anggota BAPIN-ISMKI 2011. Untuk itu, diperlukan sosialisasi dan
persamaan persepsi antara peneliti utama dengan tim dari tiap-tiap center
institusi. Setelah sosialisasi dilakukan, center institusi mencari data
mengenai jumlah siswa SMA/sederajat melalui dinas pendidikan di kota
setempat. Berdasarkan data ini, center institusi menetapkan besar sampel
penelitian. Selanjutnya, center institusi menetapkan sekolah tempat
pengambilan sampel. Di SMA/sederajat terpilih, center institusi mengambil
sampel berdasarkan proporsi jumlah siswa kelas X, XI, dan XII.

b. Tahap pengambilan data
Pengambilan data dilakukan dengan cara berikut,
1. Wawancara subjek
Wawancara dilakukan dengan menggunakan form B, D, dan E. Data
yang diperoleh melalui wawancara ini adalah berupa,
a. Data umum subjek
b. Data konsumsi energi subjek (fast food dan non fast food)
Data konsumsi energi subjek dinilai melalui FFQ semi kuantitatif
berdasarkan frekuensi dan kuantitas makanan yang diukur dalam
satuan rumah tangga (URT).

c. Data kebiasaan aktivitas fisik subjek
Data kebiasaan aktivitas fisik subjek dihitung dengan
menggunakan kuesioner kebiasaan aktivitas fisik Baecke yang
dikalkulasikan dalam bentuk skor IAF.
2. Pemeriksaan antropometri subjek
Pemeriksaan antropometri yang dilakukan adalah,
a. Berat badan
Berat badan subjek diukur dengan timbangan injak, yang dilakukan
sebanyak 2 kali tanpa menggunakan sandal, sepatu, atau barang
barang yang memberatkan. Hasil pengukuran adalah rata-rata dari 2
kali pemeriksaan. Berat badan diukur dengan cara:
38

a) Timbangan ditempatkan di tempat yang rata
b) Subjek naik ke atas timbangan dengan posisi badan tegap, serta
padangan lurus ke depan sampai timbangan menunjukan berat
badan subjek
c) Pengukur menilai jarum penunjuk tepat di depan subjek yang
ditimbang, dengan posisi mata tegak lurus jarum penunjuk
d) Data berat badan diukur dalam satuan kilogram
b. Tinggi badan
Tinggi badan subjek diukur dengan menggunakan microtoise /
mikrotoa, tanpa menggunakan sendal, sepatu, atau topi. Tinggi
badan diukur dengan cara:
38

a) Pilih lantai yang rata
b) Mikrotoa ditempelkan dengan paku pada dinding yang lurus datar
setinggi tepat dua meter dengan angka 0 (nol) pada lantai yang
datar
c) Subjek diukur pada posisi tegak, seperti sikap tegap sempurna.
Siku lurus, tumit, pinggul, bahu, dan kepala bagian belakang

menempel pada dinding, serta muka menghadap lurus dengan
pandangan ke depan
d) Mikrotoa diturunkan hingga rapat pada kepala bagian atas
e) Angka dibaca pada skala yang tampak pada lubang dalam
gulungan mikrotoa. Angka tersebut menunjukkan tinggi subjek
yang diukur.
f) Data tinggi badan dicatat dalam satuan sentimeter
c. IMT
Indeks Massa Tubuh (IMT) dihitung berdasarkan rumus:
IMT = Berat Badan (kg)
Tinggi Badan
2
(m
2
)
Hasil pengukuran IMT dikonversikan ke dalam grafik CDC 2000.
Subjek dikatakan tidak obesitas jika IMT < presentil 85, preobesitas
jika IMT presentil 85 94, dan obesitas jika IMT persentil 95.
3. Pengambilan data orang tua subjek
Pengambilan data orang tua subjek dilakukan dengan menggunakan
form C. Data ini diisi oleh subjek di rumah.
a. Status ekonomi keluarga
Pendapatan harian rumah tangga per kapita dihitung berdasarkan
rumus:
Jumlah pendapatan total rumah tangga dalam 1 bulan : 30
Jumlah tanggungan keluarga
Hasil dari penghitungan pendapatan harian rumah tangga per kapita
ini dikonversikan dalam bentuk US Dolar.



b. Riwayat obesitas dalam keluarga
Riwayat obesitas dalam keluarga dihitung berdasarkan IMT kedua
orang tua subjek.

