Anda di halaman 1dari 7

PENDAHULUAN

1. Latar belakang
Pembedahan dalam bidang kedokteran gigi dan mulut terdiri dari bedah dentoalveolar
(ondontektomi, operkulektomi, dsb), bedah prostetik (alveolektomi, gingivektomi,
frenektomi, vestibuloplasti, torus removal, dan implan), bedah orthognatik, dan bedah
konservatif. Tindakan pembedahan merupakan tindakan yang berisiko baik terhadap
pasien maupun terhadap operator beserta staf. Risiko yang sering terjadi adalah
kontaminasi mikroorganisme baik bakteri maupun virus. Penularan dapat melalui darah,
saliva, instrumen pembedahan. Selain kontaminasi mikroorganisme juga terdapat
komplikasi selama pembedahan dari komplikasi ringan sampai kepada kematian pasien.
Pencegahan infeksi pasca bedah pada pasien dengan operasi bersih terkontaminasi,
terkontaminasi, dan beberapa operasi bersih dengan penggunaan antimikroba profilaksis
diakui sebagai prinsip bedah. Pada pasien dengan operasi terkontaminasi dan operasi
kotor, profilaksis bukan satu-satunya pertimbangan. Penggunaan antimikroba di kamar
operasi, bertujuan mengontrol penyebaran infeksi pada saat pembedahan.Pada pasien
dengan operasi bersih terkontaminasi, tujuan profilaksis untuk mengurangi jumlah bakteri
yang ada pada jaringan mukosa yang mungkin muncul pada daerah operasi.
Tujuan terapi antibiotik profilaksis untuk mencegah perkembangan infeksi dengan
menghambat mikroorganisme. CDC merekomendasikan parenteral antibiotik profilaksis
seharusnya dimulai dalam 2 jam sebelum operasi untuk menghasilkan efek terapi selama
operasi dan tidak diberikan lebih dari 48 jam. Pada luka operasi bersih dan bersih
terkontaminasi tidak diberikan dosis tambahan post operasi karena dapat menimbulkan
resistensi bakteri terhadap antibiotik .Bernard dan Cole, Polk Lopez-Mayormembuktikan
keefektifan antibiotik profilaksis sebelum operasi dalam pencegahan infeksi post operasi
elektif bersih terkontaminasi dan antibiotik yang diberikan setelah operasi tidak
mempunyai efek profilaksis (Bennet, J.V, Brachman, P, 1992 : 688).

2. Permasalahan
Bagaimana cara pemberian obat antibiotik secara rasional pada pembedahan gigi dan
mulut?
3. Tujuan
Untuk mengetahui cara pemberian obat antibiotik secara rasional pada pembedahan
gigi dan mulut.
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Antibiotik
Antimikroba atau antibiotik adalah obat atau zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba,
terutama fungi, yang dapat menghambat/membasmi mikroba lain (jasad renik / bakteri),
khususnya mikroba yang merugikan manusia (penyebab infeksi pada manusia).1 Antibiotika
adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang mempunyai efek menekan atau
menghentikan suatu proses biokimia di dalam organisme, khususnya dalam proses infeksi oleh
bakteri.2 Penggunaan antibiotika khususnya berkaitan dengan pengobatan penyakit infeksi.
Antibiotika bekerja seperti pestisida dengan menekan atau memutus satu mata rantai
metabolisme, hanya saja targetnya adalah bakteri. Antibiotik tidak efektif menangani infeksi
akibat virus, jamur, atau nonbakteri lainnya, dan setiap antibiotik sangat beragam keefektifannya
dalam melawan berbagai jenis bakteri. Ada antibiotika yang membidik bakteri gram negatif atau
gram positif, ada pula yang spektrumnya lebih luas. Keefektifannya juga bergantung pada lokasi
infeksi dan kemampuan antibiotik mencapai lokasi tersebut.
Antibiotika dapat digolongkan berdasarkan mekanisme kerja senyawa tersebut. Ada lima
kelompok antibiotika berdasarkan mekanisme kerjanya1 :
1. Antibiotik yang menghambat sintesis dinding sel bakteri, mencakup golongan Penisilin,
Sefalosporin, Basitrasin, Vankomisin, Sikloserin.1,6,13
2. Antibiotik yang menghambat/mengganggu fungsi selaput/membran sel bakteri, mencakup
Polimiksin.
3. Antibiotik yang menghambat sintesis protein sel bakteri, mencakup banyak jenis antibiotik,
terutama dari golongan Makrolid, Aminoglikosid, Tetrasiklin, Kloramfenikol, Linkomisin.
4. Antibiotik yang menghambat sintesis asam nukleat sel bakteri, mencakup golongan Quinolone,
Rifampisin.1,6,13
5. Antibiotik yang menghambat metabolisme sel bakteri, mencakup golongan Sulfonamide,
Trimetoprim, Asam p-AminoSalisilat (PAS), Sulfon.1 Bakteri dapat menjadi resisten/kebal
terhadap antibiotik melalui mekanisme-mekanisme tertentu. Sementara itu terdapat faktor-faktor
yang memudahkan berkembangnya resistensi di klinik antara lain karena penggunaan antibiotik
yang sering, penggunaan antibiotik yang irasional, penggunaan antibiotik baru yang berlebihan,
penggunaan antibiotik untuk jangka waktu lama, penggunaan antibiotik untuk ternak, dan
beberapa faktor lain seperti kemudahan transportasi modern, perilaku seksual, sanitasi buruk, dan
kondisi perumahan yang tidak memenuhi syarat.1


