Anda di halaman 1dari 6

KOEFISIEN DISTRIBUSI

Ni Ketut Meidayanti Putri, 1108105013


J urusan Kimia FMI PA Universitas Udayana, Bukit J imbaran
2014

Abstrak
Telah dilakukan percobaan koefisien distribusi dengan menggunakan asam asetat
(CH
3
COOH) dan dietil eter (C
4
H
10
O). Dilakukan pengamatan pada pemisahan yang
terbentuk dengan ekstraksi cair-cair dan menentukan nilai K
D
pada masing-masing
konsentrasi asam asetat. Konsentrasi asam asetat yang digunakan yaitu 0,5 dan 1 M. Proses
ekstraksi dilakukan selama 30 menit. Didapatkan konsentrasi C
1(air)
dan C
2(organik).
Pada
konsentrasi 0,5 M diperoleh nilai C
1(air)
dan C
2(organik)
berturut-turut yaitu 0,415 M dan 0,334
M (pada titrasi pertama) dengan nilai K
D
0,8048 sedangkan pada titrasi kedua diperoleh
nilai C
1(air)
dan C
2(organik)
berturut-turut yaitu 0,420 M dan 0,332 M dengan nilai K
D
0,7905,
sehingga nilai K
D
rata-rata sebesar 0,7976. Kemudian Pada konsentrasi 1 M diperoleh nilai
C
1(air)
dan C
2(organik)
berturut-turut yaitu 0,825 M dan 0,670 M (pada titrasi pertama) dengan
nilai K
D
0,8121 sedangkan pada titrasi kedua diperoleh nilai C
1(air)
dan C
2(organik)
berturut-
turut yaitu 0,870 M dan 0,652 M dengan nilai K
D
0,7494, sehingga nilai K
D
rata-rata sebesar
0,7807.
Keyword : Koefisien distribusi, Ekstraksi cair-cair, Konsentrasi, Titrasi.

PENDAHULUAN
Ekstraksi pelarut atau sering disebut juga
ekstraksi air merupakan metode pemisahan
atau pengambilan zat terlarut dala m
larutan (biasanya dalam air) dengan
menggunakan pelarut lain (biasanya
organik) (Day, Underwood., 2002).
Ekstraksi pelarut menyangkut distribusi
suatu zat terlarut (solute) di antara dua fasa
cair yang tidak saling bercampur. Teknik
ekstraksi sangat berguna untuk pemisahan
secara cepat dan bersih baik untuk zat
organik maupun zat anorganik. Cara ini
juga dapat digunakan untuk analisis makro
maupun mikro. Selain untuk kepentingan
analisis kimia, ekstraksi juga banyak
digunakan untuk pekerjaan-pekerjaan
preparatif dalam bidang kimia organik,
biokimia dan anorganik di laboratorium.
Alat yang digunakan dapat berupa corong
pemisah (paling sederhana), alat ekstraksi
soxhlet sampai yang paling rumit berupa
alat Counter Current Craig (Day,
Underwood., 2002).
Menurut Subjadi 1986, berdasarkan bentuk
campuran yang diekstraksi, suatu ekstraksi
dibedakan menjadi ekstraksi padat-cair dan
ekstraksi cair-cair.
1. Ekstraksi padat-cair; zat yang
diekstraksi terdapat di dalam campuran
yang berbentuk padatan. Ekstraksi jenis ini
banyak dilakukan di dalam usaha
mengisolasi zat berkhasiat yang
terkandung di dalam bahan alam seperti
steroid, hormon, antibiotika dan lipida
pada biji-bijian.
2. Ekstraksi cair-cair; zat yang
diekstraksi terdapat di dalam campuran
yang berbentuk cair. Ekstraksi cair-cair
sering juga disebut ekstraksi pelarut
banyak dilakukan untuk memisahkan zat
seperti iod atau logam-logam tertentu
dalam larutan air.
Ekstraksi cair-cair adalah Pemisahan yang
digunakan untuk mendapatkan senyawa
dalam campuran fase cair dengan pelarut
cair.
Ekstraksi cair-cair dalam dunia farmasi
sama dengan kromatografi cair-cair.
Dimana kromatografi cair-cair adalah
kromatografi pembagian dimana partisi
terjadi antara fase gerak dan fase dia yang
kedua-duanya zat cair. Dala hal ini fase
diam tidak boleh larut dalam fase gerak.
Umumnya fase diam yang digunakan air,
sebagai fase gerak digunakan pelarut
organik (Subjadi, 1986).
Prinsip kerja ekstraksi cair-cair adalah
pemisahan senyawa yang mempunyai
perbedaan kelarutan pada 2 pelarut yang
berbeda. Dakam hal ini ekstraksi cair-cair
digunakan untuk memisahkan satu atau
lebih senyawa menggunakan dua pelarut
yang tidak saling bercampur, dimana
senyawa akan terdistribusi di antara dua
fase sesuai dengan derajat kelarutannya
yang kemudian masing-masing jenuh dan
terjadi pemisahan (Sahara, 2006).
Prinsip distribusi ini didasarkan pada
distribusi zat terlarut dengan perbandingan
tertentu antara dua zat pelarut yang tidak
saling bercampur. Batasannya adalah zat
terlarut dapat ditransfer pada jumlah yang
berbeda dalam kedua fase terlarut. Teknik
ini dapat digunakan untuk kegunaan
prepratif, pemurnian, pemisahan serta
analisis pada semua kerja (Sahara, 2006).

