Anda di halaman 1dari 6

Resume Jurnal Oleh Yan Hendrika (1101121)

Program St udi S1 Semest er V Kelas B


Resume Jurnal Biokimia Klinik
Judul:
Pemeriksaan Retikulosit Metode Manual pada pengamatan per 1000 Eritrosit dan per 500
Eritrosit Dibanding Metode Automatik

Latar Belakang:
WHO mendefenisikan anemia sebagai keadaan dimana terjadi penurunan nilai hematokrit,
haemoglobin, dan jumlah retikulosit.(Datz,2004). Peran laboratoriumsangat penting di dalam
upaya menetapkan klasifikasi anemia selanjutnya. Serangkaian pemeriksaan laboratorium
khususnya pemeriksaan darah rutin merupakan alat yang definitif untuk menyatakan status
anemia. Peran laboratoriumsetelah anemia dicurigai, adalah memvalidasi diagnosis
menentukan tingkat keparahan, danmenentukan kausa anemia. (Hilman, 1996: 39-65)

Rumusan Masalah:
Apakah ada perbedaan hasil hitung retikulosit metode manual pada pengamatan per 1.000 E
dengan pengamatan per 500 E dibanding pemeriksaan baku emas dengan flow cytometri.

Tujuan dan Manfaat Penelitian:

Tujuan membandingkan perhitungan retikulosit metode manual pada pengamatan 1.000 E
dan pengamatan 500 E dibanding pemeriksaan baku emas dengan flow cytometri.

Manfaat:
1. Bagi tempat pelayanan kesehatan penelitian ini diharapkan dapatmemberikan
kontribusi pada laboratoriumyang secara fisik dan tenaga laboran terbatas, misal:
Puskesmas, laboratorium RS type C untuk mendapatkan metode yang tepat
memberikan hasil yang bisa dipercaya,
2. Bagi institusi pendidikan penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan sikap
ilmiah kritis bagi mahasiswa untuk membandingkan berbagai metode pemeriksaan
laboratorium sederhana



Resume Jurnal Oleh Yan Hendrika (1101121)
Program St udi S1 Semest er V Kelas B
Tinjauan Pustaka:
Retikulosit adalah sel-sel eritrosit muda yang telah kehilangan inti sel, dan
mengandung sisa-sisa asam ribonukleat di dalam sitoplasmanya, serta masih dapat
mensintesis hemoglobin.(Brown, 1973: 111-116)
Perkembangannya: pronormoblast, basofilik normoblas, polikromatofilik normoblas,
ortokromik normoblas, retikulosit, dan eritrosit. Dalam keadaan normal keempat tahap
pertama terdapat pada sumsum tulang. Retikulosit terdapat baik pada sumsum tulang maupun
darah tepi. Di dalam sumsum tulang memerlukan waktu kurang lebih 2 3 hari untuk
menjadi matang, sesudah itu lepas ke dalam darah. (Rodak dan Bell, 2002: 202) Retikulosit
didalamnya masih mengandung sitoplasma yang dapat menyerap beberapa pewarna tertentu
seperti azure B, brilliant cresyl blue, atau new methylene blue.
Apabila darah diinkubasi bersama larutan pewarna tadi dalam keadaan supravital,
sehingga secara mikroskopis akan tampak sebagai presipitat yang berwarna biru tua di dalam
sitoplasma, baik hanya mengandung beberapa granula (= 2 granula) maupun sebagai filamen
(untaian granula), dimana hal ini terjadi akibat terbentuknya kompleks dye ribonucleoprotein.
(Rodak, 1995:203)
Sampai saat ini dikenal 2 metode cara menghitung retikulosit di dalam sirkulasi darah.
Pertama adalahmetode flowcytometry, dimana sampel darah segar ditambahkan cat (bahan
pewarna) acridine orange, kemudian jumlah retikulosit dihitung dengan alat flow cytometer.
Sistem ini dapat diotomatisasi sehingga dapat memeriksa sejumlah sampel persatuan waktu
yang relatif lebih singkat. Dengan metode ini retikulosit diidentifikasi sebagai sel yang lebih
besar dan mengandung fluoresce karena RNA-nya menyerap acridine orange tadi.
Metode kedua adalah sampel darah segar dicampur dengan zat pewarna suprival
(New Methylene Blue, Brilliant Cresyl Blue) dan diinkubasi, kemudian dari campuran ini
dibuat sediaan hapus. Hitung retikulosit diperoleh dari jumlah retikulosit yang ditemukan per
1.000 eritrosit dari sediaan hapus yang diperiksa dengan mempergunakan mikroskop cahaya.
(Brown, 1973: 111-116)