2.2. Rasionalitas penggunaan antibiotik
Pemakaian obat secara rasional berarti hanya menggunakan obat-obatan yang telah
terbukti keamanan dan efektifitasnya dengan uji klinik.14 Suatu pengobatan dikatakan rasional
bila memenuhi beberapa kriteria tertentu.7 Kriteria pemakaian obat secara rasional meliputi
(Departemen Kesehatan R.I.,1997)15 : tepat indikasi, tepat obat, tepat penderita, tepat dosis dan
cara pemakaian, serta waspada efek samping.7,14,15
2.2.1. Tepat indikasi
Indikasi pemakaian obat secara khusus adalah indikasi medik bahwa intervensi dengan obat
(antibiotik) memang diperlukan dan telah diketahui memberikan manfaat terapetik. Pada banyak
keadaan, ketidakrasionalan pemakaian obat terjadi oleh karena keperluan intervensi
farmakoterapi dan kemanfaatannya tidak jelas. Pertanyaan yang harus dijawab dalam kriteria
indikasi ini adalah "Apakah obat (antibiotik) diperlukan?". Kalau ya, efek klinik apa yang paling
berperan terhadap manfaat terapetik. Hal ini akan menentukan evaluasi terhadap hasil terapi.7
2.2.2. Tepat obat
Pemilihan jenis obat harus memenuhi beberapa segi pertimbangan, yakni :
a. Kemanfaatan dan keamanan obat sudah terbukti secara pasti.7
b. Obat (antibiotik) memiliki efektifitas 4 yang telah terbukti.
c. Jenis antibiotik sesuai dengan sensitivitas dari dugaan kuman penyebab4 berdasarkan terapi
empirik (educated guess) atau sesuai dengan hasil uji sensitifitas terhadap kuman penyebab
jika uji sensitifitas dilakukan.1
d. Derajat penyakit pasien; pasien dengan penyakit berat butuh obat yang bisa cepat mencapai
kadar obat dalam plasma dan cepat mengeradikasi kuman penyebab infeksi sehingga cepat
meredakan penderitaan pasien.1
e. Risiko dari pengobatan dipilih yang paling kecil untuk pasien dan imbang dengan manfaat
yang akan diperoleh. Risiko pengobatan mencakup toksisitas obat, efek samping, dan interaksi
dengan obat lain.7
f. Biaya obat paling sesuai untuk alternatif-alternatif obat dengan manfaat dan keamanan yang
sama dan paling terjangkau oleh pasien (affordable).7
g. Jenis obat yang paling mudah didapat (available).4,7
h. Cara pemakaian paling cocok dan paling mudah diikuti pasien.7
i. Sedikit mungkin kombinasi obat atau jumlah jenis obat.7 Banyak ketidakrasionalan terjadi oleh
karena pemilihan obat-obat dengan manfaat dan keamanan yang tidak jelas atau pemilihan obat.
obat yang mahal padahal alternatif yang sama dengan harga lebih murah juga tersedia.7


