Anda di halaman 1dari 101

HUBUNGAN FAKTOR FAKTOR RESIKO TERHADAP KEJADIAN

MELASMA PADA PEKERJA WANITA PENYAPU JALAN


DI KOTA MEDAN TAHUN 2008






T E S I S



Oleh

MONA SISKA YANI
067010013/KK







S
E
K
O L
A
H
P
A
S
C
A
S
A R
J
A
N
A













SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan
Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008

HUBUNGAN FAKTOR - FAKTOR RESIKO TERHADAP KEJADIAN
MELASMA PADA PEKERJA WANITA PENYAPU JALAN
DI KOTA MEDAN TAHUN 2008





TESIS



Untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan Dalam Program Magister Ilmu
Kesehatan Masyarakat Kekhususan Program Studi Kesehatan Kerja Pada Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara



Oleh

MONA SISKA YANI
067010013/KK













SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan
Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008
Judul Tesis : HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR RESIKO
TERHADAP KEJADIAN MELASMA PADA
PEKERJA WANITA PENYAPU JALAN DI KOTA
MEDAN TAHUN 2008
Nama Mahasiswa : Mona Siska Yani
Nomor Pokok : 067010013
Program Studi : Ilmu Kesehatan Masyarakat
Konsentrasi : Kesehatan Kerja






Menyetujui
Komisi Pembimbing







(Prof.Dr.dr.Irma D.Roesyanto, SpKK (K)) (Ir.Kalsum, MKes)
Ketua Anggota




Ketua Program Studi Direktur,




(Dr.Drs.R.Kintoko Rochadi,MKM) (Prof.Dr.Ir.T.Chairun Nisa B.,MSc)



Tanggal lulus : 19 Agustus 2008
Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan
Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008
Telah diuji pada

Tanggal : 19 Agustus 2008













PANITIA PENGUJ I TESIS :

Ketua : Prof. Dr. dr. Irma D. Roesyanto SpKK. (K)

Anggota : Ir. Kalsum, M.Kes

dr. Halinda Sari Lubis, MKKK

Ir. Indra Chahaya, Msi
Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan
Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008





PERNYATAAN



HUBUNGAN FAKTOR - FAKTOR RESIKO TERHADAP
KEJ ADIAN MELASMA PADA PEKERJ A WANITA
PENYAPU J ALAN DI KOTA MEDAN
TAHUN 2008



TESIS





Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan
disebutkan dalam daftar pustaka.








Medan, Agustus 2008
Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan
Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008




Mona Siska Yani


Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan
Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008
ABSTRAK

Melasma merupakan salah satu penyakit tidak menular yang merupakan salah
satu penyakit kulit akibat kerja. Melasma ini biasanya terjadi pada kulit wajah dan
leher berupa flek-flek hitam dan terjadi akibat hiperpigmentasi. Secara medis
melasma merupakan masalah kesehatan, dan secara estetika dapat merusak
kecantikan wanita. Salah satu pekerja yang beresiko terhadap melasma adalah wanita
pekerja penyapu jalan. Wanita pekerja penyapu jalan umumnya bekerja mulai jam
07.
00
wib pagi sampai menjelang siang dan mulai kembali jam 14.
00
wib sampai sore.
Umumnya wanita pekerja penyapu jalan bekerja di kota-kota besar, salah satunya
kota Medan.
Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan cross
sectional study yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor resiko
dengan kejadian Melasma pada wanita pekerja penyapu jalan di Kota Medan.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wanita pekerja penyapu jalan sebanyak
390 yang tersebar di 21 Kecamatan di Kota Medan dengan besar sampel 80 orang
yang diambil dengan proporsional sampling to size. Pengumpulan data menggunakan
kuesioner dan pemeriksaan dokter spesialis kulit dan dianalisis menggunakan uji chi
square pada tingkat kepercayaan 95% (p<0,005).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 91,3% wanita pekerja penyapu jalan di
Kota Medan mengalami Melasma. Hasil uji chi square menunjukkan variabel
pemakaian hormonal (p=0,858), kehamilan (p=0,170), dan penggunaan obat-obatan
(p=0,835) tidak berhubungan secara signifikan dengan kejadian melasma, namun
variabel paparan sinar matahari (p=0,000), kosmetik (p=0,033), dan variabel
penggunaan APD (p=0,013) berhubungan secara signifikan dengan kejadian
melasma.
Disarankan kepada Dinas Kebersihan Kota Medan agar memberikan alat
pelindung diri yang sesuai kepada wanita pekerja penyapu jalan, pemeriksaan secara
berkala berkaitan dengan pekerjaan petugas wanita pekerja penyapu jalan, dan
mengadakan sosialisasi pemakaian Alat Pelindung Diri.


Kata Kunci: Faktor Resiko, Kejadian Melasma, Wanita Pekerja Penyapu J alan.










i
Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan
Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008
ABSTRACT


Melasma (hyperpigmentation), one of the non-transmitted diseases, is a skin
disease caused by working outdoor. Melasma usually occurs on the face and the neck
in the forms of dark spots because of hyperpigmentation. Medically, melasma is a
health problem and it can esthetically ruin the beauty of a women. One of the workers
who is at risk of melasma is the women working as street cleaner/sweeper who
usually work from 7 a.m. to before noon and the start again from 2 p.m. to the
afternoon. In general, women street cleaner/sweeper works in big cities like Medan.
The purpose of this observational study with cross sectional approach is to
examine the relationship between risk factor and the incidence of melasma in the
women street cleaners/sweepers in Medan. The population of this study is all of the
390 women street cleaners/sweepers spread in 21 sub-districts in Medan and 80 of
them were selected througt the proportional sampling technique to be the samples for
this study. The data needed for this study were obtained through questionnaires
distributed to the samples/respondents and the result of the examination done by
dermatologists. The data obtained were then analyzed by means of Chi-square test
with the level of confidence of 95% (p<0.05).
The results of these study shows that 91.3% of the women street
cleaners/sweepers in Medan are suffering of hyperpigmentation. The results of Chi-
square test reveals that the use of hormone (p=0.858), pregnancy (p=0.170), and
drugs/medicine (p=0.835) do not have any significant relationship with the incidence
of melasma, but being exposed to sunlight (p=0.000), cosmetics (=0.033), and using
APD (self-protecting device) (p=0.013) have a significant relationship with the
incidence of melasma.
Medan Hygiene Board is suggested to provide the women street
cleaners/sweepers with proper self-protecting device (APD), to schedule a periodical
health check-up according to their nature job, and to socialize how to use APD (self-
protecting device).



Key words: Risk Factor, Incidence of Melasma, Women Street Cleaner/Sweeper









ii
Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan
Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008
KATA PENGANTAR


Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena dengan
rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan Tesis ini dengan judul
Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita
Penyapu J alan Di Kota Medan Tahun 2008 sebagai salah satu syarat dalam
menyelesaikan jenjang pendidikan Strata-2 pada Program Magister Ilmu Kesehatan
Masyarakat, Kekhususan Kesehatan Kerja Sekolah Pascasarjana Universitas
Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang tidak terhingga
kepada yang terhormat :
1. Prof. Dr. Ir. T Chairun Nisa B, MSc. sebagai Direktur Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara.
2. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, MKM. selaku Ketua Program Studi Magister
Ilmu Kesehatan Masyarakat Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera
Utara.
3. Prof. Dr. dr. Irma D. Roesyanto SpKK. (K) sebagai Ketua Komisi
Pembimbing yang selalu bersedia meluangkan waktu untuk memberikan
masukan dan pemikiran dengan penuh kesabaran ditengah-tengah
kesibukannya.
4. Ir. Kalsum, MKes sebagai pembimbing atas saran-saran, bimbingan dan
masukan serta dorongan dalam penyelesaian Tesis ini.
iii
Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan
Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008
5. Ir. Indra Chahaya, Msi selaku Komisi pembanding yang banyak memberikan
masukan dan saran untuk penyempurnaan Tesis ini.
6. dr. Halinda Sari Lubis, MKKK sebagai Komisi pembanding yang banyak
memberikan masukan dan saran untuk penyempurnaan penulisan Tesis ini.
7. Kepala Dinas Kebersihan Kota Medan yang memberi izin penelitian dan atas
informasi yang dibutuhkan untuk penyelesaian penulisan.
8. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Simalungun dr. Waldy Saragih yang
memberi izin Tugas Belajar Program Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat
Kekhususan Kesehatan Kerja Sekolah Pasca Sarjana USU.
9. Yang tercinta orangtua saya Bahol Haque Yani dan Drg. Nurmala F. Sianturi
atas doanya.
10. Suami saya Ir. Reinhard F. Hutabarat dan anak - anak Sonny William J .
Hutabarat, dan Felix Nicholas Hutabarat, yang telah memberi semangat ,
inspirasi, dan doa selama menyelesaikan pendidikan Program Magister ini.
11. Pdp. Tohap Hutapea atas doa, dorongan semangat, dan perhatian rohaninya.
12. Seluruh Staf dosen dan administrasi Kekhususan kesehatan kerja Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, yang telah memberi pengajaran,
bimbingan dan arahan selama pendidikan.
Medan, Agustus 2008.
Penulis,

MONA SISKA YANI
iv
Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan
Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008
RIWAYAT HIDUP


A. IDENTITAS

1. Nama : Mona Siska Yani
2. J enis Kelamin : Perempuan
3. Agama : Kristen Protestan
4.Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 18 J uli 1972

B. RIWAYAT PENDIDIKAN
1. SD RK. Cinta Rakyat Perdagangan tahun 1978-1984
2. SMP RK. Cinta Rakyat Perdagangan tahun 1984-1987
3. SMA Immanuel Medan tahun 1987-1990
4. Fakultas Kedokteran USU tahun 1990-1998
5. Program Magister Kesehatan Kerja
Sekolah Pasca Sarjana USU tahun 2006-2008
C. RIWAYAT PEKERJ AAN
1. Dokter PTT Puskesmas Benteng Bangka Belitung tahun 1998-2001
2. Dokter PTT Pustu Pujidadi Kodya Binjai tahun 2001
3. Dokter PTT Puskesmas Meranti Asahan tahun 2002
4. Dokter PNS RSUD Bengkalis tahun 2002-2004
5. Dokter PNS Puskesmas Muara Basung Bengkalis tahun 2004-2005
5. Dokter PNS Puskesmas Simarimbun Simalungun tahun 2005-sekarang
v
Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan
Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008
DAFTAR ISI



ABSTRAK ......................................................................................................... i
ABSTRACT ....................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................ v
DAFTAR ISI ....................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL............................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... x

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1 Latar belakang ................................................................................... 1
1.2 Permasalahan ..................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................ 6
1.4 Hipotesis Penelitian............................................................................ 6
1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................. 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA........................................................................ 8
2.1 Kulit .................................................................................................... 8
2.2 Melasma.............................................................................................. 12
2.3 Faktor Resiko Melasma...................................................................... 16
2.4 Upaya Pencegahan dan Pengobatan Melasma ................................... 20
2.5 Landasan Teori.................................................................................... 21
2.6 Kerangka Konsep Penelitian .............................................................. 23

BAB 3 METODE PENELITIAN .................................................................... 24
3.1. J enis Penelitian .................................................................................... 24
3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian ............................................. 24
3.3. Populasi dan Sampel ........................................................................... 24
3.4. Metode Pengumpulan Data ................................................................. 26
3.5. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ..................................... 28
3.6. Metode Pengukuran ............................................................................ 30
3.7. Analisis Data ....................................................................................... 31

BAB 4 HASIL PENELITIAN .......................................................................... 33
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................................... 33
4.2. Analisis Univariat ................................................................................ 36
4.3. Analisis Bivariat.................................................................................... 40
4.4. Analisis Multivariat............................................................................... 42
4.5. Keterbatasan Penelitian ........................................................................ 43
vi
Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan
Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008
BAB 5 PEMBAHASAN ..................................................................................... 45
5.1. Kejadian Melasma .............................................................................. 45
5.2. Karakteristik Individu ........................................................................ 46
5.3. Hubungan Faktor Resiko Dengan Kejadian Melasma........................ 49

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 56
6.1. Kesimpulan.......................................................................................... 56
6.2. Saran .................................................................................................... 57

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 58

































vii
Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan
Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008
DAFTAR TABEL

Nomor J udul Halaman

3.1 Perhitungan J umlah Sampel di setiap Kecamatan di Kota Medan..... 26
3.2 Hasil Uji Validitas dan Realibilitas Alat Ukur................................... 28
3.3 Metode Pengukuran Variabel Independen dan Dependen ................ 31
4.1 Disribusi Responden Berdasarkan Kejadian Melasma...................... 36
4.2 Disribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Responden............. 37
4.3 Disribusi Responden Berdasarkan Faktor Resiko Melasma.............. 39
4.4 Hubungan Faktor Resiko dengan Kejadian Melasma........................ 40
4.5 Hasil Uji Regresi Linier Berganda..................................................... 43























viii
Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan
Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008
DAFTAR GAMBAR



Nomor J udul Halaman

1 Skema Anatomi Kulit........................................................................... 10
2 Melasma Pada Wajah........................................................................... 13
3 Kerangka Konsep Penelitian................................................................. 23
ix
Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan
Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor J udul Halaman

1. Daftar Obat-Obatan dan Zat Kimia yang Menyebabkan
Hyperpigmentasi.................................................................................. 60
2. J adwal Penelitian ................................................................................. 62
3. Kuesioner Penelitian............................................................................ 63
4. Master Data Penelitian Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap
Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu J alan Di Kota
Medan Tahun 2008................................................................... ........... 67
5. Hasil Output Statistik .......................................................................... 69
6. Validity dan Realibility Variabel Faktor Resiko.................................. 82

