3.9.4 Alur Penelitian
















3.10 Pengolahan dan Teknik Analisis Data
3.10.1 Pengolahan Data
Data yang diperoleh dari pengukuran antropometri, wawancara, dan
kuesioner diolah dengan tahap-tahap berikut,

Remaja usia 15-17 tahun
Tidak ada riwayat penyakit metabolik, penggunaan obat
penurun berat badan, dan penggunaan obat penambah hormon
Wawancara : Data umum, konsumsi energi (fast food dan non
fast food), dan aktivitas fisik
Pemeriksaan antropometri : IMT (berat badan dan tinggi badan)
Pengambilan data orang tua : Status ekonomi (pendapatan total
rumah tangga dan jumlah tanggungan rumah tangga) dan riwayat
obesitas keluarga (IMT kedua orang tua)
Kriteria Penerimaan
Sampel Penelitian
Hasil
Kesimpulan Analisis Statistik

a. Pengecekan data (editing)
Editing adalah kegiatan melakukan pengecekan kuesioner yang ada,
apakah jawaban sudah jelas, lengkap, relevan, dan konsisten.
Pengecekan dilakukan dengan memeriksa form A, B, C, D, E dan F.
Apabila dalam formulir ditemukan isian yang belum lengkap atau tidak
konsisten, maka dilakukan pengecekan ulang pada subjek.
b. Pengkodean data (coding)
Coding dilakukan setelah proses editing selesai. Coding dilakukan
dengan cara mengubah kuesioner dari bentuk huruf menjadi bentuk
angka untuk memudahkan entry dan pengolahan data.
c. Memasukan data (entry data)
Pada tahap ini, center institusi melakukan entry data pada program
komputer agar data dapat dianalisis. Program yang digunakan adalah
Nutrisurvey untuk FFQ, dan SPSS 15.0 for windows.
d. Cleaning
Cleaning dilakukan untuk pengecekan kembali data yang di-entry,
apakah terdapat kesalahan dalam data atau ada data yang kurang.
3.10.2 Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan oleh peneliti. Analisis data dilakukan agar data
memiliki arti. Analisis yang akan dilakukan adalah,
a. Analisis univariat
Pada analisis univariat, data yang berskala nominal dan ordinal, seperti
kejadian obesitas, riwayat obesitas, konsumsi energi, aktivitas fisik,
jenis kelamin, dan status ekonomi, dinyatakan dalam distribusi
frekuensi dan persen. Sedangkan data yang berskala rasio, seperti
konsumsi fast food, disajikan sebagai mean, median, nilai maksimum,
nilai minimum dan simpangan baku.



b. Analisis bivariat
Analisis ini dilakukan untuk melihat hubungan antara dua variabel,
yaitu variabel terikat dan variabel bebas, dan juga digunakan untuk
melihat hubungan kedua variabel tersebut berdasarkan faktor-faktor
perancu. Uji chi square digunakan untuk melihat hubungan antara dua
variabel kategorik, seperti hubungan antara aktivitas fisik dengan
kejadian obesitas. Sedangkan uji T independen digunakan untuk
melihat hubungan antara konsumsi fast food dengan kejadian obesitas.
Untuk menilai kuatnya hubungan antar variabel digunakan uji korelasi
Pearson untuk skala variabel rasio, dan uji korelasi Spearman dan
Kendall untuk skala variabel ordinal.
c. Analisis multivariat
Analisis ini dilakukan untuk melihat hubungan variabel bebas
(konsumsi fast food) dengan variabel terikat (kejadian obesitas) dengan
mengontrol variabel perancu (riwayat obesitas dalam keluarga,
konsumsi energi, aktivitas fisik, jenis kelamin, dan status ekonomi).
Analisis statistik yang digunakan adalah uji statistik regresi logistik
ganda. Sebelum melakukan uji multivariat, penetili terlebih dahulu
melakukan penyaringan terhadap variabel perancu dengan melihat nilai
p pada masing-masing variabel setelah dilakukan uji bivariat dengan
variabel terikat. Variabel independen yang terpilih untuk dilakukan uji
multivariat adalah variabel dengan nilai p < 0,05.
3.11 Quality Control
a. Uji coba kuesioner
Uji coba kuesioner peneliti lakukan dalam rangka mengendalikan mutu
kuesioner yang akan digunakan, sehingga kesalahan interpretasi
responden terhadap kuesioner dapat diminimalisasi.



b. Standardisasi cara pengukuran
Untuk menjamin kualitas data penelitian, peneliti melampirkan cara
pengukuran berat badan, tinggi badan, dan kebiasaan aktivitas fisik
pada formulir yang disediakan.
c. Double entry dalam pengolahan data
Double entry dalam pengolahan data dilakukan untuk menghindari
terjadinya kesalahan dalam pengolahan dan analisis data.

