Metode Penelitian:
Dilakukan secara eksprimental di laboratorium patologi klinik, dengan cross sectional,
dimana sampel diambil hanya satu kali. Sampel yang dipakai adalah whole blood/darah
segar.


Resume Jurnal Oleh Yan Hendrika (1101121)
Program St udi S1 Semest er V Kelas B









Cara Mengolah Data:

Pembacaan retikulosit dilakukan oleh 2 orang pemeriksa, dimana 1 orang menghitung
persentase retikulosit per 1.000 eritrosit, dan 1 orang pemeriksa lainnya menghitung
persentase retikulosit per 500 eritrosit. Kemudian masing-masing hasil yang diperoleh diubah
ke dalam persentase retikulosit sebagai variabel 1 dan indeks produksi retikulosit sebagai
variabel 2. Persentase retikulosit diperoleh dari persentase retikulosit terhitung, sedangkan
indeks produksi retikulosit diperoleh dari persentase retikulosit terkoreksi dibagi 2.
Variabel 1 dan variabel 2 dari masing-masing pemeriksa lalu dilakukan uji berpasangan
(paired t-test) dan uji diagnsotik.. Pada penelitian ini juga dilakukan uji kesepakatan antara
pemeriksa 1 dan pemeriksa 2, dengan cara masing-masing pemeriksa menghitung jumlah
retikulator per 1.000 eritrosit pada sediaan hapus yang sama, kemudian dilakukan uji
kesepakatan

Hasil dan Pembahasan:





Resume Jurnal Oleh Yan Hendrika (1101121)
Program St udi S1 Semest er V Kelas B
Laki-laki lebih sedikit terkena anemia bila dibanding dengan jenis kelamin
perempuan. Hal ini dapat dipahami karena hampir tiap bulan perempuanmengeluarkan darah
lewat siklusmenstruasi sehingga dapatmempengaruhi kadar hemoglobin. Kondisi anemia
pada jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 2. Laki-laki tidak ada yang menderita anemia
berat, hanya anemia ringan 4 (10%). Jenis kelamin perempuan yangmenderita anemia berat 2
(5%) dan anemia ringan 16 (40%). Penurunan kadar hemoglobin akan mengakibatkan tubuh
mengalami hipoksia karena kemampuan kapasitas pengangkutan oksigen dari darah
berkurang.








Ketepatan strategi pemilihan parameter laboratorik sangat berperan dalam upaya
penegakkan diagnosis anemia.Anemia dapat dicurigai dari anamnesis dan pemeriksaan fisik,
namun pemeriksaan laboratorik khususnya pemeriksaan darah lengkapmerupakan alat
definitif untuk menyatakan status anemia. Jika anemia sudah dicurigai, evaluasi laboratorium
sangat esensial untuk memvalidasi diagnosis, menentukan tingkat keparahan, dan
menentukan kausa anemia.
Pemeriksaan hitung retikulositmerupakan alat diagnostik penting, dimana retikulosit
merupakan refleksi peningkatan produksi eritrosit pada sumsumtulang. Hitung retikulosit
digunakan untuk menilai ketepatan reaksi sumsum tulang terhadap anemia. Pemeriksaan
hitung retikulosit dapat dilakukan dengan 2 metode yaitu metode sederhana dengan
perhitungan manual serta metode automatik dengan flow cytometri.
Metode manual dikerjakan dengan menghitung jumlah retikulosit dari 500 eritrosit
dan 1000 eritrosit.Metodemanual dikerjakan denganmetode flow cytometri.Pengerjaan
manual dikerjakan 2 orang analis dengan mengawali uji kesepakatan. Setelah didapat uji
kesepakatan, dilanjutkan dengan perhitungan retikulosit selanjutnya.