x
Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan
Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Penyakit akibat kerja merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat.
Upaya pembangunan kesehatan yang meliputi pencegahan, pemeliharaan, pengobatan
dan rehabilitasi juga berlaku terhadap penanggulangan penyakit akibat kerja baik
pada pekerja yang formal maupun informal. Menurut Sumamur (1995) penyakit
akibat kerja disebabkan oleh berbagai faktor pada pekerja faktor fisik seperti akibat
tekanan panas yang berlebihan, suhu yang tinggi, kelembaban, cahaya dan benturan,
faktor kimia, yaitu penggunaan bahan-bahan kimia atau paparan bahan kimia diatas
ambang batas seperti natrium, aluminium dan penggunaan bahan-bahan kimia lainnya
serta faktor biologis seperti parasit, paparan jamur dan lain sebagainya.
Salah satu penyakit yang termasuk penyakit akibat kerja adalah penyakit kulit
seperti melasma. Melasma atau flek pada wajah biasanya terjadi karena
meningkatnya pigmentasi pada bagian yang sering terpapar sinar matahari khususnya
pada wajah, dan berbentuk bercak gelap tidak beraturan pada kulit. Secara medis
melasma merupakan masalah kesehatan, dan secara estetika dapat merusak
kecantikan wanita.
Kelompok pekerja yang beresiko terhadap terjadinya melasma adalah pada
kelompok wanita pekerja peyapu jalan, hal ini karena mereka secara rutin terpapar
dengan sinar matahari, dan biasanya bekerja mulai jam 7.00 pagi sampai jam 12 siang
1
Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan
Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008
2
bahkan sampai sore. Mengingat melasma terjadi pada pekerja penyapu jalan, dan
bernaung dibawah otorisasi Dinas Kebersihan Daerah, maka dapat dikatakan menjadi
masalah kesehatan kerja. Literatur yang mengkaji tentang penyakit melasma relatif
sedikit, sehingga penyakit ini cenderung sangat sedikit diketahui oleh masyarakat ,
sehingga seolah-olah bukan merupakan suatu masalah kesehatan yang perlu
ditanggulangi, namun berdasarkan etiologi dan dampak yang ditimbulkan dari
penyakit melasma dimana terjadinya bercak-bercak kulit yang tidak beraturan,
berwarna hitam, sehingga secara estetika dapat menyebabkan gangguan psikologis
bagi masyarakat.
Menurut Ellyaningsih (2006), lebih dari 40 % wanita usia di atas 30 tahun
sangat rentan menderita melasma, dan 10 % lebih melasma dialami pria. Menurut
Fitzpatrick dan Rokhsar (2005), kasus melasma terbanyak diderita oleh wanita oleh
karena paparan sinar matahari di wajah, walaupun 10 % dari kasus terjadi pada pria.
Flek dapat terjadi pada berbagai kelompok masyarakat, dan suku, serta jenis kulit
manusia apa saja. Hasil penelitian Rahman, dkk. (2007) di Khasmir, bahwa 167
pasien yang dilakukan pemeriksaan kulit, 40,7% tergolong melasma, dan 62,3%
terjadi pada wanita dengan usia antara 13 sampai 60 tahun, dan disebabkan oleh
penggunaan kosmetik yang mengandung bahan kimia dengan lama penggunaan
antara 3 bulan sampai 11 tahun.
Secara umum faktor resiko terhadap terjadinya penyakit adalah disebabkan
faktor perilaku, manusia, agen penyebab dan faktor lingkungan (Natoatmodjo, 2003).
Berkaitan dengan penyakit melasma, cenderung disebabkan oleh faktor fisik berupa
Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan
Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008
3
paparan sinar matahari, dan faktor kimia seperti paparan bahan-bahan kimia, serta
faktor manusia yaitu kebiasaan penggunaan kosmetik yang mengandung bahan kimia
melebihi toleransi dan berlangsung lama, kebiasaan menggunakan alat kontrasepsi
yaitu jenis hormonal, penggunaan obat-obatan yang bersifat fototoksik, kehamilan
serta faktor genetik (Fitzpatrick, et al, 2005). Secara epidemiologi menurut Torok
(2006), melasma lebih dominan terjadi pada wanita dari pada laki-laki, pekerja-
pekerja yang terpapar dengan sinar matahari biasanya pada wajah, dan leher, dan
pada daerah tropis seperti Indonesia.
Menurut Graham, dkk (2005) sinar matahari diketahui sebagai pencetus utama
timbulnya melasma, sehingga kasus ini sering terjadi pada orang-orang yang biasa
terpajan sinar matahari. Pajanan sinar matahari pada kulit akan menyebabkan proses
melanogenesis yaitu pembentukan melanin yang menyebabkan hiperpigmentasi.
Penggunaan bahan kimia yang berlebihan baik dalam bentuk kosmetik, obat-obatan
juga menimbulkan efek samping bagi kulit, khususnya kulit muka, sehingga
berpotensi terhadap terjadinya melasma. J enis bahan kimia tersebut seperti merkuri,
senyawa bismuth, fenol, hidrogen peroksida, hidrokinon dan asam azelat (Djuanda,
1993).
Salah satu pekerja yang beresiko terhadap kejadian melasma adalah penyapu
jalan. Secara umum rutinitas diawali dari jam 07.00 pagi sampai menjelang siang
yaitu berkisar jam 14.00 bahkan ada yang sampai sore, tergantung pada batas areal
kerjanya. Dampak yang ditimbulkan tersebut berupa gangguan kulit, seperti
kemerahan, kulit keriput, kering dan muncul flek-flek hitam diwajah, dan cenderung
Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan
Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008
4
mengarah pada hiperpigmentasi yang mencetus terjadinya melasma. Secara umum
pekerja penyapu jalan adalah wanita, dan mereka hanya menggunakan penutup
kepala untuk menghindari panas dan penutup mulut untuk antisipasi debu, sedangkan
wajah dan leher terkadang tidak ditutup, sehingga langsung terpapar dengan sinar
matahari.
Pekerja penyapu jalan umumnya juga ada di kota-kota besar, dengan
perkembangan pembangunan yang pesat, arus mobilitas penduduk yang tinggi
sehingga banyak pembangunan jalan raya. Mengingat kepentingan tata kota dan
keasrian kota, maka jalanan dan tempat-tempat umum harus dijaga kebersihannya,
untuk itu dinas kebersihan sebagai lembaga yang berwewenang untuk menjaga
kebersihan dan tata kota melakukan perekrutan tenaga penyapu jalan, dan umumnya
wanita.
Salah satu kota di Indonesia yang termasuk kota metropolitan adalah kota
Medan dan melalui dinas Kebersihan kota Medan juga merekrut tenaga penyapu
jalan. Berdasarkan data ketenagaan Dinas Kebersihan Kota Medan (2007), jumlah
tenaga penyapu jalan sebanyak 390 petugas yang tersebar di 21 kecamatan. Selama
ini mereka belum pernah dilakukan pemeriksaan kesehatannya, sehingga peneliti
tidak dapat memperoleh gambaran status kesehatan mereka khususnya penyakit
melasma.
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, secara umum mereka mempunyai
keluhan bercak-bercak kecoklatan, bercak kehitaman yang tidak merata pada wajah
yang menyerupai gelaja klinis melasma. Umumnya mereka tidak menggunakan
Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan
Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008
5
penutup wajah ketika bekerja, hanya penutup kepala, kaki dan tangan, dan cenderung
terpapar sinar matahari secara langsung. Alasan yang mereka kemukakan hanya
untuk kepentingan ekonomi, dan tidak peduli terhadap kecantikan wajah, dan
menganggap bahwa gangguan kulit wajah masih belum merupakan gejala penyakit
yang menimbulkan kesakitan yang lama dan perlu diobati sedini mungkin.
Adapun beberapa faktor resiko terhadap kejadian melasma pada pekerja
wanita penyapu jalan di Kota Medan antara lain paparan sinar matahari dalam jangka
waktu yang lama, penggunaan kosmetik, penggunaan alat kontrasepsi khususnya
jenis hormonal, penggunaan obat-obatan, kehamilan, dan pemakaian Alat Pelindung
Diri yang tidak baik. Dampak negatif dari adanya gangguan kulit wajah dan leher
tersebut secara medis mengganggu kondisi kulit dan secara estetika menyebabkan
gangguan kecantikan dan kondisi psikologis wanita.
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka penelitian tentang hubungan
faktor resiko dengan kejadian melasma menjadi penting dilakukan, mengingat
penyakit melasma merupakan salah satu masalah kesehatan yaitu gangguan kulit,
sehingga dapat dilakukan upaya-upaya peningkatan status kesehatan pekerja wanita
penyapu jalan di Kota Medan.

1.2. Permasalahan
Melasma merupakan salah satu masalah kesehatan, dan umumnya terjadi pada
wanita yang terpapar langsung dengan sinar matahari seperti pekerja wanita penyapu
jalan. Di kota Medan hasil observasi masih banyak pekerja wanita penyapu jalan
Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan
Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008
6
yang mengalami gangguan kulit dengan gejala-gejala bercak kecoklatan, dan bercak
kehitaman di wajah yang tidak merata yang mirip dengan gejala melasma, dan
umumnya mereka tidak menggunakan alat pelindung diri, sehingga peneliti dapat
mengambil masalah tentang apakah faktor paparan sinar matahari, penggunaan obat-
obatan, kosmetik, kehamilan, kontrasepsi hormonal, dan pemakaian APD
berhubungan dengan terjadinya melasma pada pekerja wanita penyapu jalan di kota
Medan.

1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan faktor resiko
(paparan sinar matahari, penggunaan obat-obatan, kosmetik, kehamilan, kontrasepsi
hormonal, dan pemakaian APD) dengan kejadian melasma pada pekerja wanita
penyapu jalan di Kota Medan

1.4. Hipotesis Penelitian
Faktor resiko (paparan sinar matahari, penggunaan obat-obatan, kosmetik,
kehamilan, kontrasepsi hormonal, dan pemakaian APD) berhubungan dengan
kejadian melasma pada pekerja wanita penyapu jalan di Kota Medan

1.5. Manfaat Penelitian
1. Memberikan informasi kepada Dinas Kebersihan tentang gambaran status
kesehatan pekerja wanita penyapu jalan yang berkaitan dengan penyakit
Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan
Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008
7
melasma, sehingga dapat diambil kebijakan untuk melakukan penyuluhan dan
pemberian alat pelindung diri.
2. Sebagai penambah bahan informasi yang dapat dijadikan referensi bagi
pengembangan ilmu atau penelitian selanjutnya.
3. Menambah wawasan penulis dalam aplikasi keilmuan di bidang Kesehatan
dan Keselamatan Kerja (K3)
Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan
Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Kulit
Anatomi Kulit
Kulit merupakan pembungkus yang elastik yang melindungi tubuh dari
pengaruh lingkungan. Kulit juga merupakan alat tubuh yang terberat dan terluas
ukurannya, yaitu 15 % dari berat tubuh dan luasnya 1,50-1,75 m. Rata-rata tebal
kulit 1-2 mm. Paling tebal (6mm) terdapat di telapak tangan dan kaki dan paling tipis
(0,5 mm) terdapat di penis.
Kulit terbagi atas tiga lapisan pokok, yaitu epidermis, dermis atau korium, dan
jaringan subkutis ( lihat gambar 1).
Epidermis
Epidermis terbagi atas empat lapisan :
1. lapisan basal atau stratum germinativum
2. lapisan malpighi atau stratum spinosum
3. lapisan granular atau stratum granulosum
4. lapisan tanduk atau stratum korneum
Pada telapak tangan dan kaki terdapat lapisan tambahan di atas lapisan
granular yaitu stratum lusidum atau lapisan sel-sel jernih. Lapisan basal terdiri dari
satu lapis sel-sel yang kuboid yang tegak lurus terhadap dermis. Di dalam sel
terdapat sitoplasma yang basofilik dengan inti yang besar, lonjong, dan berwarna
8
Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan
Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008
9
hitam. Sel-sel basal ini tersusun sebagai tiang pagar (palisade). Lapisan basal
merupakan lapisan paling bawah dari epidermis dan berbatas dengan dermis. Dalam
lapisan basal terdapat juga melanosit. Melanosit adalah sel dendritik yang
mengandung melanin. Melanosit berasal dari bagian neural embrio. Melanin
berfungsi melindungi kulit terhadap sinar matahari. Semua ras mempunyai jumlah
melanosit yang sama. Perbedaan warna kulit bergantung pada kegiatan melanosit.
Lapisan malpighi merupakan lapisan epidermis yang paling tebal dan kuat.
Terdiri dari sel-sel poligonal yang di lapisan atas menjadi lebih gepeng. Lapisan
granular terdiri dari satu sampai empat baris sel-sel berbentuk intan,berisi butir-butir
(granul) keratohialin yang basofilik. Lapisan tanduk terdiri dari 20-25 lapis sel-sel
tanduk tanpa inti, gepeng, tipis dan mati. Pada permukaan lapisan sel-sel mati
terus-menerus mengelupas tanpa terlihat. Epidermis juga mengandung kelenjar ekrin,
kelenjar apokrin, kelenjar sebaseus, rambut dan kuku.
Dermis
Dermis atau korium merupakan lapisan di bawah epidermis dan di atas
jaringan subkutan. Dermis terdiri dari jaringan ikat yang di lapisan atas terjalin
rapat (pars papilaris), sedangkan di bagian bawah terjalin lebih longgar (pars
reticularis). Lapisan pars reticularis mengandung pembuluh darah, saraf, rambut,
kelenjar keringat, dan kelenjar sebaseus.



Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan
Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008
10
Jaringan Subkutan (Subkutis atau Hipodermis)
J aringan subkutan merupakan lapisan yang langsung di bawah dermis. Batas
antara jaringan subkutan dan dermis tidak tegas. Sel-sel yang terbanyak adalah liposit
yang banyak mengandung lemak. J aringan subkutan mengandung saraf, pembuluh
darah, dan limfe, kandung rambut, dan di lapisan atas jaringan subkutan terdapat
kelenjar keringat. Fungsi jaringan subkutan adalah penyekat panas, bantalan terhadap
trauma, dan tempat penumpukan energi








Rambut
KULIT Kelenjar Sebaseus




Gambar 1. Skema Anatomi Kulit ( Harahap M, 2000)


Syaraf Sensorial
Epidermis
Syaraf
Dermis
J aringan Subkutaneus
Pemb. Darah Kapiler
Arteri
Otot
Kelenjar Keringat J ar. Lemak, Kolagen, J ar. Ikat
Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan
Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008
11
Fungsi Kulit
Kulit mempunyai fungsi bermacam-macam untuk menyesuaikan tubuh
dengan lingkungan. Fungsi kulit adalah sebagai :
1. Pelindung
J aringan tanduk sel-sel epidermis paling luar membatasi masuknya benda-benda
dari luar dan keluarnya cairan berlebihan dari tubuh. Melanin yang memberi
warna pada kulit melindungi kulit dari akibat buruk sinar ultra violet.
2. Pengatur suhu
Di waktu suhu dingin, peredaran darah di kulit berkurang guna mempertahankan
suhu badan. Pada waktu suhu panas, peredaran darah di kulit meningkat dan
terjadi penguapan keringat dari kelenjar keringat, sehingga suhu panas dapat
dijaga tidak terlalu panas.
3. Penyerap
Kulit dapat menyerap bahan-bahan tertentu seperti gas dan zat yang larut dalam
lemak, tetapi air dan elektrolit sukar masuk melalui kulit. Zat-zat yang larut dalam
lemak lebih mudah masuk ke dalam kulit dan masuk peredaran darah, karena
dapat bercampur dengan lemak yang menutupi permukaan kulit, Masuknya zat-
zat tersebut melalui folikel rambut dan hanya sedikit sekali yang melalui muara
kelenjar keringat.



Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan
Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008
12
4. Indera Perasa
Indera perasa di kulit terjadi karena rangsangan terhadap saraf sensoris dalam
kulit. Fungsi indera perasa yang pokok yaitu merasakan nyeri, perabaan, panas,
dan dingin.
5. Fungsi Pergetahan
Kulit diliputi oleh dua jenis pergetahan, yaitu sebum dan keringat. Getah sebum
dihasilkan oleh kelenjar sebaseus dan keringat dihasilkan oleh kelenjar keringat.
Sebum adalah sejenis zat lemak yang membuat kulit menjadi lentur.

2.2 Melasma
Definisi Melasma
Melasma adalah hipermelanosis yang tidak merata terutama pada muka,
berwarna coklat muda sampai coklat tua, berkembang lambat, dan umumnya
simetrik. Melasma atau flek pada wajah biasanya terjadi karena meningkatnya
pigmentasi pada bagian yang sering terpapar sinar matahari. Melasma berbentuk
bercak gelap tidak beraturan pada kulit. Paparan sinar matahari meningkatkan
aktivitas dan jumlah melanosit, sel yang memproduksi melanin. Hasilnya produksi
melanin berlebihan .(Lapeere, H ,et al, 2008).

Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan
Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008
13





Gambar 2. Melasma Pada Wajah

Etiologi
Melasma yang dahulu disebut kloasma umumnya lebih banyak pada wanita
dan penduduk yang tinggal di daerah tropis. Melasma disebabkan peningkatan jumlah
dan aktivitas melanosit. Faktor-faktor yang berperan :
1. obat-obatan, misalnya : kloroquin, klorpromazin, anti epilepsi.
2. hormon, misalnya : Melanosit Stimulating Hormon (M.S.H), ACTH,
estrogen, dan progesterone.
3. sinar ultraviolet
4. kehamilan
Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan
Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008
14
5. bahan kimia yang bersifat iritasi atau fotosensitasi (dalam kosmetik)
(Djuanda, A, dkk,1993).
Warna kulit manusia ditentukan oleh berbagai faktor, terutama oleh pigmen
melanin. Melanosis adalah kelainan pada proses pembentukan pigmen melanin kulit
yang dibagi lagi menjadi hipermelanosis dan hipomelanosis.
Fitzpatrick membaginya dalam:
a. hipomelanosis/amelanosis
b. hipermelanosis coklat
c. hipermelanosis abu-abu.
Perbedaan kedua golongan hipermelanosis tersebut terletak pada distribusi
melanin dalam kulit. Pada hipermelanosis coklat melanin letaknya lebih dangkal, dan
pada hipermelanosis abu-abu, melanin letaknya dalam.
Klasifikasi
Terdapat beberapa jenis melasma ditinjau dari gambaran klinis, berdasarkan
distribusi bercaknya yaitu :
1. pola sentrofasial (63% , terdapat pada kening, hidung, dagu, dan di atas
bibir)
2. pola malar (21 % , terdapat pada hidung dan pipi)
3. pola mandibular (16 %, terdapat pada dagu)
Ada kalanya dada depan dan lengan bagian belakang luar dapat juga terkena
melasma.
Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan
Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008
15
Dari gambaran sinar wood, melasma diklasifikasikan berdasarkan tipenya
yaitu :
1. tipe epidermal
2. tipe dermal
3. tipe campuran.
Pemeriksaan Klinis
Secara klinis, tipe epidermal mempunyai batas-batas yang jelas, sedangkan
tipe dermal atau campuran mempunyai rupa seperti bercak yang timbul. Tipe
epidermal dapat dilihat dengan mata telanjang, sedangkan tipe dermal lebih kelihatan
dibawah sinar wood. Kebanyakan penderita didapati distribusi melanin berada di
lapisan basal epidermis dan dermis (Lapeere, H, et al, 2008).
Pembantu Diagnosis
a. Pemeriksaan Histopatologik
Terdapat 2 tipe hipermelanosis :
1. Tipe epidermal : melanin terutama terdapat di lapisan basal dan
suprabasal, kadang-kadang di seluruh stratum spinosum sampai
stratum korneum ; sel-sel yang padat mengandung melanin adalah
melanosit ,sel-sel lapisan basal, dan suprabasal, juga terdapat pada
keratinosit dan sel-sel stratum korneum.
2. Tipe dermal : terdapat makrofag bermelanin di sekitar pembuluh darah
dalam dermis bagian atas dan bawah ; pada dermis bagian atas
terdapat fokus-fokus infiltrat.
Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan
Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008
16
b. Pemeriksaan mikroskop elektron
Gambaran ultrastruktur melanosit dalam lapisan basal memberi kesan aktivitas
melanosit meningkat.
c. Pemeriksaan dengan sinar Wood
1. Tipe epidermal : warna lesi tampak lebih kontras
2. Tipe dermal : warna lesi tidak bertambah kontras
3. Tipe campuran : lesi ada yang bertambah kontras ada yang tidak
4. Tipe tidak jelas : dengan sinar Wood lesi menjadi tidak jelas, sedangkan
dengan sinar biasa jelas terlihat (Djuanda, A, dkk, 1993).

2.3 Faktor Resiko Melasma
Faktor resiko terjadinya melasma yaitu :
1. Paparan Sinar Matahari (Ultra Violet)
Sinar matahari sering disebut dengan sinar ultra violet (UV). Indonesia merupakan
negara tropis yang hampir sepanjang tahun disinari matahari.
Radiasi Ultra Violet terbagi dalam:
1. Radiasi UV-C (200-290 nm).
Radiasi ini tidak ditemukan dalam spectrum sinar matahari pada permukaan
bumi karena disaring oleh ozon dan air. Disebut juga radiasi germisidal
karena dapat membunuh mikroorganisme. Radiasi ini adalah UV gelombang
pendek, karena merupakan panjang gelombang terpendek pada spectrum UV.
Radiasi UV-C sering diartikan dengan panjang gelombang 259 nm karena
Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan
Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008
17
sesuai dengan panjang gelombang yang diemisi oleh lampu merkuri
bertekanan rendah (lampu germisid) sebagai sumber radiasi UV-C.
2. Radiasi UV-B (290-320 nm).
Merupakan bagian radiasi UV-B dengan keaktifan biologis tertinggi pada
sinar matahari dan penyebab reaksi eritema setelah paparan dengan matahari.
Disebut juga UV gelombang tengah atau sumber UV radiation.
3. Radiasi UV-A (320-400nm).
Panjang gelombang terpanjang dari spectrum UV ini mempunyai efek
biologis kurang dari UV-B, tetapi gelombang UV-A dapat memacu
menyebarkan sebagian eritema akibat matahari. Nama lain UV-A ialah radiasi
UV gelombang panjang, radiasi UV karena dekat dengan sinar hitam (black
light) karena tidak terlihat.
DNA menyerap ultra violet terbanyak pada panjang gelombang 280 nm.
UV-B merupakan penyebab kerusakan biokemikal yang paling potensial. Efek buruk
sinar UV dipengaruhi oleh faktor individu, frekuensi dan lama pajanan serta
intensitas radiasi sinar UV. Reaktifitas individu terhadap sinar UV tergantung pada
warna kulit konstitutif serta tipe kulit yang diturunkan secara genetik.
Pigmentasi akibat UV terjadi terutama akibat radiasi UV-A pada individu
yang telah mempunyai pigmentasi. Pigmentasi akibat UV yang menyebabkan tanning
dinamakan facultative skin color.
Reaksi tanning dibagi atas 2 yaitu tanning yang terjadi langsung atau
cepat, dan tanning yang berlangsung lambat. Tanning reaksi cepat terjadi dalam
Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan
Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008
18
waktu 5-10 menit setelah paparan dan menghilang dalam beberapa menit sampai
beberapa hari tergantung dosis UV dan jenis kulit individu. Tanning yang cepat tidak
memberikan fotoproteksi dan tidak menaikkan tingkat melanin epidermal. Dan ini
hanya terjadi oleh penyinaran UV-A (Park, Hee-Young, et al, 2008).
Tanning reaksi lambat terjadi dalam waktu 3-4 hari setelah paparan UV. Ini
disebabkan oleh UV-B dan UV-A. Puncaknya antara 10 hari sampai 4 minggu
tergantung dosis UV dan jenis kulit individu, dan menghilang dalam beberapa
minggu. Secara histologi terjadi peningkatan melanosit epidermal, melanosit dendrit
dan perpindahan melanosome ke keratinosit, dan terjadi melanisasi yang meningkat
dari melanosome individu.
Melagenesis merupakan proses yang dipengaruhi oleh panjang gelombang.
UV-A akan menyebabkan pigmentasi yang gelap berbatas pada lapisan basal. UV-B
menyebabkan pigmentasi yang gelap terbatas pada lapisan epidermis, sedangkan
pigmentasi akibat UV-C ringan sekali (Park, Hee-Young, et al, 2008).
2. Kehamilan
Selama kehamilan, peningkatan pigmentasi terjadi pada 90 % wanita dan kebanyakan
lebih ditonjolkan pada tipe kulit yang lebih gelap. Bercak pigmentasi yang menetap
seperti nevi dan ephelides menjadi berwarna lebih gelap. J uga jaringan parut baru
sering kelihatan lebih gelap.
Area yang mempunyai pigmen normal seperti puting susu, areola mamae dan
genital, pigmentasi menjadi lebih kuat. Linea alba, garis tengah dinding perut anterior
selalu menjadi lebih gelap selama kehamilan dan kemudian dinamai linea nigra.
Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan
Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008
19
Dalam kelompok kecil wanita hamil, hiperpigmentasi terjadi di ketiak atau paha atas
bagian dalam. Melasma atau sering disebut topeng kehamilan terjadi pada 50 %
wanita hamil (Lapeere, H, et al, 2008).
3. Kontrasepsi Hormonal
Kulit dan bagian-bagiannya seperti folikel rambut dan kelenjar keringat sangat
bergantung pada steroid seks. Estrogen dan androgen sangat berperan terhadap proses
pigmentasi dan pertumbuhan rambut. Pil kontrasepsi meningkatkan aliran darah kulit
sekitar 10 %. Penyakit kulit dapat disebabkan oleh hormon estrogen dan androgen.
Melasma atau sering juga disebut kloasma, yaitu berupa munculnya warna
kuning kecoklatan pada daerah pipi, hidung, dagu atau mulut sering ditemukan pada
penggunaan kontrasepsi jangka panjang, Kelainan ini lebih sering ditemukan pada
penggunaan pil dengan dosis estrogen tinggi.
4. Kosmetik (zat kimia) dan Obat-obatan
Daftar obat-obatan dan zat kimia yang menyebabkan hiperpigmentasi sangatlah
banyak dan tetap bertambah terus. Zidovudine yang telah dipakai pada pasien AIDS
(Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah salah satu obat yang masuk dalam
daftar obat-obatan yang menyebabkan hiperpigmentasi belakangan ini.
Hiperpigmentasi yang disebabkan oleh agen toksik, atau obat-obatan
dianggap 10-20 % dari semua kasus hiperpigmentasi yang diperoleh. Obat-obatan
yang berhubungan dengan sistem saraf pusat, obat-obat antikanker, obat anti infeksi,
obat antihipertensi dan hormon yang paling umum diketahui.
Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan
Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008
20
Berikut daftar obat-obatan dan zat kimia yang dapat menyebabkan hiperpigmentasi
atau melasma (lihat lampiran).

2.4 Upaya Pencegahan dan Pengobatan Melasma
Prinsip pengobatan melasma adalah mengendalikan faktor-faktor penyebab
dan menghilangkan melanin serta memutus rantai pembentukan melanin. Pengaruh
buruk sinar matahari dapat dilakukan dengan pemakaian tabir surya baik berupa krim
maupun tabir surya fisik berupa payung, topi, kerudung, maupun penutup muka.
Epidermal pigmentasi lebih sensitif pada pengobatan topikal dari pada
dermal pigmentasi. Hipopigmentasi agents seperti hidrokuinon, tretinoin krim, asam
azelaik, rusinol dan asam kojic dapat menolong dalam jangka waktu yang lama.
Formula Kligman adalah kombinasi yang populer dari hidrokuinon, tretinoin, dan
kortikosteroid topikal ringan. Pengelupasan kulit secara kimia dan terapi laser dapat
menolong pengobatan melasma, tapi dapat juga mengakibatkan hiperpigmentasi
lanjut yang tidak diinginkan. Kadang-kadang melasma hilang perlahan setelah
penghentian pemakaian hormonal, dan perlu berhati-hati menghindari paparan sinar
matahari (Lapeere, H, et al, 2008).
Sudah banyak dikenal senyawa yang dapat mempengaruhi proses pigmentasi
melanin, antara lain senyawa merkuri, senyawa bismuth, fenol, hidrogen peroksida,
hidrokinon, dan asam azaleat. Pemakaian obat pemutih yang mengandung merkuri
harus hati-hati karena absorpsi yang terlalu banyak dapat merusak ginjal. Pemakaian
hidrokinon dengan konsentrasi 2-5 % sesuai dengan keadaan klinis. Efek samping
Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan
Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008
21
adalah iritasi dan kadang-kadang menyebabkan hiperpigmentasi pasca inflamasi.
Hidrokinon dapat dikombinasi dengan asam vitamin A 0,05 % untuk mempercepat
keratinisasi. Bila diberi obat pemutih pada malam hari sebaiknya dipakai tabir
matahari (sun block), selama dan sesudah pengobatan untuk mencegah kekambuhan
(Djuanda, A, dkk, 1993).
Pengobatan terhadap melasma dapat juga dilakukan melalui terapi sinar laser,
pemakaian Hydroquinone (HQ) dengan konsentrasi 2-5 % sesuai dengan keadaan
klinis, topical retinoid, dan topical steroids (Torok, 2006).
Sedangkan upaya pencegahan dapat dilakukan dengan menghindari paparan
sinar matahari secara langsung pada jam 10.00 sampai jam 15.00, namun tergantung
letak suatu tempat di permukaan bumi, menghindari penggunaan kosmetik dengan
kadar bahan kimia diatas toleransi kulit, serta penggunaan alat pelindung wajah dan
tubuh bagi pekerja dilapangan yang berpotensi terhadap paparan sinar matahari
secara langsung. Bagi ibu-ibu yang menderita melasma dianjurkan tidak lagi
memakai kontrasepsi hormonal baik berupa suntik maupun pil. J uga berhati-hati
terhadap pemakaian kosmetik yang dijual bebas di pasaran, dan mengkonsumsi
vitamin C dengan cukup.

2.5 Landasan Teori
Berdasarkan tinjauan pustaka, maka peneliti dapat merumuskan beberapa
landasan teori, yaitu sebagai berikut:
Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan
Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008
22
Penyakit melasma adalah salah satu penyakit tidak menular yang terjadi pada
kulit yang ditandai dengan adanya hipermelanosis yang tidak merata terutama pada
muka, berwarna coklat muda sampai coklat tua, berkembang lambat, dan umumnya
simetrik, dan terjadi karena meningkatnya pigmentasi pada bagian yang sering
terpapar sinar matahari (Djuanda, 1993).
Menurut Bustan (2000) faktor resiko penyakit tidak menular dapat
digolongkan menurut segi dari mana faktor resiko tersebut diamati, dan kestabilan
peranan faktor resiko. Dalam penelitian ini faktor resiko tersebut dilihat berdasarkan
faktor resiko yang diamati, yaitu terbagi atas:
1. Unchangeable risk factor, yaitu faktor resiko yang tidak dapat dirubah, seperti
genetik, umur, dan lain-lain;
2. Changeable risk factor, yaitu kebiasaan penggunaan kosmetik, kebiasaan
terpapar dengan sinar matahari, penggunaan obat-obatan, kebiasaan merokok,
kehamilan, dan lain sebagainya.















Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan
Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008
23
2.6 Kerangka Konsep Penelitian





















Faktor resiko
1. Paparan Sinar Matahari
2. Kehamilan
3. Hormonal
4. Kosmetik
5. Obat-obatan
6. Penggunaan APD

Kejadian Melasma

Karakteristik Pekerja
1. Umur
2. Pengetahuan
3. Masa kerja
Gambar 3. Kerangka Konsep Penelitian
Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan
Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008
BAB 3

METODE PENELITIAN


3.1. Jenis Penelitian
J enis penelitian ini adalah penelitian observasional dengan pendekatan cross
sectional, yaitu untuk menentukan hubungan antara faktor resiko (paparan sinar
matahari, kehamilan, kontrasepsi hormonal, kosmetik, obat-obatan, dan pemakaian
APD) dengan terjadinya penyakit melasma pada pekerja wanita penyapu jalan di
Kota Medan dengan melakukan pengukuran sesaat.


3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kota Medan dengan pertimbangan hasil
obervasi masih adanya pekerja wanita penyapu jalan yang memiliki gangguan kulit
dengan gejala mirip dengan melasma seperti bercak-bercak kecoklatan dan bercak
kehitaman diwajah, serta belum pernah dilakukan penelitian yang serupa dengan
pendekatan faktor resiko.
Penelitian ini direncanakan berlangsung selama 6 (enam) bulan terhitung
mulai bulan Maret sampai Agustus 2008.

3.3. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja penyapu jalan wanita di
Kota Medan yang berjumlah 390 orang yang tersebar di 21 kecamatan. Sampel dalam
24
Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan
Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008
25
penelitian ini adalah sebagian pekerja wanita penyapu jalan dengan besar sampel
diambil menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Taro Yamane sebagaimana
dikutip oleh Natoatmodjo, 2003, berikut ini:
) ( 1
2
d N
N
n
+
=
Dimana : N =Besar populasi, yaitu sebanyak 390 orang
n =Besar sampel
d =Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan (0,1)
Dengan perhitungan sebagai berikut :
) 1 , 0 ( 390 1
390
2
+
= n
9 , 4
390
= n =79,6 80
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut di atas, maka jumlah sampel dalam
penelitian ini adalah sebanyak 80 wanita pekerja penyapu jalan yang tersebar di 21
Kecamatan di Kota Medan.
Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cara proporsional
sampling to size, yaitu mengambil sampel dengan menghitung proporsi jumlah
sampel disetiap kecamatan. Proporsi sampel dalam penelitian ini adalah perbandingan
jumlah sampel yang disebut dengan sample fraction (SF) dengan jumlah populasi,
yaitu (Nazir, 2004):
% 100
390
80
x SF = =20,5%.
Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan
Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008
26
Maka jumlah sampel disetiap kecamatan diambil 20,5% dari jumlah populasi
yang ada, seperti pada Tabel 3.1 berikut ini:
Tabel 3.1. Perhitungan Jumlah Sampel di setiap Kecamatan di Kota Medan
No Kecamatan
Jumlah
Petugas
Perhitungan
Jumlah
Sampel
1 M. Kota 51 20,5%x51 10
2 M. Area 25 20.5%x25 5
3 M. Perjuangan 13 20.5%x13 3
4 M.Timur 47 20.5%x47 9
5 M.Barat 33 20.5%x33 7
6 M.Petisah 40 20.5%x40 8
7 M.Baru 31 20.5%x31 6
8 M.Polonia 14 20.5%x14 3
9 M.Maimun 27 20.5%x27 6
10 M.Denai 4 20.5%x 4 1
11 M.Tembung 13 20.5%x13 3
12 M.Labuhan 6 20.5%x 6 1
13 M.Marelan 3 20.5%x 3 1
14 M.J ohor 9 20.5%x 9 2
15 M.Amplas 14 20.5%x14 3
16 M.Belawan 11 20.5%x11 2
17 M.Deli 15 20.5%x15 3
18 M.Tuntungan 3 20.5%x 3 1
19 M.Selayang 4 20.5%x 4 1
20 M.Sunggal 16 20.5%x16 3
21 M.Helvetia 11 20.5%x11 2
J umlah 390 80

Pengambilan sampel setiap kecamatan dengan jumlah yang telah ditentukan
seperti pada Tabel 3.1 di atas, dilakukan dengan simple random sampling, mengambil
sampel secara acak, dengan kriteria inklusi : masa bekerja lebih dari 1 tahun.