BAHAN DAN METODE
Peralatan
Adapun alat yang digunakan dalam
percobaan yaitu Corong pemisah
erlenmeyer, pipet volume 10 mL, pipet
volume 25 mL, bola hisap (ball filler),
gelas beker, buret, statif, tiang penyangga,
dan stopwatch.
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam
percobaan ini yaitu Larutan Asam Asetat 1
M dan 0,5 M, dietil eter, larutan NaOH 0,5
M, dan indikator fenolftalein (pp).
Cara Kerja
Masing-masing sebanyak 50 mL larutan
asam asetat dengan konsentrasi 1 M
dan 0,5 M disiapkan. Masing-masing
larutan tersebut dipipet sebanyak 25 mL
dan dimasukkan kedalam corong pemisah.
Setiap larutan diberi tanda atau nomor. 25
mL dietil eter dituangkan ke dalam
masing-masing corong pemisah, lalu
ditutup dan dikocok (kecepatan
pengocokan diatur demikian juga
waktunya) selama 30 menit. Setelah
pengocokan selesai, campuran dibiarkan
agar terjadi pemisahan lapisan. Lapisan air
dipisahkan dan sebanyak 10 mL air dipipet
dan dimasukkan ke dalam labu titrasi serta
dititrasi dengan larutan NaOH yang sesuai
(kadarnya diperhitungkan) dengan
menggunakan indikator fenolftalein.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ekstraksi cair-cair digunakan untuk
memisahkan senyawa atas dasar perbedaan
kelarutan pada dua jenis pelarut yang
berbeda yang tidak saling bercampur. Jika
analit berada dalam pelarut anorganik,
maka pelarut yang digunakan adalah
pelarut organik, dan sebaliknya. Pada
percobaan koefisien distribusi ini bertujuan
untuk menentukan harga koefisien
distribusi senyawa dalam dua pelarut yang
tidak saling campur dan juga mengenal
pemisahan berdasarkan ekstraksi cair-cair.
Adapun perlarut yang digunakan adalah
pelarut organik yaitu asam asetat
(CH
3
COOH) dan dietil eter (C
4
H
10
O).
Digunakan asam asetat dengan molaritas
0,5 dan 1 M. Pada proses ekstraksi
digunakan sebanyak 25,0 mL larutan asam
asetat dan sebanyak 25 mL larutan dietil
eter. Kedua larutan dimasukkan kedalam
corong pemisah kemudian dilakukan
ekstraksi dengan dilakukan pengocokan
secara teratur dan stabil selama 30 menit.
Gas yang dihasilkan dietil eter sesekali
dikeluarkan dari dalam corong pemisah.
Gas tersebut bersifat mudah menguap dan
apabila tidak dikeluarkan melalui kran
corong pemisah maka akan menyebabkan
tekanan di dalam corong akan membesar.
Setelah proses pengocokan selama 30
menit, corong pemisah dipasangkan pada
tiang penyangga dengan statifnya lalu
didiamkan beberapa saat. Hal ini dilakukan
agar pemisahan jelas terlihat dengan
terbentuknya dua lapisan. Lapisan tersebut
merupakan lapisan air yang berada pada
lapisan bawah, dan lapisan organik berada
pada lapisan atas. Kemudian lapisan
bawah (lapisan air) yang mengandung
asam asetat ditampung kemudian dipipet
sebanyak 10,0 mL dengan pipet volume.
Lapisan air tersebut selanjutnya dititrasi
dengan NaOH 0,5 M. Hal ini dilakukan
pada masing-masing konsentrasi asam
asetat. Proses titrasi dilakukan dua kali
pengulangan.
Titrasi ini merupakan jenis titrasi asam
basa dimana asamnya yaitu asam asetat
(CH
3
COOH) bertindak sebagai titrat
sedangkan basa yaitu NaOH bertindak
sebagai titran. Kemudian ditambahkan
indikator fenolftalein (pp) yang berfungsi
untuk mendeteksi titik akhir titrasi, dimana
ditandai dengan perubahan warna dari
bening menjadi merah muda.
Dari hasil titrasi diperoleh hasil volume
NaOH pada asam asetat dengan molaritas
0,5 secara berturut-turut yaitu 8,30 dan
8,40. Pada titrasi kedua dengan konsentrasi
asam asetat 1 M, volume NaOH yang
dibutuhkan yaitu secara berturut-turut
16,50 dan 17,40. Dari hasil yang diperoleh
titrasi asam asetat dengan NaOH memiliki
hubungan sebanding, dimana semakin
besar konsentrasi suatu asam asetat maka
semakin banak pula volume NaOH yang
dibutuhkan untuk menetralkan asam
tersebut.
Dengan perhitungan, diperoleh nilai C
1(air)