2.2.3. Tepat penderita
Ketepatan pasien serta penilaiannya mencakup pertimbangan apakah ada kontraindikasi atau
adakah kondisi-kondisi khusus yang memerlukan penyesuaian dosis secara individual.7
2.2.4. Tepat cara pemakaian dan dosis obat
Cara pemakaian obat memerlukan pertimbangan farmakokinetika, yakni: cara pemberian, besar
dosis, frekuensi pemberian dan lama pemberian, sampai ke pemilihan cara pemakaian yang
paling mudah diikuti oleh pasien dan paling aman serta efektif untuk pasien. Apakah
pasien benar-benar memerlukan suntikan? Oleh karena sebagian besar pemberian suntikan yang
terjadi umumnya tidak ada indikasi secara jelas, dan sering tidak memberikan kelebihan manfaat
dibandingkan alternatif pemberian lain. Juga perlu dipertimbangkan di sini adalah kemungkinan
terjadinya interaksi bila diberikan obat lebih dari satu.7
a. besar dosis : tergantung usia, fungsi organ hepar, ginjal, jantung,1 jenis infeksi dan penetrasi
obat ke tempat infeksi.4
b. frekuensi/interval pemberian : tergantung waktu paruh obat, kadar obat dalam plasma (KOP).
c. cara/rute pemberian : tergantung derajat berat gejala klinik penyakit berat butuh waktu cepat
untuk mencapai kadar obat dalam plasma sehingga cepat meredakan penderitaan pasien;
tergantung kemampuan pasien meminum obat lewat mulut (kesadaran pasien, keadaan fisik
pasien, kemampuan absorpsi saluran cerna).1
d. lama pemberian : tergantung pada respon/perbaikan gejala klinik, mikrobiologik, ataupun
radiologik.4
2.2.5. Waspada efek samping obat
Waspada terhadap efek samping obat mencakup penilaian apakah ada keadaan yang merupakan
faktor konsitusi terjadinya efek samping obat pada penderita. Jika kemudian terjadi efek samping
tertentu, bagaimana menentukan dan menanganinya.7

PROPILAKSIS ANTIBIOTIK

Penggunaan antibiotik profilaksis menjadi suatu komponen penting dalam standard penanganan
pasien bedah, karena dapat mengurangi resiko infeksi pasca bedah.
Beberapa prinsip pembe rian antibiotik profilaksis adalah :
1. Pro filaksis diberikan pada pro sedur bedah yang memiliki re siko tinggi
te rkontaminasi o leh bakteri yang dapat meningkatkan infeksi pasc a bedah.
8
2. Organisme penye bab infeksi harus dike tahui atau dapat diduga se belumnya.
3. Antibio tik harus aktif te rhadap bakteri penyebab infeksi dan sedapat mungkin
menghindari spektrum luas. Antibio tik spektrum luas generasi te rbaru
se baiknya dic adangkan untuk infeksi yang re sisten.
4. Antibio tik harus berada didalam jaringan dalam konsentrasi yang e fektif
pada saat insisi dilakukan atau saat te rjadi kontaminasi. Kegagalan
pembe rian pro filaksis se ring disebabkan pemberian antibio tik yang te rlambat
atau te rlalu dini.
5. Aktifitas antibio tik pro filaksis yang te rpilih harus e fektif menc akup se bagian
be sar pato gen yang se ring mengkontaminasi luka insisi atau daerah
pembedahan.
6. Pro filaksis umumnya diberikan pada waktu se belum pembedahan, biasanya
30 menit se belum insisi dilakukan atau pada saat induksi ane ste si.
7. Antibio tik pro filaksis diberikan dalam do sis tunggal dapat menimbulkan
ko nsentrasi yang e fektif dalam jaringan se be lum te rjadi ko ntaminasi bakteri
intra bedah.
8. Pada tindakan bedah kurang dari 3 jam, c ukup dibe rikan do sis tunggal.
Tindakan yang dapat menye babkan kehilangan darah yang c epat dan atau
pembe rian c airan juga membutuhkan le bih tambahan do sis pro filaksis.
9. Keuntungan yang dipero leh dari pembe rian antibio tik pro filaksis harus lebih
be sar dari pada re siko nya, misalnya antibio tik harus aman dan tidak
menyebabkan timbulnya re sistensi bakteri.
2.10. PREMEDIKASI
Premedikasi me rujuk pada pembe rian o bat-o batan dalam pe rio de 1-2 jam
se be lum induksi ane ste si. Tujuan premedikasi adalah :
Menghilangkan ke c emasan dan ke takutan.
Menimbulkan ke tenangan.
Membe rikan analge sia.
Mengurangi sekre si ke lenjar saluran nafas.
Mempe rkuat e fek hipno tik o bat-o batan ane ste si umum.
Mengurangi mual dan muntah pasc a bedah.
Menye babkan amne sia.
Mengurangi vo lume dan meningkatkan pH lambung.
Mengurangi kemungkinan re fleks vagal.
Be be rapa o bat-o batan yang biasa digunakan dalam premedikasi seperti dari
go longan benzo diazepine (diazepam, lo razepam), buthiro fenon (halo perido l,
9
dro perido l), analge sik opio id, feno tizin, dan antiko line rgik (atropine , hio sc in,
glikopiro nio n) (Aitkenhe ad,1990).
Fakto r-fakto r yang mempengaruhi pemilihan o bat dan do sis adalah :
Umur
Be rat
Status ke sehatan
Kondisi mental
Tindakan ane ste si dan pembedahan
Obat-o bat te rapi yang akan digunakan
2.11. PEMILIHAN ANESTESI
Fakto r yang mempengaruhi pemilihan jenis ane stesi te rgantung dari ;
1. Umur. Pada anak-anak dan bayi, ane ste si umum me rupakan pilihan yang
te rbaik. Sedangkan pada dewasa, untuk tindakan yang singkat dan
supe rfisial, dapat menggunakan lokal ane ste sia.
2. Ke adaan umum pasien.
Penyakit te rdahulu. Be berapa zat ane ste si tidak dapat diterima
dengan baik o leh pasien dengan penyakit te rtentu, sepe rti musc le
re laxant tidak dapat digunakan pada pasien dengan po liomyelitis
dengan ke te rlibatan o to t dada atau pasien dengan myastemia
gravis. Ane ste si spinal me rupakan ko ntra indikasi pada pasien
dengan neuropati diabe tik. Ane ste si spinal atau re gional me rupakan
ko ntra indikasi untuk pasien dengan terapi antiko agulan.
Tanda-tanda fungsi vital yang mengalami penurunan, te rutama
penurunan c adangan pada paru-paru atau jantung.
Pasien dengan ke lainan mental atau emo sio nal, kurang ko o peratif,
usia lanjut atau diso rientasi, diindikasikan untuk Ane ste si umum.
Pasien dengan ke gemukan, dengan lehe r yang pendek, mudah
te rjadi o bstruksi saluran nafas se ge ra se te lah induksi ane ste si.
3. Jenis dari pembedahan. Operasi yang membutuhkan waktu lama dilakukan
dibawah ane ste si umum.
4. pemilihan jenis dan o bat ane ste si.
5. Pe rmintaan pasien. Be berapa pasien memilih untuk dilakukan pembedahan
dengan menggunakan ane ste si umum, walaupun se benarnya dapat
dilakukan dengan ane ste si lo kal atau re gional. Pe rmintaan pasien ini pe rlu
10
dipe rtimbangkan lagi dengan melihat kondisi pasien dan tidak
membahayakan pasien.