3.4. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi data primer dan data
sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara dan
Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan
Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008
27
pemeriksaan/diagnosis dokter spesialis kulit. Pengumpulan data berupa faktor resiko
menggunakan kuesioner. Sebelum kuesioner dipergunakan, terlebih dahulu dilakukan
pengujian terhadap 20 responden terhadap wanita pekerja penyapu jalan di kecamatan
Medan Baru untuk mengetahui validitas dan reliabilitas alat ukur.
Uji validitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana suatu ukuran atau nilai
yang menunjukkan tingkat kehandalan atau kesahihan suatu alat ukur dengan cara
mengukur korelasi antara variabel atau item dengan skor total variabel dengan
melihat nilai item corrected total correlation pada hasil uji reliability, dengan
ketentuan jika nilai r hitung >r tabel, maka dinyatakan valid dan sebaliknya.
Reliabilitas data merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat menunjukkan ketepatan dan dapat dipercaya dengan menggunakan
metode Cronbachs Alpha, yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali
pengukuran, dengan ketentuan, jika nilai r Alpha > r tabel, maka dinyatakan
relialible.
Adapun hasil pengujian validitas dan reliabilitas alat ukur jumlah responden
20 orang (df=n-1; df=20-1=19), pada taraf 5%, maka nilai r-tabel=0,445 untuk uji
validitas sedangkan untuk reliabilitas r-tabel=0,450, adalah seperti pada Tabel 3.2
Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh melalui pencatatan dokumen
dari Dinas Kebersihan Kota Medan.



Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan
Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008
28
Tabel 3.2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur
Nilai Item
Corected
Total
Corellation
Cronbach's
Alpha No Pertanyaan
r
Tabel
r Hitung

r-tabel
r Hitung
Keterangan
1 2 3 4 5 6
Pertanyaan Faktor Risiko
P1 0,445 0,656 0,450 0,881 Valid dan Reliabel
P2 0,445 0,634 0,450 0,882 Valid dan Reliabel
P3 0,445 0,521 0,450 0,887 Valid dan Reliabel
P4 0,445 0,728 0,450 0,877 Valid dan Reliabel
P5 0,445 0,515 0,450 0,888 Valid dan Reliabel
P6 0,445 0,488 0,450 0,889 Valid dan Reliabel
P7 0,445 0,620 0,450 0,883 Valid dan Reliabel
P8 0,445 0,456 0,450 0,891 Valid dan Reliabel
P9 0,445 0,488 0,450 0,889 Valid dan Reliabel
P10 0,445 0,728 0,450 0,877 Valid dan Reliabel
P11 0,445 0,716 0,450 0,880 Valid dan Reliabel
P12 0,445 0,501 0,450 0,889 Valid dan Reliabel
P13 0,445 0,656 0,450 0,881 Valid dan Reliabel
2 Pertanyaan Pengetahuan Valid dan Reliabel
P1 0,445 0,791 0,450 0,885 Valid dan Reliabel
P2 0,445 0,607 0,450 0,897 Valid dan Reliabel
P3 0,445 0,783 0,450 0,887 Valid dan Reliabel
P4 0,445 0,493 0,450 0,908 Valid dan Reliabel
P5 0,445 0,781 0,450 0,885 Valid dan Reliabel
P6 0,445 0,650 0,450 0,894 Valid dan Reliabel
P7 0,445 0,791 0,450 0,885 Valid dan Reliabel
P8 0,445 0,460 0,450 0,905 Valid dan Reliabel
P9 0,445 0,483 0,450 0,905 Valid dan Reliabel
P10 0,445 0,870 0,450 0,879 Valid dan Reliabel

3.5. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Variabel penelitian terdiri atas variabel independen (variabel bebas) yaitu
paparan sinar matahari, kehamilan, obat-obatan, kontrasepsi hormonal, kosmetik, dan
pemakaian APD, sedangkan variabel dependen (terikat) yaitu kejadian penyakit
melasma.

Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan
Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008
29
1. Variabel Independen
a. Paparan Sinar Matahari adalah terpaparnya responden dengan sinar matahari
secara langsung pada pukul 10 pagi sampai pukul 3 sore , pada anggota tubuh
mereka berdasarkan pengamatan peneliti, dan tidak dibawah naungan pohon
peneduh.
b. Kosmetik adalah suatu bahan berupa bedak atau krim wajah yang mengandung
bahan-bahan kimia tertentu yang dipakai oleh responden secara terus-menerus
selama bekerja.
c. Kontrasepsi Hormonal adalah alat kontrasepsi yang mengandung hormon
berupa pil, suntikan, maupun susuk yang digunakan oleh responden selama
bekerja.
d. Obat-obatan adalah obat-obatan oral tertentu yang dikonsumsi oleh responden
untuk terapi penyakit yang sedang dialaminya selama bekerja.
e. Kehamilan adalah kondisi hamil yang dialami responden selama bekerja.
f. Umur adalah jumlah tahun hidup responden sejak lahir sampai dengan
penelitian dilakukan.
g. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden tentang kejadian
melasma, faktor resiko, dan upaya pencegahannya.
h. Penggunaan Alat Pelindung Diri adalah ada atau tidaknya pekerja wanita
penyapu jalan menggunakan APD berupa penutup wajah dan topi yang sesuai
untuk menghindari paparan sinar matahari.
i. Masa bekerja adalah jumlah tahun responden bekerja sebagai penyapu jalan.
Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan
Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008
30
2. Variabel Dependen
Kejadian melasma adalah suatu gangguan kesehatan kulit pekerja wanita
penyapu jalan yang ditandai bercak-bercak kecoklatan pada kulit wajah, dan bercak
kehitaman diwajah yang tidak beraturan, dan hasil diagnosis dokter spesialis kulit.

3.6 Metode Pengukuran
Pengukuran variabel independen dilakukan menggunakan skala nominal,
ratio dan ordinal berdasarkan kuesioner dan observasi, sedangkan pengukuran
variabel dependen menggunakan skala nominal berdasarkan observasi dan hasil
pemeriksaan dokter spesialis kulit. Untuk mengukur variabel pengetahuan diberikan
10 pertanyaan didasarkan pada skala Ordinal dengan alternatif jawaban : (1) J ika
responden menjawab jawaban benar diberi nilai 2 (dua), (2) J ika responden
menjawab jawaban salah diberi nilai 1 (satu). Kemudian dikategorikan menjadi:
1. Baik, jika responden memperoleh nilai 15-20.
2. Kurang, jika responden memperoleh nilai 10-14 (Riduan, 2005). Secara terperinci
dapat dilihat pada Tabel 3.2:


Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan
Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008
31
Tabel 3.3 Metode Pengukuran Variabel Independen dan Dependen
Variabel Kategori Variabel
Cara dan Alat
Ukur
Skala
Ukur
Variabel Independen
Paparan Sinar Matahari 1. Ya
2. Tidak
Observasi Nominal
Kosmetik 1. Pakai
2. Tidak
Wawancara
(Kuesioner)
Nominal
Hormonal 1. Pakai
2. Tidak
Wawancara
(Kuesioner)
Nominal
Kehamilan 1. Ya
2. Tidak
Wawancara
(Kuesioner)
Nominal
Obat-obatan

1. Ada
2. Tidak
Wawancara
(Kuesioner)
Nominal
Alat Pelindung Diri

1. Pakai
2. Tidak
Observasi

Nominal
Umur - Wawancara
(Kuesioner)
Ratio
Pengetahuan 1. Baik
2. Kurang baik
Wawancara
(Kuesioner)
Ordinal
Masa Kerja - Wawancara
(Kuesioner)
Ratio
Variabel Dependen
Kejadian Melasma 1. Ya
2. Tidak
Observasi dan
Pemeriksaan
Dokter Spesialis
Nominal

3.7 Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini terdiri dari analisis univariat yaitu
melakukan analisis data berdasarkan distribusi frekuensi data terhadap variabel
independen dan dependen.
Kemudian dilanjutkan dengan analisis bivariat, yaitu melakukan analisis
statistik dengan menggunakan uji chi square pada taraf nyata 95% (p<0,05) untuk
Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan
Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008
32
mengetahui hubungan faktor resiko terhadap kejadian melasma pada pekerja wanita
penyapu jalan di Kota Medan.
Selanjutnya untuk melihat faktor paling dominan berhubungan dengan
kejadian melasma dilakukan pengujian dengan uji regresi linear berganda pada taraf
kepercayaan 95%.

Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan
Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008
BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Wilayah Kota Medan merupakan Ibukota provinsi Sumatera Utara. Kota
Medan adalah pusat pemerintahan, pendidikan, kebudayaan serta perdagangan
dengan luas wilayah 165.100 Km
2
dan terdiri dari 21 Kecamatan serta 151
Kelurahan. Terletak di pantai timur Sumatera dengan batas-batas sebagai
berikut : Sebelah Utara dibatasi oleh Selat Malaka; Sebelah Selatan dibatasi
oleh Kabupaten Deli Serdang; Sebelah Barat dibatasi oleh Kabupaten Deli
Serdang dan Sebelah Timur dibatasi oleh Kabupaten Deli Serdang
Pada tahun 2006 jumlah penduduk Kota Medan berdasarkan data dari
Kantor Statistik Kota Medan adalah 2.353.000 jiwa dengan kepadatan
penduduk rata-rata 8.431/Km
2
.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kebersihan Kota Medan
tahun 2007, jumlah pekerja penyapu jalan yang terdaftar adalah sebanyak 390
petugas yang tersebar di 21 kecamatan, dan berdasarkan catatan mereka belum
pernah dilakukan pemeriksaan kesehatannya.
Secara geografis Dinas Kebersihan Kotamadya Medan terletak di jalan
Pinang Baris nomer 114 Medan. Dinas Kebersihan adalah merupakan salah satu
unsur pelaksana Pemerintah Kota Medan dalam bidang pengelolaan kebersihan
33
Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan
Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008
34
yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan pelayanan umum kebersihan kota
yang meliputi kegiatan sebagai berikut:
1. Penyapuan jalan-jalan protokol dan kolektor.
2. Pengumpulan sampah dari sumber ke TPS ( Tempat Pembuangan Sementara)
3. Pengangkutan sampah dari TPS ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir).
4. Pemusnahan sampah dan pengelolaan TPA.
5. Penyedotan Septictank.
6. Retribusi kebersihan (SK. Walikota Medan No. 10/2002 tentang tugas pokok
dan fungsi Dinas Kebersihan Kota Medan).
(a). Visi dan Misi
Visi Dinas Kebersihan Kota Medan adalah terwujudnya Medan bersih yang
berwawasan lingkungan. Untuk mencapai visi tersebut telah ditetapkan misi
sebagai berikut:
1. Meningkatkan kualitas sumber daya aparatur guna membentuk aparatur
dinas kebersihan berdedikasi tinggi dan profesional dalam pelayanan
kepada masyarakat.
2. Meningkatkan sarana dan prasarana kebersihan yang berteknologi
berdaya guna dan berhasil guna dalam penyapuan, pengumpulan,
pewadahan, pengangkutan dan pemusnahan sampah serta pengolahan
pemanfaatan sampah menjadi bernilai ekonomis, guna meningkatkan
kualitas pelayanan kebersihan kota yang berwawasan lingkungan.

Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan
Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008
35
3. Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan meningkatkan
peran serta masyarakat untuk membayar retribusi pelayanan kebersihan
guna meningkatkan kualitas pelayanan kebersihan.
(b). Petugas Penyapu Jalan
Petugas penyapu jalan Dinas Kebersihan Kota Medan diberi nama Melati,
dalam arti melati yang berwarna putih mengartikan hati seputih bunga melati
yang mempunyai ketulusan membersihkan jalan-jalan protokol dan kolektor
yang ada di Kota Medan. Mereka bertugas setiap hari Senin sampai Minggu,
tidak mempunyai hari libur. Petugas penyapu jalan ini di bawah pengawasan
bagian Operasional Dinas Kebersihan Kota Medan.
(1) Ruang Lingkup Kerja Petugas Penyapu Jalan Melati
Petugas penyapu jalan Melati setiap harinya melakukan penyapuan jalan
sepanjang 2,5 km mulai pukul 06.00 WIB sampai dengan pukul 09.00 WIB
shift pertama dan pukul 11.00 WIB sampai dengan 14.00 WIB shift kedua.
Petugas penyapu jalan Melati ini bertugas menyapu jalan protokol dan kolektor,
melakukan penyekraban pasir-pasir dan rumput-rumput yang tumbuh liar di
pinggir badan jalan protokol dan kolektor. Sampah hasil sapuan di kumpul
dalam wadah plastik sebelum diangkut oleh gerobak atau truk sampah Dinas
Kebersihan Kota Medan.
(2) Fasilitas yang di Dapat Oleh Petugas Penyapu Jalan Melati
Petugas penyapu jalan Melati dalam melaksanakan tugasnya diberikan
fasilitas seperti:

Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan
Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008
36
1. Diberikan gaji/ upah kerja 30.000 rupiah per hari yang diberikan setiap bulan
2. Diberikan pakaian dinas berupa celana panjang berwarna coklat, kaos lengan
panjang berwarna kuning, topi pet berwarna coklat dan kuning, sepatu
hitam, masker hitam berbahan kain, dan sarung tangan.
3. Diberikan peralatan berupa sapu dan plastik tempat penampungan sampah.

4.2 Analisis Univariat
Analisis univariat adalah salah satu langkah analisis dalam penelitian
yang bertujuan untuk mengetahui distribusi frekuensi variabel-variabel
penelitian baik variabel independen maupun dependen.
4.2.1 Kejadian Melasma
Kejadian melasma dilihat berdasarkan hasil observasi kulit dan diagnosa
dokter spesialis kulit. Variabel kejadian melasma ini dikategorikan menjadi
melasma dan tidak melasma. Hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.1:
Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Kejadian Melasma
No Kejadian Melasma
Jumlah
(orang)
Persentase
(%)
1 Melasma 72 90,0
2 Tidak Melasma 8 10,0
Jumlah 80 100

Berdasarkan Tabel 4.1 di atas, dapat diketahui bahwa dari 80 responden,
72 responden (90,0%) terjadi melasma dan hanya 8 responden (10,0%) tidak
melasma.

Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan
Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008
37
4.2.2 Karakteristik Responden
Variabel independen terdiri dari umur, masa kerja dan pengetahuan
responden tentang melasma. Hasil penelitian seperti pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Responden
No Karakteristik Reponden
Jumlah
(orang)
Persentase
(%)
1 Umur
a. 22 - 29 Tahun 3 3,8
b. 30 - 37 Tahun 9 11,3
b. 38 - 45 Tahun 29 36,3
c. 46 - 53 Tahun 39 48,8
Jumlah 80 100
2 Masa Kerja
a. 3 - 13 Tahun 25 31,3
b. 14 - 24 Tahun 26 32,5
c. 25 - 35 Tahun 29 36,3
Jumlah 80 100
3 Pengetahuan
a. Baik 15 18,8
b. Kurang baik 65 81,3
Jumlah 80 100

Berdasarkan Tabel 4.2 di atas, menunjukkan bahwa berdasarkan
kelompok umur, diketahui mayoritas berusia antara 46-53 tahun, yaitu
sebanyak 39 orang (48,8%), disusul umur antara 38-45 tahun yaitu sebanyak 29
orang (36,3%).
Berdasarkan masa kerja, diketahui mayoritas bekerja sebagai tukang
sapu dengan masa kerja antara 25-35 tahun, yaitu sebanyak 29 orang (36,3%),
namun relatif sama antara masa kerja 3-13 tahun dan 14-24 tahun masing-
masing yaitu 25 orang (31,3%), dan 26 orang (32,5%).

Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan
Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008
38
Berdasarkan pengetahuan responden tentang melasma, gejala dan upaya
pencegahannya, diketahui mayoritas responden mempunyai pengetahuan
kategori kurang baik, yaitu sebanyak 65 orang (81,3%), sedangkan responden
dengan pengetahuan kategori baik hanya 15 orang (18,8%).
4.2.3 Faktor Resiko
Distribusi frekuensi berdasarkan faktor resiko terdiri dari paparan sinar
matahari, penggunaan kosmetik, penggunaan hormonal (alat kontrasepsi),
kehamilan, dan penggunaan obat-obatan, serta penggunaan alat pelindung diri.
Hasil penelitian menunjukkan berdasarkan paparan sinar matahari
mayoritas responden terpapar sinar matahari ketika bekerja sebagai penyapu
jalan yaitu sebanyak 78 orang (97,5%), sedangkan yang tidak terpapar sinar
matahari hanya 2 orang (2,5%).
Berdasarkan penggunaan kosmetik, mayoritas responden menggunakan
kosmetik yaitu 48 orang (60%), sedangkan responden yang tidak menggunakan
kosmetik yaitu 32 orang (40%).
Berdasarkan penggunaan hormonal, mayoritas responden tidak
menggunakan alat kontrasepsi yaitu 62 orang (77,5%), sedangkan responden
yang menggunakan hormonal yaitu 18 orang (22,5%).
Berdasarkan status kehamilan, mayoritas responden tidak hamil yaitu 77
orang (96,3%) dan hanya 3 orang (3,8%) sedang hamil. Berdasarkan
penggunaan obat-obatan mayoritas responden tidak mengkonsumsi obat-obatan

Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan
Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008
39
yaitu 68 orang (85,0%) dibandingkan dengan responden yang mengkonsumsi
obat-obatan yaitu 12 orang (15,0%).
Berdasarkan kebiasaan menggunakan alat pelindung diri (APD),
mayoritas responden tidak menggunakan APD ketika bekerja yaitu 71 orang
(88,8%), sedangkan responden yang menggunakan APD hanya 9 orang
(11,3%). Hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.3
Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Faktor Resiko Melasma
No Faktor Resiko
Jumlah
(orang)
Persentase
(%)
1 Paparan Sinar Matahari
a. Terpapar 78 97,5
b. Tidak terpapar 2 2,5
Jumlah 80 100
2 Penggunaan Kosmetik
a. Ya 48 60,0
b. Tidak 32 40,0
Jumlah 80 100
3 Hormonal
a. Ya 18 22,5
b.. Tidak 62 77,5
Jumlah 80 100
4 Kehamilan
a. Ya 3 3,8
b. Tidak 77 96,3
Jumlah 68 100
5 Obat-obatan
a. Ada 12 15,0
b. Tidak Ada 68 85,0
Jumlah 80 100
6 Penggunaan Alat Pelindung Diri
a. Pakai 9 11,3
b. Tidak Pakai 71 88,8
Jumlah 80 100



Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan
Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008
40
4.3 Analisis Bivariat
Analisis bivariat merupakan analisis lanjutan dari analisis univariat yang
bertujuan untuk melihat perbedaan proporsi hubungan antara variabel
independen dengan dependen, dan dapat diketahui hubungannya secara
signifikan melalui pengujian secara statistik, dengan menggunakan uji chi
square (p<0,05). Berdasarkan faktor resiko yang terdiri dari paparan sinar
matahari, penggunaan kosmetik, penggunaan hormonal, konsumsi obat-obatan,
kehamilan dan penggunaan APD. Hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.4
Tabel 4.4 Hubungan Faktor Resiko dengan Kejadian Melasma

Kejadian Melasma
Melasma
Tidak
Melasma
No Faktor Resiko
n % n %
Total % p-Value
1 Paparan Sinar Matahari
a. Ya 72 92,3 6 7,7 78 100
b. Tidak 0 0 2 100 2 100
0,000*
2 Kosmetik
b. Pakai 46 95,8 2 4,2 48 100
c. Tidak Pakai 26 81,2 6 18,8 32 100
0,033*
3 Hormonal
a. Pakai 16 88,9 2 11,1 18 100
b. Tidak Pakai 56 90,3 6 9,7 62 100
0,858
4 Kehamilan
a. Ya 2 66,7 1 33,3 3 100
b. Tidak 70 90,9 7 9,1 77 100
0,170
5 Obat-obatan
a. Ada 11 91,7 1 8,3 12 100
b. Tidak Ada 61 89,7 7 10,3 68 100
0,835
6 Alat Pelindung Diri
a. Pakai 6 66,7 3 33,3 9 100
b. Tidak Pakai 66 93,0 5 7,0 71 100
0,013*
*) Signifikan pada taraf nyata 95% (p<0,05)

Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan
Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008
41
Dilihat di Tabel 4.4 di atas, berdasarkan paparan sinar matahari,
proporsi responden yang terjadi melasma 92,3% terpapar sinar matahari
dibandingkan dengan yang tidak terpapar 0%. Hasil uji chi square
menunjukkan hubungan signifikan antara paparan sinar matahari dengan
kejadian melasma (p=0,000).
Berdasarkan penggunaan kosmetik, proporsi responden yang terjadi
melasma 95,8% menggunakan kosmetik dibandingkan dengan responden yang
tidak menggunakan kosmetik yaitu 81,2%. Hasil uji chi square menunjukkan
hubungan signifikan antara kosmetik dengan kejadian melasma (p=0,033).
Berdasarkan penggunaan hormonal, proporsi responden yang terjadi
melasma 90,3% responden tidak menggunakan hormonal dibandingkan dengan
responden yang menggunakan hormonal yaitu 88,9%. Hasil uji chi square tidak
menunjukkan hubungan signifikan antara hormonal dengan kejadian melasma
(p=0,858).
Berdasarkan status kehamilan, proporsi responden yang terjadi melasma
90,9% responden tidak sedang hamil dibandingkan dengan responden yang
sedang hamil yaitu 66,7%. Hasil uji chi square tidak menunjukkan hubungan
signifikan antara kehamilan dengan kejadian melasma (p=0,170).
Berdasarkan penggunaan obat-obatan, proporsi responden yang terjadi
melasma 91,7% responden sedang mengkonsumsi obat-obatan dibandingkan
dengan responden yang tidak sedang mengkonsumsi obat-obatan yaitu 89,7%.

Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan
Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008
42
Hasil uji chi square tidak menunjukkan hubungan signifikan antara konsumsi
obat-obatan dengan kejadian melasma (p=0,835).
Berdasarkan penggunaan APD, proporsi responden yang terjadi
melasma 93,0% responden yang tidak menggunakan APD dibandingkan
dengan responden yang menggunakan APD yaitu 66,7%. Hasil uji chi square
menunjukkan hubungan signifikan antara penggunaan APD dengan kejadian
melasma (p=0,013).

4.4 Analisis Multivariat
Multivariat merupakan kelanjutan dari uji bivariat untuk mengetahui
faktor paling dominan dari variabel independen yang mempengaruhi kejadian
melasma pada wanita penyapu jalan. Uji yang dipergunakan adalah uji regresi
linear berganda mengingat variabel independen lebih dari dua dan variabel
dependennya merupakan data yang di dikotomi.
Berdasarkan hasil uji chi square pada analisis bivariat terdapat 3 (tiga)
variabel yang mempunyai hubungan signifikan dengan kejadian melasma, maka
ketiga variabel tersebut dilakukan pengujian secara bersama-sama dengan
menggunakan uji regresi linear berganda, seperti pada Tabel 4.5





Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan
Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008
43
Tabel 4.5. Hasil Uji Regresi Linear Berganda

No Variabel B p
1 Paparan Sinar Matahari 0,959 0,000*
2 Penggunaan Kosmetik 0,121 0,047*
3 Penggunaan APD - 0,49 0,168
Nilai Adjusted R 0,270
Konstanta 0,038
*) Signifikan pada taraf nyata 95% (p<0,05)
Berdasarkan Tabel 4.5 di atas, diketahui bahwa berdasarkan uji regresi
linear terhadap 3 (tiga) variabel penelitian dengan metode enter menunjukkan
bahwa terdapat dua variabel yang berhubungan dengan kejadian melasma yaitu
variabel paparan sinar matahari (p=0,000), dan variabel penggunaan kosmetik
(p=0,047). Berdasarkan variabel paling dominan dapat ditunjukkan oleh nilai B
tertinggi, yaitu pada variabel paparan sinar matahari dengan nilai B=0,959,
artinya kontribusi variabel paparan sinar matahari 95,9% berhubungan dengan
kejadian melasma pada wanita pekerja penyapu jalan.

4.5 Keterbatasan Penelitian
1. Penelitian ini merupakan penelitian sosial dengan pendekatan survai,
sehingga sulit untuk mengidentifikasi penyebab utama terhadap kejadian
melasma pada pekerja wanita penyapu jalan, namun peneliti mencoba
memperoleh informasi tersebut melalui telaah pustaka dan melakukan
kajian epidemiologis faktor resiko apa saja yang dapat menyebabkan
terjadinya melasma.

Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan
Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008
44
2. Penelitian ini menggunakan sampel yang relatif sedikit mengingat waktu
dan kemampuan peneliti, sehingga tidak mampu mengakomodir secara
komprehensif variasi hasil penelitian pada wanita pekerja penyapu jalan
tentang faktor apa yang paling dominan mempengaruhi terjadinya
melasma.



Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan
Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008
BAB 5

PEMBAHASAN


5.1 Kejadian Melasma

Melasma adalah salah satu penyakit kulit yang tidak menular, dimana
terjadi hipermelanosis yang tidak merata terutama pada muka, berwarna coklat
muda sampai coklat tua, berkembang lambat, dan umumnya simetrik. Hasil
penelitian diketahui bahwa dari 80 responden, 72 responden (90,0%) terjadi
melasma dan hanya 8 responden (10,0%) tidak melasma. Keadaan ini
menunjukkan bahwa pekerja penyapu jalan merupakan pekerja yang beresiko
terhadap terjadinya melasma mengingat mereka terpapar dengan faktor resiko
baik secara permanen maupun secara temporer.
Menurut Djuanda (1993), bahwa kejadian melasma umumnya terjadi
pada wanita dan berada di daerah tropis karena daerah ini mempunyai intensitas
sinar matahari yang tinggi, dan ini merupakan salah salah satu faktor resiko
yang paling dominan mempengaruhi terjadinya melasma.
Hal tersebut sejalan dengan pendapat Graham, dkk (2005) sinar
matahari diketahui sebagai pencetus utama timbulnya melasma, sehingga kasus
ini sering terjadi pada orang-orang yang biasa terpajan sinar matahari. Pajanan
sinar matahari pada kulit akan menyebabkan proses melanogenesis yaitu
pembentukan melanin yang menyebabkan hiperpigmentasi.

45
Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan
Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008
46
Faktor resiko lain yang dapat menyebabkan terjadinya melasma adalah
penggunaan bahan-bahan kimia yang terkandung dalam kosmetik atau bedak,
pemakaian alat kontrasepsi hormonal, kehamilan, dan konsumsi obat-obatan
yang tidak dapat ditoleransi oleh tubuh manusia.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Fitzpatrick dan Rokhsar
(2005), kasus melasma terbanyak diderita oleh wanita oleh karena paparan sinar
matahari di wajah. Demikian juga dengan penelitian Rahman, dkk. (2007) di
Khasmir, bahwa 167 pasien yang dilakukan pemeriksaan kulit, 40,7% tergolong
melasma, dan 62,3% terjadi pada wanita dengan usia antara 13 sampai 60
tahun.
Kejadian melasma tersebut umumnya terjadi pada wajah dan leher.
Berdasarkan hasil observasi pada pekerja wanita penyapu jalan, umumnya
melasma terjadi pada wajah dibandingkan pada leher. Temuan Fitzpatrik, dan
Rookhsar (2005) melasma terjadi selain pada wajah dan leher juga terjadi pada
sisi wajah atau disebut mandibula (mandible), keseluruhan wajah (entire face)
dan dahi.

5.2 Karakteristik Individu
5.2.1 Umur
Secara epidemiologi, umur merupakan salah satu faktor resiko terhadap
terjadinya penyakit baik penyakit menular maupun penyakit tidak menular,
demikian juga dengan kejadian penyakit melasma. Hasil penelitian
Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan
Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008
47
menunjukkan bahwa pekerja penyapu jalan umum sudah berusia 46-53 tahun
(48,8%), hal ini diduga bahwa wanita seusia tersebut jarang mempunyai
lowongan pekerjaan yang sepadan dengan usianya, kecuali mereka sudah
mempunyai investasi pada masa mudanya, namun ada kecenderungan mereka
tergolong pada masyarakat dengan golongan ekonomi rendah.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Fitzpatrik, dan Rookhsar
(2005), bahwa kejadian melasma terjadi pada usia 36-60 tahun, namun berbeda
dengan penelitian Tucker, et.al, (2006) bahwa kejadian melasma atau
melanoma lebih dominan terjadi pada wanita usia <55 tahun (71,1%)
dibandingkan dengan usia antara 55-64 tahun (14,8%).
5.2.2 Masa Kerja
Masa kerja adalah jumlah tahun responden bekerja sebagai penyapu
jalan dan merupakan salah satu faktor resiko terhadap kejadian melasma.
Mengingat bahwa mayoritas responden yang terjadi melasma, mempunyai masa
kerja yang lebih dari 3 tahun, maka hal ini mencerminkan bahwa semakin lama
responden bekerja sebagai penyapu jalan, maka semakin beresiko terhadap
kejadian melasma
Responden dengan masa kerja yang melebihi dari 1 tahun sering
terpapar secara langsung dengan faktor-faktor yang menyebabkan melasma
khususnya sinar matahari, hal ini memudahkan peneliti untuk dapat melihat
apakah responden yang beresiko terhadap melasma diperoleh karena
pekerjaannya atau diperoleh sebelum responden bekerja sebagai penyapu jalan.
Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan
Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008
48
Oleh sebab itu penelitian ini memakai kriteria inklusi masa kerja lebih dari 1
tahun.
5.2.3 Pengetahuan
Pengetahuan merupakan salah satu bagian integral dari individu,
termasuk pekerja penyapu jalan. Pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan
indikator-indikator pemahamannya tentang melasma, dampak dan upaya
pencegahannya. Hasil penelitian menunjukkan 81,3% responden mempunyai
pengetahuan kategori kurang, artinya pekerja penyapu jalan tidak mengetahui
secara keseluruhan tentang penyakit melasma, baik dari segi pengertian
melasma, penyebab melasma, serta hubungan penyakit melasma ini dengan
paparan sinar matahari, kehamilan, pemakaian kontrasepsi hormonal,
pemakaian kosmetik, pemakaian obat-obatan oral, dan pemakaian Alat
Pelindung Diri.
Keadaan ini menunjukkan bahwa semakin tinggi pengetahuan seseorang
semakin kecil resikonya terhadap kejadian melasma. Sebab mereka yang
memahami tentang melasma akan berupaya melakukan hal-hal yang dapat
mencegah terjadi melasma pada wajah maupun leher ketika bekerja seperti
menutupi wajah, sering membersihkan wajah atau upaya preventif lainnya.
Menurut Natoatmodjo (2003) yang mengutip pendapat H.L Blum
(1984), bahwa perilaku kesehatan dipengaruhi salah satunya oleh pengetahuan,
karena pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek yang berimplikasi terhadap
Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan
Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008
49
perubahan perilaku seseorang, demikian juga dengan pengetahuan tentang
melasma dan upaya pencegahannya.