DAFTAR PUSTAKA
1. Ramesh Poluru, Sumoni Mukherjee. Concurrent Prevalence of Underweight
and Overweight among Women in India: The Case of Western States.
Research and Practice in Social Sciences 2010 August; 6: 22-42.
2. Depkes. Status Gizi Penduduk Riskesdas Tahun 2007. Depkes; 2008.
3. Siti Nurul Hidayati, Rudi Irawan, Boerhan Hidayat. Obesitas pada Anak.
Surabaya: Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga; 2008.
4. Benjamin J. Sadock, Virginia A. Sadock. Human Development throughout
the Life Cycle. In: Benjamin J. Sadock, Virginia A, editor. Synopsis of
Psichiatry Behavioral Sciences/Clinical Psichiatry. USA: Lippincott Williams
and Wilkins; 2007.
5. Bernard Fortin, Myra Yazbeck. Peer Effect, Fast Food Consumption, and
Adolescent Weight Gain. Scientific Series. Montreal: Partenaires
Universitaires; 2011.
6. Mahdiah, Hamam Hadi, Susetyowati. Prevalensi Obesitas dan Hubungan
Konsumsi Fast Food dengan Kejadian Obesitas pada Remaja SLTP Kota dan
Desa di Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Gizi Klinik Indonesia 2004
Nov; 1: 72-85.
7. George Ritzer. The McDonaldization of Society. Journal of American Society
1983; 6: 100-107.
8. Khomsiyah Kartika Dewi. Pola Konsumsi Fast Food dan Status Gizi Remaja
Pengunjung Beberapa Restoran Fast Food di Semarang. Skripsi.
9. Barbara A. Bowma, Robert M. Russel. Present Knowledge in Nutrition.
Washington DC: Internasional Life Sciences Institute; 2001.
10. Ida Ayu Eka Padmiari, Hamam Hadi. Konsumsi Fast Food sebagai Faktor
Risiko Obesitas pada Anak SD. Artikel. Yogyakarta: Bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat FK UGM.

11. G. Virgianto. A. A. P. Konsumsi Fast Food sebagai Faktor Risiko Terjadinya
Obesitas pada Remaja Usia 15-17 Tahun. Artikel Ilmiah. Semarang: Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro; 2006.
12. Eunkyung Park. Overweight Youth in Minnesota, Their Eating Habits and
Physical Activity: Data from 2007 Minnesota Student Survey. Minnesota:
Minnesota Department of Human Service; 2008 Oct.
13. Escott-Stump, Sylvia. Nutrition and Diagnosis-Related Care. USA: Lippincot
Williams & Wilkins; 2008.
14. A.H. Markum, Sofyan Ismael, Husein Alatas, Arwin Akib, Agus Firmansyah,
Sudigdo Satroasmoro. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: FKUI; 1991.
h. 164-166.
15. Lewis A. Barness, John S. Curran. Nutrisi bagian Obesitas. Behrman,
Kliegman, Arvin, penyunting. Samik Wahab, penyunting edisi bahasa
Indonesia. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Jakarta: EGC; 2000. h. 214-218.
16. Nancy Pardede. Masa Remaja. Dalam: Moersintowarti B. Narendra, Titi S.
Sularyo, Soetjiningsih, Hariyono Suyitno, IG. N. Gede Ranuh, Sambas
Wiradisuria, penyunting. Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jakarta: CV.
Sagung Seto; 2008. h. 138-169.
17. Robert D. Needlman. Pertumbuhan dan Perkembangan bagian Kedewasaan.
Behrman, Kliegman, Arvin, penyunting. Samik Wahab, penyunting edisi
bahasa Indonesia. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Jakarta: EGC; 2000. h. 72-
78.
18. IS Farooqi, S ORahilly. New Advances in the Genetics of Early Onset
Obesity. International Journal of Obesity 2005; 29: 1142-1152.
19. Cara B Ebbeling, Dorota B Pawlak, David S Ludwig. Childhood Obesity:
Public-Health Crisis, Common Sense Cure. Lancet 2002 August 10; 360:
47382.
20. K. R. Fox, M. Hillsdon. Physical Activity and Obesity. Obesity Reviews
2007; 8 (Suppl. 1): 115121.
21. Pilar Guallar-Castillon, Fernando Rodrguez-Artalejo, Nlida Schmid
Forns, Jos R Banegas, Pilar Amiano Etxezarreta, Eva Ardanaz et al. Intake