Resume Jurnal Oleh Yan Hendrika (1101121)
Program St udi S1 Semest er V Kelas B




Dari tabel 2 didapatkan nilaiminimal padametodemanual 0,4 sedang padametode manual 500
eritrosit dan 1000 eritrosit masing-masing 0,5 dan 0,5. Mean pada ketiga pemeriksaan
didapatkan 2,44, 2,06 dan 2,25. Nilai normal retikulosit 0,5-1,5%






Metode manual 500 eritrosit bila dibanding dengan metode automatik (flow
cytometri) diperoleh Sensitivitas Diagnostik 500 eritrosit 78% dan Spesifisitas Diagnostik
500 eritrosit adalah 9/13 = 69%. Nilai Ramal Positif metode 500 eritrosit 84% serta Nilai
Ramal Negatif metode 500 eritrosit adalah 9/15 = 60%





Nilai sensitivitas diagnostik pada metode manual 500 eritrosit dan 1000 eritrosit
terlihat belummendekati 100%.Metodemanual 500 eritrosit dan 1000 eritrositmemiliki nilai
sensitifitas yang sama yaitu 78%. Untuk nilai spesifisitas lebih tinggi yaitu 69% sedang
metode manual 1000 eritrosit yaitu 61%. Hal ini dapat dipahami karena perhitungan 500
eritrosit tidak membutuhkan pengamatan lebih lama bila harus menghitung hingga 1000
eritrosit. Hasil yang diperoleh padametodemanual sangat tergantung dari teknik pembuatan
Resume Jurnal Oleh Yan Hendrika (1101121)
Program St udi S1 Semest er V Kelas B
sediaan apus dan cara pengecatan yang benar.
PenelitianWinarnoAA, 2002menunjukkan ketelitian pemeriksaan hitung retikulosit
secara manual di laboratorium patologi klinik RS Dr Sardjito Yogyakarta baik dengan ICC
(Inter Class Correlation) 0,7. Demikian pula penelitian Sumardhika, 1999. Kelompok peneliti
di Amerika menyebutkan variasi hitung retikulosit secara manual antar laboratorium cukup
besar yaitu 25-48% (Stiene dan Koepke, 1998).
Beberapa kelemahan yang juga sering dijumpai pada praktek pemeriksaan hitung
retikulosit manual adalah waktu dan suhu inkubasi serta mutu cat dan reagensia lain (new
methylen blue bersifat lebih stabil dibanding BCB), demikian pula proporsi darah dan cat
harus disesuaikan dengan kadar hematokrit
Keuntungan yang diperoleh dari pemeriksaan retikulosit denganmetode automatic
flow cytometri adalah dapat membedakan antara retikulosit awal dan lanjut. Retikulosit muda
biasanya dilepaskan selama episode hemolitik, mengandung lebih banyak RNA dan
menunjukkan intensitas yang lebih besar daripada retikulosit tua. Perbedaan intensitas
fluoresen memungkinkan perhitungan indeks maturasi lekosit atau fraksi retikulosit imatur.
Kesimpulan:

1. Pemeriksaan retikulosit metode manual 500 eritrosit memiliki korelasi yang kuat
dengan metode automatik dibanding metode 1000 eritrosit.
2. Penampilan diagnostik pemeriksaan retikulosit metode manual 500 eritrosit yaitu
sensitivitas diagnostik 78% dan spesifisitas diagnostik 69%.
3. Penampilan diagnostik pemeriksaan retikulosit metode manual 1000 eritrosit yaitu
sensitivitas diagnostik 78% dan spesifisitas diagnostik 61%.
4. Pemeriksaan retikulosit metode manual 500 eritrosit dapat menggantikan Pemeriksaan
retikulosit metode manual 1000 eritrosit .
5. Perlu penelitian lebih lanjut dengan sampel yang lebih banyak dan kondisi retikulosit
yang bervariasi

Anda mungkin juga menyukai