5.3 Hubungan Faktor Resiko dengan Kejadian Melasma
5.3.1 Paparan Sinar Matahari dengan Kejadian Melasma
Paparan sinar matahari satu sisi memberikan manfaat bagi makhluk
hidup namun disisi lain juga berdampak negatif terhadap kesehatan makhluk
hidup. Paparan sinar matahari merupakan faktor resiko terhadap kejadian
melasma. Menurut pajanan sinar matahari pada kulit akan menyebabkan proses
melanogenesis yaitu pembentukan melanin yang menyebabkan hiperpigmentasi
dan mengarah pada melasma.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 92,3% responden yang terpapar
sinar matahari mengalami melasma dibandingkan responden yang tidak
terpapar sinar matahari secara langsung 0%. Hal tersebut menunjukkan bahwa
sinar matahari dapat menyebabkan terjadinya flek diwajah, leher maupun
anggota tubuh lain yang mengarah pada gejala-gejala melasma, dan hasil uji chi
square juga menunjukkan ada hubungan signifikan antara paparan sinar
matahari dengan kejadian melasma (p=0,000), artinya semakin lama pekerja
penyapu jalan terpapar secara langsung dengan sinar matahari maka akan
semakin beresiko terhadap kejadian melasma.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Maeda, et.al (2007),
bahwa hampir 85,2% penduduk di J epang yang mempunyai kebiasaan
Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan
Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008
50
berladang tanpa menggunakan penutup wajah dan anggota tubuh terjadi flek
hitam diwajah, dan bercak yang menyebar, dan hasil diagnosa positif melasma,
hal ini terjadi karena mereka secara permanen terpapar dengan sinar matahari
mulai pagi sampai menjelang sore. Dalam penelitian ini pekerja penyapu jalan
umumnya bekerja mulai jam 5.30 sampai jam 17.00 sore sehingga frekuensi
mereka terpapar dengan sinar matahari sangat tinggi sehingga sangat beresiko
terhadap terjadinya melasma.
J uga mengingat semenjak dua dekade terakhir ini, lapisan ozon di
stratosphere yang berfungsi untuk menyaring radiasi ultraviolet sudah semakin
menipis dan mengakibatkan radiasi ultraviolet yang sampai di bumi
intensitasnya semakin tinggi dan berdampak cukup serius terhadap makhluk
hidup dibumi khususnya terhadap kesehatan kulit para pekerja wanita penyapu
jalan yang setiap hari kulitnya selalu terpapar oleh sinar matahari.
5.3.2 Penggunaan Kosmetik dengan Kejadian Melasma
Penggunaan kosmetik pada pekerja penyapu jalan adalah untuk
menutupi wajah dari paparan sinar matahari langsung, selain sebagai bagian
dari merawat kecantikan. Hasil penelitian menunjukkan selama bekerja
menyapu jalan 60,0% responden menggunakan kosmetik dengan berbagai jenis
seperti bedak putih, pelembab. Dilihat dari proporsi terhadap kejadian melasma,
95,8% menggunakan kosmetik dibandingkan dengan responden yang tidak
menggunakan kosmetik yaitu 81,2%. Hal ini menunjukkan bahwa pemakaian
kosmetik beresiko terhadap kejadian melasma pada pekerja penyapu jalan,
Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan
Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008
51
karena dengan penggunaan kosmetik yang sarat dengan bahan kimia mencetus
peningkatan pigmen kulit (hiperpigmentasi) yang disebabkan oleh agen toksik
dalam kosmetik. dan hasil penelitian ini didukung oleh uji chi square yang
menunjukkan ada hubungan signifikan antara kosmetik dengan kejadian
melasma (p=0,033), artinya semakin sering wanita pekerja penyapu jalan
menggunakan kosmetik maka semakin beresiko terhadap kejadian melasma.
Secara proporsi hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Fitzpatrick,
dan Rookhsar (2005), bahwa dari sepuluh responden yang diperiksa
melasmanya, secara keseluruhan menggunakan kosmetik wajah. Penggunaan
kosmetik secara permanen baik sedang atau tidak bekerja akan menimbulkan
perubahan warna kulit wajah, dan jika kosmetik tersebut mengandung bahan
kimia yang tidak dapat ditoleransi oleh kulit wajah seperti kosmetik yang
mengandung bahan pewangi / fragrance, akan menyebabkan hiperpigmentasi.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Aristizabal, A,et.al (2005)
tentang faktor resiko terjadinya melasma di Medeline Colombia dengan
pendekatan case control, ditemukan responden yang menggunakan kosmetik
mempunyai pengaruh terhadap kejadian melasma dengan nilai p=0,029;Odss
Ratio 3,69, artinya wanita yang mengalami melasma 3,9 kali pada wanita yang
menggunakan kosmetik dibandingkan wanita yang tidak menggunakan
kosmetik.


Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan
Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008
52
5.3.3 Penggunaan Hormonal dengan Kejadian Melasma
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerja wanita penyapu jalan
77,5% responden tidak menggunakan hormonal, hal ini diasumsikan mereka
sudah berusia di atas 36 tahun atau usia menopause. Dilihat dari proporsi
penggunaan hormonal dengan kejadian melasma diketahui 90,3% responden
tidak menggunakan kontrasepsi hormonal dibandingkan dengan responden
yang menggunakan kontrasepsi hormonal yaitu 88,9%. Namun hasil uji chi
square tidak menunjukkan hubungan signifikan antara hormonal dengan
kejadian melasma (p=0,858).
Penggunaan alat kontrasepsi (hormonal) tersebut berupa pil KB dan
Suntik KB. Menurut Tucker, et.al (2006) wanita yang menggunakan hormonal
akan meningkatkan aliran darah kulit sekitar 10%, sehingga akan memicu
peningkatan eksogen dan endogen hormon dan akhirnya akan meningkatkan
pigmentasi kulit.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Tucker, et.al (2006),
bahwa kasus melasma 46% menggunakan alat kontrasepsi jenis hormonal
suntik pada tahun pertama kehamilan.
5.3.4 Kehamilan dengan Kejadian Melasma
Kehamilan merupakan salah satu faktor resiko terhadap kejadian
melasma pada wanita. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya 3,8%
responden sedang hamil. Berdasarkan proporsi dengan kejadian melasma,
diketahui 90,9% responden tidak sedang hamil dibandingkan dengan responden
Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan
Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008
53
yang sedang hamil yaitu 66,7%, hal ini menunjukkan tidak ada perbedaan
proporsi responden antara yang hamil dan tidak hamil dengan kejadian
melasma, dan hasil uji chi square juga tidak menunjukkan ada hubungan
signifikan antara kehamilan dengan kejadian melasma (p=0,170). Menurut
(Lapeere. et al, 2008) bahwa selama kehamilan terjadi peningkatan pigmentasi
sampai 90% pada wanita dan kebanyakan lebih ditonjolkan pada tipe kulit yang
lebih gelap. Bercak pigmentasi yang menetap seperti nevi dan ephelides
menjadi berwarna lebih gelap. J uga jaringan parut baru sering kelihatan lebih
gelap. Dalam kelompok kecil wanita hamil, hiperpigmentasi terjadi di ketiak
atau paha atas bagian dalam. Melasma atau sering disebut topeng kehamilan
terjadi pada 50 % wanita hamil.
5.3.5 Penggunaan obat-obatan dengan Kejadian Melasma
Penggunaan obat-obatan dalam penelitian ini adalah jenis obat yang
digunakan oleh wanita pekerja penyapu jalan adalah jenis obat-obatan yang
berfungsi untuk mengobati penyakit atau keluhan kesehatan yang dialaminya
seperti obat sakit kepala, obat rematik, dan obat gatal-gatal kulit. Penggunaan
obat-obatan tersebut berdampak terhadap peningkatan pigmen kulit baik
diwajah maupun pada anggota tubuh lainnya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya 12 % wanita pekerja
penyapu jalan sedang mengkonsumsi obat-obatan, berupa obat sakit kepala,
demam dan jenis obat lainnya seperti obat gatal-gatal. Berdasarkan proporsi
terhadap kejadian melasma, diketahui 91,7% responden sedang mengkonsumsi
Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan
Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008
54
obat-obatan dibandingkan dengan responden yang tidak sedang mengkonsumsi
obat-obatan yaitu 89,7%. Data tersebut menunjukkan tidak ada perbedaan
proporsi yang menyolok antara responden yang sedang mengkonsumsi obat-
obatan dengan yang tidak mengkonsumsi obat-obatan terhadap kejadian
melasma, dan dari hasil uji chi square juga tidak menunjukkan hubungan
signifikan antara konsumsi obat-obatan dengan kejadian melasma (p=0,835).
Penggunaan obat-obatan tersebut memicu peningkatan pigmentasi kulit
yang akhirnya mengarah pada kontribusinya terhadap gejala-gejala melasma.
Unsur kimia yang terkandung dalam obat-obatan tersebut dewasa ini cenderung
banyak mengandung unsur-unsur bahan berbahaya yang relatif sensitif
terhadap metabolisme tubuh. Kaitannya dengan kejadian melasma penggunaan
obat-obatan tersebut tergantung pada sensitif atau tidaknya reaksi tubuh
terhadap obat tersebut khususnya pada peningkatan pigmentasi kulit seperti
kulit wajah.
5.3.6 Penggunaan Alat Pelindung Diri dengan Kejadian Melasma
Pada prinsipnya penggunaan alat pelindung diri (APD) merupakan
bagian dari upaya pencegahan suatu penyakit termasuk penyakit melasma,
karena penyakit ini lebih dominan disebabkan oleh faktor resiko yang
bersumber dari luar tubuh manusia seperti paparan sinar matahari. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa 88,8% wanita pekerja penyapu jalan tidak
menggunakan alat pelindung diri dalam bekerja. Alat pelindung diri tersebut
meliputi penutup wajah, tubuh, sarung tangan dan penutup kepala. Hasil
Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan
Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008
55
observasi, responden secara umum tidak menggunakan alat pelindung diri
ketika bekerja, dan hanya 11,3% responden yang menggunakan APD seperti
topi, dan masker, itu pun jika bekerja menyapu jalan yang padat lalu lintas.
Berdasarkan proporsi APD dengan kejadian melasma, diketahui 93,0%
responden yang tidak menggunakan APD dibandingkan dengan responden yang
menggunakan APD yaitu 66,7%, dan hasil uji chi square menunjukkan
hubungan signifikan antara penggunaan APD dengan kejadian melasma
(p=0,013), artinya responden yang tidak menggunakan APD beresiko terhadap
terjadinya melasma.
Kejadian melasma tersebut karena responden akan terpapar langsung
dengan sinar matahari sehingga secara permanen menyebabkan gangguan kulit
wajah, muncul flek hitam dan terjadinya gejala-gejala melasma. Menurut
Sumamur (1992) bahwa setiap tenaga kerja mempunyai hak dan kewajiban
dalam pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja salah satunya adalah
memakai alat perlindungan diri karena penggunaan alat pelindung diri
merupakan salah satu faktor penting dalam melindungi pekerja dari potensi-
potensi bahaya selama bekerja.
Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan
Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008
BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN


6.1 Kesimpulan
Berdasarkan tujuan dan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Persentase melasma pada wanita pekerja sapu jalan di kota Medan
sebesar 90,0%.
2. Hasil penelitian menunjukkan variabel pemakaian hormonal (p=0,858),
kehamilan (p=0,170), dan penggunaan obat-obatan (p=0,835) tidak
berhubungan secara signifikan dengan kejadian melasma, hasil
penelitian juga menunjukkan variabel paparan sinar matahari (p=0,000),
kosmetik (p=0,033), dan variabel penggunaan APD (p=0,013)
berhubungan secara signifikan dengan kejadian melasma, juga variabel
paparan sinar matahari merupakan variabel yang paling dominan
berhubungan dengan kejadian melasma dengan nilai B=0,959
(p=0,000).





56
Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan
Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008
57
6.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan dan hasil penelitian, maka disarankan sebagai
berikut:
1. Kepada Dinas Kebersihan Kota Medan agar memberikan alat pelindung
diri yang sesuai seperti topi lebar, masker yang tidak hanya menutupi
mulut saja tetapi dapat menutupi daerah pipi dan dagu, juga selendang
yang dapat menutupi daerah leher, kepada petugas penyapu jalan guna
menjaga keselamatan dan kesehatan kerja mereka.
2. Perlu dilakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala, selain
pemeriksaan kesehatan umum juga pemeriksaan kesehatan kulit para
pekerja yang selalu terpapar sinar matahari untuk mengantisipasi efek-
efek estetika para pekerja wanita penyapu jalan di Kota Medan guna
mengetahui status kesehatan mereka.
3. Agar diadakan sosialisasi pemakaian Alat Pelindung Diri , agar para
pekerja memahami dengan baik manfaat memakai Alat Pelindung Diri
yang diberikan oleh Dinas Kebersihan Kota Medan.

Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan
Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008
DAFTAR PUSTAKA


Anonim, 2001. Krim Pemutih Kosmetika Cerdik Penyulap Wajah, http://www.info-
sehat.com/harian.. Diakses 12 J anuari 2008.

Aristizabal, A, et.al. 2005. Factores de riesgo para el melasma Medelin-2005. J ournal
Medical Cutan Lbert Lat Am, Colombia.
Basri, H, 2005. Dampak Paparan Sinar Matahari Pada Nelayan Tradisional Dan
ProgramPerlndungan Pada Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI)
Di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang, Karya
Akhir Profesional Magister Kesehatan Kerja, Universitas Sumatera Utara,
Baziad Ali,2002. Kontrasepsi Hormonal, Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, J akarta.
Bustan, 2000. Epidemiologi Tidak Menular, Rineka Cipta, J akarta.
Djuanda, A, dkk,1993. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi Kedua, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, J akarta.
Ellyaningsih. Dyah, 2006. Kesehatan Kulit, Media kompas, 29 September 2006.
(online) http://www.kompas.co.id. Diakses 16 Nopember 2007
Fitzpatrick, R, Rokhsar, C, 2005. The Treatment of Melasma with Fractional
Photothermolysis A Pilot Study, J ournal American Society dor
Dermatologic Surgery,Inc.
Graham, R-Brown & Burns,T, 2005. Lecture Notes Dermatologi, EdisiKedelapan,
Penerbit Erlangga, J akarta
Harahap Marwali, 1990. Penyakit Kulit, PT.Gramedia , J akarta.
______________, 2000. Ilmu Penyakit Kulit, Hipokrates, J akarta.
Kang Sewon, Sober, J , Arthur, 1992. Disturbances Of Melanin Pigmentation. Dalam
Hurley Moschellas TB, Moschella,L, S, Hurley, J , Harry. Dermatology,
3th. Philadelphia, Pennsylvania.
Kulit-Wikipedia Indonesia, ensiklopedia Bebas Berbahasa Indonesia,2008.
http://id.wikipedia.org/wiki/kulit. Diakses 3 Mei, 2008.
58
Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan
Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008
59
Lapeere Hilde, et al, 2008. Hypomelanoses and Hypermelanoses. Dalam Fitzpatrick;s
TB, Wolff K, dkk. Dermatology in General Medicine,8th. New York. Mc
Graw Hill.
Maeda Kazuhisa and Tomita Yasushi, 2007. Mechanism of the Inhibitory Effect of
Tranexamic Acid on Melanogenesis in Cultured Human Melanocytes in the
Presence of Keratinocyte-conditioned Medium, J ournal of Health Science,
J apan.
Montemarano, A, 2008. Melasma (online) http://www.emedicine.com/DERM/topic.
Diakses 11 J anuari, 2008.
Mustikaningsih Retno,2007. Melasma Akibat Efek Buruk Sinar Matahari, Konsultasi
Kulit dan Kelamin, http://www.pontianak post online.htm. Diakses 16
November 2007.
Nazir M, 2004. Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, J akarta.
Notoatmodjo S, 2003. Metodologi Penelitian Kesehatan, Penerbit Rineka Cipta,
J akarta.
Park, Hee-Young, et al, 2008. Biology Of Melanocytes. Dalam Fizpatricks
TB,Wolff Klaus, dkk. Dermatology In General Medicine,Seventh Edition
Volume One. New York, Mc Graw Hill Medical.
Rahman, Iqbal Z, Arfan B, 2007. Superficial Chemical Peeling With Salicyc Acid In
Facial Dermatoses, J ournal Departement of Dermatology, Khasmir.
Riduan, 2005. Skala Pengukuran Variabel, Alphabet, J akarta.
Sumamur, 1992. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja, PT.Gunung Agung,
J akarta.
Tahir Iqmal, dkk,2007. Analisa Spektra Transisi Elektronik Senyawa Tabir Surya
Maas-GLY Pada Konfigurasi Dimer Dan Konfigurasi Solut Etanol.
http://pdmmipa.ugm.ac.id//oj3/index.php/bimipa/article/... Diakses 3 Mei,
2008.
Torok, M. Helen, 2006. Corticosteroid Treatments for Facial Melasma, J ournal US
Trillium Greek Dermatology dan Surgery Center, Medical Director.
Tucker A.,2006. Reproductive Risk Factors For Cutaneous Melanoma in Women: A
Case Control Study, American J ournal Epidemiology, Dec. 8. Diakses 26
J uli 2008.

Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan
Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008
Lampiran 1
Daftar Obat-Obatan dan Zat Kimia Yang Menyebabkan Hiperpigmentasi
Pengobatan topikal Obat-Obat Anti Infeksi Obat-Obat SSP
Aminolevulinic acid Amphotericin B Amitripthyline
Camustine (BCNU) Ceftriaxone Carbamazepine
Bergamot Chloroquine Chlorpromazine
Bimatoprost Cidofovir Citalopram
Carteolol Clofazimine Clomipramine
Chlorhexidine Dapson Clonazepam
Hydroquinone Demeclocylin Desipramine
Imiquiomod Doxycycline Diazepam
Latanoprost Emtricitabine Donepezile
Nitrogen mustard Enoxtacin Eleptriptan
Tretionin Foscarnet Fluoxetine
Verteporfin Ganciclovir Fluphenazine
Antihypertensive drugs Grepafloxacin Fluvoxamine
Acebutolol Griseofulvin Haloperidol
Betaxolol Hydroxychloroquine Imipramine
Bisoprolol Indinavir Kava
Captopril Ketokonazole Loxapine
Clonidine Linezolide Mephenytoin
Diltiazem Lomefloxacin Mesoridazine
Esmolol Minocycline Methamphetamine
Indapamide Ofloxacin Molindole
Lebetalol Oxytetracycline Olanzapine
Methyldopa Pyrimethamine Paroxetine
Metoprolol Quinacrine Perphenazine
Minoxidil Quinine Phenytoin
Nisoldipine Ribavirin Pimozide
Propanolol Rifabutin Prochlorperazine
Spironolactone Rifapentine Promazine
Timolol Saquinavir Promethazine
Heavy metals Sertaconazole Risperidone
Arsenic Smallpox vaccine Ropinorole
Bismuth Sparfloxacin Thiorizadine
Gold (compounds) Sulfadiazine Thiothixene
Iron Terbinafine Tiagabine
Lead Tetracycline Tolcapone
Mercury Voriconazole Topiramate
Silver Zidovudine Trifluoperazine
Venlafaxine
Zalepion

60
Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan
Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008
61
Antineoplastik Agen Dan lain-lain
Bevacizumab Oral contraceptives Altretinoin
Bleonycin Progestins Amiodarone
Busulfan Stanozolol Azathioprine
Capecitabine Cetirizine
Carboplatin Cevimeline
Carmustine Cyclobenzaprine
Cisplatin Cyclosporine
Cyclopharmide Deferoxamine
Dactinomycin Dicumarol
Daunorubicin Dinoprostone
Doxorubicin Etodolac
Epirubicin Glatiramer
estramustine Heroin
Etoposide Interferon
Floxuridine Isotretinoin
Fluorouracil Ketoprofen
Hydroxyurea Leflunomide
Ifosfamide Levobupivacaine
Irinotecan Lidocaine
Mechlorethamine Metihmazole
Mercapetopurine Methoxsalen
Methotrexate Methysergide
Mitomycin Metoclopramide
Mitotane Niacin
Mitoxantrone Nicotine
Paclitaxel Orphaenadrine
Pentostatin Pantoprazole
Procarbazine Pentazocine
Thiotepa Phenazopyridine
Vinblastine Phenolphtalein
Vincristine Prophylthiouracil
Vinorelbine Psoralens
Hormones Quinidine
Chlorotrianisene Rabeprazole
Corticosteroids Riluzole
Diethylstilbestrol Sulfasalazine
Estrogens Tacrolimus
Insulin Toremifene
Leuprolide Trioxsalen
Medroxyprogesterone Vitamin A
(Lapeere Hilde, et al, 2008. Medications Reported with Hyperpigmentation.)

Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan
Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008
Lampiran 2

Jadwal Penelitian


Bulan Pelaksanaan N
o
Kegiatan
Maret
08
April
08
Mei
08
J uni
08
J uli
08
Agust
08
1 Penelusuran Pustaka
2 Studi Pendahuluan
3 Konsultasi Pembimbing
4 Persiapan Kolokium
5 Kolokium
6 Pengumpulan Data
7 Pengolahan dan Analisa Data
8 Penyusunan laporan tesis
9 Seminar Hasil
10 Sidang Meja Hijau

62
Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan
Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008
Lampiran 3

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR RESIKO TERHADAP KEJADIAN MELASMA
PADA PEKERJA WANITA PENYAPU JALAN DI KOTA MEDAN
TAHUN 2008

No Responden :
Alamat :
Kecamatan :

I. KARAKTERISTIK RESPONDEN
Nama :
Umur : tahun
Masa kerja : tahun

II. FAKTOR RESIKO MELASMA
1. Keterpaparan Sinar Matahari 1. Ya 2. Tidak
2. J ika Ya, bagian tubuh yang terpapar 1. Wajah
2. Leher
3. Punggung Kaki
4. Pergelangan Tangan

3. Apakah ibu menggunakan kosmetik ? 1. Ya 2. Tidak
4. J ika Ya, jenis apa saja : Sebutkan :
:___________________________________________________________
5. Apakah ibu sedang hamil? 1. Ya 2. Tidak
6. J ika Ya, sudah berapa bulan? : Sebutkan____________Bulan
7. Apakah ibu sedang menggunakan obat? 1. Ya 2. Tidak
8. J ika ya, obat untuk sakit apa? :Sebutkan_____________________
9. Sudah berapa lama mengkonsumsi obat tersebut? Sebutkan ____________
10. Apakah ibu sedang menggunakan alat kontrasepsi?
1. Ya 2. Tidak
63
Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan
Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008
64
11. J ika Ya, jenis kontrasepsi apa?
1. Pil KB
2. Suntik KB
3. Susuk
4. Lainnya
PENGGUNAAN APD (Alat Pelindung Diri)
1. Menggunakan penutup kepala/ topi lebar 1. Ya 2. Tidak
2. Menggunakan cadar penutup wajah/ masker 1. Ya 2. Tidak

PENGETAHUAN
1. Menurut ibu apakah yang dimaksud dengan melasma?
a. Suatu penyakit kulit pada wajah dengan bercak pada wajah berwarna
gelap tidak beraturan.
b. Suatu penyakit kulit di badan.
c. Tidak tahu.

2. Menurut ibu apakah melasma dialami oleh wanita dan pria ?
a. Melasma sebagian besar dialami wanita, hanya sebagian kecil dialami
pria.
b. Melasma dialami oleh wanita dan pria sama banyaknya.
c. Tidak tahu.

3. Menurut ibu pada usia berapa melasma terjadi pada wanita?
a. Melasma hanya dialami oleh wanita usia reproduktif.
b. Melasma dialami oleh semua usia.
c. Tidak tahu.

4. Menurut ibu apakah sinar matahari berpengaruh terhadap timbulnya melasma pada wajah ?
a. Sinar matahari sangat berpengaruh terhadap timbulnya melasma.
b. Sinar matahari tidak berpengaruh terhadap timbulnya melasma.
c. Tidak tahu.

Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan
Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008
65
5. Menurut ibu apakah kehamilan berpengaruh terhadap timbulnya melasma?
a. Kehamilan berpengaruh terhadap timbulnya melasma.
b. Kehamilan tidak berpengaruh terhadap timbulnya melasma.
c. Tidak tahu.

6. Menurut ibu apakah pemakaian kontrasepsi jenis hormonal berpengaruh terhadap
timbulnya melasma?
a. Kontrasepsi jenis hormonal tidak berpengaruh terhadap timbulnya
melasma.
b. Kontrasepsi jenis hormonal berpengaruh terhadap timbulnya melasma.
c. Tidak tahu.

7. Menurut ibu apakah pemakaian kosmetik yang sembarangan dapat menimbulkan
melasma?
a. Kosmetik apa saja tidak berpengaruh terhadap timbulnya melasma.
b. Memakai kosmetik harus berhati-hati, karena banyak kosmetik
mengandung zat kimia yang berbahaya dan dapat menimbulkan
melasma.
c. Tidak tahu.

8. Apakah obat-obatan tertentu yang dikonsumsi jangka panjang dapat menimbulkan
melasma?
a. Obat-obatan tertentu yang dikonsumsi jangka panjang tidak dapat
menimbulkan melasma.
b. Obat-obatan tertentu yang dikonsumsi jangka panjang dapat
menimbulkan melasma.
c. Tidak tahu.





Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan
Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008
66
9. Apakah dengan memakai Alat Pelindung Diri yang sesuai untuk menutupi wajah dari
paparan sinar matahari dapat menghindari terjadinya melasma ?
a. APD yang sesuai dapat menghindari terjadinya melasma.
b. APD tidak berpengaruh dalam pencegahan melasma.
c. Tidak tahu.

10. Menurut ibu apa manfaat topi lebar dan penutup wajah yang digunakan ketika bekerja?
a. Dipakai karena diberi.
b. Untuk menghindari paparan sinar matahari yang dapat menyebabkan
melasma pada wajah.
c. Tidak tahu.

KEJADIAN MELASMA
1. Berdasarkan hasil diagnosis Dokter Spesialis kulit:
a. Melasma
b. Tidak Melasma

Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan
Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008
No lokasi umur
Kat.U
mur
masa
kat.m
asa
p1 p2 p3 p5 p7 p10 apd1 apd2 APD tahu1 tahu2 tahu3 tahu4 tahu5 tahu6 tahu7 tahu8 tahu9
tahu
10
total.
sk
kat.ta
hu
mela
sma
1 1 47 4 25 3 1 1 1 1 1 2 2 2 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 12 1 1
2 1 34 2 20 2 1 2 1 2 2 1 1 2 2 2 2 1 1 2 2 2 1 2 2 17 2 1
3 1 50 4 19 2 1 1 1 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 1 2 1 1 1 1 14 1 1
4 1 37 2 10 1 1 2 1 2 1 2 1 1 1 1 2 1 1 2 1 2 1 1 2 14 2 1
5 1 52 4 20 2 1 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 11 2 1
6 1 50 4 25 3 1 1 2 2 1 2 2 1 2 1 2 2 1 2 2 1 2 2 1 16 1 1
7 1 53 4 25 3 1 1 1 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 11 2 1
8 1 34 2 8 1 1 1 1 2 2 1 1 2 2 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 12 2 1
9 1 47 4 32 3 1 1 2 2 2 2 2 1 2 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 12 2 1
10 2 50 4 15 2 1 2 1 2 2 1 2 1 2 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 12 2 1
11 2 44 3 23 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 11 2 1
12 2 41 3 11 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20 1 2
13 3 47 4 20 2 1 1 2 2 2 1 1 2 2 1 2 1 2 1 1 1 2 1 1 13 2 1
14 3 45 3 22 2 1 1 2 2 2 1 1 2 2 1 2 1 2 2 1 1 1 1 1 13 2 1
15 3 48 4 25 3 1 2 1 2 2 1 1 2 2 2 2 1 2 2 2 1 1 2 1 16 1 1
16 4 50 4 27 3 1 2 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 12 2 1
17 5 50 4 30 3 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 12 2 1
18 6 48 4 25 3 1 1 1 2 2 2 2 1 2 1 1 2 1 2 1 2 1 1 1 13 2 1
19 6 50 4 30 3 1 1 2 2 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 12 2 1
20 6 42 3 12 1 1 1 2 1 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20 1 2
21 7 48 4 28 3 1 2 1 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 12 2 1
22 7 43 3 25 3 1 2 1 2 2 2 1 2 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 11 2 1
23 9 50 4 27 3 1 2 1 2 1 1 1 2 2 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 12 2 1
24 9 22 1 7 1 1 2 1 2 2 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 11 2 1
25 10 43 3 20 2 1 1 1 2 2 1 1 2 2 1 2 1 2 2 1 2 2 1 2 16 1 1
26 10 50 4 35 3 1 1 1 2 2 2 1 2 2 1 2 1 1 1 1 2 1 2 2 14 2 1
27 10 42 3 20 2 1 1 1 2 2 2 1 2 2 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 12 2 1
28 10 43 3 22 2 1 1 1 2 1 1 1 2 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 11 2 1
29 10 46 4 10 1 1 1 2 2 2 2 1 2 2 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 12 2 1
30 22 38 3 10 1 1 1 1 2 2 2 1 2 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 11 2 1
31 11 37 2 20 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 11 2 1
32 11 45 3 30 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 2 1 2 2 1 1 13 2 1
33 11 48 4 30 3 1 1 2 2 2 2 1 2 2 1 1 2 1 2 1 1 2 1 1 13 2 1
34 12 50 4 10 1 1 1 1 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20 1 2
35 12 41 3 11 1 1 1 1 2 2 2 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 2 1
36 12 27 1 5 1 1 1 1 2 2 2 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 2 1
37 12 33 2 18 2 1 1 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 1 2 2 1 2 1 16 1 1
38 12 39 3 13 1 1 1 1 2 2 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 2 1
39 12 45 3 25 3 1 2 1 2 1 2 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 2 1
40 13 50 4 32 3 1 1 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 1 2 1 2 1 16 1 1
MASTER DATA PENELITIAN HUBUNGAN FAKTOR RESIKO DENGAN KEJADIAN MELASMA PADA WANITA
PEKERJA SAPU JALAN DI KOTAMEDAN
Lampiran 4
Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan
Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008
41 13 39 3 3 1 1 1 1 2 2 2 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 2 1
42 13 43 3 23 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20 1 2
43 13 43 3 20 2 1 1 1 2 2 2 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 2 1
44 13 50 4 32 3 1 1 1 2 1 2 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 2 1
45 13 45 3 23 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 2 1
46 13 45 3 25 3 1 2 1 2 1 1 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 2 1
47 14 32 2 7 1 1 1 1 2 2 2 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 2 1
48 14 47 4 12 1 1 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20 1 1
49 14 40 3 10 1 1 1 1 2 2 2 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 2 1
50 14 38 3 3 1 1 2 1 2 2 2 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 2 1
51 14 39 3 18 3 1 1 1 2 2 2 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 2 1
52 14 46 4 20 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 2 1
53 14 45 3 20 2 1 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20 1 1
54 14 48 4 20 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 2 1
55 15 48 4 16 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 2 1
56 15 53 4 13 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20 1 2
57 15 30 2 15 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 2 1
58 16 50 4 20 3 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 12 2 1
59 16 48 4 20 2 1 1 2 2 2 1 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 11 2 1
60 17 38 3 20 2 1 1 1 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 11 2 1
61 18 48 4 25 2 2 1 1 2 2 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20 1 2
62 19 55 4 25 3 1 1 2 2 2 2 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 2 1
63 19 43 3 30 3 1 1 1 2 2 2 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 2 1
64 19 51 4 25 3 1 2 1 2 1 2 1 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 11 2 1
65 19 51 4 21 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 12 2 1
66 19 43 3 27 3 1 2 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 2 1
67 19 48 4 30 3 1 1 1 2 2 2 1 2 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 11 2 1
68 20 29 1 4 1 1 1 2 1 2 2 2 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 11 2 1
69 20 53 4 21 2 1 1 2 2 2 2 1 2 2 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 12 2 1
70 20 44 3 26 3 1 1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 2 1
71 21 35 2 10 1 1 2 2 2 2 2 1 2 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 11 2 1
72 21 46 4 8 1 1 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 12 2 2
73 21 42 3 13 1 1 1 2 2 2 1 1 2 2 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 12 2 1
74 21 33 2 15 3 1 1 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 17 1 1
75 21 50 4 20 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 11 2 1
76 21 45 3 25 3 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 12 2 1
77 21 43 3 10 1 1 1 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 2 1 13 2 1
78 21 52 4 10 1 1 1 2 2 2 2 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 2 1
79 21 50 4 9 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 11 2 1
80 21 48 4 28 3 1 1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 2 1
Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan
Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008
Lampiran 5
Hasil Output Statistik
Frequency Table