of Fried Foods is Associated with Obesity in the Cohort of Spanish Adults
from the European Prospective Investigation into Cancer and Nutrition. Am J
Clin Nutr 2007 Feb 21; 86: 198 205.
22. Jonas J Thompson - McCormick BM, Jennifer J Thomas PhD, Asenaca
Bainivualiku BA, A Nisha Khan, Anne E Becker MD. Breakfast Skipping as
A Risk Correlate of Overweight and Obesity in School-going Ethnic Fijian
Adolescent Girls. Asia Pac J Clin Nutr 2010; 19 (3): 372-382.
23. Diana E. Pankevich, Tracy L. Bale. Stress and Sex Influences on Food-
seeking Behaviors. Obesity 2008 Apr 10; 16: 1539-1544.
24. Fatimah Dewi Atikah. Efek Intervensi Diit dan Aktivitas Fisik terhadap Profil
Lipid Anak dengan Obesitas. [Thesis]. Medan: Bagian Ilmu Kesehatan Anak
FK USU; 2007. h. 5-6.
25. M. Fauziar Achnar. Hubungan antara Indeks Massa Tubuh dengan Hipertensi
pada Anak. Artikel Karya Tulis Ilmiah. Semarang: Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro; 2007. h. 1.
26. Center for Disease Control (CDC). Defining Overweight and Obesity.
Division of Nutrition, Physical Activity and Obesity, National Center for
Chronic Disease Prevention and Health Promotion; 2010 Jun 21. Available
from: URL: http://www.cdc.gov/obesity/defining.html
27. Merriam-Webster. Fast Food. Available from: URL: http://www.merriam-
webster.com/dictionary/fast%20food
28. Dian Tri Hastuti. Faktor Risiko Frekuensi Konsumsi Fast Food terhadap
Kejadian Kegemukan (Overweight) pada Remaja di SMA Batik I Surakarta.
Skripsi. Surakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan Surakarta; 2008.
29. Yu Cui, Zhang Ting. American Fast Food in Chinese Market : A Cross
Cultural Perspective - The Case of KFC and McDonalds. [Masters
Dissertation in International Marketing]. Halmstad : University of Halmstad
School of Business and Engineering; 2009: 20-21.
30. Shanthy A. Bowman, PhD, Steven L. Gortmaker, PhD, Cara B. Ebbeling,
PhD, Mark A. Pereira, PhD, David S. Ludwig, MD, PhD. Effects of Fast-

Food Consumption on Energy Intake and Diet Quality Among Children in A
National Household Survey. Pediatrics 2004 Jan 1; 113.
31. S Rice, EJ McAllister, NV Dhurandhar. Fast food: friendly? International
Journal of Obesity 2007 Mar 6; 31: 884886.
32. Jayna M. Dave, Lawrence C. An, Robert W. Jeffery, Jasjit S. Ahluwalia.
Relationship of Attitudes Toward Fast Food and Frequency of Fast-food
Intake in Adults. Obesity 2009 Feb 26; 17: 11641170.
33. George A. Bray, Marlene Most, Jennifer Rood, Stephen Redmann, Steven R.
Smith. Hormonal Responses to a Fast - Food Meal Compared with
Nutritionally Comparable Meals of Different Composition. Ann Nutr Metab
2007 May 29; 51: 163171.
34. Defniwita Yuska. Hubungan Pengetahuan Gizi Konsumsi Sayuran dan Buah
dengan Kejadian Obesitas pada Ibu Rumah Tangga di Kota Padang Tahun
2010. Skripsi. Padang: Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat; 2010.
35. World Bank. Perkembangan Triwulan Perekonomian Indonesia Mengulangi
Tahun 2008? World Bank; 2011 Mar.
36. Suyatno. Menghitung Besar Sampel Penelitian Kesehatan Masyarakat.
Available from: URL: http://suyatno.blog.undip.ac.id/files/2010/05/
menghitung-besar-sampel-penelitian.pdf
37. Bambang Madiyono, S.Moeslichan Mz, Sudigdo Sastroasmoro, I Budiman,
S.Harry Purwanto. Perkiraan Besar Sampel. Dalam: Sudigdo Sastroasmoro,
Sofyan Ismael, penyunting. Dasar-Dasar Metodologi Klinis. Ed.3. Jakarta:
Sagung Seto; 2008. h. 327.
38. Yani Maidel Wita. Pengaruh Diet Rendah Kalori Seimbang dan Latihan
Fisik Aerobik terhadap Profil Lipid dan Tekanan Darah Perempuan Obesitas.
[thesis]. Padang: Program Pascasarjana Ilmu Biomedik; 2009.

Anda mungkin juga menyukai