Jika poket periodontal tetap aktif meskipun telah dilakukan penanaman akar secara
berulang, maka pemakaian antibiotik untuk merubah flora gigi bisa dipertimbangkan.
Ketika obat antimikroba akan dipergunakan pada pengobatan infeksi gigi, kecenderungan
mikroorganisme untuk menyebabkan infeksi dan kerentanan mikroorganisme tersebut terhadap
obat antimikroba perlu dipertimbangkan. Table 7-3 memperlihatkan daftar antimikroba pilihan
untuk berbagai macam keadaan infeksi gigi (ketika tes kultur dan sensitifitas tidak dilakukan) dan
alternatif lain jika obat pilihan tidak bisa dipakai. Ketika dua antimikroba memiliki efek terapi
yang sama dan biaya bagi pasien sangat berbeda, biaya pengobatan adalah hal lain yang harus
dipertimbangkan.
Untuk menjawab pertanyaan seperti apakah suatu antibiotik efektif terhadap infeksi gigi tertentu,
seseorang memerlukan banyak pasien dengan infeksi yang serupa, dimana setengah dari jumlah
pasien tersebut diberi antibiotik aktif dan setengahnya lagi diberi plasebo. Studi tersebut dapat
membantu untuk menentukan penggunan yang baik dari antibiotik untuk infeksi gigi. Tes yang
sifatnya perlahan tersebut telah dimulai, menggunakan antibiotik dalam keadaan periodontal,
tetapi masih banyak hal yang masih harus diketahui. Tabel 7-3 penggunaan antimikroba dalam
kedokteran gigi
Keadaan infeksi Obat pilihan Obat alternatif (pilihan lain)
Penyakit periodontal
Gingivitis nekrotik-ulseratif
akut
Abses (perio)
LJP
Periodontitis dewasa
RAP
Infeksi oral
Infeksi jaringan lunak (abses,
selulitis, pasca bedah,
perikoronitis)
Penisilin VK
Amoksilin
Penisilin VK
Deoksisilin
Tetrasiklin
Bisanya tidak diterapi dengan
obat
Deoksisilin
Tetrasiklin
Metronidazol
Pensilin VK
Amoksisilin
Metronidazol
Tetrasiklin
Tetrasiklin
Amoksilin + metronidazol
Augmentin + (amoksisilin
klavunalat)
Klindamisin
Amoksisilin + metronidazol
Doksisilin
Klindamsisin
Sepalosporin
Tetrasiklin

Anda mungkin juga menyukai