Lokasi Kerja
9 11.3 11.3 11.3
3 3.8 3.8 15.0
3 3.8 3.8 18.8
1 1.3 1.3 20.0
1 1.3 1.3 21.3
3 3.8 3.8 25.0
2 2.5 2.5 27.5
2 2.5 2.5 30.0
5 6.3 6.3 36.3
3 3.8 3.8 40.0
6 7.5 7.5 47.5
7 8.8 8.8 56.3
8 10.0 10.0 66.3
3 3.8 3.8 70.0
2 2.5 2.5 72.5
1 1.3 1.3 73.8
1 1.3 1.3 75.0
6 7.5 7.5 82.5
3 3.8 3.8 86.3
10 12.5 12.5 98.8
1 1.3 1.3 100.0
80 100.0 100.0
Kec. Medan Timur
Kec. Medan Perjuangan
Kec. Tembung
Kec. Labuhan
Kec. Marelan
Kec. Deli
Kec. Belawan
Kec. J ohor
Kec. Medan Area
Kec. Medan Polonia
Kec. Medan Baru
Kec. Medan Barat
Kec. Petisah
Kec. Medan Sunggal
Kec. Helvetia
Kec. Medan Tuntungan
Kec. Selayang
Kec. Maimun
Kec. Amplas
Kec. Medan Kota
Kec.Medan Denai
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent

Umur Responden
3 3.8 3.8 3.8
9 11.3 11.3 15.0
29 36.3 36.3 51.3
39 48.8 48.8 100.0
80 100.0 100.0
22 - 29 Tahun
30 - 37 Tahun
38 - 45 Tahun
36 - 53 Tahun
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent

69
Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan
Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008
70
Masa Kerja Responden
25 31.3 31.3 31.3
26 32.5 32.5 63.8
29 36.3 36.3 100.0
80 100.0 100.0
3 - 13 Tahun
14 - 24 Tahun
25 - 35 Tahun
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent

Paparan Sinar Matahari
78 97.5 97.5 97.5
2 2.5 2.5 100.0
80 100.0 100.0
Ya
Tidak
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent

p2
53 66.3 66.3 66.3
27 33.8 33.8 100.0
80 100.0 100.0
Wajah
Leher
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent

Kosmetik
48 60.0 60.0 60.0
32 40.0 40.0 100.0
80 100.0 100.0
Ya
Tidak
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent

Kehamilan
3 3.8 3.8 3.8
77 96.3 96.3 100.0
80 100.0 100.0
Ya
Tidak
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent

Obat-obatan
12 15.0 15.0 15.0
68 85.0 85.0 100.0
80 100.0 100.0
Ya
Tidak
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent


Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan
Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008
71
Hormonal
18 22.5 22.5 22.5
62 77.5 77.5 100.0
80 100.0 100.0
Ya
Tidak
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent

APD Topi
53 66.3 66.3 66.3
27 33.8 33.8 100.0
80 100.0 100.0
Ya
Tidak
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent

APD Penutup Wajah
14 17.5 17.5 17.5
66 82.5 82.5 100.0
80 100.0 100.0
Ya
Tidak
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent

Alat Pelindung Diri
9 11.3 11.3 11.3
71 88.8 88.8 100.0
80 100.0 100.0
Pakai
Tidak Pakai
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent

Pertanyaan Pengetahuan 1
72 90.0 90.0 90.0
8 10.0 10.0 100.0
80 100.0 100.0
Salah
Benar
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent

Pertanyaan Pengetahuan 2
70 87.5 87.5 87.5
10 12.5 12.5 100.0
80 100.0 100.0
Salah
Benar
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent


Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan
Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008
72
Pertanyaan Pengetahuan 3
71 88.8 88.8 88.8
9 11.3 11.3 100.0
80 100.0 100.0
Salah
Benar
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent

Pertanyaan Pengetahuan 4
71 88.8 88.8 88.8
9 11.3 11.3 100.0
80 100.0 100.0
Salah
Benar
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent

Pertanyaan Pengetahuan 5
70 87.5 87.5 87.5
10 12.5 12.5 100.0
80 100.0 100.0
Salah
Benar
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent

Pertanyaan Pengetahuan 6
70 87.5 87.5 87.5
10 12.5 12.5 100.0
80 100.0 100.0
Salah
Benar
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent

Pertanyaan Pengetahuan 7
70 87.5 87.5 87.5
10 12.5 12.5 100.0
80 100.0 100.0
Salah
Benar
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent

Pertanyaan Pengetahuan 8
71 88.8 88.8 88.8
9 11.3 11.3 100.0
80 100.0 100.0
Salah
Benar
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent


Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan
Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008
73
Pertanyaan Pengetahuan 9
72 90.0 90.0 90.0
8 10.0 10.0 100.0
80 100.0 100.0
Salah
Benar
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent

Pertanyaan Pengetahuan 10
69 86.3 86.3 86.3
11 13.8 13.8 100.0
80 100.0 100.0
Salah
Benar
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent

Pengetahuan Responden
15 18.8 18.8 18.8
65 81.3 81.3 100.0
80 100.0 100.0
Baik
Kurang
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent

Kejadian Melasma
72 90.0 90.0 90.0
8 10.0 10.0 100.0
80 100.0 100.0
Melasma
Tidak Melasma
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
















Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan
Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008
74
Crosstabs
Paparan Sinar Matahari * Kejadian Melasma

Crosstab
72 6 78
90.0% 7.5% 97.5%
0 2 2
.0% 2.5% 2.5%
72 8 80
90.0% 10.0% 100.0%
Count
% of Total
Count
% of Total
Count
% of Total
Ya
Tidak
Paparan Sinar
Matahari
Total
Melasma
Tidak
Melasma
Kejadian Melasma
Total

Chi-Square Tests
18.462
b
1 .000
9.630 1 .002
9.708 1 .002
.009 .009
18.231 1 .000
80
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
a
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Computed only for a 2x2 table
a.
2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .
20.
b.


Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan
Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008
75
Kosmetik * Kejadian Melasma

Crosstab
46 2 48
57.5% 2.5% 60.0%
26 6 32
32.5% 7.5% 40.0%
72 8 80
90.0% 10.0% 100.0%
Count
% of Total
Count
% of Total
Count
% of Total
Ya
Tidak
Kosmetik
Total
Melasma
Tidak
Melasma
Kejadian Melasma
Total

Chi-Square Tests
4.537
b
1 .033
3.061 1 .080
4.501 1 .034
.054 .041
4.480 1 .034
80
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
a
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Computed only for a 2x2 table
a.
2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.
20.
b.


Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan
Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008
76
Kehamilan * Kejadian Melasma

Crosstab
2 1 3
2.5% 1.3% 3.8%
70 7 77
87.5% 8.8% 96.3%
72 8 80
90.0% 10.0% 100.0%
Count
% of Total
Count
% of Total
Count
% of Total
Ya
Tidak
Kehamilan
Total
Melasma
Tidak
Melasma
Kejadian Melasma
Total

Chi-Square Tests
1.886
b
1 .170
.154 1 .695
1.280 1 .258
.274 .274
1.862 1 .172
80
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
a
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Computed only for a 2x2 table
a.
2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .
30.
b.















Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan
Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008
77
Obat-obatan * Kejadian Melasma

Crosstab
11 1 12
13.8% 1.3% 15.0%
61 7 68
76.3% 8.8% 85.0%
72 8 80
90.0% 10.0% 100.0%
Count
% of Total
Count
% of Total
Count
% of Total
Ya
Tidak
Obat-obatan
Total
Melasma
Tidak
Melasma
Kejadian Melasma
Total

Chi-Square Tests
.044
b
1 .835
.000 1 1.000
.046 1 .831
1.000 .656
.043 1 .836
80
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
a
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Computed only for a 2x2 table
a.
1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.
20.
b.















Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan
Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008
78
Hormonal * Kejadian Melasma

Crosstab
16 2 18
20.0% 2.5% 22.5%
56 6 62
70.0% 7.5% 77.5%
72 8 80
90.0% 10.0% 100.0%
Count
% of Total
Count
% of Total
Count
% of Total
Ya
Tidak
Hormonal
Total
Melasma
Tidak
Melasma
Kejadian Melasma
Total

Chi-Square Tests
.032
b
1 .858
.000 1 1.000
.031 1 .860
1.000 .578
.031 1 .859
80
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
a
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Computed only for a 2x2 table
a.
1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.
80.
b.















Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan
Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008
79
Alat Pelindung Diri * Kejadian Melasma

Crosstab
6 3 9
7.5% 3.8% 11.3%
66 5 71
82.5% 6.3% 88.8%
72 8 80
90.0% 10.0% 100.0%
Count
% of Total
Count
% of Total
Count
% of Total
Pakai
Tidak Pakai
Alat Pelindung
Diri
Total
Melasma
Tidak
Melasma
Kejadian Melasma
Total

Chi-Square Tests
6.135
b
1 .013
3.561 1 .059
4.384 1 .036
.042 .042
6.058 1 .014
80
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
a
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Computed only for a 2x2 table
a.
1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .
90.
b.














Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan
Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008
80
Pengetahuan Responden * Kejadian Melasma

Crosstab
9 6 15
11.3% 7.5% 18.8%
63 2 65
78.8% 2.5% 81.3%
72 8 80
90.0% 10.0% 100.0%
Count
% of Total
Count
% of Total
Count
% of Total
Baik
Kurang
Pengetahuan
Responden
Total
Melasma
Tidak
Melasma
Kejadian Melasma
Total

Chi-Square Tests
18.462
b
1 .000
14.587 1 .000
13.960 1 .000
.000 .000
18.231 1 .000
80
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
a
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
Association
N of Valid Cases
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Computed only for a 2x2 table
a.
1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.
50.
b.

Regression

Variables Entered/Removed
b
Alat
Pelindung
Diri,
Kosmetik,
Paparan
Sinar
Matahari
a
. Enter
Model
1
Variables
Entered
Variables
Removed Method
All requested variables entered.
a.
Dependent Variable: Kejadian Melasma
b.


Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan
Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008
81
Model Summary
.546
a
.298 .270 .258
Model
1
R R Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Predictors: (Constant), Alat Pelindung Diri, Kosmetik,
Paparan Sinar Matahari
a.

ANOVA
b
2.147 3 .716 10.764 .000
a
5.053 76 .066
7.200 79
Regression
Residual
Total
Model
1
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), Alat Pelindung Diri, Kosmetik, Paparan Sinar Matahari
a.
Dependent Variable: Kejadian Melasma
b.

Coefficients
a
.038 .211 .181 .857
.959 .188 .499 5.095 .000
.121 .060 .198 2.022 .047
-.046 .033 -.138 -1.392 .168
(Constant)
Paparan Sinar Matahari
Kosmetik
Alat Pelindung Diri
Model
1
B Std. Error
Unstandardized
Coefficients
Beta
Standardized
Coefficients
t Sig.
Dependent Variable: Kejadian Melasma
a.





Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan
Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008
Lampiran 6
Validitas dan Reliability Variabel Faktor Risiko
Reliability

Case Processing Summary
20 100.0
0 .0
20 100.0
Valid
Excluded
a
Total
Cases
N %
Listwise deletion based on all
variables in the procedure.
a.

Reliability Statistics
.892 13
Cronbach's
Alpha N of Items

Item Statistics
1.75 .444 20
1.80 .410 20
1.70 .470 20
1.75 .444 20
1.75 .444 20
1.70 .470 20
1.75 .444 20
1.70 .470 20
1.70 .470 20
1.75 .444 20
1.85 .366 20
1.60 .503 20
1.70 .470 20
Pertanyaan
Faktor Risiko 1
Pertanyaan
Faktor Risiko 2
Pertanyaan
Faktor Risiko 3
Pertanyaan
Faktor Risiko 4
Pertanyaan
Faktor Risiko 5
Pertanyaan
Faktor Risiko 6
Pertanyaan
Faktor Risiko 7
Pertanyaan
Faktor Risiko 8
Pertanyaan
Faktor Risiko 9
Pertanyaan
Faktor Risiko 10
Pertanyaan
Faktor Risiko 11
Pertanyaan
Faktor Risiko 12
Pertanyaan
Faktor Risiko 13
Mean Std. Deviation N

82
Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan
Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008
83
Item-Total Statistics
20.75 12.724 .656 .881
20.70 12.958 .634 .882
20.80 13.011 .521 .887
20.75 12.513 .728 .877
20.75 13.145 .515 .888
20.80 13.116 .488 .889
20.75 12.829 .620 .883
20.80 13.221 .456 .891
20.80 13.116 .488 .889
20.75 12.513 .728 .877
20.65 12.976 .716 .880
20.90 12.937 .501 .889
20.80 12.589 .656 .881
Pertanyaan
Faktor Risiko 1
Pertanyaan
Faktor Risiko 2
Pertanyaan
Faktor Risiko 3
Pertanyaan
Faktor Risiko 4
Pertanyaan
Faktor Risiko 5
Pertanyaan
Faktor Risiko 6
Pertanyaan
Faktor Risiko 7
Pertanyaan
Faktor Risiko 8
Pertanyaan
Faktor Risiko 9
Pertanyaan
Faktor Risiko 10
Pertanyaan
Faktor Risiko 11
Pertanyaan
Faktor Risiko 12
Pertanyaan
Faktor Risiko 13
Scale Mean if
Item Deleted
Scale
Variance if
Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted

Scale Statistics
22.50 15.000 3.873 13
Mean Variance Std. Deviation N of Items









Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan
Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008
84
Validitas dan Reliability Variabel Pengetahuan

Reliability

Case Processing Summary
20 100.0
0 .0
20 100.0
Valid
Excluded
a
Total
Cases
N %
Listwise deletion based on all
variables in the procedure.
a.

Reliability Statistics
.915 10
Cronbach's
Alpha N of Items

Item Statistics
1.20 .410 20
1.30 .470 20
1.15 .366 20
1.20 .410 20
1.20 .410 20
1.30 .470 20
1.20 .410 20
1.20 .410 20
1.30 .470 20
1.25 .444 20
Pertanyaan
Pengetahuan 1
Pertanyaan
Pengetahuan 2
Pertanyaan
Pengetahuan 3
Pertanyaan
Pengetahuan 4
Pertanyaan
Pengetahuan 5
Pertanyaan
Pengetahuan 6
Pertanyaan
Pengetahuan 7
Pertanyaan
Pengetahuan 8
Pertanyaan
Pengetahuan 9
Pertanyaan
Pengetahuan 10
Mean Std. Deviation N

Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan
Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008
85
Item-Total Statistics
11.10 8.305 .828 .899
11.00 8.737 .530 .917
11.15 8.766 .706 .906
11.10 8.305 .828 .899
11.10 8.832 .587 .912
11.00 8.421 .656 .909
11.10 8.305 .828 .899
11.10 8.832 .587 .912
11.00 8.632 .572 .914
11.05 8.155 .819 .899
Pertanyaan
Pengetahuan 1
Pertanyaan
Pengetahuan 2
Pertanyaan
Pengetahuan 3
Pertanyaan
Pengetahuan 4
Pertanyaan
Pengetahuan 5
Pertanyaan
Pengetahuan 6
Pertanyaan
Pengetahuan 7
Pertanyaan
Pengetahuan 8
Pertanyaan
Pengetahuan 9
Pertanyaan
Pengetahuan 10
Scale Mean if
Item Deleted
Scale
Variance if
Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted

Scale Statistics
12.30 10.432 3.230 10
Mean Variance Std. Deviation N of Items



Mona Siska Yani: Hubungan Faktor-Faktor Resiko Terhadap Kejadian Melasma Pada Pekerja Wanita Penyapu Jalan Di Kota Medan
Tahun 2008, 2008.
USU e-Repository 2008

Anda mungkin juga menyukai