dan C
2(organik)
asam asetat pada titrasi
pertama dengan konsentrasi 0,5 M secara
berturut-turut yaitu 0,415 M dan 0,334 M.
Sehingga diperoleh nilai K
D
yaitu sebesar
0,8048. Selanjutnya pada titrasi kedua
diperoleh nilai C
1(air)
dan C
2(organik)
asam
asetat yaitu 0,420 M dan 0,332 M,
sehingga diperoleh nilai K
D
yaitu sebesar
0,7905.
Pada konsentrasi asam asetat 1 M,
diperoleh nilai C
1(air)
dan C
2(organik)
asam
asetat pada titrasi pertama secara berturut-
turut yaitu 0,825 M dan 0,670 M sehingga
diperoleh nilai K
D
yaitu sebesar 0,8121.
Selanjutnya pada titrasi kedua diperoleh
nilai C
1(air)
dan C
2(organik)
asam asetat yaitu
0,870 M dan 0,652 M, sehingga diperoleh
nilai K
D
yaitu sebesar 0,7494. Sesuai
dengan literatur, dimana dinyatakan bahwa
semakin besar nilai koefisien distribusi
(K
D
) maka pemisahan yang terjadi akan
semakin sempurna. Hal ini sesuai nilai
koefisien distribusi kedua larutan asam
asetat yang menunjukkan bahwa pada
larutan asam asetat dengan konsentrasi 0,5
M terjadi pemisahan yang sempurna
karena memiliki nilai koefisien ditribusi
yang tinggi dari pada konsentrasi 1 M.

SIMPULAN DAN SARAN
SIMPULAN
Adapun beberapa hal yang
dapat disimpulkan dari percobaan ini
sebagai berikut :
1. Prinsip metode dalam percobaan
ini adalah metode ekstraksi cair-cair
adalah distribusi zat terlarut dengan
perbandingan tertentu antara dua pelarut
yang tidak saling bercampur.
2. Dalam proses pemisahan lapisan
larutan dalam corong pemisah, fase air
berada di bagian bawah sedangkan fase
organik (larutan dietil eter) berada di
bagian atas.
3. Pelarut yang memiliki densitas yang
lebih besar akan berada di lapisan bawah,
sedangkan pelarut yang memiliki densitas
yang lebih kecil akan berada di lapisan
atas.
4. Proses titrasi dalam percobaan ini
termasuk jenis titrasi asam basa dengan
menggunakan indikator fenolftalein (pp)
sebagai pendeteksi titik akhir titrasi.
5. Volume larutan NaOH yang
dipergunakan dalam titrasi yaitu:
Untuk CH
3
COOH 0,5 M pada titrasi 1 =
8,30 mL; Pada titrasi 2 = 8,40 mL
Untuk CH
3
COOH 1 M pada titrasi 1 =
16,50 mL; Pada titrasi 2 = 17,40 mL
6. Nilai K
D
yang diperoleh dari hasil
perhitungan adalah:
Untuk CH
3
COOH 0,5 M pada titrasi 1=
0,8048; Pada titrasi 2= 0,7905
Untuk CH
3
COOH 1 M pada titrasi 1=
0,8121; Pada titrasi 2= 0,7494
7. Nilai K
D
rata-rata yang diperoleh dari
hasil perhitungan adalah:
Untuk CH
3
COOH 0,5 M = 0,7976
Untuk CH
3
COOH 1 M = 0,7807
8. Semakin besar nilai koefien distribusi
(K
D
) maka pemisahan yang dihasilkan
akan semakin sempurna. Hal ini sesuai
dengan nilai koefisien distribusi kedua
larutan asam asetat yang menunjukkan
bahwa pada larutan asam asetat dengan
konsentrasi 0,5 M terjadi pemisahan yang
sempurna karena memiliki nilai koefisien
ditribusi yang tinggi dari pada konsentrasi
1 M.

SARAN
Dapat dilakukan pada jenis
asam yang lainnya, sehingga dapat
mengetahui ekstraksi dengan jenis asam
lain dan perlu dilakukan ekstraksi dengan
cara bertahap untuk mengetahui
perbandingan antara ekstraksi cair-cair
tunggal dan ekstraksi cair-cair bertahap.

DAFTAR PUSTAKA
2008. Ekstraksi.
http://medicafarma.blogspot.com/2008/11/e
kstraksi.html ( diakses pada tanggal 9 April
2014.
2010. Dietil Eter.
http://id.wikipedia.org/wiki/Dietil_eter
(diakses pada tanggal 9 April 2014)
Day, JR and A, L, Underwood. 2002. Analisis
Kimia Kuantitatif. Edisi Keenam. Erlangga,
Jakarta.
Sahara, E, dkk, 2006. Metode Pemisahan.
Jurusan Kimia F.MIFA Universitas Udayana:
Bukit Jimbaran
Subjadi. 1986. Metode Pemisahan. Fakultas
Farmasi Universitas Gajah Mada: Yogyakarta
Tim Laboratorium Kimia Fisika. 2014.
Penuntun Praktikum Kimia Fisika III. Jurusan
Kimia F.MIFA Universitas Udayana: Bukit
Jimbaran.

Anda mungkin juga menyukai